ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI SURABAYA - JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Andriana Kusuma Wardhani N I M : 140911105 Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 24 Juli 1991 Alamat : Perum. Siwalan Permai IA no. 8 - Tuban. Telp./HP : 087753311153 Judul Skripsi : Gambaran Histopatologi Kulit dan Insang Benih Ikan Lele (Clarias sp.) yang Terinfeksi Saprolegnia sp. dan yang Telah Diobati dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Pembimbing : 1. Sudarno, Ir., M.Kes. 2. Rahayu Kusdarwati, Ir. M.Kes. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari dana pribadi. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia : 1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga; 2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi; 3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab. XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolaholah hasil pemikiran saya sendiri Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Surabaya, 10 Juli 2014 Yang membuat pernyataan,
Andriana Kusuma W. NIM. 140911105
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh: ANDRIANA KUSUMA WARDHANI NIM : 140911105
Menyetujui Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama,
Pembimbing Serta,
Sudarno, Ir., M. Kes
Rahayu Kusdarwati, Ir., M. Kes
NIP. 19550713 198601 1 001
NIP. 19591022 198601 2 001
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
Oleh: ANDRIANA KUSUMA WARDHANI SURABAYA–JAWA TIMUR
Telah diujikan pada Tanggal
: 24 Juni 2014
KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua
: Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.
Anggota
: Prof.Dr.Hari Suprapto,Ir.,M.Agr. Prof. Dr. Dewa Ketut Meles,drh., M.S. Sudarno, Ir., M. Kes Rahayu Kusdarwati, Ir., M. Kes
Surabaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Dekan,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh.,DEA NIP. 19520517 197803 2 001
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN ANDRIANA KUSUMA WARDHANI. Gambaran Histopatologi Kulit dan Insang Benih Ikan Lele (Clarias sp.) yang Terinfeksi Saprolegnia sp. dan yang telah diobati dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.). Dosen Pembimbing Sudarno, Ir., M.Kes. dan Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. Ikan lele menjadi salah satu komoditi hasil perikanan yang memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Salah satu penyakit yang umumnya menyerang ikan lele adalah penyakit saprolegniasis yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Beberapa tumbuhan obat tradisional yang diketahui dapat dimanfaatkan dalam pengendalian berbagai agen penyebab penyakit ikan salah satunya adalah daun sirih (Piper betle L.). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi insang dan kulit benih ikan lele (Clarias sp.) yang terinfeksi oleh Saprolegnia sp. dan yang telah diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan perlakuan pemberian ekstrak daun sirih dengan dosis 3,2 %. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya dan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga pada bulan Agustus 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi nekrosis pada bagian kulit benih ikan lele (Clarias sp.) yang terinfeksi Saprolegnia sp. Sedangkan pada perlakuan jaringan yang terinfeksi Saprolegnia sp. dan telah diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L) struktur jaringan kulit tetap pada kondisi normal karena Saprolegnia sp. tidak mampu menginfeksi jaringan kulit dan insang benih ikan lele (Clarias sp.).
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SUMMARY ANDRIANA KUSUMA WARDHANI. Histopatologic Representation of Catfish’s seeds (Clarias sp.) Skin and Gills which Infected by Saprolegnia sp. and Have Been Treated by Betel Leaf Extract (Piper betle L.). Academic Advisor Sudarno, Ir., M.Kes. and Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. Catfish is one of fisheries commodity which have good prospect, in demand and also price. One of fish diseases which commonly attacked to catfish is saprolegniasis caused by Saprolegnia sp. Several traditional medicine plants which have known has advantages to control various fish diseases agent is betel leaf (Piper betle L.) The aim of this research was to know histopat represent skin and gill of catfish seeds (Clarias sp.) which infected by Saprolegnia sp and have been treated by betel leaf extract (Piper betle L.). This research using descriptive methods which treated by 3,2% dosage of betel leaf extract. This research was done at laboratory of fisheries and marine faculty and laboratory of veterinary faculty of Airlangga University Surabaya in August 2013. The result of this research show that there was necrotic in catfish seed’s skin (Clarias sp.) which infected by Saprolegnia sp. In other treatment which infected by Saprolegnia sp. and has been treated by betel leaf extract (Piper betle L.) the tissue structure still in a normal condition because Saprolegnia sp. can’t infected the skin and gill’s tissue of catfish seeds (Clarias sp.).
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga Skripsi tentang Gambaran Histopatologi Kulit dan Insang Benih Ikan Lele (Clarias sp.) yang Terinfeksi Saprolegnia sp. dan yang Telah Diobati dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.) ini dapat terselesaikan. Laporan skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium Basah Fakultas Perikanan dan Kelautan dan Laboratorium Histologi dan Patologi Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khusus bagi Mahasiswa Program Studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perikanan. Surabaya, Juni 2014 Penulis
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan ucapan syukur Alhamdulillah, atas terselesaikannya laporan ini, tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada : 1.
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA, selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
2.
Bapak Sudarno, Ir., M.Kes., dan Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran yang membangun
mulai
dari
penyusunan
proposal,
penelitian,
sampai
terselesaikannya laporan penelitian ini. 3.
Ibu Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP., Bapak Prof. Dr. Dewa Ketut Meles, drh., MS., dan Bapak Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M.Agr. selaku selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan proposal dan laporan skripsi ini.
4.
Ibunda Emmy Mardiyati,
Ayahanda Heru Budijono, dan Ranggalawe
Maestro Nusantara serta semua keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril, materi, dan doa. 5.
Teman tim penelitian Wisnu Alfaristha, Widya Pratiwi dan Nadia Fieras yang telah bekerja sama dalam penelitian ini.
6.
Sahabat tercinta Nur Fitriani, Almira Fardani, Thia Aminah, Kunti Kalmasyita, Fika Rachmawati, dan Rr. Wynne Ayu Sonia terimakasih atas doa dan dukungan kalian semua.
7.
Keluarga BUPER ’09, kakak-kakak dan adik angkatan serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................
ii
RINGKASAN ..........................................................................................................
vi
SUMMARY .............................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI.............................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
x
I.
1
PENDAHULUAN ..........................................................................................
1.1.............................................................................................. Latar Belakang...................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3 1.3. Tujuan.......................................................................................... 4 1.4. Manfaat........................................................................................ 4 II.
Tugas Akhir
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
5
2.1.
Ikan Lele (Clarias sp) .......................................................................... 2.1.1 Klasifikasi................................................................................ 2.1.2 Morfologi................................................................................. 2.1.3 Habitat ..................................................................................... 2.1.4. Makanan .................................................................................. 2.1.5 Tingkah Laku...........................................................................
5 5 6 7 8 8
2.2.
Daun Sirih (Piper betle L.) .................................................................. 2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi........................................................ 2.2.2 Kandungan dan Khasiat Kimia................................................
9 9 10
2.3.
Jamur Saprolegnia sp. ......................................................................... 2.3.1 Klasifikasi................................................................................ 2.3.2 Morfologi................................................................................. 2.3.3 Siklus Hidup ............................................................................
12 12 13 13
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Infeksi Saprolegnia sp. ...........................................................
14
Histopatologi ........................................................................................ A. Inflamasi ...................................................................................... B. Hemoragi ..................................................................................... C. Edema .......................................................................................... D. Degenerasi ...................................................................................
15 16 17 17 18
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ........................................ 3.1. Kerangka Konseptual ........................................................................... 3.2. Hipotesis............................................................................................... METODOLOGI..............................................................................................
19 22 23 24
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
24
4.2.
Metode Penelitian.................................................................................
24
4.3.
Materi Penelitian .................................................................................. 4.3.1 Bahan Penelitian .......................................................................... 4.3.2 Alat Penelitian .............................................................................
24 24 25
4.4.
Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 4.4.1 Persiapan Alat dan Bahan ............................................................ 4.4.2 Prosedur Kerja ............................................................................. A. Pembuatan Larutan Zoospora ......................................... B. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih ........................................ C. Pembuatan Salep.............................................................. D. Infeksi Buatan Saprolegnia sp. ....................................... E. Pengobatan.......................................................................
25 25 26 26 27 28 28 29
4.5.
Parameter Penelitian.............................................................................
30
4.6.
Analisis Data ........................................................................................
30
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
32
5.1.
Hasil Penelitian..................................................................................... 5.1.1 Identifikasi ................................................................................... 5.1.2 Hasil Infeksi Saprolegnia sp........................................................ 5.1.3 Hasil Gambaran Histopatologi..................................................... A Kulit Normal............................................................................ B Insang Normal ......................................................................... C Kulit Terinfeksi Saprolegnia sp. ............................................ D Insang Terinfeksi Saprolegnia sp. ........................................... E Kulit yang Diobati Ekstrak Daun Sirih.................................... F Insang yang Diobati Ekstrak Daun Sirih ................................. 5.1.4 Kualitas Air..................................................................................
32 32 32 34 34 35 35 36 37 37 38
5.2.
Pembahasan ..........................................................................................
39
2.3.3 2.4.
III.
IV.
V.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
5.2.1 Kualitas Air..................................................................................
40
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
42
6.1 6.2
Kesimpulan........................................................................................... Saran.....................................................................................................
42 42
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
43
LAMPIRAN..............................................................................................................
