ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI
SONI PURWANTO
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI SURABAYA 2016
i TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI
SONI PURWANTO NIM. 101414553012
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI SURABAYA 2016
ii TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI
TESIS Untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi Minat Studi Epidemiologi Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Oleh: SONI PURWANTO NIM.101414553012
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI SURABAYA 2016
iii TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGESAHAN Dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis Minat Studi Epidemiologi Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Magister Epidemiologi (M.Epid.) pada tanggal 22 Agustus 2016
Mengesahkan
Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat Dekan,
Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S NIP. 195603031987012001
Tim Penguji:
Ketua
: Dr. Windhu Purnomo, dr., M.S
Anggota
: 1. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes 2. Dr. Sri Widati, S. Sos, M.Si 3. Dr. Atik Choirul Hidajah, dr., M.Kes 4. Achmad Faridy Faqih, S.T., M. Kes
iv TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PERSETUJUAN TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi (M.Epid.) Minat Studi Epidemiologi Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Oleh:
SONI PURWANTO NIM. 101414553012
Menyetujui, Surabaya, 22 Agustus 2016 Pembimbing Ketua,
Pembimbing,
Dr. Santi Martini, dr., M.Kes NIP. 19660927 199702 2 001
Dr. Sri Widati, S. Sos, M.Si NIP. 19770116 200501 2 002
Mengetahui, Koordinator Program Studi Epidemiologi
Prof. Dr. Chatarina U.W, U.W, dr., M.S., M.PH NIP. IP. 19540916 198303 2 001
v TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PERTTYATAAI\T TENTANG ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
SoniPurwanto
NIM
1014145530t2 Epidemiologi Epidemiologi 2014 Magister
Program Studi Minat Studi Angkatan Jenjang
menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis saya yang berjudul:
INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASI ST'RABAYA DENGAI\T HIPERTENSI Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telatr ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Soni Purwanto
NIM. 101414553012
vi
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya serta sholawat dan salam yang selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan tesis dengan judul “ Indeks Rawat Inap di Arab Saudi Jemaah Haji Embarkasi Surabaya dengan Hipertensi ” ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Pendidikan S-2 Epidemiologi dan mencapai gelar Magister Epidemiologi (M.Epid) Universitas Airlangga Surabaya. Tesis ini berisikan tentang faktor risiko dan prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi. Dalam penyusunan tesis ini penulis tidak lepas dari bantuan, masukan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan dengan tulus kepada Dr. Santi Martini, dr., M.Kes, selaku pembimbing ketua yang dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam memberikan bimbingan, semangat dan saran sehingga tesis ini bisa terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Sri Widati, S.Sos., M.Si, selaku pembimbing kedua yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi dan saran dalam penyempurnaan tesis ini. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., M.T., AK., CMA., CA selaku Rektor Universitas Airlangga Surabaya; 2. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya; 3. Prof. Dr. Chatarina U. W, dr., M.S., M.PH selaku Koordinator Program Studi Magister Epidemiologi sekaligus ketua minat Epidemiologi; 4. Dr. Atik Choirul Hidajah, dr., M. Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi beserta seluruh dosen dan staff; 5. Ketua penguji Dr. Windhu Purnomo, dr., M.S, anggota penguji, Dr. Santi Martini, dr., M.Kes, Dr. Sri Widati, S.Sos., M.Si, Dr. Dr. Atik Choirul Hidajah, dr., M. Kes dan Achmad Faridy Faqih, ST., M.Kes atas kesediaanya menguji dan mengarahkan demi kesempurnaan tesis ini; 6. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah yang telah memberikan izin untuk melanjutkan pendidikan; 7. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI beserta seluruh staff yang telah memberikan izin penelitian, dukungan data dan tenaga; 8. Ibu dan Ayah penulis, Ibu dan Ayah mertua, isteri dan anak-anak, saudara tercinta yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, semangat dan doa yang tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan;
vii TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9. Seluruh rekan mahasiswa S2 Program Magister Epidemiologi angkatan 2014 dan 2015 yang selalu memberikan dorongan serta semangat. 10. Semua pihak yang telah membantu sejak awal penyusunan hingga selesainya tesis ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, semoga bantuan yang diberikan bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak terdapat kekurangan, kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak lain yang menggunakan.
Surabaya,
Agustus 2016
Penulis
viii TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SUMMARY Health is the main capital for each pilgrim that should be maintained since the beginning of the trip till finish the pilgrimage. Therefore every pilgrim needs to prepare in order to have optimal health status and keep it in order procession ceremony rituals can be performed maximum. Hajj is not a regular trip for a full health risk that could undermine implementation of the pilgrimage. These risk factors should be identified and managed properly to support pilgrimage. The risk factors include spark factor in diseases or factors that can aggravate health conditions of the early pilgrim. Hajj health risk factors can come from the body of the pilgrim, it could also come from the congregation or environmental conditions may be outside pilgrim. High risk pilgrims are pilgrims with health conditions that the epidemiological risk of illness or death during the pilgrimage. Such conditions include: elderly pilgrims, pilgrims with certain infectious diseases that should not be carried out from Indonesia under the applicable healthrule, pregnant women pilgrims, pilgrims with disabilities related to chronic disease and or certain other diseases. These diseases must be considered by health officials, because it can cause fatal complications when implementing physical activity in the very hot and very cold, human density and high pollution. Diseases on pilgrims hospitalized in Saudi Arabia during year 2014 were diabetes mellitus as many as 236 cases (16.95%) and hypertension as many as 235 cases (16.88%). These diseases were generally already detected the pilgrims before they left for the pilgrimage in Saudi Arabia. Surabaya was one of embarkation with a high number of pilgrims with most health risks among the 14 Hajj embarkations in Indonesia. Based on the Hajj Committee (PPIH) embarkation Surabaya report In 2015, the number of high risk health pilgrims in 2015 as many as 17.535 people (62.18%), in 2014 as many as 15.694 people (55.82%) increased compared to the year 2013 as many as 13.525 (47.46%). At the end of the examination conducted in Surabaya embarkation found various types of high-risk health. Noncommunicable diseases were common disease in the medical examination of the pilgrims. Of some non-communicable diseases were the most common is hypertension. Hypertension is a disease that most commonly found in health-check on pilgrims in Surabaya embarkation. Pilgrims with hypertension had a higher risk for health problems ranging from mild to severe level in the form of target organ damage such as brain, heart and kidneys that can cause death. This research was an analytic observational study using case control design. The sample size in this study consisted of a sample of cases as many as 32 people and a control sample as many as 32 people so overall sample as many as 64 people. The sampling technique used in this study was simplerandom sampling. Data were analyzed using descriptive and inferential analysis, in which the inferential analysis used simple logistic regression and multiple logistic regression. The results of this study indicated that there were six variables as candidates for continued multiple logistic regression analysis; age (p value =
ix TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
0.081), occupation (p value = 0.232), diabetes mellitus (p value = 0.004), cardiovascular (p value = 0.175) , hypercholesterolemia (p value = 0.129) and smoking behavior (p value = 0.148) .While five other variables not included in the candidate variables are: gender (p value = 0,800), education (p value = 0.599), kidney (p value = 0.999), obesity (p value = 0.795) and lack of physical activity (p value = 0.720). Variables chosen as candidate have p value <0.25. The results of the final multiple regression analysis obtained two indicators of inpatient cases of hypertension in pilgrims were age and diabetes mellitus. Index of Hospitalizationof hypertension on pilgrims was obtained -1.679 + 1.282 * Age (≥60 years) + 2.492 * Diabetes Mellitus (Yes). This index is expected to be considered and utilized as a measuring tool in helping health workers, especially the entire team of pilgrims-medical practitioner in undertaking screening on candidate pilgrims with hypertension who are at high risk for hospitalization during a pilgrimage in Saudi Arabia.
x TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRACT
Hypertension is a disease that most commonly found in health-check on pilgrims in Surabaya embarkation. Pilgrims with hypertension had a higher risk for health problems ranging from mild to severe level in the form of target organ damage such as brain, heart and kidneys that can cause death. This research was an analytic observational study using case control design. The sample size in this study consisted of a sample of cases as many as 32 people and a control sample as many as 32 people so overall sample as many as 64 people. The sampling technique used in this study was simple random sampling. Data were analyzed using descriptive and inferential analysis, in which the inferential analysis used simple logistic regression and multiple logistic regression. The results of this study indicated that there were six variables as candidates for continued multiple logistic regression analysis; age (p value = 0.081), occupation (p value = 0.232), diabetes mellitus (p value = 0.004), cardiovascular (p value = 0.175), hypercholesterolemia (p value = 0.129) and smoking behavior (p value = 0.148). This index is expected to be considered and utilized as a measuring tool in helping health workers, especially the entire team of pilgrims-medical practitioner in undertaking screening on candidate pilgrims with hypertension who are at high risk for hospitalization during a pilgrimage in Saudi Arabia. Keywords: Index, hospitalizations, hypertension, pilgrims, diabetes mellitus
xi TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN ................................................................................................... i SAMPUL DALAM ................................................................................................. ii HALAMAN PRASYARAT GELAR .................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... v KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi SUMMARY ....................................................................................................... …..ix ABSTRACT ............................................................................................................ .xi DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1 1.2 Kajian Masalah .......................................................................................13 1.3 Rumusan Masalah...................................................................................17 1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................17 1.4.1 Tujuan Umum ...............................................................................17 1.4.2 Tujuan Khusus ..............................................................................17 1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................18 1.5.1 Bagi Peneliti .................................................................................18 1.5.2 Manfaat Ilmiah .............................................................................18 1.5.3 Manfaat Praktis .............................................................................18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibadah Haji ............................................................................................19 2.2 Penyelenggaraan Ibadah Haji ................................................................19 2.3 Penyelenggaraan Kesehatan Haji ..........................................................20 2.4 Faktor Risiko Kesehatan Jemaah Haji ...................................................26 2.5 Hipertensi...............................................................................................31 2.6 Indikator.................................................................................................41 2.7 Indeks .....................................................................................................42 BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...................................................................43 3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................45 xii TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 46 4.2 Rancang Bangun Penelitian ....................................................................46 4.3 Waktu Penelitian.....................................................................................46 4.4 Populasi dan Sampel ...............................................................................47 4.4.1 Populasi .......................................................................................47 4.4.2 Sampel .........................................................................................47 4.4.3 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .........................48 4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.........................................49 4.5.1 Variabel Penelitian .......................................................................49 4.5.2 Definisi Operasional .....................................................................49 4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ...............................................51 4.6.1 Jenis Data......................................................................................51 4.6.2 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data .......................................51 4.7 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................52 4.7.1 Pengolahan Data ...........................................................................52 4.7.2 Analisis Data.................................................................................53 BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA 5.1 Distribusi Hubungan Antar Variabel .....................................................55 5.1.1 Distribusi Umur ............................................................................55 5.1.2 Distribusi Jenis Kelamin ..............................................................56 5.1.3 Distribusi Pendidikan ...................................................................56 5.1.4 Distribusi Pekerjaan......................................................................58 5.1.5 Distribusi Penyakit Diabetes Mellitus ..........................................59 5.1.6 Distribusi Penyakit Kardiovaskuler ..............................................60 5.1.7 Distribusi Penyakit Ginjal ............................................................60 5.1.8 Distribusi Penyakit Hiperkolesterol..............................................61 5.1.9 Distribusi Obesitas........................................................................62 5.1.10 Distribusi Perilaku Merokok ......................................................63 5.1.11 Distribusi Perilaku Kurang Aktifitas ..........................................63 5.1.12 Distribusi Rawat Inap Pada Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi ..........................................................................................64 5.2 Variabel Indeks Rawat Inap Kasus Hipertensi Jemaah Haji .................65 5.3 Probabilitas Rawat Inap Kasus Hipertensi Jemaah Haji........................66 5.4 Cut off Indeks ........................................................................................67 5.5 Sensitivitas dan Spesifisitas Indeks Rawat Inap Hipertensi Pada Jemaah Haji ..........................................................................................68 5.6 Penerapan Formula Indeks Rawat Inap Hipertensi Pada Jemaah Haji.. 69 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Variabel Penelitian dengan Rawat Inap Jemaah Haji dengan Hipertensi .................................................................................................... 70
xiii TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6.1.1 Karakteristik Jemaah Haji ............................................................70 1. Umur .........................................................................................70 2. Jenis Kelamin ...........................................................................71 3. Pendidikan ................................................................................72 4. Pekerjaan ..................................................................................73 6.1.2 Penyakit Penyerta .........................................................................74 1. Penyakit Diabetes Mellitus .......................................................74 2. Penyakit Kardiovaskuler...........................................................74 3. Penyakit Ginjal .........................................................................75 4. Penyakit Hiperkolesterol ..........................................................76 5. Obesitas ....................................................................................76 6.1.3 Perilaku ........................................................................................77 1. Merokok....................................................................................77 2. Kurang Aktifitas .......................................................................78 6.1.4 Probabilitas Rawat Inap Pada Jemaah Haji Hipertensi ................79 6.1.5 Penilaian Indeks Rawat Inap Hipertensi Pada Jemaah Haji .........80 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ............................................................................................81 7.1 Saran ......................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Rawat Jalan dan Rawat Inap di Embarkasi 2012 ..................... 5 Tabel 1.2 Jumlah Rawat Jalan dan Rawat Inap di Arab Saudi 2014 .................... 8 Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC ...........................................33 Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................... 49 Tabel 5.1 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Usia di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................................. 55 Tabel 5.2 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Arab Saudi Tahun 2015....................................................56 Tabel 5.3 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Pendidikan di Arab Saudi Tahun 2015 ...............................................57 Tabel 5.4 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Pekerjaan di Arab Saudi Tahun 2015 .................................................58 Tabel 5.5 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Penyakit Diabetes Melitus di Arab Saudi Tahun 2015 ....................... 59 Tabel 5.6 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Penyakit Kardiovaskuler di Arab Saudi Tahun 2015 .......................... 60 Tabel 5.7 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Penyakit Ginjal di Arab Saudi Tahun 2015 ........................................ 61 Tabel 5.8 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Penyakit Hiperkolesterol di Arab Saudi Tahun 2015......................... 62 Tabel 5.9 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Obesitas di Arab Saudi Tahun 2015................................................... 62 Tabel 5.10 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Perilaku Merokok di Arab Saudi Tahun 2015 ................................... 63 Tabel 5.11 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Perilaku Kurang Aktivitas di Arab Saudi Tahun 2015 ...................... 64 Tabel 5.12 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ........................... 64 Tabel 5.13 Hasil Akhir Analisis Regresi Ganda Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................ 65 Tabel 5.14 Skoring Variabel Indeks Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................................. 67 Tabel 5.15 Sensitifitas dan spesifisitas Indeks Rawat Inap Pada Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................ 68 Tabel 5.16 Penerapan Formula Indeks Rawat Inap Pada Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................ 69
xv TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Persentase Jemaah Haji Indonesia Risiko Tinggi Kesehatan Tahun 2012-2015 .......................................................................................... 4 Gambar 1.2 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Embarkasi................ 6 Gambar 1.3 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap di Embarkasi ................. 7 Gambar 1.4 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Arab Saudi............... 9 Gambar 1.5 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap di Arab Saudi .............. 10 Gambar 1.6 Jumlah Risiko Tinggi Kesehatan Embarkasi Surabaya.................... 11 Gambar 1.7 Jumlah 5 Faktor Risiko Tinggi Kesehatan Terbanyak di Embarkasi Surabaya ................................................................. 12 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 43 Gambar 5.1 Distrbusi Tingkat Pendidikan Jemaah Haji dengan Hipertensi ....... 57 Gambar 5.2 Distribusi Jenis Pekerjaan Jemaah Haji dengan Hipertensi ............ 58 Gambar 5.3 Kurva ROC Indeks Rawat Inap Hipertensi ..................................... 67
xvi TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
Lembar Pengumpulan Data Surat Izin Penelitian Lembar Hasil Uji Etik Hasil Analisis Data
xvii TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
Daftar Arti Lambang % > < ≥ ≤ / α β
: : : : : : : : :
Sampai dengan Persen Lebih dari Kurang dari Lebih dari sama dengan Kurang dari sama dengan Per Alfa Beta
Daftar Arti Singkatan BKJH BPHI DM HT IRT JCH Kemenkes RI KKP KLB Kloter OR PNS PPIH PT Risti ROC SD SMP SMA Siskohatkes SKD
= Buku Kesehatan Jemaah Haji = Balai Pengobatan Haji Indonesia = Diabetes Mellitus = Hipertensi = Ibu Rumah Tangga = Jemaah Calon Haji = Kementerian Kesehatan Republik Indonesia = Kantor Kesehatan Pelabuhan = Kejadian Luar Biasa = KelompokTerbang = Odds Ratio = Pegawai Negeri Sipil = PanitiaPenyelenggaraIbadah Haji = Perguruan Tinggi = RisikoTinggi = Receiver Operating Characteristic = Sekolah Dasar = Sekolah Menengah Pertama = Sekolah Menengah Atas = Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan = Sistem Kewaspadaan Dini
xviii TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Ibadah Haji adalah rukun Islam ke lima yang wajib ditunaikan oleh setiap
umat Islam yang mampu memenuhi syarat istitho’ah sekali dalam seumur hidupnya. Rukun Islam yang ke lima ini merupakan ibadah fisik dan mempunyai karakteristik khusus yaitu harus dilakukan pada waktu dan tempat tertentu, yaitu di bulan Dzulhijah dan di kota Makkah Saudi Arabia. Pelaksanaan ibadah haji bersifat kompleks karena perlu persiapan mental, fisik, biaya, serta perlu pengetahuan tentang syarat, rukun, dan wajib haji (Mawardi, 2015). Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 menyatakan bahwa penyelenggaraan ibadah haji adalah tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah. Pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji diselenggarakan secara inter departemental, dengan sistem dan manajemen penyelenggaraan yang terus ditingkatkan agar pelaksanaannya dapat berjalan aman, tertib, lancar, dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama Islam. Kementerian Kesehatan adalah salah satu kementerian yang terkait dan bertanggung jawab
untuk
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
haji.
Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya kepada jemaah haji dalam bidang kesehatan. Pembinaan dan pelayanan kesehatan tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan tujuan untuk meningkatkan
1 TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
kondisi kesehatan jemaah haji. Upaya pembinaan dan pelayanan kesehatan ini dilakukan sejak sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, di perjalanan pergi dan pulang, selama di Arab Saudi dan hingga 14 hari setelah kembali ke tanah air. Dalam melaksanakan upaya-upaya tersebut diperlukan kerjasama dari semua pihak terkait ditingkat pusat dan daerah (Pusat Kesehatan Haji, 2012). Kesehatan adalah modal utama bagi setiap jemaah haji yang harus tetap terpelihara sejak awal perjalanan hingga selesai menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya agar prosesi ritual peribadatan dapat dilakukan dengan maksimal. Perjalanan haji bukanlah perjalanan biasa karena penuh risiko kesehatan yang dapat menganggu pelaksanaan ibadah haji. Faktor risiko kesehatan tersebut harus diketahui dan dikelola dengan baik untuk mendukung istito’ah ibadah haji (Achmadi, 2012). Faktor risiko adalah faktor yang berperan dalam timbulnya gangguan kesehatan yang akhirnya akan mengurangi jalannya ibadah. Faktor risiko tersebut termasuk faktor pencetus kejadian penyakit maupun faktor yang dapat memperberat kondisi awal kesehatan jemaah. Faktor risiko kesehatan haji bisa berasal dari tubuh jemaah, bisa juga berasal dari kondisi lingkungan jemaah atau mungkin di luar jemaah. Pemerintah selaku penyelenggara tidak dapat menolak ataupun melarang seseorang untuk melaksanakan ibadah haji, karena itu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengendalikan, mengurangi atau meniadakan faktor risiko tersebut, agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah dengan baik dan lancar (Achmadi, 2012).
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
Pemerintah Indonesia setiap tahun memberangkatkan sekitar 200.000 jemaah haji ke Tanah Suci Mekah dan Madinah untuk melaksanakan ritual haji. Kondisi kesehatan jemaah tersebut ada yang sehat tanpa penyakit dan ada yang sehat dengan faktor risiko kesehatan. Kelompok jemaah yang sehat dengan faktor risiko kesehatan ini disebut sebagai jemaah haji risiko tinggi (risti). Jemaah haji risiko tinggi yaitu jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi berisiko sakit dan atau mati selama melaksanakan ibadah haji. Kelompok tersebut meliputi lanjut usia, penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang berlaku, wanita hamil, ketidakmampuan tertentu terkait penyakit kronis dan atau penyakit tertentu lainnya. Penyakit kronik tersebut diantaranya adalah hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit paru kronik, penyakit hati dan pencernaan, penyakit tulang dan sendi serta penyakit syaraf seperti post stroke. Penyakit-penyakit tersebut harus diperhatikan oleh petugas kesehatan, karena dapat menimbulkan komplikasi fatal saat melaksanakan aktivitas fisik pada cuaca yang sangat panas atau sangat dingin dengan kepadatan manusia dan polusi yang tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
Sumber: Siskohatkes Kementerian Kesehatan RI Gambar1.1 Persentase jemaah haji Indonesia risiko tinggi kesehatan 2012-2015 Pada Gambar 1.1 dapat dilihat persentase jemaah haji Indonesia yang berstatus risiko tinggi kesehatan pada tahun 2012 sebesar 46,6%; tahun 2013 56,4%; tahun 2014 sebesar 54,7%; dan pada tahun 2015 sebesar 61,6%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa persentase jemaah haji Indonesia dengan risiko tinggi kesehatan setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah jemaah haji dengan risiko tinggi kesehatan ini perlu diwaspadai dan dikelola sebaik mungkin. Identifikasi, analisis karakteristik, serta prediksi perkembangan faktor risiko kesehatan pada jemaah haji harus dilakukan sedini mungkin oleh petugas kesehatan. Perencanaan program pembinaan dan pelayanan kesehatan untuk mengeliminasi faktor risiko kesehatan tersebut harus dilakukan dengan baik agar kondisi jemaah haji tetap dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan ibadah dengan baik dan sempurna. Proporsi jemaah haji risiko tinggi yang berkisar 40-60 % ini akan berpengaruh terhadap jumlah angka kesakitan dan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
5
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
angka kematian yang mungkin terjadi pada jemaah haji. Angka kesakitan jemaah haji Indonesia dapat dilihat dari jumlah rawat jalan dan rawat inap di tanah air (Embarkasi-Debarkasi) dan di Arab Saudi. Angka kesakitan Jemaah haji di Embarkasi di tanah air dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah rawat jalan dan rawat inap di Embarkasi Tahun 2012 Rawat Jalan Rawat Inap Jumlah No Embarkasi Jemaah Jumlah Persen Jumlah Persen 1
Aceh (BTJ)
3989
855
5,1
0
0,0
2
Medan (MES)
8329
1837
11,0
9
0,7
3
Batam (BTH)
9888
1593
9,5
22
1,8
4
Padang (PDG)
7443
2157
12,9
0
0,0
5
Palembang (PLM)
7378
881
5,3
8
0,7
6
Pondok Gede (JKG)
15800
280
1,7
46
3,8
7
Bekasi (JKS)
38045
64
0,4
20
1,6
8
Solo (SOC)
33357
3865
23,1
999
81,5
9
Surabaya (SUB)
35854
2450
14,6
63
5,1
10
Banjarmasin (BDJ)
5073
491
2,9
5
0,4
11
Balikpapan (BPN)
5356
863
5,2
7
0,6
12
Makassar (UPG)
14988
461
2,8
43
3,5
13
Lombok (LOP)
4564
928
5,5
4
0,3
14
Lampung (LPG)
6352
32
0,2
0
0,0
196416
16757
100
1226
100
Total
Sumber : Profil Kesehatan Haji 2013 Pada Tabel 1.1 tampak persentase jemaah haji rawat jalan paling banyak adalah di Embarkasi Solo sebesar 23% demikian pula rawat inap sebesar 81,5 %. Proporsi kedua terbanyak rawat jalan dan rawat inap adalah di Embarkasi Surabaya sebesar 14,6% dan 5,1%.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
Berdasarkan pemeriksaan kesehatan jemaah haji di Embarkasi, dapat diketahui beberapa jenis penyakit yang diderita oleh jemaah haji. Urutan terbanyak penyakit penyebab rawat jalan disajikan pada Gambar 1.2
Sumber : Pusat Kesehatan Haji 2013 Gambar 1.2 Sepuluh (10) penyakit terbanyak rawat jalan di Embarkasi 2012 Gambar 1.2 menunjukkan bahwa penyakit terbanyak yang ditemukan pada jemaah haji rawat jalan di Embarkasi haji adalah hipertensi dengan jumlah 3805 kasus (38%) , commond cold sebanyak 1495 kasus (15%), myalgia sebanyak 967 kasus (10%), diabetes mellitus sebanyak 845 kasus (9%) dan dyspepsia 778 kasus (8%).
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
Jemaah haji yang mengalami penyakit yang bertambah berat dan memerlukan rawat inap segera dirujuk ke Rumah Sakit rujukan untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih intensif. Distribusi jenis penyakit jemaah haji yang rawat inap di Embarkasi dapat dilihat pada Gambar 1.3
Sumber : Pusat Kesehatan Haji 2013 Gambar 1.3 Sepuluh (10) penyakit terbanyak rawat inap di Embarkasi 2012 Berdasarkan Gambar 1.3 dapat diketahui bahwa jemaah haji yang menjalani rawat inap selama di embarkasi adalah jemaah haji dengan penyakit diabetes mellitus sebanyak 590 kasus (65%) dan hipertensi sebanyak 258 kasus (28%).
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
Penyakit diabetes mellitus dan hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang banyak ditemukan pada jemaah haji ketika melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan ketanah suci. Jemaah haji yang berangkat ke Arab Saudi dengan penyakit tersebut secara otomatis mempunyai risiko tinggi untuk sakit bahkan kematian pada saat menjalankan kegiatan ibadah haji karena kurang istirahat atau kurang tidur dan tidak disiplin dalam minum obat. Jemaah haji yang sakit selama melaksanakan ibadah haji di tanah suci mendapatkan pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu berupa pengobatan dan perawatan di sarana rawat jalan maupun rawat inap sesuai dengan tingkat keparahan penyakit yang diderita oleh jemaah haji. Jumlah jemaah haji yang datang ke sarana pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap di Arab Saudi dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap jemaah haji di Arab Saudi Tahun 2014 Daerah Kerja
Rawat Jalan
Persentase
Rawat inap
Persentase
Makkah
289.234
72,56
1.701
72,76
Madinah
70.706
17,74
419
17,92
Jeddah
1.880
0,47
142
6,07
Arafah
8.876
2,23
19
0,81
401
0,10
0
0,0
27.533
6,90
57
2,44
398.630
100
2.338
100
Muzdhalifah Mina Jumlah
Sumber : Siskohatkes Kemenkes RI
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
Tabel 1.2 menunjukkan jumlah jemaah haji yang sakit berdasarkan tempat pelayanan kesehatan di Arab Saudi dengan jumlah kumulatif rawat jalan sebanyak 389.630 orang (99,42%) dan rawat inap sebanyak 2.338 orang (0,58%). Artinya selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi masih banyak jemaah haji yang menderita sakit sehingga harus mendapatkan pelayanan kesehatan baik rawat inap maupun rawat jalan. Berdasarkan data yang terekam dalam sistem informasi kesehatan haji Indonesia Kementerian Kesehatan RI (siskohatkes), jenis penyakit terbanyak pada jemaah haji yang dirawat jalan selama di Arab Saudi di Arab Saudi adalah commond cold sebanyak 89.715 kasus dan hipertensi menduduki peringkat tertinggi kedua dengan jumlah 42.997 kasus. Distribusi jenis penyakit terbanyak rawat jalan di Arab Saudi dapat dlihat pada Gambar 1.4
Sumber : Siskohatkes Kemenkes RI Gambar 1.4 Sepuluh (10) penyakit terbanyak pada rawat jalan di Arab Saudi 2014
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
Penyakit terbanyak pada jemaah haji yang dirawat inap selama di Arab Saudi menunjukan bahwa kelompok penyakit tidak menular lebih banyak dibandingkan dengan kelompok penyakit menular. Penyakit tidak menular tersebut adalah diabetes mellitus sebanyak 236 kasus dan hipertensi di urutan kedua sebanyak 235 kasus. Penyakit-penyakit tersebut pada umumnya sudah terdeteksi pada jemaah haji sebelum mereka berangkat melaksanakan ibadah haji ke Arab Saudi. Distribusi jenis penyakit terbanyak pada jamaah haji yang dirawat inap selama di Arab Saudi dapat dilihat pada Gambar 1.5.
Sumber : Siskohatkes Kemenkes RI Gambar 1.5 Sepuluh (10) penyakit terbanyak pada rawat inap di Arab Saudi 2014
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
Embarkasi Surabaya adalah salah satu embarkasi dengan jumlah jemaah haji dengan risiko tinggi kesehatan urutan kedua terbanyak di antara 14 embarkasi haji di Indonesia. Berdasarkan laporan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya Tahun 2015, jumlah jemaah haji risiko tinggi kesehatan pada tahun 2015 sebanyak 17.535 orang (62,18%); tahun 2014 sebanyak 15.694 orang (55,82%); dan tahun 2013 sebanyak 13.525 (47,46%). Jumlah jemaah haji risiko tinggi kesehatan di Embarkasi Surabaya disajikan pada Gambar 1.6
Sumber : KKP Kelas I Surabaya 2015 Gambar 1.6 Jumlah jemaah risiko tinggi kesehatan Embarkasi Surabaya Tahun 2009-2015 Gambar 1.6 menunjukan bahwa pada tahun 2013 jumlah jemaah haji risiko tinggi kesehatan menurun dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2014 jumlah jemaah haji risiko tinggi kesehatan kembali meningkat hingga tahun 2015. Peningkatan jumlah Calon Jemaah Haji (CJH) dengan risiko tinggi ini disebabkan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
karena adanya kebijakan pemerintah mendahulukan CJH usia lanjut untuk melaksanakan ibadah haji. Pada pemeriksaan akhir yang dilakukan di Embarkasi Surabaya ditemukan berbagai jenis risiko tinggi kesehatan. Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang banyak ditemukan pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji. Dari beberapa penyakit tidak menular tersebut yang paling banyak ditemukan adalah penyakit hipertensi. Jenis risiko tinggi kesehatan terbanyak di sajikan pada Gambar 1.7.
Sumber : KKP Kelas I Surabaya 2015 Gambar 1.7 Lima (5) faktor risiko tinggi kesehatan terbanyak di Embarkasi Surabaya Tahun 2015 Gambar 1.7 menunjukkan bahwa faktor risiko tinggi kesehatan pada jemaah haji di Embarkasi Surabaya tahun 2015 yang paling banyak adalah senilitas (usia lanjut) 7.119 kasus, hipertensi 6.332 kasus, gangguan lipoprotein
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
3.347 kasus, NIDDM 2.415 kasus dan obesitas 713 kasus. Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji di Embarkasi Surabaya. Jemaah haji dengan hipertensi memiliki risiko tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan mulai dari tingkat ringan hingga berat yaitu berupa kerusakan target organ seperti otak, jantung dan ginjal yang dapat menyebabkan kematian. 1.2
Kajian Masalah Berdasarkan Gambar 1.6 diketahui bahwa jumlah jemaah haji dengan
risiko tinggi kesehatan di Embarkasi Surabaya pada tahun 2015 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berbagai macam risiko kesehatan yang teridentifikasi pada jemaah calon haji pada saat pelaksanaan pemeriksaan akhir di Embarkasi Surabaya, didapatkan bahwa risiko tinggi yang paling banyak adalah hipertensi, oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus terhadap riwayat kesehatan pada jemaah haji sebelum berangkat ke tanah suci untuk menjalankan ibadah haji, terutama pada jemaah dengan hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai karena hipertensi adalah penyebab kematian utama ketiga di Indonesia (Depkes, 2008). Hipertensi sering disebut the silent killer karena penderita hipertensi mengalami kejadian tanpa gejala (asymptomatic) dan apabila tidak diobati maka akan menimbulkan komplikasi seperti stroke, gagal jantung yang fatal, gangguan ginjal atau penyakit degeneratif lainnya yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian (Krummel, 2004). Penderita hipertensi seringkali harus menjalani rawat inap karena beberapa faktor pemberat. Faktor risiko yang
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
memberatkan kondisi seseorang yang mengalami hipertensi pada seseorang meliputi faktor yang tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, ras, dan faktor yang dapat diubah seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol dan makanan yang banyak mengandung lemak atau garam, dan stress. Seseorang yang berisiko terkena hipertensi adalah orang yang berusia diatas 55 tahun (Cahyono, 2008). Bila ditinjau perbandingan prevalensi hipertensi antara perempuan dan laki-laki ternyata menunjukan angka yang bervariasi. Pada umumnya laki-laki lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti merokok, konsumsi alkohol dan pola makan yanag tidak terkontrol (Suiraoka, 2012). Pendidikan rendah berisiko tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi. Orang dengan pendidikan rendah cenderung kurang pengetahuan terhadap kesehatan dan sulit/lambat dalam menerima informasi yang diberikan petugas, sehingga berdampak pada perilaku pola hidup sehat. Individu yang bekerja berisiko rendah untuk terkena hipertensi. Pekerjaan berpengaruh terhadap aktifitas fisik seseorang. Orang yang tidak bekerja aktivitasnya tidak banyak sehingga dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Faktor risiko lainnya yang dapat diubah dari hipertensi adalah kadar kolesterol. Semakin tinggi kadar kolesterol (hiperkolesterolemia) maka akan semakin tinggi kemungkinanan terjadinya hipertensi. Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah arteri akibat penumpukan kolesterol di dinding arteri. Apabila sel-sel otot arteri tertimbun lemak maka saluran arteri itu akan mengalami penyempitan, elastisitasnya akan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
menghilang (kaku) dan berkurang dalam mengatur tekanan darah akibatnya akan terjadi peningkatan tekanan darah (Harefa, 2009). Hipertensi juga dapat dipengaruhi oleh kadar gula darah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mutmainah (2013) diketahui bahwa terdapat hubungan antara kadar gula darah puasa dengan hipertensi pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Kadar insulin berlebih pada penderita DM tersebut menimbulkan peningkatan retensi natrium oleh tubulus ginjal yang dapat menyebabkan hipertensi. Obesitas juga dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kolesterol dalam tubuh yang memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah. Selain itu pasien hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah jantung dan sirkulasi volume darah lebih tinggi dari pada hipertensi yang tidak obesitas. Dengan demikian beban jantung dan sirkulasi volume darah orang hipertensi dengan obesitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal (Susanto, 2010). Faktor lain yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi adalah merokok. Namun hubungan antara merokok dengan hipertensi memang belum jelas. Menurut literatur, nikotin dan karbondioksida yang terkandung dalam rokok akan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Depkes,2007). Mekanisme ini menjelaskan mengapa orang yang merokok setiap hari memiliki risiko untuk menderita hipertensi. Dalam Suiraoka (2012), merokok dapat
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Faktor kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena pada umumnya cenderung mengalami kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, tekanan yang dibebankan pada arteri bertambah dan menyebabkan kenaikan tekananan darah (Triyanto, 2014). Hipertensi merupakan faktor risiko tinggi yang terbanyak ditemukan setiap tahun pada jemaah haji di Indonesia. Berbagai manifestasi klinis dari ringan sampai berat dapat menyertai perjalanan penyakit hipertensi. Seseorang yang mempunyai penyakit hipertensi harus memperhitungkan berbagai kemungkinan gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan ketidakmampuannya dalam melaksanakan ibadah selama di tanah suci. Petugas kesehatan yang mendampingi jemaah haji selama di Arab Saudi selalu berupaya untuk mengamankan kondisi kesehatan jemaah haji agar selalu sehat. Berbagai upaya preventif, promotif dan kuratif dilakukan agar berbagai macam kemungkinan gangguan kesehatan akibat hipertensi dapat dikendalikan dan dikurangi. Banyak faktor risiko yang dapat memperberat penyakit hipertensi yang diderita oleh jemaah haji sehingga memerlukan rawat inap untuk penanganan yang lebih intensif. Penelitian pengembangan indeks ini, dapat memberikan suatu petunjuk faktor risiko rawat inap jemaah haji dengan hipertensi yang dapat
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
dijadikan sebagai prediktor, selanjutnya dibuat formula indeks prediksi yang bertujuan untuk meramalkan atau memprediksi besar peluang atau risiko rawat inap jemaah haji dengan hipertensi, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan untuk mengatasi persoalan hipertensi pada jemaah haji agar angka kejadian rawat inap hipertensi pada jemaah haji menurun di Arab Saudi. 1.3
Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas, maka
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “ Bagaimanakah indeks rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi ? ”. 1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Menyusun indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi. 1.4.2 1.
