ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Globalisasi meningkatkan keterkaitan dan ketergantungan hubungan antar bangsa dan antarmanusia baik dari segi perdagangan, investasi dan segala bentuk interaksi lainnya.1 Globalisasi ekonomi berperan menghubungkan negara-negara di dunia hingga menjadi satu kekuatan pasar yang lebih terintegrasi tanpa halangan teritorial. Mulai tahun 1960-an terjadi ekspansi besar dengan munculnya bentuk baru dari perusahaan multinasional, yang ditandai oleh berkembangnya produksi ekspor di negara-negara berkembang dengan tujuan penjualan produk untuk pasar luar negeri daripada pasar domestik. Menggantikan substitusi impor dengan mengembangkan pengolahan barang-barang ekspor menjadi langkah baru beberapa negara berkembang menuju pengembangan pusat-pusat industri dan pertumbuhan ekonomi yang maksminal. 2 Negara-negara di Asia Selatan membangun perekonomian dalam industri Pembuatan Pakaian Jadi/Readymade Garment (RMG)3. Industri RMG dikembangkan karena bersifat padat karya dan cocok untuk negara-negara yang memiliki surplus tenaga kerja yang melimpah. Sifat industri garmen yaitu light weight membuatnya tidak memerlukan investasi besar dalam penyediaan mesin-mesin manufaktur ataupun keperluan lahan yang luas. Produk pakaian jadi juga mudah dalam
1
Anne Anehira, “Pengertian Globalisasi dan Dampaknya”, [online] dalam http://www.anneahira.com/pengertian-globalisasi.htm {online} (diakses pada 11 Maret 2012). 2 Helen I. Safa, “Runaway Shops and Female Employment” dalam The Search For Cheap Labour Dalam Women’s Work, The Development and The Division of Labour by Gender. (New York: Bergin and Garvey Publisher. 1986), 58. 3 Peristilahan RMG dalam tulisan ini dapat dipertukarkan dengan garmen atau pakaian jadi.
xiii Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
penyaluran baik dari satu kota maupun ke kota lainnya, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Dalam proses produksi ini, muncul konflik kepentingan antara pemilik modal dengan para buruh. Dari sisi pemilik modal menginginkan biaya produksi yang kecil. Dari sisi buruh, menginginkan kenaikan gaji demi kualitas hidup yang lebih baik. Para buruh di negara-negara Barat pada tahun 1950 mulai membentuk serikat pekerja. Hal ini berdampak besar pada peningkatan biaya produksi karena para buruh menuntut upah yang lebih tinggi. Dimanapun para pekerja sukses mengorganisasikan diri mereka dan berhasil mendapatkan gaji serta kondisi kerja yang lebih baik, saat itu pula industri ini dapat berpindah untuk mencari lokasi-lokasi produksi yang lebih murah. Di belahan dunia lainnya negara-negara seperti Hong Kong dan Korea Selatan menampilkan diri sebagai negara tujuan ideal untuk relokasi aset-aset perindustrian karena mereka memiliki kebijakan ekonomi terbuka, tidak memiliki serikat pekerja, namun memiliki buruh yang disiplin dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan biaya jauh lebih murah. 4 Kelebihan ini menyebabkan perusahaan-perusahaan dari negara-negara maju memindahkan tempat produksi mereka ke negara-negara di Asia Timur. Produkproduk pakaian jadi yang diproduksi oleh pabrik-pabrik di Asia Timur sangat diminati konsumen pasar Amerika Utara dan Eropa. Hal ini berakibat pada dibanjirinya pasar negara-negara tersebut oleh produk pakaian jadi dari Asia Timur. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah ekspor di Amerika Utara dan Eropa menurun drastis. Untuk melindungi produksi dalam negeri, pemerintah dari negara-negara maju berinisiatif mengeluarkan aturan tentang pembatasan kuota ekspor yang harus dipenuhi oleh negara-negara Asia Timur yang dikelola dalam perjanjian resmi 4
Naila Kabeer and Simeen Mahmud, “Rags, Riches and Women Workers: Export – oriented Garment Manufacturing in Bangladesh”. dalam http://wiego.org/sites/wiego.org/files/publications/files/Kabeer-Mahmud-Export-Oriented-GarmentBangladesh.pdf (diakses pada 11 Maret 2012).
xiv 2 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
bernama Multi Fiber Agreement (MFA). Kemudian hal ini berdampak positif bagi industri dalam negeri negara-negara maju, namun membuat jumlah ekspor pakaian jadi dari Asia Timur ke negara-negara maju menjadi sangat terbatas. Di balik terhambatnya ekspor dari negara-negara di Asia Timur, ada negara-negara berkembang lainnya yang menikmati hasil positif dari perjanjian MFA ini, salah satunya adalah Bangladesh. Kemunculan industri garmen di Bangladesh merupakan hasil dari rezim ‘pengaturan dagang’ dalam tekstil dan pembuatan pakaian jadi yaitu dibatasinya kuota ekspor dari produsen-produsen besar dari Asia oleh negara-negara maju melalui perjanjian Multi Fiber Agreement5 (MFA). Korea Selatan sebagai salah satu negara yang dirugikan oleh pembatasan kuota ekspor memilih Bangladesh sebagai mitra strategis karena saat itu Bangladesh belum terkena kuota dari negaranegara maju. Daewoo yang merupakan salah satu perusahaan besar Korea Selatan kala itu, melihat prospek pengembangan tekstil dan pakaian jadi di Bangladesh6. Daewoo berinisiatif memberikan pelatihan bagi para pekerja Desh Company untuk langsung belajar di pabrik-pabrik Daewoo di Korea Selatan agar kelak mereka 5
MFA menegosiasikan dan mengontrol kuota untuk tekstil dan pakaian jadi digunakan untuk mendukung negara-negara berkembang yang tidak memiliki peluang bersaing dengan negara-negara pengekspor besar dari Asia. Perjanjian ini memberi kemudahan bersaing di pasar negara-negara maju serta memungkinkan negara-negara maju secara bilateral menegosiasikan kuota-kuota dengan berbagai supplier dari berbagai negara pengekspor besar untuk melindungi kepentingan domestik dari ekspor pakaian jadi. Sampai dengan akhir Putaran Uruguay, kuota tekstil dan pakaian jadi dinegosiasikan secara bilateral dan diatur oleh aturan Multifibre Agreement (MFA) yang berlaku tahun dari tahun 1974 hingga 1994. Perjanjian ini menjadi media penerapan pembatasan kuantitatif yang selektif yang disebabkan oleh lonjakan produk impor tertentu dari negara-negara berkembang yang akan menimbulkan ancaman atau masalah yang serius pada industri dalam negeri negara pengimpor. MFA adalah tonggak awal dari aturan dasar The General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) terutama prinsip non-diskriminasi. Pada tanggal 1 Januari 1995 perjanjian tersebut digantikan oleh Persetujuan WTO yaitu Agreeent on Textile and Cloting (ATC) yang menetapkan proses transisi untuk menghapuskan keseluruhan kuota MFA. (“Textile Monitoring Body (TMB) The Agreement on Textile and Clothing,” World Trade Organisation (WTO), [online] http://www.wto.org/english/tratop_e/texti_e/texintro_e.htm (diakses pada 12 Juli 2012) 6 Bangladesh telah lama dikenal sebagai negara yang memiliki potensi dalam industri tektil dan pembuatan pakaian jadi bahkan jauh sebelum masa penjajahan maupun kemerdekaannya namun karena kurangnya akses terhadap teknologi, pengetahuan modern serta pasar maka industri tersebut tidak berkembang. (M Monjour Morsed, “A Study of Labor Right Implementation in Readymade Garment (RMG) Industry in Bangladesh: Bridging the Gap Between Theory and Practice,” Master’s Theses, Unuversity of Wollongong, 2007).