48
VI.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Hasil Kisaran Nilai Kualitas Air ….………………………………..
Tugas Akhir
40
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Ikan Lele (Clarias sp.)......………………..........................…………..
5
2. Daun Sirih (Piper betle L.). ....…………………….....................……
9
3. Saprolegnia sp...................... …………………….......................……
12
4. Pengamatan preparat basah sampel kulit yang mengalami lesi akibat infeksi Saprolegnia sp...........…………………...........………………………
15
5. Kerangka konseptual …………………......................................…….
22
6. Haemocytometer......... ………………................................……...…..
26
7. Koloni Saprolegnia sp....................................... …..........................…
32
8. a. Benih Ikan Lele sehat..................... ………………..........…….......
33
b. Benih Ikan Lele Yang Terinfeksi Saprolegnia sp ……...................
33
9. Gambaran histopatologi kulit benih ikan lele kontrol, pewarnaan HE, perbesaran 200x.…………………....………......................…………
34
10. Gambaran histopatologi insang benih ikan lele kontrol, pewarnaan HE, perbesaran 200x.................................................................................... 35 11. Gambaran histopatologi kulit benih ikan lele yang terinfeksi Saprolegnia sp., pewarnaan HE, perbesaran 200x....................................................…
36
12. Gambaran histopatologi insang benih ikan lele yang terinfeksi Saprolegnia sp., pewarnaan HE, perbesaran 200x.................................................
Tugas Akhir
37
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
13. Gambaran histopatologi kulit benih ikan lele setelah pengoabatan, pewarnaan HE, perbesaran 100x......................................................................…
38
14. Gambaran histopatologi insang benih ikan lele setelah diobati, pewarnaan HE, perbesaran 200x..............................................................................…
Tugas Akhir
39
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Benih ikan lele normal dan diinfeksi Saprolegnia sp…….......……..
49
2. Pembuatan Pewarnaan HE (Haematoksilin-Eosin)................. ….…..
50
3. Pembuatan Sediaan Preparat Histopatologi …......................……….
51
4. Data Kualitas Air Selama 7 hari……............…………………...…...
52
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele menjadi salah satu komoditi hasil perikanan yang sangat digemari dan merupakan salah satu ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan lele digemari semua lapisan masyarakat sebagai protein hewani alternatif yang harganya murah, mudah untuk diolah, bergizi tinggi dan rasanya enak. Komoditi ini membuat ikan lele memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya (Bachtiar, 2006). Kulit ikan yang sehat adalah berlendir. Lendir ini berfungsi sebagai penangkal jamur ataupun cendawan eksternal lainnya yang sering menginfeksi kulit ikan. Cendawan eksternal yang seirng menginfeksi kulit ikan adalah Saprolegnia sp. Saprolegnia sp. biasanya menginfeksi kulit ikan jika kondisi pertahanan tubuh ikan kurang baik, misalnya karena proses transportasi. Tanda-tanda ikan yang terserang oleh Saprolegnia sp. adalah adanya spora-spora yang muncul pada permukaan kulit ikan yang kemudian berkembang dan tumbuh kedalam kulit. Spora tersebut menyerupai lapisan serat kapas yang berwarna putih kelabu hingga kecoklatan. Untuk mengatasi permasalahan akibat serangan agen patogenik pada ikan, para petani maupun pengusaha ikan banyak menggunakan berbagai bahan-bahan kimia maupun antibiotika dalam pengendalian penyakit tersebut. Namun dilain pihak pemakaian bahan kimia dan antibiotik secara terus menerus dengan dosis atau konsentrasi yang kurang atau tidak tepat, akan menimbulkan masalah baru berupa meningkatnya resistensi mikroorganisme terhadap bahan tersebut. Selain
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
itu, masalah lainnya adalah bahaya yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya, ikan yang bersangkutan, dan manusia yang mengonsumsinya. Beberapa bahan kimia yang umum digunakan sebagai anti jamur antara lain adalah methylene blue dan gentian violet. Selain itu, NaCl juga diketahui efektif dalam mengobati serangan jamur Saprolegnia sp. Namun, penggunaan anti jamur berbahan kimia dalam jangka waktu yang panjang dan secara terus-menerus sebaiknya dihindarkan karena dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi organisme yang menggunakannya dan bagi lingkungan itu sendiri (Purwakusuma, 2002). Berkaitan dengan permasalahan tersebut, perlu ada alternatif bahan obat yang lebih aman yang dapat digunakan dalam pengendalian penyakit ikan. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan tumbuhan obat tradisional yang bersifat anti parasit, anti jamur, anti bakteri, dan anti viral. Beberapa keuntungan menggunakan tumbuhan obat tradisional antara lain relatif lebih aman, mudah diperoleh, murah, tidak menimbulkan resistensi, dan relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya. Beberapa tumbuhan obat tradisional yang diketahui dapat dimanfaatkan dalam pengendalian berbagai agen penyebab penyakit ikan salah satunya adalah daun sirih (Piper betle L.). Wijayakusuma dkk. (1992) mengatakan bahwa sirih sudah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Semua bagian tanaman, akar, daun dan bijinya dapat digunakan untuk obat tetapi daunnya lebih banyak digunakan. Cukup banyak jenis bahan kimia yang terdapat pada sirih dan pemakaiannya sebagai obat tradisional sudah lama dikenal. Khasiat dari daun sirih
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
selain sebagai styptic (penahan darah) dan vulnerary (obat luka pada kulit) juga berdaya antioksida, antiseptik, fungisida, dan sebagai bakterisidal. Widarto (1990) juga mengatakan bahwa daun sirih mengandung minyak atsiri yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba. Infeksi suatu penyakit baik yang infeksius maupun yang non-infeksius dapat didiagnosa dengan beberapa cara, diantaranya dengan diagnosa secara histopatologi yang bertujuan untuk mendapatkan berbagai informasi tentang penyakit. Histopatologi merupakan penelusuran penyakit secara mikroskopik dimana dalam pengamatan histopatologi informasi yang diperoleh dalam bentuk gambaran perubahan organ atau jaringan. Informasi yang diperoleh juga dapat digunakan sebagai data untuk mengetahui ada atau tidak infeksi penyakit serta untuk meramalkan proses kejadian penyakit dan tingkat epidemik suatu penyakit. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana gambaran histopatologi pada insang dan kulit benih ikan lele (Clarias sp.) yang terinfeksi Saprolegnia sp. ? b. Bagaimana gambaran histopatologi pada insang dan kulit benih ikan lele (Clarias sp.) yang telah diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L.)?
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1.3 Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah : a. Mengetahui gambaran histopatologi insang dan kulit benih ikan lele (Clarias sp.) yang terinfeksi oleh Saprolegnia sp. b. Mengetahui gambaran histopatologi insang dan kulit benih ikan lele (Clarias sp.) yang telah diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L). 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan adalah dapat mengetahui dan menjelaskan secara deskriptif bagaimana perubahan patologi pada insang dan kulit benih ikan lele (Clarias sp.) yang terinfeksi Saprolegnia sp. dan diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) berdasarkan perubahan dari gambaran histopatologi.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele (Clarias sp.) 2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele (Clarias sp.) Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan lele lokal adalah sebagai berikut: Phylum : Vertebrata Class : Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Ostariophysoidei Sub Ordo : Siluroidea Family : Claridae Genus : Clarias Spesies : Clarias sp.