Tujuan Khusus Menganalisis karakteristik jemaah haji (usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan obesitas) yang dapat dijadikan sebagai prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi. 2.
Menganalisis penyakit penyerta (Diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal dan hiperkolesterol) yang dapat dijadikan sebagai prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi.
3.
Menganalisis perilaku (merokok dan kurang aktivitas fisik) yang dapat dijadikan sebagai prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.
18
Menentukan status risiko rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi di Arab Saudi.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor risiko yang berhubungan dengan rawat inap jemaah haji dengan hipertensi. 1.5.2 Manfaat Ilmiah
a. Memberikan informasi tentang faktor determinan rawat inap pada jemaah haji sebagai
dasar
pertimbangan
penyusunan
strategi
yang tepat
untuk
perencanaan, pencegahan, promosi dan intervensi dalam upaya menurunkan angka kesakitan jemaah haji dengan hipertensi. b. Sebagai informasi bagi calon jemaah haji tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kesakitan hipertensi selama menunaikan ibadah haji sehingga
dapat
mempersiapkan
kondisi
kesehatannya
agar
mampu
menunaikan ibadah haji dengan sehat dan mandiri.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ibadah Haji Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali
seumur hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya. Ibadah haji disebut ibadah fisik karena dalam pelaksanaannya memerlukan kesiapan fisik. Calon jemaah haji adalah warga negara Indonesia yang beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Jemaah haji adalah warga negara Indonesia yang beragama Islam dan telah berangkat untuk menunaikan ibadah haji di Arab Saudi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaan ibadah haji terdapat dua kegiatan yang harus dipenuhi yaitu rukun haji dan wajib haji. Rukun haji adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan dan tidak dapat diganti dengan denda, jika tidak dikerjakan maka ibadah hajinya tidak sah. Sedangkan wajib haji adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji, jika tidak dikerjakan maka hajinya tetap sah tetapi dikenakan denda. Setiap jemaah haji harus melaksanakan semua rukun haji agar hajinya sah walau dalam keadaan apapun (Kementerian Agama RI, 2011) 2.2
Penyelenggaraan Ibadah Haji Penyelenggaraan ibadah haji adalah serangkaian kegiatan berkelanjutan
dalam pengelolaan
pelaksanaan ibadah haji yang terdiri dari pembinaan,
pelayanan dan perlindungan jemaah haji dengan menyediakan layanan
19 TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
20
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
administrasi, bimbingan ibadah haji, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh jemaah haji (UU No.13, 2008) 2.3
Penyelenggaraan Kesehatan Haji
2.3.1
Definisi Penyelenggaraan kesehatan haji adalah serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji, pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans, Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan respon Kejadian Luar Biasa (KLB), penanggulangan KLB dan musibah massal, kesehatan lingkungan dan manajemen penyelenggaraan kesehatan haji (Permenkes RI No.442, 2009). Tujuan 1. Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan. 2. Menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah haji sampai tiba kembali di tanah air. 3. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar atau terbawa masuk oleh jemaah haji. 2.3.2
Asas Penyelenggaraan kesehatan haji merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari penyelenggaraan ibadah haji yang dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, profesionalitas dan akuntabilitas dengan prinsip nirlaba. Penyelenggaraan kesehatan
haji
merupakan
bagian
dari
pembangunan
kesehatan
yang
diselenggarakan dengan berdasarkan kepada asas :
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
1. Perikemanusiaan 2. Pemberdayaan dan kemandirian 3. Adil dan merata 4. Pengutamaan dan manfaat 2.3.3
Kebijakan
1. Melaksanakan perekrutan tenaga kesehatan yang professional secara transparan 2. Meningkatkan kemampuan teknis medis petugas pemeriksa kesehatan jemaah haji di tingkat Puskesmas dan Rumas Sakit 3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit dengan menerapkan standar pelayanan bagi jemaah haji 4. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi jemaah haji di Puskesmas, Rumah Sakit dan Embarkasi 5. Melaksanakan pembinaan kesehatan sejak dini bagi jemaah haji risiko tinggi 6. Memberikan vaksinasi meningitis meningokokus bagi jemaah haji dan petugas 7. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu, cepat dan terjangkau bagi jemaah haji selama menunaikan ibadah haji 8. Mengembangkan sistem informasi manajemen kesehatan haji pada setiap jenjang administrasi kesehatan 9. Mengembangkan sistem kewaspadaan dini dan respon cepat KLB, bencana, serta musibah missal
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3.4
22
Strategi
1. Meningkatkan kemampuan penyelenggaraan kesehatan haji yang didukung tenaga professional 2. Meningkatkan upaya pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan dengan pendekatan manajemen risiko dan kemandirian jemaah haji 3. Meningkatkan surveilans epidemiologi, SKD-respon KLB dan sistem informasi manajemen kesehatan haji 4. Memperkuat kemampuan pecegahan dan penanggulangan KLB dan musibah massal dengan menekankan pengendalian faktor risiko, imunisasi dan kesiapsiagaan 5. Meningkatkan mutu dan kecukupan sediaan farmasi, alat kesehatan dan logistik kesehatan haji 6. Mengembangkan kajian dan penelitian serta penerapan teknologi bagi penyelenggaraan kesehatan haji 7. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan lintas program, sektor, pusat dan daerah, bilateral dan multilateral dalam penyelenggaraan kesehatan haji 2.3.5
Ruang Lingkup Kegiatan
1. Bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan 2. Pengendalian faktor risiko kesehatan dan penyehatan lingkungan 3. Promosi dan komunikasi publik 4. Kajian dan penelitian 5. Pencatatan, pelaporan dan sistem informasi manajemen kesehatan haji 6. Pengelolaan sumber daya kesehatan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3.6
23
Pengorganisasian Program kesehatan haji dilaksanakan oleh berbagai unit utama di
Kementerian Kesehatan. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dalam penyelenggaraan program dan operasional penyelenggaraan kesehatan haji dengan membentuk panitia penyelenggara kesehatan haji pusat dengan tugas pokok dan fungsi yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dan ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan. Apabila diperlukan panitia ini dapat membentuk Tim Operasional Penyelenggara Kesehatan Haji. 2.3.7
Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan serangkaian upaya pelayanan kesehatan
yang bersifat kontinum dan komprehensif dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan terhadap jemaah haji sesuai standar agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan sendiri merupakan upaya menjaga kemandirian kesehatan jemaah haji dengan persiapan obat dan cara-cara konsultasi kesehatan diperjalanan, asupan makanan dan gizi, konsultasi dan bimbingan kesehatan. Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan kesehatan di daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan/pra haji dan pada saat kepulangan/pasca haji), pelayanan kesehatan di embarkasi dan debarkasi, pelayanan kesehatan selama penerbangan, pelayanan kesehatan selama di Arab Saudi dan pelayanan kesehatan di kelompok terbang. Pelayan kesehatan tersebut satu dengan yang lain merupakan proses pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
1. Pelayanan Kesehatan di Daerah Perjalanan ibadah haji merupakan perjalanan dengan kondisi matra haji, sehingga memerlukan persiapan kesehatan yang memadai agar ibadah haji dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, sebelum keberangkatan ke tanah suci, jemaah haji memeriksakan kesehatannya ke unit pelayanan pemeriksa kesehatan haji di daerah. Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan
haji
meliputi
pemeriksaan
pertama
yang
merupakan
pemeriksaan dasar di Puskesmas bagi semua jemaah haji dan pemeriksaan kedua yang merupakan pemeriksaan rujukan bagi jemaah haji yang dirujuk oleh unit pelaksana pemeriksa kesehatan pertama sesuai dengan status kesehatan setiap jemaah haji serta pelaksanaan imunisasi meningitis bagi jemaah haji Indonesia. Jemaah haji usia lanjut (≥ 60 tahun), jemaah menderita penyakit menular, atau jemaah yang menderita penyakit yang diperkirakan berpengaruh terhadap kesehatan selama perjalanan ibadah haji (berisiko tinggi) harus dirujuk ke pemeriksaan kesehatan kedua untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan kesehatan pertama dilaksanakan oleh tim pemeriksa kesehatan pertama di Puskesmas yang ditunjuk. Pemeriksaan kesehatan kedua dilaksanakan oleh tim pemeriksaan kedua (rujukan) di Rumah Sakit yang ditunjuk. Frekuensi dan jenis pemeriksaan kesehatan pertama dan pemeriksaan kedua diberikan sesuai dengan status kesehatan dan kebutuhan pemeriksaan kesehatan masing-masing jemaah haji. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan pertama dan pemeriksaan tahap kedua, tim pemeriksa kesehatan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
menerbitkan surat keterangan kesehatan jemaah haji dan dicatat dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH). Buku kesehatan jemaah haji ini akan menjadi salah satu dokumen kesehatan yang akan diperiksa sebelum keberangkatan oleh petugas di Embarkasi haji. 2. Pelayanan Kesehatan di Embarkasi/Debarkasi Rangkaian pemeriksaan jemaah haji pada saat kedatangan di embarkasi haji adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan kesehatan semua jemaah haji saat tiba di embarkasi terdiri dari pemeriksaan dokumen kesehatan (BKJH dan surat keterangan imunisasi meningitis), pemeriksaan kesehatan jemaah haji, rujukan jemaah haji yang sakit ke Rumah Sakit rujukan embarkasi. b. Pelayanan di poliklinik embarkasi dan debarkasi bagi jemaah haji yang sakit atau konsultasi kesehatan pada saat tiba di embarkasi/debarkasi. c. Rujukan dan perawatan medis di Rumah Sakit bagi jemaah haji sakit yang dirujuk oleh PPIH bidang kesehatan embarkasi/debarkasi. d. Rujukan ke daerah tempat tinggal bagi jemaah haji sakit yang dirujuk oleh PPIH bidang kesehatan. e. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji pada saat kepulangan (debarkasi). f. Pemberian alert card K3JH kepada setiap jemaah haji. 3. Pelayanan Kesehatan di Arab Saudi Pelayanan kesehatan di Arab Saudi terdiri dari pelayanan di BPHI daerah kerja Makkah, Madinah, Jeddah dan BPHI sector serta pelayanan rujukan ke
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Rumah Sakit Arab Saudi. Pelayanan kesehatan ini hanya bersifat pasif, karena hanya menerima rujukan jemaah haji yang sakit. 2.4
Faktor Risiko Kesehatan Jemaah Haji Pengertian awal dari risiko atau risk adalah probability of particular adverse
effect atau prediksi kemungkinan buruk kondisi seseorang. Faktor risiko adalah faktor yang berperan dalam setiap kejadian penyakit dan akhirnya dapat menimbulkan
gangguan
kesehatan
hingga
akhirnya
akan
mengurangi
kesempurnaan jalannya ibadah haji. Faktor risiko tersebut antara lain meliputi pencetus kejadian penyakit maupun faktor yang dapat memperberat kondisi awal kesehatan jemaah haji (Achmadi, 2012). Berdasarkan An Epidemiological Model for Health Policy Analysis, bahwa untuk menganalisa faktor penyakit adalah lingkungan, gaya hidup, biologi manusia, dan sistem pelayanan kesehatan diasumsikan memiliki pengaruh yang sama (Dever, 1984). Faktor risiko yang ada pada jemaah haji terdiri dari : 2.4.1
Faktor Karakteristik Individu a. Usia Semakin lanjut usia seseorang maka semakin memiliki potensi penyulit. Jemaah haji Indonesia dengan usia ≥ 60 tahun berjumlah seperlima dari total jemaah haji. Kelompok usia ≥ 60 tahun tergolong kelompok risiko tinggi non penyakit. Besarnya kelompok usia ≥ 60 tahun ini disebabkan karena jemaah haji Indonesia harus menunggu waktu cukup lama untuk mengumpulkan uang dalam rangka menjalankan ibadah haji.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
b. Gender Jemaah haji Indonesia sebagian besar terdiri dari jenis kelamin perempuan. Secara fisik perempuan lebih lemah dan cenderung anemis sehingga memiliki kondisi awal yang lebih buruk dibanding lai-laki. c. Pengetahuan Sebagian besar jemaah haji Indonesia berpendidikan sekolah dasar. Latar pendidikan rendah dengan tingkat pengetahuan dan wawasan yang terbatas merupakan salah satu penyulit yang akan meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan pada diri jemaah haji tersebut. d. Status gizi Berdasarkan profil kesehatan haji Indonesia tahun 2013, sebagian besar pekerjaan jemaah haji Indonesia adalah petani. Umumnya petani berasal dari pedesaan dan diasumsikan dengan keadaan sosial ekonomi yang terbatas sehingga dapat berdampak kurang baik pada kondisi gizi dan kesehatannya e. Status risiko tinggi (ada tidaknya penyakit yang diderita) Penyakit-penyakit yang ditemukan pada jemaah haji saat pemeriksaan kesehatan di tanah air merupakan salah satu faktor risiko yang harus diwaspadai. Penyakit tersebut antara lain kardiovaskuler termasuk hipertensi, penyakit saluran pencernaan, penyakit rematik, penyakit saluran pernafasan, penyakit saluran kemih, endokrin. Jemaah haji yang memiliki penyakit-penyakit tersebut berpotensi untuk menimbulkan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
masalah kesehatan yang dapat mengganggu jalannya ibadah haji, sehingga perlu menjadi perhatian bagi petugas kesehatan. 2.4.2
Faktor Perilaku a. Merokok Merokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan mempercepat proses pergeseran pembuluh darah arteri (Cahyono, 2008). Apabila jemaah haji mempunyai kebiasaan merokok selama di tanah air, maka ini akan memperburuk kondisinya selama di Arab Saudi karena kondisi cuaca di Arab Saudi mempunyai tingkat kelembaban yang sangat rendah dengan suhu udara yang sangat tinggi sehingga rentan terhadap munculnya penyakit system pernafasan (Rudiyanto, 2013) b. Kurang aktivitas fisik Kurang melakukan aktivitas fisik secara rutin dapat berisiko terhadap kesehatan jantung, serebrovaskuler, endokrin dan metabolik (Bustan, 2015). Berkaitan dengan persiapan fisik dalam menghadapi ibadah haji dengan medan lingkungan yang berat, maka penting untuk melakukan aktivitas fisik secara rutin sejak dini sewaktu masih berada di tanah air. Untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji diperlukan kondisi fisik yang ideal sehingga dapat menjalankan ibadah haji dengan lancer (Achmadi, 2012) c. Kedisiplinan minum obat Jemaah haji yang mempunyai penyakit kronis yang telah terdiagnosis sejak di tanah air seperti hipertensi, diabetes mellitus tentunya akan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi untuk mengontrol penyakit yang diderita. Kesibukan dalam kegiatan ibadah haji dapat mengakibatkan mereka kurang memperhatikan dalam mengkonsumsi obat sehingga kondisinya menjadi tidak terkontrol bahkan menjadi lebih buruk dan dapat menyebabkan kesakitan yang berat bahkan kematian. 2.4.3
Faktor Lingkungan a. Suhu Kota
Madinah
merupakan
kota
dengan
suhu
terendah
jika
dibandingkan dengan kota Jeddah atau Makkah. Penyakit yang dapat timbul akibat pengaruh musim dingin adalah seperti kulit bersisik di sertai gatal, infeksi pernafasan, gangguan otot dan tulang, bibir pecah-pecah, dehidrasi, jantung, astma dan rematik yang dapat memperberat penyakit yang sudah di derita sebelumya. b. Kelembaban Arab Saudi mempunyai kelembaban udara yang rendah pada musim dingin atau musim panas. Kelembaban rata-rata harian lebih rendah atau dibawah normal (<65%). Keadaan ini akan meningkatkan evaporasi cairan tubuh sepanjang hari yang dapat mengakibatkan tubuh mnejadi kekurangan cairan (dehidrasi). 2.4.4
Faktor Pelayanan Kesehatan a. Sarana Sarana berfungsi untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan kesehatan haji di Indonesia dan di Arab Saudi. Sarana pelayanan kesehatan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
berhubungan dengan aksesibilitas dan kelengkapan peralatan dan obat. Setiap jemaah haji memiliki hak yang sama dalam memperoleh kemudahan akses pelayanan dan pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa memandang perbedaan antar individu. Kementerian Kesehatan setiap tahunnya selalu berupaya memperbaiki dan menyempurnakan sarana pelayanan kesehatan di Arab Saudi agar tercapai target pelayanan kesehatan jemaah haji yang optimal (Profil Kesehatan Haji, 2012) b. Jumlah petugas Kementerian Kesehatan melakukan pemilihan dan pengerahan tenaga kesehatan haji ke Arab Saudi yang menjadi bagian dari PPIH Arab Saudi bidang kesehatan. Kebutuhan jumlah petugas atau tenaga kesehatan harus terpenuhi dengan memperhatikan jumlah jemaah haji yang berangkat agar pelayanan kesehatan dapat diberikan dengan baik.jumlah petugas sangat pentinguntuk menunjang pelayanan kesehatan saat pelaksanaan ibadah haji (Profil Kesehatan Haji, 2012). c. Kemampuan petugas Sebagai tenaga kesehatan haji professional harus dapat memperkirakan atau melakukan analisis faktor risiko terhadap apa saja yang mungkin akan dialami oleh jemaah haji apabila yang bersangkutan berada dalam perjalanan fisik dan mental yang berat (Achmadi, 2012). Seluruh petugas tersebut diharapkan mengikuti pelatihan kompetensi teknis kesehatan dan kompetensi koordinasi tim di kelompok terbang dan PPIH, termasuk kesehatan di embarkasi haji (Profil Kesehatan Haji, 2012)
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.5 2.5.1
31
Hipertensi Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian. Keadaan tersebut apabila tekanan darah sistole (systolic blood pressure) sama dengan 140 mmHg atau lebih secara terus menerus dan tekanan darah diastole (diastolic blood pressure) sama dengan 90 mmHg atau lebih sesuai dengan criteria WHO atau memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya (Suiraoka, 2012) 2.5.2
Manifestasi Klinis Hipertensi disebut juga “ the silent killer” karena individu biasanya tidak
menyadari keberadaannya, dan oleh karena itu setiap orang perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur (Bustan, 2015). Hal ini sesuai dengan kedatangannya yang tidak terduga dan tanpa menunjukkan adanya gejala tertentu. Seringkali penderita hipertensi baru mengetahui setelah penyakit hipertensi yang dideritanya menyebabkan berbagai komplikasi (Suiraoka, 2012). Gejala klinis yang paling sering dialami pada penderita hipertensi adalah pusing, sakit kepala, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, pengelihatan kabur, mimisan, rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan mata berkunang-kunang (Triyanto, 2014)
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.5.3
32
Penyebab Menurut penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu : a. Hipertensi essensial / primer Hipertensi essensial atau primer adalah hipertensi yang belum diketahui dengan pasti penyebabnya secara jelas. Mekanisme yang bertanggung jawab menyebabkan hipertensi ini adalah berbagai sistem yang terlibat dalam pengaturan tekanan arteri perifer dan atau adrenergik sentral, renal, hormonal, vaskuler dan kompleksnya hubungan sistemsistem ini antara satu dan lainnya (Harrison, 2000). Prevalensinya mencapai 90% dari seluruh penyakit hipertensi. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun dan tidak ditemukan penyakit renovaskuler, aldosteronism, pheochromocytoma, gagal ginjal dan penyakit lainnya. Faktor genetik dan ras diduga merupakan penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain seperti stress, konsumsi alkohol, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup (Triyanto, 2012) b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui dengan pasti, yaitu antara lain akibat gangguan ginjal, gangguan kelenjar tiroid dan gangguan kelenjar adrenalin. Prevalensinya ≤ 10% dari seluruh penderita penyakit hipertensi.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.5.4
33
Klasifikasi Hipertensi dikelompokkan berdasarkan peningkatan tekanan darah sistole
dan diastole. Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint National (JNC 7) dapat dihat pada tabel 2.1 Klasifikasi Normal Pra hipertensi Hipertensi stadium I Hipertensi stadium II 2.5.5
Sistolik (mmHg) < 120 120 – 139 140 – 159 ≥ 160
Dastolik (mmHg) < 80 80 - 89 90 – 99 ≥ 100
Faktor Risiko Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibedakan menjadi
faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol (Suiraoka, 2012). a. Faktor yang dapat dikontrol 1. Obesitas Obesitas dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kolesterol dalam tubuh yang memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah. Selain itu pasien hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah jantung dan sirkulasi volume darah lebih tinggi daripada hipertensi yang tidak obesitas. Dengan demikian beban jantung dan sirkulasi volume darah orang hipertensi dengan obesitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal (Sutanto, 20110). Berdasarkan hasil penelitian Diana dkk 2011 terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan kejadia hipertensi
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
(p=0.000) dengan nilai rasio prevalensi (RP) sebesar 2,16 (CI 1,32-2,24). Pada penelitian lain mengidentifikasi bahwa semakin tinggi tingkat obesitas seseorang, maka akan semakin besar risiko untuk menderita hipertensi (Anggara, 2014). 2. Aktivitas Fisik Pada orang yang kurang aktivitas fisik cenderung memiliki curah jantung yang lebih tinggi. Semakin tinggi curah jantung, maka semakin keras kerja setiap kontraksi sehingga semakin besar oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Kurang aktivitas fisik juga berisiko meningkatkan kelebihan berat badan (Suiraoka, 2012; Triyanto, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan OR = 2,67 ; CI 95% ; 1,20 – 5.90 (Wahiduddin, dkk., 2013) 3. Merokok Merokok atau mengunyah tembakau mempengaruhi terjadinya kenaikan tekanan darah. Bahan kimia yang terkandung dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah arteri serta memudahkan terjadinya aterosklerosis. Perilaku merokok merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi dengan OR = 2,32; 95% CI : 1,24 – 4,35 (Wahiduddin, dkk., 2013).
