ADAT NAN DIPAKAI ADAT BASANDI SYARA’ SYARA’ BASANDI KITABULLAH SYARA’ MANGATO ADAT MAMAKAI ALAM TAKAMBANG JADI GURU
LUBUAK JANTAN, 20 APRIL 2016
1
ADAT NAN DIPAKAI ADAT BASANDI SYARA’ SYARA’ BASANDI KITABULLAH SYARA’ MANGATO ADAT MAMAKAI ALAM TAKAMBANG JADI GURU
LUBUAK JANTAN, TAHUN 2016
2
NAGARI LUBUK JANTAN
Keterangan : 1. Lingkaran segi lima : Pancasila 2. Rumah Adat dan Mesjid : Adat basandikan Syarak, Syarak Basandikan Kitabullah 3. Empat Payung : a. Payung Kebesaran Adat Mt, Tombak Gumalo b. Payung Kebesaran Agama c. Payung Pengepit Peti Bumi d. Payung Pelingkar Destar 4.
lingkaran Padi / Kapas : Kemakmuran Rakyat
5.
Pencak Silat : Seni Budaya
6.
Pita : Persatuan Rakyat
3
VISI MARI BERSAMA MEMBANGUN NAGARI DEMI TERWUJUDNYA SILATURRAHMI, KEKELUARGAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEMUA, YANG DILANDASI ADAT BASANDI SYARA‟, SYARA‟, BASANDI KITABULLAH
MISI MELAKSANAKAN
AMANAH,
TUGAS TATA PEMERINTAHAN NAGARI
DENGAN BAIK DAN BENAR SECARA PROFESIONAL BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN HUKUM, DAN PERUNDANG – UNDANGAN UNTUK MENINGKATKAN : 1. MASYARAKAT YANG BERIMAN DAN BERTAQWA, BERMORAL DAN BERAKHLAK 2. KUALITAS
PEMERATAAN
PENDIDIKAN,
KESEHATAN
DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL 3. MEMBANGUN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PERTANIAN, PERKEBUNAN,
PERIKANAN,
PETERNAKAN,
KOPERASI/SIMP[AN
PINJAM, INDUSTRI KECIL, KERAJINAN DAN LAIN SEBAGAINYA. 4. KEAMANAN
DAN
KETERTIBAN
MASYARAKAT
SERTA
PENEGAKAN HUKUM
SEMANGAT/MARWAH UNTUK MEMBANGUN MASA DENGAN NAGARI : NINIK MAMAK, ALIM ULAMA, CADIAK PANDAI, BUNDO KANDUANG, PEMUDA DAN PERANTAU MARI BANGKIT BEKERJA BERSATU PADU DAN BAHU MEMBAHU DALAM MEMBANGUN MASA DEPAN NAGARI
4
Dalam melaksanakan amanah tugas pemerintahan Nagari memegang teguh Pancasila dan menegakkan Undang – Undang Dasar tahun 1945 dengan fatwa adat sebagai berikut :
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Bana badiri sandirinyo, Tiado Basarikat-sarikati, Basandi Alua jo Patuik Basalimuik aka jo Budi, Dilahiakan kato Mufakat banamo Bana nan SATU.
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Mangati samo barek Maukua samo panjang, Mahukum samo adia, Tibo dimato indak dipiciangkan, Tibo diparuik indak diampikan, piek – piek dagiang, sakik dek awak sakik dek urang. Salah makan mutahkan, Salah tariak mangambalikan, Hak nan Bamilik Haroto nan Bapunyo.
3. PERSATUAN INDONESIA Saiyo sakato, Sadanciang bak basi, Saciok dek ayam, Kabukik samo mandaki, Kalurah samo manurun, Tatilantang samo minum ayia, Tatilungkuik samo makan tanah.
4. KERAKYATAN
YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSAWARATAN Bajanjanng naik batanggo turun, kamanakan barajo Kamamak, mamak barajo kapanghulu, Panghulu barajo ka mufakat, Mufakat diateh alua patuik, Alua patuik barajo ka nan bana, Nan Bana badiri sandiinyo.
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA Hati tungau samo dicacah, Hati gajah samo dilapah, kok gadang bari ba umpuak, kok ketek agiah bacacah, Na lamak samo dimakan, Nan elok samo dipakai, Nan buruak samo dibuang, Kok cadiak indak mambuang kawan, kok gapuak indak mambuang lamak.
5
PENINGKATAN PERAN NINIK MAMAK DALAM PENERAPAN NILAI – NILAI FILOSOFI ABS – SBK
OLEH :
NAGARI LUBUK JANTAN KECAMATAN LINTAU BUO UTARA 2016
6
ASAL USUL NAGARI LUBUK JANTAN
Pada Zaman Dahulu Kala Sarana Transportasi Yang Utama Adalah Sungai, Maka Tempat Tinggal/Pemukiman Penduduk Pada Umumnya Di Pingir – Pinggir Sungai Termasuk Negeri Kita Ini. Ada Sebuah Tanjung Yang Disana Banyak Tumbuh Pohon Pauh/Semacam Mangga, Karena Itu Tempat Tersebut Dinamakan Tanjung Pauh, Letaknya Tidak Jauh Dari Pinggir Sungai Tetapi Agak Ketinggian, Disinilah Tempat Tinggal Nenek Moyang Orang Negeri Ini. Sungai Yang Melalui Negeri Ini Bernama Batang Sinamar Berasal Dari Daerah Agam Nan Luhak Nan Lima Puluh Dan Bermuara Dikuala Tungkal Disebelah Tumur Pulau Sumatera Dan Selanjutnya Memudahkan Hubungan Kemalaka, Tiongkok, Tiongkok Selatan, India Dan Timur Tengah. Batang Sinamar Ini Ada Yang Dangkal Dan Ada Pula Yang Dalam, Bahagian Yang Dalam Ini Dinamakan Lubuk. Dikawasa Tanjung Pauh Ini Ada Sebuah Lubuk Yang Pinggirnya Ditumbuhi Oleh Sebatang Pohon Beringin Yang Rimbun Dan Rindang, Dan Diatas Pohon Beringin Berdiam Bermacam – Macam Burung Dan Binatang Lainnya Seperti Beruk, Kera, Siamang, Ungko, Bangau Dan Lain – Lainnya Mempunyai Kelainan Dari Binatang Yang Biasa Kita Lihat. Umpamanya : Siamang Biasanya Bulunya Hitam, Tetapi Disi Terdapat Siamang Yang Bulunya Putih. Oleh Karena Bermacam – Macam Keajaiban Ini Pohon Beringin Itu[Un Mempunyai Keistimewaan/Kesaktian Pula. Jangankan Ditebang, Dipatahkan Saja Rantingnya Orang Tersebut Bisa Sakit. Pada Suatu Hari, Seorang Penjala/Penangkap Ikan Menemukan Sosok Manusia Sedang Terlungkup Dan Rambut Pendek Di Tepi Lubuk Beringin Sakti Tadi. Setelah Didekati Sipenjala, Sosok Manusia Itu Telah Terbujur Kaku/Meninggal. Lalu Penjala Itu Memberi Tahu Kepada Penduduk Yang Tnggal Tidak Jauh Dari Lubuk Tadi, Maka Berdatanganlah Penduduk Kesana Untuk Menyaksikan Dari Dekat. Anehnya Setelah Penduduk Datang Ke Lubuk Itu Ditemui Mayat Ini Telah Ditunggui Siamang Putih. Kemudian Siamang Ini Melompat Keatas Pohon Beringin, Karena Melihat Orang Banyak Datang.
7
Setelah Beberapa Orang Tua Dari Penduduk Tadi Bermufakat Kalau Mayat Itu Dikuburkan Tidak Jauh Dari Lubuk Itu. Keanehan Terjadi Lagi Karena Esok Harinya Mayat Yang Dikuburkan Kemaren Ditemukan Lagi Dalam Lubuk Tadi, Ini Terjadi Berulang Kali. Akhirnya Orang Tuo – Tuo Tanjung Pauh Ini Bersepakat Bahwa Mayat Ini Dikuburkan Disebuah Bukit Kecil Yang Tidak Berapa Jauh Dari Tanjung Pauh Dan Lubuk Ini Berjarak + 400 M. Bebrapa Hari Kemudian, Orang Tuo – Tuo Tanjung Pauh Ini Bermufakat Memberi Nama Lubuk Beringin Sakti Ini Dengan Kata Sepakat Memutuskan Bahwa Lubuk Itu Adalah Lubuk Jantan.. Alasannya Karena Mayat Yang Ditemukan Di Lubuk Itu Adalah Orang Jantan (Laki – Laki). Tahun Berganti Tahun, Masa Berjalan Juga, Penduduk Taratak Tanjung Pauh Semakin Berkembang Biak (Ramai). Maka Sebagian Penduduk Berangsur – Angsur Mencari Pemukiman Baru, Karena Kehidupan Dipinggir Sungai Tidak Begitu Menjanjikan Dan Menjamin Masa Depan. Sampailah Satu Pemukiman Baru Yang Diberi Nama Koto, Setelah Menelusuri Kapalo Rimbo.Orang Yang Mula – Mula Merambah Kapalo Rimbo Ini Diberi Gelar Perambah. Karena Letak Koto Sangat Baik Dan Tananya Yang Subur, Sehingga Perkembangan Ekonomi Penduduk Sangat Cepat, Dalam Jangka Tidak Beberapa Puluh Tahun, Akhirnya Koto Sudah Dirasakan Sempit Dengan Kata Sepakat, Maka Diutuslah 12 Orang Pemuka Masyarakat/Adat Yang Mewakili 4 Suku Masing – Masing 3 Orang Sebagai Berikut : 1. Dari Suku Mandahiliang Terdiri Dari : a. Datuak Mangkuto b. Datuak Paduko Rajo c. Datuak Bijo 2. Dari Suku Caniago a. Datuak Bijayo b. Datuak Sinaro c. Datuak Paduko Sinaro 3. Dari Suku Melayu Terdiri Dar : a. Datuak Rajo Penghulu b. Paduko Besar c. Datuak Penghulu Besar
8
4. Dari Suku Kutianyir Terdiri Dari : a. Datuak Permato Budi b. Datuak Paduko Sirajo c. Datuak Sangguno Utusan Ini Berjalan Kearah Utara Dari Koto Ini, Setelah Berhari – Hari Berjalan Melalui Hutan Balantara, Sampailah Utusan Ini Ke Suatu Tempat Yang Diperkirakan Memungkinkan Untuk Penduduk.
Setelah
Tempat
Ini
Dijadikan Tempat Pemukiman
Dibersihkan
Sekedarnya,
Maka
Bermusyawarahlah Pemuka Masyarakat Adat Datuk Yang 12 Orang Tadi Untuk Memberi Nama Negeri Ini Dengan Nama Lubuk Jantan. Yang Berasal Dari Lubuk Yang Berada Di Taratak Tanjung Pauh Tempat Asal Datuk – Datuk Tersebut. Pada Zaman Akhir – Akhir Ini, Dizaman Tedapat Desa Nan Duo Baleh Tempatnya Dibalai Selasa, Ini Berasal Dari Datuak – Datuak Nan Duo Baleh Yang Sampai Ditempat Ini Dan Disinilah Dia Bermusyawarah Memberi Nama Negeri Kita Ini Dulunya. Inilah Segelumut Cerita Asal Usul Nama Nagari Lubuk Jantan Yang Kami Terima Dari Mulut Ke Mulut.
9
PENINGKATAN PERAN NINIK MAMAK DALAM PENERAPAN NILAI – NILAI FILOSOFI ABS – SBK I.
FALSAFAH HIDUP ORANG MINANG KABAU Sosiofilosofi Orang Minang Kabau Terkenal Dengan Ungkapan : “ Adat
Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, Syara’ Mangato, Adat Mamakai”. Berarti Suruhan Pengalaman Adat Adalah Suruhan Syarak, Dengan Kata Lain Adat Minangkabau Tidak
Boleh
Bertentangan
Dengan
Ajaran
Syarak
(Islam).
Adat
Minangkabau
(Budaya/Kultur Minangkabau) Adalah Sebagai Pengalaman Ajaran Islam. Karena Itu Peranan Syarak Menjiwai Dan Mewarnai Pengalaman Adat Minangkabau. Sebelum
Islam
Menginjak
Bumi Minangkabau,
Orang
Minagkabau
Telah
Menetapkan Dan Berpegang Kepada Pandangan Hidup : Alam Takambang Jadi Guru, Berarti Ini Merupakan Ayat – Ayat Allah Swt Dengan Segala Hukum Dan Ketentuannya Dengan Kata Lain Disebut Sunnatullah. Al-Quran Sebagai Wahyu Dan Sumber Ajaran Islam
Sangat
Menghargai
Dan
Menetapkan
Serta
Mengupas
Hukum,
Gerak
Alam/Ketentuan-Ketentuan Alam. Disamping Alamtakambang Jadi Guru, Ada Ungkapan Tentang Tauhid/ Keesaan Tuhan Bahwa Kebenaran Itu Hanya Satu Seperti Ungkapan :Kamanakn Barajo Kamamak, Mamak Barajo Kapanghulu, Panghulu Barajo Kamufakat, Mufakat Barajo Kanan Bana, Nan Bana Badiri Sandirinyo”. Dengan Ungkapan Ini Paham Orang Minagkabau Sebelum Islam Datang Telah Berprinsip Keesaan (Tauhid) Karena Masuknya Islam Ke Minangkabau Mudah Diterima Oleh Masyarakat Minangkabau Dan Secara Cepat Bersenyawa Dengan Adat (Kultur) Minangkabau. Sedangkan Agama Hindu/Budha Tak Bisa Bertahan Lama Diminangkabau Karena : A. Agama Hindu/Budha Bersifat Aristokrat/Feodalistik, Sedangkan Orang Minangkabau Egaliter/Demokrasi. B. Agama Hindu/Budha Bersifat Khayali, Sedangkan Orang Minangkabau Bersifat Alami (Konkrit/Nyata). C. Agama Hindu/Budha Bersifat Polytheisme, Sedangkan Orang Minangkabau Bersifat Monotheisme.
10
II.
SUMBER ILMU DAN ATURAN HIDUP Sumber Ilmu Pengetahuan Dan Aturan Hidup Bertolak Dari Tiga Sumber : 1. Fiman Allah Dalam Kitab Suci Al-Qur‟an, Sifatnya Obyektif. 2. Ketentuan/Hukum Alam (Alam Takambang Jadi Guru) Sifatnya Obyektif. 3. Filasafat Sebagai Puncak Dari Budaya, Manusia/Akal Bersifat Conditioning Atau Subyektif. Ketiga Bentuk Ini Telah Membentuk Kepribadian Serta Serta Akhlak Dan Moral
Dengan Bersenyawanya Adat Nan Syarak Bagi Orang Mingangkabau Yang Lahir Dalam Bentuk : Budi, Akal, Ilmu, Serta Patut Jo Mungkin Dalam Kajian Syariat, Tharikat, Hakikat Dan Makhrifat. Karena Itu Adat Minangkabau Terbagi Empat Yaitu : 1. Adat Ialah Merupakan Hasil Kesepakatan Penghulu Penghulu Dalam Satu Suku/Nagari, Lain Padang Lain Belalang, Lain Lubuk Lain Ikannya. Jikalau Kesepakatan Tidak Sesuai Menurut Syarak Ditinjau Kembali, Gawa Manyambah, Salah Maisi Adat Dipakai, Limbago Dituang Karano Kato Allah Taala Didalam Al-Qur‟an, Apo Katonyo : Ayat 2. Nan Diadatkan Ialah Merupakan
Warisan
Katumanggungan
Dan
Budaya
Dari
Dt.Perpatih
Perumus Nan
Adat
Sabatang,
Minagkabau Mengenai
Yaitu
Aturan
Dt. Hidup
Bermasyarakat Orang Minangkabau Secara Umum Nan Berlaku Di Luhak Nan Tigo Yaitu : Mamakai Baso Jo Basi, Mamandang Ereng Jo Gendeng, Manimbang Mudaraik Jo Manfaatnyo, Mangarati Barek Jo Ringan Karano Kato Allah Taala Didalam AlQur‟an, Apo Katonyo : Ayat 3. Istiadat Adalah Kebiasaan Umum Yang Berasal Dari Tiru Maniru Dan Tidak Diberi Kekuatan Pengikat Oleh Penghulu – Penghulu Selama Tidak Bertentangan Dengan Adat Nan Sabana Adat Yaitu Urang Berhak Manarimo Haknyo Seperti ; Alam Diperintah Rajo/Mamak, Agamo Diperintah Malin, Nagari Diperintah Malin, Nagari Diperintah Penghulu, Kampuang Diperintah Tuo, Rumah Diperintah Suami, Kabau Diperintah Urang Sagubalo, Karena Kata Allah Taala Didalam Al-Qur‟an, Apo Katonyo :
11
Ayat Dimana Tampak Patuah Ialah Kepada Urang Nan Selalu Taat Kepada Allah Rosulullah Mengingatkan. Artinya :” Tak Wajib Taat Kepada Orang Yang Tidak Patuh Kepada Allah”
4. Nan Sabana Adat Ialah Nilai Dasar Dari Kitabullah (Agama) Dan Hukum Alam (Sunatullah), Diasak Tak Layu, Dibubuik Indak Mati, Adat Api Membakar, Adat Air Membasah, Sedangkan Kitabullah Nan Buliah Ditunjuakkan Pasalnyo, Matan Dan Maknanyo, Hadist Dan Dalilnya, Qias Da Ijmaknyo, Artinyo Mufakat Segala Ulama Karena Kato Allah Taala Didalam Al-Qur‟an, Apo Katonyo Ayat [18] Maksudnya Ialah Kitab – Kitab Yang Diturunkan Sebelum Al-Qur‟an
III.