xv 3 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
menguasai teknik pembuatan pakaian jadi yang lebih modern. 7 Selanjutnya Desh Company diharapkan dapat bekerjasama dengan Daewoo untuk memperluas produksi ekspor pakaian jadi mereka ke negara-negara maju. Namun saat pulang dari Korea Selatan tidak semua pekerja yang telah mendapatkan pelatihan di Korea Selatan bekerja kembali di Desh Company. Justru banyak dari mereka yang mendirikan pabrik baru di Bangladesh. Maka tahun 1970-an mulailah berkembang pabrik-pabrik pembuatan pakaian jadi yang dimiliki oleh pengusaha lokal. Hingga kini sektor ini tumbuh menjadi industri yang menghasilkan US$ 16 miliar dan mempekerjakan hingga 3,6 juta orang pada tahun 2009-20108. Perdagangan dalam industri RMG diatur oleh kuota ekspor dalam MFA yang telah direnegosiasikan empat kali berakhir tahun 1994 lalu diikuti oleh perjanjian baru yaitu Agreement on Textile and Clothing 9 (ATC) yang diterapkan bersamaan dengan
7
Willia King, “Overview of Bangladesh Garment Industry.” [online] dalam http://www.articlesbase.com/business-articles/overview-of-bangladesh-garment-industry4562481.html (diakses pada 12 Juli 2012). 8 Board of Investment Bangladesh, “Garment and Textile.” dalam http://boi.gov.bd/keysectors/garments-a-textiles( diakses pada 12 Maret 2012). 9 ATC adalah alat transisi, dibangun di atas elemen-elemen utama sebagai berikut: (a) cakupan produk, pada dasarnya meliputi benang, kain, produk tekstil dan pakaian jadi, (b) program dibuat untuk integrasi progresif dari produk tekstil dan pakaian jadi ke aturan PUTP tahun 1994, (c) proses liberalisasi dengan penurunan kuota (sampai kuota-kuota dihapus) (d) mekanisme perlindungan khusus untuk menangani kasus kerusakan yang serius atau ancaman untuk produsen domestik selama masa transisi (e) pembentukan Textile Monitoring Body/Badan Monitor Tekstil (TMB) untuk mengawasi pelaksanaan persetujuan ini dan memastikan bahwa aturan diikuti secara jujur, dan (f) ketentuan lainnya, termasuk aturan tentang pengelakan dari kuota, administrasi, tindakan khusus terhadap pembatasan non-MFA, dan komitmen yang dilaksanakan di berbagai tempat berdasarkan perjanjian WTO dan prosedur yang mempengaruhi sektor ini. Cakupan produk, tercantum dalam lampiran ATC, meliputi semua produk yang telah dikenakan kuota MFA atau jenis-jenis kuota MFA setidaknya dalam satu negara pengimpor. Proses integrasi ditetapkan dalam Pasal 2 ATC dan ditetapkan bagaimana anggota harus mengintegrasikan produk yang tercantum dalam lampiran tersebut ke dalam aturan GATT tahun 1994 selama periode 10 tahun. Proses ini harus dilakukan secara progresif dalam tiga tahap (3 tahun, 4 tahun, 3 tahun) dengan semua produk terintegrasi pada akhir periode 10 tahun. Tahap pertama dimulai pada 1 Januari 1995 dengan integrasi dari produk anggota oleh yang mewakili tidak kurang dari 16 persen dari total produk yang diimpor selama tahun 1990 dalam lampirannya. Pada tahap 2, pada tanggal 1 Januari 1998, tidak kurang dari 17 persen produk terintegrasi. Pada tahap 3, pada 1 Januari 2002, tidak kurang dari 18 persen prduk diintegrasikan. Akhirnya di akhir, pada 1 Januari 2005, semua
xvi 4 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
berdirinya World Trade Organisation (WTO) tahun 1995. Penghapusan aturan kuota ekspor MFA/ACT pada tahun 2004 membuat perdagangan dalam industri tekstil dan pakaian jadi menjadi lebih bebas. Hal ini memungkinkan para pemasok besar seperti Cina, Korea Selatan dan India mengembalikan peluang produk garmen mereka berekspansi lebih luas di pasar Amerika dan Eropa. Penghapusan kuota ekspor memberi dampak penurunan ekspor negara-negara berkembang yang bergantung pada ketersediaan kuota MFA/ACT. Namun hal ini tidak berdampak buruk pada ekspor Bangladesh, karena nilai ekspornya menunjukkan angka positif yaitu rata-rata 75 persen dari total keseluruhan ekspor Bangladesh.10 Industri Readymade Garment (RMG) di Bangladesh dalam tiga dekade berkembang pesat mencapai angka 80 persen dari keseluruhan nilai ekspor yang dimiliki oleh Bangladesh. Industri RMG tidak hanya memberi kontribusi yang besar bagi pertumbuhan GDP Bangladesh, tetapi juga untuk devisa serta menjadi penyedia lapangan kerja bagi penduduk Bangladesh utamanya kaum perempuan. Saat ini jumlah pabrik garmen di Bangladesh berkembang mencapai 4000 pabrik yang mengerjakan produk-produk pakaian jadi dari berbagai label dan peritel dunia dengan 95 persennya pabriknya dimiliki penduduk lokal dan sisanya dimiliki oleh pihak asing di Export Processing Zone (EPZ)11. Meski dua pertiga penduduk Bangladesh
produk yang tersisa (sebesar sampai dengan 49 persen dari impor anggota 1990) terintegrasi dan berakhir MFA berakhir. Setiap Anggota pengimpor memutuskan sendiri produk mana yang diintegrasikan pada setiap tahap untuk mencapai ambang ini. Ada dua mekanisme yang dalam perode phase-out. Yang pertama adalah menghilangkan persentase dari kuota dan yang kedua adalah meningkatkan nilai dari kuota yang tersisa. Kendala satu-satunya adalah bahwa daftar integrasi harus meliputi produk dari masing-masing keempat kelompok: serat wol dan benang, kain, produk tekstil dan pakaian. ATC bukan merupakan perpanjangan dari MFA tetapi merupakan rezim transisi dari MFA ke dalam integrasi perdagangan multilateral tekstil dan pakaian jadi. MFA/ATC dianggap sebagai diskriminasi terhadap negara-negara pengekspor besar di Asia. (World Trade Organisation, “Textile Monitoring Body (TMB)” 10 Board of Investment Bangladesh. “Garment and Textile.” 11 EPZ menjadi wilayah yang sangat menguntungkan bagi para investor karena aturannya jelas dan lebih transparan, sehingga keuntungan yang didapat oleh investor meningkat dari waktu ke waktu. Namun investasi yang ada disini lebih banyak datang dari negara – negara Asia dibandingkan dengan negara-negara lainnya ataupun pengusaha lokal. Kepemilikan usaha di EPZ 38% berasal dari Korea
5xvii Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
adalah petani, lebih dari tiga perempat penerimaan ekspor Bangladesh berasal dari industri garmen. Industri garmen di Bangladesh memberikan sumbangan yang tinggi dalan rangka meningkatkan ekspor bahan-bahan non migas. Kegiatan ekspor dalam bentuk non-migas menjadi hal yang sangat penting karena Bangladesh tidak memiliki banyak sumber daya alam yang dapat diandalkan. Produk RMG ekspor Bangladesh banyak dibeli oleh adalah peritel dan perusahaan label pakaian seperti Wall-Mart12, K-Mart, GAP, PVH, Perry Ellis, Tesco, Carrefour, Kids Headquarters, Inditex (Zara), Li & Fung, H&M, JC Penny, Marks & Spencers, C&A Tom Tailor, Esprit, Charles Vogele, Hudson Bay Company, Cotton Traders, Zellers, Auchan, VF Asia, Laredoute, Pimkie, Auchan, HAV, Whispering Smith, Mark's Work Wearhouse Ltd., NEXT & GEORGE, CK dan perusahaan label lainnya.13 Industri RMG di Bangladesh mengerjakan dua jenis diversifikasi produk yaitu: woven dan knit wear. Mudahnya proses produksi serta penyaluran pakaian jadi membuat rantai produksinya cukup kompleks dan melibatkan berbagai aktor seperti perusahaan multinasional, lembaga perdagangan dunia, negara-negara maju dan berkembang, supplier, kontraktor/subkontraktor, hingga para buruh. Globalisasi memiliki andil besar dalam membantu perusahaan label atau peritel besar untuk menjual produk-
Selatan, 19% berasal dari Jepang, 14% berasal dari Hongkong dan hanya sedikit yang berasal dari Eropa. (Asia Invest, “Guidebook for European Investors in Profil,” European Commision Asia Investment Facility. dalam http://s3.amazonaws.com/zanran_storage/www.eudelbangladesh.org/ContentPages/45325776.pdf (diakses pada 12 Agustus 2012) 12
Wal-Mart menjadi konsumen pakaian jadi terbesar dari Bangladesh (Jway, “300 Bangladeshi Garment Factories Shut Down After Violent Protests,” Posted on June 19, 2012 dalam http://makingchangeatwalmart.org/2012/06/19/300-bangladeshi-garment-factories-shut-downafter-violent-protests/ (diakses pada 12 Agustus 2012). 13 st Asia Foundation. “Bangladesh’s Apparel Export Industry: Into the 21 century- The Next Challenges” dalam Rags, Riches and Women Workers: Export – Oriented Garment Manufacturing in Bangladesh. dalam http://wiego.org/sites/wiego.org/files/publications/files/Kabeer-Mahmud-Export-OrientedGarment-Bangladesh.pdf (diakses pada 11 Maret 2012).
xviii 6 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
produk mereka dengan harga yang terjangkau. Penjualan pakaian jadi termasuk salah satu bisnis dengan tingkat penjualan yang tinggi. Keuntungan industri RMG dirasakan aktor yang berada pada tingkat teratas perdagangan RMG, namun kondisi yang sebaliknya terjadi pada buruh pabrik RMG di Bangladesh yang justru mengalami kerugian. Penghasilan para buruh menjadi semakin rendah14, tidak adanya jaminan pekerjaan yang layak membuat profesi yang mereka jalani selama bertahuntahun tidak mampu mengeluarkan para buruh ini dari lingkaran kemiskinan. Salah satu pabrik besar milik pengusaha Cina – Rosita dan Megatex (Megha Textile)–terletak di Ishwardi Export Processing Zone (EPZ), Bengal Selatan, Bangladesh pernah menjadi sorotan Harian Daily Mail Inggris. Pabrik-pabrik ini digunakan oleh pusat perbelanjaan yang dimiliki oleh Phillip Green - BHS (British Home Shop) berpusat di United Kingdom.15 Investigasi yang dilakukan terhadap pabrik pembuat produk-produk knitwear ini memperlihatkan bahwa lima ribu pekerja bekerja selama 7 hari seminggu, 84 jam perminggu. Para pekerja pabrik di Bengal hanya mendapatkan US$ 0.16 - US$ 0.22 perjam. 16
Contoh lain adalah pabrik
Beximco di Zona Proses Ekspor (Export Processing Zone/EPZ) di Dhaka, Bangladesh, memiliki 1.000 pekerja dengan 80 persen diantaranya adalah wanita muda, mereka menjahit kemeja dan celana untuk Wal-Mart dan peritel lainnya.17 Di bawah peraturan EPZ di Bangladesh, operator jahit dibayar 3360 taka per bulan
14
Sebagai hasil dari kampanye para pekerja serta tekanan dari serikat pekerja maka upah minimum dinaikkan setelah empat tahun lamanya tidak mengelami peningkatan. Upah yang diterima buruh di industri RMG Bangladesh tergantung pada keberhasilan memenuhi target produksi. Jika target produksi dipenuhi, gaji seorag operator mesin jahit dimulai dari 3,861 taka (US$ 34.48) pebulan dan seorang helper akan menerima upah sebesar 3000 (US$ 19.08) taka perbulan. (1 US$ = 81.7382 Taka, 1 Taka = 0.0122356 US$ Tahun 2010) 15 Damien Gayle, “BHS Knitwear Is Made By 'Beaten and Humiliated Bangladeshi Sweatshop Workers Who Are Paid 10p An Hour” [online] dalam http://www.dailymail.co.uk/news/article-2114656/BHSknitwear-beaten-humiliated-sweatshop-workers-Bangladesh.html (diakses pada 21 April 2012). 16 Damien Gayle, “BHS Knitwear Made By Beaten” 17 Institute for Global Labour and Human Rights. “Wal-Mart's Shirts of Misery” [online] dalam http://www.globallabourrights.org/reports?id=0281 (diakses pada 21 April 2012).
xix 7 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
dengan jumlah jam kerja 48-jam perminggu. Jumlah ini setara dengan US$ 69,28 per bulan, US$ 15,99 dalam satu minggu, dan 33 sen per jam. Penelitian yang dilakukan awal tahun 2008
oleh S. Akhter et. al.18
mewawancarai 300 orang buruh perempuan dari 20 pabrik garmen yang ada di Dhaka dan Chittagong.
