ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l |1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.508
pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Selain itu, kawasan pesisir Indonesia merupakan kawasan pesisir yang memiliki keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia seperti hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun (Dahuri, 2004:6). Lautan Indonesia memiliki view sangat menarik yang menyebabkan banyaknya wisatawan lokal dan mancanegara yang mengunjungi wilayah pesisir kepulauan Indonesia, tak terkecuali Pulau Bali yang telah dinobatkan sebagai pulau tujuan pariwisata terbaik dunia tahun 2013 (Antaranews.com, 2013). Pulau Bali selayaknya “magnet” yang mampu menarik kunjungan banyak wisatawan, tidak hanya wisatawan domestik tetapi juga wisatawan mancanegara, hal ini terlihat dari statistik angka kunjungan wisatawan mancanegara yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, tercatat pada tahun 2013 angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali meningkat sebesar 11,16 %, dari sebelumnya 2.826.709 pada tahun 2012 menjadi 3.278.598 pada tahun 2013 (bali.bps.go.id). Potensi pariwisata ini bagaikan “madu” yang begitu manis, sehingga menarik kaum kapitalis nasional maupun internasional untuk menginvestasikan modalnya di Bali. Bahkan investasi oleh investor asing justru mendominasi dibandingkan dengan investor nasional maupun lokal. Sekitar 80
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l |2
persen dari jumlah investasi di sektor pariwisata Bali berasal dari kapitalis asing (Republika.co.id, 2012). Investasi tersebut masuk dalam berbagai bentuk seperti pembangunan akomodasi pariwisata menyangkut di dalamnya resort, hotel, restauran dan akomodasi lainnya, retail berjaringan maupun sektor tersier lain. Tercatat pada tahun 2012 para investor dari Inggris mendominasi penanaman modal asing di Provinsi Bali dengan nilai investasi mencapai Rp 2,78 triliun. Disusul pada urutan kedua adalah investasi dari gabungan negara, dengan nilai investasi Rp. 358, 4 miliar, sedangkan Korea Selatan di urutan ketiga dengan nilai investasi 303, 96 miliar. Jumlah total negara asing yang berinvestasi di Bali tahun 2012 sebanyak 23 negara termasuk di dalamnya seperti Australia, Prancis, Belanda, Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Italia, India, Jerman, Malaysia, Rusia, dan Taiwan (bali.antaranews.com, 2012). Minat kapitalis asing untuk menanam modalnya di Bali memang sangat besar mengingat potensi keuntungan yang relatif menjanjikan, namun berdasarkan data dan fakta yang ada, ternyata tidak semua investasi yang pernah dilakukan di Bali berjalan sukses. Salah satu contoh adalah kegagalan investasi pengembangan daerah tujuan wisata Pulau Serangan yang dimulai pada tahun 1991. Berdasarkan izin dari pemerintah provinsi Bali saat itu, pihak Bali International Turtle Development (BITD) 1 sebagai pelaksana, melakukan reklamasi Pulau Serangan dengan menimbun wilayah laut, sehingga luas daratan bertambah dari 110 ha 1
BITD awalnya sebagian besar sahamnya dimiliki oleh kedua Putra Suharto yakni Hutamo Tommy Mandala Putra dan Bambang Trihatmojo namun setelah proyek terhenti akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, share holder sebagian besar ditawarkan kepada kapitalis asing dari Singapura ( lihat :http://www.tempo.co.id/news/2000/7/11/1,1,19,uk.html)
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l |3
menjadi 481 ha dengan tujuan untuk mendirikan fasilitas wisata seperti: lapangan golf, resort, lagoon untuk sarana rekreasi air, yacht club, beach club house, pembangunanan superlot yang berupa villa, fasilitas penunjang pariwisata lainnya, serta marina / ferry. Namun proyek tersebut akhirnya terhenti tahun 1998 karena faktor krisis moneter, politik, sosial, budaya, dan faktor-faktor lainnya (Woinarski, 2002: 9). Proyek reklamasi yang mengubah luasan Pulau Serangan menjadi lebih dari 4 kali lipatnya itu, menyisakan banyak masalah bagi masyarakat lokal Serangan. Topografi Pulau Serangan berubah bentuk dari sebelumnya beberapa kesatuan pulau menjadi satu pulau tanpa pemisah berupa laut, meskipun mengalami perluasan justru membuat wilayah kekuasaan masyarakat Serangan menjadi menyempit karena pihak BITD membagi kekuasaan lahan di Pulau Serangan menjadi dua yakni wilayah pemukiman penduduk dan wilayah BITD yang dipisahkan oleh kanal wisata selebar 10 meter. Luas wilayah permukiman penduduk pasca reklamasi menyempit menjadi 46, 5 hektar yang mana sebelum reklamasi seluas 111 hektar (Surya, 2013: 15). Walaupun BITD melakukan analisis mengenai dampak lingkungan yang disetujui Gubernur Bali pada tahun 1995, kerusakan lingkungan muncul diakibatkan pengerukan dan penimbunan proyek, yang menyebabkan abrasi pantai di beberapa lokasi dan penumpukan lumpur dan sampah di sebelah barat Pulau Serangan. Selain itu proyek BITD berdampak pada ekositem penting seperti hutan bakau, terumbu karang dan padang rumput laut yang semuanya hilang atau dalam keadaan buruk.
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l |4
Proyek BITD mengakibatkan penduduk Serangan mengalami pelanggaran hak asasi manusia. Tanahnya dibebaskan oleh militer melalui intimidasi dan dengan jumlah ganti rugi yang tidak wajar. Di samping itu, kesucian pura Pulau Serangan, termasuk Pura Sakenan dinilai diganggu oleh proyek BITD.‟kain sosial‟ Serangan berubah secara drastis dengan kehilangan „budaya nelayan‟ Serangan, diperparah karena budaya baru susah dicari untuk penduduk Serangan yang umumnya kurang berpendidikan. Proyek BITD juga menimbulkan konflik dalam masyarakat Serangan, yang sebelumnya relatif tentram, setelah proyek menjadi rentan konflik. Disamping itu, pada awalnya BITD menjanjikan ekonomi masyarakat Serangan akan meningkat akibat proyek, yang terjadi adalah penurunan ekonomi Serangan. Selain 150 warga Serangan yang kena PHK, kebanyakan penduduk tidak dapat pekerjaan dalam proyek BITD, dan mata pencahariannya sebagai nelayan hilang karena penimbunan di dataran pasang surut dan kerusakan lingkungan lain, sebagaian besar masyarakat mengalami kesusahan dalam aspek ekonomi kehidupannya. Menurut salah satu penduduk Serangan, kerugian masyarakat sudah mencapai Rp. 8.829.250.000 per tahun. Akibatnya, beberapa penduduk Serangan terpaksa mencari nafkah lain, misalnya penduduk terpaksa menambang untuk menghidupi keluarganya karena ikan sudah hilang (Woinarski, 2002: 6-7). Setelah kegagalan proyek Serangan pada tahun 1998, langkah para investor dari kalangan kapitalis nampaknya tidak terhenti. Kaum kapitalis kembali mendapat kesempatan untuk terlibat dalam investasi pembangunan Bali. Pada
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l |5
bulan Desember 2012, Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika mengeluarkan Surat Keputusan bernomor: 2138/02-C/HK/2012, yang memberikan izin dan hak pemanfaatan dan pengembangan Teluk Benoa kepada PT. Tirta Wahana Bali Internasional (PT. TWBI) 2 seluas 838 ha (metrobali, 2013). Lokasi reklamasi direncanakan di wilayah pasang surut yang berbatasan langsung dengan Pelabuhan Laut Benoa di utara, Desa Tanjung Benoa dan Desa Tengkulung di sisi timur, Desa Bualu di sebelah selatan, dan Desa Jimbaran di sisi barat. Tepatnya menyasar kawasan Pulau Pudut yang terletak di sisi timur Tanjung Benoa yang berjarak sekitar 35 kilometer (km) dari Denpasar, ibu kota provinsi Bali, dan 5 km dari kawasan Nusa Dua (travel kompas, 2013).