BANGUN/TATANAN/MASYARAKAT MINANGKABAU 1. Sistem Matrilinial Masyarakat Minangkabau Bertolak Dari Sistem Matrilinial (Keibuan). Sebagai Konsekwensi Dalam Masyarak
Matrilinial Adanya Suku Yang Tumbuh
Mengikuti Garis Ibu. Harta Seperti Rumah Gadang, Sawah – Ladang, Hutan, Tanah Milik Kolektif, Seperti Hindu Dan Paruik. Dengan Datangya Agama Islam Milik Kolektif Ini Tetap Dipertahankan Karena
Tidak
Bertentangan
Dengan
Prinsip
Islam.
Akhirnya
Pusaka
Diminangkabau Menjadi Dua Yaitu : A. Puasko Tinggi Berupa Milik Kolektif (Suku, Hindu Dan Paruik) B. Pusaka Rendah Berupa Milik Keluarga (Suami – Istri) Yang Berlaku Hukum Mawaris. Harta Pusaka Tinggi Di Menej Oleh Mamak Dan Dan Ditunggui Serta Dimanfaatkan
Kegunaannya
Oleh
Ibu,
Karena
Rumah
Tangga
Diminangkabau Diatur Oleh Pihak Ibu Beserta Mamak (Saudara Ibu). Suami Datang Kerumah Istri Sebagai Urang Sumando. Karena Itu Dirumah Tangga Diminangkabau Yang Menguasai Rumah Bukan Suami Tapi Istri (Sebagai Ibu) Dan Rumah Mamak (Sebagai Saudara Ibu) Sebaliknya Seorang Ayah Juga Akan Berfungsi sebagai Mamak Dirumah Ibunya. Orang Sumando Dirumah Istrinya Bagaikan Abu Diatas Tunggua. 12
2. Sistem Kekerabatan Ibu Adalah Lambang Kasih Sayang Dan Perlindungan Sebagai Anak Dia Akan Lebih Dekat Dengan Ibu Dan Mamaknya Sehari – Hari Beserta Saudara Se Rumah Dan Sesuku. Orang Laki – Laki Dalam Hidup Matrilinial Tidak Tidur Dirumah Orang Tuanya/Ibunya, Karena Dia Dalam Kesehariannya Harus Bergaul Dengan (Mamak, Saudara, Dunsanak, Ipa, Besan, Bako Dan Lain – Lainnya). Karena Itu Harus Ada Lembaga Yang Berada Diluar Rumah (Ibu) Yang Dibangun Oleh Suku Yang Disebut Surau. Disinilah Mereka (Disurau) Belajar Dan Memahami Siapa Dirinya, Fungsi, Peranan Ibu Dan Mamak Serta Bapaknya, Belajar Mengenal Hidup Dan Hubungan Dengan Sukunya, Mengenal Ipar Besan, Bako-Baki, Berkampung Bernagari, Tahu Diadat Sopan Santun, Tahu Silsilah Dan Asal Serta Semanda Menyemanda.
Pendek
Kata Melalui Surau Seseorang Mensosialisasikan
Dirinya Sebagai Seorang Putra Minangkabau. 3. Rumah Tangga Diminangkabau Rumah
Tangga
Membangun
Diminangkabau
Kekerabatan.
Tumbuh
Orang
Dan
Berkembang
Minangkabau
Tidak
Dari
Dan
Membolehkan
Terjadinya Perkawinan Hubungan Tali Darah Terlalu Dekat, Karena Itulah Makna Perkawinan Dilakukan Antara Suku, Nagari Dan Luhak, Karena Setiap Perkawinan Akan Menghubungkan : A. Antara Suku Dan Nagari B. Antara Kampuang Dan Luhak Sebab – Sebab Perkawinan Akan Mewujudkan : 1. Anak Kemanakan 2. Ayah, Ibu Dan Mertua 3. Bako – Baki, Anak Pisang 4. Ipar Bisan 5. Semanda – Menyemanda 6. Sanak Saudara (Adik, Kakak, Anak Pisang) 7. Saudara Sepesukuan (Dunsanak) 8. Handai Tolan, Karib Kerabat 9. Bakampuang, Banagari Dan Lain – Lain
13
Fungsi Ayah Dan Mamak Bertugas Sesuai Dengan Mamang : “Anak Dipangku Jo Usaho, Kamanakan Dibimbiang Jo Pusako, Kaluak Paku Kacang Balimbiang, Tampuruang Lenggang – Lenggangkan, Dibaok Nak Urang Ka Saruaso,
Anak
Dipangku
Kamanakan
Dibimbiang,
Orang
Kampuang
Dipatenggangkan Jago Nagai Jan Binao”.
IV.
PERKEMBANGAN, FUNGSI SURAU DAN MESJID 1. SURAU Setiap Nagari Di Minangkabau Paling Sedikit Harus Didiami Oleh 4 (Empat) Suku. Setiap Suku Dibangun Sebuah Surau. Berkembangnya Surau Tergantung Kepada Berkembangnya Suku Yang Mendiami Suatu Nagari Serta Peranan Malin/Labai Sebagai Ulama Dalam Suku.
Sebelum Agama Islam Masuk Ke Minangkabau Surau Sudah Ada Dengan Fungsi Sebagai Berikut: A. Tempat Menginap / Asrama Bagi Anak Kemenakan Laki-Laki, Orang Yang Membujang Dan Yang Telah Tua Dan Baganyi. B. Tempat Mufakat / Musyawarah Suku Dan Bersua-Sua. C. Tempat Mensosialisasikan Adat, Budi Pekerti Dan Sopan Santun. Setelah Islam Bersenyawa Dengan Adat Minangkabau Lahirlah Sumpah Setia Bukik Marapalam, Maka Fungsi Surau Disesuaikan Dengan Tuntutan Agama Islam Sebagai Landasan (Sandi) Adat Dengan Tambahan Sebagai Fungsi Surau Disamping (Poin A,B,C) Ialah: D. Sebagai Tempat Mempelajari Agama Islam Dan Beribadah (Belajar Mengaji Al-Qur‟an, Sembahyang Dan Syariat Islam).
Jikalau Sebelum Islam Masuk Ke Minangkabau Suku Dipimpin Oleh: A. Seorang Penghulu B. Seorang Manti (Cadiak Pandai / Orang Tua-Tua) C. Seorang Dubalang (Orang Muda) Pagar Suku
Maka Setelah Agama Islam Bersenyawa Dengan Adat Maka Disempurnakan Pimpinan Suku Menjadi 4 Orang Yang Disebut 4 (Empat) Jinih Yaitu:
14
A. Penghulu (Datuk) Sebagai Kepala Suku Yang Berfungsi, Kayu Gadang Di Tangah Koto, Urek Tampek Baselo, Batang Tampek Basanda, Dahan Tampek Bagantuang, Daun Tampek Balinduang Kapanasan, Tampek Bataduah Kahujanan, Ka Pai Tampek Batanyo, Ka Pulang Tampek Babarito.
Penghulu Menjadi Lambang Kebenaran Budi Dan Akhlak, Dia Dapat Dijadikan Contoh Bagi Kaumnya, Seorang Penghulu Adalah Pendamai, Menghindarkan Diri Dari Konflik Seperti Kata Agadium Adat : “Kok Manabang Indak Marabahkan, Kok Mamancuang Indak Mamutuih, Kok Mamakan Indak Malabiahan, Bajalan Di Ateh Undang Jo Syarak” B. Malin /
Labai Sebagai Pembantu Penghulu Berfungsi Menjadi Suluah
Bendang Dalam Suku, Palito Nan Tak Padam, Camin Nan Tak Kabua Nan Tahu Halal Jo Haram, Sunnat Jo Fardhu Sarato Syah Jo Batha Yang Berlangsung Di Bidang Syarak Dan Adat Nan Mamimpin Surau Kaum/Suku. Malin/Labai Orang Yang Tahu Tentang Undang-Undang Adat
Dan Hukum Islam Menjadi Hukum Norma Positif Dalam
Masyarakat Yang Selalu Berdampingan Dengan Norma-Norma Akidah Islam Yang Berlaku. C. Manti (Cadiak Pandai) Berfungsi Membantu Atau Memberi Nasehat Kepada Penghulu Karena Dia Bertugas Menjadi Urang Nan Arif Bijaksana,
Mangarati Barek
Jo
Ringan, Manimbang Mudaraik Jo
Manfaat, Tahu Ereng Jo Gendeng, Lubuk Aia Lautan Budi, Tahu Di Duri Nan Ka Mancucuak, Tahu Di Rantiang Nan Kamahimpok. Fungsi Manti, Dia Mampu Memotifasi Anak Kemenakan, Lambang Katanya Adalah Mufakat Mengetahui Syariat Islam Dan Ketentuan Adat Yang Menguasai Ilmu Dan Teknologi, Manti Seorang Komunikator Sosial, Dia Adalah Penggerak Pembangunan. D. Dubalang (Urang Mudo) Berfungsi Membantu Penghulu Bertugas : Urang Nan Capek Kaki Ringan Tangan, Pamaga Suku Jo Nagari, Kalu Tak Pandai Manjago Urang Mudo, Mungkin Paga Makan Nagari, Kalau Tak Pandai Manjago Urang Mudo Mungkin Paga Makan Nagari. Dubalang Yang Mengetahui Mungkin Jo Patut, Mengetahui Pikiran – Pikiran Rasional Dan Empiris Profesional Yang Dapat Mengajak Dia 15
Mendorong Anak Kemenakan Untuk Melaksanakan Syariat Islam Dan Ketentuan Adat.
Untuk Berperannya Fungsi Dan Peranan 4 (Empat) Jinih Diperlukan Langkah – Langkah Sebagai Berikut : A. Reposisi Lembaga Urang Ampek Jinih Sebagai Institusi Yang Ada Pada Setiap Suku Dan Nagari Melalui Perda Kabupaten Dan Kota Dimana Wali Nagari Dicalonkan Dari Unsur Penghulu Atau Ampek Jinih Melalui Seleksi Oleh Kan Dan Dipilih Oleh Anak Kemenakan, Sehingga Suku Berfungsi Sebagai Kelompok Kekerabatan Yang Berkompetensi Dalam Membangun Dan Memajukan Nagari. B. Memfungsikan Tanah Ulayat Melalui Suku Lewat Ampek Jinih Sesuai Dengan Tatanan Adat Sebagai Milik Kolektif. C. Dilakukan Revitalisasi Terhadap Ampek Jinih Tentang Pengetahuan Adat Dan Syarak, Serta Syarat Memangku Ampek Jinih. D. Kalau Terjadi Perselisihan Dan Pelanggaran Adat Serta Sengketa Sako
Dengan
Pusako
Sebelum
Dibawa
Kelembaga
Hukum
Diselesaikan Oleh Ninik Mamak (Ampek Jinih) Dan Kan (Kerapatan Adat Nagari). E. Mengalihkan Sebagian Fungsi Surau Kesekolah/Madrasah Terutama Baca Tulis Al-Qur‟an, Pelajaran Shalat, Budi Pekerti (Budaya Minangkabau). 2. Masjid Setelah Islam Bersenyawa Dengan Adat Yang Dimbangkan Dengan Balai (Balairung) Kini Disempurnakan Dengan Adanya Masjid Yang Menghimpun Anak Nagari Yang Berfungsi Sebagai Berikut : A. Tempat Melaksanakan Ibadah, Dan Shalat Jum‟at Bagi Anak Nagari B. Tempat
Mensosialisasikan
Adat
Nan
Syarak
Bagi
Anak
Nagari
(Masyarakat) C. Tempat Mengenal Dan Merasakan Hidup
Bernagari Dengan Saling
Mengenal Komponen Masyarakat Atau Suku – Suku Yang Ada Dalam Nagari D. Tempat Peringatan Hari Besar Islam Dan Pengajian Bagi Anak Nagari
16
Sedang Pengajian Dan Ibadah Sehari – Hari Dilakukan Di Masing – Masing Surau Suku, Baik Shalat Berjama‟ah, Silat Dan
Tarawih, Belajar Mengaji Dan Sembahyang, Belajar
Budi Pekerti, Atau Adat Sopan Santun. Jikalau Suku Ada
Kepemimpinan Ampek Jinih, Maka Dimasjid Ada Pula
Perangkat
Kepemimpinan Jinih Nan Ampek
Yaitu : A. Imam B. Khatib C. Qadhi D. Bilal
V.
FUNGSI DAN PERANAN ORANG TUA 1. PERKAWINAN Perkawinan Diminangkabau Tidaklah Mewujudkan Keluarga Inti (Nuclear Family) Karena Suami Istri Masing – Masing Menjadi Anggota Dari Sukunya (Garis Keturunan Ibu) Masing – Masing. Suami Datang Kerumah Istri Sebagai Seorang Sumando Dan Dia Berperan Didalam Sukunya (Saparuik) Selaku Mamak. Pengertian Keluarga Terdiri Dari Ibu, Ayah, Anak – Anak Sebagai Suatu
Unit
Tersendiri,
Kemasyarakatan
Tak
Minangkabau.
Kenal
Ditemui
Dalam
Struktur
Sosial
Dalam Proses Sosialisasi Dalam Rumah
Gadang Banyak Ditentukan Oleh Peranan Ibu Dan Mamak, Namun Paling Dominan Dalam Proses Sosialisasi Adalah Peranan Ibu Dan Si Isteri. Anak – Anak Lebih Memihak Kepada Ibu Dan Keluarga Ibu, Bukan Kepada Ayah. 2. PROSES SOSIALISASI Proses Sosialisasi Anak Laki – Laki Menuju Remaja/Dewasa Ditentukan Oleh Mamak, Surau Yang Berfungsi Ganda Berperan Sebagai Berikut : A. Sebagai Lembaga Pendidikan B. Berkumpulnya Lembaga Baru C. Sebagai Asrama Bagi Anak Laki – Laki Disurau Berlangsungnya Sosialisasi Baik Dibidang Adat
Dan
Agama,
Maupun Dibidang Keterampilan Dan Bela Diri, Karena Mamak Dan Orang Tua Yang Menduda, Atau Baganyi Tak Pulang Kerumah Istri, Tidur Disurau. Karena Itu Sosialisasi Dan Pembudayaan Semakin Intensive. Dengan Adanya Sekolah Atau Madrasah Sosialisasi Sebahagian Beralih Pula Dari Surau Ke Sekolah/Madrasah. Transfer Sebagai Fungsi Dan Peranan Surau Ke Lembaga 17
Pendidikan Formal (Sekolah/Madrasah) Perlu Duperhitungkan Secermatnya. Bagi Anak Perempuan Disamping Rumah Gadang, Peranan Suraupun Bersama Anak Laki – Laki Ikut Memproses Sosialisasi Dan Pemberdayaan. Hanya Bedanya Anak Perempuan Tidur Dirumah.
3. PENGARUH MERANTAU Hidup Dirantau Secara Berangsur Telah Merubah Peranan Mamak. Peranan Mamak Yang Selama Ini Mulai Beralih Kepada Bapak. Jikalau Merantau Mulai Mendapatkan Rezeki, Lalu Membuat Rumah Untuk Anak – Anaknya, Walaupun Masih Diatas Tanah Pusako Si Isteri/Anak. Sekarang Rumah Itu Telah Terpisah Dari Rumah Gadang. Setiap Pulang Dari Rantau, Mereka Tidak Lagi Dirumah Gadang, Tapi Telah Menyendiri Rumahnya.
VI.
PERAN GANDA AYAH SEBAGAI MAMAK Sikap Kompromi Adat/Budaya Minangkabau Setelah Masuknya Agama Islam Serta Pengaruh Rantau Telah Ikut Menggeser Peranan Mamak Kepada Ayah Sesuai Dengan Ajaran Islam, Bahwa Dalam Suatu Rumah Tangga Sebagai Kepala Keluarga Yang Bertanggung Jawab Adakah Ayah (Bapak). Untuk Mengatasi Ini Agar Tak Ada Talendo, Syarak Tak Tagisie Adat Tak Rusak, Sedangkan Syarak Berjalan.