Gambar 1. Ikan Lele (Clarias sp.) (Najiyati,1992) 2.1.2 Morfologi Ikan Lele (Clarias sp.) adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang serta memiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ikan ini sebenarnya terdiri atas berbagai jenis (spesies). Sedikitnya terdapat 55 spesies ikan lele di seluruh dunia. Bagian kepala ikan lele pipih ke bawah (depressed), bagian tengahnya membulat dan bagian belakang pipih ke samping (compressed) serta dilindungi
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
oleh lempengan keras berupa tulang kepala. Tubuh ikan lele memanjang silindris serta tidak mempunyai sisik, namun tetap licin jika dipegang karena adanya lapisan lendir (mucus) (Najiyati, 1992). Siripnya terdiri atas lima jenis yaitu sirip dada (dorsal), sirip punggung (pectoral), sirip perut (ventral), sirip dubur (anal) dan sirip ekor (caudal). Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat membentuk ruangan rongga diatas insang, dimana terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat. Selain berfungsi dalam pertukaran gas, insang berfungsi sebagai pengatur pertukaran garam dan air, pengeluaran limbah-limbah yang mengandung nitrogen. insang juga dilengkapi dengan lapisan sel-sel penghasil mukus dan sel-sel yang mengkresi ammonia dan kelebihan garam. Pada bagian tepi tengah anterior dilengkapi struktur (gill rackers) yang berperan menyaring partikel-partikel pakan (Roberts, 2001). Meskipun panjang usus ikan bisa berbeda-beda sesuai dengan makanannya, tetapi kebanyakan usus ikan merupakan suatu tabung sederhana yang tidak dapat bertambah diameternya untuk membentuk suatu kolon dibagian belakangnya. Usus bisa lurus, melengkung, atau bergulung-gulung sesuai dengan bentuk dari rongga perut ikan. Rektum pada ikan berdinding lebih tebal daripada usus dan sangat berlendir serta dapat sangat berkembang (Nabib dan Pasaribu, 1989). Kulit merupakan penghalang fisik terhadap perubahan lingkungan serta serangan patogen dari luar tubuh. Lapisan kulit terdiri dari kutikula, epidermis, membran basalis, dermis, dan hipodermis. Ikan lele tidak memiliki keratin pada
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
epidermisnya,
tetapi
dilapisi
oleh
kutikula
yang
memiliki
mukus,
mukopolisakarida, immunoglobulin spesifik, lisozim dan sejumlah asam lemak bebas (Irianto, 2005). Kulit merupakan bagian dari sistim perlindungan fisik tubuh ikan. Pada umjumnya kerusakan kulit dapat terjadi akibat penanganan (handling stress), kelebihan populasi, serta infeksi parasit dan jamur. Infeksi parasit dan jamur dapat menyebabkan gangguan berupa kerusakan insang dan kulit. Kerusakan pada kulit akan mempermudah patogen menginvasi inang. Banyak kasus menyebutkan bahwa kematian ikan sebenarnya akibat dari infeksi sekunder oleh bakteri sebagai kelanjutan infestasi parasit dan jamur yang berat dan berakibat pada kerusakan pelindung fisik tubuh seperti mukus dan kulit (Irianto, 2005). 2.1.3 Habitat Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali ikan lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda. Habitatnya di sungai dengan arus yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air, semua perairan tawar dpat menjadi lingkungan hidup atau habita ikan lele. Di alam bebas, ikan lele lebih menyukai air yang arusnya mengalir perlahan-lahan atau lambat. Ikan lele kurang menyukai aliran air arus yang deras (Najiyati, 1992). Ikan lele sangat toleransi terhadap suhu air yang cukup tinggi yaitu 20 o – 35o C, disamping itu ikan lele dapat hidup pada kondisi lingkungan perairan yang jelek. Kondisi air dengan kandungan oksigen yang sangat minim lele masih dapat bertahan hidup, karena memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut organ arborescent (Najiyati, 1992).
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.1.4 Makanan Menurut Najiyati (1992), ikan lele bersifat nokturnal atau mencari makan pada malam hari. Pada siang hari, ikan ini memilih berdiam diri dan berlindung di tempat yang gelap. Ikan lele temasuk ikan omnivora cenderung carnivora. Di alam bebas, makanan alami ikan lele terdiri dari jasad-jasad renik seperti zooplankton dan fitoplankton, anak ikan dan sisa bahan organik yang masih segar. Ikan lele juga dapat menyesuaikan diri untuk memakan pakan buatan.
2.1.5 Tingkah Laku Ikan lele adalah ikan yang hidup di air tawar dan bersifat nokturnal, artinya ia aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap. Siang hari yang cerah, ikan lele lebih suka berdiam di lubang-lubang atau tempat yang tenang dan aliran air yang tidak terlalu deras. Ikan lele membuat sarang di dalam lubanglubang di tepi sungai, tepi rawa-rawa atau pematang sawah dan kolam yang teduh dan terang. Pergerakan ikan lele tidak terlalu agresif, patilnya mengandung racun, warna kulitnya berubah menjadi hitam bila terkejut atau stress, dan dapat membuat lubang di kolam atau pematang. Secara alami lele bersifat nokturnal, tetapi dalam usaha budidaya akan beradaptasi (diurnal). Secara periodik lele akan muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen bebas. Lele mampu bergerak di darat menggunakan sirip dada. Padat penebaran yang relatif tinggi dan keadaan lapar dapat memacu sifat kanibalisme (Anonim, 1992).
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.2 Deskripsi Daun Sirih (Piper betle L.) 2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Daun Sirih (Piper betle L.) Klasifikasi lengkap tanaman sirih menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) adalah sebagai berikut : Devisio Subdevisio Kelas Ordo Familia Genus Species
: Spermatopyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Piperales : Piperaceae : Piper : P. betle Linn
Gambar 2. Daun Sirih (Piper betle L.) (Sastroamidjojo, 1997) Wijayakusuma dkk. (1992) mengatakan bahwa sirih sudah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Tanaman ini banyak ditanam orang di pekarangan, batangnya berwarna hijau kecokelatan. Permukaan kulit kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodul atau ruas yang besar tempat keluarnya akar. Daun ini tumbuh memanjat dan bersandar pada batang lain, tinggi dapat mencapai 5 – 15 m. Daun tebal, tumbuh berseling, bertangkai, daun berbentuk
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
jantung dengan ujung daun meruncing. Tepi rata. Lebar 2.5 – 10 cm, panjang 5 – 18 cm, mengeluarkan bau aromatik bila diremas. Semua bagian tanaman, akar, daun dan bijinya digunakan untuk obat tetapi daunnya lebih banyak digunakan dan dikenal daripada buahnya. Cukup banyak jenis bahan kimia yang terdapat pada sirih dan pemakaiannya sebagai obat tradisional sudah lama dikenal.
2.2.2 Kandungan dan Khasiat Kimia Kandungan kimia utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah minyak atsiri. Selain minyak atsiri, senyawa lain yang menentukan mutu daun sirih adalah vitamin, asam organik, asam amino, gula, tanin, lemak, pati dan karbohidrat. Komposisi minyak atsiri terdiri dari senyawa fenol, turunan fenol propenil (sampai 60%). Komponen utamanya eugenol (sampai 42,5 %), karvakrol, chavikol, kavibetol, alilpirokatekol, kavibetol asetat, alilpirokatekol asetat, sinoel, estragol, eugenol, metil eter, p-simen, karyofilen, kadinen, dan senyawa seskuiterpen (Darwis, 1992). Menurut Hidayat (1968) dalam Dwiyanti (1996), di dalam 100 g daun sirih segar mengandung komposisi sebagai berikut : kadar air 85,4 g, protein 3,1 g, lemak 0,8 g, karbohidrat sebanyak 6,1 g, serat 2,3 g, bahan mineral 2,3 g, kalsium 230 mg, fosfor 40 mg, besi 7,0 mg, besi ion 3,5 g, karoten (dalam bentuk vitamin A) 9600 IU, tiamin 70 ug, riboflavin 30 ug, asam nikotionat 0,7 mg dan vitamin C 5 mg. Sedangkan menurut Tampubolon (1981) dalam Dwiyanti (1996), daun sirih mengandung senyawa tanin, gula, vitamin, dan minyak atsiri. Minyak atsiri daun sirih yang berwarna kuning kecokelatan mempunyai rasa getir, berbau wangi dan
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter, dan kloroform, serta tidak larut dalam air (Soemarno, 1987 dalam Dwiyanti, 1996). Khasiat dari daun sirih ini selain sebagai styptic (penahan darah) dan vulnerary (obat luka pada kulit) juga berdaya antioksida, antiseptik, fungisida dan bahkan sebagai bakterisidal. Hal ini juga dikatakan oleh Widarto (1990) bahwa daun sirih mengandung minyak atsiri yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba. Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih mempunyai aktivitas terhadap beberapa bakteri Gram positif dan Gram negatif (Darwis, 1992). Menurut Co (1989), efek antibakterial yang dimiliki oleh daun sirih ini karena adanya minyak atsiri dan chavibetel, kandungan arakene bersifat alkaloid yang kerjanya seperti coccaine dan tanin. Sebagai obat, seduhan daun sirih dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, menciutkan pembuluh darah serta sebagai obat batuk. Daun sirih yang masih segar dapat dipergunakan untuk mencuci mata. Demikian pula dengan penyakit kulit, wasir, keringat bau, sakit gigi, asma dan produksi air susu ibu yang berlebihan dapat dicegah dan disembuhkan dengan daun sirih (Dharma, 1985 dalam Dwiyanti, 1996).
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.3 Saprolegnia sp. 2.3.1 Klasifikasi Klasifikasi Saprolegnia sp. menurut Scott (1961) dalam Mulyani (2006) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Protista : Phycomycetes : Oomycetes : Saprolegnialis : Saprolegniaceae : Saprolegnia : Saprolegnia sp.
Gambar 3. Saprolegnia sp. (Hutchison and Barron, 1997) 2.3.2 Morfologi Saprolegnia sp. merupakan jamur yang menginfeksi ikan dan telur ikan air tawar. Sparolegnia sp. adalah jamur air yang mempunyai oogonia dan oospora. Perkembangbiakannya secara aseksual, dengan ujung hifanya membesar dan diisi dengan protoplasma padat yang akan membentuk suatu oogonium berbentuk bola. Telur berbentuk bola terpisah dari protoplasma dan membentuk oospora. Oospora
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dapat bertahan terhadap gangguan cuaca dan iklim selama bertahun-tahun, dan akan memulai kehidupan yang baru apabila kondisi sudah memungkinkan. Pertumbuhan jamur Saprolegnia sp pada tubuh ikan atau telur atau substrat yang cocok dipengaruhi oleh suhu air. Sebagian besar Saprolegnia sp. mampu berkembang (minimum) pada suhu air antara 0 – 5 °C, tumbuh sedang pada 5 15°C, pertumbuhan optimum pada 15 – 30 °C, dan menurun pada suhu 28 - 35 °C. Walaupun sebagian besar ditemukan di air tawar, namun jamur ini juga toleran dengan air payau sehingga ditemukan juga hidup di air payau (Khoo, 2000). Jamur Saprolegnia sp. terlihat seperti kapas bila berada di dalam air, namun jika tidak di air akan terlihat sebagai kotoran kesat. Jamur Saprolegnia sp. memiliki warna putih ataupun abu-abu. Warna abu-abu juga bisa mengindikasikan adanya bakteri yang tumbuh bersama-sama dengan struktur jamur Saprolegnia sp. tersebut. Selama beberapa saat, jamur Saprolegnia sp. bisa berubah warna menjadi coklat atau hijau ketika partikel-partikel di air (seperti alga) melekat ke filament. 2.3.3 Siklus Hidup Saprolegnia sp. tidak dapat mensintesis nutrisi karena bersifat heterotrof yaitu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Saprolegnia sp. dikategorikan sebagai saprofit yang menggunakan bahan organik ataupun sebagai parasit yang menginfeksi mahluk hidup agar dapat bertahan hidup (Khoo, 2000).