2
PT Tirta Wahana Bali Internasional (PT. TWBI) sebagai pelaksana proyek merupakan perusahaan di bidang pengembangan, pembangunan, dan jasa pengelolaan usaha terkait properti. Perusahaan tersebut berkantor di Badung, Bali. Pengurusnya adalah Hendi Lukman sebagai direktur dan Henry Handayani Sutanto sebagai komisaris (Muhajir, 2013). Hendi Lukman sebagai direktur PT TWBI juga merupakan direktur pengembangan usaha PT Jakarta International Hotels dan Development Tbk. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1969 yang membangun dan mengelola hotel termasuk juga mengelola perkantoran, pertokoan, apartemen, dan pusat niaga beserta fasilitas-fasilitasnya (muhajir, 2013). PT Jakarta International adalah pemilik Hotel Borobudur Jakarta, Discovery Hotel & Resort Management, dan PT Danayasa Arthama Tbk. Nama terakhir adalah pengembang dan pengelola kawasan niaga terpadu Sudirman, Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Selatan (muhajir, 2013). Henry Handayani Sutanto sebagai komisaris PT TWBI juga menjabat sebagai PT Kharisma Arya Paksi, pemilik Hotel Discovery Kartika Plaza dan Discovery Shopping Mall di Kuta (muhajir, 2013). PT TWBI, PT Jakarta International Hotels dan Development Tbk, PT. Danayasa Arthama Tbk, dan PT Kharisma Arya Paksi termasuk kedalam kelompok bisnis Artha Graha Network.
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l |6
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek Reklamasi Teluk Benoa
Sumber: Lampiran 1 Surat Keputusan Gubernur Bali nomor: 2138/02C/HK/2012. Tabel 1.1 Tabel Koordinat Lokasi Reklamasi Teluk Benoa
Sumber: Lampiran 2 Surat Keputusan Gubernur Bali nomor: 2138/02-
C/HK/2012
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l |7
Sebagaimana tertuang dalam proposal PT. Tirta Wahana Bali Internasional yang diajukan kepada pemerintah daerah Bali yang merupakan hasil kerjasama dengan kajian studi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana, hasil reklamasi akan dipergunakan sebagai kawasan pariwisata terpadu yang mencakup penghijauan, tempat ibadah, taman budaya, taman rekreasi (sekelas Disneyland), fasilitas sosial dan umum, rumah sakit, perguruan tinggi, perumahan marina yang memungkinkan kapal atau yacht pribadi bersandar, apartemen, hotel, hall multifungsi, pusat perbelanjaan dan fasilitas olahraga seperti lapangan golf, bahkan akan ada rencana pembangunan sirkuit F1 internasional di daerah pulau Pudut yang akan direklamasi (bisnis.com, 2013). Untuk pengerjaan proyek reklamasi Teluk Benoa, Artha Graha Network 3, sebagai induk perusahaan PT. Tirta Wahana Bali Internasional mengganggarkan biaya sebesar 30 triliun (properti.bisnis.com, 2013). Gubernur Bali mengeluarkan keputusan berdasarkan pertimbangan bahwa Bali merupakan daerah tujuan wisata dunia yang memiliki daya dukung alam terbatas dan merupakan daerah yang rawan bencana, khususnya bencana tsunami sehingga diperlukan terobosan dan upaya dalam memanfaatkan alam Bali untuk mendukung pariwisata Bali tanpa merusak alam itu sendiri. Gubernur beranggapan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan perairan Teluk Benoa 3
Artha Graha Network merupakan nama grup perusahaan yang masuk di dalamnya PT. Tirta Wahana Bali Internasional. Adapun Induk perusahaannya adalah PT. Danayasa Arthatama, Tbk dengan kepemilikan saham pihak asing mencapai 26, 65 %. (Baca selengkapnya http://www.thefreelibrary.com/Artha+Graha+Group.-a0317202984)
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l |8
merupakan salah satu solusi alternatif pemecahan masalah. Disamping itu, dukungan berupa dokumen pra studi kelayakan rencana pemanfaatan dan pengembangan kawasan perairan Teluk Benoa dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Udayana serta rekomendasi DPRD Provinsi Bali terhadap rencana pemanfaatan Teluk Benoa dijadikan dasar yang menguatkan atas terbitnya SK Gubernur. Namun sejak SK Gubernur diketahui oleh masyarakat luas. Muncul penolakan dari berbagai komponen masyarakat, terutama dari kalangan adat, agama, akademisi, aktifis lingkungan dan pegiat seni. Alasan penolakan yang berkembang di masyarakat berkaitan dengan agama, sosial dan budaya, yakni pemanfaatan kawasan reklamasi yang tidak sesuai dengan falsafah sosio religi masyarakat di Pulau Dewata. Wacana lain penolakan oleh masyarakat Bali berkaitan dengan beberapa alasan yang prinsip yakni menyangkut pelanggaran terhadap beberapa aturan diantaranya melanggar UU 27 Tahun 2007: Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tentang HP3, melangggar Keputusan Uji Materi MK Terhadap UU 27 Tahun 2007 khususnya Pasal 50 Ayat 2: Bahwa Kewenangan Gubernur Untuk Mengeluarkan Ijin Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP3): di cabut oleh Mahkamah Konstitusi, Melanggar Perpres 45 Tahun 2011: Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan dan melanggar Perpres 122 Tahun 2012 khususnya Pasal 2 Ayat 3: Reklamasi Tidak Dapat di Lakukan pada Kawasan Konservasi dan Alur Laut.
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l |9
Kalangan akademisi dan aktifitas lingkungan lebih mempersoalkan terkait potensi dampak bencana dan kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan sebagai akibat reklamasi. Reklamasi berpotensi menyebabkan terjadinya bencana rob di wilayah Bali Selatan. Akibat limpahan air balik dari sungai-sungai yang bermuara di Teluk Benoa. Perlawanan tehadap proyek reklamasi Teluk Benoa datang dari berbagai kelompok masyarakat. Kalangan adat, agama, akademisi, aktifis seni, pegiat seni merupakan kelompok yang sangat giat melakukan perlawanan. Berbagai bentuk gerakan perlawanan dilaksanakan mulai dari negosiasi, demostrasi, seminar dan dialog di masyarakat, penciptaan klip lagu Bali Tolak Reklamasi, pembuatan baju dan stiker tolak reklamasi termasuk juga pembuatan layang-layang tolak reklamasi yang diterbangkan dan menghiasi udara Bali. Gerakan perlawanan dilaksanakan secara kontinyu dan terstruktur dalam berbagai bentuk. Menarik untuk dicermati, setelah terjadinya kontroversi dan dan resistensi yang semakin meluas di kalangan masyarakat Bali, akhirnya Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika mencabut surat keputusan bernomor: 2138/02-C/HK/2012 Tentang Izin dan Hak Pemanfaatan dan Pengembangan Teluk Benoa kepada PT. Tirta Wahana Bali Internasional. Untuk itu fokus studi ini adalah untuk mengeksplorasi alasan dan bentuk tindakan masyarakat Bali membangun diskursus resistensi kapitalisme global dalam wujud proyek reklamasi di Teluk Benoa Bali.
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 10
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: 1.
Mengapa elemen-elemen masyarakat Bali menentang proyek reklamasi Teluk Benoa?
2.
Bagaimana
elemen–elemen
masyarakat
Bali
mengkonstruksi
perlawanan terhadap kapitalisme global yang berwujud proyek Reklamasi Teluk Benoa?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Menyelidiki dinamika konflik yang muncul sebagai akibat proyek reklamasi Teluk Benoa
2.
