ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Tarekat adalah gerakan sufi dimana umat Islam mengamalkan ritual-ritual keagamaan dengan menjalankan wirid-wirid tertentu. Kata tarekat berasal dari bahasa Arab, thariqah, yang secara harfiah berarti jalan mistik untuk mendekati Allah1. Pada mulanya, suatu tarekat hanya berupa “jalan atau metode yang ditempuh oleh seorang sufi secara individual”. Kemudian para sufi itu mengajarkan pengalamannya kepada murid-muridnya, baik secara individual maupun kolektif. Dari sini, terbentuklah suatu tarekat, dalam pengertian “Jalan menuju Tuhan di bawah bimbingan seorang guru”. Setelah suatu tarekat memiliki anggota yang cukup banyak maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah organisasi tarekat2. Tarekat berkembang pesat di Indonesia, salah satunya adalah Tarekat Shiddiqiyyah. Tarekat ini berpusat di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Keberadaan ajaran tarekat Shiddiqiyyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, dimulai dengan masuknya ajaran tersebut di Desa Losari. Pembawa
1
62.
Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, (Yogyakarta: LKiS, 2004), hlm.
2
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah, (Yogyakarta: LKiS. 2008), hlm. 63.
Skripsi
1
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ajaran tersebut adalah Kyai Muchtar Mu’thi yang mendapatkannya dari Syekh Syueb Jamali3. Pada mulanya nama tarekat yang diajarkan Syekh Syueb Jamali kepada Kyai Muchtar Mu’thi adalah Tarekat Khalwatiyyah. Namun, menurut Syekh Syueb Jamali nama Tarekat Khalwatiyyah yang beliau ajarkan kepada Kyai Muchtar Mu’thi bukanlah nama tarekat yang asli 4. Salah satu syarat untuk menjadi murid Tarekat Shiddiqiyah yaitu harus melakukan ritual bai’at. Pembai’atan5 dilakukan agar seseorang tersebut sanggup melakukan kewajiban sebagai murid Tarekat Shiddiqiyah. Orang yang pertama kali menjadi bai’at Tarekat Shiddiqiyyah adalah Slamet Makmun yang dibai’at pada tahun 19606. Pada periode tahun 1970-1980 pengikut Tarekat Shiddiqiyyah bertambah banyak sudah mencapai ribuan. Tetapi ibarat pohon semakin tingggi, semakin besar angin menerpanya. Pada periode ini Tarekat Shiddiqiyyah mendapat rintangan yang cukup gencar dari kalangan umat Islam sendiri. Pada periode ini banyak tuduhan-tuduhan yang ditunjukkan kepada Tarekat Shiddiqiyyah, seperti
3
Ahmad Sodli, Studi Kasus Tarekat Shiddiqiyyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur, (Semarang: Balai Penelitian Krohanian/Keagamaan Republik Indonesia, 1994), hlm. 16. 4
A. Munjin Nasih, Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid Kyai Muchammad Muchtar Bin Haji Abdul Mu’thi, (Jombang: Al-Ikhwan, 2006), hlm. 128. 5
Pembai’atan adalah sebuah prosesi perjanjian antara seorang murid terhadap seorang mursyid. Seseorang murid menyerahkan dirinya untuk dibina dan dibimbing dalam rangka membersihkan jiwanya, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Kemudian sang mursyid menerimanya dnegan mengajarkan dzikir (talqin al-dzikir) yang harus dilalui oleh seorang salik, khususnya seorang yang memasuki jalan hidup kesufian melalui tarekat. Menurut para ahli tarekat “baiat” merupakan syarat sahnya suatu perjalanan spiritual (suluk). Lihat: Kharisudin Aqib, Inabah: Jalan Kembali dari Narkoba, Stres & Kehampaan Jiwa, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 2005), hlm. 75. 6
Skripsi
Sodli, op.cit., hlm. 16.