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
4. Konsumsi Lemak Jenuh Asupan lemak jenuh dapat mengakibatkan dislipidemia yang merupakan salah satu faktor utama aterosklerosis, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada kejadian penyakit kardiovaskuler (Suiraoka, 2012). Hasil penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan bahwa konsumsi lemak jenuh merupakan faktor terjadinya hipertensi (p=0,001) dengan OR = 7,72 (CI ; 2,45 – 24,38). 5. Konsumsi Garam Berlebihan Konsumsi garam dapur berlebihan dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler. Keadaan ini akan meningkatkan volume cairan pada ekstraseluler yang menyebabkan peningkatan volume darah sehingga berdampak pada kenaikan tekanan darah (Sutanto, 2010) 6. Konsumsi Alkohol Pada individu yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan sintesis katekolamin yang dapat memicu kenaikan tekanan darah (Suiraoka, 2012). Penelitian Diyan menunjukkan bahwa konsumsi alkohol berhubungan positif dengan kejadian hipertensi (p=0,001) dengan OR = 4,3; 95% ; CI ; 1,86 – 10,28. 7. Stres Faktor risiko stres berpengaruh dengan terjadinya hipertensi dikaitkan dengan peran saraf simpatis yang mempengaruhi hormon epinefrin (adrenalin). Hormon epinefrin dapat mempengaruhi peningkatan tekanan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
darah (Susanto, 2008). Hasil penelitian lain didapatkan bahwa faktor psikologis stres mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan OR = 3,28;CI:1,05-10,26 (Elvirah, F.,dkk., 2011) b. Faktor yang tidak dapat dikontrol 1. Riwayat keluarga (genetik) Faktor genetik mempunyai peranan yang besar terhadap kejadian hipertensi. Pada penyakit hipertensi primer didapatkan pada orang dengan riwayat keluarga dengan hipertensi sebesar 70-80%. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Apabila didalam keluarga terdapat riwayat hipertensipada orang tuanya, maka orang tersebut memiliki kemungkinan terkena hipertensi sebesar 25%. Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar terhadap munculnya hipertensi. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar homozigot jika dibandingkan dengan heterozigot (Sutanto, 2010 ; Triyanto, 2014). Penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan hasil bahwa riwayat keluarga dengan hipertensi mempengaruhi terjadinya hipertensi (p=0,001) dengan OR=4.04 (95% CI;1,92-8,47). 2. Jenis kelamin Pria pada umumnya lebih memiliki risiko terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal ini dikarenakan pria lebih banyak mempunyai faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti merokok, stress karena kurang nyaman terhadap pekerjaan dan makan tidak terkontrol. Pada wanita biasanya prevalensinya akan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
mengalami peningkatan hipertensi setelah memasuki masa menopause (Suiraoka, 2012). 3. Umur Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi, semakin bertambah usia seseorang maka semakin besar risiko aterosklerosis. Hilangnya elastisitas pembuluh darah dan aterosklerosis merupakan penyebab hipertensi pada usia tua (Sutanto, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan bahwa umur menjadi faktor risiko hipertensi (p=0.001) dengan OR=4,76 (CI 95% 2,0 – 11,50). 2.5.6
Komplikasi Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang akan memberi
gejala lanjut ke suatu target organ. Semakin lama tekanan yang berlebihan pada dinding arteri akan merusak banyak organ vital dalam tubuh. Bila tidak segera dikendalikan maka akan menyebabkan komplikasi sesuai dengan target organ yang paling dipengaruhi. a. Otak 1. Stroke Stroke merupakan cidera otak yang timbul sebagai akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah dalam otak akibat terpajan tekanan darah tinggi, sehingga pasokan darah ke otak terganggu (Suiraoka, 2012 ; Triyanto, 2014).
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
2. Dimensia Dimensia atau penurunan daya ingat dapat terjadi karena hipertensi. Umumnya risiko untuk dimensia meningkat pada usia 70 tahun keatas (Suiraoka, 2012). b. Sistem kardiovaskuler 1. Infark miokard Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai oksigen yang cukup ke otot jantung. Akibatnya kebutuhan oksigen otot jantung tidak dapat terpenuhi dan terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark (Triyanto, 2014). 2. Aneurisma Adalah penggelembungan pada arteri akibat dari pembuluh darah tidak elastis lagi yang ditandai dengan gejala sakit kepala yang hebat. Sering terjadi pada arteri otak atau pada aorta bagian bawah. Jika terjadi kebocoran atau pecah sangat fatal akibatnya. 3. Arterosklerosis Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak didalam dan dibawah lapisan arteri yang akan merusak dinding arteri. Timbunan lemak akan melekat dan lama kelamaan menumpuk sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah arteri (Suiraoka, 2012).
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
c. Ginjal Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal (glomelorus). Rusaknya glomelorus tersebut akan mengakibatkan aliran darah ke nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian (Triyanto, 2014) d. Mata Hipertensi mempercepat penuaan pada pembuluh darah halus mata, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. (Suiraoka, 2012) 2.5.7
Prognosis Hipertensi (Bustan, 2015). Hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target organ yang
diserangnya apabila dibiarkan tanpa pengobatan. Prognosis penyakit pada penderita hipertensi dipengaruhi oelh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Penyebab Hipertensi Penemuan penyebab utama dari hipertensi sangat mempengaruhi perjalanan penyakit ini. Penyebab hipertensi yang ditemukan pada tahap awal, terutama pada hipertensi sekunder akan lebih baik prognosisnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. Apabila penyakit tersebut segera diatasi maka tidak akan meningkatkan risiko penyakit hipertensi menjadi lebih berat. 2. Umur Hipertensi yang ditemukan pada pasien dengan usia muda mempunyai prognosis yang kurang baik jika dibandingkan dengan individu yang berusia lebih tua. Semakin muda seseorang terdiagnosis menderita
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
penyakit hipertensi pertama kali, maka akan semakin buruk perjalanan penyakitnya. Bila tidak segera ditangani akan mengurangi usia harapan hidupnya. 3. Sifat Hipertensi Tekanan darah yang bersifat labil dan progresif kurang baik prognosisnya, terutama pada individu dengan tekanan darah diastolik persisten > 115 mmHg. 4. Suku / Ras Prevalensi kesakitan hipertensi pada ras kulit hitam adalah 4 kali lebih besar dibandingkan dengan ras kulit putih. 5. Jenis Kelamin Pada pria umumnya lebih berisiko untuk terjadi peningkatan tekanan darah jika dibandingkan denga wanita yang cenderung lebih bisa mentolerir lebih baik terhada kenaikan tekanan darah. 6. Komplikasi Adanya penyakit yang menyertai dapat memperberat prognosis hipertensi.
Komplikasi
hipertensi
tersebut
dapat
berupa
stroke
haemorhagik, infark miokard, hipertensi renal dan penyakit lain yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah. 7. Faktor risiko lainnya Merokok, diabetes mellitus, hiperkolesterol, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan semuanya dapat mengubah prognosis penyakit hipertensi.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.6
41
Indikator Menurut Kementerian Kesehatan RI (2003), indikator adalah variabel yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi suatau keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Ketepatan dalam menggambarkan keterwakilan suatu informasi adalah syarat utama dalam sebuah indikator. Dalam sebuah indikator harus memenuhi syarat-syarat yang dikenal dengan sebutan SMART ; Simple, Measurable, Attributable, Reliable dan Timely sebagai berikut : 1. Simple (sederhana) Indikator yang dibutuhkan sebisa mungkin dalam proses pengumpulan data dan rumus perhitungannya sederhana sehingga mudah diterapkan. 2. Measurable (dapat diukur) Indikator yang telah ditetapkan harus dapat mewakili informasinya dan jelas hasil pengukurannya. 3. Attributable (bermanfaat) Indikator yang ditetapkan harus memiliki manfaat yang dapat dipergunakan untuk pengambilan keputusan. 4. Reliable (dipercaya) Indikator yang ditetapkan harus didukung oleh pengumpulan data atau pencatatan yang baik, benar dan teliti. 5. Timely (tepat waktu) Indikator yang ditetapkan dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasinya tepat waktu.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.7
42
Indeks Indeks merupakan gabungan dari beberapa indikator yang digunakan untuk
mengukur suatu kondisi yang bersifat multidimensional. Indeks adalah kumpulan dari beberapa indikator komposit (Ilmi, 2014). Tujuan dari penyusunan suatu indeks adalah untuk mendapatkan validitas sedangkan indikator adalah untuk menunjukkan suatu realibilitas (Yudhastuti, 2005). Berdasarkan dari konsep dan indikator tersebut, maka akan dibuat indeks berdasarkan faktor karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas), penyakit penyerta (diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal dan hiperkolesterol) dan perilaku (merokok dan kurang aktivitas). Berdasarkan indikator-indikator tersebut akan dirumuskan model indeks risiko rawat inap jemaah haji dengan hipertensi untuk memprediksi jemaah haji dengan hipertensi yang berisiko dirawat inap.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1
Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Responden: Usia Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Penyakit Penyerta Obesitas Stress
Perilaku : Merokok
Hipertensi rawat inap
Kurang aktivitas
Pelayanan Kesehatan Sarana & Prasarana Lingkungan :
Jumlah Petugas
Musim
Pemeriksaan Kesehatan
Suhu
Penyuluhan nakes
Kelembaban
Kemampuan Petugas
= Di teliti = Tidak diteliti Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian indeks rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi
TESIS
43 INAP ... INDEKS RAWAT
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
Pada kerangka konsep penelitian indeks rawat inap pada jemaah haji dengan hipertensi ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan, dalam hal ini adalah rawat inap hipertensi pada jemaah haji. Faktor tersebut terdiri dari faktor karakteristik individu (jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan obesitas), faktor penyakit penyerta (Diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal, hiperkolesterol), faktor perilaku (merokok dan kurang aktivitas fisik), faktor lingkungan (musim, suhu, kelembaban di Arab Saudi), faktor pelayanan kesehatan (sarana, jumlah petugas dan kemampuan petugas) dan faktor genetik (riwayat penyakit keluarga). Peningkatan kejadian hipertensi dipengaruhi oleh umur, orang dengan usia tua akan semakin berisiko. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang terserang hipertensi karena lebih banyak mempunyai faktor risiko untuk terjadi hipertensi daripada perempuan. Tingkat pendidikan rendah identik dengan kurang pengetahuan sehingga mempengaruhi perilaku hidup sehat. Pekerjaan sering dikaitkan dengan kejadian hipertensi. Orang yang tidak bekerja cenderung kurang aktivitas fisik. Obesitas dapat memicu terjadinya peningkatan kolesterol dalam darah yang merupakan pencetus terjadinya aterosklerosis. Akibatnya pembuluh darah menyempit yang mengakibatkan beban jantung meningkat sehingga mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah. Penyakit penyerta yang diderita oleh pasien dengan hipertensi seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler, penyakit ginjal dan hiperkolesterol dapat memperberat kondisi hipertensi. Pengaruh rokok terhadap tekanan darah dikaitkan dengan kandungan nikotin dan CO dalam rokok. Kurang aktivitas fisik cenderung memicu terjadinya obesitas
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
yang berisiko meningkatkan aterosklerosis yang akan meningkatkan tahanan perifer dan meningkatkan curah jantung yang akan mempengaruhi terjadinya hipertensi. Semua faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada diri seseorang. Apabila faktor-faktor tersebut tidak dilakukan upaya pengendalian maka akan mengakibatkan kondisi penyakit hipertensi yang berat sehingga harus dirawat inap untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang intensif. Pada penelitian ini tidak semua variabel diteliti, variabel tersebut yaitu faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan. 1.2
Hipotesis Penelitian Berdasarkan gambaran kerangka konseptual dapat disusun hipotesis dalam
penelitian ini yaitu: 1.
Karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas) merupakan prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi
2.
Penyakit
penyerta
(diabetes
mellitus,
kardiovaskuler,
ginjal
dan
hiperkolesterol) merupakan prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi 3.
Perilaku (merokok dan aktivitas fisik) merupakan prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik observasional, karena penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan secara mendalam tentang faktor risiko yang berhubungan dengan rawat inap kasus hipertensi pada jemaah haji dan terhadap subyek yang diteliti tidak diberikan perlakuan. 4.2
Rancang bangun Penelitian Rancang bangun penelitian ini adalah case control study. Rancangan ini
merupakan penelitian epidemiologi yang bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan rawat inap kasus hipertensi pada jemaah haji yaitu dengan membandingkan kelompok kasus jemaah haji dengan hipertensi yang dirawat inap selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi dengan kelompok kontrol yaitu jemaah haji dengan hipertensi yang dirawat jalan selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi. Penelitian ini dilakukan dengan menelusuri riwayat paparan terhadap determinan atau faktor risiko yang mengakibatkan terjadinya rawat inap pada jemaah haji dengan hipertensi. 4.3
Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini sejak dari tahap persiapan proposal
penelitian pada bulan Mei 2016 sampai dengan tahap pelaporan hasil pada bulan Agsutus 2016.
46
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.4
Populasi dan sampel
4.4.1
Populasi a.
45
Populasi Kasus Populasi kasus pada penelitian ini adalah seluruh jemaah haji reguler yang terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan berangkat melalui Embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis hipertensi dan pernah dirawat inap selama di Arab Saudi.
b. Populasi kontrol Populasi kontrol adalah seluruh jemaah haji reguler yang terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan berangkat melalui Embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis hipertensi dan pernah dirawat jalan selama di Arab Saudi. 4.4.2
Sampel a. Sampel Kasus Sampel kasus pada penelitian ini adalah sebagian jemaah haji reguler yang terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan berangkat melalui embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis hipertensi dan pernah dirawat inap selama di Arab Saudi. b. Sampel Kontrol Sampel kontrol adalah sebagian jemaah haji reguler yang terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan berangkat melalui Embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis hipertensi dan pernah dirawat jalan selama di Arab Saudi.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.4.3
46
Besar Sampel dan Teknik Pengambilan sampel a. Besar Sampel Besar sampel kasus dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan total kasus. Semua kasus yang memenuhi kriteria diambil seluruhnya dengan pertimbangan jumlah kasus yang ada dalam data siskohatkes tidak terlalu besar. Berdasarkan data siskohatkes kemenkes RI, jemaah haji Embarkasi Surabaya yang dirawat inap dengan diagnosis hipertensi pada musim haji 1436 berjumlah 40 orang dan yang memiliki data lengkap sebanyak 32 orang. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka besar sampel kasus diambil total sampel yaitu 32 orang. Dengan menggunakan perbandingan 1: 1, maka besar sampel kasus adalah 32 dan besar sampel kontrol 32. Jadi total besar sampel kasus dan kontrol adalah 64 sampel. b. Teknik pengambilan sampel Pemilihan sampel kontrol dengan cara acak sederhana (simple random sampling) sebanyak jumlah besar sampel yang dibutuhkan. Langkah pertama adalah membuat kerangka sampel dengan membuat list seluruh jemaah haji Embarkasi Surabaya yang berangkat melalui Embarkasi Surabaya yang terdiagnosis hipertensi kemudian diberi nomor urut dan dilakukan pemilihan secara acak sederhana (simple random sampling) hingga memenuhi besar sampel yang dibutuhkan.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
1.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1
Variabel Penelitian 1. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah rawat inap hipertensi pada jemaah haji. 2. Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas), penyakit penyerta (Diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal dan hiperkolesterol) dan perilaku (merokok, kurang aktivitas fisik).