Ditemukan bahwa.tingkat gaji mempengaruhi tingkat kesehatan
buruh. Jika buruh perempuan ingin mencapai jumlah gaji minimum, ia memenuhi target produksi yang ditetapkan. Namun gaji minimum yang mereka dapatkan tidak pernah dapat mengimbangi biaya hidup yang semakin meningkat, sehingga pilihan satu-satunya untuk mendapat upah lebih adalah bekerja lembur. Mengambil terlalu banyak lembur berpengaruh pada kondisi kesehatan buruh. Penyakit punggung menjadi penyakit yang banyak diderita buruh. Diikuti dengan sakit kepala serta sakit punggung bagian atas. Kurangnya ventilasi, sehingga menghambat sirkulasi udara, debu, sanitasi yang buruk, serta kondisi berdesak-desakan memperburuk kondisi kesehatan buruh garmen. Penelitian lainnya dilakukan oleh Chowdhury dan Ullah 19 dengan menggunakan indikator sosial ekonomi untuk menjelaskan kondisi para buruh di Chittagong pada tahun 2009-2010.
Total responden adalah 151 orang buruh
perempuan dari 29 pabrik garmen. Para buruh ini rata-rata berumur 21 sampai 30 tahun (42.38 persen) dengan 80 persen berstatus menikah dan 32.45 persen responden memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 orang. Dari jumlah keluarga tersebut rata-rata hanya 2 orang yang memiliki pekerjaan. Dari 151 responden buruh perempuan, 38.41 persen hanya mengenyam pendidikan kelas I – V sedangkan 28.48 persen mengenyam pendidikan kelas VI – X. Tingkat pendidikan yang lebih diatas kelas X hanya dienyam oleh 9 orang responden. Dari data tersebut dapat dimengerti 18
Journal of Mechanical Engineering. Vol. ME 41. No.1 (the Institution of Engineers, 2010). Nazneen Jahan Chowdury dan MD. Hafij Ullah. Socio-Economic Condition of Female Garment Workers in Chittagong Metropolitan Area – An Empirical Study. Journal of Business and Technology. Vol. V Issue 02. (2010). 19
xx 8 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
bahwa karena tingkat pendidikan buruh perempuan yang rendah, kapasitas kerja mereka menjadi rendah pula. Sebanyak 73.40 persen buruh perempuan hidup dengan anggota keluarganya di tempat-tempat yang kumuh. Sebanyak 33.77 persen buruh menghabiskan 501 hingga 1000 taka untuk sewa tempat tinggal dan 21.81 persen menghabiskan 1001-1500 taka untuk sewa rumah. Walaupun harga sewanya tinggi, tetapi akomodasi yang ditempati oleh para buruh sangat tidak layak huni. Pekerja garmen perempuan dan keluarga mereka memadati gubuk primitif dengan hidup berdesakan di satu kamar, hidup dengan pendapatan pas-pasan dan tidak setiap hari makan nasi. Mereka berbagi satu pompa air dengan teknologi yang masih primitif serta mengantri untuk mandi, mencuci piring dan pakaian mereka. Konfederasi Uni Perdagangan dan Internasional Federasi Amerika untuk Pekerja dan Kongres Organisasi Perindustrian menyatakan bahwa para buruh garmen perempuan di Bangladesh adalah kelompok paling tereksploitasi dan mendapatkan pembayaran paling rendah dibandingkan buruh-buruh perempuan lainnya di seluruh dunia. 20 I.2 Rumusan Masalah Mengapa peningkatan dalam ekspor industri Readymade Garment di Bangladesh tidak dapat meningkatkan kualitas hidup buruh perempuannya? I.3 Tinjauan Pustaka Saat ini industri RMG menjadi pasar yang kompetitif sekaligus mengglobal. Bersaing dalam pasar ekspor RMG berarti berkompetisi dengan pelaku-pelaku pasar lainnya yang terkadang persaingannya menjadi sangat alot. Pelaku ekspor harus cermat dalam pengambilan keputusan untuk memasarkan barang-barang ekspor yang didasarkan pada pengetahuan tentang produk yang diekspor, prospek masa kini dan masa depan, tren di berbagai negara, serta melihat prospek yang datang dari 20
Anuj Chopra, “Cheap Clothes Shortchange Garment Workers” The National, [online] dalam http://www.thenational.ae/business/cheap-clothes-shortchange-garment-workers diakses pada 12 Maret 2012)
xxi 9 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
kebutuhan konsumen. 21 Selanjutnya industri RMG memberi pengaruh dalam pertimbangan politik nasional, menciptakan kelas-kelas kaya baru serta kesempatam kerja bagi sejumlah besar perempuan. Penggunaan tenaga kerja perempuan merupakan sebuah inovasi yang dilakukan para pemilik pabrik sejak tahun 1970-an. Masyarakat Bangladesh kala itu tidak memberi kesempatam perempuan untuk memiliki lahan pertanian serta berusaha di sektor-sektor menguntungkan pada bidang pertanian.22 Kemudian industri RMG dipandang sebagai lapangan kerja yang dapat menampung para perempuan muda yang tidak memiliki keterampilan. Bangladesh sukses dalam memajukan kesetaraan gender sejak tahun 1990, dengan berbagai pencapaian yang menggembirakan di bidang sosial dan ekonomi 23. Namun kemajuan yang cepat ini terjadi dibawah kondisi masyarakat yang masih miskin
serta
terkunci
dalam
hubungan
sosial
24
masyarakat
yang
tidak 25
menguntungkan , kondisi politik yang tidak stabil, pemerintahan yang lemah , dan terikat pola klasik bentuk patriarki sehingga perluasan kesetaraan gender tidak menyentuh semua kalangan ataupun seluruh tingkatan kelas masyarakat. Perbedaan gender dalam penghasilan/pendapatan masih menjadi momok dalam setiap jenis pekerjaan dan terus melebar sepanjang waktu. Hanya 6 persen dari laki-laki berbanding dengan 32 persen perempuan menerima upah di bawah standar minimum. 26 Jurang pemisah ini makin lebar dengan pekerjaan yang memerlukan
21
Ahasanul Haque, “Global Marketing of Readymade Garment Product From Bangladesh: Market Prospect and Challenges” Pakistan Journal of Applied Science 2(10) (2002): 975. 22 Misalnya sebagai petani bagi hasil yang memiliki penghasilan lebih baik daripada buruh penggarap sawah. 23 Berkaitan dengan kewajiban negara untuk melaksanakan program MDGs 24 B. Sen, dan David Hulme (eds.), “Chronic Poverty in Bangladesh: Tales of Ascent, Descent, and Marginality and Persistence,” dalam The State of The Poorest 2004/2005. Programme of Research on Chronic Poverty Bangladesh/Chronic Poverty Research Centre, (Dhaka, 2006). 25 IGS. “The State of Governance in Bangladesh in 2006: Knowledge, Perception, Reality. (Dhaka: Centre of Governance Studies” (Now Institute of Governance Studies), 2006). 26 Pratima Paul-Majumder dan Anwara Begum, “The Gender Differentiatiated Effects of The Growth of Export-Oriented Manufacturing: A Case For The Ready-Made Garment Industry in Bangladesh,” Policy Research Report on Gender and Development (2000).
xxii 10 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
kemampuan yang lebih tinggi, karena laki-laki lebih sering dipromosikan dan mendapat gaji yang lebih tinggi daripada perempuan walaupun dari segi umur, pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan mereka sama. 27 Kekurangan dari sektor RMG adalah masih terkonsentrasinya buruh perempuan pada segmen pekerjaan rendah dengan upah yang rendah pula sehingga perlu pengenalan teknologi baru dan pelatihan buruh perempuan untuk memfasilitasi rekstrukturisasi industri yang lebih kuat. Peningkatan yang positif dalam perkembangan ekonomi dan finansial di Bangladesh merupakan andil dari industri pembuatan pakaian jadi/ Readymade Garment (RMG).28 Efek keseluruhan yang ditimbulkan oleh industri ini meliputi perkembangan yang signifikan dalam lingkup sosial dan ekonomi masa kini di Bangladesh. Beberapa kajian yang membahas tentang efek penghapusan kuota ekspor yang berlaku sejak 1 Januari 2005 dan menyimpulkan Bangladesh akan mengalami situasi hilangnya lapangan pekerjaan yang cukup besar serta mempengaruhi penurunan pendapatan devisa akibat meningkatnya kompetisi dengan pengekspor RMG lain di seluruh dunia. Efek dari penghapusan kuota dari RMG Bangladesh berpengaruh terhadap jumlah ekspornya ke Amerika Serikat dan Uni Eropa, dengan skenario bahwa di Uni Eropa ekspor dari 4 persen sebelum penghapusan MFA (sebelum tahun 1997) menjadi 3 persen setelah penghapusan kuota, sedangkan ke Amerika Serikat menurun dari 4 persen menjadi 2 persen.29 Liberalisasi perdagangan di sisi lain berkontribusi secara signifikan terhadap perluasan sektor RMG di Bangladesh. Penghapusan MFA berdampak besar bagi para buruh garmen perempuan yang memiliki kemampuan rendah, terdiskriminasi serta tidak dapat bertahan jika industri 27
Salma Chaudhuri Zohir and Pratima Paul-Majumder, “Garment Workers in Bangladesh : Economic, Social and Health Condition,” Bangladesh IDS no. 18. (Dhaka, 1996). 28 Ahasanul Haque, “Global Marketing of Readymade Garment Product,” 975. 29 H.K. Nordas, “The Global Textile and Clothing Industry Post The Agreement on Textile and Clothing,” NBER Working Paper No.12178 (2004).