2
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tarekat Shiddiqiyyah tidak mutakhbarah (tidak sah) dan Tarekat Shiddiqiyyah adalah ajaran klenik yang akan merusak syari’at Islam7. Tanggapan-tanggapan negatif dari berbagai pihak yang tidak menyukai munculnya Tarekat Shiddiqiyyah ini juga menjadi suatu hambatan yang harus dilalui oleh para murid Tarekat Shiddiqiyyah. Ini tidak berarti bahwa Kyai Muchtar Mu’thi tidak pernah bereaksi terhadap tanggapan negatif dari kyai dan umat Islam yang mengkritiknya, Kyai Muchtar Mu’thi juga telah menulis beberapa risalah singkat. Kyai Muchtar Mu’thi bersikeras bahwa ia tidak mendirikan tarekat baru namun, tarekatnya sama dengan tarekat (mukhtabarah) lain yang mempunyai mata rantai mursyid hingga Nabi Muhammad8. Tahun
1973
Tarekat
Shiddiqiyyah
mendirikan
Yayasan
Pendidikan
Shiddiqiyyah (YPS) yang bertujuan untuk menampung dan menyalurkan aspirasi yang berkembang dalam tarekat ini ke dunia luar selain warganya sendiri, Yayasan ini diberi nama Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah (YPS) Pusat didirikan oleh keluarga besar Tarekat Shiddiqiyyah pada tanggal 10 dzulhijah 1393 atau 15 Januari 1973, berkedudukan di Desa Losari Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang9. Diantara usaha penyebar luasan ajaran tarekat ini yang paling
7
Turmudi, op.cit., hlm. 17.
8
Ibid, hlm.87.
9
Syahrul Adam, Tarekat Shiddiqiyyah dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso Jombang Jawa Timur, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003). hlm. 35.
Skripsi
3
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menonjol adalah pendirian pondok pesantren pada tahun 1974 yang diberi nama Pondok Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah 10.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan uraian di atas, maka permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan Tarekat Shiddiqiyah di PlosoJombang pada tahun 1959-1979?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian tentang kajian Islam yang berjudul “Tarekat Shiddiqiyah, Ploso-Jombang Tahun 1959-1979” ini adalah untuk menjelaskan bagaimana perkembangan tarekat Shiddiqiyah di Ploso-Jombang pada tahun 1959-1979. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah antara lain sebagai berikut: 1. Memberikan informasi tentang perkembangan Tarekat Shiddiqiyah 1959-1979. 2. Dalam bidang akademik diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan bagi penelitian berikutnya khususnya penelitian yang mengangkat tema tarekat di Indonesia.
10
Mochammad Munif, Sejarah Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah, (Jombang: Buku Tidak Diterbitkan 1984), hlm. 30.
Skripsi
4
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
D. Ruang Lingkup Penelitian Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk memperjelas lingkup permasalahan maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Dalam hal ini maka diperlukan dua pembatasan masalah yaitu batasan spasial dan batasan temporal. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jombang tepatnya Desa Losari Kecamatan Ploso, karena di tempat tersebut merupakan pusat pengajaran Tarekat Shiddiqiyah yaitu Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah. Ploso merupakan sebuah kecamatan yang terletak di bagian utara Kota Jombang di mana kecamatan ini berada di sebelah selatan dibatasi oleh Sungai Brantas. Ploso merupakan persimpangan jalan Provinsi Jombang-Tuban dengan jalur LengkongMojokerto. Wilayah kecamatan Ploso memiliki luas 25,96 km 2. Batas wilayah sebelah utara adalah Kecamatan Kabuh, sebelah timur adalah Kecamatan Kudu, sebelah selatan adalah Kecamatan Tembelang, dan sebelah barat adalah Kecamatan Plandaan. Pembatasan masalah selanjutnya adalah batasan temporal yang dikaji pada penelitian ini adalah antara tahun 1959-1979. Pengambilan tahun 1959 dijadikan sebagai batasan awal penelitian ini dikarenakan pada tahun ini merupakan tahun pertama kali mulai diajarkannya Tarekat Shiddiqiyah oleh Kyai Muchtar Mu’thi di Jombang. Dan sebagai batasan akhir penelitian ini adalah pada tahun 1979 dikarenakan pada tahun ini merupakan masa mulai dikenalnya Tarekat Shiddiqiyyah sebagai tarekat mutakhbarah (sah) oleh masyarakat luas yang sebelumnya dicap sebagai tarekat yang tidak mutakhbarah (tidak sah).