Meninjau bentuk perlawanan elemen masyarakat lokal Bali terhadap kapitalisme global dalam proyek reklamasi Teluk Benoa
1.4
Kajian Pustaka Isu kapitalisme global dalam proyek reklamasi Teluk Benoa Bali sudah
ditulis sebelumnya oleh Agung Wardana (2014), seorang kandidat Doktor di Asia Research Centre (ARC) Murdoch University, Australia. Melalui tulisannya yang berjudul “Membaca Kerja Kapitalisme di Teluk Benoa“, Agung Wardana mengawali tulisannya dengan pemaparan jejak kapitalisme di Asia Pasifik yang menurutnya sudah dimulai sejak permulaan abad ke-21, yakni ketika era boomingnya tambang Australia yang ditandai dengan investasi besar-besaran di
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 11
bidang pertambangan akibat meroketnya harga produk tambang dunia. Agung menambahkan bahwa melonjaknya biaya hidup Australia, termasuk properti menyebabkan para pekerja tambang mencari alternatif „rumah kedua’ untuk peristirahatan yang tentunya lebih murah dibandingkan Australia. Disamping itu Agung melihat fenomena kemunculan kelas menengah di Cina. Pasca-reformasi ekonomi yang dimenangkan oleh Deng Xiaoping tahun 1979 telah menjadikan Cina sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia. Fonemana ini membuat kelas menengah dengan karakter konsumtif terus bermunculan dan diperkirakan jumlahnya melebihi 600 juta orang pada 2020-an di Cina. Angka tersebut cukup signifikan untuk bisa mengubah pola produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa, tidak saja di regional Asia, tetapi juga secara global. Melihat Cina saat ini merupakan tujuan ekspor terbesar bagi produk tambang Australia sedangkan bagi Indonesia Cina merupakan pasar ekspor terbesar untuk batu bara dan kelapa sawit. Lebih jauh Agung menghubungkan kedua fenomena tersebut dengan kondisi Bali. Sejak era kolonial, Bali merupakan arena pertarungan kekuatan internal dan eksternal dengan segala kepentingannya. Indikasinya, setelah Puputan Badung melawan kolonial. Penjajahan atas Bali dilakukan dengan pendekatan lain. Salah satunya melalui proyek „Balinisasi‟ (Baliseering) untuk membuat orang Bali mencintai diri sendiri sehingga diharapkan bisa menghadang ide-ide asing seperti nasionalisme, kristenisasi dan islamisasi. Menurut Agung, Bali juga diberi label sebagai ‟pulau surga‟ sesungguhnya untuk mengundang para peneliti dan pelancong mengapresiasi budaya lokal,
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 12
namun marketing tersebut telah mengantarkan Bali sampai pada titik saat budaya lokal sulit dipisahkan dari budaya pariwisata. Posisi Bali pada pasca-kolonial dimanfaatkan sebagai pemberi citra budaya nusantara oleh presiden Sukarno dalam membangun soft power dalam hubungan internasional. Di awal Indonesia modern, lebih jauh Agung melihat bahwa modal simbolik Bali memainkan perannya secara politis, tetapi sejak Orde Baru modal simbolik ini berangsur-angsur dikemas pula sebagai modal ekonomi secara dominan. Menurut Agung, Bali berkembang menjadi pusat sirkulasi modal ekonomi melalui pembangunan pariwisata. Mengikuti struktur pemerintahan yang sentralistik, sirkulasi modal tersebut dilihat berpusat dalam lingkaran Soeharto dan kroninya (Pengusaha Jakarta) sehingga di era Orba, bahkan Bali disebut sebagai „Koloni Jakarta‟. Pada era reformasi, setelah jatuhnya Soeharto, perputaran modal di Bali menjadi jauh lebih kompleks akibat kembalinya model pemerintahan „raja-raja kecil‟ dan para pengejar rente yang sangat antusias dalam mendorong dan meluaskan investasi pariwisata melampaui yang ditetapkan Sceto di awal 1970an. Kebijakan
koridor
ekonomi
merupakan
skema
lanjutan
di
era
pemerintahan SBY untuk meluaskan pengembangan sirkulasi modal ekonomi secara lebih efesien. Melalui pembagian kerja, setiap kawasan di desain menjadi ruang investasi yang spesifik. Bali masih didesain untuk mengemban tugas sebagai pusat pengembangan ekonomi pariwisata dengan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, sebagai sistem pendukungnya. Bagi perekonomian regional Asia Pasifik, kebijakan koridor ekonomi menjadikan Indonesia sebagai
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 13
peta jalan memuluskan investasi dan reinvestasi kelebihan modal (surplus capital) kapitalis nasional, regional maupun global. Lebih lanjut Agung mengungkapkan, dalam konteks regional, kelebihan modal akibat akumulasi keuntungan perusahaan Australia dan Industrialisasi ekonomi Cina harus kembali diinvestasikan. Hal ini menandai corak produksi kapitalisme yang harus terus berkembang dengan menyuntikan modal lebihnya ke ruang dan waktu yang lain guna mencari „spatial fix’ (solusi keruangan) dan „temporal fix’ (solusi temporal) dalam menghindari krisis. Pariwisata dipercaya sebagai salah satu solusi spasial dan temporal yang paling mudah. Hal itu karena insfrastruktur pendukung pariwisata baru dapat terus dibangun sehingga nantinya bisa menyerap kelebihan uang para kelas menengah yang membutuhkan „taman rekreasi baru‟. Menurutnya pada titik itulah, rencana pembuatan pulau „koloni‟ baru melalui reklamasi Teluk Benoa menjadi relevan. Saat ini, kelas menengah Cina mulai mencari „taman bermain‟ dan tempat berjudi alternatif selain Macau dan Singapura. Kenyatannya Bali memang semakin dibanjiri turis Cina bahkan mampu menggusur posisi turis Eropa. Di sisi lain, para pekerja tambang Australia mencari „rumah kedua‟ yang lebih nyaman dan melihat Bali sebagai tempat yang cukup menjanjikan. Intinya, mereka punya uang yang harus dikeluarkan sebelum mengendap dan menjadi krisis di dalam negeri akibat daya beli yang tinggi, tetapi berbanding terbalik dengan ketersediaan komoditas di pasar domestik. Kelebihan uang kelas menengah Cina dan akibat booming tambang Australia ini harus terus menerus diputar PT. Tirta Wahana Bali Internasional
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 14
(TWBI) dan perusahaan sejenis yang saling berkompetisi untuk menguasai Teluk Benoa, mengetahui benar hal itu. Pulau yang dibangun di Teluk Benoa akan dijadikan ruang untuk memutar kelebihan uang tersebut secara temporal sebelum dikembalikan dengan investasi baru ke negeri asalnya melalui proses yang kompleks. Jikapun ada yang mengendap secara lokal, paling hanya berupa recehan sisa belanja dan gaji pekerja lokal. Lebih lanjut menurut Wardana, proyek reklamasi Teluk Benoa tidak berdimensi ekonomi semata, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi sosial dan lingkungan. Dari sejarah investasi dalam setiap kajian analisa dampak lingkungan (AMDAL) di Indonesia, dampak lingkungan dari sebuah proyek selalu saja bisa dikelola secara teknis apalagi investor memiliki cukup uang untuk melakukannya. Sementara, dampak sosialnya memiliki kompleksitas tersendiri untuk dikelola secara teknis. Salah satunya ekslusi sosial atau hilangnya kendali masyarakat lokal atas masa depan Bali karena citra Bali akan dikendalaikan oleh segelintir elite kapitalis yang berkuasa atas Bali. Selain itu, corak produksi lokal, misalnya sebagai nelayan dan petani akan tergusur dan terintegrasi dalam kapitalisme industri pariwisata. Mereka akan tergantung dari kapitalisme sebagai pekerja kasar dan kehilangan kebebasan dan kemanusiaan yang mereka rasakan ketika masih menjadi nelayan dan petani. Jadi proyek
di
Teluk
Benoa
merupakan
politik
ekonomi
lanjutan
untuk
menghancurkan sendi ekonomi lokal guna sepenuhnya mengabdikan diri pada sistem kapitalisme. Perlawanan atas rencana reklamasi adalah episode kecil melawan kapitalisme global (Wardana, 2014)
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 15