11 xxiii Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
ini mulai mengalihkan kegiatannya dengan teknologi yang canggih dan sistem produksi lebih tinggi dalam merespon persaingan global. 30 Value chain dari tekstil dan pakaian jadi digerakkan oleh kekuatan buyer dengan pemenuhan terhadap keinginan konsumen sebagai tujuan utamanya. Peritel-peritel besar melihat keunggulan komparatif dari pasar melalui usaha-usaha pemasaran. Respon cepat terhadap keinginan konsumen merupakan kunci kesuksesan industri RMG. Namun dibalik kesuksesan sektor RMG keadaan buruh justru ada dalam kondisi sebaliknya. Keprihatinan ini menjadi perhatian masyarakat global ditandai dengan protes serikat pekerja dari negara maju, para konsumen, serta aktivis hak asasi manusia yang menuntut buyer sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap buruknya kondisi para buruh. Sebagai respon, pihak buyer mengeluarkan Code of conduct demi menunjukkan akuntabilitasnya terhadap pemenuhan hak para buruh. 31. Code of conduct menjamin bahwa pabrik-pabrik yang digunakan buyer bebas tindakan sweatshop. Namun kelemahan dari Code of conduct lebih adalah implementasinya sebagian besar hanya terlihat pada pabrik yang terhubung langsung dengan pihak buyer. Sedangkan32 pabrik –pabrik ‘bangla’33 justru tidak dapat tersentuh oleh aturan ini yang mengakibatkan kondisi buruhnya tidak mengalami perbaikan yang berarti. Sehingga dampak dari sistem perbaikan secara top - down ini menjadi tidak maksimal.
Melihat beberapa tulisan diatas, penulis mencoba mengambil celah
dengan melihat bahwa kesuksesan ekspor RMGnya idealnya diimbangi dengan meningkatnya kualitas hidup buruhnya. Namun hal tersebut tidak terjadi di Bangladesh, dengan melihat masih rendahnya kualitas hidup buruh ditengah meningkatnya nilai ekspor. Kemudian elemen-elemen yang menyebabkan kenaikan 30
CPD, 2003, Bhattacharya dan Rahman 2001,1999 Code of Conduct adalah pedoman internal perusahaan yang berisikan sistem nilai, etika bisnis, etika kerja, komitmen serta penegakan terhadap peraturan – peraturan perusahaan bagi individu dalam menjalankan bisnis, dan menjalankan aktivitas lainnya serta berinteraksi dengan stakeholders. 32 Banyak buruh buruh yang bekerja pada pabrik-pabrik kecil atau subkontrak tidak memiliki perjanjian kerja, berada dalam kondisi kerja yang tak layak bahkan mereka tidak mengetahui bahwa mereka memiliki hak-hak sebagai pekerja. Sehingga mereka sangat mudah dieksploitasi. 33 Adalah pabrik-pabrik diluar Export Processing Zone
31
xxiv 12 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
ekspor dicari dan dihubungkan dengan bagaimana hal tersebut menekan kualitas hidup para buruh garmen yang kebanyakan perempuan. I.4 Kerangka Teori I.4.1 Globalisasi dan Perdagangan Dunia Globalisasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan integrasi yang sedang berlangsung dalam ekonomi politik dunia kapitalis. 34 Prinsip-prinsip globalisasi telah telah ada sejak lama namun beberapa elemen globalisasi sebelumnya masih diterima dalam mewakili fase perkembangan kapitalis global. Meningkatnya keterkaitan pasar, keuangan, barang dan jasa, perawakan dan pertumbuhan jaringan perusahaan transnasional sangat mempengaruhi proses ekonomi, politik, dan budaya globalisasi saat ini. 35 Pengaruh ini melibatkan menciptakan pasar dunia serta organisasi politik transnasional yang baru. Proses globalisasi tidak linear, melainkan melibatkan hubungan dialektis antara dimensi ekonomi, politik, dan budaya yang sering terlihat kontradiktif dan kacau.36 Globalisasi ekonomi merupakan proses kontemporer dari akumulasi kapital. Proses ini terwujud melalui rantai komoditas global dan pembagian kerja internasional, mobilitas modal global, meningkatnya konsentrasi industri kedalam sejumlah kecil perusahaan transnasional, berkembangnya lembaga-lembaga regulasi global, dan pergeseran perdagangan dunia dari barang dan jasa ke instrumen keuangan. Pusat dari proses ini adalah elit internasional yang telah mampu untuk membawa ekonomi dunia dalam domain perusahaan multinasional tanpa kehilangan
34
Dave Ramsaran dan Derek V., “Price Globalization: A Critical Framework for Understanding Contemporary Social Processes” dalam http://globalization.icaap.org/content/v3.2/02_ramsaran_price.html (diakses pada 12 maret 2012). 35 Christoper Chase-Dunn, “Globalisation, A World Syestem Perspective,” Journal of World System Research 5(2) (1999) :187-216.. 36 Ann Cvetkovich dan Douglas Keller (Eds). Articulating the Global and the Local. (Boulder: Westview, 1997).
xxv 13 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
prioritas ekonomi nasional dari negara-negara mereka.37 Globalisasi sebagai sebuah proses mendunia telah membawa satu efek besar terkait dengan pola konsumsi individu yang membuat segala sesuatunya dikendalikan secara terpusat dengan standardisasi yang meliputi tempat, segala benda, pelayanan dan jasa. 38 Globalisasi memperkuat kapitalisme yang tak tertandingi pada struktur produksi dan pertukaran barang dan jasa di seluruh dunia. Akumulasi surplus untuk konsumen, sektor keuangan, informasi dan komunikasi pun dipermudah. Perluasan akumulasi pada sektor-sektor ini diikuti dengan pergeseran besar dalam organisasi kapitalisme, termasuk munculnya pusat-pusat offshore, perusahaan trans-nasional, dalam merger dan
akuisisi
perusahaan,
Enterprises/Perusahaan
serta
Multinasional
pasar (MNEs),
oligopoli. 39 atau
Multinational
Trans
National
Corporations/Perusahaan Transnasional (TNCs) semakin bertanggung jawab atas inisiasi dan organisasi kegiatan ekonomi global. Dengan kesempatan luas menambah jumlah pabrik produksi, perusahaan meningkatkan kemampuannya untuk pemecahan dan penguasaan taktik dan praktek yang berurusan dengan produksi produk dan dunia kerja.40 Sedangkan globalisasi politik diwakili oleh munculnya pemerintahan global dan meningkatkan kontradiksi antara dan di dalam negara bangsa. Ketegangan politik globalisasi terletak antara lembaga transnasional semakin kuat (seperti Organisasi Perdagangan Dunia, PBB, Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, serta perusahaan multinasional) dan negara-bangsa yang berdaulat atas lanskap peraturan kapitalisme global. Globalisasi melibatkan pergeseran organisasi dari tingkat negara-bangsa ke tingkat intra-regional dan lintas benua dari organisasi politik. Ini berarti bahwa
37
Giovanni Arrighi. The Long Twentieh Century. (London: Verso, 1994). George Ritzer. The Globalization of Nothing. 2nd Ed. Thousand Oaks SAGE, Publications, Inc. (2007). 39 J. A. Scholte. Globalization: Critical introduction. (New York: St. Martin Press,2000). 40 Knudsen. Between the Local and Global-Representing Employee Interest in European Works Councils of Multinational Companies. (Wollongong: University of Wollongong, 2001).