Skripsi
5
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
E. Metode Penelitian Menulis sebuah karya sejarah haruslah dapat merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif. Penelitian ini secara metodis harus sesuai dengan metodologi atau prosedur kerja seorang sejarawan yaitu antara lain heurisitk, kritik ekstern dan kritik intern, interpretasi, dan historiografi. Heuristik merupakan sebuah langkah awal dalam penulisan sebuah sejarah. Sebagai langkah awal ialah apa yang disebut dengan heurisitk, dalam tahap ini penulis sudah mengumpulkan arsip-arsip terkait dengan Tarekat Shiddiqiyyah yaitu Akta Notaris Goesti Djoehan, Nomor: 137 tentang Anggaran Dasar Pendidikan Shiddiqiyyah, tanggal 10 April 1973. Kemudian, Kutipan Surat Pengakuan Pemerintah (Kejaksaan Tinggi Jawa Timur) Terhadap Tarekat Shiddiqiyyah, tanggal 30 Juni 1973. Lalu, Lampiran Surat dari Konsulat Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (G.U.P.P.I) kepada Tarekat Shiddiqiyyah pada tanggal 21 Juni 1972. Dan Surat Keterangan Camat Kepala Wilayah Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang terhadap Pimpinan Tarekat Shiddiqiyyah Pada Tanggal 08 November 1975. Dalam proses ini penulis juga menemukan buku-buku, sumber arsip dan sumber-sumber lainnya serta saksi hidup (dianalisis melalui wawancara) terkait dengan Tarekat Shiddiqiyyah. Dalam hal ini penulis sudah melakukan wawancara dengan dua Khalifah11 Shiddiqiyyah yang juga merupakan pelaku sejarah Tarekat Shiddiqiyyah yaitu Bapak Mochammad Munif dan Bapak Masruchan Mu’thi. Dan 11
Persepsi murid-murid terhadap khalifah, bukan saja sebagai guru dan pemimpin kelompok, melainkan dipandang juga sebagi ulama dan pemimpin agama, dalam arti turut mengembangkan syari’at Islam. Khalifah merupakan pusat penyebaran doktrin, karena berfungsi sebagai sumber ilmu pengetahuan. Lihat: Abu Hamid, Syekh Yusuf: Seorang Ulama, Sufi dan Pejuang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), hlm. 239.
Skripsi
6
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
seorang warga Tarekat Shiddiqiyyah yaitu Bapak Musta’in Karim yang sudah menjadi anggota Tarekat Shiddiqiyyah sejak tahun 1970. Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber tersebut. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal12. Kritik ekstern yang telah dilakukan dalam penulisan ini adalah dengan cara melakukan penelitian terhadap sumber-sumber yang ada, misalnya sumber-sumber material seperti arsip masih dalam kondisi yang baik sehingga masih dapat diteliti. Dan sumber lisan yang menjadi saksi sejarah perkembangan Tarekat Shiddiqiyyah pada tahun 1959-1979 yaitu Bapak Mochammad Munif dan Bapak Masruchan Mu’thi yang merupakan Khalifah Tarekat Shiddiqiyyah, serta Bapak Musta’in Karim yang merupakan warga Tarekat Shiddiqiyyah. Para informan tersebut dapat dipercaya dan akurat karena mereka merupakan pelaku sejarah juga dalam perkembangan Tarekat Shiddiqiyyah pada tahun 1959-1979. Kritik intern merupakan tahapan cross check, di mana dalam tahapan ini juga harus dilakukan dengan cara mengamati dari dalam mengenai isi dari data-data dan sumber sejarah yang diperoleh. Dalam hal ini juga harus ditemukan kesamaan antara informasi yang disampaikan oleh sumber lisan dan sumber-sumber material mengenai Tarekat Shiddiqiyah. Dalam tahapan cross check ini penulis sudah menemukan kesamaan dengan sumber material yaitu arsip, buku dan informan dalam penelitian ini.
12
Skripsi
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 132.
7
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Interpretasi merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena dalam tahapan ini data-data yang telah diperoleh harus ditafsirkan dengan cara membandingkan data-data yang diperoleh. Penafsiran ini hanya boleh dilakukan apabila seorang sejarawan yakin dengan teori yang telah dimiliki, tidak begitu saja memberikan penafsiran tanpa data yang lengkap dan mendukung. Interpretasi data dapat membantu sejarawan dalam mengolah materi temuan untuk menyusun hipotesis awal. Kemudian historiografi merupakan proses terakhir dalam metode penulisan sejarah, historiografi merupakan cara penulisan, penguraian, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini merupakan penelitian yang berjudul “Tarekat Shiddiqiyyah, Ploso-Jombang Tahun 1959-1979”.