4.5.2 Definisi Operasional Definisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian No
TESIS
Variabel
Skala & Kategori
Definisi
Cara pengumpulan data
1.
Rawat inap Hipertensi
Proses perawatan pada pasien hipertensi diruangan rawat inap karena proses perawatan /pengobatan
Skala : Nominal Kategori: 1 = rawat inap 2 = rawat jalan
Data sekunder Siskohatkes
2.
Usia
Usia jemaah haji saat menunaikan ibadah haji yang dihitung berdasarkan tanggal kelahiran
Skala : Nominal Kategori: 1 = ≥ 60 2 = < 60 (puskeshaji 2015)
Data sekunder siskohatkes
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No
Variabel
Skala & Kategori
Definisi
48
Cara pengumpulan data
3.
Jenis Kelamin
Ciri biologis yang Skala : Nominal dimiliki jemaah haji yaitu Kategori: laki-laki dan perempuan 1 = Laki-laki 2 = Perempuan
Data sekunder siskohatkes
4.
Pendidikan
Jenjang pendidikan Skala : Nominal formal yang telah di tempuh oleh jemaah haji. Kategori: (Notoatmodjo 2012) 1= Tinggi, bila pendidikan tamat SMA, perguruan tinggi (D3,S1,S2,S3). 2 = Rendah, bila tidak sekolah, Tamat SD, Tamat SMP
Data sekunder siskohatkes
5.
Pekerjaan
Aktivitas yang dilakukan Skala : nominal sebagai sumber Kategori : penghasilan jemaah haji 1= Tidak Bekerja (Ibu Rumah tangga, pensiunan)
Data sekunder siskohatkes
2= Bekerja (Petani, Pedagang, PNS/Karyawan swasta, TNI/POLRI)
TESIS
6.
Penyakit Diabetes Melitus
Status penyakit jemaah haji yang dinyatakan mengidap penyakit diabetes mellitus pada pemeriksaan kesehatan
Skala : Nominal Kategori: 1 = ya 2 = tidak
Data sekunder siskohatkes
7.
Penyakit kardiovaskuler
Status penyakit jemaah haji yang dinyatakan menderita penyakit kardiovaskuler pada saat pemeriksaan kesehatan
Skala : Nominal Kategori: 1 = ya 2 = tidak
Data sekunder siskohatkes
8.
Penyakit Ginjal
Status penyakit jemaah haji yang dinyatakan menderita penyakit ginjal pada saat pemeriksaan kesehatan
Skala : Nominal Kategori: 1 = ya 2 = tidak
Data sekunder siskohatkes
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No
Variabel
Skala & Kategori
Definisi
49
Cara pengumpulan data
9.
Penyakit Hiperkolesterol
Status penyakit jemaah Skala : Nominal haji yang dinyatakan Kategori: menderita penyakit 1 = Ya hiperkolesterolpada saat 1 = Tidak pemeriksaan kesehatan
Data sekunder siskohatkes
10
Obesitas
Hasil pengukuran IMT pada jemaah haji BMI ≥ 25 = obesitas BMI< 25 = Tidak obesitas
Data sekunder siskohatkes
11.
Merokok
Perilaku/kebiasaan Skala : Nominal merokok jemaah haji Kategori: yang tercatat dalam 1 = merokok siskohatkes 2 = tidak merokok
Data sekunder siskohatkes
12.
Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik jemaah haji Skala : Nominal yang tercatat dalam Kategori: siskohatkes 1 = Ya 2 = Tidak
Data sekunder siskohatkes
1.6
Skala nominal Kategori : 1 = Ya 2 = Tidak
Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
4.6.1 Jenis Data Data yang dikumpulkan berkaitan dengan kebutuhan penelitian adalah data sekunder yaitu berupa data individual jemaah haji meliputi: nama, usia, jenis kelamin, alamat domisili, nomor porsi, nomor kloter dan data rekam medis jemaah haji. Data diperoleh dari Siskohatkes (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan) Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI. 4.6.2 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk memudahkan pengumpulan data adalah formulir pengumpulan data yang berisi variabel-variabel yang diteliti untuk menyusun indeks. Data yang dikumpulkan berasal dari siskohatkes yang dapat
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
diakses oleh peneliti yaitu data hasil pemeriksaan kesehatan jemaah haji tahun 2015, kemudian dilakukan ekstraksi ke dalam formulir pengumpulan data. 4.7
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer.
4.7.1 Pengolahan Data Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data sesuai dengan tahapan berikut ini: a.
Editing Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dan kesesuaian
data yang telah terkumpul. Apabila terdapat data yang masih kurang jelas dan kurang lengkap, akan dilakukan koreksi kembali dengan melihat data yang terdapat di dalam aplikasi siskohatkes Kementerian Kesehatan RI b.
Coding Setelah variabel terkumpul kemudian dikategorikan dan di beri kode
untuk memudahkan dalam proses analisis. c.
Entry Proses entry dilakukan setelah dilakukan pemberian kode lalu data
ditransformasikan kedalam program yang ada di komputer. d.
Cleaning Pengecekan data kembali dilakukan untuk meyakinkan bahwa data
yang akan dianalisa sudah sesuai dan lengkap. Kelengkapan data meliputi semua variabel penelitian yang dimiliki subyek penelitian yang terisi dengan lengkap.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
4.7.2 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer yang meliputi tahapan analisis sebagai berikut : a. Analisis Univariabel Data dari variabel penelitian yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan di analisis secara deskriptif. b. Analisis Bivariabel Analisis bivariabel dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik sederhana untuk menganalisis masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat untuk mengetahui apakah sebuah variabel merupakan variabel kandidat untuk dilanjutkan pada analisis multivariabel. Untuk menentukan variabel kandidat ditentukan dengan melihat nilai signifikan p value < 0,25 (Sutanto, 2007). c. Analisis Multivariabel Analisis multivariabel dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap variabel terikat. Pada tahap ini digunakan uji regresi logistik ganda dengan melakukan analisis pada semua variabel kandidat secara simultan. Bila nilai p value < 0,05 berarti ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Semua variabel yang nilai p value < 0,05 dimasukkan kedalam formula untuk dijadikan sebuah indeks. d. Penyusunan Indeks Penyusunan indeks dilakukan setelah didapatkan nilai p value yang signifikan berdasarkan hasil pengujian multivariabel.Variabel yang telah
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
dianalisis secara simultan tersebut ditentukan nilai cut off point dengan cara jumlah skor total pada rumusan indeks dengan skor minimum tiap indikator ditambah dengan jumlah skor total pada rumusan indeks dengan skor maksimum tiap indikator dibagi 2 atau berdasarkan nilai tengah dari skor total minimum dan maksimum. Jika hasil penilaian skor total berada pada batas rentang atas nilai tengah maka dikategorikan berisiko tinggi, dan jika berada pada batas rentang bawah maka dikategorikan berisiko rendah.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
BAB 5 HASIL DAN ANALISIS DATA
5.1
Distribusi Hubungan Antar Variabel
5.1.1
Distribusi Usia Jemaah Haji Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebaran usia jemaah haji dalam
penelitian adalah terendah berusia tahun dan yang tertinggi berusia 82 tahun dengan rata-rata usia 61 tahun. Kelompok terbanyak adalah usia 60-82 tahun yaitu sebesar 54,7% sedangkan pada kelompok usia 34-59 tahun sebesar 45,3%. Distribusi kelompok usia jemaah haji dengan hipertensi dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1
Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan usia di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Kelompok usia Rawat inap Rawat jalan ≥ 60 tahun 21 (65,6%) 14 (43,7%) < 60 tahun 11 (34,4%) 18 (56,3%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa dari semua jemaah haji hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 65,6% pada usia ≥ 60 tahun, sedangkan dari semua jemaah haji pada hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 43,7% pada usia ≥ 60 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada kelompok usia ≥ 60 tahun lebih banyak yang di rawat inap dibandingkan yang di rawat jalan. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa usia merupakan variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel. 55
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.1.2
56
Distribusi Jenis Kelamin Jemaah Haji Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jemaah haji dengan jenis
kelamin laki-laki sebesar 57,8% dan jenis kelamin perempuan sebesar 42,2%, artinya bahwa jemaah haji laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.2 Tabel 5.2
Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Jenis Kelamin Rawat inap Rawat jalan Laki-laki 18 (56,25%) 19 (59,4%) Perempuan 14 (43,75%) 13 (40,6%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%) Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan jumlah jemaah haji jenis kelamin laki-laki
dari semua jemaah haji dengan hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 56,25% pada laki-laki, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 59,4% pada laki-laki. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada laki-laki lebih banyak yang dirawat jalan dibandingkan yang dirawat inap. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin bukan merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan dalam analisis multivariabel. 5.1.3
Distribusi Pendidikan Jemaah Haji Tingkat pendidikan terbagi menjadi 4 (empat) tingkatan yaitu SD, SMP,
SMA dan Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jemaah haji dengan tingkat pendidikan SD sebesar 53%, SMA sebesar 25%, SMP 13%
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
dan yang paling sedikit adalah PT sebesar 9%. Distribusi tingkat pendidikan jemaah haji dapat dilihat pada Gambar 5.1
9% SD SMP
25% 53% 13%
SMA PT
Gambar 5.1 Distribusi tingkat pendidikan jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi 2015 Tingkat pendidikan tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu pendidikan rendah yang terdiri dari SD, SMP dan pendidikan tinggi yang terdiri dari SMA dan Perguruan Tinggi. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 5.3 Tabel 5.3
Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Tingkat Pendidikan Rawat inap Rawat jalan Rendah 22 (68,8%) 20 (62,5%) Tinggi 10 (31,2%) 12 (37,5%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%) Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukan bahwa dari semua jemaah haji hipertensi
rawat inap (kasus) sebanyak 68,8% pada tingkat pendidikan rendah, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 62,5% pada tingkat pendidikan rendah. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada pendidikan rendah lebih banyak yang di rawat inap dibandingkan yang di rawat jalan. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
tingkat pendidikan bukan merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan dalam analisis multivariabel. 5.1.4
Distribusi Pekerjaan Jemaah Haji Berdasarkan hasil penelitian diketahui jemaah haji dengan pekerjaan
sebagai karyawan swasta sebesar 27%, petani sebesar 23%, pedagang sebesar 16%, ibu rumah tangga sebesar 14%, PNS sebesar 12% dan pensiunan sebesar 8%. Distribusi pekerjaan jemaah haji disajikan pada Gambar 5.2
Petani
8% 23%
14%
Pedagang Karyawan Swasta
12%
16%
PNS Ibu Rumah Tangga
27%
Pensiunan
Gambar 5.2 Distribusi jenis pekerjaan jemah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi 2015 Jenis pekerjaan jemaah haji selanjutnya dikategorikan menjadi 2 yaitu bekerja dan tidak bekerja. Kategori bekerja terdiri dari petani, pedagang, karyawan swasta dan PNS, sedangkan kategori tidak bekerja terdiri dari pensiunan dan ibu rumah tangga. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan pekerjaan disajikan pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan pekerjaan di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Pekerjaan Rawat inap Rawat jalan Tidak Bekerja 9 (28,1%) 5 (15,6%) Bekerja 23 (71,9%) 27 (84,4%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari semua jemaah haji hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 28,1% pada yang tidak bekerja, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 15,6% pada yang tidak bekerja. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada yang tidak bekerja lebih banyak yang di rawat inap dibandingkan yang di rawat jalan. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel pekerjaan merupakan variabel kandidat yang akan dimasukan dalam analisis multivariabel. 5.1.5
Distribusi Penyakit Penyerta Diabetes Mellitus Jemaah Haji Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 43,7% pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta diabetes mellitus, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 9,4% pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta diabetes mellitus. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi dengan riwayat penyakit penyerta diabetes mellitus lebih banyak yang di rawat inap dibandingkan yang di rawat jalan. Distribusi rawat inap penyakit penyerta diabetes mellitus jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta diabetes mellitus disajikan pada Tabel 5.5 Tabel 5.5
Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta diabetes mellitus di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Diabetes Mellitus Rawat inap Rawat jalan Ada 14 (43,7%) 3 (9,4%) Tidak ada 18 (56,3%) 29 (90,6%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel penyakit penyerta diabetes mellitus merupakan variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel. 5.1.6
Distribusi Penyakit Penyerta Kardiovaskuler Jemaah Haji Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 37,5% pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta kardiovaskuler, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 21,9% pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta kardiovaskuler. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi dengan riwayat penyakit penyerta kardiovaskuler lebih banyak yang di rawat inap dibandingkan yang di rawat jalan. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta kardiovaskuler dapat dilihat pada Tabel 5.6 Tabel 5.6
Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta kardiovaskuler di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Kardiovaskuler Rawat inap Rawat jalan Ada 12 (37,5%) 7 (21,9%) Tidak ada 20 (62,5%) 25 (78,1%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%) Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel penyakit penyerta
kardiovaskuler merupakan variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel. 5.1.7
Distribusi Penyakit Penyerta Ginjal Jemaah Haji Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 9,4% pada orang yang ada riwayat
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
penyakit penyerta ginjal, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 0,0% pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta ginjal. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta ginjal lebih banyak yang di rawat inap dibandingkan yang di rawat jalan. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta ginjal dapat dilihat pada Tabel 5.7 Tabel 5.7
Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta ginjal di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Jumlah Ginjal Rawat inap Rawat jalan Ada 3 (9,4%) 0 (0,0%) 3 (4,7%) Tidak ada 29 (90,6%) 32 (100,0,9%) 61 (95,3%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%) 64 (100%) Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel penyakit penyerta
ginjal bukan merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan dalam analisis multivariabel. 5.1.8
Distribusi Penyakit Penyerta Hiperkolesterol Jemaah Haji Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 12,5% pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta hiperkolesterol, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 28,1% pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta hiperkolesterol. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta hiperkolesterol lebih banyak yang di rawat jalan dibandingkan yang di rawat inap. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta hiperkolesterol dapat dilihat pada Tabel 5.8
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
Tabel 5.8
Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta hiperkolesterol di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Hiperkolesterol Rawat inap Rawat jalan Ada 4 (12,5%) 9 (28,1%) Tidak ada 28 (87,5%) 23 (71,9%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%) Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel penyakit penyerta
hiperkolesterol merupakan variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel. 5.1.9
Distribusi Obesitas Jemaah Haji Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 34,4% pada orang yang obesitas. Sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 37,5% pada orang yang obesitas. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada orang yang obesitas lebih banyak yang di rawat jalan dibandingkan yang di rawat inap. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan obesitas dapat dilihat pada Tabel 5.9 Tabel 5.9
Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan obesitas di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Obesitas Rawat inap Rawat jalan Obesitas 11 (34,4%) 12 (37,5%) Tidak Obesitas 21 (65,6%) 20 (62,5%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%) Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel obesitas bukan
merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan dalam analisis multivariabel.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
5.1.10 Distribusi Perilaku Merokok Jemaah Haji Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 6,3% pada orang yang merokok. Sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 18,8% pada orang yang merokok. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada orang yang merokok lebih banyak yang di rawat jalan dibandingkan yang di rawat inap. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan perilaku merokok dapat dilihat pada Tabel 5.10 Tabel 5.10 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan perilaku merokok di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Merokok Rawat inap Rawat jalan Ya 2 (6,3%) 6 (18,8%) Tidak 30 (93,7%) 26 (81,2%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%) Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel merokok merupakan variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel. 5.1.11 Distribusi Perilaku Kurang Aktivitas Jemaah Haji Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 12,5% pada orang yang kurang aktivitas. Sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 15,6% pada orang yang kurang aktivitas. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada orang yang kurang aktivitas lebih banyak yang di rawat jalan dibandingkan yang di rawat inap. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan perilaku kurang aktivitas dapat dilihat pada Tabel 5.11
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
Tabel 5.11 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan perilaku kurang aktivitas di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Kurang Aktivitas Rawat inap Rawat jalan Ya 4 (12,5%) 5 (15,6%) Tidak 28 (87,5%) 27 (84,4%) Jumlah 32 100%) 32 (100%) Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel kurang aktivitas fisik bukan merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan dalam analisis multivariabel. 5.1.12 Rawat Inap Jemaah Haji dengan Hipertensi di Arab Saudi Hasil uji regresi logistik sederhana dari seluruh variabel bebas terhadap rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi dapat dilihat pada Tabel 5.12 Tabel 5.12 Hasil analisis regresi logistik sederhana rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 Variabel Bebas p value Kesimpulan Umur 0,081 Kandidat Jenis kelamin 0,800 Bukan kandidat Pendidikan 0,599 Bukan Kandidat Pekerjaan 0,232 Kandidat Diabetes mellitus 0,004 Kandidat Kardiovaskuler 0,175 Kandidat Ginjal 0,999 Bukan Kandidat Hiperkolesterol 0,129 Kandidat Obesitas 0,795 Bukan Kandidat Merokok 0,148 Kandidat Kurang Aktivitas 0,720 Bukan Kandidat Tabel 5.12 diatas menunjukkan seluruh variabel bebas yang merupakan unit analisis untuk menyusun indeks. Variabel yang memenuhi syarat sebagai kandidat dalam analisis multivariabel menggunakan regresi logistik ganda secara simultan yaitu variabel yang memiliki nilai p value < 0,25. Berdasarkan ketentuan tersebut
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
65
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
diperoleh 6 (enam) variabel bebas yang memenuhi syarat sebagai kandidat yaitu umur, pekerjaan, diabetes mellitus, kardiovaskuler, hiperkolesterol dan merokok, sedangkan variabel jenis kelamin, pendidikan, penyakit ginjal, obesitas dan kurang aktivitas tidak memenuhi syarat sebagai kandidat sehingga tidak disertakan dalam analisis multivariabel 5.2 Variabel Indeks Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Enam variabel yang merupakan kandidat indikator indeks rawat inap jemaah haji hipertensi selanjutnya diuji secara simultan menggunakan uji regresi ganda yang bertujuan untuk menentukan variabel apa saja yang masuk ke dalam indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi. Hasil uji regresi logistik ganda dapat dilihat pada Tabel 5.13 Tabel 5.13 Hasil akhir uji regresi logistik ganda rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 No Variabel 1. Umur 2.