38
xxvi 14 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
hubungan antara negara-bangsa semakin dimediasi melalui lembaga-lembaga pemerintahan global. 41 Kemudian globalisasi budaya meningkatkan saling keterhubungan sosial masyarakat dunia, yang melemahkan keunikan cara hidup nasional, budaya lokal dan nilai-nilai non-kapitalis, tetapi juga mendorong konvergensi komunikasi dan gaya hidup di seluruh dunia. Proses globalisasi budaya salah satu adalah menggabungkan masyarakat dunia sebagai konsumen barang dan jasa yang dihasilkan, dikembangkan, dan didistribusikan oleh perusahaan transnasional – dengan konsumerisme dari model barat sebagai proses dominan dari globalisasi budaya. Dengan menargetkan kelompok sosial yang berbeda melalui etnis, jenis kelamin, kelas, ras, dan lain-lain.42 Perusahaan multinasional memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui promosi, pengiriman produksi, dan barang dan jasa43. Mengglobalnya suatu negara di dalam perekonomian dunia dapat dilihat dari peningkatan perdagangan internasionalnya (ekspor dan impor) yang tercerminkan antara lain pada peningkatan share ekspor di pasar global dan peningkatan rasio impor terhadap PDB-nya. Globalisasi meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan dan juga mempertajam persaingan antar negara, tidak hanya dalam perdagangan internasional tetapi juga dalam kegiatan investasi, finansial dan produksi. Dampak nyata dari globalisasi terhadap perekonomian negara terutama ada pada dua area yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, yakni produksi dalam negeri dan perdagangan luar negeri. Globalisasi yang didorong oleh era perdagangan bebas dan liberalisasi pasar finansial dunia bisa berpengaruh bisa positif atau negatif terhadap produksi dalam negeri. Turunnya ekspor bisa berdampak negatif terhadap produksi dalam negeri jika sebagian besar dari barang-barang yang dibuat di dalam 41
James H. Mittelman (Ed.) Globalisation:Critical Reflection. (Boulder: Lynne Rienner, 1996). Josseph Turow. Breaking Up America: Advertiser and the New Media World. (Chicago: University of Chicago Press, 1997). 43 Salvador R. Oropesa. “Consumer Possesions, Consumer Passions and Subjective Well-Being,” Sociological Forum 10(2) (1995): 215-224 .
42
xxvii 15 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
negeri untuk tujuan ekspor, atau karena kurangnya dana untuk membiayai proses produksi yang disebabkan oleh berkurangnya devisa dari hasil ekspor. Sebaliknya, jika negara mempunyai daya saing yang baik, maka liberalisasi perdagangan dunia membuka peluang yang besar bagi ekspor meningkat, yang berarti ekspor meningkat dan selanjutnya mendorong pertumbuhan dan memperluas diversifikasi produksi di dalam negeri. Debat dalam globalisasi mengevaluasi mengenai dampak positif ‘creation’ dan negatif ‘market process of creative destruction’. Para pendukung globalisasi menyatakan bahwa “creation’ memajukan kesempatan ekonomi dan sosial. Dengan perkembangan teknologi terbaru berarti efisiensi, munculnya organisasi baru berarti semakin banyak kesempatan untuk mempromosikan kegiatan wirausaha, serta semakin meningkatnya kejelian pengusaha untuk bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar, dan semakin luasnya kesempatan pekerja untuk mengembangkan profesionalitas. Namun ‘market process of creative destruction’ berhubungan dengan efek kehancuran dan kehilangan pekerjaan, penurunan tingkat upah dan kohesi sosial. Pengenalan teknologi baru pada para pekerja yang tidak memiliki cukup kemampuan untuk mengoperasikannya akan memberi efek yang buruk. 44 Arti perdagangan kemudian bergerak ke definisi yang lebih besar yang mengacu pada modal, yang berarti investasi dan spekulasi dengan uang itu sendiri. Hal ini menggelembung selama dekade terakhir sebagai tanda berkurangnya kontrol pada transfer modal bahkan lebih besar dari transaksi keuangan internasional sebelumnya jika digabungkan. Dalam globalisasi ekonomi, dunia selalu dihubungkan dengan perdagangan internasional, tapi hal yang membuat globalisasi ekonomi modern berbeda adalah melemahnya peran negara dalam perdagangan tersebut.45 44
J. Schumpeter. Capitalism, Socialism and Democracy Third Edition. (New York: Harper & Row, 1975). 45 Dr. Stan Duncan. What is Economic Globalisation? Essay for Globalisation Committee Coordination . (Abington, United Church of Christ).
xxviii 16 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
Perubahan pola perdagangan internasional juga telah mengubah sifat hubungan perdagangan antara negara kaya dan miskin yang saat ini persaingannya menjadi tidak setara. Hasil dari restrukturisasi kompetitif dalam kegiatan produksi memaksa negara-negara Selatan bersaing dengan negara-negar di Utara ‘head to head’ di pasar global. Perdagangan dapat mempengaruhi kemiskinan melalui beberapa hal (pertumbuhan ekonomi, perubahan harga, dan pendapatan). 46 Hal ini dapat dianalisa melalui efek pembukaan pasar terhadap pertumbuhan dan ketidaksetaraan. Dampak dari liberalisasi perdagangan terhadap negara-negara yang terlibat, misalnya terhadap perubahan output dan ekspor yang hasilnya memberikan suatu indikasi bahwa banyak negara miskin yang mempunyai masalah, baik dari sisi suplai (seperti keterbatasan kapasitas produksi dan infrastruktur) maupun sisi permintaan (seperti kualitas) dibandingkan negara-negara maju sehingga mereka tidak bisa mengoptimalisasikan keuntungan dari liberalisasi perdagangan dunia. I.4.2 Perempuan Dalam Industri Pasca Fordisme Industrialisasi masih diyakini sebagai cara untuk mencapai kemakmuran sebuah bangsa. Sejak revolusi di Inggris pada abad 18, proses industrialisasi menjadi pilihan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan modernisasi negara karena pada masa ini, kapitalisme mendapat tempat dan bentuk yang cocok untuk berkembang. Perubahan produksi melalui pergeseran dari Fordisme 47 ke post46
A. Winters. Trade Liberalisation and Poverty. School of Social Sciences (Sussex: University of Sussex, 2000). 47 Industrialisasi masih diyakini sebagai cara untuk mencapai kemakmuran sebuah bangsa. Sejak revolusi di Inggris pada abad 18, proses industrialisasi menjadi pilihan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan modernisasi negara karena pada masa ini, kapitalisme mendapat tempat dan bentuk yang cocok untuk berkembang. Fordisme merupakan sebuah metode manajemen industri yang berasaskan assembly line dalam produksi massal dengan tujuan meminimalisisr ongkos dan memaksimalkan keuntungan. Gagasannya Ford juga terinspirasi pemikiran FW Taylor (1856 – 1915) yang merupakan penemu manajemen industri secara keilmuwan. Ide Ford tentang time dan motion memperlihatkan cara produksi massal dilakukan melalui pembagian kerja yang kompleks serta berulang – ulang. Fordisme berperan besar terhadap perkembangan sistem perburuhan di negara – negara maju terutama pada kegiatan pabrik. Pada waktu berikutnya, negara – negara industri baru juga mengadopsi fordisme dalam bentuk sistem waktu dan upah. Dari sisi produksi hal
xxix 17 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
Fordisme48 disertai pula dengan perubahan dalam ekonomi, politik, dan ideologi yang menonjol. Hal penting yang perlu dibahas dalam post-fordisme mengenai apakah divisi gender diikutsertakan dalam varian teori post-fordisme, terutama mengenai hubungan antara perubahan ekonomi serta penyusunan kembali ketentuan-ketentuan standar kesejahteraan. Karena pada era post-fordisme perempuan terkonsentrasi pada pekerjaan di pabrik-pabrik maka perempuan selain memiliki kesempatan ikut partisipasi perempuan dalam pekerjaan berupah terjadi pula penyadaran posisi mereka dalam masyarakat dan rumah tangga. Teori yang berpengaruh dalam post-fordisme adalah the regulation school dan flexible specialization approach. Kedua teori ini berdasar pada asumsi tentang posisi perempuan sebagai golongan kelas dua. Menjadi jelas bahwa kondisi pekerja perempuan saat mereka masuk ke pasar kerja terlihat spesifik dengan menggunakan atribut feminis. Berdasarkan gagasan yang muncul dari kapitalisme-patriarki atau konsep dual-system (patriarki dan kapitalisme) tentang kepentingan perempuan yang ini dikenal sebagai spesialisasi kerja, sub – produksi atau sistem line yang bertujuan untuk efisiensi waktu. Ford juga mempopulerkan hal penting lain, diantaranya adalah upah kerja minimum, pengurangan jam kerja dari 9 jam menjadi 8 jam, loyalitas buruh terhadap perusahaan, serta pelarangan pembentukan serikat buruh. Perubahan produksi melalui pergeseran dari Fordisme ke post-Fordisme disertai pula dengan perubahan dalam ekonomi, politik, dan ideologi yang menonjol. Dalam dunia ekonomi, postFordisme berpengaruh terhadap penurunan regulasi dan produksi yang dimiliki oleh nation-state (negara-bangsa) dan mendorong semakin berkembangnya pasar global dan kegiatan perusahaan dunia. (Linda, McDowell, “Life without Father and Ford: The New Order of Post Fordism,” Transaction of The Institute of British Geographers, New Series, Vol. 16, No.4. (1991):401-402. 48 Dalam dunia ekonomi, post-Fordisme berpengaruh terhadap penurunan regulasi dan produksi yang dimiliki oleh nation-state (negara-bangsa) dan mendorong semakin berkembangnya pasar global dan kegiatan perusahaan dunia. Dalam era post – fordisme, pemasaran massal digantikan oleh spesialisasi yang fleksibel. Perubahan pada sistem tenaga kerja ditandai dengan peningkatan pemasaran internal, waralaba, subkontrak, peningkatan kerja paruh waktu, wiraswasta, dan pekerja rumahan. Dari segi politik, partai yang berbasis kelas jumlahnya mulai menurun. Namun hal ini berbanding terbalik dengan peningkatan gerakan sosial berdasarkan wilayah, jenis kelamin, atau ras. Serikat pekerja mulai lenyap dan digantikan oleh politik lokalisasi berdasarkan penawaran pabrik. Perubahan budaya dan ideologis terlihat melalui perkembangan pemikiran, perilaku individualis serta budaya wirausaha. Pergeseran sistem produksi dan kebutuhan akan pekerja yang memiliki kemampuan tertentu, membuat standarisasi pendidikan menjadi tidak terlalu diperhatikan karena lebih menggunakan tenaga spesialisasi. (Linda, McDowell, “Life without Father and Ford,” 404.