F. Kerangka Konseptual Penelitian dengan judul “Tarekat Shiddiqiyyah, Ploso-Jombang Tahun 19591979” ini merupakan sebuah kajian sejarah Islam, hal ini dikarenakan kajian yang dibahas ini mencakup beberapa konsep Islam, seperti peranan kyai dalam pengembangan Islam, tarekat, pendidikan agama Islam yang dilakukan melalui sebuah pesantren, dan lain sebagainya. Namun, dalam skripsi ini lebih membahas dalam bidang tarekat. Secara etimologis, kata tarekat berasal dari bahasa Arab, thariqah yang berarti jalan, tempat lalu lintas, aliran, mahzab, metode, mode atau sistem. Kemudian kata thariqah dalam bahasa Arab ini dibakukan dalam bahasa Indonesia menjadi
Skripsi
8
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tarekat13. Dalam sebuah tarekat terdapat seorang guru yang bertanggung jawab untuk mengajarkan tarekat yang disebut dengan Mursyid. Mursyid merupakan seseorang yang memiliki kewajiban utuk bertanggung jawab dalam memimpin, mengajarkan dan membimbing ajaran sebuah tarekat terhadap muridnya. Mursyid adalah seorang pemangku jabatan spiritual dalam tarekat yang berwenang memberikan petunjuk jalan bagi perjalanan (suluk) ruhaniah sang murid. Secara organisasi, jabatan mursyid dapat berganti dari seorang mursyid ke mursyid yang lain. Pergantian ini dilakukan apabila terjadi hal-hal yang menyebabkan kemestian pergantian, seperti meninggal dunia atau sebab lainnya 14. Istilah mursyid berasal dari bahasa Arab, dari kata irsyada, yaitu memberi tunjukajar. Dalam arti kata lain, mursyid berarti, seseorang yang pakar dalam memberi tunjuk-akar terutamanya dalam bidang kerohanian, dalam istilah para sufi 15. Dalam Tarekat Shiddiqiyyah Kyai Muchtar Mu’thi merupakan Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah yang mengajarkan Tarekat Shiddiqiyyah sampai saat ini. Menurut asal-usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda yaitu: 1. Sebagai gelar kehormatan bagi barangbarang yang dianggap keramat, umpamanya, “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton Yogyakarta. 2. Gelar kehormatan untuk orang-orangtua pada umumnya. 3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin 13
Noer Iskandar al-Barsany, Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001), hlm. 52. 14
Huda, op.cit., hlm.215.
15
Zulkifli, Gelar Dalam Islam: Sejarah, Asal-usul dan Makna Gelar Dalam Islam, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2009), hlm. 57.
Skripsi
9
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada santrinya. Perlu dtekankan di sini bahwa ahli-ahli pengetahuan Islam di kalangan umat Islam disebut ulama. Di Jawa Barat mereka disebut ajengan. Di Jawa Tengah dan Jawa timur, ulama yang memimpin pesantren disebut kyai 16. Secara teknis pesantren adalah “tempat di mana para santri tinggal”. Frasa ini merupakan gambaran paling penting dari pesantren, yaitu sebagai suatu lingkungan pendidikan dalam pengertiannya yang menyeluruh. Pesantren mirip dengan akademi militer atau biara dalam arti bahwa mereka yang berada di sana mengalami suatu kondisi totalitas. Dibandingkan dengan lingkungan pendidikan parsial yang ditawarkan oleh sistem pendidikan publik Indonesia sekarang, yang menjadi kultur pendidikan umum bangsa. Pesantren dengan sendirinya merupakan suatu kultur yang unik17.
G. Tinjauan Pustaka A. Munjin Nasih dalam bukunya yang berjudul Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid: “Kyai Muchammad Muchtar Bin Haji Abdul Mu’thi”18 membahas tentang Biografi sang Mursyid Tarekat Shiddiqiyah yaitu Kyai Muchtar Mu’thi. Dalam buku ini dijelaskan tentang perjalanan hidup sang Mursyid yaitu Kyai Muchtar Mu’thi mulai dari kelahiran dan masa kecil, kemudian perjuangan hidup 16
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 55. 17
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm. 233. 18
A. Munjin Nasih, Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid: “Kyai Muchammad Muchtar Bin Haji Abdul Mu’thi, (Jombang: Al-Ikhwan, 2006).