Untuk Itu Dicarilah Jalan Kompromi Dengan Menetapkan Anak
Dipangku Jo Usaho, Kamanakan Dibimbiang Jo Pusako, Terkenal Dengan Talibunnya : Kaluak Paku Kacang Balimbiang, Tampuruang Lenggang – Lenggankan, Dibao Anak Kasaruaso, Tanam Siriah Jo Ubeknya, Anak Dipangku Kamanakan Dibimbiang, Urang Kampuang Dipatenggangkan, Jago Nagari Jan Binaso, Jago Sarato Jo Adatnyo, Berarti Jarak Antara Anak Dan Ayah Menjadi Dekat Sekali, Sedangkan Jarak Dengan Kemenakan Hanya Dibimbing, Berdiri Diatas Haknya Sendiri (Harta Pusako) Makannya Anak Dbelanjai Dengan Harta Pencarian Si Ayah. Ayah Telah Bertanggung Jawab Penuh, Sedangkan Kemenakan Dibimbing Dari Harta Pusaka. 18
Sikap Kompromi Ini Menjadi Peran Ganda Si Ayah, Sehingga Adat Tak Tagisie, Syarak Tak Talendo, Sebagai Konsekwensi Logis Bersenyawa Adat Nan Syarak Di Minangkabau. Bapak
Dengan
Kedudukan
Sebagai
Seorang
Mamak
Masih
Diharapkan
Membimbing Kemenakan, Meskipun Tak Sepenuhnya Lagi Seperti Anak. Ayah Sebagai Mamak Terhadap Dunsanak Hanya Berfungsi : “Jauah Danga Dangakan, Hampia Silau – Silauan” Berarti Setiap Anak Minangkabau Akan Mendapatkan Asuhan Dan Perhatian Ganda, Baik Dari Ayah Maupun Mamak, Begitupun Perhatian Keluarga (Paruik) Dan Keluarga Ayah (Bako). Anak Secara Individu Tumbuh
Dan
Berkembang
Sewajarnya.
Sebagai
Anggota
Suku
Berada
Dimasyarakat Sanggup Menjaga Keserasian Antara Individu Dan Masyarakatnya. Sehingga Setiap Anggota Masyarakat Dalam Hidup Dalam Keseimbangan Antara Individu Dan Masyarakatnya. Disinilah Akan Terwujud : Raso Jo Pareso, Malu Jo Sopan,
Patut
Manenggang,
Jo
Mungkin,
Lamak
Dalam Pergaulan,
Diawak
Bangkitnya Rasa Tenggang
Katuju Dek Urang. Orang Tertonjol Dalam
Kebersamaan, Bersama Dalam Kemenonjolan. Timbullah Keterbukaan Hakiki Dalam
Masyarakat,
Terlihat
Dalam
Kepemimpinan.
Ditinggikan
Seranting,
Didahulukan Selangkah. Dengan Adanya Peran Ganda Bapak Sebagai Ayah Dan Mamak Mengakibatkan Posisi Ayah Sebagai Urang Sumando Terbagi Tiga Macam : 1. Urang Sumando Ninik Mamak 2. Urang Sumando Langau Hijau 3. Urang Sumando Kacang Miang 4. Urang Sumando Lapiak Buruak VII.
PERANAN SURAU, SEKOLAH DAN PEMONDOKAN 1. SURAU Jikalau Fungsi Utama Surau Sebahagian Telah Diambil Alih Oleh Sekolah Seperti : A. Belajar Mengaji B. Belajar Sembahyang C. Belajar Silat D. Belajar Adat Sopan Santun Atau Budi Pekerti Dan Akhlak E. Tempat Komunikasi Anggota Suku Sesuai Dengan Adat Dan Syarak Dengan Saling Mengawasi 19
F. Tempat Berlatih Diri Hidup Bermasyarakat Dan Mengenal Dunsanak Sepersukuan Dengan Demikian Peranan Surau, Masjid Dan Tempat-Tempat Ibadah Lainnya Dimanfaatkan Dalam Upaya Membangun Kekerabatan,
Tali
Persaudaraan, Praktek Ibadah, Membiasakan Pelaksanaan Adat Sopan Santun Dan Ibadah-Ibadah Lainnya. 2. Sekolah Sekolah Disamping Memiliki Kurikulum Dan Pengwasan Yang Baik Serta Profesional, Juga Sekolah Juga Memiliki Daya Tampung Yang Banyak Dengan
Lingkungan
Dilaksanakan Wajib
Yang
Lebih
Luas
(Bernagari).
Apalagi
Dengan
Belajar Berarti Intensitas Pelaksaaan Fungsi Surau
Disekolah Semakin Intensif Dan Merata. Sejalan Dengan Upaya Melaksanakan 20 % Muatan Lokal Untuk Daerah. Apaligi Di Sumatera Barat Sejak Tahun 1990 Muatan Lokal Telah Dirumuskan Dan Diputuskan Bahwa Kurikulum Muatan Lokal Untuk Sd, Smp, Dan Sma Yaitu: 1. Pelajaran Tulis Baca Alquran 2. Pelajaran Tulis Baca Huruf Arab Melayu 3. Pelajaran Adat Minangkabau 4. Pelajaran Pertanian Tradisional 5. Pelajaran Masakan Tradisional
Dengan Adanya Gerakan Kembali Ke Surau Perlu Adanya Penyusunan Dan Ketentuan Untuk Kurikulum Sekolah, Sehingga
Pelajaran Dan
Pendidikan Suarau Bisa Dialihkan Ke Sekolah Terutama Sd Sesuai Dengan Jenjang (Grandal) Pendidikan.
VIII. PENGARUH BACAAN DAN ALAT AUDIO VISUAL Pengaruh Dan Peranan Bacaan Serta Alat Audio Visual Kepada Dunia Pendidikan Sangat Besar. Bacaan Dan Alat Audio Visual Bukan Saja Menjadi Hiburan Statis, Malahan Juga Menambah Pengetahuan Dan Mempunyai Arti Pembentukan Yang Aktif Dalam Nilai-Nilai Nya Yang Paeda Gugis. Di Samping Dia Memperkaya Bathin Juga Membawa Akibat Lansung Atau Tidak Lansung Kepada Sikap, Laku, Perbuatan, Keyakinan, Cara Berfikir Dalam Memandang Dan Menyelami Arti
20
Kehidupan Ini. Kemana Hidup Di Tuju Di Arahkan, Bagaimana Akhirnya, Sekaligus Mengisi Dalam Pembentukan Keperibadian Kita. Oleh Sebab Itu Kontrol/Pengawasan Kepada Bahan Bacaan (Cerita, Hikayat, Lagu Dan Dongeng, Dan Lain-Lain) Dan Alat Audio Visual (Film, Sinetron, Vcd, Lagu Dan Nyayi) Apalagi Yang Mengarah Kepada Pornografis Dan Pornoaksi Perlu Di Kontrol Dan Di Awasi Oleh Pemerintah, Lembaga-Lembaga Swasta, Suku Dan Rumah Tangga Sesuai Dengan Falsafah Hidup Orang Minangkabau, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandin Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai Dalam Falsafah Hidup Nkri Dan Pancasila.
IX.
IMPLEMENTASI ADAT NAN SYARAK TERHADAP AKHLAK DAN MORAL Adat Minangkabau Mengutamakan Budi Sebagaimana Agama Islam Sangat Mengutamakan Budi Dan Akhlak Sebagai Sumber Moral Dan Tatakrama Kehidupan Individu Dan Masayarakat Minangkabau. Tatakrama Yang Bertolah Dari Budi Itulah Yang Membentuk Adat Sopan Santun Dalam Pergaulan. 1. Prinsip Kesopanan Minangkabau Pada Dasarnya Tidak Berbeda Dengan Daerah Lain Di Indonesia, Yaitu Haruslah Menjaga Sikap, Perkataan Dan Menghormati Sesama. Namun Terdapat Beberapa Ciri Khas Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pergaulan Yang Terkenal Dengan Sebutan “Jalan Nan 4” Yaitu : A. Jalan Mandaki, Adalah Tata Cara Bergaul Dengan Orang Yang Lebih Tua Atau Yang Dituakan. Sedangkan
Dituakan
Pengertian Tua Untuk Menunjukkan Usianya, Menunjukkan
Jabatan
Atau
Perannya
Dalam
Masyarakat. Orang Yang Tua Atau Dituakan Harus Dihormati Oleh Yang Lbih Muda Atau Kecil. B. Jalan Menurun, Yaitu Tata Cara Bergaul Dengan Orang Yang Lebih Muda, Perlu Diperhatikan Sikap Menyayangi Dan Mengayomi, Memberi Contoh Dan Jangan Mudah Emosi, Tidak Memarahi Dan Menghardik Orang Yang Didepan Umum, Berkata Lemah Lembut. C. Jalan Mendatar, Yaitu Tata Cara Bergaul Sesama Besar/Seusia, Baik Dipandang Karena Usia Maupun Status Sosialnya. Sikap Utama Adalah
21
Memperlihatkan Sikap Saling Menghargai, Saling Menjaga Perasaan, Jauhi Berkata Dan Bersikap Kasar. D. Jalan Meleren, Yaitu Tata Cara Bergaul Dengan Ipar, Besan Dan Keluarga Dekat Lainnya. Pada Umumnya Tidak Diucapkan Kata – Kata Yang Langsung, Tetapi Malalui Sindiran Atau Kiasan, Bersikap Lebih Arif Dan Segan Menyegani. 2. Beberapa Sikap Yang Perlu Deperhatikan Dalam Pergaulan Antara Lain : A. Sopan Santun Makan, Memulai Makanan Supaya Didahulukan Yang Tua, Begitu Juga Kalau Menyudahi Lebih Dahulu Maka Minta Izinlah Pada Yang Lebih Tua Atau Tuan Rumah. Sedang Makan Tidak Berbicara Yang Tidak Perlu, Tidak Menyuap Segenggam Penuh, Tapi Sejari Saja. Kalau Maka Dengan Tangan, Maka Selesai Makan Basuhlah Tangan Diatas Piring Makan, Bukan Langsung Ketempat Basuh. Mengambil Nasi Atau Sambal/Ikan Hendaklah Dengan Sendok Dan Tangan Kiri, Karena Tangan Kanan Untuk Menyuap Nasi. B. Sopan Santun Memanggil Orang, Memanggil Orang Dengan Tangan Kiri, Tetapi Tangan Kanan, Tidak Bersorak Kepada Yang Lebih Tua, Sebaiknya Diturut Atau Dengan Kode Yang Lebih Sopan Dan Hormat. C. Menjawab Pertanyaan Orang, Jangan Melengah, Tetapi Hadapkan Muka Kepadanya Dan Perhatikan Pembicaraannya, Jangan Lihat Matanya Lama – Lam. Kalau Berbicara Dengan Orang Yang Lebih Tua, Menekurlah Agak Sedikt. D. Sopan Santun Duduk, Kalau Duduk Dilantai Hendaklah Bersila, Bukan Mencangkung, Jangan Bertegak Lutut Atau Bersilonjor. Kalau Duduk Di Kursi Kaki Janganlah Dinaikkan Keatas Tetapi Dijatuhkan Kebawah. Wanita Hendaklah Merapatkan Lututnya Duduk. E. Sopan Santun Berbicara, Ajuhkan Berkata Kotor Dan Menyinggung Perasaan Orang Lain Dan Bertengkar Didepan Umum, Jangan Berteriak Atau
Suara
Tinggi
Sehingga
Memekakan
Telinga
Atau
Terkesan
Menghardik Orang Lain. Keluarkanlah Suara Seadanya Cukup Terdengar Lawan Bicara. F. Sopan Santun Mandi, Tidak Boleh Bertelanjang, Terutama Ditempat Umum. Mandi Tidak Boleh Berdekatan Laki – Laki Dengan Perempuan, Harus Pada Tempat Yang Terpisah. 22
G. Sopan Santun Berpakaian, Harus Menutup Aurat Yaitu Bagian Tubuh Yang Dapat Merangsang Dirahi Lawan Jenis, Terutama Perempuan, Hendaklah Berpakaian Longgar Dan Tidak Transparan. H. Harus Sopan Santun Ditempat Ramai, Haruslah Dapat Menjaga Diri, Tidak Erlebihan Dan Menarik Perhatian Orang Lain. Jangan Berbisik Berdua Didepan Teman – Teman, Jangan Tertawa Terbahak – Bahak. 3. Sumbang 12 Sumbang Artinya Janggal Atau Tidak Baik. Sumbang 12 Adalah 12 Macam Perangai Yang Janggal Atau Tidak Baik Dan Harus Dijauhi Dalam Pergaulan, Yaitu : A. Sumbang Duduk, Wanita Sumbang Duduk Ditepi Jalan Tanpa Teman, Duduk Diatas Tangga, Berdua Dengan Ipar/Besan/Sumando Tanpa Teman Lain. B. Sumbang
Berdiri/Tegak,
Seorang
Diri
Ditempat
Sepi,
Ditempat
Ketinggian, Tempat Gelap Terutama Wanita. C. Sumbang Diam, Wanita Bersama Banyak Laki – Laki Yang Bukan Famili, Bersama Bapak Tiri Tanpa Ada Teman, Anak Yang Telah Dewasa Sekamar Dengan Orang Tuanya. D. Sumbang Berjalan, Wanita Berdua Dengan Laki – Laki Bukan Famili Dan Muhrimnya, Berjalan Sendiri Ketempat Jauh. E. Sumbang Berkata, Berolok – Olok, Porno Yang Dapat Menerbitkan Gairah Seks, Tertawa, Terbahak – Bahak, Bergunjing. F. Sumbang Melihat, Dengan Sudut Mata, Berpandangan Dengan Lawan Jenis Berlama – Lama, Menatap Mata Orang Yang Penuh Kebencian Dan Mengedip – Ngedip. G. Sumbang Berpakaian, Minim, Jarang, Sempit Didepan Umum, Dekat Ipara, Besan Dan Orang Tua. H. Sumbang
Bergaul,
Secara
Bebas
Tanpa
Menghiraukan
Tatakrama
Setempat I. Sumbang Bekerja, Diluar Kodrat Masing – Masing Seperti Wanita Sumbang Memanjat Pohon. J. Sumbang Bertanya, Membuat Orang Curiga Dan Bertanya – Tanya Tak Tentu Maksud
23
K. Sumbang
Menjawab,
Mengundang
Pertengkaran/Salah
Persepsi Dan
Memancing Emosi/Amarah Orang Lain, Berlebihan. L. Sumbang Kurenah, Seperti Berbisik – Bisik, Tertawa – Tawa, Mencibir, Cemeeh/Suka
Menyindir,
Memperlihatkan
Sesuatu
Secara Berlebihan
(Pamer), Menarik Perhatian Orang Lain.
X.
UNDANG – UNDANG PERMAINAN ALAM 1. UNDANG – UNDANG LUHAK Alam Barajo, Nagari Bapanghulu, Tagak Nan Indak Tasundak, Malenggang Nan Indak Tapampeh, Tabujua Lalu, Tabalintang Patah, Jikalau Salah Kapado Rajo Andam, Salah Kapado Panghulu Barutang, Jikalau Barameh Hiduik, Tak Barameh Mati. Iolah Dimaso Nagari Baparang, Dibadie Nan Malatuih, Galah Nan Basilang, Didarah Nan Baserak, Iolah Murik Manjalang Guru, Guru Manjalang Murik, Urang Maantaan Urang Mangaji, Samo Ado Nan Diliek Tu Sakik Atau Sehat, Tukang Kayu Atau Tukang Buni – Bunian, Dukun, Baitupun Urang Sumando Manyumando Antaro Satu Nagari Kapado Nagari Lain. Karano Kato Allah Taala Dalam Al-Qur‟an : Artinyo “Dan Janganlah Kamu Mambuek Kebinasaan Dimuko Bumi” Uang Nan Tagak Tak Tasundak, Malenggang Dak Tapampeh Iolah Kulik Suri Ayam Itik Diatehnyo. 2. Undang – Undang Nagari Alam Barajo, Nagari Bapanghulu, Kampuang Batua, Adapun Tuo Disiko Iolah Urang Nan Cadiak Pandai Dan Jikalau Tuo Bangka Sekalipun. Adapun Disiko Iolah Urang Binguang Dan Jikalau Anak – Anak Sekalipun. 3. Undang – Undang Dalam Nagari Salah Mancancang Mambari Papeh, Salah Mambunuah Mambari Diat, Diat Itu Kemudian
Mati,
Mangambalikan,
Pampeh
Itu
Kemudian
Sembuh,
Salah
Tariak
Salah Makan Mamuntahkan, Manyalang Mangumbalikan,
Manjapuik Maantakan, Patah Manyambuang, Sumbang Dititi, Hutang Dibayie, Piutang Ditarimo, Babatulan Basalahn, Bapatitan Manuruik Kebiasaan Nagari, Gaib Bakhalan Allah.