Tulisan Agung Wardana memberikan dukungan signifikan dalam studi ini untuk melihat secara lebih jelas tentang posisi dan perananan PT. Tirta Wahana Bali Internasional sebagai agen kapitalisme global, melengkapi data yang telah ada ditulis sebelumnya, PT. Tirta Wahana Bali Internasional merupakan bagian dari group usaha Artha Graha Network dengan induk usaha PT. Danayasa Arthatama, Tbk dengan kepemilikan share holder asing mencapai 26,65% . Jadi tulisan Wardana menjadi signifikan dan menunjukan secara lebih jelas latar belakang modus dan skema aliran kapital global dalam proyek reklamasi Teluk Benoa yang ditaksir menghabiskan biaya mencapai 30 triliun. Penelitian yang mengambil objek reklamasi di Bali juga dilakukan oleh I Gede Surya Darmawan (2013), melalui tesisnya yang berjudul “Pemanfaatan Lahan Pra dan Pascareklamasi di Pulau Serangan”. Adapun penelitian tersebut dilaksanakan dengan tiga tujuan utama yakni untuk mengetahui kondisi pemanfaatan lahan pra dan pasca reklamasi, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan lahan pasca reklamasi di Pulau Serangan dan untuk mengkaji dampak perubahan pemanfaatan lahan pasca reklamasi terhadap keberlanjutan Pulau Serangan. Hasil penelitian tesis Darmawan mengungkapkan bahwa perubahan pemanfaatan lahan pascareklamasi memberikan dampak positif dan negatif terhadap keberlanjutan Pulau Serangan sebagai wilayah pesisir dan pulau kecil. Adapun dampak tersebut dibagi menjadi tiga pilar pembangunan berkelanjutan antara lain keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan ekonomi, dan keberlanjutan sosial. Dalam hal keberlanjutan lingkungan reklamasi berdampak buruk terhadap
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 16
kerusakan ekosistem rawa dan laut, kerusakan ekosistem darat dan rusaknya struktur tanah/kekeringan dan terganggunya proses alam meskipun terdapat upaya positif dari masyarakat dan PT. BITD untuk melakukan penyelamatan terumbu karang dengan trasplantasi terumbu karang dan konservasi penyu (Darmawan, 2013, 173-174). Dalam hal keberlanjutan ekonomi Pulau Serangan memberikan dampak positif dan negatif bagi keberlanjutan ekonomi, positifnya ada alternatif mata pencaharian baru, lahan baru hasil reklamasi dengan posisi yang lebih strategis dan nilai ekonomi yang lebih tinggi sedangkan dampak negatifnya hilangnya mata pencaharian bagi kelompok penambang (kelompok nelayan yang bertugas membawa pemedek dan wisatawan dari Pulau Bali ke Pulau Serangan dan sebaliknya). Dalam hal keberlanjutan sosial, reklamasi pulau Serangan membawa dampak negatif antara lain: pelanggaran hak asasi manusia dengan adanya paksaan dan intimidasi dari PT. BITD kepada warga Banjar Kubu dalam membeli lahan warga Banjar Kubu dan pemukiman warganya, adanya isolasi masyarakat dengan adanya 2 zona kepemilikan lahan yang dibatasi kanal wisata, sedangkan dampak positif terhadap aspek sosial budaya pascareklamasi adalah kemudahan akses ke kuburan namun ritualisasi membawa mayat menyebrangi laut hilang, aktifitas pasar, LPD dan KUD yang lebih kondusif. Penelitian Darmawan menarik kesimpulan bahwa perubahan pemanfaatan lahan
pascareklamasi
kurang
memeberikan
keberlanjutan
pembangunan
kedepannya karena hanya memperhatikan keberlanjutan ekonomi tanpa
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 17
memperhatikan kesinambungan lingkungan dan sosial budaya masyarakat setempat ( Darmawan, 2013-178). Disamping itu penelitian terkait reklamasi juga dilakukan Lisa Woinarski (2002). Penelitiannya dituliskan dalam laporan studi lapangan yang berjudul “ Pulau Serangan: Dampak Pembangunan pada Lingkungan Masyarakat”. Dalam laporan penelitian tersebut Lisa menjabarkan dampak dari reklamasi Pulau Serangan. Lisa memetakan dampak reklamasi menjadi tiga bagian penting yakni dampak lingkungan, dampak sosial budaya dan dampak ekonomi. Dampak lingkungan yang diuraikan oleh Lisa adalah terjadinya perubahan arus laut di sekitar Pulau Serangan akibat pengerukan dan penimbunan proyek yang menyebabkan abrasi pantai di beberapa lokasi dan penumpukan lumpur dan sampah di sebelah barat Pulau Serangan. Selain itu, proyek BITD berdampak pada ekosistem penting seperti hutan bakau, terumbu karang dan padang rumput laut, yang semuanya hilang atau dalam kerusakan parah. Sedangkan dampak sosial budaya seperti yang dituliskan oleh Lisa yakni penduduk Serangan mengalami pelanggaran Hak Asasi Manusia-tanahnya di bebaskan dengan cara intimidasi oleh pihak militer dan dengan ganti rugi yang tidak wajar. Disamping itu, kesucian lahan dan pura Pulau Serangan, termasuk Pura Sakenan, dinilai „diganggu‟ oleh proyek BITD. Kondisi sosial Serangan berubah secara drastis dengan kehilangan „budaya nelayan‟. Secara ekonomi proyek reklamasi Serangan mengakibatkan penurunan ekonomi masyarakat Serangan. Selain 150 waraga Serangan yang kena PHK, kebanyakan penduduk tidak dapat pekerjaan dalam proyek BITD, dan mata
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 18
pencahariannya sebagai nelayan hilang karena penimbunan di daratan pasang surut dan kerusakan lingkungan lain (Woinarski, 2002). Berkaitan dengan kapitalime global melalui
globalisasi ekonomi
Tomlinson (2007:147) menggambarkan globalisasi sebagai proses yang bersumber dan beroperasi pada bidang di luar budaya sendiri. Pengaruh globalisasi sebagai proses ekonomi-lah yang kemudian dipercaya memberikan dampak buruk bagi eksistensi budaya lokal. Dengan terdistribusikannya budaya dominan, yakni budaya Barat, ke seluruh dunia maka sedikit demi sedikit akan melunturkan eksistensi budaya lokal yang mengalami universalisasi. Prosesuniversalisasi budaya Barat, atau yang disebut juga sebagai westernisasi yang terjadi sebagai konsekwensi dari monokultur global kapitalis inilah yang menjadi dasar interpretasi globalisasi budaya. Tomlinson memperkuat argumennya ini dengan mengutip Geertz (dalam Tomlinson, 2007) yang mengungkapkan bahwa proses kultural terjadi karena konstruksi dari kehidupan sosial masyarakat. Oleh karenanya, pandangan bahwa globalisasi sebagai proses multidimensional yang tak hanya bidang ekonomi, tapi juga pada bidang sosial dan budaya, teknologi, dan politik kemudian harus dikaji ulang dengan melihat sumber dari koneksi global, yakni global ekonomi. Selain mengkaji tatanan globalisasi yang terjadi, konsepsi mengenai budaya menjadi hal yang harus diperhatikan. Konsep pertama menunjukan bahwa budaya memiliki keterkaitan erat dengan tempat tinggal atau lokasi yang melahirkan sebuah entitas dalam wilayah tertentu. Jika dikaitkan dengan globalisasi, maka konsepsi mengenai budaya tersebut tentu akan dirugikan oleh
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 19
arus globalisasi. Dalam lokasi tertentu, suatu budaya asing dapat masuk, misalnya melalui pusat perbelanjaan yang menjual produk impor dari Barat dan secara berangsur akan mengancam kebudayaan lokal setempat. Bila kecendrungan pengaruh budaya kapitalisme terus berlanjut: budaya konsumerisme, budaya citra, dan budaya tontonan, atau bila pandangan dunia (world view) yang dibangun oleh kapitalisme pada individu-individu di dalam masyarakat tidak diubah maka sesungguhnya proses produksi kapitalisme global sama artinya dengan proses penghancuran budaya lokal. Selain studi di atas, pernah dilakukan studi mengenai dampak yang ditimbulkan investor asing terhadap masyarakat lokal, Heni Ari Putranti (2002) melakukan research dalam tugas akhirnya yang berjudul “Dampak Kebijakan Pengelolaan Kawasan Pantai Lagoi oleh Investor Asing terhadap Masyarakat Setempat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Riau. Penelitiannya dilakukan dengan menggunakan metode Delphi. Dari hasil penelitiannya Ari menyimpulkan bahwa kebijakan pengelolaan kawasan wisata pantai Lagoi menyebabkan terjadinya dampak positif dan dampak negatif yang berimbang. Dampak positif terutama terhadap peningkatan PAD sedangkan dampak negatif terutama dirasakan pada sektor ekonomi dimana proses multiplier tidak berjalan sebagai mana mestinya karena ada eksklusivitas kawasan, selain itu dirasakan pada aspek sosial budaya masyarakat setempat, yakni tersingkirnya masyarakat lokal karena rendahnya kualitas SDM sehingga tidak mampu bersaing dengan pendatang yang memiliki skil lebih tinggi.