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada saat awal menginfeksi, Saprolegnia sp. menghasilkan lebih banyak zoospora yang dapat menginfeksi lebih banyak telur sehingga sangat penting untuk dapat memindahkan telur yang mati dari bak pembenihan (Carlson, 2005) namun metode ini memerlukan ketelitian dan dapat menyebabkan kerusakan pada telur sehat (Carlson, 2005). Pada tahap ini diperlukan bahan yang bersifat fungistatik untuk menghambat pertumbuhan Saprolegnia sp. dari telur yang mati yang terinfeksi dan menghambat penyebaran Saprolegnia sp.
2.3.4 Infeksi Saprolegnia sp. Gejala klinis pada ikan yang terinfeksi oleh Saprolegnia sp. yaitu menampakkan koloni fungi berbentuk seperti kapas berwarna putih atau abu-abu pada kulit atau insang. Pada kasus berat akan terjadi kerusakan jaringan yang menyebabkan terjadinya nekrosis (Carlson, 2005). Pada gambaran histopatologi organ yang terinfeksi Saprolegnia sp. ditemukan adanya hifa tak bersepta pada jaringan pewarnaan HE, sedikit dijumpai peradangan dan pada daerah superfisial otot kadang tidak dijumpai adanya penyebaran sel jamur. Struktur hifa Saprolegnia sp. yang diambil dari lesi sampel kulit atau insang ikan dapat diamati di bawah mikroskop. Pengamatan Saprolegnia di bawah mikroskop menunjukkan hifa transparan (hialin), bercabang, hifa berukuran besar (ukuran 7-40 µm) (Khoo, 2000). Gambaran pengamatan preparat basah sampel kulit ikan yang mengalami lesi akibat Saprolegnia sp. dapat dilihat pada gambar 4.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 4. Pengamatan preparat basah sampel kulit yang mengalami lesi akibat infeksi Saprolegnia sp. (Khoo, 2000) 2.4
Histopatologi Patologi merupakan suatu studi penyakit mencangkup fungsional dan
perubahan morfologi serta reaksi yang berkembang pada organisme akibat infeksi agen dan kekurangan nutrisi (Plumb, 1994). Pemeriksaan histopatologi pada ikan dapat memberikan gambaran perubahan jaringan ikan yang terinfeksi penyakit. Dalam penentuan penyakit pada ikan, diagnosa penyakit merupakan langkah awal yang perlu diterapkan. Pada proses diagnosa penyakit infeksi pada ikan, terdapat hal yang perlu diperhatikan yaitu, tanda-tanda klinis yang meliputi tingkah laku, ciri-ciri eksternal maupun internal serta perubahan patologi. Untuk mengetahui perubahan patologi pada ikan yang terserang penyakit, perlu dilakukan pemeriksaan histologi untuk mendeteksi adanya komponenkomponen patogen yang bersifat infektif melalui pengamatn secara mikro anatomi terhadap perubahan abnormal tingkat jaringan. Histopatologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Histopatologi dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Dengan membandingkan kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui apakah suatu penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu (Wales, 2010). Histopatologi dapat digunakan untuk menemukan dan mendiagnosis penyakit dari hasil pemeriksaan jaringan. Terdapat beberapa perubahan histopatologi diantaranya adalah : A.
Inflamasi Menurut Guyton and Hall (1996), inflamasi (peradangan) ditandai dengan
adanya vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran yang cukup banyak ke ruang interstisial, seringkali pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan dan pembengkakan sel jaringan, sedangkan menurut Roberts (2001), inflamasi merupakan suatu respon pertahanan jaringan yang rusak dan terjadi pada semua vetebrata.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
B.
Hemoragi Hemoragi (pendarahan) adalah kondisi yang ditandai dengan keluarnya
darah dari dalam vaskula akibat dari kerusakan dinding vaskula. Kebocoran dinding ada dua macam melalui kerobekan (per reksis) dan melalui perenggangan jarak antara sel-sel endotel dinding vaskula (per diapedisis). Hemoragi per diapedisis umumnya terjadi pada pembuluh kapiler. Hemoragi per reksis dapat terjadi pada vaskuler apa saja, bahkan dapat terjadi bila dinding jantung robek atau bocor (Smith dan Jones, 1961). C.
Edema Edema merupakan suatu kondisi dimana meningkatnya jumlah cairan
dalam kopartemen jaringan interseluler. Edema terjadi pada jaringan ikat longgar (sub kutis) dan rongga-rongga badan (rongga perut dan di dalam paru-paru) (Underwood, 1992). Edema adalah pembengkakan yang dapat diamati dari akumulasi cairan dalam jaringan-jaringan tubuh. Pembengkakan adalah akibat dari akumulasi cairan yang berlebihan dibawah kulit dalam ruang-ruang didalam jaringanjaringan. Semua jaringan-jaringan dari tubuh terbentuk dari sel-sel dan connective tissues (jaringan-jaringan penghubung) yang menjaga kesatuan dari sel-sel. Jaringan penghubung sekitar sel-sel dan pembuluh-pembuluh darah dikenal sebagai interstitium. Kebanyakan dari cairan-cairan tubuh yang ditemukan diluar sel-sel normalnya disimpan dalam dua ruang-ruang yaitu pada pembuluhpembuluh darah (sebagai bagian yang cair atau serum dari darah) dan ruang-ruang interstitial (tidak berada di dalam sel). Pada berbagai penyakit-penyakit, cairan
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
yang berlebihan dapat berakumulasi dalam satu atau dua dari bagian-bagian ruangan (kompartemen) ini. D.
Degenerasi Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat
keadaan dimana substansi fisiologi berada dalam jumlah yang tidak normal, bertambah atau berkurang di lain tempat. Kerusakan ini bersifat reversibel yang berarti bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera diketahui dan ditangani. Apabila tidak ditangani atau bertambah berat, maka kerusakan dapat menjadi ireversibel, dan sel akan mati. Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversibel inilah yang dinamakan kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam bahan di dalam maupun di luar sel.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS Salah satu cara pengendalian penyakit ikan yang dilakukan oleh petani ikan atau pengusaha ikan selama ini yaitu dengan pemberian obat-obatan berupa bahan kimia dan antibiotika. Namun pemakaian bahan-bahan tersebut di atas secara terus menerus akan menimbulkan masalah baru yaitu meningkatnya resistensi mikroorganisme penyebab penyakit, selain itu juga dapat membahayakan lingkungan perairan di sekitarnya dan ikan-ikan itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan bahan obat lainnya yang relatif lebih aman untuk lingkungan dan efektif dalam mengobati penyakit ikan. Berkaitan dengan permasalahan tersebut, perlu ada alternatif bahan obat yang lebih aman yang dapat digunakan dalam pengendalian penyakit ikan. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan tumbuhan obat tradisional yang bersifat anti parasit, anti jamur, anti bakteri, dan anti viral. Beberapa keuntungan menggunakan tumbuhan obat tradisional antara lain relatif lebih aman, mudah diperoleh, murah, tidak menimbulkan resistensi, dan relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya. Pengendalian berbagai penyakit ikan yang disebabkan oleh agen-agen patogenik dengan menggunakan bermacam-macam tumbuhan obat tradisional, pada saat ini sudah banyak dilakukan dan memberikan hasil yang cukup efektif. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional untuk pengobatan penyakit ikan akibat jamur sudah sering dilakukan di kolam budidaya atau pemeliharaan ikan milik petani atau pengusaha ikan, dan terbukti efektif. Jenis tumbuhan yang paling
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
sering digunakan dalam pengobatan penyakit ikan akibat jamur adalah sirih (Piper betle L.). Daun sirih (Piper betle L.) mengandung saponin, flavanoid serta tanin yang dapat membantu proses penyembuhan luka karena berfungsi sebagai antioksidan dan antimikroba yang mempengaruhi penyambungan luka juga mempercepat epitelisasi (Senthil et al., 2011; Saroja et al., 2012). Kandungan saponin dan tanin berperan dalam regenerasi jaringan dalam proses penyembuhan luka (Reddy et al., 2011). Kandungan saponin mempunyai kemampuan sebagai pembersih atau antiseptik (Toruan, 2007). Saponin dapat memicu vascular endothelial growth factor (VEGF) dan meningkatkan jumlah makrofag bermigrasi ke area luka sehingga meningkatkan produksi sitokin yang akan mengaktifkan fibroblas di jaringan luka (Kimura et al., 2006). Kandungan flavanoid berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba dan juga antiinflamasi pada luka bakar (Harborne dan Williams, 2000; Park et al., 2010). Kandungan tanin mempunyai kemampuan astringen, antioksidan dan antifungi (Nafiu et al., 2011; Lai et al., 2011). Kandungan tanin mempercepat penyembuhan luka dengan beberapa mekanisme seluler yaitu membersihkan radikal bebas dan oksigen reaktif, meningkatkan penyambungan luka serta meningkatkan pembentukan pembuluh darah kapiler juga fibroblas (Sheikh et al., 2011). Sedangkan minyak atsiri mengandung kavikol dan phenol yang berguna sebagai antimikroba, antibakteri, antifungi dan desinfektan (Nafiu et al., 2011; Moeljanto, 2005). Daun sirih (Piper betle L.) mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai alternatif obat untuk pengendalian penyakit ikan akibat jamur. Namun sebelum
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
aplikasi pengobatan dilakukan perlu dilakukan uji toksisitas tumbuhan obat tersebut terhadap ikan dan jamur target, serta metoda aplikasi yang paling efektif. Selain itu, juga perlu dilakukan uji sensitivitas tumbuhan obat terhadap berbagai ukuran atau stadia ikan maupun terhadap jenis-jenis spesies ikan yang berbeda, karena perbedaan ukuran dan spesies ikan akan menghasilkan sensitivitas yang berbeda.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3.1 Kerangka Konseptual Infeksi jamur Saprolegnia sp.