Skripsi
10
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Kyai Muchtar Mu’thi dan penggambaran berthasawuf sang Mursyid. Dalam buku ini lebih membahas tentang perjalanan hidup Kyai Muchtar Mu’thi sebelum beliau mulai mengajarkan Tarekat Shiddiqiyyah. Ahmad Sodli dalam bukunya yang berjudul Studi kasus Tarekat Shiddiqiyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur19, menjelaskan tentang sejarah dan struktur sosial Tarekat Shiddiqiyah, Praktek Ibadah Tarekat Shiddiqiyah, dan hubungan Tarekat Shiddiqiyah dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Mochammad Munif dalam bukunya yang berjudul Sejarah Kemenangan Perjuangan Shiddiqiyyah Pada Tahun 1970 (Jilid I)20, menjelaskan tentang perjuangan warga Tarekat Shiddiqiyyah dalam menghadapi tuduhan-tuduhan bahwa Tarekat Shiddiqiyyah bukanlah tarekat yang mutakhbarah oleh kelompok Islam lain di Jombang, yang digelar secara terbuka melalui peristiwa berdirinya PGA (Pendidikan Guru Agama) 4 Tahun di Bakalan Rayung Jombang pada tahun 1970. Mochammad Munif (Khalifah Tarekat Shiddiqiyyah) dalam bukunya yang tidak
diterbitkan
yang
berujudul
Sejarah
Pesantren
Majama’al
Bahrain/Shiddiqiyyah21. Dalam buku yang tidak diterbitkan ini penulis yaitu Mochammad Munif menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa sejarah dalam
19
Ahmad Sodli, Studi kasus Tarekat Shiddiqiyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur, (Semarang: Balai Penelitian Aliran Kerohanian / Keagamaan, 1994). 20
Mochammad Munif, Sejarah Kemenangan Perjuangan Shiddiqiyyah Pada Tahun 1970 (Jilid I), (Jombang: Al-Ikhwan, 2010). 21
Mochammad Munif, Sejarah Pesantren Majama’al Bahrain/Shiddiqiyyah, (Jombang: Buku Tidak Diterbitkan, 1984).
Skripsi
11
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tarekat Shiddiqiyyah yang terjadi pada tahun 1973-1984, yang pembahasannya difokuskan pada kegiatan Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah yang merupakan tempat pusat pengajaran dan penyebaran Tarekat Shiddiqiyyah. Buku ini disusun pada saat Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah berusia 10 tahun. Al Misbahul Munir mahasiswa Institut Negeri Agama Islam Surabaya dlaam skripsinya yang berjudul Tasawuf Modern: Studi tentang Penerapan Thoriqoh Shiddiqiyyah22. Dalam skripsinya Al Misbahul Munir menuliskan tentang filsafat aqidah dari Tarekat Shiddiqiyyah dan penerapannya bagi warga Tarekat Shiddiqiyyah. Dan di dalam skripsi ini juga dijelaskan bagaimana model ajaran tasawuf dalam Tarekat Shiddiqiyyah. Syahrul Adam dalam Laporan Hasil Penelitiannya yang berjudul Tarekat Shiddiqqiyyah dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Tarekat Shiddiqqiyyah di Ploso Jombang Jawa Timur23. Buku ini merupakan laporan hasil penelitian. Dalam laporan hasil penelitian ini penulis membahas tentang Tarekat Shiddiqiyyah dan usaha-usaha perubahan sosial Tarekat Shiddiqiyyah baik dalam bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi dan kemasyarakatan. Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada tahun 2003.
22
Al Misbahul Munir, Tasawuf Modern: Studi Tentang Penerapan Thoriqoh Shiddiqiyyah, (Surabaya: Institut Agama Islam Negeri, 2009). 23
Syahrul Adam, Tarekat Shiddiqiyyah dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso Jombang Jawa Timur, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003).
Skripsi
12
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
H. Sistematika Penulisan Dalam penulisan ini peneliti membaginya dalam 5 bab yaitu antara lain: 1. Bab I berisikan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual dan sistematika penulisan. 2. Bab II menjelaskan tentang munculnya tarekat di Indonesia dan perkembangan tarekat di Jawa Timur. 3. Bab III menjelaskan masuknya Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso-Jombang pada tahun 1959-1973. 4. Bab IV menjelaskan tentang perkembangan Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso-Jombang pada tahun 1973-1979. 5. Bab V merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya.
Skripsi
13
TAREKAT SHIDDIQIYYAH PLOSO – JOMBANG, 1959-1979
LAUHIL FATIHAH