24
4. Undang – Undang Nan Duo Puluah A. Salapan Larangan 1
Maliang
: Maambiak Harato Urang Lain Dalam Simpanan
2
Curi
: Maambiak Harato Urang Diluar
3
Tikam
: Malukoi Manusia Indak Hilang Nyao
4
Buhuah
: Menghilangkan Nyao Manusia Atau Hewan
5
Sumbang
: Menyertai Perempuan Janda Ditempat Yang Lengang
6
Salah
: Menyertai Istri Orang Ditempat Yang Lengang
7
Dago
: Hambo Rakyat Malakukan Sapanjang Bicaro Manuruik
Simpanan
Adat Indak Dikabakan Kapado Urang Nan Diateh 8
Dagi
: Penghulu Malakukan Sapanjang Bicaro Manuruik Adat Jo Pusako Dengan Tidak Mufakaik Dengan Hambo Rakyat
B. Duo Baleh Manjadi Talinyo Atau Tuduah/Cemo 1
Talalah Takaja
: Tampak–Tampak Jauah Pungguangnyo Sarato Tubuahnyo : Hampie – Hampie Sarato Nyato Tubuahnyo
Nyato
Tatando
: Ado Cap, Atau Bajak Ditubuahnyo
Tabeti
: Dapek Dipegang Barang Nan Hilang Itu Kapadonyo
Tacancang
: Luko Tubuahnyo
Tarageh
: Tapotong Rambuiknyo Atau Badannyo
Tarikek
: Dapek Barang Nan Hilang Dakek Rumahnyo
Tagungguang
: Urang Hampie Tabawok Atau Hampie Lalu
Tatambang
: Tak Ado Urang Kalua Masuak Selain Inyo
Taciok
: Dapek Urang Tapakiak Inyo Lari
Tabubuik
: Dapek Barang Nan Hilang Tu Pado Tangannyo Dengan Baragang – Ragang Dalam Kalam Sarato Condong Mato Urang Banyak Kapadonyo : Dapek Barang Tu Samo Tangannyo
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tarampeh 12
25
Undang – Undang Nan Salapan Tabagi Duo : Ampek Nan Partamo Untuak Pamarentah, Ampek Kaduo
Untuak Rajo Dan
Panghulu. Undang – Undang Nan Duopuluah Tabagi Duo : Anam Nan Partamo Jatuah Kapado Dakwa, Anam Nan Kaduo Jatuah Kapado Tuduah Mambaok Kapado Sumpah XI.
LUKISAN PADO ADAT NAN TIMBANGAN OLEH PUSAKO A. CUPAK NAN DUO 1. CUPAK USALI Mahukum Dengan Adil, Bakato Dinan Bana, Cabiak Pado Tampek Nan Biang, Putuih Pado Tampek Nan Gantiang, Putuih Manahan Sasah, Hitam Manahan Tapo, Tamasuak Jo Cupak Usali. Kambiang Biaso Mambebek, Kudo Biaso Mangais, Kambiang Mangoek, Jawi Biasonyo Malanguah, Murai
Biaso
Bakicau,
Ayam
Biaso
Bakukuak,
Panghulu
Biaso
Manghukum Manuruik Adat Dan Pusako, Urang Alim Biaso Manghukum Manuruik
Syarak,
Hulu
Balang
Biasonyo
Maninjau
Jo
Manjarah.
Perempuan Biaso Manyusun Kapeh Dan Marajuik Banang Dan Batanun, Urang Cadiak Biaso Banyak Tutua, Urang Banyak Biaso Banyak Bagarah, Urang Binguang Biaso Mandangakan Kato Urang Sajo Dan Biaso Pulo Mangikuik Kato Urang Saja, Adapun Cupak Usali Itu Amat Banyak, Maka,
Maka
Sukarlah
Kita
(Dianalogikan Saja) Kapado
Untuk
Membilang
Lebih
Dikiaskan
Nan Lain Seperti, Tatimbun Biasonyo
Dikakeh, Tabanam Biasonyo Diselami, Hilang Biaso Bacari, Hutang Biaso Dibayie, Piutang Biaso Ditarimo, Bakato Hadis Melayu : “ Urang Silungkang Balabu Aie, Bakaranjang Mambao Kapeh Diguncang Badakuak – Dakuak, Nan Bautang Nan Akan Mambale, Nan Mancancang Nan Akan Mamapeh, Bagitu Hal Sagalo Datuak – Datuak. Cupak Usali Juo Ialah Gantang Nan Panuah, Bungka Nan Piawai, Taraju Nan Batue, Nan Batiru Batuladan, Nan Bajanjang Naiak Batanggo Turun Nan Batakuak Nan Batabang, Nan Babarih Nan Bapahek, Jauah Nan Buliah Ditunjukkan, Hampie Nan Buliah Dikakokan. 26
2. Cupak Buatan Pancaharian Sagalo Urang Nan Barakal Didalam Nagari Nan Pancaharian Sagalo Panghulu Tiap – Tiap Lareh Dan Luhak Dan Tiap – Tiap Nagari Dan Dusun Samo – Samo Ado Pancaharian Itu Mufakat Syarak Atau Tidak, Jikolah Dapat Pancaharian Itu Ditukiakkan Kayu, Dibuekkan Medan, Ditopangkan Batu, Dipampankan Pinang, Dipotongkan Kabau Disudahi Do‟a Jo Fatihah. B. KATO NAN AMPEK 1. KATO PUSAKO Adokalonyo Kato Pusako Daripado Rajo, Kato Pusako Dari Penghulu Adokalonyo Pusako Dari Pado Luhak, Ado Kalonyo Pusako Daripado Nagari, Pusako Daripado Korong Kampuang, Kato Pusako Daripado Niniak Mamakdan Moyang, Kato Pusako Daropado Ibu Dan Bapak Samo Ado Kato Pusako Itu. Kato Pusako Itu Ialah Malakkan Suatu Pado Tampeknyo, Rumah Nan Basandi Batu, Adat Nan Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Nan Masuak Kato Pusako Juo Iolah Kato Nan Dikatokan
Oleh
Datuak
Parpatiah
Nan
Sabatang
Dan
Datuak
Katumanggungan Kepada Urang Nan Tigo Luhak Yaitu 34 (Tigo Puluah Ampek) Pakaro, Mano Nan Tigo Puluah Ampek : 1) Kasiahlah Engkau Kepado Nagari 2) Kasiahlah Engkau Kepado Isi Nagari 3) Kasiahlah Engkau Kepado Sagalo Urang Kayo 4) Kasiahlah Engkau Kepado Urang Tuo – Tuo 5) Kasiahlah Engkau Kepado Sagalo Ulamo 6) Kasiahlah Engkau Kepado Urang Tukang 7) Kasiahlah Engkau Kepado Sagalo Panghulu Nan Bana Dan Bancilah Engkau Kapado Sagalo Panghulu Nan Aniayo Dan Panduto 8) Kasiahlah Engkau Kepado Urang Pandai, Pandai Babicaro, Karano Tangkai Alam Dan Nagari Namonyo 9) Kuatlah Engkau Malawan Musuah 10) Kuatlah Engkau Mancarai Balanjo Buek Nafkah Diri Dan Anak Istri Sarato Saisi Rumah 11) Kuatlah Engkau Memperbaiki Paga – Paga Kaliliang Nagari 12) Basuko – Sukoan Sasamo Islam Dalam Nagari 27
13) Tahulah Engkau Dinan Bana Nan Dinan Salah 14) Kuatlah Engkau Menyelesaikan Nan Kusuik – Kusuik Didalam Nagari 15) Janganlah Engkau Berdangki – Dangkian 16) Janganlah Kamu Hino Menghinokan Dan Buruak – Maburuakkan 17) Janganlah Kamu Bertolong – Tolongan Pada Pekerjaan Maksiat 18) Janganlah Engkau Menghasung – Hasung Berkelahi Sesama Islam. 19) Kuatlah Engkau Memberi Makan Dan Minum Isi Nagari 20) Bancilah Engkau Kapado Pekerjaan Yang Jahat – Jahat 21) Hendaklah Engkau Banyak Manaruah Harato 22) Hendaklah Engkau Manyuruah Banyak Babuek Baik 23) Hendaklah Engkau Bahati Suko Kapado Urang Banyak 24) Hendaklah Engkau Pabanyak Jago Diri Pado Lalok Dan Mampabanyak Susah Daripado Sanang 25) Hendaklah Engkau Suko Diupek Urang, Dan Suko Pulo Dipuji Urang 26) Pangasiahlah Engkau Kepado Fakir Miskin Didalam Nagari 27) Hendaklah Engkau Pandai Babicaro Dan Lagi Fasih Lidah 28) Mamakai Ilmu Supayo Dapat Membedakan Yang Haq Dan Yang Bathil 29) Kuatlah Engkau Menolak Bala Didalam Nagari 30) Kuatlah Engkau Mengikuik Allah Taala 31) Hendaklah Engkau Taguah Kapado Bariman Pado Allah 32) Jiko Ado Nan Anggan Dinanti Hinggo Namuah 33) Jiko Ado Nan Barek Dinanti Hinggo Ringan, Jiko Sampik Dinanti Lapang, Jiko Berhutang Uang Fakir Dan Miskin Dinanti Hinggo Kayo 34) Apabila Engkau Hendak Berkato – Kato Lebih Dahulu Dipikirkan, Dalam Hati Jangan Dikeluarkan Sajo Karena Fikir Itu Pelita Hati Karena Sabda Nabi Muhammad Rosulullah Saw. Artinya : “Dan Bermula Berfikir Itu Adalah Pelita Hati”
28
2. Kato Mufakat Kato Nan Bacari Sekarang Itu Juo, Apobilo Hasil Pancarian Dari Sagalo Urang Nan Baraka Dalam Majelis Medan Bicaro, Maka Dizahirkan Kapado Urang Banyak Sekarang Itu Juga Dan Disudahi Sekarang Itu Juga. 3. Kato Dahulu Ditopati Kato Yang Telah Dicarai Dalam Syarak Yang Mulia Atau Pencarian Adat Nan Piawai, Tetapi Belum Sempurna Sebanta Itu Juo, Karena Itu Dapat Diperbuat Janji Sampai Janji Itu Ditepati Saja Nan Dahulu Itu. 4. Kato Kudian Kato Bacari Kato Nan Hampir Sudah Dapek Suatu Hajat Diperbuatkan Pula Janji Sampai Janji Itu Dicarai Pulo Hinggo Asalnyo Tarangkan Pulo Itu Undang – Undang Nan Ampek Itu, Yaitu : 1) Undang – Undang Urang Dalam Nagari 2) Undang – Undang Urang Nagari 3) Undang – Undang Luhak 4) Undang – Undang Nan Duopuluah
XII.
MODAL DASAR ORANG MINANKGKABAU Sebelum Islam Masuk Ke Minangkabau, Orang Minangkabau Berpandangan Hidup : “Alam Takambang Jadi Guru, Bumi Tabantang Tampek Diam”, Berdasarkan Alur Dan Patut. Hukum Alam Takluk Kepada Sunnatullah. Makanya Alam Minangkabau Yang Telah Diatur Melalui Adat, Adat Yang Terambil Dari Hukum Alam, Tentu Saja Dasar – Dasar Adat Minangkabau Mudah Menerima Ajaran Islam. Agar Persenyawaan Adat Dan Syarak Berlangsung Damai Dan Sukse Maka Diletakkan Empat Modal Dasr Bagi Setiap Anak Kemenakan, Yaitu : 1. Pandai Membaca Al – Qur‟an Dimasa Kanak – Kanak Seorang Anak Harus Pandai Dan Mahir Membaca AlQur‟an Serta Hafal Beberapa Ayat Dan Surat „Amma. Karena Apa Yang Direkam Semasa Kanak – Kanak Tidak Akan Hilang (Terlupakan) Seumur Hidup, Dia Akan Berbekas Seperti Melukis Diatas Batu. Minimal Menginjak Masa Remaja (13 Atau 15 Tahun) Agak Satu Kali Mengkhatamkan Al-Qur‟an 30 Juz. Berarti 30 Juz Al-Qur‟an Telah Mengisi Ronga Dadanya. Jika Mereka Ingin Memperdalam Agamanya, Kuncinya Telah Dimiliki Yaitu Kemampuan Membaca Huruf Al-Qur‟an. Makanya Pandai Membaca Al-Qur‟an Mutlak 29
Dimasa Kanak – Kanak Menjelang Masa Remaja Bagi Putra – Putri Minagkabau. Untuk Meransang Dan Mendorong Anak Mampu Membaca Dan Khatam Al-Qur‟an, Diadakan Upacara Perayaan Khatam Al-Qur‟an, Bukan Saja Sebagai Kebanggaan Dan Saat Yang Sangat Berkesan Dimasa Kanak – Kanak, Juga Merupakan Peristiwa Penting Bagi Keluarga, Suku, Korong, Kampung Dan Nagari. Sehingga Bagi Setiap Anak Khatam Al-Qur‟an Menjadi Idaman Dan Bahagian Dari Kebudayaan Minangkabau Dalam Kehidupan Bernagari. 2. Pandai Sembahyang Kemampuan Mendirikan Sembahyang (Shalat) Dijadikan Modal Kedua Dalam Menanamkan Rasa Agama Dimasa Kanak – Kanak, Bukan Saja Sembahyang Merupakan
Tiang
Agama
Tetapi Merupakan
Pembinaan
Pribadi Dan
Pergaulan. Dengan Sembahyang Anak Melatih Diri Dan Disiplin. Dengan Sembahyang Dia Berhubungan Dengan Yang Maha Kuasa, Dia Mengenal Jemaah Di Surau Dan Masjid, Dengan Shalat Dia Mengenal Kehidupan Surau. Pada Umur 6-7 Tahun Seorang Anak Telah Memulaimeninggalkan Rumah Orang Tuanya Dan Pergi Ke Surau Dan Masjid Dan Mulai Membentuk Kelompok Teman Sebaya, Menempatkan Posisinya Dalam Masyarakat Surau Sertamesjid Dan Nagari. Dalam Proses Si Anak Belajar Mengaji Dan Sembahyang, Pelajaran Akhlak Dan Keimanan Diajarkan Melalui Hikayat, Kaba, Cerita Para Rosul, Para Sahabat, Para Shalihin, Dll.
3. Belajar Silat Silat Adalah Kemahiran/Kemampuan Untuk Beladiri Untuk Mempertahankan Hak Dan Kebenaran Untuk Memagar Adat Dan Syarak, Memagar Korong, Kampung Dan Nagari. Pelajaran Silat Disamping Olah Raga Dan Bela Diri Juga Merupakan Pengisi Waktu Sengganng Bagi Anak-Anak Muda, Terutama Menginjak Masa Puber, Sehingga Tenaga Yang Berlebih Bisa Disalurkan Secara Terarah Dan Bermanfaat Dalam Roh Keislaman. 4. Adat Sopan Santun Pelajaran Dan Praktek Adat Sopan Santun Dipelajari Di Surau, Karena Hubungan Antara Anak Kemenakan Dengan Orang Tua, Mamak, Dunsanak, Ipar Besan Dan Bako Serta Hidup Ber Korong, Berkampung Serta Bernagari Dimulai Dari Surau Dan Mesjid. Di Surau Dipelajari Pepatah Petitih, 30
Pasambahan, Pidato Pantun Dan Peribahasa Melalui Dendang Dan Kaba. Sebab Budaya Minangkabau Lebih Banyak Melalui Lisan (Bahasa) Dari Pada Tulisan Dan Lukisan / Pahatan Atau Bangunan, Makanya Budaya Lisan Mudah Di Hafal Melalui Dendang.
XIII. FUNGSI AMPEK JINIH 1. PENGHULU / NINIK MAMAK Kayu Gadang Ditangah Koto; Urek Tampek Baselo, Batang Tampek Basanda Dan Dahan Tampek Bagantuang, Daun Tampek Balinduang Kapanasan, Tampek Bataduah Kahujanan, Ka Pai Tampek Batanyo, Ka Pulang Tampek Mangadu. 2. Alim Ulama / Malin Suluah Bendang Dalam Kampuang Dan Nagari, Palito Nan Tak Padam, Camin Nan Tak Kabue, Nan Tahu Halal Jo Haram, Sunat Jo Fardhu Sarato Syah Jo Batha. 3. Cadiak Pandai (Manti) Urang Nan Arif Bijaksana, Mangarati Barek Jo Ringan, Manimbang Buruak Jo Bayiak, Tahu Ereng Jo Gendeng, Lubuak Aka Lantan Budi. 4. Urangmudo / Dubalang Urang Nan Capek Kaki Ringan Tangan, Pamaga Kampuang Jo Nagari, Kalau Pandai Manjago Urang Mudo, Tapaga Kampuang Jo Nagari, Kalau Tak Pandai Manjago Nagari, Mungkin Paga Makan Tanaman.
XIV.
PERANAN ULAMA 1. Ulama Kedudukan Ulama Berada Di Nagari Bertanggung Jawab Terhadap Pembinaan Syarak Kepada Anak Nagari Melalui Suku, Di Bidang Syarak Penanggung Jawabnya Pada Setiap Suku Adalah Labai Atau Malin. 2. Labai / Malin Labai Berkedudukan Dalam Suku Bertugas Dan Bertanggung Jawab Terhadap Pelaksanaan Syarak Dalam Suku. Surau Sebagai Lembaga Pendidikan Formal Dalam Suku Sangat Efektif Dan Merata Bagi Pembinaan Syarak Terhadap Anak Kemenakan, Sebelum Adanya Sekolah Atau Madrasah Serta Tpa Dan 31
Lain-Lain. Setelah Adanya Madrasah, Tpa Dan Tpsa Dan Sekolah Setelah Kemerdekaan, Semestinya Funfsi Surau Bisa Lebih Melebar Dan Lebih Intensif Dalam Pembinaan Keagamaan Anak Kemenakan. Makanya Kembali Ke Surau Dan Kembali Ke Hidup Bernagari Perlu Di Tata Kembali Agar Fungsi Surau Berjalan Dalam Masyarakat. XV.