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 20
Penelitian terkait reklamasi Teluk Benoa juga dilakukan oleh I Gusti Agung Made Budi Arsha (2013), Mahasiswa Program Studi Pembangunan ITB, melalui kajiannya yang berjudul “Reklamasi Tanjung Benoa” Agung menyoroti terkait etika pembangunan berkaitan dengan reklamasi Teluk Benoa. Adapun kesimpulan akhir penelitiannya mengungkapkan agen-agen pembangunan sepatutnya mempertimbangkan kembali rencana reklamasi Teluk Benoa. Dalam pembangunan setiap lapisan masyarakat harus berpegang teguh terhadap prinsipprinsip pembangunan, seperti prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Bali sebagai salah satu ikon pariwisata dunia, sudah seharusnya selalu mengutamakan keberlanjutan pembangunan di sektor pariwisata dengan menjaga keaslian pulau dewata. Globalisasi yang menuntut ke arah kapitalisme seharusnya memiliki dampak positif yang dapat dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat dengan memperhatikan etika keadilan dalam pembangunan. Disamping itu, Conservation International Indonesia melalui laporannya yang berjudul “ Kajian Modeling Dampak Perubahan Fungsi Teluk Benoa Untuk Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) Dalam Jejaring KKP Bali” bertujuan untuk memberi gambaran mengenai situasi dan kondisi Teluk Benoa secara menyeluruh baik secara ekologi, geologi, dan hidrologi dan juga untuk menemukan perubahan sistem hidrologi melalui simulasi dan modeling daerah aliran sungai di Teluk Benoa. Dalam laporannya terungkap bahwa reklamasi Teluk Benoa berpotensi memberi dampak lingkungan yang besar yakni:
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 21
penggenangan dan banjir di hinterland yang disebabkan oleh peristiwa back water, karena berkurangnya volume tampungan banjir. Disamping itu reklamasi Teluk Benoa juga akan mempengaruhi perubahan struktur mangrove, jika reklamasi menggunakan metode pengurugan (dredging) maka retensi air di dalam teluk meningkat, meningkatnya padatan tersuspensi dari flushing air surut Teluk Benoa dapat mengganggu kehidupan dan kesehatan terumbu karang di kawasan sekitarnya,
merosotnya
keanekaragaman
hayati
di
Teluk
Benoa
serta
meningkatnya resiko dampak tsunami ( CII, 2013,35-36) Studi terdahulu yang fokus terhadap kajian resistensi masyarakat lokal banyak dilakukan oleh para ahli. Witrianto (2010) melakukan penelitian mengenai “Sikap Masyarakat Papua Terhadap PT. Freeport”, permasalahan penelitian yang diangkat adalah mengapa timbul protes penduduk asli Papua terhadap proyek pertambangan oleh PT. Freeport Indonesia (PTFI). Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana penerapan teori sikap dan prilaku, serta teori konflik dalam pola hubungan penduduk asli dengan PT. Freeport Indonesia. Melalui penelitian terungkap beberapa alasan yang mengakibatkan resistensi masyarakat lokal Papua terhadap PTFI yakni: keinginan masyarakat untuk bekerja di PTFI namun ditolak oleh PTFI, karyawan yang ditegur merasa tidak terima kemudian mengamuk dan melibatkan kelompoknya, persaingan antara karyawan terutama antara penduduk asli dan pendatang, ada penggerak dari luar karena memiliki kepentingan tertentu, ada perasaan in group yang kuat dari kelompok etnis tertentu, penyelesaian konflik yang tidak pernah tuntas, pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat adat, perbedaan persepsi tentang konsep kepemilikan tanah antara FTPI/ pemerintah
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 22
dengan masyarakat, kehadiran tentara sebagai tameng perusahaan, keberadaan masyarakat asli yang seolah-olah di abaikan. Kalau disimak pada prinsipnya penelitian yang dilaksanakan oleh Witrianto melihat resistensi muncul sebagai akibat dari permasalahan sosial antara penduduk asli dengan PT. Freeport Indonesia. Sejalan dengan penelitian Witrianto, Denis Cote dan Laura Cliche (2013) meneliti tentang “Resistensi Masyarakat Lokal terhadap Perkebunan Sawit di Borneo”, kajian penelitian ini fokus pada bagaimana dan mengapa masyarakat lokal menolak perluasan lahan perkebunan Sawit di Kalimantan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian tersebut adalah dengan menggunakan analisis sekunder dari dua puluh lima studi kasus yang terjadi di Indonesia dan Malaysia. Hasil penelitian menunjukan bahwa isu-isu hak atas tanah dan kerusakan tanah adalah hal yang menyebabkan terjadinya resistensi. Adapun bentuk perlawanan yang ditunjukan oleh masyarakat lokal yakni melalui aksi protes dengan bertemu koorporasi, mengajukan kasus hukum, pemblokiran, menebang atau membakar pohon, menyita mesin, dan menghancurkan jalan atau jembatan. Menambahkan dua penelitian di atas, Kevin Hewison (2000) mengangkat penelitian dengan judul “Resisting Globalization: a Study of Localism in Thailand“. Melalui studi Kevin terungkap bahwa resistensi masyarakat Thailand terjadi sebagai akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh liberalisasi dan globalisasi. Kritik muncul dari organisasi non pemerintah dan aktivis sosial. Penelitian tersebut membahas salah satu contoh kritik yakni lokalisme yang muncul selama krisis ekonomi di Thailand. Lokalisme
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 23
populis mengembangkan argumen moral mengenai dampak dari globalisasi neoliberal yang tidak mampu memberi model pengembangan ekonomi alternatif bagi Thailand. Dengan kata lain bahwa kasus tersebut melihat resistensi yang muncul di Thailand dari apek ekonomi dan politik . Mencermati hasil kajian terdahulu sebagaimana dipaparkan di atas, terlihat bahwa reklamasi Teluk Benoa yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini, berbeda dengan beberapa kajian yang pernah dilaksanakan, seperti yang dilakukan oleh Agung Wardana (2013) yang lebih melihat cara kerja kapitalisme dalam reklamasi Teluk Benoa, sedangkan Conservation International Indonesia (2013) yang lebih melihat potensi dampak dari reklamasi Teluk Benoa. Budi Arsha lebih fokus pada etika pembangunan dari proyek reklamasi Teluk Benoa. Sedangkan untuk Darmawan (2013) dan Lisa Woinarski (2002) topik peneletiannya juga terkait reklamasi tetapi objek studinya berbeda yakni reklamasi di Palau Serangan dengan fokus kajian masing-masing terkait dengan pemanfaatan lahan dan dampak lingkungan akibat reklamasi pulau Serangan. Terkait dengan studi resistensi lokal terhadap global yang dikaji oleh Heni Ari Putranti (2002), Witrianto (2010), Denis Cote dan Laura Cliche (2013) dan Kevin Hawison (2000) juga berbeda dengan konteks resistensi masyarakat lokal terhadap kapitalisme global dalam penelitian ini, karena studi Ari fokus dalam menjabarkan dampak dari kapitalis asing terhadap lokal sedangkan Witrianto, Denis Cote dan Laura hanya fokus menjabarkan terkait dengan alasan ekonomi dan politik lokal.
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 24
Pelajaran yang dapat dipetik dari penelitian terdahulu adalah resistensi terhadap kapitalisme global yang muncul di tengah masyarakat lokal sebagian besar masih ditinjau secara parsial berdasarkan salah satu faktor tertentu, baik itu faktor sosial, lingkungan, ekonomi dan politik. Belum ada kajian yang komprehensif yang mengkaji resistensi dari berbagai perspektif. Di samping itu aspek adat dan budaya juga belum dikaji dalam penelitian terdahulu. Dengan demikian studi tentang resistensi masyarakat lokal terhadap kapitalisme global dalam proyek reklamasi Teluk Benoa Bali akan dikaji dengan melihat resistensi secara komprehensif berdasarkan aspek ekonomi, sosial, lingkungan, politik, termasuk juga dari aspek adat dan budaya. Untuk mempermudah dalam melihat kedudukan peneliti dalam studi ini akan dijelaskan melalui tabel yang diolah dari penjelasan diatas sebagai berikut : Tabel 1.2. Kedudukan Peneliti di antara Peneliti Terdahulu No 1
TESIS
Studi Agung Wardana (2014)
2
Darmawan ( 2013)
3
Lisa Woinarski (2002).
4
Tomlinson (2007)
5
Heni Ari Putranti (2002)
6
Budi Arsha (2013)
Fokus Kajian Cara Kerja Kapitalisme di Teluk Benoa Pemanfaatan Lahan Pra dan Pascareklamasi di Pulau Serangan Dampak Reklamasi Pulau Serangan pada Lingkungan Masyarakat Globalisasi ekonomi dan Dampak Buruk terhadap budaya lokal Dampak Kebijakan Pengelolaan Kawasan Pantai Lagoi oleh Investor Asing Terhadap Lokal Etika Pembangunan Reklamasi Teluk Benoa
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
Teori Konstructivism Utilitiarism Constructivism Constructivism Constructivism
Developmentalism
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 25
No 7 8
Studi Conservation International Indonesia (2013) Witrianto (2010)
9
Denis Cote dan Laura Cliche (2013)
10
Kevin Hawison (2000)
11
Suantika (2014)
1.5
Fokus Kajian Potensi Dampak Reklamasi Teluk Benoa
Teori Constructivism
Sikap Masyarakat Papua Terhadap PT. Freeport “ Resistensi Masyarakat Lokal terhadap Perkebunan Sawit di Borneo Resistensi masyarakat Lokal Thailand terhadap globalisasi Resistensi masyarakat lokal Terhadap Kapitalisme Global dalam Proyek Reklamasi Teluk Benoa Bali
Teori Kritis Teori Kritis
Teori Kritis Teori Kritis
Landasan Teori
1.5.1 Crithical Theory Perspektive Jurgen Habermas merupakan ilmuwan Teori Kritis yang dipengaruhi oleh warisan intelektual Madzhab Frankfurt. Pemikiran Habermas disebut sebagai Teori Kritis karena madzhab pemikiran ini memang sangat konsisten mensosialisasikan suatu gaya berfikir analisis (Santoso, 2003). Kritik adalah konsep kunci untuk memahami teori kritis. Bagi Madzhab Frankfrut kritik juga merupakan program untuk merumuskan suatu teori yang emansipatoris tentang kebudayaan dan masyarakat modern. Kritik-kritik mereka diarahkan pada berbagai bidang kehidupan masyarakat modern seperti seni, ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, dan kebudayaan pada umumnya yang bagi mereka telah menjadi rancu karena diselubungi ideologi-ideologi yang menguntungkan pihak-pihak tertentu sekaligus mengasingkan manusia individual di dalam
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 26
masyarakatnya. Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan emansipasi. Dengan mengacu pada pemikiran yang dikembangkan oleh Hokheimer, pendiri Teori Kritis Masyarakat: mengembangkan sebuah teori masyarakat yang kritis yang sebagai kritik menjadi praksis perubahan sosial (Suseno, 2005: 161). Filsafat kritis berdiri dalam tradisi besar pemikiran yang mengambil inspirasinya dalam karya intelektual Karl Marx. Ciri khas filsafat kritis yakni selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata. Filsafat ini tidak mengisolasi diri dalam teori murni, namun seakan-akan filsafat dapat secara netral menganalisa hakikat manusia dan masyarakat tanpa sekaligus terlibat di dalamnya. Pemikiran kritis yang dikembangkan Habermas merasa diri bertanggung jawab terhadap kehidupan sosial yang nyata dan di situlah gagasan kritis emansipatoris yang digagas Habermas dipijakan (Santoso, 203: 222). Pada hakekatnya teori ini memandang bahwa realitas terbentuk oleh nilainilai sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Hidayat (2002) dan Denzin dan Lincoln (2009) menjelaskan bahwa teori kritis bersifat transaksional dan subjektivis, yaitu temuan dimediasikan melalui nilai-nilai. Dengan asumsi itu, nilai-nilai yang diwacanakan melalui proyek reklamasi oleh negara dan kapitalis telah membentuk persepsi tentang reklamasi baik secara ekonomi, sosial-budaya, dan politik. Teori
Kritis
bersifat
dialogis
dan
dialektis.
