ADDYANA
Harta Karun Montoya
Publisher chasingtheturtle
Harta Karun Montoya By: Addyana Copyright © 2013 by Addyana
Publisher: chasingtheturtle e-mail:
[email protected] [email protected]
Cover Designer: Doan Randika Rasyid
Published by: www.nulisbuku.com 2
“ To my family and friends...You’re my TREASURE! ” Thank you ! ^^
3
C onten ts Satu Pertemuan Pertama . 6 Dua Warisan José Luis Montoya . 12 Tiga Penolakan Bibi Lily . 20 Empat Mi Viaje . 29
Lima Empat Puluh Sembilan Jurnal . 43 Enam The Malabar . 53 Tujuh Persiapan Menuju Harta Karun . 74 Delapan Berangkat! . 92 Sembilan Pencarian Dimulai! . 111 Sepuluh Puncak Gunung . 129 4
Sebelas Pemecahan Petunjuk Yang Keliru . 145 Dua Belas Geby Menghilang! . 169 Tiga Belas Melarikan Diri . 198 Empat Belas Tempat Untuk Menggapai Masa Depan Cerah . 224
Lima Belas Sang Penakluk Malabar Yang Perkasa . 239 Enam Belas Pengakuan Juan . 265 Tujuh Belas Istana Bunga Si Nona Bunga Yang Baik Hati . 283
Delapan Belas Sekolah Pelangi . 302 Sembilan Belas Pohon Keabadian . 326 Dua Puluh Jurnal Kelima Puluh . 343 Dua Puluh Satu Harta Karun Montoya . 379 5
Satu Pertemuan Pertama “Ayo taruhan 50.000, dia pasti orang Inggris!” Geby mencolek-colek pundak Dena. “Dia siapa?” balas Dena dengan suara datar tanpa mengalihkan perhatian sedikitpun dari novel tebal karya Agatha Christie di hadapannya. Saat ini ia sedang berada pada bagian terseru dari novel itu, namun ucapan Geby barusan benar-benar telah menghancurkan segalanya. “Cowok itu!!!” Geby berkata antusias sambil menutup novel yang tengah dibaca Dena. Dengan enggan Dena menoleh keluar jendela dan mendapati seorang pemuda warga negara asing sedang berjalan memasuki penginapan tempat kedua gadis itu bekerja. Dena mengira-ngira umur pemuda itu pastilah tidak lebih dari 20 tahun atau bahkan mungkin kurang. Pemuda itu bertubuh ramping dan tinggi menjulang. Rambut coklatnya yang terpotong pendek disisir rapi. Ditambah dengan kulitnya yang putih pucat, serta hidung mancungnya yang terukir dengan indah membuatnya bak sebuah paket lengkap. Dari wajahnya yang bernuansa Latin Dena bisa memastikan kalau pemuda itu berasal dari Spanyol atau negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Brasil atau Venezuela.
6
“Orang Spanyol,” Dena pun akhirnya memutuskan untuk mengambil pilihan yang pertama. “Jangan lupa, yang kalah bayar 50.000!” Geby mengingatkan sesaat sebelum pemuda itu memasuki pintu utama penginapan. “Hello! Welcome to Penginapan Lily, one of the best hotel in Bandung!” Geby berkata riang sambil memamerkan senyuman terbaiknya demi menyambut tamu mereka di sore hari itu. Sedangkan wajah Dena tetap tanpa ekspresi, seperti biasa. “Hi!” balas pemuda itu tak kalah antusias sambil sesekali merapikan tatanan rambutnya. Kesan pertama memang sangat penting jika bertemu orang-orang baru, apalagi kedua gadis ini adalah orang pertama yang ia temui di negara asing ini. “Do you still have empty room?” “Of course we have!” Geby sama sekali tidak bisa melepas pandangannya dari pemuda bermata hijau terang itu. Selain memang orangnya yang terlihat menarik, penampilan pemuda itu juga sangat rapi. Kaus abu-abu yang ia kenakan terlihat begitu elegan dipadukan dengan jaket jeans berwarna biru kehitaman dan celana jeans dengan warna senada, belum lagi ditambah dengan sepatu kulit berwarna hitam pekat. Bisa dipastikan semua produk yang menempel di tubuhnya adalah barang bermerk yang harganya selangit. “That’s good!” pemuda itu kembali tersenyum seakan-akan ingin terus memamerkan sederetan giginya 7
yang putih bersih. “By the way, my name is Juan, and I‘m from Spain. I’ve just arrived in Bandung today.” Seketika senyuman hilang dari bibir Geby. Ternyata dugaan Dena 100% tepat dan... melayanglah uang 50.000nya secara sia-sia. Dena pun tersenyum, meskipun hanya sekilas, untuk merayakan kemenangannya. Geby kemudian mengeluarkan buku tamu dan memberikannya kepada Juan dengan kasar seakan Juanlah yang menyebabkan ia kalah taruhan. “Write your name here!” ujarnya sambil cemberut. “Oh, sure,” Juan menerima buku tamu dengan riang tanpa terpengaruh dengan perubahan sikap Geby. Beberapa saat kemudian ruangan terasa hening ketika Juan mulai menulis biodata dirinya. Juan Miguel Montoya. Geby melirik nama yang ditulis Juan dan spontan tertawa. “Dena, coba lihat, ternyata cuma mukanya aja yang ganteng, tapi dia nggak bisa baca!” Dena kemudian ikut membaca tulisan nama Juan dan mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Geby. Pemuda itu tadi menyebut namanya „Huan‟ tapi yang ia tulis di buku tamu adalah „Juan‟. “Kalau dalam bahasa Spanyol, huruf J memang dibaca jadi huruf H, masak gitu aja kamu nggak tahu sih?” ledek Dena.