xxx 18 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
diteorikan berlawanan dengan kepentingan laki-laki. Dalam periode ini, tindakan pemanfaatan keuntungan dari kapitalisasi tenaga perempuan marjinal terjadi bersamaan dengan meningkatnya partisipasi perempuan dalam pasar kerja. Posisi perempuan tersubordinasi karena susunan pekerja pria yang lebih mendominasi, sementara industri kapital dan institusi kesejahteraan yang ditawarkan oleh Keynesianime49 telah berubah. Bentuk baru yang terlihat dari sistem post-Fordisme adalah kontradiksi tentang penstrukturan kembali ekonomi dan sosial, produksi dan reproduksi yang bersamaan dengan tingginya jumlah perempuan yang memasuki dunia kerja. Lapangan kerja berupah dikatakan membawa keuntungan bagi perempuan dari sisi kebebasan ekonomi, walaupun masih sangat terbatas karena kondisi emansipatori kaum perempuan saat memasuki dunia kerja terbentur dengan pasar kerja yang penuh dengan tantangan. Selain berkembangnya teknologi baru dalam restrukturisasi proses produksi yang fleksibel, post-Fordisme juga melihat perluasan dari Taylorisme 50 49
Keynesianisme berasal dari pemikiran John Maynard Keynes yang seorang penganut neoLiberalisme menyatakan bahwa bentuk pasar itu mungkin akan selalu mengarah pada keseimbangan penjualan dan pembelian namun tidak menjamin sampai tingkat mana keseimbangan akan tercapai dan kesempatan kondisi full-employment dianggap kurang begitu baik. Keynes berpendapat bahwa penting sekali bagi pemerintahan untuk meletakkan uang negara dalam suatu bentuk investasi jalan, dan proyek sekolah, sampai rumah sakit. Sebab dengan demikian tidak akan menyaingi barang manufaktur di pasaran. Ia membedakan antara rantai konsumsi dan investasi dalam pasar ekonomi dan membandingkan pembelian kekuatan dengan konsumsi di lain pihak serta kegiatan penyimpanan. Ketika masa kapital naik sementara konsumsi turun seiring dengan kapasitas barang produksi yang meningkat, krisis pun terjadi. Investasi kapital akan terhenti seketika sebagaimana stok yang tidak terbeli meningkat. (Michael B. Brown, “The Keynesian Model” dalam Models in Political Economy. (London: Penguin, 1995): 55-71.) 50 Menurut Taylorisme, pekerjaan diurai berdasarkan komponen-komponen yang sudah disederhanakan, terspesialisasi dan baku. Para pekerja mesti beradaptasi terhadap mesin. Pengetahuan yang Anda peroleh sebagai pekerja hanya sebatas yang perlu saja, dan deskripsi kerja dirancang berdasarkan pengetahuan tersebut. Wewenang dan pengambilan keputusan merupakan hak atasan. Berpikir, mengendalikan, dan mengkoordinasikan hanya dilakukan oleh para manajer. Anda dibayar hanya untuk bekerja, dan itu dinyatakan dengan jelas. Anda adalah bagian manajemen modern, yang dicirikan oleh kontrol yang ketat, pengambilan keputusan top-down yang sentralistis, serta tugas-tugas yang telah terprogram dan terinci. Anda tidak perlu repot-repot berpikir. Berpikir adalah aktivitas yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan pengumpulan informasi, dan hal itu adalah hak prerogatif manajemen.
xxxi 19 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
seperti administrasi dan bentuk pelayanan kerja kelas rendah berpengaruh pada pekerjaan di pabrik-pabrik sweatshop serta kegiatan assembly di rumah maupun di bengkel kerja yang kesemuanya merupakan wilayah pekerjaan yang lebih banyak diisi oleh perempuan. Peningkatan jumlah pekerja yang tidak dapat menikmati keuntungan dari restrukturisasi post-Fordisme diidentifikasi sebagai golongan yang termarjinalisasi secara politik seperti perempuan, kaum migran, etnis minoritas, yang harus berjuang ditengah mundurnya pemerintah dari penyedian barang dan jasa kolektif. Regulationist school yang menjelaskan bentuk mendasar perubahan struktur tenaga kerja dalam ero post-Fordisme namun tidak menyinggung signifikasi hubungan gender pada restrukturisasinya. Hal ini terjadi karena teori ini hanya berfokus pada sektor manufaktur dan pekerjaan formal di pabrik daripada pekerjaan sweated dan informal, sehingga terkesan meremehkan sentralisasi tenaga kerja perempuan. Jadi walaupun ada tanda kelanjutan posisi buruh perempuan dalam pasar, namun post-Fordisme juga menjadi saksi pengulangan susunan gender yang dilakukan pada masa Fordisme. Kemudian teori flexible specialization lebih berkonsentrasi pada potensi bentuk baru liberalisasi dengan menggunakan hubungan kooperatif di tempat kerja dengan tenaga kerja multi-skilled, serta pengetahuan tentang cara memproduksi barang berdasarkan selera pasar.51 Walaupun para teoritis sistem ini mengembangkan tradisi spesialisasi yang fleksibel dalam segmentasi pasar kerja, mereka tetap mengabaikan peran kunci pembagian gender dalam konstruksi nilai-nilai keterampilan dalam era post-Fordisme. Perjuangan antara kaum laki-laki dengan kapital meminggirkan perempuan dalam pekerjaan yang membutuhkan kemampuan tertentu serta standar upah yang memuaskan. Tidak ada literature yang berkembang mengenai hubungan teknologi baru, skill dan gender dalam restrukturisasi post-Fordisme. Pekerjaan itu sendiri memang 51
M. Piore dan C. Sabel, “The Second Industrial Divide”
xxxii 20 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
telah tergenderisasi yang terbagi atas maskulin dan feminin dan selanjutnya konten keterampilan didalamnya menegaskan posisi inferior dari perempuan yang diatributkan memiliki ‘talents” (talenta) yang berlawanan dengan skills laki – laki.52 Definisi yang berlaku dalam masyarakat adalah feminitas yang menyatakan bekerja dengan mesin tidak feminin bagi kaum perempuan. Ideologi ini merembet pada desain dan konstruksi dari mesin yang cocok untuk digunakan oleh laki-laki sehingga para perempuan enggan untuk belajar teknik penggunaan mesin yang dikatakan tidak feminin. Ketertarikan perempuan bekerja dalam dunia industri terjadi karena pekerjaan pasar kerja kelas dua ini hanya merupakan tambahan dari pekerjaan utama perempuan yaitu pekerjaan rumah tangga.53 Tindakan pelaku industri yang memuja pasar bebas, membuat fleksibilitas masa post-Fordisme selalu dapat eksis. Para pengusaha sangat menggemari fleksibilitas namun sebaliknya menjadi bencana bagi kaum buruh. Bagi kaum buruh era ini menjadi masa-masa ketidakpastian.
Sebagai sebuah rezim baru, konsep
fleksibilitas diterapkan dalam berbagai variasi, adalah sebagai berikut: Pertama, finansialisasi, yakni model industri atau investasi dalam bentuk finansial. Industri yang lebih diminati adalah sektor yang memiliki fleksibilitas tinggi dan seminimal mungkin membutuhkan tenaga kerja. Hal kedua adalah, informalisasi, yakni proses produksi yang dikontrakkan pada rumah tangga. Pola industri ini diadopsi sebagai pola industri post-Fordisme dan dalam konteks fleksibilitas menciptakan jarak dalam hubungan kerja (majikan dan buruh) serta perusahaan berusaha meloloskan diri dari regulasi dan kontrol negara. Yang ketiga adalah feminisasi pasar kerja. Dalam konteks pembagian kerja di sektor produksi, angkatan kerja perempuan mengalami perubahan yang cukup drastis karena partisipasi perempuan dalam sektor industri meningkat. Feminisation of labor (feminisasi tenaga kerja) yang dipengaruhi oleh 52
C. Cockburn. Machinery of Dominance. (London: Pluto, 1985). S. Berger dan M. Pierre. Dualism and Discontinuity in Industrial Societies. (Cambridge: Cambridge University Press, 1980).
53
xxxiii 21 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
perubahan ekonomi serta pertumbuhan yang dipicu oleh pasar berdampak besar bagi perempuan. Istilah ‘feminisation of labour’ menyatakan peningkatan yang cepat dan mendasar jumlah perempuan yang memasuki lapangan kerja dalam dua puluh tahun terakhir.54 Tren dalam feminisasi tenaga kerja diikuti dengan pergeseran pekerjaan dari sektor manufaktur di sektor jasa di negara-negara maju, dan sektor pertanian ke manufaktur dan jasa pada negara-negara berkembang. Aktivitas informal, subkontrak, pekerjaan paruh waktu, pekerjaan rumahan berkembang sementara jumlah asosiasi tenaga kerja menurun. 55 Tingkat kenaikan partisipasi ini sebelumnya tidak berkaitan dengan isu keadilan gender dalam sektor industri karena prinsip fleksibilitas post-Fordisme mengedepankan penggunaan tenaga kerja perempuan untuk sektor industri unskilled dengan tujuan utama mencari buruh dengan harga yang murah (cheap labour). Hal ini berhubungan dengan informalisasi dalam konteks New International Division of Labour (NIDL) yang memandang fleksibilitas hubungan kerja sebagai mobilitas teritorial yang dijiwai oleh upah murah dan pembagian kerja internasional. Oleh karena itu, feminisasi pasar kerja termasuk dalam rezim fleksibilitas. Hal yang keempat adalah deteritorisasi yang menunjukkan sifat industri/kinerja bisnis footloose (mudah berpindah) sehingga perusahaan mudah berkelit dari tanggung jawab sosial dimana bisnis itu beroperasi. Mekanisme bisnis yang beroperasi memiliki mekanisme tersendiri yang tidak harus tunduk pada regulasi negara sehingga feksibilitas membuat industri atau bisnis memiliki kecenderungan kuat untuk melepaskan diri dari kontrol pemerintah.