Kematian tinggi pada benih lele
Pengendalian
Bahan alami
Murah
Ramah lingkungan
Ekstrak daun sirih (Piper betle L.) Mengandung senyawa tanin dan minyak atsiri
Bahan kimia
Mahal
Berbahaya bagi organisme dan lingkungan
- Mengandung minyak atsiri, vitamin, asam organik, asam amino, gula, tanin, lemak, pati, dan karbohidrat
Menghambat pertumbuhan Saprolegnia sp. Alternatif pengobatan infeksi jamur
Gambar 4. Kerangka konseptual
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3.2 Hipotesis Berdasarkan permasalahan dan tujuan, dapat diajukan hipotesis bahwa terdapat perubahan gambaran histopatologi pada insang dan kulit yang terinfeksi Saprolegnia sp. dan yang telah diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L.).
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
IV METODOLOGI
4.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Basah Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya dan di Laboratorium Histologi dan Patologi
Fakultas
Kedokteran
Hewan
Universitas
Airlangga.
Penelitian
dilaksanakan pada bulan Agustus 2013.
4.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan kejadian atau keadaan tertentu. Metode dalam bentuk deskriptif termasuk dalam data kualitatif. Taylor dan Bogdan (1984) mengatakan bahwa metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata secara tertulis.
4.3 Materi Penelitian 4.3.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele (Clarias sp.), isolat jamur Saprolegnia sp., daun sirih (Piper betle L.), Saboraud Dextrose Agar (SDA), PZ (NaCl fisiologis), ethanol 95%, akuades, organ insang dan kulit ikan lele yang telah difiksasi dalam BNF (Buffer Netral Formalin) 10%, pewarnaan Haematoksilin-Eosin, xylol dan minyak emersi, objek gelas dan cover gelas, mikroskop.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.2 Alat Penelitian Peralatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium, cawan petri, labu erlenmeyer, tabung reaksi, jarum Ose, bunsen, pipet tetes, inkubator, objek gelas dan cover gelas, mikroskop, serta kamera untuk dokumentasi.
4.4 Pelaksanaan Penelitian 4.4.1 Persiapan Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian seperti akuarium, batu aerasi dan selang aerasi dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dicuci menggunakan sabun hingga bersih kemudian direndam ke dalam larutan khlorin 12 ppm dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Kemudian persiapan akuarium berupa pengisian air dengan volume air sebanyak 3 liter dan dilakukan pemberian aerasi selama 24 jam sebelum digunakan. Untuk mensterilkan media yaitu dengan menempatkannya di dalam autoclave, dengan menggunakan uap bertekanan untuk menaikkan suhu media yang disterilkan sampai suatu taraf yang mematikan semua bentuk kehidupan. Sterilisasi media dengan autoclave menggunakan suhu 121o C pada tekanan uap 1 atm selama 15-20 menit. Untuk menghindari adanya kontaminan pada media kultur maka meja dan alat yang digunakan dibersihkan dengan alkohol 70%.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.4.2 Prosedur Kerja A. Pembuatan Larutan Zoospora Organisme penginfeksi pada jamur air adalah zoospora yang dihasilkan dari sporangium pada media air. Metode yang digunakan untuk membuat larutan zoospora adalah dengan cara memotong potongan blok agar yang terdapat jamur dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer, inkubasi dilakukan selama 2-3 hari dalam suhu 26-28oC. Selanjutnya, dilakukan pembilasan hifa menggunakan air steril dalam cawan petri sebanyak dua kali dan dipindahkan kedalam labu ukur yang telah diisi dengan air steril lalu inkubasi selama 24-25 jam. Perhitungan jumlah zoospora dalam larutan menggunakan haemacytometer. Jumlah zoospora yang digunakan untuk infeksi buatan kira-kira 105 sel/ml (Yuasa dkk, 2003). Perhitungan zoospora dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneteskan 1 ml suspense fungi kedalam haemacytometer yang telah ditutupi cover glass melalui bagiannya yang berlekuk hingga memenuhi seluruh bagian yang berskala. Penghitungan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali pada 9 kotak sedang haemacytometer.
Gambar 5. haemacytometer. Keterangan : M = kotak besar, dan Sel dihitung pada 9 kotak sedang (K) pada
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Dari hasil perhitungan diketahui:
volume kotak sedang = (0,2 x 0,2 x 0,1) mm3 = 0,000004 cm3 = 4 x 10-6 ml
Jumlah spora
= 312
Jumlah kotak sedang = 9 kotak
= =312 x x1 x 106 x 10-1 9 4 = 34,67 x 0,25 x 105 8,67 x 105 sel/ml = 8,67 x 108 sel/l Jumlah zoospora yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8,67 x 108 sel/ml yang artinya dalam setiap 1 ml suspensi fungi menggandung 8,67 x 108 sel zoospora Saprolegnia sp. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Yuasa dkk. (2003) yang mengatakan bahwa jumlah minimal zoospora yang digunakan untuk infeksi buatan adalah 105 sel/ml atau setara 108 sel/liter.
B. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Pembuatan ekstrak daun sirih menggunakan 500 gram daun sirih segar yang berukuran 7-8 cm kemudian dicuci, dikeringkan dan dihaluskan.
Langkah
selanjutnya daun sirih direndam dalam larutan n-hexane selama 5 hari untuk menghilangkan klorofil yang terkandung di dalamnya. Apabila perendaman sudah berwarna kecoklatan, tahap selanjutnya adalah perendaman dengan etanol 95%. Ekstraksi dilakukan dengan merendam serbuk daun sirih dengan etanol 95% selama 3x24 jam. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan etanol 95% karena
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dapat menyari lebih banyak minyak atsiri dari daun sirih. Etanol merupakan larutan penyari yang lazim digunakan dalam produksi ekstrak obat tradisional karena merupakan penyari yang efektif serta harganya yang relatif murah dan mudah dalam penanganannya. Selanjutnya ekstraksi yang sudah direndam disaring menggunakan kertas saring. Hasil penyaringan diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 40oC. Hasil ekstraksi berbentuk kental dan berwarna hijau.
C. Pembuatan Salep Ekstrak Daun Sirih Pembuatan salep ekstrak daun sirih yang dibuat sebanyak 10 gram dengan dosis 3,2%. Dosis sebesar 3,2% ini diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Widya (2013) merupakan hasil perhitungan jumlah optimum ekstrak daun sirih agar dapat membunuh jamur Saprolegnia sp. Pembuatan dosis salep ekstrak daun sirih sebanyak 10 gram terdiri dari 3,2 gram ekstrak dan 6,8 gram vaseline. Dosis ekstrak tersebut akan dicampur dengan vaseline dan dihomogenisasi menggunakan mortar.
D. Infeksi Buatan Saprolegnia sp. pada Benih Ikan Lele Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele yang berukuran 7-8 cm. Untuk menginfeksikan jamur Saprolegnia sp. pada benih ikan lele dilakukan dengan cara perendaman spora Saprolegnia sp. kurang lebih selama tujuh
hari.
Sebelum
dilakukan
perendaman
terlebih
dahulu
dilakukan
penghitungan spora dengan menggunakan Haemocytometer. Benih yang terinfeksi
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
oleh Saprolegnia sp. terlihat pada bagian tubuhnya terdapat semacam benang halus seperti kapas yang berwarna putih yang menempel pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip dan tubuh lainnya, terjadi kerusakan jaringan atau struktur kulit tidak normal, ikan terlihat pasif malas berenang. Jika dibiarkan terlalu lama akan dapat menyebabkan kematian karena daya tahan tubuh benih ikan lele yang masih rentan terhadap penyakit.