TANTANGAN KE DEPAN Untuk Melaksanakan Otonomi Daerah, Kita Akan Berhadapan Dengan: 1. Masalah Pemantapan Agama Dan Adat Serta Peranannya Bagi Hidup Dan Kehidupan Anak Kemenakan (Katakanlah Sdm Di Masa Depan) Dengan Memfungsikan Surau. 2. Kemajuan Ilmu Dan Teknologi Serta Interaksi Pengaruh Budaya Antara Bangsa 3. Masalah Etos Kerja, Disiplin Dan Kejujuran 4. Masalah Kualitan\S Produksi Dan Persaingan Bebas 5. Pemanfaatan Lahan Yang Di Tinggalkan Perantau 6. Pemanfaatan Tanah Ulayat 7. Penentuan Komoditi Jual 8. Pengaturan Zakat, Infak Dan Shadaqah 9. Peranan Perantau Dan Pembangunan Ekonomi
XVI.
TAHAP PEMBINAAN DAN PENDIDIKAN ANAK KEMENAKAN (SDM) Keluarga
Di Minangkabau Dalam Upaya Mendidik
Dan Membina Anak
Kemenakan Melalui Enam Tahap: 1. Setiap Anak Yang Lahir Dari Rahim Ibunya (Diazankan) 2. Setelah Berumur Satu Minggu Keatas, Diaqiqahkan, Diberi Nama, Dicukur Rambut, Turun Mandi Dan Disunat Masalkan (Khitan) 3. Belajar Mengaji Al-Qur‟an Dan Sembahyang (Shalat), Bersilat Serta Adat Sopan Santun, Petatah Petitih Untuk Memahami Adat Dan Syarak Tempatnya Disurau. 4. Baraja Kasawah Jo Kaladang, Manggaleh Jo Batukang, Kalau Dapek Jadi Tuanku Elok Bana (Punya Profesi, Terampil Dan Lapangan Kerja) 5. Menginjak Pintu Perkawinan, Memikul Tanggung Jawab Hidup Dan Masa Depan Berfungsi Ganda Sebagai Ayah Dan Mamak, Bagi Ibu Berfungsi Sebagai Guru Dan Bundo 32
6. Meninggal
Dunia
Yaitu
Hidup
Nan
Bakarajuik
(Bekerja)
Mati Nan
Bakajian/Dido‟akan Jadi Tahap Didikan Oleh Orang Tua (Ayah Dan Ibu) Dan Bimbingan Oleh Mamak Bertumpu Dan Bertolak Kepada Keenam Tahapan Tersebut. XVII. PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) Kerapatan Adat Nagari (Kan) Sebagai Instutusi Kelembagaan Adat Istiadat Di Dalam Pemerintahan Nagari Sebagai Mewakili Suku Sangat Berperan Dalam Menentukan Dan Memberi Arah Serta Penerapan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah Dengan Kata Lain, Syarak Mangato, Adat Mamakai. Makanya Kelembagaan Kan Yang Mewakili Ampek Jinih Dalam Suku Sangat Berwenang Membuat Aturan Atau Tatalaksana Penerapan Adat Istiadat Melalui Suku Masing – Masing Dalam Nagari Atau Bagi Anak Kemenakan. Sehingga Sosialisasi Adat Istiadat Berjalan Secara Intensif Dan Merata Bagi Anak Kemenakan Atau Masyarakat. Bahkan Kan Bisa Berinisiatif Untuk Terwujudnya Suatu Peraturan Nagari (Pernag) Disertai Sanksi Adat Atau Pidana. Umpanya Pernag Tentang Pelaksanaan Fungsi Surau Yang Empat Yaitu : Pandai Mengaji, Pandai Sembahyang, Belajar Silat, Dan Budi Pekerti. Begitupun Pernag Mengenai Perjudian, Minuman Keras, Narkoba Serta Pertunjukan – Pertunjukan Yang Merangsang
Hawa
Nafsu
Seperti
: Organ
Tunggal Atau
Musik
Yang
Dipesan/Pertunjukan Dalam Perhelatan Keluarga Atau Nagari Dibuat Pernagnya (Peraturan Nagari) Bahwa Setiap Penyanyi/Pemain Wanita Harus Berpakaian Sopan Sesuai Tuntunan Agama Dan Adat, Umpanya Berbaju Kurung Dan Berelendang. Dengan Adanya Peraturan Nagari (Pernag) Anak Kemenkakan Yang Berada Dijorong, Rumah Dan Nagari Akan Mematuhinya. Untuk Itu Perlu Ada Sangsi Baik Berupa Denda Ataupun Sangsi Sosial/Adat. Kuatnya Peranan Kan Disamping Mewakili Suku Juga Diperkokoh Oleh : 1. Dewan Pertimbangan Yang Terdiri Dari 9 Orang Yaitu : A. Pucuk Adat Atau Penghulu Pucuk Suku B. Tokoh Utama C. Cerdik Pandai D. Bundo Kanduang
33
2. Dewan Penyantun 3. Pucuk Ialah Wali Nagari Berarti Kan Cukup Representif Untuk Melestarikan Adat Istiadat Bagi Anak Kemenakan Bersama Pemerintahan Nagari
XVIII. TANTANGAN KEDEPAN 1. Masalah Pemantapan Dan Aktualisasi : Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah Bagi Hidup Dan Kehidupan Anak Kemenakan (Sdm Masa Depan) Dengan Memfungsikan Surau Dan Sekolah/Madrasah. 2. Dampak Globalisasi Dengan Kemajuan Ilmu Teknologi Sangat Mempengaruhi Dalam Interaksi Budaya Antar Bangsa. Apalagi Jika Daya Tahan Individu Dan Masyarakat Bangsa Goyah Dan Lemah Terutama Rasa Ke Agama Dan Adat (Kultur) Sebagai Jati Diri Bangsa Itu Sendiri. 3. Masalah Etos Kerja, Disiplin Dan Kejujuran 4. Masalah Kwalitas Produk Dan Persaingan Bebas 5. Pemanfaatan Lahan Yang Ditinggal Perantau 6. Pemanfaatan Tanah Ulayat 7. Penentuan Komoditi Jual 8. Pengaturan Zakat, Wakaf, Infak Dan Sadakah Yang Produktif Dan Bukan Konsumtif 9. Peran Perantau Dan Pembangunan Ekonomi “Adat” (Aturan, Diri, Akhlak, Tuntunannyo) Kita Tidak Memandang/Memperlakukan Orang Lain Lebih Rendah Dari Pada Kita, Bimbingan Kaidah Adat Ialah : Nan Tuo Dimuliakan, Nan Gadang Di Hormati, Nan Ketek Disayangi, Samo Gadang Lawan Baiyo. Adat Ialah : Suatu Lukisan Yang Tergambar Dalam Hati Manusia Sebagai Kekembangan Budi Dan Daya Yang Diperoleh Akal Dan Ilmu Didalam Bari, Alur Dan Patut Nan Manjadikan Limbago Tempat Tumbuh. Limbago Adat, Mengandung Limo Bijo/Unsur Yaitu :
34
1. Budi : Ialah Sikap Tingkah Laku Yang Lahir Dari Alam Azal Halus Tidak Bersisih, Putih Tidak Berkumal. 2. Akal : Ialah Perjalanan Kata Hati Melalui Pertimbangan Hati Menuju Kebenaran Panjang Indak Mangobek, Singkek Indak Mambunuah. 3. Ilmu : Ialah Kafiat Yang Tetap Bagi Hati Dan Perjalanan Ilmu, Ialah Sebagaimana Yang Diketahui Pada Adya Maka Ianya Akan Terbagi Kepada Ilmu Yang Dipahamkan Dan Ilmu Yang Diperangaikan 4. Alur : Ialah Bari Yang Lurus Dan Bertantangan Menjadi Awal Pada Suatu Yang Baik 5. Patut: Ialah Manakat Yang Lebih Kuat Datang Dari Petunjuk Gaib Meliputi Budi Halus Yang Dijalankan Oleh Ilmu Dan Akal Wewenang Kepemimpinan Adat Dalam Mengemban Pengayoman Adat Berbunyi : “Kamanakan Barajo Kamamak, Mamak Barajo Ka Panghulu, Penghulu Barajo Ka Mufakat, Mufakat Barajo Ka Alur Patut, Alur Patut Barajo Kepada Yang Benar/Bana, Bana/Benar Berdiri Sendirinya. Tupoksi (Tugas Pokok, Fungsi, Wewenang Dan Tanggung Jawab) Penghulu/Ninik Mamak 1. Penghulu Yang Memegang Hukum Putuih, Biang Cabiak, Bagi Anak Kemenakan Yang Sapayuang Sasuku Atau Menjadi Anggota Maupun Pmpinan Kerapatan Adat Nagari Sesuai Dengan Anggo Tanggo Adatnyo.
2. Monti Pembantu Penghulu Yang Bertugas Membina Dan Menyelesaikan Hal – Hal Yang Berkaitan Dengan Kehidupan Sehari – Hari Anak Kemenakan Silang Selisih Ataupun Sengketa Sako Dan Pusako Dalam Suku Dan Kaumnya, Yang Cerdik Cendikiawan, Kata Yang Akan Menjawab, Gayuang Yang Akan Menyambut, Monti Disebut Dengan Cahayo Nagari Ujuang Jari Sambuang Lida Penghulu. 3. Malin Pembantu Penghulu Yang Bertugas Membina Syarak Menyelesaikan Segala Hal Ikhwal Yang Menyangkut Dengan Syarak, Suluah Bendang Dalam Nagari, 35
Memegang Kita Kitabullah, Tahu Dengan Nahu Dan Syaraf, Tahu Dengan Hadis Sunah Nabi Dan Berdalil Bermakna 4. Dubalang Pembantu Penghulu Yang Berugas Menjadi Parik Paga Dalam Nagari Parik Nan Dalam Paga Nan Kokoh, Benteng Pertahanan Dalam Nagari, Kok Tibo Parang Jo Cabua, Dubalang Dipintu Mati Menanggulangi Bencana Alam Dan Hura Hara Di Nagari 5. Orang Tuo Kampuang Sebagai Penasehat Untuk Semua Masalah Dinagari, Urang Tuo Tidak Ikut Memerintah Namun Ianya Kok Poi Tampek Batanyo Pulang Bake Babarito, Mintak Pertimbangan Oleh Orang Ompek Jinih.
Adat 4 (Empat) : 1. Adat Nan Sabana Adat : Aturan
Pokok
Dan
Falsafah
Yang
Mendasari Kehidupan Masyarakat
Pendukung Adat, Yang Berlaku Turun Temurun, Tidak Terpengaruh Oleh Tempat, Waktu Dan Keadaan, Tidak Lakang Dek Paneh, Dan Tidak Lapuak Oleh Hujan, Kadar Sifat Alam Yang Melekat Padanya. Contoh : a. Garis Keturunan Menurut Garis Keturunan Ibu Yang Lazim Disebut Sistem Matrilinial b. Kedudukan Harta Pusaka Tinggi, Tanah Ulayat Yang Turun Temurun Menurut Garis Keturunan Ibu/Matrilinial Yang Menjadi Milik Bersama Tidak Boleh Diperjual Belikan c. Perkawinan Dengan Pihak Luar Suku Yang Lazim Disebut Exsogami, Suami Bertempat Tinggal Di Lingkungan Kerabat Istri Mertua 2. Adat Nan Diadatkan: Hasil Dari Kebulatan Mufakat Pemimpin Adat Merubahnya Harus Dengan Mufakat Bulat, Keputusan Mufakat Yang Dikalikan Dalam, Digantungkan Tinggi 3. Adat Nan Taradat : Kebiasaan Baik Yang Disepakati Bersama, Tiru Meniru, Teladan Dan Meneladani,
Dalam Masyarakat
Yang
Boleh Ditambah Dan Dikurangi
Ataupun Ditinggalkan, Selama Tidak Menyalahi Alur Dan Patut, Raso Pareso 36
Serta Anggo Tanggo Dan Harus Diambil Dengan Kata Mufakat. Adat Nan Taradat Ini Menyangkut Aturan Tingkah Laku Dan Kebiasaan Masyarakat Sehari – Hari Seperti Tata Cara Berpakaian 4. Adat Istiadat : Aneka Kelaziman Dalam Suatu Nagari Berkaitan Dan Menyangkut Pengajuan Tahan/Melestarikan Seni Budaya Anak Nagari.
Mengganti Penghulu Ada 4 Cara : 1. Iduik Bakarilahan Bila
Seorang Penghulu Tidak
Mampu Lagi,
Menjalankan Pimpinan
Kaum/Suku, Bukik La Tinggi Lurah La Dalam 2. Mati Batungkek Bodi Wafat
Atau
Pun Meninggal Seorang Penghulu Sako
Gelarnya Di
Himbaukan Di Tanah Sira/Kuburan 3. Mangambang Nan Balipek Pada Waktu Wafat/Meninggal Seorang Penghulu Tidak Terdapat Kata Sepakat Diantara Nan Satali Dara (Waris Nasab) 4. Mambangkik Batang Tarandam Pada Waktu Wafat/Meninggal Seorang Penghulu Tidak Ada Waris Nan Satali Dara (Waris Nasab)
Istiadat Menambah Penghulu Ada 4 1. Gadang Manyimpang Bila Anak Kamanakan Telah Berkembang
2. Menggunting Siba Baju Bagi Anak Kemenakan Yang Hinggap Ancajam Batang, Tabang Basitumpu/Manumpu Dahan. 3. Baju Sahalai Dibagi Duo Yaitu Dipakai Oleh Yang Setali Darah Atau Waris Nasab
4. Bungo Bakarang Anak Kamanakan/Kaum Yang Menyanda Ke Mamak/Kepada Mamak Kesebuah Kaum. 37
Tambo Adat : Adapun Yang Bernama Penghulu Itu Barang Siapa Yang Memerintahkan Akan Kaumnya Lagi Memerintahkan Ke Akhirat, Itulah Penghulu Yang Sebenarnya.
Penghulu Terdiri 4 (Empat) : 1. Penghulu, 2. Pengalah, 3. Pengeluh, 4. Pengalar 1
Penghulu
Pengalah 2 Pengeluh 3
: Yang Sebenar – Benarnya Memerintahkan Kaumnya Pada Dunia Dan Akhirat, Seperti Nabi Muhammad Saw Sekalian Kelakuannya Kasih Dan Sayang Kepada Umatnya : Jikalau Benar Sekali Pun, Disalihahnya Juga Karena Pengalahnya : Mengikut Kata Orang Saja Yang Pengalar Tidak Takut Ia Akan Menyalahi Janji Sama Allah Swt Atau Agama Islam, Itulah Penghulu Pengalar Namanya
Sifat Penghulu : 1
Sidik
Jujur / Benar Tidak Merobah Dari Yang Betul Kepada Yang Salah
2
Tabligh
Menyampaikan Hukum Syarak Segala/Semua Rakyat/Masyarakat
3
Amanah
Kepercayaan Tidak Menyembunyikan Syarak Kepada Yang Sepatutnya
4
Fatonah
Kesempurnaan Cerdik/Cerdas Memelihara Harta Dan Agama (Sifat – Sifat Nabi Muhammad Saw “Selaras Perkataan Dengan Perbuatan” )
5
Baiak Zatnyo
Keturunan Dara Yang Baik, Sudah Dewasa
6
Adil
Menempatkan
Sesuatu
Mangati/Menimbang Samo Indak
Dipiciangkan,
Pada Barek,
Tibo
Kepada Hukum
Tempatnya, Tibo
Dimato
Diparuik
Indak
Dikampihkan, Tibo Didado Indak Dibusuangkan 7
Arif Bijaksano
Dan
Tahu Dibiang Kato Sampai, Tahu Di Tunggu Kan Manaruang, Takilek Ikan Dalam Aie, La Tantu 38
Jantan Batinonyo 8
Pemurah,
Murah Pado Nasehat, Murah Pado Nasehat, Murah
Murah Jo Maha
Pada Melarang Mudorat
Ditampeknyo Filosofi Adat Minangkabau : Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru (Syarak Diamalkan, Adat Dilaksanakan). Togak Indak Bapaliang, Duduak Indak Bakisa, Satapak Indak Baranjak, Sajari Indak Baralieh, Tabuju Lalu Tabalintang Patah. Barang Siapa Yang Mengingkari Ikrar Yang Demikian, Pai Indak Barago Disuruah, Kalua Indak Barago Bahalau, , Tinggakan Rumah Tinggakan Kampuang, Carilah Bumi Tampek Diam, Carilah Alam Tampek Iduik, Tidak Banamo Lagi Masyarakat Hukum Adat Minangkabau. Syarak Yang Mangato Aqimusholata Wa‟atuzzakata Tegakkan Sholat Dan Tunaikan Zakat Wamaanu Wa‟amilu Ussolihati Beriman Dan Beramal Dengan Ilmu
Adat Nan Dipakai : Tengganglah Raso, Lakukan Periksa, Gunakan Etika, Pakailah Logika, Miliki Imtaq (Iman Dan Taqwa), Raihlah Iptek (Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi), Kerajakan Zikir, Fungsikan Fikiran.