Pekerjaan
3.
Diabetes Melitus
4.
Kardiovaskuler
5.
Hiperkolesterol
6.
Merokok Contant
Kategori ≥ 60 tahun < 60 tahun (reference) Tidak bekerja Bekerja (reference) Ada Tidak ada (reference) Ada Tidak Ada (reference) Ada Tidak Ada (reference) Ya Tidak (reference)
Β 1,306
p value 0,036
OR 3,693
CI 95% 1,090-12,516
0,946
0,191
2,576
0,623-10,652
2,492
0,002
12,089
2,531-57,750
1,282
0,056
3,604
0,969-13,409
-0,536
0,497
0,585
0,124-2,748
-0,821
0,386
0,440
0,069-2,812
-1,679
0,005
0,187
Pada Tabel 5.13 menunjukan hasil akhir dari analisis multivariabel dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Berdasarkan hasil uji didapatkan 2 (dua) variabel yang signifikan dengan p value < 0,05 yaitu umur dan diabetes mellitus
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
yang menjadi indikator prediksi rawat inap pada jemaah haji hipertensi di Arab Saudi. Kedua variabel tersebut kemudian akan dimasukkan kedalam formula indeks. Variabel dengan p value > 0,05 yaitu pekerjaan, kardiovaskuler, hiperkolesterol dan merokok tidak dimasukkan kedalam formula indeks. 5.3 Prediktor Rawat Inap Jemaah Haji dengan Hipertensi di Arab Saudi Berdasarkan hasil analisis multivariabel pada Tabel 5.13, diperoleh indeks rawat inap Jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi dengan menggunakan persamaan regresi logistik ganda sebagai berikut: Persamaan regresi logistik : Y’ = a + b1x1 + b2x2 + ......+ bnxn Keterangan : Y’
: Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
x1x2
: Variabel independen
a
: Konstanta (nilai Y’ apabila x1x2..... xn = 0)
b
: Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)
P = -1,679 + 1,306 (Usia(≥60 tahun)) + 2,492 (Diabetes mellitus(ya)) Dengan interpretasi : “ Jemaah haji hipertensi dengan usia ≥ 60 tahun dan memiliki penyakit penyerta diabetes mellitus berisiko untuk di rawat inap selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi”. Untuk memudahkan dalam perhitungan indeks rawat inap kasus hipertensi pada jemaah haji diatas, maka dapat ditentukan skoring pada setiap variabel. skoring kategori dijelaskan pada Tabel 5.14 berikut:
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
Tabel 5.14 Skoring variabel indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 No Variabel Penelitian Kategori Skoring < 60 tahun 0 1. Umur ≥ 60 tahun 1 Tidak 0 2. Diabetes Melitus Ya 1 5.4 Cut off Indeks Setelah mendapatkan indeks rawat inap hipertensi pada jemaah haji, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai cut off indeks dengan melihat nilai sensitifitas yang diperoleh dari hasil kurva ROC. Adapun kurva ROC dapat dilihat pada Gambar 5.3
Gambar 5.1 Kurva ROC indeks rawat inap di Saudi Arabia jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
Berdasarkan Gambar 5.1, ditentukan bahwa nilai cut off indeks yang di pergunakan adalah 0,404 yang memiliki nilai sensitifitas yang baik yaitu 84,4 % dan area under the curve 0,799. Berdasarkan nilai tersebut maka : 1. Jika skor indeks < 0,404, adalah mempunyai risiko rendah untuk di rawat inap 2. Jika skor indeks ≥ 0,404, adalah mempunyai risiko tinggi untuk di rawat inap 5.5 Sensitivitas dan Spesifisitas Indeks Rawat Inap Jemaah Haji dengan Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 Sensitivitas dan spesifisitas dari model yang didapatkan dari penelitian ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan suatu alat tes pemeriksaan kesehatan. Dengan menggunakan fungsi crosstab pada software komputer maka diketahui sensitivitas dan spesifitas indeks prediktif rawat inap hipertensi pada jemah haji dapat dilihat pada Tabel 5.15 Tabel 5.15 Senstifitas dan spesifisitas indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 Hipertensi Jumlah Cut off Indeks Rawat inap Rawat jalan ≥ 0,404 ( Risiko tinggi) 27 (84,4%) 16 (50%) 43 (67,2%) < 0,404 (Risiko rendah) 5 (15,6%) 16 (50%) 21 (32,8%) Jumlah 32 (100%) 32 (100%) 64 (100%) Pada Tabel 5.15 maka dapat diketahui sensitifitas dan spesifisitas dari indeks yang didapatkan dalam penelitian ini. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai sensitifitas indeks rawat inap jemah haji dengan hipertensi adalah 84,4% yang artinya bahwa kemampuan indeks prediktif rawat inap jemaah haji dengan hipertensi dalam mengidentifikasi jemaah haji dengan hipertensi yang benar-benar dirawat inap diantara populasi jemaah haji yang dirawat inap adalah sebesar 84,4%. Sedangkan nilai spesifisitas indeks rawat inap jemaah haji dengan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
hipertensi adalah 50% yang artinya bahwa kemampuan indeks prediktif rawat inap jemaah haji dengan hipertensi dalam mengidentifikasi jemaah haji dengan hipertensi yang benar-benar dirawat jalan diantara populasi jemaah haji yang dirawat jalan adalah sebesar 50%. 5.6 Penerapan Formula Indeks Rawat Inap Jemaah Haji dengan Hipertensi Berdasarkan formula yang telah dirumuskan, maka penerapan indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi dapat dilihat pada Tabel 5.16 berikut ini : Tabel 5.16 Penerapan formula indeks rawat di Arab Saudi Tahun 2015 Diabetes No Usia mellitus Kategori Skor Kategori Skor 1 < 60 tahun 0 Tidak 0 2 < 60 tahun 0 Ya 1 3 ≥ 60 tahun 1 Tidak 0 4 ≥ 60 tahun 1 Ya 1
inap jemaah haji dengan hipertensi Skor 0.157 0.692 0.407 0.892
Cut off indeks (0.404) 0 1 1 1
Penentuan Risiko Risiko rendah Risiko tinggi Risiko tinggi Risiko tinggi
Tabel 5.16 menunjukkan hasil dari penerapan indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Jika seorang jemaah haji dengan hipertensi memiliki faktor risiko usia ≥ 60 tahun dan atau faktor penyakit penyerta diabetes mellitus maka, jemaah haji tersebut berisiko tinggi untuk mengalami rawat inap.
2.
Jika seorang jemaah haji dengan hipertensi tidak memiliki faktor risiko usia ≥ 60 tahun dan tidak memiliki faktor penyakit penyerta diabetes mellitus maka, jemaah haji tersebut berisiko rendah untuk mengalami rawat inap.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Variabel Penelitian dengan Kejadian rawat inap Jemaah Haji dengan hipertensi 6.1.1
Karakteristik Jemaah Haji
1. Umur Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar diatas usia 65 tahun (Depkes, 2006). Tekanan darah akan meningkat sesuai umur biasanya dimulai dari sejak umur 40 tahun (Nadjib,2015). Prevalensi hipertensi meningkat dengan usia lanjut ke titik di mana lebih dari setengah dari orang berusia 60 sampai 69 tahun dan sekitar tigaperempat dari mereka yang berusia 70 tahun dan lebih tua yang terpengaruh. usia terkait dengan kenaikan SBP terutama bertanggung jawab untuk peningkatan baik insiden dan prevalensi hipertensi dengan meningkatnya usia. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh umur terhadap hipertensi (p value = 0,036). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri (2014) yang menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Jemaah haji Indonesia dengan usia lebih 60 tahun berjumlah seperlima dari seluruh jemaah haji Indonesia. Jumlah responden pada penelitian ini dengan usia tua lebih banyak daripada responden dengan usia muda. Pada usia lanjut terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
70 TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
yang mengakibatkan perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah menjadi menurun, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008) 2. Jenis kelamin Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibanding wanita. Namun setelah memasuki menopouse, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat (Depkes, 2006). Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh hormon estrogen yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler. Pria pada umumnya lebih memiliki risiko terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal ini dikarenakan pria banyak mempunyai faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti merokok, kurang nyaman terhadap pekerjaan dan makan tidak terkontrol. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi dari pada wanita, seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol), depresi dan rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. (Rahajeng E dkk, 2009). Biasanya wanita akan mengalami peningkatan hipertensi setelah masa menopause (Suiraoka,
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
2012). Tetapi selain itu, ada faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah seperti tingkat stress. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi (p value = 0,800), hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinawang (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi. Berbeda dengan hasil penelitian menurut Nadjib (2015) bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki. kejadian hipertensi pada perempuan dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen. Hormon estrogen tersebut akan menurun kadarnya ketika perempuan memasuki usia tua (menopouse) sehingga perempuan menjadi lebih rentan terhadap hipertensi. Jemaah haji Indonesia sebagian besar terdiri dari jenis kelamin perempuan. Secara fisik perempuan lebih lemah dan cenderung anemis sehingga memiliki kondisi awal lebih buruk dibanding pria. 3. Pendidikan Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh seseorang. Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah karena tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup seseorang yaitu seperti kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, asupan makan, dan aktivitas fisik (Anggara dan Prayitno, 2013). Dalam penelitian ini tidak terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,599). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
antara pendidikan dengan terjadinya hipertensi. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Finsie (2013) menghasilkan hal yang berbeda yaitu bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian hipertensi dengan nilai p = 0,010 OR = 2,867 CI 95% = 1,272-6,462 maka dapat dikatakan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan menengah memiliki risiko 2,9 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi. Tingginya risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan sulit/lambat menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada perilaku hidup sehat. Latar belakang pendidikan rendah dengan tingkat pengetahuan dan wawasan terbatas merupakan salah satu penyulit yang akan meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan pada jemaah haji. 4. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan fisik dan mental manusia untuk menghasilkan barang atau jasa bagi orang lain maupun dirinya yang dilakukan atas kemauan sendiri atau di bawah perintah orang lain dengan menerima upah. Pekerjaan berpengaruh kepada aktifitas fisik seseorang. Orang yang tidak bekerja aktifitasnya tidak banyak, sehingga dapat meningkatkan kejadian hipertensi (kristanti et,al dalam Saputri D.E,2010) Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan status pekerjaan dengan kejadian hipertensi (p value = 0,191). Penelitian ini sejalan
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
dengan hasil penelitian oleh Purniawaty (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan hipertensi. 6.1.2
Penyakit Penyerta
1. DM Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi. Penderita diabetes mellitus mengalami komplikasi neuropati otonom, atau kerusakan saraf otonom. Sistem saraf otonom ini berperan mengontrol hati, kandung kemih, paru-paru, lambung, usus, jantung dan mata. Diabetes dapat mempengaruhi saraf otonom yang menyebabkan peningkatan denyut jantung meskipun ketika beristirahat. Pada studi faktor risiko hipertensi terhadap pasien rawat inap RS Jantung Harapan Kita Jakarta diketahui bahwa mereka yang menderita diabetes melitus mempunyai risiko 2,11 kali untuk berisiko hipertensi daripada mereka yang tidak menderita diabetes melitus (Khania, 2002). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diabetes mellitus terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,002). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iin (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kadar gula darah dengan hipertensi pada penderita diabetes melitus tipe 2. 2. Kardiovaskuler Tekanan darah yang tinggi (hipertensi) dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah
arteri
koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner). Hal ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan miokard infark lebih
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang normal. Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh penyakit kardiovaskuler terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,056). Kejadian penyakit jantung koroner (PJK) pada hipertensi sering dan secara langsung berhubungan dengan tingginya tekanan darah sistolik. Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45-75 tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus terjadinya angina pektoris dan miokard infark. Pada penelitian tersebut juga didapatkan penderita hipertensi yang mengalami miokard infark mortalitasnya 3 kali lebih besar dari pada penderita yang normotensi dengan miokard infark. 3. Ginjal Penyakit ginjal dapat menyebabkan tekanan darah menjadi naik & juga sebaliknya hipertensi dalam jangka waktu yang lama mampu mengganggu ginjal. Semakin tinggi tekanan darah dalam jangka waktu yang lama maka makin berat komplikasi yang dapat ditimbulkannya. Karena beratnya pengaruh hipertensi pada ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah & lamanya menderita (perbidkes 2016). Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal ginjal. Penyakit ginjal terjadi pada hipertensi yang sudah berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh darah akibat proses penuaan. Hal ini menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang (penyakithipertensi.org,2016)
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh penyakit ginjal terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,999). 4. Hiperkolesterol Kelainan metabolisme lipid (=lemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total dan/atau trigliserida dan//atau kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya ateroklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat (Depkes, 2008). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh hiperkolesterol terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,497). Hal ini disebabkan karena jemaah calon haji yang akan berangkat ke tanah suci telah mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan tentang perilaku hidup sehat dan bersih. Salah satu perilaku hidup sehat yang dianjurkan adalah berolahraga secara rutin. Olahraga akan memperkecil faktor risiko untuk terjadinya kelainan kardiovaskuler karena dengan olahraga akan memicu metabolisme lipid sehingga kadar lipid dalam darah akan tetap terjaga sehingga tekanan darahpun akan tetap terjaga dalam kisaran nilai normal. Hasil penelitian ini belum sesuai dengan teori bahwa hiperkolesterol merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi, yang diawali dengan terjadinya aterosklerosis di pembuluh darah. 5. Obesitas Kegemukan atau obesitas adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) (Depkes, 2006). IMT
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obes pada orang dewasa (Sidartawan, 2006). Obesitas dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kolesterol dalam tubuh, yang memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah. Selain itu pasien hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah jantung dan sirkulasi volume darah lebih tinggi dari pada hipertensi yang tidak obesitas. Dengan demikian beban jantung dan sirkulasi volume darah orang hipertensi dengan obesitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal (Sutanto, 2010). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara obesitas terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,795). Berdasarkan hasil penelitian Diana dkk 2011 terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p = 0,000) dengan nilai rasio prevalensi (RP) sebesar 2,16(CI 1,32 - 2,24). Pada penelitian lain mengidentifikasi bahwa semakin tinggi tingkat obesitas seseorang maka akan semakin besar risiko untuk menderita hipertensi (Rudy Anggara, 2014). 6.1.3
Perilaku
1. Merokok Merokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan mempercepat proses pergeseran pembuluh darah arteri (Cahyono, 2008). Apabila jemaah haji mempunyai kebiasaan merokok selama di tanah air maka ini dapat memperburuk kondisi jemaah selama di Arab Saudi karena kondisi cuaca di Arab Saudi
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
mempunyai tingkat kelembaban yang sangat rendah dengan suhu udara yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan kerentanan terhadap munculnya penyakit sistem pernapasan (Rudiyanto, 2013). Merokok atau mengunyah tembakau mempengaruhi terjadinya kenaikkan tekanan darah dan bahan kimia yang terkandung dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri yaitu menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah arteri serta memudahkan terjadinya aterosklerosis. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,386). Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Hasirungan (2002) didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara merokok dengan kejadian hipertensi. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sanusi (2002) yaitu diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian hipertensi. Tidak terdapatnya hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi kemungkinan disebabkan oleh responden yang tidak pernah merokok dulunya memiliki riwayat terpapar rokok ataupun asapnya. 2. Kurang Aktivitas Pada orang yang kurang aktivitas fisik cenderung memiliki curah jantung yang lebih tinggi. Semakin tinggi curah jantung maka semakin keras kerja setiap kontraksi sehingga semakin besar oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Kurang aktivitas fisik juga risiko meningkatkan kelebihan berat badan (Suiraoka, 2012; Triyanto 2014). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh kurang aktivitas terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,720). Berbeda dengan hasil
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
penelitian Wahiduddin, dkk., (2013) menunjukkan bahwa aktivitas fisik kurang merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan OR = 2,67; 95% CI: 1,20-5,90. 6.1.4
Probabilitas Rawat Inap Hipertensi jemaah haji Berdasarkan hasil analisis multivariabel dengan menggunakan regresi
logistik ganda , faktor yang paling berpengaruh terhadap rawat inap hipertensi jemaah haji adalah faktor usia dan penyakit penyerta diabetes mellitus. Kedua faktor tersebut merupakan indikator dalam penyusunan indeks rawat inap hipertensi pada jemaah haji. Formula indeks yang ditemukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : P = -1,679 + 1,306 (Usia(≥60 tahun)) + 2,492 (Diabetes mellitus(ya)) Indeks prediksi ini dapat memprediksi risiko rawat inap pada jemaah haji dengan penyakit hipertensi dengan kepekaan alat ukur (sensitivitas) 84,4 %. Indeks ini dapat digunakan untuk membantu petugas pelaksana kesehatan haji di setiap tahapan pemeriksaan kesehatan untuk melakukan skrinning terhadap populasi jemaah haji yang memiliki risiko tinggi untuk terjadi kesakitan yang dapa berakibat buruk akibat penyakit hipertensi yang di deritanya. Dengan terdeteksinya populasi jemaah haji yang paling berisiko tinggi sejak awal sewaktu di tanah air diharapkan petugas keehatan dapat melakukan langkah-langkah manajemen faktor risiko yang lebih intensif kepada calon jemaah haji agar jangan sampai terjadi keparahan akibat penyakit hipertensi yang dideritanya.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6.1.5
TESIS
80
Penilaian indeks Rawat Inap Jemaah Haji hipertensi
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 7 PENUTUP
7.1