E. Pengobatan dengan Salep Ekstrak Daun Sirih Metode pengobatan yang dilakukan adalah metode pengolesan dengan dosis 3,2% (Widya, 2013). Proses pengolesan diawali dengan menarik jamur Saprolegnia sp. pada bagian tubuh ikan yang terkena jamur dengan menggunakan gunting atau pinset, kemudian diolesi secukupnya pada bagian tubuh yang terinfeksi Saprolegnia sp. dengan ekstrak daun sirih. Ikan yang sudah diberi perlakuan ini kemudian dimasukkan kembali ke dalam akuarium yang diisi dengan air bersih sebagai tempat pengobatan dan pemeliharaan. Metode pengobatan ini diulang sekali dalam sehari sampai kurang lebih selama tujuh hari sampai ikan menunjukkan tanda-tanda sehat dan segera dilakukan pengambilan bagian tubuh yang telah diobati untuk sampel untuk histopatologi. Selama proses pengobatan ini tidak lupa ikan diberi pakan berupa pelet sebanyak 2 kali dalam sehari. Untuk mendapatkan gambaran histopatologi dapat dilakukan dengan menekropsikan ikan lele pada bagian insang dan kulit kemudian diawetkan dalam
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BNF 10%. Tahap selanjutnya yaitu pembuatan preparat histopatologi seperti terlihat pada lampiran 3. Setelah melakukan pembuatan preparat histopatologi hal selanjutnya yang dilakukan
adalah
pewarnaan
HE
(Haematoksilin-Eosin)
dan
dilakukan
pengamatan dengan mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x serta pengambilan foto untuk dokumentasi. Adapun tahapn dalam pewarnaan HE (Haematoksilin-Eosin) dapat dilihat pada lampiran 2.
4.5
Parameter Penelitian Parameter utama dalam penelitian ini adalah adanya perubahan
histopatologi pada insang dan kulit benih ikan lele (Clarias sp.) yang terinfeksi oleh Saprolegnia sp. dan diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L.). Pengolesan ekstrak daun sirih yang berbentuk salep kepada insang dan kulit benih ikan lele ini dilakukan sebanyak dua kali sehari sampai kurang lebih tujuh hari. Sedangkan parameter penunjang dalam penelitian ini adalah pengukuran suhu, pengukuran derajat keasaman (pH), serta pengukuran oksigen terlarut (DO).
1.5
Analisis Data Data yang diperoleh dari kegiatan penelitian akan diolah dan dijelaskan
secara deskriptif dalam bentuk tulisan, gambaran histopatologi bagian tubuh ikan lele yang masih sehat, gambaran histopatologi benih ikan lele yang terinfeksi Saprolegnia sp. serta gambaran histopatologi benih ikan lele yang telah diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L.). Kemudian dilakukan pengambilan foto
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
sebagai dokumentasi dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Identifikasi Jamur Saprolegnia sp. Jamur yang digunakan sebagai bahan pada penelitian ini adalah jamur Saprolegnia sp. Secara makroskopis jamur Saprolegnia sp. ini terlihat berwarna putih seperti kapas dan berkoloni. Sedangkan secara mikroskopis, jamur Saprolegnia sp. tersusun atas filamen-filamen yang memiliki ujung-ujung berbentuk speris dan merupakan tempat berkembangbiaknya zoospore. Filamenfilamen yang lebih dikenal dengan sebutan hifa inilah yang membuat jamur Saprolegnia sp. terlihat seperti kapas yang menyerang ikan.
Gambar 7. Koloni Saprolegnia sp. 5.1.2 Hasil Infeksi Saprolegnia sp. Infeksi buatan Saprolegnia sp. pada benih ikan lele ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi dimana benih ikan lele yang digunakan dapat terinfeksi
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
secara sempurna oleh jamur Saprolegnia sp. Bagian penginfeksi pada jamur Saprolegnia adalah zoospora, sebelumnya zoospora ini dijadikan dalam bentuk larutan agar dapat menginfeksi benih ikan lele dengan sempurna, hasil dari perhitungan larutan zoospora yang telah dilakukan adalah sebesar 8,67x108 sel/liter sesuai dengan pernyataan Yuasa dkk. (2003) yaitu jumlah zoospora yang digunakan untuk infeksi buatan kira-kira 105 sel/ml atau setara dengan 108 sel/liter sehingga jumlah zoospora yang didapatkan dalam penelitian dapat menginfeksi benih ikan. Proses infeksi ini dilakukan selama tiga hari pada suhu air 26-28oC.
(a)
(b)
Gambar 8. Benih Ikan Lele (Clarias sp.) (a) Benih ikan lele yang sehat, (b) benih ikan lele yang terinfeksi Saprolegnia sp.
Hasil infeksi Saprolegnia sp. menunjukkan permukaan tubuh, sirip, dan di bagian operkulum benih ikan lele yang sehat dan yang terinfeksi Saprolegnia sp. memiliki perbedaan yang sangat nyata. Pada ikan yang terinfeksi terdapat hifa dari jamur yang berwarna putih keruh seperti kapas. Benih ikan dapat dikatakan sehat apabila pada tubuhnya tidak ditemukan adanya cacat atau luka, pergerakan berenangnya lincah serta memiliki kulit yang berwarna hitam cerah.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
5.1.3 Hasil Gambaran Histopatologi Kulit dan Insang Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Dari
penelitian
yang
dilakukan
telah didapatkan
hasil
preparat
histopatologi yaitu , insang dan kulit benih ikan lele yang sehat sebagai kontrol, insang dan kulit benih ikan lele yang mendapat perlakuan terinfeksi oleh Saprolegnia sp., serta insang dan kulit benih ikan lele yang terinfeksi Saprolegnia dan telah diobati menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betle L.). Preparat tersebut kemudian diamati dan dibaca perubahan jaringan yang terjadi dan berikut adalah perbandingan antara preparat normal dengan preparat yang mendapatkan telah mendapatkan perlakuan berupa infeksi dan pengobatan. A. Kulit Normal (Kontrol)
Gambar 9. Gambaran histopatologi kulit benih ikan lele kontrol, pewarnaan HE, perbesaran 200x. Keterangan: (a) sel mukus; (b) kelenjar mukus; (c) epidermis Pada gambar 9. dapat dilihat penampang kulit benih ikan lele yang tidak diberi perlakuan infeksi sebagai kontrol susunan jaringan histolopatoginya
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
normal, sel mukus, epidermis, dermis dan stratum compactum pada jaringan tersebut terlihat normal dan tidak terjadi perubahan jaringan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada infeksi organisme asing pada permukaan kulit benih ikan lele. B. Insang Normal (Kontrol)
Gambar 10. Gambaran histopatologi insang benih ikan lele kontrol, pewarnaan HE, perbesaran 200x. Keterangan : (A) Lamela primer; (B) Lamela sekunder. Pada gambar 10. diatas menunjukkan gambar penampang insang benih ikan lele yang tidak diinfeksi sebagai kontrol, dapat terlihat bahwa insang tersebut tidak terjadi perubahan jaringan. Tidak terjadi terjadi kerusakan pada jaringan lamela primer dan lamela sekunder.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
C. Kulit Terinfeksi Saprolegnia sp.
E D
Gambar 11. Gambaran histopatologi kulit benih ikan lele yang terinfeksi Saprolegnia., pewarnaan HE, perbesaran 400x. Keterangan : (d) epidermis; (e) basal layer Pada gambar 11 diatas terlihat bahwa terdapat perubahan jaringan pada kulit benih ikan lele yang terinfeksi oleh Saprolegnia sp. yaitu nekrosis pada sel mukus, sel mukus ini mengalami kerusakan sel yang mengakibatkan hilangnya sel mukus dan kelenjar mukus pada permukaan kulit benih ikan lele. Sel yang telah mengalami nekrosis ini tidak dapat menyerap zat warna pada proses pewarnaan HE sehingga pada preparat histopatologi sel mukus dan kelenjar mukus ini tidak dapat terbaca.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
D. Insang Terinfeksi Saprolegnia sp.
Gambar 12. Gambaran histopatologi insang benih ikan lele yang terinfeksi Saprolegnia. pewarnaan HE, perbesaran 200x. Keterangan : (A) Lamella primer; (B) Lamela sekunder Gambar 12. menunjukkan gambaran histopatologi insang benih ikan lele yang telah terinfeksi oleh jamur Saprolegnia sp., tidak terdapat perubahan patologi pada jaringan tersebut karena Saprolegnia sp. hanya melekat pada permukaan insang sehingga jaringan insang benih ikan lele tersebut tidak mengalami perubahan patologi.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
E. Kulit yang Diobati dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)
Gambar 13. Gambaran histopatologi kulit benih ikan lele setelah pengobatan. Pewarnaan HE, perbesaran 100x. (a) sel mukus; (b) kelenjar mukus; (c) epidermis Gambar 13. Menunjukkan gambaran histopatologi kulit benih ikan lele yang telah diberi ekstrak daun sirih yang dioleskan pada permukaan kulit, jaringan yang ditunjukkan pada preparat diatas merupakan jaringan yang menjadi normal setelah terinfeksi oleh Saprolegnia sp. dan tidak terdapat perubahan patologi pada preparat tersebut.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
F. Insang yang diobati dengan ekstrak daun sirih
B
A
Gambar 14. Gambaran histopatologi insang benih ikan lele setelah diobati dengan ekstrak daun sirih, pewarnaan HE, perbesaran 200x Keterangan : (A) Lamella primer; (B) Lamela sekunder Pada gambar 14. diatas menunjukkan gambaran histopatologi insang benih ikan lele yang telah diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L.). Preparat diatas menunjukkan tidak terdapat perubahan patologi pada jaringan insang benih ikan lele tersebut. Pengobatan yang telah dilakukan dengan cara pengolesan pada permukaan tubuh benih ikan lele juga tidak terlihat adanya perubahan patologi pada insang tersebut. 5.1.4 Kualitas Air Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain dalam air. Agar pertumbuhan dan kelangsungan hidup optimal, diperlukan kondisi lingkungan yang optimal untuk kepentingan proses fisiologis pertumbuhan (Effendie, 1999).