Tali Tigo Sapilin Tungku Tigo Sajarangan 1. Niniak Mamak Wadahnyo Adat/Hukum Adat 2. Alim Ulama Wadahnyo Yaitu Agama Islam, Al-Qur‟an Dan Hadis 3. Cadiak Pandai Wadahnyo Ilmu, Peraturan Perundang – Undangan Hukum Yang Berlaku
39
Tupoksi (Tugas Pokok, Fungsi, Wewenang Dan Tanggung Jawab) Tali Tigo Sapilin Tungku Tigo Sajarangan
1. Niniak Mamak Nan Gadang Basa
Batuah Nan Dianjuang Tinggi, Mambalah Maampalau,
Mamapek Mandatakan, Mamacik Naraco Adie/Adil, Mamagang Bungka Nan Piawai
2. Cadiak Pandai Nan Cadiak Biopori Tahu Jo Ereng Jo Gendeng, Tau Jo Caka Jo Kaik, Pandai Manarah Manalakang, Pandai Marapek Dalam Aie, Mambuhu Indak Mambuku, Mauleh Indak Mangasan.
3. Alim Ulama Suluah Bendang Dalam Nagari, Palito Nan Tak Amua Padam, Duduaknyo Bacamin Kitab Tagaknyo Nan Rintang Jo Pituah. Dalam Kehidupan Orang Minang Adalah Kebersamaan Dalam Kelompok, Segala Urusan Individu (Perorangan) Menjadi Tanggung Jawab Kelompok, Orang Minang Tidak Mengenal Kebiasaan Mutlak Kehiduoan Pribadi.
Konsep Kepemimpinan Tali Tigo Sapilin Tungku Tigo Sajarangan.
Bahwa
Seseorang
Pemimpin
Adat
Atau
Pemimpin
Masayarakat
Minangkabau, Haruslah Punya Karakteristik Kepribadian Yang Utuh, Ia Adalah Orang Yang Bertaqwa Kepada Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa Dan Dalam Kehidupannya Sehari – Hari Taat Melaksanakan Perintah Agama Berdasarkan AlQur‟an Dan Hadis. Dalam Dirinya Tercermin Budi Luhur Sebagai Seorang Penghulu (Datuk) Sehingga Tingkah Lakunya Itu Membuatnya Seorang Yang Dihargai, Dihormati, Disegani, Dianjung Tinggi Diambang Gadang.
Pada Waktu Yang Sama Ia Adalah Cendikiawan Orang Yang Berilmu Pengetahuan Keduniaan, Pengetahuan Adat, Tetapi Tahu Pula Tentang Ilmu Keakhiratan.
40
Dengan Kata Lain Sesungguhnya Pada Satu Diri Terdapat Tiga Unsur Tersebut (Ninik Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai). Kepemimpinan Tali Tigo Sapilin Tungku Tigo Sajarangan Adalah Kepemimpinan Bersama Dalam Sebuah Masyarakat Yang Terdiri Dari Ninik Mamak, Alim Ulama Dan Cadiak Pandai. Cadiak Pandai Cadiak : Berhubungan Erat Dengan Akal Pikiran Atau Kecerdasan Otak. Pandai : Berhubungan
Erat
Dengan
Keahlian Profesional Atau Keterampilan
Seseorang. Bundo Kanduang Sama Dengan Bundo : Ibu, Kanduang = Sejati, Jadi Ibu Yang Sejati. Bundo Kanduang Merupakan Sebuah Simbol Dari Sistem Matrilinial (Masyarakat Minangkabau Mengikuti Keturunan Menurut Garis Ibu). Bundo Kanduang = Ibu Sejati Yang Berfungsi Melanjutkan Keturunan Suatu Kaum Bila Anak Laki – Laki Adalah Calon Penghulu Bagi Kaumnya Dan Mamak Bagi Kemenakannya. Bila Dilahirkan Anak Perempuan Merupakan Calon Bundo Kanduang Berikutnya Atau Mandeh (Perempuan Yang Dituakan Oleh Kaumnya). Bundo Kanduang Limpapeh Rumah Nan Gadang, Sumarak Dalam Kampuang, Hiasan Dalam Nagari, Kok Hiduik Tampek Banasa, Kok Mati Tampek Baniat, Kaundang – Undang Ka Madinah, Ka Payuang Panji Ka Sarugo, Cahayo Rumah Salendang Dunia. Perangkat Ninik Mamak Penghulu Pucuk
:1
Penghulu Suku
:4
Penghulu Andiko
:8
Manti
: 12
Malin
: 12
Dubalang
: 12
Jumlah
49
Tungganai Rumah Adat
: 92
Suku
:4
Kampuang
: 12
Urang Ampek Jinih : 1. Penghulu, 2. Monti, 3. Malin, 4.Dubalang
41
TUO KAMPUANG, BUNDO KANDUANG, TUNGGANAI RUMAH ADAT JINI NAN AMPEK : 1. IMAM, 2. KHATIB, 3. BILAL, 4. KADHI
DAFTAR ORANG EMPAT JINIH (DATUK EMPAT SUKU) DALAM KENAGARIAN LUBUK JANTAN NO 1
GELAR DT SIMARAJO
JABATAN PENGHULU
SUKU
KAMPUANG
MANDAHILING
BUAH PARAWE
PUCUAK 2
DT BIJO
PENGHULU ANDIKO
MANDAHILING
BUAH PARAWE
3
ANGKU TUAN TUAH
MALIN
MANDAHILING
BUAH PARAWE
4
PANJI ALAM
MANTI
MANDAHILING
BUAH PARAWE
5
RAJO DUBALANG
DUBALANG
MANDAHILING
BUAH PARAWE
6
DATUAK MANGKUTO
PENGHULU SUKU
MANDAHILING
SUMPUR DAREK
7
ANGKU BGD MALANO
MALIN
MANDAHILING
SUMPUR DAREK
8
PAKIAH MARAJO
MANTI
MANDAHILING
SUMPUR DAREK
9
SANGKAR BILANGAN
DUBALANG
MANDAHILING
SUMPUR DAREK
10
DT PADUKO RAJO
PENGHULU ANDIKO
MANDAHILING
PADANG LAWAS
11
ANGKU BANDARO
MALIN
MANDAHILING
PADANG LAWAS
12
KHATIB RAJO
MANTI
MANDAHILING
PADANG LAWAS
13
TANTANG HARI
DUBALANG
MANDAHILING
PADANG LAWAS
14
DT BIJAYO
PENGHULU SUKU
CANIAGO
SEBERANG PARIT
15
ANGKU STN AHMAD
MALIN
CANIAGO
SEBERANG PARIT
16
KHATIB MARAJO
MANTI
CANIAGO
SEBERANG PARIT
17
MANGKUTO LABIAH
DUBALANG
CANIAGO
SEBERANG PARIT
18
DT SINARO
PENGHULU ANDIKO
CANIAGO
TEBING BUNGO
19
A. RAJO MANGKUDUN
MALIN
CANIAGO
TEBING BUNGO
20
PETO SINARO
MANTI
CANIAGO
TEBING BUNGO
21
BAGINDO ALI
DUBALANG
CANIAGO
TEBING BUNGO
22
DT PADUKO SINARO
PENGHULU ANDIKO
CANIAGO
TOPI BALAI
23
ANGKU TUNARO
MALIN
CANIAGO
TOPI BALAI
24
BAGINDO SINARO
MANTI
CANIAGO
TOPI BALAI
25
TAMPONO
DUBALANG
CANIAGO
TOPI BALAI
26
DT RAJO PENGHULU
PENGHULU SUKU
MELAYU
TJ. AMBACANG
27
A. MAKUDUN SATI
MALIN
MELAYU
TJ. AMBACANG
28
BINJAI SATI
MANTI
MELAYU
TJ. AMBACANG
29
MANTARI SUTAN
DUBALANG
MELAYU
TJ. AMBACANG
30
DT PENGHULU BESAR
PENGHULU ANDIKO
MELAYU
MELAYU TENGAH
42
31
A.PANDITO MAJO LELO
MALIN
MELAYU
MELAYU TENGAH
32
BAGINDO KHATIB
MANTI
MELAYU
MELAYU TENGAH
33
MAJO GARANG
DUBALANG
MELAYU
MELAYU TENGAH
34
DT PANDUKO BESAR
PENGHULU ANDIKO
MELAYU
MELAYU TOPI
35
A. PADUTO MARAJO
MALIN
MELAYU
MELAYU TOPI
36
KHATIB KALO
MANTI
MELAYU
MELAYU TOPI
37
BANDARO SUTAN
DUBALANG
MELAYU
MELAYU TOPI
38
DT PERMATO BUDI
PENGHULU SUKU
KUTINYIR
TANJUNG PAUAH
39
ANGKU KHATIB MULIA
MALIN
KUTINYIR
TANJUNG PAUAH
40
RANGKAYO MUDO
MANTI
KUTINYIR
TANJUNG PAUAH
41
SAMPONO ALAM
DUBALANG
KUTINYIR
TANJUNG PAUAH
42
DT SANGGUNO
PENGHULU ANDIKO
KUTINYIR
SEBERANG PARIT
43
ANGKU TUAN MALANO
MALIN
KUTINYIR
SEBERANG PARIT
44
INTAN PENGHULU
MANTI
KUTINYIR
SEBERANG PARIT
45
AMBURAI
DUBALANG
KUTINYIR
SEBERANG PARIT
46
DT PADUKO SIRAJO
PENGHULU ANDIKO
KUTINYIR
RUMAH PANJANG
47
ANGKU PAKIAH SATI
MALIN
KUTINYIR
RUMAH PANJANG
48
RAJO HITAM
MANTI
KUTINYIR
RUMAH PANJANG
49
MANTARI
DUBALANG
KUTINYIR
RUMAH PANJANG
Kutianyir 1. Kutianyir Tanjung Pauah Tungganai
: 10
2. Kutianyir Subarang Parik Tungganai
:7
3. Kutianyir Rumah Panjang Tungganai
:6
Jumlah
23
Caniago 1. Caniago Tapi Balai Tungganai
:9
2. Caniago Subang Parik Tungganai
:9
3. Caniago Tobiang Bungo Tungganai
:9
Jumlah
: 27
Melayu 1. Melayu Topi Tungganai
:4
2. Melayu Tonga Tungganai
:7
3. Melayu Tanjung ambacang Tungganai
:4
Jumlah
20
43
Mandahiliang 1. Mandahiliang Buah Parawe Tungganai
:7
2. Mandahiliang Sumpu Darek Tungganai
:7
3. Mandahiliang Padang Laweh Tungganai
:7
Jumlah
22
Jumlah Tunggana/Mamak Pewaris
: 92 Orang
Jumlah Rumah Gadang
: 95 Buah
WARNA 1. Warna Kuniang Gugusan Luhak Tanah Datar/Warna Kuning Warna Agung/Kebesaran Rajo Alam (Binatangnyo Kucinag). 2. Warna Hitam Dalam Daerah Gugusan Luhak Lima Puluh Kota (Binatangnyo Kambianh). 3. Warna Merah Menunjukkan Keberanian, Warna Ini Dipakai Kebanyakan Gugus Luhak Agam (Binatangnyo Harimau) 4. Warna Putih, Bendera Alam Marwah Alim Ulama, Suluah Bendang Dalah Warna Putih 5. Warna
Lembayung,
Warna
Lambang
Ilmu
Pengetahuan
Pendidikan
Dan
Cendikiawan. 6. Warna Hijau Daun Dan Biru Dilambangkan Sebagai Makna Dari Kebesaran Yang Hakiki Sebagai Penghormatan Terhadap Kebenaran.
Sangsako/Sekaligus Pakaian Pakaian Tubuh/Lahir 1. Deta Panjang Bakotak 2. Saluak Batiek Baturibu 3. Baju Panjang Tangan Batanti Tibo Baliak 4. Sarawa Panjang Gadang Kaki 5. Sisampiang Serong Ateh Lutuik 6. Pandiang Parisai Pusek 7. Cawek Bajumbai Alai 8. Kain Kaciak Kain Sandangtungkek Pamenan Adat 44
9. Karih Kebesaran Adat 10. Payuang Sakaki Longkok 11. Tanggo Marawa Basah 12. Peti Ambun Puruak 13. Aguang Jo Momongan 14. Talempong Ganok Ganjie 15. Sirancak Canang Pamanggia 16. Sakin Sanjato Tajam 17. Uncang Kampie Sirieh 18. Mundam Kalangkapan 19. Talam Dulang Tinggi 20. Carano Bako Baturap 21. Bakasua Babanta Kaciek 22. Balapiak Bakasua Pendek 23. Tamboh Janggo Janggi 24. Tirai Langiek – Langiek 25. Tabieb Lai Balidah – Lidah 26. Kalambu Katiduran 27. Batilam Babanta Sarago 28. Anjuang Jo Biliek Dalam
Pakaian Hati/Bathin 1. Tulus Basifat Bana 2. Lapang Basifat Sabar 3. Kareh Diateh Kabanaran 4. Maha Jo Murah Ditampeknyo 5. Karuah Nan Nak Mampajanieh 6. Kumuah Suko Manyasa 7. Gabuak Suko Mahampeh 8. Kusuik Suko Manyalasai 9. Suko Mamaliharo Adat 10. Suko Mamaliharo Nagari 11. Suko Dengan Undang – Undang 12. Suko Pado Agamo 45
13. Suko Mangan Nan Kuaso 14. Suko Manyampaikan Kebenaran 15. Suko Malarang Kajahatan 16. Suko Kabaikan 17. Kasih Pado Hamba Rakyat 18. Suko Pado Adat Jo Limbago 19. Suko Mamaliharo Haroto Pusako 20. Suko Bapiyuah Manuju Kabaikan 21. Suko Bawarih Bawasiat
Pakaian Kebesaran 1. Deta (Destar) Tutup Kepala Atau Perhiasan Kepala a. Deta Rajo Alam Bernamo Dendam Tak Sudah, Putra Mahkota Mamakai Ikek Bandaro Pulang Mandi b. Penghulu / Pembesar – Pembesar Memakai Deta Gadang Atau Saluak Batimbo c. Deta Ameh Indomo Saruaso d. Deta Sabaliek Buhu Sentak e. Deta Rajo Banamo Diliang Manurun f.
Deta Panjang Bakotak
g. Basaluak Batiak Batimbo
2. Baju Baju Gadang Balulakang, Langan Tasingkek Tak Pembangi Bukan Karano Dek Pamberang, Pangipeh Angek Jo Dingin 3. Sarawah Sarawah Cindai Bapucuak Rabuang, Guntiang Banamo Guntiang Aceh, Sarah Hitam Guntiang Ampek Kaki, Gadang Batukaran Atau Galombang 4. Cawek Dan Pandang Cawek Suto Bajumbai Alai, Saeto Pucuak Rabuang Nyo Saeto Jumbai Alainyo. 5. Sampiang Sampiang Sabidang Diateh Lutuik, Kayo Jo Miskin Alamaiknyo Ado Batampek Kaduonyo Luruih Sentiang Tak Bulieh Dalam Luruih Dalam Dak Dapek Sentiang.
46
6. Kain Kaciek Atau Sandang Bahu Manyandang Kain Kaciek, Kain Cindai, Kain Sandang, Pahapuih Paluah Dikaniang. 7. Tungkek Pamenan Nyo Tungkek Kayu Kamat, Ujuangnyo Tanduak Kapalonyo Perak, Panungkek Adat Jo Pusako, Barih Tatagak Ndak Jan Condoang, Sako Nak Kokokh, Diringi Ingek Antaro Sabalun Kanai. 8. Sanjato Sanjatonyo Karih, Karih Kabasan Sampiang Jo Cawek Nan Tampeknyo, Sisinyo Tanam Tabukan (Ditanam Ditabuhkan) Lataknyo Condoang Kakiksa, Dikesong Makonyo Dicabuik. Gembonyo Tumpuanan Puntiang, Tambago Lu Kayu Kamat, Koko Tak Rago Dik Ambalau, Guyahnyo Bapantang Tangga, Bengkoknyo Tangah Tigo Patah, Tapi Luruih Makan Banang Buat Orang Yang Menyayangiku Terimakasih Telah Membuat Hari – Hariku Menyenangkan.
Buat
Orang
Yang
Pernah
Menyakitiku,
Terimakasih
Telah
Mengajarkan Ku Artinya “Kesabaran” Dan Semoga Kamu Tidak Akan Pernah Merasakan Sakit Seperti Yang Pernah “Aku Rasakan”. Buat Orang Yang Pernah Aku Sakiti “Ma‟afkanlah Kehilafanku” Karna Aku Hanyalah “Manusia Biasa” Yang Jauh Dari “Kesempurnaan” “Sahabatku” : Mungkin Kita Memiliki Banyak “Perbedaan” Namun
Tak
Bisa
Kupungkiri
Bahwa
“Aku”
Sangat
“Membutuhkan”
Trimks.........!!!!!!!!!!