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat satu diantara lima karakteristik jemaah haji yaitu usia yang dapat dijadikan prediktor rawat inap jemaah haji dengan hipertensi sedangkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas bukan merupakan prediktor rawat inap jemaah haji dengan hipertensi. 2. Terdapat satu diantara empat jenis penyakit penyerta yaitu diabetes mellitus yang dapat dijadikan prediktor rawat inap kasus hipertensi pada jemaah haji, sedangkan penyakit kardiovaskuler, ginjal, hiperkolesterol sehingga bukan merupakan prediktor rawat inap jemaah haji dengan hipertensi. 3. Perilaku merokok dan kurang aktivitas bukan prediktor rawat inap jemaah haji dengan hipertensi. 4. Formula indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi adalah : Indeks Rawat Inap Kasus Hipertensi pada Jemaah Haji = -1,679 + 1,306 (Usia(≥60 tahun)) + 2,492 (diabetes mellitus(ya)) “ Jemaah haji hipertensi dengan usia ≥ 60 tahun dan memiliki penyakit penyerta diabetes mellitus berisiko untuk di rawat inap selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi”. 81 TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7.2
82
Saran
1. Bagi Pusat Kesehatan Haji a. Indeks ini diharapkan dapat dipertimbangan dan dimanfaatkan menjadi sebuah alat ukur dalam membantu petugas kesehatan khususnya seluruh tim pelaksana kesehatan jemaah haji dalam melakukan skrinning pada calon jemaah haji dengan hipertensi yang berisiko tinggi untuk dirawat inap. Dengan diketahuinya besaran risiko tersebut maka dapat dijadikan informasi dalam menentukan perencanaan manajemen faktor risiko yang lebih intensif agar tidak terjadi keparahan pada jemaah haji selama melaksanakan ibadah haji di tanah suci. b. Untuk mendapatkan informasi yang baik terhadap status risiko kesehatan pada jemaah haji diharapkan agar rekam medis jemaah haji di setiap tahapan pemeriksaan kesehatan terisi dengan lengkap dan valid sehingga benar-benar menggambarkan kondisi kesehatan jemaah haji sehingga dapat dijadikan dasar dalam membuat perencanaan manajemen faktor risiko dengan baik dan tepat. 2. Bagi Peneliti selanjutnya agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat morbiditas hipertensi seperti pola konsumsi makanan dan kepatuhan terapi selama jemaah haji melaksanakan ibadah haji di tanah suci.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F. 2012. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, edisi revisi. Rajawali press. Jakarta. Andarini. 2012. Terapi Nutrisi Pasien Usia Lanjut yang Dirawat di RS. Dalam : Harjodisastro D, Syam AF, Sukrisman L, editor. Dukungan nutrisi pada kasus penyakit dalam. Jakarta : Departemen ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran UI. Anggara, FHD., dan Prayitno, N. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012 . Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1):20-25. Aripin, 2015. Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok, dan Riwayat Penyakit Dasar terhadap Terjadinya Hipertensi di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015, Tesis. Program Magister Prodi IKM, Universitas Udayana Astawan, M. 2010. Dahsyatnya Tangkal HIpertensi Dan Diabetes. Majalah Senior. Jakarta. Bustan, M.N. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8. EGC : Jakarta. Cahyono, S. 2008. Gaya Hidup Dan Penyakit Indonesia. Kanisius.Jakarta Dalimartha, S. 2008. Care Your self Hipertension. Penebar Plus : Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2003. Kepmenkes No. 1202/Menkes/SK/IX/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007.Jakarta: Balitbangkes
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji (Kepmenkes RI No. 442/MENKES/SK/VI/2009). Jakarta. Departemen Kesehatan RI.2009, Pedoman Surveilans Kesehatan Haji, Jakarta Dorland, N.WA, (2014). Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31, EGC, Jakarta Fahmi, M.A, (2015), Study Faktor Risiko Hipertensi di Kota Yogyakarta Tahun 2013, Tesis. Minat Epidemiologi Lapangan Prodi IKM Universitas Gajah Mada Finsie, L.W, Budi, T.R, Jootje, M.L.U. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Puskesmas Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara Periode Desember 2013 - Mei 2014. Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Gaffar, H. D., Achmadi, U. F., & Patellongi, I. 2013. Hajj Health Management Focusing on the Risk Faktors. International Journal of Scientific and Research Publications.3(12), 1–9. Harefa, K. (2009), Hubungan Kadar Kolesterol dengan tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam RSUD Swadana Tarutung Harrison, 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol.3 E/13, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC _______, Hipertensi, http://www.perbidkes.com/2016/01/hubungan-antarahipertensi-dengan-ginjal.html# diakses tanggal 4 Agustus 2016 _______, Penyakit hipertensi, http://penyakithipertensi.org/komplikasi-hipertensi/ diakses tanggal 8 Agustus 2016 Khania, M. (2002), Faktor Risiko Hipertensi Pasien Rawat Inap RS Jantung Harapan Kita Jakarta 2000, Srikpsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. Kementerian Agama RI. 2011. Kebijakan Penyelenggaraan Ibadah Haji.Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji. Jakarta: Kementerian Kesehatan. KKP Kelas I Surabaya 2015. Laporan Hasil Penyelenggaraan Kesehatan Jemaah Haji tahun 2014. Surabaya.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Krummel, D.A. (2004). Food, Nutrition and Diet Therapy. Medical Nutrition Therapy In Hypertention. USA Madiyono, B., Suherman, K. 2011. Pencegahan Stroke & Serangan Jantung pada Usia Muda. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Mawardi, M. (2015). Upaya Membangun Kemandirian Jemaah Haji : Yogyakarta, Arti Bumi Intaran. Muchtar, M. (1998). Pengaruh Penyakit Kardiovaskuler Terhadap Kesakitan Jemaah Haji Asal Jawa Barat Embarkasi Halim Perdana Kusumah.Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Mutmainah, I. (2013). Hubungan Kadar Gula darah Dengan Hipertensi Pada Pasien Diabetes Millitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. Novitaningtyas, T . (2014). Hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia di kelurahan makamhaji kecamatan kartasura kabupaten sukoharjo. Jurnal Universitas muhammadiyah Surakarta Purniawaty, (2010). Determinan Penyakit Hipertensi Di Provinsi Kalimantan Selatan Berdasarkan Riskesdas 2007. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia Pusat Kesehatan Jemaah Haji.2013. Profil Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2012. Jakarta. Rahajeng E., Tuminah S, 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 59, Nomor: 12, Desember 2009 Renny, F. (2012) . Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota Pekanbaru, Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol 7, No. 1
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Rohaendi, 2008. Treatment Of High Blood Pressure . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Rudiyanto. (2013). Riwayat Penyakit Terdiagnosis Pada Pemeriksaan Kesehatan di Embarkasi dan Kesakitan Jemaah Haji Indonesia Tahun 2012.Tesis. Epidemiologi/Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Sastroasmoro, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (3rd ed.). Jakarta: Sagung Seto. Sanusi, A. (2001). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pasa Lansia Rawat Jalan Di Poliklinik Geriatri RSUPN Cipto Mangunkusuma Tahun 2002. FKM. UI.Depok. Soegondo, S. (2008). Hidup secara mandiri dengan Diabetes Melitus, Kencing Manis, Sakit Gula. Jakarta: FKUI Sugiharto, A. (2007). Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Penyakit di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah). Sugiyono. 2014. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Degeneratif. Nuha Medika.Jogyakarta. Susalit, E. 2001. Epidemiologi Hipertensi.IDI.Jakarta. Susanto, 2010, Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern ; Hipertensi, Stroke, Jantung, kolesterol dan Diabtes Mellitus. Andi Yogyakarta Sutanto P.H. 2007. Analisis Data Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta Triyanto E, 2014, Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu, Graha ilmu. Yogyakarta Wahiduddin, Mannan, H & Rismayanti, 2013. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 1
Lampiran LEMBAR PENGUMPULAN DATA
No. Responden 1. Nama Jemaah Haji 2. No. Kloter 3. Usia 4. Jenis Kelamin 5. Pendidikan 6. Peketjaan 7. Asal Kabupaten/Kota 8. Riwayat Penyakit penyerta Diabetes Melitus
1. Ya
2. Tidak
Kardiovaskuler
1. Ya
2. Tidak
Ginjal
1. Ya
2. Tidak
Dislipidemia (kolesterol)
1. Ya
2. Tidak
10. Perilaku merokok
: 1. Ya
2. Tidak
11. Perilaku kurang aktivitas
: 1. Ya
2. Tidak
9. Obesitas (ALIT)
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
ANALISIS DATA
CROSSTAB Status Penyakit * Umur Crosstabulation Umur
Tidak Rawat Inap Status Penyakit Rawat Inap
Total
Status Penyakit
Total
Status Penyakit
Total
TESIS
Count % within Status Penyakit % within Umur Count % within Status Penyakit % within Umur Count % within Status Penyakit % within Umur
Total
< 60
60 >
18 56.3% 62.1% 11 34.4% 37.9% 29 45.3% 100.0%
14 43.8% 40.0% 21 65.6% 60.0% 35 54.7% 100.0%
Status Penyakit * Jenis Kelamin Crosstabulation Jenis Kelamin Wanita Pria Count 13 19 Tidak Rawat Inap % within Status Penyakit 40.6% 59.4% % within Jenis Kelamin 48.1% 51.4% Count 14 18 Rawat Inap % within Status Penyakit 43.8% 56.3% % within Jenis Kelamin 51.9% 48.6% Count 27 37 % within Status Penyakit 42.2% 57.8% % within Jenis Kelamin 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Tingkat Pendidikan Crosstabulation Tingkat Pendidikan Tinggi Rendah Count 12 20 Tidak Rawat Inap % within Status Penyakit 37.5% 62.5% % within Tingkat Pendidikan 54.5% 47.6% Count 10 22 Rawat Inap % within Status Penyakit 31.3% 68.8% % within Tingkat Pendidikan 45.5% 52.4% Count 22 42 % within Status Penyakit 34.4% 65.6% % within Tingkat Pendidikan 100.0% 100.0%
INDEKS RAWAT INAP ...
32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
Total 32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
Total 32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
Status Penyakit
Total
Status Penyakit
Total
Status Penyakit
Total
Status Penyakit
Total
TESIS
Status Penyakit * Status Pekerjaan Crosstabulation Status Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Count 27 5 Tidak Rawat Inap % within Status Penyakit 84.4% 15.6% % within Status Pekerjaan 54.0% 35.7% Count 23 9 Rawat Inap % within Status Penyakit 71.9% 28.1% % within Status Pekerjaan 46.0% 64.3% Count 50 14 % within Status Penyakit 78.1% 21.9% % within Status Pekerjaan 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Diabetes Melitus Crosstabulation Diabetes Melitus Tidak Ya Count 29 3 Tidak Rawat Inap % within Status Penyakit 90.6% 9.4% % within Diabetes Melitus 61.7% 17.6% Count 18 14 Rawat Inap % within Status Penyakit 56.3% 43.8% % within Diabetes Melitus 38.3% 82.4% Count 47 17 % within Status Penyakit 73.4% 26.6% % within Diabetes Melitus 100.0% 100.0% Status Penyakit * Kardiovaskuler Crosstabulation Kardiovaskuler Tidak Ya Count 25 7 Tidak Rawat Inap % within Status Penyakit 78.1% 21.9% % within Kardiovaskuler 55.6% 36.8% Count 20 12 Rawat Inap % within Status Penyakit 62.5% 37.5% % within Kardiovaskuler 44.4% 63.2% Count 45 19 % within Status Penyakit 70.3% 29.7% % within Kardiovaskuler 100.0% 100.0% Status Penyakit * Penyakit Ginjal Crosstabulation Penyakit Ginjal Tidak Ya Count 32 0 Tidak Rawat Inap % within Status Penyakit 100.0% 0.0% % within Penyakit Ginjal 52.5% 0.0% Count 29 3 Rawat Inap % within Status Penyakit 90.6% 9.4% % within Penyakit Ginjal 47.5% 100.0% Count 61 3 % within Status Penyakit 95.3% 4.7% % within Penyakit Ginjal 100.0% 100.0%
INDEKS RAWAT INAP ...
Total
32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
Total 32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
Total 32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
Total 32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Status Penyakit * Penyakit hiperkolesterol Crosstabulation Penyakit hiperkolesterol Tidak Ya Count 23 9 Tidak Rawat Inap % within Status Penyakit 71.9% 28.1% % within Penyakit hiperkolesterol 45.1% 69.2% Status Penyakit Count 28 4 Rawat Inap % within Status Penyakit 87.5% 12.5% % within Penyakit hiperkolesterol 54.9% 30.8% Count 51 13 Total % within Status Penyakit 79.7% 20.3% % within Penyakit hiperkolesterol 100.0% 100.0%
Status Penyakit
Total
Status Penyakit
Total
Status Penyakit * Status Gizi Crosstabulation Status Gizi Tidak Obesitas Obesitas Count 20 12 Tidak Rawat Inap % within Status Penyakit 62.5% 37.5% % within Status Gizi 48.8% 52.2% Count 21 11 Rawat Inap % within Status Penyakit 65.6% 34.4% % within Status Gizi 51.2% 47.8% Count 41 23 % within Status Penyakit 64.1% 35.9% % within Status Gizi 100.0% 100.0% Status Penyakit * Perilaku Merokok Crosstabulation Perilaku Merokok Tidak Merokok Count 26 6 Tidak Rawat Inap % within Status Penyakit 81.3% 18.8% % within Perilaku Merokok 46.4% 75.0% Count 30 2 Rawat Inap % within Status Penyakit 93.8% 6.3% % within Perilaku Merokok 53.6% 25.0% Count 56 8 % within Status Penyakit 87.5% 12.5% % within Perilaku Merokok 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Perilaku Kurang Aktifitas Crosstabulation Perilaku Kurang Aktifitas Tidak Ya Count 27 5 Tidak Rawat Inap % within Status Penyakit 84.4% 15.6% % within Perilaku Kurang Aktifitas 49.1% 55.6% Status Penyakit Count 28 4 Rawat Inap % within Status Penyakit 87.5% 12.5% % within Perilaku Kurang Aktifitas 50.9% 44.4% Count 55 9 Total % within Status Penyakit 85.9% 14.1% % within Perilaku Kurang Aktifitas 100.0% 100.0%
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
Total
32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
Total 32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
Total 32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
Total
32 100.0% 50.0% 32 100.0% 50.0% 64 100.0% 100.0%
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
REGRESI LOGISTIK SEDERHANA 1. UMUR Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Umur
Categorical Variables Codings Frequency Parameter coding (1) < 60 29 .000 60 > 35 1.000
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a,b
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Overall Percentage
Percentage Correct .0 100.0 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation S.E. Wald df
B Step 0
Constant
.000
.250
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
TESIS
Variables usia(1) Overall Statistics
3.090 3.090
Sig. 1
df
Exp(B) 1.000
1.000
Sig. 1 1
INDEKS RAWAT INAP ...
.079 .079
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Step Block Model
Step 1
3.116 3.116 3.116
Sig.
1 1 1
.078 .078 .078
Model Summary -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 85.607 .048 .063 a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001. Step
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
Step 1
1 2
Step 1
Sig. .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 18 18.000 11 11.000 14 14.000 21 21.000
Classification Table Observed
Status Penyakit
Step 1
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Total 29 35
a
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 18 14 11 21
Overall Percentage
Percentage Correct 56.3 65.6 60.9
a. The cut value is .500
B
Step 1
a
usia(1) Constant
.898 -.492
S.E. .515 .383
Variables in the Equation Wald df Sig. 3.037 1.656
1 1
.081 .198
Exp(B) 2.455 .611
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .894 6.739
a. Variable(s) entered on step 1: usia.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
2. JENIS KELAMIN Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent Included in Analysis 64 100.0 Selected Cases Missing Cases 0 .0 Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Jenis Kelamin
Categorical Variables Codings Frequency Parameter coding (1) Wanita 27 .000 Pria 37 1.000
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a,b
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Percentage Correct .0 100.0 50.0
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
Constant
.000
.250
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables jeniskelamin(1) Overall Statistics
df 1
df
.064 .064
Sig. 1.000
Exp(B) 1.000
Sig. 1 1
.800 .800
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Step 1
TESIS
Step Block Model
.064 .064 .064
1 1 1
Sig. .800 .800 .800
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 88.659 .001 .001 a. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001. Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
Step 1
.
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 19 19.000 18 18.000 13 13.000 14 14.000
1 2
Step 1
Sig.
Classification Table Observed
Step 1
37 27
a
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 19 13 18 14
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
Total
Overall Percentage
Percentage Correct 59.4 43.8 51.6
a. The cut value is .500
B
Step 1
a
jeniskelamin(1) Constant
-.128 .074
S.E.
Variables in the Equation Wald df Sig.
.506 .385
.064 .037
1 1
Exp(B)
.800 .847
.880 1.077
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .326 2.374
a. Variable(s) entered on step 1: jeniskelamin.
3. PENDIDIKAN Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1 Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Categorical Variables Codings Frequency Tingkat Pendidikan
Parameter coding (1) 22 .000 42 1.000
Tinggi Rendah
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a,b
Percentage Correct .0 100.0 50.0
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
Constant
.000
.250
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
df
Variables pendidikan(1) Overall Statistics
1
df
.277 .277
Sig. 1.000
Exp(B) 1.000
Sig. 1 1
.599 .599
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Step 1
Step Block Model
.277 .277 .277
Sig.
1 1 1
.598 .598 .598
Model Summary -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 88.445 .004 .006 a. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001. Step
Step 1
Step 1
TESIS
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
1 2
Sig. .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 12 12.000 10 10.000 20 20.000 22 22.000
INDEKS RAWAT INAP ...
Total 22 42
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Classification Table Observed
Step 1
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 12 20 10 22
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a
Overall Percentage
Percentage Correct 37.5 68.8 53.1
a. The cut value is .500 Variables in the Equation S.E. Wald df Sig.
B
Step 1
a
pendidikan(1) Constant
.278 -.182
.528 .428
.276 .181
1 1
Exp(B)
.599 .670
1.320 .833
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .469 3.715
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan.
4. PEKERJAAN Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1 Categorical Variables Codings Frequency Status Pekerjaan
Parameter coding (1) 50 .000 14 1.000
Bekerja Tidak Bekerja
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
a,b
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Overall Percentage
Percentage Correct .0 100.0 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
Constant
.000
.250
.000
Variables not in the Equation Score Variables pekerjaan(1) Overall Statistics
Step 0
df
Sig. 1
df
Exp(B)
1.000
1.000
Sig.
1.463 1.463
1 1
.226 .226
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Step Block Model
Step 1
1.479 1.479 1.479
Sig.
1 1 1
.224 .224 .224
Model Summary -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 87.244 .023 .030 a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001. Step
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
Step 1
1 2
Step 1
Sig. .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 27 27.000 23 23.000 5 5.000 9 9.000 Classification Table
Observed
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
Step 1
Total 50 14
a
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 27 5 23 9
Overall Percentage
Percentage Correct 84.4 28.1 56.3
a. The cut value is .500
B
Step 1
a
pekerjaan(1) Constant
S.E.