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Parameter kualitas air yang diamati dalam penelitian ini meliputi DO (oksigen terlarut), pH (derajat keasaman), dan suhu. Data kualitas air selama proses penelitian terdapat pada Lampiran 4 , sedangkan data kisaran kualitas air selama satu minggu pengamatan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Perlakuan
Nilai rata-rata parameter kualitas air yang diamati selama satu minggu pH
DO(mg/L)
Suhu (oC)
A
7
4
27-28
B
7
4-5
26-28
C
7
4-5
27-28
Tabel 1. Hasil kisaran nilai kualitas air selama satu minggu pengamatan Dari data pengukuran selama satu minggu pengamatan menunjukkan nilai parameter kualitas air yaitu: suhu 27-28oC, pH 7, dan DO 4-5 mg/l. 5.2 Pembahasan Hasil pembacaan preparat histopatologi menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang berarti pada kulit dan insang benih ikan lele baik itu yang normal maupun yang telah terinfeksi oleh Saprolegnia sp. Pada benih ikan lele yang sehat susunan sel mukus, epidermis, dan dermis pada kulit jaringan tidak terdapat perubahannya baik itu bentuk maupun susunannya. Sedangkan pada jaringan insang susunan lamella primer dan sekundernya juga tidak terdapat kerusakan yang terjadi. Pada benih ikan lele yang terinfeksi oleh Saprolegnia sp. terjadi kerusakan susunan
Tugas Akhir
jaringan
dikulit
berupa
nekrosis.
Prince
dan
Wilson
(2006)
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mengemukakan bahwa nekrosis merupakan sel-sel yang mempunyai aktivitas yang sangat rendah dan akhirnya mengalami kematian sel jaringan sehingga menyebabkan hilangnya fungsi pada daerah yang mengalami nekrosis. Karakteristik dari jaringan nekrotik, yaitu memiliki warna yang lebih pucat dari warna normal, hilangnya daya rentang (jaringan menjadi rapuh dan mudah terkoyak), atau memiliki konsistensi yang buruk atau pucat (seperti bubur), dan kadang-kadang menimbulkan bau yang tidak enak serta kalsifikasi. Nekrosis dapat disebabkan oleh trauma, agen-agen biologis (virus, bakteri, jamur dan parasit), agen-agen kimia atau terjadinya gangguan terhadap penyediaan darah pada suatu daerah khusus. Sedangkan pada insang benih ikan lele yang telah terinfeksi oleh Saprolegnia sp. tidak menunjukkan tanda perubahan jaringan yang terjadi, sebab hifa jamur Saprolegnia sp. hanya menempel pada permukaan insang, sehingga pada saat dilakukan pembacaan preparat histopatologi tidak terlihat adanya perubahan patologi pada jaringan insang benih ikan lele. Hasil pembuatan preparat kulit benih ikan lele yang telah dilakukan pengobatan berupa pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L.) menunjukkan bahwa tidak terjadi kerusakan pada susunan jaringan tersebut. Senyawa aktif yang terkandung dalam daun sirih (Piper betle L.) dan bersifat antifungi yaitu fenil propane (senyawa fenolik). Adanya senyawa fenol sebagai zat anti mikroba yang terdapat dalam ekstrak daun sirih dapat merusak dinding sel fungi, sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur menjadi lambat
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
(Achmad dan Ido, 2009). Eugenol juga memiliki kandungan analgetik dan antifungal dengan menghambat pertumbuhan yeast (sel tunas) dengan cara mengubah struktur dan menghambat sintesis dinding sel, sehingga menyebabkan kematian sel (Oktaviani, 2012). Hasil pembuatan preparat pada insang benih ikan lele yang diberikan pengobatan dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) menunjukkan tidak ada perubahan yang berarti pada jaringan yang diamati antara insang benih ikan lele yang normal, terinfeksi Saprolegnia sp. dan yang telah dilakukan pengobatan menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 5.2.1 Kualitas Air Parameter kualitas air yang diamati antara lain suhu, pH dan oksigen terlarut. Suhu air media pemeliharaan berkisar 27-28
o
C yang diukur
menggunakan termometer sesuai dengan pernyataan Soetomo (1987) bahwa suhu optimal dalam pemeliharaan ikan lele dumbo berkisar 25-30 oC, Mufidah dkk. (2000) menambahkan pertumbuhan lele akan terhambat pada suhu kurang dari 20 o
C dan mengurangi nafsu makan ikan. Oksigen terlarut (DO) berkisar 4-5 mg/l
diukur menggunakan DO meter. Menurunnya oksigen terlarut dalam air dapat mengurangi nafsu makan ikan yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan akan terganggu (Sharfrudin dkk., 2006). Rendahnya kadar oksigen di suatu perairan dapat menyebabkan ikan menjadi stres sehingga sistem imun menjadi menurun. Pada saat itu serangan penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh ikan. dan pH berkisar 7 yang diukur menggunakan kertas lakmus. Menurut Bachtiar (2006), derajat keasaman yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele yaitu
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
6,5-8. Dengan menjaga kualitas air, penyakit jamur Saprolegnia sp. dapat dicegah. Taufik (1984) menambahkan bahwa perubahan pH dapat menyebabkan ikan menjadi stres sehingga dapat dengan mudah terserang penyakit, dan secara tidak langsung rendahnya pH dapat menyebabkan kerusakan pada kulit sehingga memudahkan infeksi oleh patogen.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan: 1. Gambaran histopatologi pada jaringan insang benih ikan lele yang terinfeksi oleh Saprolegnia sp. tidak terjadi perubahan histopatologi, sedangkan pada jaringan kulit benih ikan lele yang terinfeksi oleh Saprolegnia sp. terjadi perubahan histopatologi yaitu nekrosis. 2. Gambaran histopatologi pada jaringan kulit dan insang yang telah diobati oleh ekstrak daun sirih (Piper betle L.) tidak terjadi perubahan histopatologi atau sama seperti gambaran histopatologi jaringan yang normal. 6.2 Saran Untuk
mendapatkan
hasil
yang
maksimal
mengenai
perubahan
histopatologi pada benih ikan lele (Clarias sp.) yang terinfeksi oleh jamur Saprolegnia sp. dan keefektivitasan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) untuk mengobati ikan yang terserang jamur Saprolegnia sp ,perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode dan peralatan yang lebih kompleks.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
Achmad dan Ido, S. 2009. Pengujian Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn) terhadap Rhizoctonia sp. secara in vitro. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 1-7. Akbar, J. 2010. Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia Merr) terhadap Penyembuhan Infeksi Jamur Saprolegnia sp. pada Ikan Nila. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru Anonim. 1992. Pedoman Teknis Pembenihan Ikan Lele (Clarias bathracus). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Departemen Pertanian. Asniatih, Idris, M., dan K. Sabilu. 2013. Studi Histopatologi pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Kendari. Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Ikan Lele Dumbo. 101 hal. Carlson,
R.E. 2005. Saprolegnia-water fungus. http://www.koivet.com/html/articles . Diakses pada tanggal 8 Juni 2013.