Sebagaimana
yang
diungkapkan Guba (1990) bahwa critichal theory merupakan dialogic, transformative; eliminate false consiciousness and energize and facilitate
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 27
transformation. Dengan demikian temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian yang memakai teori ini berhubungan dengan nilai-nilai yang diyakini subjek penelitian. Maka penelitian ini tidak mengabaikan konteks historis, politik ekonomi, dan sosial budaya yang melatar belakangi munculnya fenomena yang diteliti. Dengan demikian, pertanyaan penelitian melalui cara dan proses yang dialogis dengan berpedoman pada penggalian nilai yang terbentuk di benak subjek yang diteliti. 1.5.2 Kapitalisme Global melalui Internasionalisasi Modal dan Investasi Bapak teori kapitalisme, Adam Smith melalui bukunya “The Wealth of Nation” mengilustrasikan dengan sangat jelas tentang ciri dasar kapitalisme yakni “Apa yang kita harapkan untuk makan malam kita tidaklah datang dari keajaiban dari si tukang daging, si pemasak bir atau si tukang roti, melainkan dari apa yang mereka hormati dan kejar sebagai kepentingan pribadi. Justru pada umumnya seseorang kurang berkeinginan untuk memajukan kepentingan publik. Dan terkadang dia juga tidak tahu sejauh mana dia memiliki andil untuk memajukannya. Motifnya jelas bahwa mereka bermaksud hanya untuk menghormati dan mengejar kepentingan pribadi. Di sinilah dia dituntun oleh tangan-tangan yang tak tampak (the invisible hand) untuk mengejar hal yang bukan bagiannya sendiri. Bahwa itu juga bukan merupakan bagian dari masyarakat, itu berarti bukan sesuatu yang lebih buruk dari masyarakat. Dengan mengejar kepentingannya sendiri, ia kerap kali memajukan kepentingan masyarakat lebih efektif dibandingkan jika ia sungguh-sungguh bermaksud
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 28
memajukannya. Saya tidak pernah menemukan kebaikan yang dilakukan mereka yang sok berdagang demi kepentingan publik” (Becker, 2007) Penjelasan di atas bermaksud menggambarkan bagaimana pola pemaknaan kapitalisme dalam dua ranah, satu sisi mencakup kepentingan individu dan kepentingan publik di sisi yang lain. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kapitalisme merupakan sebuah sistem ekonomi yang lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan ekonomi secara individu. Meskipun demikian, orientasi individu tetap merupakan tahapan awal bagi kepentingan publik atau sosial. Motif sosial yang tersembunyi (hidden social motive) yang disebut Smith sebagai the invisible hands. Kehendak untuk memadukan kepentingan privat dan publik ini selanjutnya dijelaskan bahwa setiap manusia, dengan demikian, dipimpin langsung oleh kepentingan dan tindak tanduk ekonominya. Manusia yang bersangkutanlah yang mengetahui apa kepentingan mereka sesungguhnya. Oleh sebab itu, dialah yang dapat memenuhi kepentingan dengan sebaik-baiknya. Hal ini bukan dimaksudkan untuk mengesampingkan kepentingan bersama, tetapi mereka berfikir bahwa kepentingan bersama ini akan dapat diperhatikan dengan sebaik-baiknya pula apabila setiap individu mendapat kesempatan untuk memenuhi, memuaskan, dan mengekspresikan kepentingannya masing-masing tanpa restriksi. Pemahaman lain tentang ide kapitalisme juga diberikan oleh Max Weber, ia mendefenisikan kapitalisme sebagai sistem produksi komoditi berdasarkan kerja berupah untuk dijual dan diperdagangkan guna mencari keuntungan. Bagi Weber ciri kapitalisme yang lebih mendasar adalah pada sistem pertukaran di
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 29
pasar. Sistem di pasar ini menimbulkan konsekuensi logis berupa rasionalisasi yang mengacu pada bagaimana cara meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan kata lain, bagaimana melakukan akumulasi kapital secara terus menerus. Akumulasi kapital ini dimaksudkan untuk melakukan produksi barang atau jasa yang lebih menguntungkan (Weber, 1992). Sedangkan bagi Marx, kapitalisme tidak didefenisiskan oleh motif atau orientasi kaum kapitalis. Apapun motif yang mereka sadari, mereka sebenarnya didorong oleh logika sistem ekonomi untuk memupuk modal. Kapitalisme bagi Marx suatu bentuk masyarakat kelas yang distrukturasikan dengan cara khusus di mana manusia diorganisasikan untuk produksi kebutuhan hidup. Sejalan dengan zaman, kapitalisme terus berkembang, bergerak dan beradaptasi dengan sejarah. Jorge Larrain mengemukakan, “Kapitalisme dicirikan oleh dominasi objek atas subjek, modal atas pekerja, kondusi produksi atas produsen, buruh mati atas buruh hidup”. Bahkan menurut Marx, kapitalisme adalah hasil dari praktek reproduksi manusia. Kapitalisme yang dibuat oleh Lorens Bagus, berasal dari bahasa Inggris, capitalism atau kata latin, caput yang berarti kepala. Kapitalisme itu sendiri adalah sistem perekonomian yang menekankan peranan kapital atau modal. Arus modal internasional terdiri dari modal swasta dan modal publik. Arus modal publik adalah transfer modal yang dilakukan antar pemerintah (Ha Joon 2004, 105). Ini bisa berbentuk arus modal bilateral, misalnya satu negara memberikan atau meminjamkan uang ke negara lain, atau arus modal multilateral,
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 30
seperti pinjaman dari lembaga multilateral seperti IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan Bank Pembangunan Inter Amerika. Arus modal swasta internasional terdiri dari tiga jenis utama: pinjaman bank asing, investasi portofolio, dan investasi langsung asing (FDI). Pinjaman bank asing merujuk pada pinjaman yang dikeluarkan bank komersial atau lembaga multilateral (seperti IMF dan Bank Dunia) bagi publik dalam negeri, atau debitur dari sektor swasta. Investasi portofolio merujuk pada pembelian saham, obligasi, derivasi dan instrumen keuangan lain yang dikeluarkan oleh sektor swasta di negara selain di mana si pembeli bermukim. FDI mengacu pada pembelian “bunga terkendali” (ditetapkan minimal 10% dari aset) pada suatu bisnis di negara di luar negara tempat tinggal investor. FDI bisa memiliki dua bentuk: investasi “greenfield” yang melibatkan penciptaan fasilitas baru, misalnya pembangunan pabrik oleh investor asing; atau investasi “brown field”, yaitu penggabungan dan akuisisi yang melibatkan pembelian aset perusahaan dalam negeri. Pembelian lintas-negara barang tak bergerak juga tergolong sebagai FDI (Rudy, 2007). Sepanjang abad ke-20, para kapitalis telah menggerakan modalnya: uang, aset, dan sumber-sumber dayanya dari lingkup lokal, regional, dan nasional untuk kepentingan mendapat laba yang lebih besar lagi. Sebelumnya, kapitalis hanyalah orang-orang