8
Juan seketika tersenyum lebar. “Tepat sekali! Oleh karena itu meskipun namaku tulisannya „Juan‟ tapi dibaca menjadi „Huan‟.” Dena dan Geby melongo mendengar perubahan bahasa Juan dan menatap pemuda itu dengan aneh, seakan-akan Juan adalah makhluk luar angkasa yang tibatiba mendarat di hadapan mereka. “Ada apa?” Juan mengangkat kedua alis matanya ketika melihat ekspresi kaget yang tergambar di wajah kedua gadis itu. “Kamu... bisa bahasa Indonesia?” tanya Geby raguragu. “Ya!” Juan mengangguk mantap yang membuat Geby malu setengah mati karena tadi telah memuji ketampanan wajah pemuda ini secara terang-terangan. “Aku memang berasal dari Spanyol, tapi nenekku adalah orang Indonesia asli. Sejak aku kecil dia telah mengajariku bahasa Indonesia, jadi bahasa Indonesiaku cukup bagus,” lanjut Juan dengan bahasa Indonesia yang sangat baku meskipun masih dengan logat Latin yang terasa kental. Cukup bagus, hah? Malah seharusnya dia diberi penghargaan! batin Dena. Semua tata bahasa Indonesia yang Juan gunakan sama sekali tanpa cela, bahkan bisa dibilang sangat sempurna untuk ukuran orang asing seperti dirinya. “Okay, finish,” Juan akhirnya selesai mengisi biodata dan mengembalikan buku tamu itu ke Geby. 9
“Berapa lama kamu akan nginap di sini?” tanya Dena. “Entahlah, aku belum tahu.” Dena dan Geby berpandang-pandangan mendengar jawaban Juan. “Hmmm... kalau begitu aku bayar sewa kamar untuk tujuh hari. Nanti kalau ada perubahan akan aku beritahu,” lanjut Juan sebelum membuat kedua gadis itu semakin bingung. Dengan alis terangkat karena heran Dena pun menyelesaikan segala urusan administrasinya dengan Juan. “Kamarmu ada di lantai dua, kamar nomer 6, Geby akan mengantarkanmu ke sana.” “Oh maaf, tapi sekarang sudah hampir waktu makan malam, jadi aku harus bertugas di kafetaria,” Geby buruburu beranjak dari lobby penginapan. “Lagipula mengantarkan tamu kan tugasmu!” lanjut Geby tanpa menghiraukan Dena yang menatap jengkel padanya. “Kita ke lantai dua sekarang?” Juan bertanya riang. Dena menghela nafas, ia memang paling malas jika harus berurusan dengan tamu-tamu penginapan, terlebih jika tamunya kelewat ramah seperti pemuda ini. Tanpa basa-basi ia langsung beranjak ke arah tangga untuk menuju ke lantai dua dan Juan pun buru-buru mengekor di belakangnya. Di sepanjang perjalanan Juan tidak henti-hentinya mengagumi keindahan penginapan Lily yang begitu anggun dan mempesona. 10
Penginapan Lily memang merupakan salah satu penginapan yang cukup terkenal di Bandung, karena penginapan ini begitu nyaman, asri dan sangat terawat. Lantainya terbuat dari marmer berwarna putih bersih seakan memantulkan cahaya. Semua perabotannya seperti kursi, meja serta lemari terbuat dari ukiran kayu asli yang tersusun dengan sangat rapi. Di sepanjang dinding penginapan dibuat jendela sebanyak mungkin agar sinar matahari bisa masuk secara leluasa. Tirai-tirai dan taplak meja menggunakan bahan dengan warna-warna elegan seperti warna merah dan kuning keemasan. Namun yang paling mencolok, hampir di setiap sudut ruangan ditaruh pot berisikan rangkaian bunga lili, sesuai dengan nama penginapan. Ketika sudah sampai di depan pintu kamar nomer 6, Dena langsung menyerahkan kuncinya ke Juan. “Thank you,” Juan berkenalan denganmu.”
tersenyum
ceria.
“Senang
Sesaat Dena menatap wajah Juan dengan seksama. Dan bermacam-macam pertanyaan pun langsung berkecamuk di kepalanya. Apa sebenarnya tujuan pemuda asing ini datang ke Bandung? Kenapa dia hanya seorang diri saja datang ke sini, tidak bersama keluarga atau temannya? Dan kenapa dia tidak tahu berapa lama dia akan menginap di penginapan ini? Namun Dena pun buru-buru mengenyahkan pertanyaan-pertanyaan itu dari kepalanya dan langsung meninggalkan Juan begitu saja di depan pintu kamarnya. Apapun yang akan dilakukan oleh pemuda asing itu di sini sama sekali bukanlah urusannya. 11