.748 -.160
Variables in the Equation Wald df Sig.
.626 .284
1.429 .319
1 1
.232 .572
Exp(B) 2.113 .852
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .620 7.204
a. Variable(s) entered on step 1: pekerjaan.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 5. PENYAKIT DIABETES MELITUS Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1 Categorical Variables Codings Frequency Parameter coding (1) Tidak 47 .000 Diabetes Melitus Ya 17 1.000
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a,b
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Percentage Correct .0 100.0 50.0
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
Constant
.000
.250
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables DM(1) Overall Statistics
df
.000
df
Sig. 1
1.000
Exp(B) 1.000
Sig.
9.692 9.692
1 1
.002 .002
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Step 1
TESIS
Step Block Model
10.322 10.322 10.322
1 1 1
Sig. .001 .001 .001
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 78.401 .149 .199 a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
Step 1
.
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 29 29.000 18 18.000 3 3.000 14 14.000
1 2
Step 1
Sig.
Classification Table Observed
47 17
a
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 29 3 18 14
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
Step 1
Total
Overall Percentage
Percentage Correct 90.6 43.8 67.2
a. The cut value is .500
B
Step 1
a
DM(1) Constant
S.E.
2.017 -.477
Variables in the Equation Wald df Sig.
.703 .300
8.225 2.526
1 1
Exp(B)
.004 .112
7.519 .621
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper 1.894 29.846
a. Variable(s) entered on step 1: DM.
6. KARDIOVASKULER Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Categorical Variables Codings Frequency Parameter coding (1) Tidak 45 .000 Kardiovaskuler Ya 19 1.000
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a,b
Percentage Correct .0 100.0 50.0
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
Constant
.000
.250
Sig.
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
df
Variables Kardiovaskuler(1) Overall Statistics
1
df
1.871 1.871
1.000
Exp(B) 1.000
Sig. 1 1
.171 .171
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Step 1
Step Block Model
1.888 1.888 1.888
Sig.
1 1 1
.169 .169 .169
Model Summary -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 86.835 .029 .039 a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001. Step
Step 1
Step 1
TESIS
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
1 2
Sig. .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 25 25.000 20 20.000 7 7.000 12 12.000
INDEKS RAWAT INAP ...
Total 45 19
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Classification Table Observed
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 25 7 20 12
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
Step 1
a
Overall Percentage
Percentage Correct 78.1 37.5 57.8
a. The cut value is .500
B
Step 1
a
Kardiovaskuler(1)
Variables in the Equation S.E. Wald df Sig.
.762 -.223
Constant
.562 .300
1.837 .553
1 1
.175 .457
Exp(B) 2.143 .800
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .712 6.451
a. Variable(s) entered on step 1: Kardiovaskuler.
7. PENYAKIT GINJAL Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings Frequency Parameter coding (1) Tidak 61 .000 Penyakit Ginjal Ya 3 1.000
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
a,b
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Overall Percentage
Percentage Correct .0 100.0 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
Constant
.000
.250
Variables Ginjal(1) Overall Statistics
Sig.
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
df 1
df
Exp(B)
1.000
1.000
Sig.
3.148 3.148
1 1
.076 .076
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Step Block Model
Step 1
4.306 4.306 4.306
Sig.
1 1 1
.038 .038 .038
Model Summary -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 84.416 .065 .087 a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found. Step
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
Step 1
1 2
Step 1
Sig. .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 32 32.000 29 29.000 0 .000 3 3.000 Classification Table
Observed
Status Penyakit
Step 1
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Total 61 3
a
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Rawat Inap Inap 32 0 29 3
Percentage Correct
100.0 9.4 54.7
Overall Percentage a. The cut value is .500 B
Step 1
a
Ginjal(1) Constant
S.E.
Variables in the Equation Wald df Sig.
21.301 23205.422 -.098 .256
.000 .147
1 1
.999 .701
Exp(B)
1782592953.730 .906
95% C.I.for EXP(B) Lower Upp er .000 .
a. Variable(s) entered on step 1: Ginjal.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 8. PENYAKIT HIPERKOLESTEROL Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1 Categorical Variables Codings Frequency
Parameter coding (1) 51 .000 13 1.000
Tidak Ya
Penyakit hiperkolesterol
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a,b
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Percentage Correct .0 100.0 50.0
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
Constant
.000
.250
Variables hiperkolesterol(1) Overall Statistics
Sig.
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
df 1
df
2.413 2.413
1.000
Exp(B) 1.000
Sig. 1 1
.120 .120
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Df Step 1
TESIS
Step Block Model
2.465 2.465 2.465
1 1 1
Sig. .116 .116 .116
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 86.258 .038 .050 a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001. Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
Step 1
.
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 9 9.000 4 4.000 23 23.000 28 28.000
1 2
Step 1
Sig.
Classification Table Observed
Status Penyakit
Step 1
13 51
a
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 9 23 4 28
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Total
Overall Percentage
Percentage Correct 28.1 87.5 57.8
a. The cut value is .500
B
Step 1
a
hiperkolesterol(1) Constant
-1.008 .197
Variables in the Equation S.E. Wald df .664 .281
2.306 .489
1 1
Sig. .129 .485
Exp(B) .365 1.217
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .099 1.340
a. Variable(s) entered on step 1: hiperkolesterol.
9. OBESITAS Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
Status Gizi
Categorical Variables Codings Frequency Parameter coding (1) Tidak Obesitas 41 .000 Obesitas 23 1.000
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a,b
Percentage Correct .0 100.0 50.0
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
Constant
.000
.250
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables obesitas(1) Overall Statistics
df 1
Df
.068 .068
Sig. 1.000
Exp(B) 1.000
Sig. 1 1
.794 .794
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Df Step 1
Step Block Model
.068 .068 .068
Sig.
1 1 1
.794 .794 .794
Model Summary -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 88.655 .001 .001 a. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001. Step
Step 1
TESIS
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
Sig. .
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 12 12.000 11 11.000 20 20.000 21 21.000
1 2
Step 1
Classification Table Observed
Step 1
23 41
a
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 12 20 11 21
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
Total
Overall Percentage
Percentage Correct 37.5 65.6 51.6
a. The cut value is .500
B
Step 1
a
obesitas(1) Constant
-.136 .049
S.E.
Variables in the Equation Wald df Sig.
.521 .312
.068 .024
1 1
Exp(B)
.795 .876
.873 1.050
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .314 2.426
a. Variable(s) entered on step 1: obesitas.
10. MEROKOK Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Perilaku Merokok
Categorical Variables Codings Frequency Parameter coding (1) Tidak 56 .000 Merokok 8 1.000
Block 0: Beginning Block
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
Classification Table Observed
Step 0
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a,b
Percentage Correct .0 100.0 50.0
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
Constant
.000
.250
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables merokok(1) Overall Statistics
df 1
Df
2.286 2.286
Sig. 1.000
Exp(B) 1.000
Sig. 1 1
.131 .131
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Df Step 1
Step Block Model
2.379 2.379 2.379
Sig.
1 1 1
.123 .123 .123
Model Summary -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 86.344 .036 .049 a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. Step
Step 1
Step 1
TESIS
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
1 2
Sig. .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 6 6.000 2 2.000 26 26.000 30 30.000
INDEKS RAWAT INAP ...
Total 8 56
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
Classification Table Observed
Step 1
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 6 26 2 30
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a
Overall Percentage
Percentage Correct 18.8 93.8 56.3
a. The cut value is .500
B
Step 1
a
merokok(1)
S.E.
-1.242 .143
Constant
Variables in the Equation Wald df Sig.
.859 .268
2.088 .285
1 1
.148 .593
Exp(B) .289 1.154
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .054 1.557
a. Variable(s) entered on step 1: merokok.
11. KURANG AKTIFITAS Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1 Categorical Variables Codings Frequency Perilaku Kurang Aktifitas
Parameter coding (1) 55 .000 9 1.000
Tidak Ya
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
a,b
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Overall Percentage
Percentage Correct .0 100.0 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
Constant
.000
.250
Sig.
.000
1
Variables not in the Equation Score Variables kurangaktifitas(1) Overall Statistics
Step 0
df
df
.129 .129
Exp(B)
1.000
1.000
Sig. 1 1
.719 .719
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Df Step Block Model
Step 1
.130 .130 .130
Sig.
1 1 1
.719 .719 .719
Model Summary -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 88.593 .002 .003 a. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001. Step
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df .000 0
Step 1
1 2
Step 1
Sig. .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 5 5.000 4 4.000 27 27.000 28 28.000 Classification Table
Observed
Status Penyakit
Step 1
9 55
a
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 5 27 4 28
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Total
Overall Percentage
Percentage Correct 15.6 87.5 51.6
a. The cut value is .500
B
Step 1
a
kurangaktifitas(1) Constant
-.260 .036
Variables in the Equation S.E. Wald Df Sig. .723 .270
.129 .018
1 1
.720 .893
Exp(B) .771 1.037
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .187 3.182
a. Variable(s) entered on step 1: kurangaktifitas.
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 REGRESI LOGISTIK GANDA Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent 64 100.0 Selected Cases 0 .0 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings Frequency Perilaku Merokok Status Pekerjaan Diabetes Melitus Kardiovaskuler Penyakit hiperkolesterol Umur
Tidak Merokok Bekerja Tidak Bekerja Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya < 60 60 >
Parameter coding (1) .000 1.000 .000 1.000 .000 1.000 .000 1.000 .000 1.000 .000 1.000
56 8 50 14 47 17 45 19 51 13 29 35
Block 0: Beginning Block Classification Table Observed
Step 0
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
a,b
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 0 32 0 32
Percentage Correct .0 100.0 50.0
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation S.E. Wald
B Step 0
TESIS
Constant
.000
.250
.000
INDEKS RAWAT INAP ...
df
Sig. 1
1.000
Exp(B) 1.000
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Variables not in the Equation Score
Step 0
usia(1) pekerjaan(1) DM(1) Variables Kardiovaskuler(1) hiperkolesterol(1) merokok(1) Overall Statistics
3.090 1.463 9.692 1.871 2.413 2.286 18.329
df
Sig. 1 1 1 1 1 1 6
.079 .226 .002 .171 .120 .131 .005
Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio) Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df
Sig.
Step 21.311 6 .002 Block 21.311 6 .002 Model 21.311 6 .002 Step -.471 1 .492 a Step 2 Block 20.840 5 .001 Model 20.840 5 .001 Step -.802 1 .370 a Step 3 Block 20.038 4 .000 Model 20.038 4 .000 Step -1.761 1 .184 a Step 4 Block 18.277 3 .000 Model 18.277 3 .000 a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step. Step 1
Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square a 1 67.411 .283 .378 a 2 67.883 .278 .371 a 3 68.685 .269 .358 a 4 70.446 .248 .331 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Step 1 2 3 4
TESIS
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df 6.145 8 3.686 7 5.916 7 .245 5
Sig. .631 .815 .550 .999
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
Step 1
Step 2
Step 3
Step 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Observed Expected Observed Expected 5 5.331 1 .669 6 5.000 0 1.000 5 4.417 1 1.583 3 4.897 5 3.103 5 5.331 4 3.669 4 3.174 3 3.826 1 1.530 4 3.470 1 1.227 4 3.773 2 .888 5 6.112 0 .205 5 4.795 10 8.654 0 1.346 4 5.284 3 1.716 7 7.390 5 4.610 3 3.667 3 2.333 3 2.676 3 3.324 2 1.965 4 4.035 2 1.589 5 5.411 1 .672 6 6.328 0 .103 3 2.897 10 8.664 0 1.336 1 2.147 2 .853 9 9.749 6 5.251 4 4.497 3 2.503 3 2.086 2 2.914 1 1.358 3 2.642 2 1.997 4 4.003 2 1.161 6 6.839 0 .341 6 5.659 11 10.956 2 2.044 5 4.784 3 3.216 11 11.250 8 7.750 2 2.150 5 4.850 2 2.010 5 4.990 1 .753 6 6.247 0 .097 3 2.903 Classification Table
Observed
Step 1
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Status Penyakit
Predicted Status Penyakit Tidak Rawat Inap Rawat Inap 24 8 11 21
Status Penyakit
Status Penyakit
7 20
78.1 62.5 70.3
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
24 11
8 21
75.0 65.6 70.3
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
27 13
5 19
84.4 59.4 71.9
Overall Percentage
TESIS
75.0 65.6 70.3
25 12
Overall Percentage Step 4
Percentage Correct
Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Overall Percentage Step 3
6 6 6 8 9 7 5 5 7 5 10 7 12 6 6 6 7 7 3 10 3 15 7 5 4 6 8 6 13 8 19 7 7 7 3
a
Overall Percentage Step 2
Total
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 a. The cut value is .500
B
Step 1
Step 2
Step 3
Step 4
a
a
a
a
usia(1) pekerjaan(1) DM(1) Kardiovaskuler(1) hiperkolesterol(1) merokok(1) Constant usia(1) pekerjaan(1) DM(1) Kardiovaskuler(1) merokok(1) Constant usia(1) pekerjaan(1) DM(1) Kardiovaskuler(1) Constant usia(1) DM(1) Kardiovaskuler(1) Constant
Variables in the Equation S.E. Wald df Sig.
Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .986 12.020 .559 11.413 2.260 56.932 .884 13.138 .124 2.748 .072 3.157
1.236 .926 2.429 1.226 -.536 -.742 -1.610
.638 .770 .823 .689 .789 .965 .657
3.752 1.449 8.705 3.170 .462 .592 6.002
1 1 1 1 1 1 1
.053 .229 .003 .075 .497 .442 .014
3.442 2.526 11.343 3.407 .585 .476 .200
1.261 .808 2.531 1.280 -.821 -1.733
.634 .739 .819 .686 .946 .636
3.951 1.196 9.539 3.480 .753 7.426
1 1 1 1 1 1
.047 .274 .002 .062 .386 .006
3.529 2.243 12.562 3.598 .440 .177
1.018 .527 2.521 .937 .069
12.234 9.539 62.588 13.815 2.812
1.251 .946 2.565 1.284 -1.870
.629 3.955 .724 1.706 .807 10.093 .681 3.552 .620 9.101
1 1 1 1 1
.047 .191 .001 .059 .003
3.494 2.576 12.999 3.611 .154
1.018 .623 2.671 .950
11.991 10.652 63.260 13.730
1.306 2.492 1.282 -1.679
.623 .798 .670 .593
1 1 1 1
.036 .002 .056 .005
3.693 12.089 3.604 .187
1.090 2.531 .969
12.516 57.750 13.409
4.400 9.757 3.658 8.008
a. Variable(s) entered on step 1: usia, pekerjaan, DM, Kardiovaskuler, hiperkolesterol, merokok.
Variable
Step 1
Step 2
Step 3
Step 4
TESIS
usia pekerjaan DM Kardiovaskuler hiperkolesterol merokok usia pekerjaan DM Kardiovaskuler merokok usia pekerjaan DM Kardiovaskuler usia DM Kardiovaskuler
Model if Term Removed Model Log Change in -2 Log Likelihood Likelihood -35.747 4.083 -34.460 1.508 -39.392 11.373 -35.408 3.404 -33.941 .471 -34.017 .622 -36.100 4.317 -34.555 1.227 -40.288 12.692 -35.814 3.746 -34.343 .802 -36.501 4.316 -35.223 1.761 -41.125 13.565 -36.258 3.830 -37.652 4.858 -41.738 13.029 -37.194 3.941
INDEKS RAWAT INAP ...
df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. of the Change .043 .219 .001 .065 .492 .430 .038 .268 .000 .053 .370 .038 .184 .000 .050 .028 .000 .047
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
Variables not in the Equation Score Variables hiperkolesterol(1) Overall Statistics hiperkolesterol(1) Variables b Step 3 merokok(1) Overall Statistics pekerjaan(1) Variables hiperkolesterol(1) c Step 4 merokok(1) Overall Statistics a. Variable(s) removed on step 2: hiperkolesterol. b. Variable(s) removed on step 3: merokok. c. Variable(s) removed on step 4: pekerjaan. Step 2
TESIS
a
.466 .466 .641 .773 1.207 1.755 .316 1.283 2.908
INDEKS RAWAT INAP ...
df
Sig. 1 1 1 1 2 1 1 1 3
.495 .495 .423 .379 .547 .185 .574 .257 .406
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4
ROC Curve Case Processing Summary Status Penyakit Valid N (listwise) a Positive 32 Negative 32 Larger values of the test result variable(s) indicate stronger evidence for a positive actual state. a. The positive actual state is Rawat Inap.
Area Under the Curve Test Result Variable(s): Predicted probability a b Area Std. Error Asymptotic Sig. Asymptotic 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .779 .058 .000 .667 .892 The test result variable(s): Predicted probability has at least one tie between the positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be biased. a. Under the nonparametric assumption
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 b. Null hypothesis: true area = 0.5 Coordinates of the Curve Test Result Variable(s): Predicted probability Positive if Greater Sensitivity 1 - Specificity a Than or Equal To .0000000 1.000 1.000 .2796213 .938 .656 .4049577 .844 .500 .5503400 .594 .156 .7028299 .438 .094 .8016551 .281 .031 .8916169 .250 .031 .9302742 .094 .000 1.0000000 .000 .000 The test result variable(s): Predicted probability has at least one tie between the positive actual state group and the negative actual state group. a. The smallest cutoff value is the minimum observed test value minus 1, and the largest cutoff value is the maximum observed test value plus 1. All the other cutoff values are the averages of two consecutive ordered observed test values.
SENSITIFITAS DAN SPESIFISITAS INDEKS RAWAT INAP HIPERTENSI PADA JEMAAH HAJI CROSSTABS Case Processing Summary Cases Valid N Status Penyakit * Cut off Indeks
Percent
64
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
0.0%
Percent 64
100.0%
Status Penyakit * Cut off Indeks Crosstabulation Cut off Indeks Risiko Rendah Count Tidak Rawat Inap
Total
Risiko Tinggi
16
16
32
% within Status Penyakit
50.0%
50.0%
100.0%
% within Cut off Indeks
76.2%
37.2%
50.0%
5
27
32
% within Status Penyakit
15.6%
84.4%
100.0%
% within Cut off Indeks
23.8%
62.8%
50.0%
21
43
64
32.8%
67.2%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Status Penyakit Count Rawat Inap
Count Total
% within Status Penyakit % within Cut off Indeks
TESIS
INDEKS RAWAT INAP ...
SONI PURWANTO