lokal,
menanamkan
investasinya
dalam
bisnis
lokal
dan
mempekerjakan buruh lokal. Saat ini semua sudah mengalami kemajuan. Sejak Perang Dunia kedua, modal telah bergerak dengan pesat, mengalir dengan deras. Para kapitalis telah mampu menanamkan modalnya di mana pun mereka lihat ada
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 31
potensi yang besar untuk investasi. Mereka mendapatkan laba yang besar dari berkurangnya biaya-biaya produksi dengan adanya pengangkutan barang melalui udara, berkembangnya insfrastruktur komunikasi dan teknologi informasi untuk melakukan produksi ke belahan dunia yang jauh. Perubahan kapitalisme semacam ini dalam literatur sering disebut sebagai transisi dari kapitalisme nasional ke kapitalisme global (Rudy, 2007). 1.5.3 Gerakan Resistensi terhadap Kapitalisme Global Bersamaan
dengan
pesatnya
kemajuan
globalisasi
dari
tingkat
internasional hingga ke tingkat lokal, kapitalisme global menelan berbagai korban, terutama masyarakat adat, kaum miskin kota, dan golongan marjinal telah mulai dirasakan oleh masyarakat (Fakih, 2003: 223). Mansour Fakih memetakan area resistensi terhadap globalisasi dan kapitalisme global dalam beberapa area: Pertama, tantangan gerakan kultural dan agama. Sudah lama terdapat fenomena lahirnya gerakan yang berbasis agama maupun gerakan resistensi budaya melawan pembangunan kapitalis dan globalisasi. Gerakan berbasis agama ini timbul di mana-mana dan dengan label bermacam-macam. Di Mesir kekecewaan terhadap pembangunan yang melanda kalangan warga muslim miskin perkotaan tersebut telah melahirkan gerakan yang berbasis keagamaan yang dilabeli dengan Fundamentalisme Islam. Gerakan resistensi keagamaan terhadap pembangunan berbasis kapitalis dan globalisasi di tempat lain ternyata juga melahirkan suatu gerakan teologi yang bercorak pembebasan dalam Islam seperti yang terjadi di Indonesia. Namun di India resistensi kultural terhadap pembangunan berbasis kapitalis dan globalisasi telah membangkitkan kelompok Hindu Revivalis
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 32
(Rashtriya Swayamsewak Sangh) yang mendesak India untuk memboikot barang buatan asing. Gerakan keagaamaan tersebut adalah gerakan resistensi kultural terhadap pembangunan kapitalis dan globalisasi. Sebagian gerakan kultural menentang pembangunan terlokalisir serta tidak mampu mengidentifikasi problem di luar batas desa atau wilayah mereka. Gerakan NGO seringkali membantu resistensi kultural ini untuk memperluas gerakan. Gerakan masyarakat adat di Yamdena dan Key Besar menentang pembabatan hutan disambut oleh SKEPHI, suatu NGO tingkat nasional dan akhirnya melibatkan organisasi lingkungan internasional. Kedua, tantangan dari new social movement dan global civil society terhadap globalisasi dan kapitalisme global. New social movements adalah gerakan sosial menentang pembangunan dan globalisasi, seperti gerakan hijau, feminimisme, gerakan masyarakat akar rumput. Misalnya saja dalam bentuk gerakan resistensi terhadap pembangunan dam di beberapa tempat di Asia. Gerakan anti proyek pembangunan Narmada Dam di India tahun 1980-an, pada dasarnya merupakan suatu bentuk “new social movement”. Pada tahun 1992, gerakan untuk menyelamatkan Narmada ini berhasil mendesak Bank Dunia untuk mencabut dukungannya terhadap proyek tersebut. New social movement terus tumbuh di mana-mana, dalam skala lokal, nasional, dan bahkan semakin mengglobal. Contoh lainnya adalah Gerakan Pembaharuan Agraria yang dikembangkan oleh Serikat Petani Sumatera Utara dan Konsorsium Pembaharuan Agraria, serta gerakan petani ramah lingkungan dan petani Integrated Pest Management untuk memperjuangkan hak-hak petani (peasent right) serta gerakan
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 33
anti revolusi hijau para petani di Jawa, pada dasarnya merupakan respons gerakan sosial untuk resistensi terhadap globalisasi dan ekspansi kapitalisme global. Ketiga, tantangan gerakan lingkungan terhadap globalisasi dan kapitalisme global. Meskipun tidak semua gerakan lingkungan secara langsung menentang globalisasi kapitalisme global, berkembangnya gerakan lingkungan untuk pemberdayaan rakyat (eko-populisme) dan gerakan lingkungan yang dipengaruhi kesadaran lingkungan bersumber dari Barat. Gerakan ini banyak dipengaruhi oleh pikiran Rachel Carson dalam “silent spring” yang membongkar tentang kerusakan ekositem dunia yang diakibatkan praktik ekonomi kapitalisme modern seperti penggunaan kimia dalam pertanian dan langkanya burung dan khususnya menentang
asumsi
dan
praktik
pertumbuhan
ekonomi
yang
ingin
menyeimbangkan perlindungan alam untuk gaya hidup. Kesadaran lingkungan yang demikian sebagaian memacu lahirnya gerakan “lingkungan demi lingkungan” yang juga berakibat lahirnya gerakan fasisme ekologi (Eco-facism). Sementara itu, eko populisme, lahir sebagai keprihatinan terhadap rusaknya lingkungan karena juga menghancurkan kehidupan rakyat sekitarnya. Oleh sebab itulah gerakan lingkungan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gerakan perlindungan hak hak masyarakat adat. Untuk itu, muncullah gerakan resistensi lingkungan di dunia ketiga, seperti gerakan masyarakat Chipko (Hipko Movement) di India, yakni suatu gerakan, terutama kaum perempuan, menentang perusahaan penebang hutan. Disamping itu di Indonesia, organisasi WALHI juga menjelma sebagai bentuk organisasi yang resisten terhadap globalisasi dan
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 34
kapitalisme global dengan melawan proyek kapitalis yang berbahaya bagi kelangsungan alam.
1.6
Argumentasi Penelitian Dalam tesis ini penulis berargumen bahwa elemen-elemen masyarakat
Bali melakukan resistensi terhadap kapitalisme global dalam proyek reklamasi Teluk Benoa Bali karena alasan reklamasi bertentangan dengan aspek adat, agama, budaya, sosial politik dan kurang mendukung perekonomian masyarakat lokal Bali yang berkelanjutan. Elemen masyarakat Bali melakukan perlawanan melalui perjuangan ritual, demonstrasi, diplomasi maupun gerakan kreatif.