Tibo Dilansek Mandahiliang Suruikan Bana Kajalan Data Kok Ibo Jo Adata Katagiliang Turuikan Putaran Roda Tasandorong Jalan Manurun Tatukiak Jalan Mandaki Adat Jo Syarak Kok Tasusun Bumi Sanang Padi Manjadi
47
Kalau Syarak Dapat Diamalkan Dengan Syari‟at Islam Al –Qur‟an Dan Hadis Dan Adat Dapat Dilaksanakan Sesuai Ketentuan Adat Insya Allah Masyarakat/Rakyat Nagari Lubuk Jantan Aman, Tertib, Tentram Dan Sejahtera.
DAFTAR ORANG EMPAT JINIH (DATUK EMPAT SUKU) TOBEK PANJANG DAN PADANG LUNGGO NAGARI LUBUK JANTAN A. TOBEK PANJANG NO
GELAR
JABATAN
SUKU
KAMPUANG
1
DT PANDUKO TUO
PENGHULU
MELAYU TOPI
RUMAH TOPI
SUKU 2
MALIN MARAJO
MALIN
LABUAH MELAYU TOPI
RUMAH TOPI LABUAH
3
BANDARO KUMAR
MANTI
MELAYU TOPI
RUMAH TOPI LABUAH
4
PETO KARI
DUBALANG
MELAYU TOPI
RUMAH TOPI LABUAH
5
DT PADUKO BESAR
PENGHULU
MELAYU TOPI
RUMAH BARU
ANDIKO 6
KHATIB MARAJO
MALIN
MELAYU TOPI
RUMAH BARU
7
PADUKO SUTAN
MANTI
MELAYU TOPI
RUMAH BARU
8
PADUKO ALAM
DUBALANG
MELAYU TOPI
RUMAH BARU
9
KHATIB MUDO
MALIN
MELAYU TOPI
RUMAH BARU
10
DT SURI
PANGHULU
MELAYU TOPI
RUMAH BARU
MELAYU TOPI
RUMAH BARU
ANDIKO 11
MANTARI GAGAH
TUO KAMPUANG
12
MALIN GADANG
MALIN
MELAYU TOPI
RUMAH BARU
13
MANTARI KAYO
MANTI
MELAYU TOPI
RUMAH BARU
14
DUBALANG GODANG
DUBALANG
MELAYU TOPI
RUMAH BARU
15
DT CUMANO
PANGHULU
MELAYU TANGAH
RUMAH BARU
SUKU 16
PETO KAYO
MALIN
MELAYU TANGAH
RUMAH BARU
17
MALANO
MANTI
MELAYU TANGAH
RUMAH BARU
18
KOTIK GOMUAK
DUBALANG
MELAYU TANGAH
RUMAH BARU
19
DT PATIAH
PANGHULU
MELAYU TANGAH
RUMAH BARU
MELAYU TANGAH
RUMAH BARU
ANDIKO 20
MALIN SUTAN
MALIN
48
21
AMPONO KOTIK
MANTI
MELAYU TANGAH
RUMAH BARU
22
RAJO MUDO
DUBALANG
MELAYU TANGAH
RUMAH BARU
23
DT KALI BANDARO
PANGHULU
CANIAGO
RUMAH CANIAGO
CANIAGO
RUMAH CANIAGO
SUKU 24
DATUAK SINARAO
PENGHULU ANDIKO
25
MALIN PARMATO
MANTI
CANIAGO
RUMAH CANIAGO
26
PANDUKO INTAN
MALIN
CANIAGO
RUMAH CANIAGO
27
MALANO KALI
DUBALANG
CANIAGO
RUMAH CANIAGO
28
KOTIK AMPONO
DUBALANG
CANIAGO
RUMAH CANIAGO
29
DATUAK MARAJO
PENGHULU
MANDAHILIANG
RUMAH
SUKU 30
PAKIAH MAHUDIN
MALIN
MANDAHILIANG MANDAHILIANG
RUMAH MANDAHILIANG
31
BANDARO
DUBALANG
MANDAHILIANG
RUMAH MANDAHILIANG
32
DATUAK MAJO SINDO
PENGHULU
PILIANG
SUKU 33
GINDO NAN PANJANG
MALIN
RUMAH SEBARANG AIR
PILIANG
RUMAH SEBARANG AIR
34
MANTARI LABIAH
MANTI
PILIANG
RUMAH SEBARANG AIR
35
PETO SALEMAN
DUBALANG
PILIANG
RUMAH SEBARANG AIR
36
DATUAK MANGGUANG
PENGHULU
MELAYU KOMPAI
SUKU 37
MALIN PENGHULU
MALIN
RUMAH ATOK HILALANG
MELAYU KOMPAI
RUMAH ATOK HILALANG
38
39
40
41
42
43
DATUAK PANDUKO
PENGHULU
MELAYU KORONG
RUMAH KORONG
SONSO
SUKU
NAN PANJANG
NAN PANJANG
BANDARO PAKIAH
MALIN
MELAYU KORONG
RUMAH KORONG
NAN PANJANG
NAN PANJANG
MELAYU KORONG
RUMAH KORONG
NAN PANJANG
NAN PANJANG
MELAYU KORONG
RUMAH KORONG
NAN PANJANG
NAN PANJANG
MELAYU KORONG
RUMAH KORONG
NAN PANJANG
NAN PANJANG
MELAYU KORONG
RUMAH KORONG
BANDARO HITAM
PETO BARAIN
MALIN CAYO
MALIN PANJANG
MANTI
DUBALANG
MALIN
MANTI
49
44
45
GINDO KOTIK
DUBALANG
NAN PANJANG
NAN PANJANG
MELAYU KORONG
RUMAH KORONG
NAN PANJANG
NAN PANJANG
DATUAK PANDUKO
PENGHULU
MELAYU KORONG
RUMAH KORONG
NAN PANDAK
ANDIKO
NAN PANJANG
NAN PANJANG
KEMENAKAN DATUAK PADUKO SONSO NO
GELAR
1
PONOME
JABATAN
SUKU
KAMPUANG
TUNGGANAI
RUMAH KORONG MELAYU
KORONG
NAN PANJANG
NAN PANJANG TUNGGANAI 2
RUMAH KORONG
MALIN
MELAYU
KORONG
KOCIAK
NAN PANJANG TUNGGANAI
3
RUMAH KORONG
DUBALANG
MELAYU
KORONG
MUDO
NAN PANJANG TUNGGANAI
4
NAN PANJANG
NAN PANJANG RUMAH KORONG
PONJI
MELAYU
KORONG
NAN PANJANG
NAN PANJANG KEMENAKAN DATUAK CUMANO NO
GELAR
1
MANTIKO ALAM
2
MUSUAH
3
ALANG
JABATAN
SUKU
KAMPUANG
TUNGGANAI
MELAYU TONGAH
BATANG JUNGKANG
TUNGGANAI
MELAYU TONGAH
BATANG JUNGKANG
TUNGGANAI
MELAYU TONGAH
BATANG JUNGKANG
KAMPUANG
B. PADANG LUNGGO NO GELAR
JABATAN
SUKU
DATUAK PADUKO RAJO
PENGHULU SUKU
MELAYU
MALIN MAJO
MALIN
MELAYU
DATUAK GODANG
MANTI
MELAYU
DUBALANG
MELAYU
1 2 3
BANDARO PETO MULIAH
4
50
KOTIK AJO
MALIN KANAGARI
MELAYU
DATUAK GODANG
PENGHULU SUKU
MELAYU
MALIN SAIDI
MALIN
MELAYU
KOTIK JOKOYO
MANTI
MELAYU
SUTAN MAJO
DUBALANG
MELAYU
DATUAK ANDIKO
PENGHULU
MELAYU
5 6
BANDARO
7 8 9 10
ANDIKO MALIN PONO
11
MALIN DALAM
MELAYU
SUKU PALINDI
MALIN SAUMA
MELAYU
DATUAK PAKIAH SINDI
PENGHULU SUKU
PILIANG
DATUAK PADUKO SATI
PENGHULU SUKU
CANIAGO
MALIN PUTIAH
MALIN
CANIAGO
BANDARO SATI
MANTI
CANIAGO
AMPONO MAJO
CANIAGO
CANIAGO
DATUAK GINDO
BENDANG
BENDANG
BENDANG
BENDANG
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
MAROJO MALANO KALI
22 23 24
51
SEJARAH PAHLAWAN SITI HAJIR PEMBERONTAKAN TERHADAP PEMERINTAH NEGARA BELANDA TENTANG BLASTING RODI (KERJA PAKSA) TAHUN 1908 DI LINTAU BUO TANAH DATAR Tahun 1908 Pemerintah Belanda Menjalankan Peraturan/Undang – Undang, Dimana Para Rakyat Harus Membayar Belasting Tersebut, Maka Dikenakan Sanksi Untuk Bekerja Rodi. Lintau Buo Adalah Kantor Pusatb Dari Sembilan Koto/Negeri Itu Adalah : 1. Kepala Negeri : Taluk 2. Kepala Negeri : Tigo Jangko 3. Kepala Negeri : Pangian 4. Kepala Negeri : Buo 5. Kepala Negeri : Lubuk Jantan 6. Kepala Negeri : Tapi Selo 7. Kepala Negeri : Balai Tengah 8. Kepala Negeri : Batu Bulat 9. Kepala Negeri : Tanjung Bonai Dengan
Keputusan
Pemerintah
Belanda
Yang
Mengharuskan
Untuk
Membayar Belasting Dan Jika Tidak Membayar Dikenakan Sanksi Kerja Rodi Tersebut, Maka Rakyat Menenteng Keras Peraturan Itu, Tetapi Pemerintah Belanda Tetap Menjalankan Peraturan Tersebut. Pemerintah Belanda Waktu Berkantor Di Buo. Kepala Pemerintahan Dibuo Pada Waktu Itu Adalah Seorang Belanda Yaitu Js.Bastian
Sebagai Asisten Controleur Mempunyai Staf Dan Pasukan Militer
Sebanyak 20 Orang Beserta Opasnya Yang Tinggal Di Komplek Kantor Tersebut. Untuk
Memperlancar
Tugas
Soal
Belasting,
Staf
Dan
Pengawalnya
Mendatangi Kepala Negeri – Kepala Negri Supaya Mereka Mematuhi Aturan – Aturan Yang Dibuat Olehnya, Tetapi Kepala Negri Tersebut Tidak Ada Satupun Yang Mau Menjalankan/Mematuhi Peraturan Itu. Sehingga Kepala Pemerintahan Buo Js.Bastian Memerintahkan Staf Dan Pengawalnya Untuk Menagih Belasting Dan Bagi Yang Tidak Sanggup Membayar Belasting, Maka Dikenakan Sanksi Rodi (Kerja Paksa) Di Buo. 52
Karena Rakyat Pada Masa Itu Banyak Yang Tidak Mampu Membayar Belasting, Maka Dengan Terpaksa Mereka Harus Menjalani Kerja Rodi (Kerja Paksa) Di Buo. Kerja Rodi Yang Diterapkan Pemerintah Belanda Saat Itu Kejam. Mereka Manyiksa, Menindas Dan Mempekerjakan Rakyat Tanpa Mengubris Waktu Dan Lama Mereka Di Pekerjakan Sehingga Para Pekerja Rodi (Pekerja Paksa) Tidak Tahan Dan Melarikan Diri. Tetapi Mereka Yang Melarikan Diri Ditangkap Kembali Dan Dimasukkan Kedalam Bui Buo. Maka Mereka Disiksa Dengan Sangat Kejam Tanpa Perikemanusian. Rakyat Menjadi Sangat Gelisah Karena Setiap Laki – Laki Yang Terlihat Dipinggiran Jalan Ditangkap Dan Dimasukkan Ke Bui Buo Dan Juga Para Pekerja Rodi Yang Berada Di Bui Buo Tidak Dapat Dibesuk Oleh Keluarganya, Ini Membuat Rakyat Semakin Gelisah. Dengan Kejadian – Kejadian Tersebut, Kepala – Kepala Negri Sembilan Koto Mendatangi Asisten Controleur, Mereka Meminta Agar Para Pekerjaridi Dilepaskan. Mengingat Keluarganya Yang Cukup
Resah Karena Tidak
Kembali. Dengan
Kedatangan Kepala Negeri Asisten Controleur Marah Besar Dan Menagkap Lagi Rakyat Yang Belum Bayar Belasting. Dari Berbagai Macam Permasalahan Diatas, Yang Sangat Menggelisahkan Rakyat, Maka Sebagian Orang Berkeinginan Untuk Menyelamatkan Para Pekerja Rodi. Salah Satunya Orang Yang Berasal Dari Negri Lubuk Jantan, Tepatnya Didusun Talang, Di Seberang Sungai Negri Lubuk Jantan Tersebut Adalah Sebuah Sungai, Bernama Sungai Sinamar. Dibelakang Sungai Tersebut Bernama Kampung Talang . Dikampung Talang, Ada Sebuah Dusun Yaitu Dusun Suleka. Didusun Tersbut Tinggal Seorang Wanita Berumur 48 Tahun Bernama Siti Hajir Dan Suaminya Bernama Ibrahim Berumur 46 Tahun, Bekerja Sebagai Pedagang. Pada Suatu Hari Ibrahim Berniat Membawa Barang Dagangannya Ke Payakumbuh, Dan Berencana Bermalam Di Rumah Siti Maryam (Kakak Siti Hajir). Akan Tetapi Diperjalanan Kerumah Siti Maryam, Ibrahim Ditangkap Tentara Belanda. Setelah Beberapa Hari Siti Maryam Mendapat Kabar Dan Menceritaknnya Pada Siti Hajir. Kemudian Siti Hajir Memberi Tahukan Kepada Kepala Desa, Orang Kampung, Ninik Mamak, Cerdik Pandai. Dan Mereka Memutuskan Untuk Berangkat Kebuo Denga 53
Senjata Lengkap. Sebelum Berangkat Siti Hajir Melakukan Ibadah Dulu, Dan Mengenakkan Pakaian Suaminya, Rambutnya Disanggul Dan Memakai Peci. Dengan Begitu Siti Hajir Telah Menyerupai Seorang Pria Yang Siap Untuk Berperang. Maka
Berangkatlah
Mereka
Bersama
Menuju
Lubuk
Jantan,
Lalu
Bermusyawarah Dengan Ninik Mamak Dan Cerdik Pandai Lubuk Jantan. Hasil Musyawarah Tersebut Diberitahukan Kepada Kepala Negri Tapi Selo, Balai Tangah, Tanjung Bonai, Yang Turut Kebuo. Dengan Menyebut Asma Allah (Allahuakbar) Mereka Berangkat Kekantor Asisten Controleur, Yang Dipimpin Oleh Siti Hajir Dan Tuanku Imam. Setiba Dibuo Mereka Menghadap Controleur Untuk Meminta Melepaskan Semua Orang Yang Ditahan.
Mendengar Permintaan Tersebut Controleur Menjawab Dengan Tegas
“Tidak Bisa Di Bebaskan.” Rombongan Siti Hajir Tidak Sabar Lagi, Mereka Berteriak, Akhirnya Controleur Marah Sekali Dan Memanggil Tentaranya Dan Juga Opas-Opas Kantor, Agar Mereka Di Tembak Dan Di Usir. Rombongan Siti Hajir Mendengar Perintah Tersebut Dengan Geram Dan Semangat Yang Membara, Mereka Menyerang, Maka Terjadilah
Pertempuran
Rakyat
Di
Kantor
Pemerintahan
Belanda
Di
Buo.
Pertempuranpun Tidak Bisa Dihindarkan Lagi, Mereka Membakar Rumah Dan Kantor Controleur. Tentara Beanda Menembak Siti Hajir Berkali-Kali, Tetapi Siti Hajir Tidak Mati, Hanya Baju Dan Celana Saja Yang Kena Tembak. Siti Hajir Dan Rombongan Semakin Panas. Akhirnya Tentara Belanda Yang Berjumlah 20 Orang Tersebut Mati. Lalu Siti Hajir Dan Tuanku Imam Menangkap Asst. Controleur / Js. Bastian. Kemudian Diseret Bersama Oleh Rakyat Ke Jalan Besar Yang Di Depannya Ada Empang, Dan Di Empang Tersebut Asst. Controleur Di Bunuh. Setelah Rombongan Siti Hajir Membunuh Asst. Controleur, Mereka Segera Ke Bui, Namun Tidak Satu Orang Pun Tahanan Yang Hidup, Termasuk Suami Siti Hajir. Dua Hari Kemudian Tentara Belanda Marsose Dengan Mengendarai Kuda Datang Dari Batusangkar Menuju Buo, Setelah Mendapat Kabar Dari Istri Js. Bastian Yang Ber4hasil Kabur Saat Pertempuran Terjadi Di Buo. Lalu Tentara Belanda Menyerang Belanda, Rakyat Lemah Karena Keletihan Pada Pertempuran Dua Hari 54
Yang Lalu. Akan Tetapi Siti Hajir Dan Tuanku Imam Masih Kuat Dan Melawan Tentara Belanda. Lagi-Lagi Siti Hajir Tidak Mempan Oleh Peluru, Tanpa Sengaja Tentara Menembak Sanggul Siti Hajir Dan Sanggulnya Terlepas, Maka Terurailah Rambutnya. Dengan Terperangah Tentara Marsose Kaget, Tidak Menyangka Pasukan Tersebut Di Pimpin Oleh Wanita. Maka Dengan Sangat Geram, Tentara Marsose Menembak Tuanku Imam Dan Akhirnya Ia Mati. Dan Siti Hajir Akhirnya Tertangkap Dan Di Bawa Ke Buo, Lalu Dimasukkan Ke Dalam Bui. Dalam Sel Kaki Siti Hajir Dirantai. Beberapa Hari Kemudian Siti Maryam Dan Anak Perempuannya Yang Bernama Tinur Mengantarkan Nasi Dan Pakaian Untuk Siti Hajir.