54
United Nations, “World Survey on The Role of Women in Development: Globalisation, Gender and Wor,” (UN Desa, 1999). 55 Guy Standing, “Global Feminisation Through Flexible Labor,” A Theme Revisited. World Development Vol.7, no.3 (March. 1999).
22 xxxiv Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
Tabel.I.1 Karakteristik rezim fordisme dan post - fordisme Kategori
Fordisme
post-Fordisme/fleksibilitas
Regulasi ekonomi
massal
kecil/berdasarkan tempat
gaya hidup
konformisme
pluralistik
sistem manajemen
sentralistik
desentralisasi dan jaringan
karakter organisasi
birokrasi
non - hierarkis
sember regulasi
negara/pemerintah/nasional
global/market
sektor yang mendominasi konsumsi
finansial
tuntutan keterampilan
multi skilling/multi-tasking
de-skilling
karakter buruh
massal
kecil/berdasarkan tempat
karakter regulasi
kaku/rigid
fleksibel
Sumber: Diadaptasi dari Ronaldo Munck, Globalisation and Labour, London: Zid Book, Hal. 94 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perubahan industri yang fleksibel berdampak pada kebijakan yang lain. Proses pergeseran kekuasaan dalam tenaga kerja dapat dilihat dari saat era fordisme, negara masih banyak melakukan campur tangan sedangkan para era post-Fordism, pasarlah yang menentukan, sehingga kekuasaan bergeser dari state ke market. Dalam hal dapat terlihat bahwa buruh menjadi korban tindakan fleksibilitas yang dilakukan oleh perusahaan ataupun negara. Kekuasaan market terhadap buruh berbentuk PHK, pergantian pemilik atau pengelola, relokasi, sub-kontrak dan hubungan kerja yang fleksibel. Kekuasaan negara atas buruh tampak melalui intimidasi, kekerasan dan pembatasan gerakan buruh. Sehingga buruh menerima dampak buruk dari lemahnya perlindungan buruh serta dari aparat kuatnya sistem pasar yang semakin meluas. Di negara-negara selatan, peraturan standar kerja hanya bermanfaat bagi sebagian kecil tenaga kerja, karena pemerintah tidak dapat menerapkan undangundang ketenakerjaan dengan benar, atau justru karena undang-undang yang lemah membuat perusahaan berhasil mengelak dari aturan-aturan yang ditetapkan. Deregulasi pasar kerja, fragmentasi dari proses produksi, de-industrialisasi dan kemunculan daerah yang terspesialisasi pada sektor ekspor meningkatkan kebutuhan 23 xxxv Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
terhadap tenaga kerja yang dapat dibayar murah serta fleksibilisasi tenaga kerja perempuan. Kaum perempuan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam dunia kerja karena, pertama, kewajiban domestik masih menjadi tugas utama perempuan, sehingga membatasi, kebebasan, waktu serta kesempatan untuk menjalankan bersaing meraih serta menjalankan pekerjaan produktif yang menghasilkan gaji yang memadai. Kedua, perempuan dikatakan sebagai secondary earners (penghasil sekunder) sehingga laki – laki sering diprioritaskan lebih besar dalam berbagai alokasi peluang dalam pekerjaan berbayar. Ketiga, perempuan tidak memiliki akses yang sama dengan laki – laki terhadap sumber daya serta servis yang produktif. I.4.3 Fleksibilitas Dalam Pasar Tenaga Kerja Menurut teori pasar tenaga kerja yang dikemukakan oleh Baron dan Norris mengungkapkan bahwa pasar tenaga kerja pada dasarnya terbagi atas dua segmen atau sektor, yaitu sektor primer dan sektor sekunder. 56 Perbedaan mendasar antara kedua pasar tenaga kerja tersebut adalah bahwa sektor primer memberi penghasilan yang relatif besar, jaminan sosial dan kondisi kerja yang cukup baik, dan kestabilan kerja yang cukup besar. Sementara sektor kerja sekunder member penghasilan yang rendah, jaminan sosial dan kondisi kerja yang rendah. Dalam ranah ketenagakerjaan, efisiensi tenaga kerja menjadi bagian dalam Labour Market Flexibility57 atau pasar kerja yang fleksibel yang berintikan keleluasaan merekrut dan memecat buruh sesuai dengan situasi usaha atau menghindari kerugian. Perubahan dalam pasar tenaga kerja mencakup strategi dimana perusahaan menyesuaikan jumlah dan jenis pekerja serta tingkat upahnya disesuaikan dengan perubahan kondisi pasar. 56
R. D. Barron and G. M. Norris. Sexual Division and The Dual Labor Market dalam Dependent and Exploitation in Work and Marriage, eds. D. l. Barker dan S. Allen. (London, Longman, 2000). 57 Labour Market Flexibility atau pasar kerja fleksibel merupakan konsep yang berintikan kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dan menjawab perubahan yang terjdi dalam lingkungan sosial dan ekonomi mikro maupun makro melalui perubahan dalam proses produksi maupun dalam pasar tenaga kerja
24 xxxvi Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
Pasar kerja yang fleksibel bersamaan muncul dengan perubahan organisasi produksi global, liberalisasi perdagangan, proses restrukturisasi ekonomi, dan reformasi legislasi nasional. Fleksibilitas pasar kerja secara luas dipercaya dapat meningkatkan daya saing di lingkungan yang pasar dan teknologinya sangat cepat berubah. Lawan dari fleksibilitas adalah rigiditas atau kekakuan pasar kerja yang ditandai dengan ada undang-undang yang mampu melindungi, adanya perjanjian tentang perundingan bersama dan kodifikasi lapangan kerja secara reguler. Banyak pembuat kebijakan melihat formasi fleksibilitas pasar kerja sebagai cara untuk mengurangi pengangguran namun disisi lain dipandang sebagai ketidakamanan sosial dan ekonomi. Fleksibilitas pasar tenaga kerja digunakan sebagai respon terhadap pasar yang berfluktuasi dengan cepat serta adanya peningkatan spesialisasi produk, kebutuhan perusahaan dan lokasi dimana tenaga kerja tersebut digunakan58. Disamping itu komunikasi, taransportasi dan teknologi memfasilitasi fleksibilitas lokasi produksi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari karakter ketrampilan kerja ataupun upah tertentu.59 Sistem desentralisasi dan penyebaran wilayah geografis menghasilkan pertumbuhan unit produksi yang lebih kecil untuk menyuplai barangbarang serta jasa yang sebelumnya hanya diproduksi oleh satu perusahaan. Dua perspektif yang memprioritaskan fleksibilitas yaitu perubahan organisasi produksi dan peningkatan daya saing dalam ekonomi global untuk mencari cara menekan biaya buruh namun meningkatkan produktivitasnya. Resep liberalisasi memberi andil pada pasar untuk mengatur upah buruh dan menyesuaikan kebutuhan akan jumlah buruh yang diperlukan. Restrukturisasi dari pasar kerja eksternal melalui strategi downsizing/perampingan, outsourcing atau subkontrak meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang belum termanfaatkan.
58 59
M. Piore dan C. Sabel. The Second Industrial Divide. (New York: Basic Books, 1984) P. Dicken. Global Shift: Transforming the World Economy. (New York: Guildford Press, 1998)
xxxvii 25 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
Salah satu model pengaturan restrukturisasi membagi tenaga kerja dalam segmen core dan periphery. Dimana core yang lebih berisi level manajemen professional yang kecil dan stabil sedangkan periphery berisi tenaga kerja yang lebih fleksibel dengan penghasilan yang jauh lebih rendah. Berhubungan dengan inovasi teknologi dan tekanan kompetisi, fleksibilitas juga dapat diartikan sebagai pergeseran balance of power antara pemerintah nasional, modal domestik dan luar negeri serta serikat buruh. Kegiatan pasar bebas mengindikasikan bahwa pemerintah mengurangi intervensinya dalam pengaturan pasar tenaga kerja. Dengan cara ini, fleksibilisasi dilihat sebagai strategi ekonomi politik kapital untuk meningkatkan kontrol terhadap peraturan pasar kerja untuk meningkatkan keuntungan. Liberalisasi pasar kerja di banyak negara diikuti dengan menurunnya tingkat pembentukan serikat buruh serta penurunan power serikat ini dalam memperjuangkan kebutuhan buruh. Fleksibilitas juga dilihat sebagai perjuangan politik tentang apakah pihak pemerintah, pengusaha atau buruh yang akan mendapatkan keuntungan dari perubahan regulasi, organisasi dan distribusi upah dalam pasar tenaga kerja. Dari segi ekonomi politik, fleksibilitas pasar kerja menekankan penyadaran tentang politik fleksibilisasi memastikan semua anggota dari pasar kerja memiliki suara dan kesempatan advokasi. Liberalisasi dan fleksibilitas aturan ketenagakerjaan nasional mengijinkan peningkatan fleksibilitas dalm lokasi produksi, durasi kerja, upah, tunjangan dan pengangkatan tenaga kerja. Fleksibilitas juga berhubungan dengan memburuknya tingkat upah, peningkatan stress, ketidaksetaraan, ketidakamanan serta alienasi. Fleksibilitas tenaga kerja lebih luas juga berhubungan dengan lapangan kerja informal. Berikut ini adalah karakteristik dari fleksibilitas tenaga kerja:
Fleksibilitas organisasi: lebih kepada penggunaan rantai subkontrak dan produksi dan kecenderungan mengkontrak fungsi kerja.