Co, L. L. 1989. Common Medicinal Plant of the Cordillera Region (Nothern Luzon, Phillipines). Community Health Education, Services and Training in the Cordillera Region (Chestcore). Bagiyo City. Darwis. 1992. Potensi Sirih (Piper betle Linn.) sebagai Tanaman Obat. Di dalam Warta Tumbuhan Obat Indonesia, Vol. 1 (1) : 9 – 11. Dwiyanti, R. R. 1996. Mempelajari Ketahanan Panas Ekstrak Antioksida Daun Sirih (Piper betle Linn). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. 78 hal. Effendie, H. 1999. Budidaya Ikan_Fish Blogs: Telaah Kualitas Air. Diakses pada tanggal 31 Desember 2013. Guyton, A.C. dan Hall J.E. 1996. Fisiologi Kedokteran. Edisi IX. EGC. Philadelphia. Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Kosasih P., Iwang S., Penerjemah Penerbit Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari : Phytochemical Methods. Hermawan, A., Hana, W. dan Wiwiek, T. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Escherichia coli dengan Metode Diffusi Disk. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya Hidayat, H. M. 1999. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Air Batang Sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Bogor. 19 hal. Hutchison, L. J. and G.L. Barron. 1997. Parasitism of Pollen as a Nutritional Source for Lignicolous Basidiomycota and Other Fungi. Mycol. Res. 101: 191-194. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 243 hal. Khoo, H. W. 2000. Transgenesis and its Applications in Aquaculture. Asian Fish Sci 8:1-25. Kimura, Y., Sumiyoshi, M., Kawahira, K., and Sakanaka, M. Effects of Ginseng Saponins Isolated from Red Ginseng Roots on Burn Wound Healing in Mice. British Journal of Pharmacology. 148: 860-870. Lai, H.Y., Lim, Y.Y and Kim, K.H. 2006. Potential Dermal Wound Healing Agent in Blechnum orientale Linn. BioMed Central Complementary and Alternative Medicine. 2011. 11: 62. Lingga, P. dan H. Susanto. 1989. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta Hal. 17- 24 Moeljanto, R.D. 2005. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta. AgroMedia Pustaka. Mufidah, N.B.W., Rahardjo, B. S., dan Satyantini, W. H., 2009. Pengkayaan Daphnia spp. dengan Viterna Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1(1) : 59-65. Mulyani, S. 2006. Gambaran Darah Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) yang Terinfeksi Cendawan Achlya sp. Pada Kepadatan 320 dan 720. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Nabib, R. dan Pasaribu F.H. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Bogor. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bogor. 158 hal. Nafiu, Olugbemiro, Mikhail, A., Adewumi, M., Yakubu, and Toyin, M. 2011. Phytochemical and Mineral Contituents of Cochlospernum planchonii (Hook. Ef. X Planch) Root. Bioresearch Bulletin. 5: 51-56. Najiyati. 1992. Morfologi Ikan Lele Lokal. Teknologi Budidaya. Bogor
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Oktaviani, D. 2012. Uji Banding Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) dengan Zinc Pyrithione 1% terhadap Pertumbuhan Pityrosporum Ovale pada Penderita Berketombe. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang. Hal 16. Park, B. K., Lee, S., Seo, J. N., et. al . 2010. Protection of Burn-Induced Skin Injuries by The Flavanoid Kaempferol. BMB Reports. 43(1): 46-51. Plumb, J. A. 1994. Health Maintenance of Cultured Fishes, Principal Microbial Diseases. CRC press. Amerika. 239 p. Prince, S. A., and Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi. Edisi VI. volume I. EGC. Philadelphia. Purwakusuma, W. 2002. Beberapa Perangkat Hukum yang Mengatur Peredaran Ikan (Hias) di Indonesia. http://www.oocities.com/wpurwakusuma/ Artikel/UU.htm. Diakses pada tanggal 1 Pebruari 2014. Reddy, B. K., Gowda, S., and Arora, A.K. 2011. Study of Wound Healing Activity of Aqueous and Alcoholic Bark Extracts of Acacia Catechu on Rats. RGUHS Journal of Pharmaceutical Sciences. 1(3): 220-225. Roberts, R. J. 2001. Fish Pathology. Third Edition. W. B. Saunders, Edinburgh. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta. Saroja, M., Santhi, R., and Annapoorani, S. 2012. Wound Healing Activity of Flavanoid Fraction of Cynodon Dactylon in Swiss Albino Mice. International Research Journal of Pharmacy. 3(2) : 230-231. Senthil, P., Kumar, A. A., Manasa, M., Kumar, K. A., Sravanthi, K., and Deepaa, D. 2011. Wound Healing Activity of Alcoloholic Extract of “Guazuma ulmifolia” Leaves on Albino Wistar Rats. International Journal of Pharma and Bio Science. 2. 34-38. Sharfrudin, D., Yuniarti dan Setiawati, M., 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) terhadap Produksi pada Sistem Budidaya dengan Pengendalian Nitrogen melalui Penambahan Tepung Terigu. Jurnal Akuakultur Indonesia 5(2) : 137-147. Sheikh, A. A., Sayyed, Z., Siddiqui, A.R., Pratapwar, A.S., and Sheakh, S. S. Wound Healing Activity of Sesbania grandiflora Linn Flower Ethanolic Extract Using Excision and Incision Wound Model in Wistar Rats. International Journal of PharmTech Research, 2011; 3(2):895898. Smith, H.A. dan Jones, T. C. 1961. Veterinary Pathology. Lea and Febiger, Philadelpia.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Soetomo, M. H. A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru. Bandung. 109 hal.. Syamsuhidayat, S. S. dan Hutapea, J. R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal. 54 – 55; 454 – 455; 485. Tampubolon, O. T. 1981. Tumbuhan Obat Bagi Pecinta Alam. Jakarta. Bhratara Karya Aksara. Taufik, P. 1984. Faktor Kualitas Air dapat Mempengaruhi Timbulnya Suatu Penyakit pada Ikan. Majalah Pertanian no. 3 Departemen Pertanian. Jakarta. Taylor, S. J., and Bogdan, R. 1984. Introduction to Qualitative Reseach Methods: the Search for Meanings. New York: John Wiley and Sons. Toruan, P. L. 2007. Fat-loss Not Weight-loss: Gemuk Tapi Ramping. Jakarta. Trans Media Pustaka. Underwood, J. C. E. 1992. General and Systematic Pathology. Churchill Livingstone. New York. Wales,
J. 2010. http://wikipedia Bahasa Indonesia – Ensiklopedia Bebas_Histologi. htm. Diakses pada tanggal 29 Desember 2013.
Widarto, H. 1990. Pengaruh Minyak Atsiri Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Skripsi. Fateta-IPB, Bogor. Widya, P. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Tingkat Kesembuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) yang Terinfeksi Saprolegnia sp. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya. Wijayakusuma, H. M., S. Dalimartha, dan A. S. Wirian. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia jilid I. Pustaka Kartini. Jakarta. Woynrovich, E. & L. Horvath. 1980. The Artificial Propagation of Warmwater Fin Fish. A Manual For Extention. FAO Fish. Tech Pap., No. 201. 183 p. Yuasa, K., Panigoro, N., Bahnan, M., dan Kholidin, E. B. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan. Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan dan Japan International Coperation Agency.
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar benih ikan lele normal dan yang telah terinfeksi Saprolegnia sp.
Normal
Tugas Akhir
Terinfeksi Saprolegnia sp.
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 2. Pembuatan Pewarnaan HE (Haematoksilin-Eosin)
Xylol I : 2 menit
Cuci dengan air mengalir : 1 menit
Xylol II : 2 menit
Alkohol 85% : 1 menit
Eosin : 2-3 menit
Cuci dengan air mengalir : 30-60 menit Xylol II : 2 menit
Alkohol absolut: 2 menit
Alkohol 95% : 1 menit
Mayer’s haematoxylin : 8 menit
Cuci dengan air mengalir : 30 detik
Cuci dengan air mengalir : 2 menit
Lithium carbonat : 15-20 detik
Alkohol 95% : 10 celupan
Alkohol absolute I : 1 menit
Xylol I : 1 menit
Alkohol absolute II : 2 menit
Tutup dengan gelas penutup
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 3. Pembuatan Sediaan Preparat Histopatologi
Sampling Organ Fiksasi Dehidrasi (proses penarikan air dari jaringan) Alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, 95% alkohol absolute I, alkohol absolute II : masing-masing 2 jam Clearing Silol I, Silol II masing-masing 2 jam Embedding penanaman dalam jaringan Sectioning (Pemotongan) Menggunakan microtom setebal 5 μm Staining (pewarnaan) Mounting (penempelan sediaan pada obyek glass)
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 4. Data Kualitas Air selama 7 hari Sebelum Perlakuan Perlakuan
Suhu
pH
A1 A2
Oksigen (DO) 4 4
28 28
8 8
B1 B2
4 4
27 28
8 8
C1 C2
4 4
28 28
8 8
Suhu
pH
A1 A2
Oksigen (DO) 4 4
28 28
7 8
B1 B2
4 4
27 28
7 7
C1 C2
4 4
28 28
7 7
Suhu
pH
A1 A2
Oksigen (DO) 4 4
28 28
8 7
B1 B2
4 4
26 27
7 7
C1 C2
4 4
28 28
7 7
Hari pertama Perlakuan Perlakuan
Hari ke-2 Perlakuan Perlakuan
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Hari ke-3 Perlakuan Perlakuan
Suhu
pH
A1 A2
Oksigen (DO) 4 4
28 28
8 7
B1 B2
4 4
26 28
7 7
C1 C2
4 4
28 28
7 7
Suhu
pH
A1 A2
Oksigen (DO) 4 4
28 28
8 7
B1 B2
4 4
26 28
7 7
C1 C2
4 4
28 28
7 7
Suhu
pH
A1 A2
Oksigen (DO) 4 4
28 28
8 7
B1 B2
4 4
26 28
7 6
C1 C2
4 4
28 28
7 7
Hari ke-4 Perlakuan Perlakuan
Hari ke- 5 Perlakuan
Tugas Akhir
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Hari ke-6 Perlakuan Perlakuan
Tugas Akhir
Suhu
pH
A1 A2
Oksigen (DO) 4 4
28 28
8 7
B1 B2
4 4
26 27
7 6
C1 C2
4 4
28 28
7 7
ANDRIANA KUSUMA WARDHANI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT DAN INSANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) YANG TERINFEKSI Saprolegnia sp. DAN YANG TELAH DIOBATI DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper Betle L.)