1.7
Metodologi Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5) penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang teliti. Subjek yang diteliti dapat berupa perorangan, keluarga, lembaga, komunitas, dan tempat-tempat lain di mana subjek melakukan aktivitas. Peneliti mencatat informasi melalui alat perekam, buku tulis, dan alat lain, kemudian diriview secara keseluruhan oleh peneliti dengan menggunakan insight peneliti sendiri (Bogdan & Biklen, 1998: 17). Karena itu, peneliti diharapkan reflektif terhadap objek yang diteliti dan lebih fleksibel. Sebagaimana
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 35
yang dianjurkan dalam penelitian kualitatif yang mengacu pada critical theory paradigm. Neuman (1997) mendefinisikan empat orientasi penelitian kualitatif, diantaranya: (1) metode kualitatif meletakan data sebagai sesuatu yang bermakna secara instrinsik. Dengan demikian, data yang ada dalam penelitian kualitatif bersifat “lunak”, tidak sempurna, imaterial, kadangkala kabur, dan seorang peneliti kualitatif tidak sepenuhnya mampu mengungkapkan secara sempurna. Namun demikian, data yang ada dalam penelitian kualitatif bersifat empiris, terdiri dari dokumentasi ragam peristiwa, rekaman setiap ucapan, kata dan gestures dari objek kajian, tingkah laku yang spesifik, dokumen-dokumen tertulis, serta berbagai imajinasi visual yang ada dalam sebuah fenomena sosial, (2) Penelitian kualitatif secara luas menggunakan pendekatan interpretatif dan kritis pada masalah-masalah sosial. Peneliti kualitatif memfokuskan dirinya pada makna subjektif, pendefenisian, metafora, dan deskripsi pada kasus-kasus spesifik, (3) penelitian kualitatif menggunakan logika penelitian yang bersifat “logic in practice”, dengan mengikuti dua bentuk logika yaitu logika yang direkontruksi (recontruced logic) dan logika praktik (logic in practice), (4) penelitian kualitatif mengikuti langkah-langkah penelitian yang bersifat non-linier. Artinya seorang peneliti tidak dipandu dengan aturan-aturan yang ketat sebagaimana dalam penelitian kuantitatif. Karena itu, dalam penelitian ini diarahkan untuk menelaah secara kritis fenomena resistensi masyarakat Bali terhadap kapitalisme global dalam wujud proyek reklamasi di Teluk Benoa Bali. Hal-hal yang dapat diamati dalam
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 36
rangkaian peristiwa yang mewarnai resistensi ini adalah munculnya diskursus yang dilontarkan oleh komponen masyarakat Bali dalam menolak proyek reklamasi di Teluk Benoa Bali. Melalui metode ini diharapkan temuan-temuan empiris dapat dideskripsikan secara lebih mendalam, akurat, jelas, dan lebih terinci. 1.7.2 Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Provinsi Bali. Mencakup didalamnya kawasan Teluk Benoa Bali sebagai pusat perencanaan proyek reklamasi. 1.7.3 Metode Pengumpulan Data Peneliti mengawali pengumpulan data dengan melakukan observasi, agar peneliti lebih memahami secara mendalam setting reklamasi dan mengenal subjek penelitian dengan baik. Mengamati gejala-gejala yang timbul dari apa yang diteliti. Dengan kata lain mencoba mencatat suatu gejala dengan bantuan-bantuan istrumen dan merekamnya demi menemukan fakta-fakta empirik. Lebih dari itu menurut Denzin dan Lincoln (2010 dalam Musahwi 2013), metode observasi sendiri bukan sekedar data visual saja. Tetapi seluruh indra dapat sepenuhnya dikaji. Dengan demikian, observasi dapat diartikan sebagai kumpulan kesan tentang dunia sekitar penelitian berdasarkan kemampuan daya serap panca indra peneliti. Melalui observasi ini, peneliti akan lebih mudah masuk ke dalam dunia subjek yang diteliti. Karena itu, untuk memperoleh kepercayaan dari subjek yang diteliti, peneliti harus mempunyai akses dan dapat membangun koneksi dengan masyarakat. Dengan begitu, harapannya peneliti dapat diterima dengan baik
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 37
dalam menyampaikan maksud penelitian dan dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara mendalam (indepth interview) bersifat tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview) memberikan ruang yang lebih luas dibanding dengan tipe wawancara lain, karena peneliti tidak terikat oleh pedoman wawancara yang terkesan formal. Menurut Francken (Brannen, 2005: 11) teknik ini lebih mendorong agar peneliti lebih fleksibel dan reflektif sehingga mendapat wawasan-wawasan imajinatif ke dalam dunia sosial informan. Dengan demikian wawancara dapat berlangsung layaknya perbincangan atau dialog yang panjang (long open-ended) kepada informan demi mendapatkan data yang mendalam dan juga memungkinkan munculnya pertanyaan baru yang bersifat menyesuaikan dengan jawaban-jawaban informan. Dalam menentukan informan sebagai subjek penelitian ini dilakuakn secara pusposive dan snow ball . Dengan demikian, maka peneliti menentukan informan yang disesuaikan dengan topik kajian, yaitu informan yang menguasai informasi dan sebagai aktor yang diteliti. Namun peneliti juga memperluas subjek penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan data lapangan, meminta rekomendasi terhadap informan sebelumnya hingga data-data lapangan telah dianggap mencukupi dan menjawab persoalan penelitian. Beberapa informan tersebut diantaranya mewakili komponen masyarakat Bali. Masing- masing informan dapat dijelaskan di bawah ini :
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 38
Tabel 1.3. Data Informan Penelitian No 1
Nama Kartini *
Peran/Posisi Akademisi, Tokoh Spiritual
L/P P
2 3
Agus Sugita*
L L
4 5 6 7 8
Adi Darmoko* Gendo * Angga* Roby
Akademisi, Elemen Adat Tokoh Masyarakat Adat dan Budayawan Elemen Muda Adat Aktifis Lingkungan Aktifis Lingkungan Musisi, Pegiat Seni Musisi, Pegiat Seni
L L L L L
* Informan Kunci Pertimbangan penentuan karakteristik informan penelitian didasarkan pada masing-masing aktor yang terkait langsung dengan studi ini. Selain metode di atas, sebagai data sekunder peneliti juga mengumpulkan data-data atau catatan dan dokumen lainnya sebagai pelengkap data primer yang tidak ditemukan di lapangan. Dokumen tersebut bisa berupa buku, berita koran, artikel, majalah, jurnal, dan foto-foto. Menurut Lincoln dan Guba, informasi dalam bentuk dokumen ini sangat bermanfaat dalam penelitian, karena sebagai sumber yang stabil dan mungkin akurat sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya, juga dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan. 1.7.4 Metode Analisis Data Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan datadata dalam pola kategori dan satuan uraian data sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti disarakan oleh data (Moleong, 2006: 103 dalam Musahwi 2013). Menurut Bogdan & Taylor, (1992: 137) analisis data
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 39
adalah proses yang memerlukan usaha untuk secara formal mengidentifikasi tema-tema dan menyusun gagasan-gagasan yang ditampilkan oleh data, serta upaya untuk menunjukan bahwa tema tersebut didukung oleh data. Di dalam melakukan teknik analisis data, peneliti telah memulainya sejak memasuki lokasi penelitian. Karena pada prinsipnya, analisis data penelitian kualitatif dilakuakn selama proses penelitian. Karena itu, tidak sekedar terpaku dengan urutan-urutan rencana yang telah disusun sebelumnya. Akan tetapi sebagaimana dalam penelitian kualitatif umumnya, dalam hal ini Miles dan Huberman (1992) memberikan panduan diantaranya: reduksi data, penyajian data, kesimpulan/verifikasi data. Ketiganya saling berhubungan secara interaktif selama dan sesudah pengumpulan data. Reduksi data dimulai dari mengumpulkan semua data, observasi, wawancara dan catatan lapangan yang telah ditulis, dan kemudian membaca dengan seksama agar ditemukan kesesuainnya. Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan, menelusuri tema, membuat satuan-satuan data yang lebih kecil sesuai dengan isu-isu yang dikaji. Satuan-satuan tersebut diberi tanda (kode) sehingga mempermudah peneliti dalam memaparkan data. Dengan demikian dapat diartikan reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian, menyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola serta membuang yang dianggap tidak perlu. Reduksi data dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 40
banyak, untuk itu perlu dipilih dan dipilah sesuai dengan kebutuhan dalam pemecahan masalah penelitian. Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian (display) data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Melalui penyajian data diharapkan akan mempermudah peneliti dalam memahami maknanya sehingga proses ini dapat mengantarkan peneliti menjawab rumusan masalah penelitian. Verifikasi dan kesimpulan, bagian ini merupakan proses membuat sesuatu kesimpulan yang terbuka dan longgar, setiap kesimpulan-kesimpulan yang dibuat selama proses penelitian akan terus menerus diverifikasi sehingga diperoleh suatu konklusi yang valid. Dalam rangka menguji validitas dan kredibilitas data, peneliti meminjam kerangka konsep yang dikembangkan oleh Patton (Moleong, 2006: 330) yang disebut dengan triangulasi, yakni dengan memanfaatkan yang lain di luar data itu untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, antara lain dijelaskan berikut: Pertama, membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; kedua, membandingkan apa yang dikatakan informan di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; Ketiga, membandingkan apa yang dikatakan informan tentang situasi penelitian dengan apa yang dikataknnya sepanjang waktu; Keempat, membandingkan keadaan/ situasi tertentu dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R e s i s t e n s i M a s y a r a k a t L o k a l T e r h a d a p K a p i t a l i s m e G l o b a l | 41
informan lain; Kelima, membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumendokumen yang berkaitan. 1.7.5 Sistematika Penulisan Secara sistematis, penulisan hasil penelitian ini dirancang dalam lima bab. Bab pertama adalah bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, serta metodologi yang terdiri dari teknik pengumpulan data, teknik analisis data, jangkauan penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua menuliskan tentang gambaran umum wilayah studi yakni Teluk Benoa mencakup di dalamnya kondisi fisik dan lingkungan, kondisi sosial budaya, kondisi ekonomi dan menjelaskan posisi vital Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi. Bab ketiga merupakan penjelasan tentang alasan penolakan yang diungkapkan oleh komponen Masyarakat Bali dalam menunjukan resistensinya terhadap proyek reklamasi Teluk Benoa. Bab keempat mengungkapkan tentang bentuk perlawanan yang dilakukan oleh elemen-elemen masyarakat Bali mencakup didalamnya dari perlawanan terbuka, gerakan solidaritas, diplomasi maupun perjuangan hukum. Bab kelima adalah kesimpulan yang memperlihatkan hasil analisis data yang dihasilkan penelitian ini.
******************
TESIS
RESISTENSI MASYARAKAT LOKAL....
WAYAN SUANTIKA