Fleksibilitas numerik: penggunaan pekerja kontrak, pekerja sementara, dan agensi kerja.
xxxviii 26 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
Fleksibilitas fungsi: lebih kepada perubahan fungsi kerja, rotasi pekerjaan, dan skill untuk masing-masing pekerja.
Fleksibilitas struktur pekerjaan: perubahan struktur pekerjaan, diasosiasikan dengan perubahan jabatan, dan jumlahnya.
Fleksibilitas waktu: waktu kerja menjadi lebih panjang atau sebaliknya.
Fleksibilitas sistem upah: perubahan sistem upah kearah yang lebih fleksibel.
Fleksibilitas angkatan kerja: tidak terikat pada suatu sektor, perusahaan atau kelompok kerja dan ada kecenderungan pekerja lebih mudah masuk dan keluar dari pekerjaannya.
Fleksibilitas lokasi: kemampuan perusahaan untuk merelokasikan bagianbagian produksinya dalam lokasi yang berbeda baik dalam suatu negara maupun antarnegara60 Analisis Marx mengenai alienasi dalam pasar tenaga kerja, bertolak pada
suatu fakta ekonomi kontemporer bahwa makin maju kapitalisme, akan semakin miskin pula buruh. 61 Alienasi memiliki beberapa dimensi, yang akan digunakan dalam melihat sistem perburuhan melalui outsourcing atau subkontrak. Pertama, buruh teralienasi dari aktivitas produktif yaitu buruh tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka, melainkan mereka bekerja untuk kapitalis. Kedua, buruh teralienasi dari produk hasil kerja mereka. Ketiga, buruh teralienasi dari sesama pekerja. Keempat, buruh teralienasi dari kemanusiaan mereka sendiri, hal ini dikarenakan kerja tidak lagi menjadi transformasi dan pemenuhan sifat dasar manusia. Nilai surplus buruh muncul sebagai akibat dari eksploitasi dan dominasi dari kapitalisme. Paksaan tidak dianggap sebagai kekerasan, malah dianggap sebagai kebutuhan pekerja itu sendiri yang hanya bisa dipenuhi melalui upah.
60
Kim Van Eyck. “Flexibilizing Employment: An Overview,” SEED Working Paper No.41. (Geneva: 2003) 61 Anthony Gidden. Over to You, Mr Brown – How Labor Win Again. (Cambridge, Polity,2007): 13.
xxxix 27 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
I.5 Pernyataan Tesis (Theses Statement) Kekuatan ekspor Bangladesh bergantung pada kegiatan pasar global, kebijakan pemerintah, serta feminisasi lapangan kerja. Dari segi pasar, aktivitas ekspor RMG Bangladesh dipengaruhi aktivitas buyer-driven yang mencari tempat produksi dengan surplus buruh murah dan akses pasar yang besar. Dari sisi negara, ketergantungan Bangladesh pada ekspor RMG menyebabkan pemerintahnya cenderung membuat kebijakan yang berpihak pada pasar sehingga perlindungan terhadap buruh menjadi lemah. Dari sisi masyarakat, posisi perempuan yang dianggap sebagai golongan nomor dua menciptakan feminisasi lapangan kerja dalam industri RMG. Dominasi buyer, keberpihakan pemerintah pada pasar, feminisasi di lapangan kerja yang memarjinalisasi perempuan Bangladesh membuat mereka tidak mampu memperbaiki kualitas hidup mereka. 1.6 Metodelogi Penelitian 1.6.1 Konseptualisasi 1.6.1.1 Buyer Driven Buyer dalam tulisan ini didefininisikan sebagai brand atau perusahaan pakaian jadi yang men-source produknya ke negara lain. Istilah buyer digunakan baik untuk perusahaan yang men-source/mencari tempat produksi untuk produknya maupun perwakilan atau individu yang bekerja dibawah perusahaan tersebut. “…buyer driven commodity chains refer to those industries in which large retailers, brand marketers, and branded manufacturers play the pivotal roles in setting up decentralization production networks in a variety of exporting countries, typically in the Third World.”62 Buyer driven merujuk pada bentuk industri dimana peritel besar, perusahaan brand, dan manufaktur brand memerankan fungsi yang penting dalam mengatur 62
Gary Gereffi, “International Trade and Industrial Upgrading in The Apparel Commodity Chain,” Journal of International Economics 48 (Durham: Duke University, 1999): 41-42. dalam http://www.soc.duke.edu/~ggere/web/gereffi_jie_june_1999.pdf (diakses 10 agustus 2012).
xl 28 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
jaringan produksi yang terdesentralisasi di berbagai negara pengekspor, khususnya negara-negara dunia ketiga. Industrialisasi perdagangan ini menggunakan produksi yang padat karya, serta industri consumer goods/produk konsumsi seperti garmen, alas kaki, mainan, peralatan rumah tangga, peralatan elektronik, dan berbagai barang kerajinan. Produksi umumnya dilakukan oleh jaringan berjenjang dari kontraktor negara-negara dunia Ketiga yang membuat barang jadi dengan spesifikasi dari pembeli asing. Karakter buyer-driven sangat kompetitif, dimiliki secara lokal namun sistem produksi tersebar secara global. 1.6.1.2 Pemerintah Pro Pasar Pemerintah yang pro pasar terjadi saat pemerintah melakukan liberalisasi perdagangan, negara melalui restrukturisasi ekonomi dengan menerapkan privatisasi, deregulasi, dan penguatan peran pasar. Kalangan ekonom neoklasik mengatakan kebijakan liberalisasi yang pro terhadap pertumbuhan ekonomi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, di mana kemudian pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat mendatangkan berbagai dampak positif terhadap kesejahteraan rakyat. Kebijakan pro pasar juga dapat dikatakan dengan kebijakan yang pro-liberalisasi. Restrukturisasi kebijakan ekonomi pun dilakukan dengan mengurangi
intervensi
negara
sebagai
agen
pemimpin
pembangunan
dan
mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung integrasi perekonomian nasional dengan ekonomi global, melalui kebijakan privatisasi, deregulasi, liberalisasi sektor finansial, dan konvertibilitas kapital. 63 1.6.1.3 Feminisasi Lapangan Kerja Feminisasi lapangan kerja digunakan merujuk pada peningkatan yang cepat dan substansial proporsi perempuan dalam dunia kerja. Feminisasi tenaga kerja juga digunakan untuk menjelaskan fleksibilitas dari tenaga kerja laki-laki dan perempuan, 63
Hafiz A. “Pro-Poor Policies in South Asia”, dalam Thakur, Ramesh dan Oddny Wiggen (eds.), (2004).
29 xli Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
mengubah sifat pekerjaan di mana kondisi tidak teratur yang sebelumnya dianggap ciri kerja sekunder perempuan telah meluas untuk kedua jenis kelamin. 64 Penyebab timbulnya feminisasi lapangan adalah perdagangan internasional memberi masukan yang besar bagi perekonomian nasional. Disamping itu aktivitas perusahaan internasional juga mempengaruhi kegiatan perekonomian sebuah negara yang dihubungkan dengan pencariann tenaga kerja dengan upah lebih murah, tidak stabil, paruh waktu, fleksibel, dan informal. 1.6.2 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah eksplanatif yakni menganalisis pengaruh peningkatan nilai ekspor Bangladesh dengan kualitas hidup buruh perempuannya 1.6.3 Jangkauan Penelitian Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan ekspor terhadap kualitas hidup buruh perempuan industri RMG Bangladesh berorientasi ekspor. Jangkauan penelitian ini dimulai pada tahun 2005 hingga tahun 2010. Dengan melihat bahwa setelah penghapusan MFA/ACT tahun 2004, ekspor RMG Bangladesh untuk untuk tahun-tahun berikutnya tetap berada pada angka positif namun sebaliknya kualitas hidup buruh tidak pernah membaik. Sehingga aspek-aspek yang mempengaruhi peningkatan ekspor RMG Bangladesh serta rendahnya kualitas hidup buruh perempuan di Bangladesh diteliti lebih dalam dalam tulisan ini. 1.6.4 Teknik Pengumpulan Data Data – data pada penelitian ini dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Data diambil dari berbagai dokumen yang diproduksi oleh pemerintah Bangladesh dalam bentuk risalah, maupun situs internet. Data juga didapat dari dokumen sekunder yang
64
Nazneen Kanji dan Menon-Sen. “What Does the Feminisation of Labor For Sustainabke Livelihoods? International Institute For Environment and Development” ( 2001): 1-4.
xlii 30 Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis Magister (S2) Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005 – 2010 Ni Wayan Rainy Priadarsini S. (071045004)
2012
berupa buku teks, terbitan berkala, jurnal penelitian, majalah, surat kabar, situs internet serta data-data lainnya yang dianggap mempunyai kesesuaian dengan tujuan penelitian65. 1.6.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang dilakukan terhadap data yang berupa informasi atau uraian kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan mengenai suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan gambaran yang sudah ada atau sebaliknya. 1.6.6 Sistematika Penulisan Kumpulan informasi dan data disusun dalam lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, serta metodologi penelitian. bab kedua mengulas tentang globalisasi garmen di Bangladesh sedangkan bab ketiga mengulas tentang kebijakan pro pasar pemerintah Bangladesh kemudian bab keempat membahas tentang lemahnya perlindungan buruh di Bangladesh dan feminisasi pasar tenaga kerja RMG Bangladesh terakhir bab kelima berisi kesimpulan dari keseluruhan penelitian.
65
Gorys Keraf. Komposisi .(Ende: Nusa Indah, 1984).hal.165.
31 xliii Tesis
PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR ....
NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S.