Mereka Diperbolehkan Masuk Ke Dalam Sel,
Tetapi Hanya Sebentar Saja. Pada Waktu Itulah Siti Hajir Berpesan Kepada Kakaknya, Apabila Ia Mati, Dia Minta Dikuburkan Di Rumahnya Di Lubuk Jantan. Setelah Lebih Seminggu Hukuman Cambuk Yang Terus Menerus Dan Makan Yang Kurang, Akhirnya Siti Hajir Meninggal. Itupun Karena Di Racun Oleh Tentara Belanda. Demikianlah Kisah Siti Hajir Dari Lubuk Jantan Lintau Buo Tanah Datar Melawan Pemerintah Belanda Tahun 1908.
55
ALASAN MONUMEN PEMANCAR YBJ-6 DI BANGUN DI DEE PEMANCAR LARAS AIR LUBUK JANTAN
1. Pemancar Ybj-6 Pernah Beroperasi Selama 3 Bulan (Januari S.D Maret 1949) Di Desa Laras Air Lubuk Jantan. Dan Dari Sini Dapat Hubungan Ke Newdelhi (India) Sehingga Mr. Maramis Di Angkat Menteri Luar Negeri Pdri Oleh Mr. Syahruddin Prawira Negara Presiden Pdri Sehingga Negara Ri Di Akui Pbb Masih Utuh Pemerintahannya. 2. Untuk Mengenang Jasa Ybj-6 Yang Sangat Besar Untuk Negara Ri I Ni Yaitu Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Ri, Masyarakat Desa Laras Air
Ikut
Berperan
Mengamankan
Pesawat
Pemancar
Ybj-6
Dan
Karyawannya Selama Berada Di Desa Ini. 3. Untuk Mengenang Jasa Para Pahlawan Dan Pejuang Umumnya Kecamatan Lintau Buo Dalam Menjaga Mengamankan Pesawat Pemancar Ybj-6 Dari Serangan Tentara Belanda, Buktinya Banyak Masyarakat Lintau Buo Yang Menerima Pensiunan Veteran Ri. 4. Peletakkan Batu Pertama Pembangunan Monumen Pesawat Pemancar Ybj6 Telah Dilakukan Oleh Bapak Drs.Hasan Basri Durin Gubernur Sumatera Barat Dan Muspida Tingkat I Serta Ika Kusuma Hamid Bupati Tanah Datar Dan Muspika Tingkat Ii Tanah Datar Pada Tanggal 12 November 1989 Setelah Selesai Peresmian Jembatan Gantung Lubuk Pauh Laras Air Lubuk Jantan. 5. Untuk Membangkitkan Semangat Serta Rasa Patriotisme Kepada Generasi Penerus Kita Dalam Mempertahankan Ri, Ini Memberi Tahu Kepada Dunia Luar Bahwa Masyarakat Sumatera Barat Pada Umumnya Dan Masyarakat Pedalaman Pada Khususnya, Mempunyai Andil Yang Besar Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Ri Pada Masa Agresi Ii Tahun 1948 – 1949, Lebih Khusus Lagi Masyarakat Lubuk Jantan (Laras Air). 6. Sudah Diadakan Napak Tilas Perjalanan Gerilya Pesawat Pemancar Ybj-6 Tingkat Nasional Pada Tanggal 19 Desember 1987 Yang Dilaksanakan Oleh Prume Tingkat Pusat Dari Bukittinggi Dan Bermalam Di Sd 14 Laras Air. Setelah Meninjau Tempat Beroperasinya Pesawat Pemancar Ybj-6
56
Perjalanan Dilanjutkan Kesumpur Kudus Melalui Kenanga, Koto Panjang, Tanjung Bonai Aur Dan Tamparungo. 7. Bapak H.Ali Syahruddin Mantan Komandan Sektor Lintau Buo Pada Masa Agresi Ii Mengatakan Bahwa : Dalam Pidato Hemengkubuwono Ix Pada Pembukaan Napak Tilas Perjalanan Gerilya Pesawat Pemancar Ybj-6 Di Bukittinggi Menyatakan Bahwa Monumen Pemancar Ybj-6 Harus Dibuat Atau Dibangun Dilaras Air Nantinya.
57
ADAT NAN BAPAKAI DALAM KENAGARIAN LUBUK JANTAN KECEMATAN LINTAU BUO UTARA A. PENGHULU PUCUK DILIMO KOTO LINTAU 1. Datuk Samarajo di Lubuk Jantan 2. Datuk Sangkotik di TepinSelo 3. Datuk Majo Lelo di Balai Tangah 4. Datuk Domo Angso di Tanjung Bonai 5. Datuk Rajo Suaro di Batu Bulat
B. PERAGIHANNYO Peragihan orang Lubuk Jantan dengan orang Tepi Selo, sehinggo Caniago Hilir, Kutianyir Mudik dan tempat perhimpunan disitu pula. Peragihan orang Tepi Selo dengan Balai Tangah, dari Tabek Lintang Mudiek, dari Tanjung Ambacang Hilir dan tempat perhimpunan di Pulau. Peragihan Balai Tangah dengan Batu Bulat, sehinggo Caniago bawah bandar hilir, sehingga Melayu Gadang Mudiek dan tempat perhimpunannya di ekor Bendang namanya. Peragihan orang Balai Tangah dengan orang Tanjung Bonai, sehinggo Baringin Kaciek Mudiek, bernamo urang nan sambilan itu di Kayu Gadis namanya.
C. TEMPAT ORANG MUFAKAT DILIMO KOTO 1. Di Padang Mesjid namanya, tempat memperkatakan hukum syarak, pemimpinnya Angku Sultan Ahmad (gelarnya). 2. Di Balai Tangah tempat orang memperkatokan Adat,
maka orang yang
mangambangkan lapiek disitu adalah Dt.Bandaro Capuak (gelarnya) 3. Di Air tabit dinamokan tempat hidup, disitu kepala Banda, nan manjadi pengetahuannya adalah Dt.Rajo Suaro dan Dt.Nan Sambilan (gelarnya) 4. Di Sopan namonyo tempat kayo, disitu tempat orang nan limo Koto manyosokan taranak, yang empunya tanah di Sopan adalah Angku Khatib Mulya (gelarnya). 5. Di Tanjuang Durian dinamokan Pasak Nan Limo Koto, artinya apa – apa yang telah disepakati oleh datuak nan balimo, Bulek alah Sagolek, Pipieh alah salayang. Sakali – kali belum boleh di lewerkan, dirantang panjang, dikembang lebar, jikalu belum dibawa ke Tanjung Durian, dari Tanjung Durian itulah baru boleh di
58
ungkai, kato bulieh dilewerkan, yang empunya disitu Dt.Rangkayo Bungsu (gelarnyo)
D. LAMBASANNYO 1. Dt.Domo Angso di Tanjuang Bonai, lambasannyo sehinggo Gunuang Medan Hilir, sehinggo Bukit tahanjak mudiek 2. Dt.Simarajo di Lubuk Jantan, lambasannyo sehinggo padang Sumani mudiek sahinggo Bukit Tahanjak Hilir 3. Dt.Sangkotik, Dt.majo Lelo dan Dt.Rajo Suaro tidak mempunyai lambasannyo
E. YANG MEWAKILI DATUK YANG BALIMO PERGI KE BALAI TANGAH 1. Dt.Permato di Rajo dari Tanjung Bonai 2. Dt.Bandaro Capuak dari Balai Tangah 3. Dt.Bandaro Sati dari Batu Bulat 4. Dt.Bandaro Ratieh dari Tepi Selo 5. Dt.Rajo Sati dari Lubuk Jantan F. PETUNJUK – PETUNJUK KALAU TABUAH BABUNYI 1. Babunyi tabuan di Lubuk Jantan, tandonyo urang akan marantang titian 2. Babunyi tabuan di Tepi Selo, tandonyo urang akan baburu tupai 3. Babunyi tabuan di Batu Bulat, tandonyo kusuik jo ranyo 4. Babunyi tabuan di Tanjung Bonai, tandonyo ado tamu ka datang yaitu orang Gadut akan mangantar bungo Kayu ka Rajo Buo 5. Babunyi tabuan di Balai tangah, tandonyo urang akan rapek Catatan : -
Bunyi tabuah tidaklah seperti bunyi tabuah akan sembahyang, dipukul tabuah secara berurutan
-
Tamu – tamu yang lalu itu adalah orang – orang dari Gaduik akan mangantarkan bungo kayu ke Rajo Buo. (kayu berbisa di dalam rimbo, artinya kata sumpah)
G. YANG MANJADI PUSAKO JUO DEK LOMO KOTO 1. Yang berpangkat penghulu, yang bernama Aier nan Janieh, sayak nan landai, katian yang ganok, taraju nan ndak palingan yaitu yang dipanggilkan DATUK
59
2. Yang berpangkat penghulu yang bernamo Air nan Janieh, Suluah nan tarang, palito nan tiado kabua, nan di panggiahkan Angku. 3. Peristiwa di Batu Bulat Penduduk Andalam Baruah Bukit melawan kepada Datuak Pucuaknyo yang bergelar Dt.bagindo Malano di Tanjung Gadang. Maka orang/penduduk Andalas diperangi oleh orang Tanjung, tetapi tidak terkalahkan. Oleh karena itu pergilah Dt.Bagindo Malano menemui Dt.Rajo Suaro di Batu Bulat untuk meminta bantuan, diambillah jalan penyelesaiannya dengan cara : Orang AndalasBaruh Bukit dipersamakan dengan orang Tanjung dan Batu Bulat. Orang Batu Bulat datang dari atas dan orang Tanjung Gadang datang dari baruah akhirnya orang Andalas Baruah Bukit kembali tunduk kepada pucuknya yaitu Dt.Bagindo Malano. Setelah itu diperbuatlah perjanjian oleh Dt.Bagindo Malano dengan Dt.Rajo Suaro bersama – sama dengan Dt.tanjung Gadang dan Andalas Baruag Bukit bahwa : sekalian orang – orang itu sekali – kali tidak boleh cerai berai selamanya atau bermusuhan, badunsanak kasadonyo. Barek samo dipikuah, ringan samo dijinjiang, sahino samulie indak bulieh ubah maubah, salamnyo turun temurun kepada anak cucu. Kemudian dari itu, oleh karena itu banyak terjadi rampok – rampek curi – mancuri, maka mufakatlah Dt.Rajo Suaro dengan Dt.Bagindo Malano untuk mengangkat 8 (delapan) orang penghulu untuk menjaga keamanan di Padang Pato; 4 (empat) orang dari Batu Bulat, 2 (dua) orang dari Tanjung Gadang dan 2 (dua) dari Andalas Baruh Bukit. Kalau tumbuah silang salisieh, mulo – mulo diperdamaikan oeh Dt.Bagindo Malano dan kawan – kawan (CS) dengan di bao ka Tanjung Gadang. Tipak nan dari Dt.Rajo Suaro diselesaikan sendiri oleh Dt.Rajo Suaro. Apabila kusuik tidak kunjuang salasai, karuah tidak kunjuang janieh, mako dihadirkanlah Dt.Bagindo Malano dan Dt.Rajo Suaro di Patang Pato, disitu biang cabiek, gantiang putuieh. Catatan Asal namo pato adalah tempat PATAMUAN DT.BAGINDO MALANO dengan DT.RAJO SUARO
60
4. Catat juo Nagari Lubuk Jantan dan Tanjung Bonai mempunyai 4 (empat) buah anak koto 1. Tabek Panjang
(yang disebut :
2. Padang Lunggo
(Ba-Bapak ka Tanjung Bonai)
3. Tanjung Lansat
(Ba-Ibu ka Lubuk Jantan)
)
4. Pamasihan Kalau marantang titian di kalo – kalo dan Pamasihan keempat anak Koto tersebut bantu – membantu mengerjakannya. Kalau Nagari Lubuk jantan dan Tanjung Bonai membuat Balai – balai Adat, mereka itu mengantarkan rotan dan lain – lain. Kalau Dt.Simarajo pergi ke Tabek Panjang tepatannya adalah Dt.Bandaro Sati dan Dt.Bandaro Sati inilah yang mengekar lebar, merantang panjang kepada semua ninik mamak dalam anak Koto tersebut. Kalau Dt.Simarajo kesana biasanya dinanti oleh masyarakat disana dengan buah – buahan ubek haus.
61
PERJALANAN ADAT NAGARI LUBUK JANTAN A. PERI KEHIDUPAN Berumah – batangga, bakorong, bakampuang Babalai – balai – Bamusajik, Balabuah – batapian
B. PERI PENGHIDUPAN Basawah – baladang, Bakabau – bajawai Baayam – baitiek, Badagang – batukang
C. NAGARI Berempat Suku, Suku berbuah perut (kampung) Ba – ba lai, Bamusajiek, Ba – rumah – batangga Ba – labuah – batapian
D. PAKAIAN NAGARI Ba-adat, Ba-pusako, Ba-niniek-Ba-Mamak (ninik mamak), Ba-barieh, Ba-balobeh, Baluki, Ba-limbago, Ba-cupak, Ba-gantang, Rumah Ba-Tungganai, kampuang ba-Tuo (Penghulu Andiko). NAGARI LUBUK JANTAN A. Terdiri dari 4 (empat) Suku 1. MANDAHILIANG dibagi 3 (tiga) kampung -
Mandahiliang Buah Paraweh
-
Mandahiliang Sumpur Darat
-
Mandahiliang Padang Lawas
2. CANIAGO dibagi 3 (tiga) kampung -
Caniago Subarang Parit
-
Caniago Tepi Balai
-
Caniago Tebing Bungo
3. MELAYU -
Melayu Tanjung Ambacang
-
Melayu Tengah
-
Melayu Tepi
4. KUTIANYIR dibagi 3 (tiga) kampung -
Kutianyir Tanjung Pauh 62
-
Kutianyir Seberang Parit
-
Kutianyir Rumah Nan Panjang
B. TERDIRI DARI 1. Satu orang penghulu pucuk 2. Empat orang penghulu suku 3. Delapan orang penghulu Andiko 4. Dua belas orang Malin, untuk tiap – tiap suku kampung 1 orang 5. Dua belas orang Manti, untuk tiap – tiap suku kampung 1 orang 6. Dua belas orang Dubalang, untuk tiap – tiap suku kampung 1 orang
C. PAYUNG GADANG 1. Payung kerajaan Dt.Simarajo, warnanya kuning-pusat merah-les putih (sama dengan rajo) 2. Payung Bakandai Angku Sultan Ahmad, warnanya putih strip pinggir kuning 3. Payung palingkar Angku Bagindo Malano, warnanya semua putih 4. Payung pengapit Dt.Bijoyo, warnanya putih lingkar atas kuning Penjelasana Payung tersebut no 1 dan 2 dapat dibawa keluar dari nagari Lubuk Jantan. Payung gadang tidak boleh dipinjam – pinjamkan. Dipakai waktu acara adat. Pembuatan dan pemakaian payung atas kesepakatan ninik mamak 4 suku.
D. RUMAH Yang dikatakan rumah adalah Rumah Adat (bertanduk) digunakan untuk bersama dalam kaumnya, dapat juga dikatakan Rumah Tuo, kalau rumah biasa/tidak bertanduk seperti rumah – rumah dikota itu dinamakan Gudang (sifat sudah perorangan).
MACAM RUMAH ADAT 1. Rumah Rajo berbanding tempat mengacak Adat jo Pusako 2. Rumah Gajah maharam tempat oleh jo jamu 3. Serambi papek tempat tajak jo pangkua
63
KETERANGAN Ada juga namanya Dangau dengan atapnya bertanduk, tetapi tidak berserambi/beranda tanduk dua saja ini dinamakan Dangau Gadang. Dangau Gadang ini adalah tempat teapatan ninik mamak bila ia datang ke Dangau karena banyaknya Dangau dalam kaumnya
maka
dijadikanlah
satu
dangau
Gadang
untuk
tempat
berkumpul/teapatannya.
E. PAKAIAN RUMAH 1. Pakaian rumah Rajo berbanding -
Tabir terbentang – langit – langit terbentang
-
Tirai
terlambuah-Tiang
berpalut,
bantal
bersaingan
Duo
Berdubalang-
bercarano bertirai -
Batajuak – Bermerawa berdiri (tatagak)
-
Berbedil meletus – Beragang
2. Pakaian Gajah Maharam -
Bertakbir berlangik – langik
F. YANG BERSANGKUTAN DENGAN PERKAWINAN Ditingkek janjang, ditampiek bandua, dicabek sirieh, mandatangkan baso nan baiek, taratik nan mujoli. Lah batamu rueh jo buku, lah batamu tapak jo jalan mandapek baparago, tk mandapek batanyo, hilang babarito, dipanggia niniak mamak gunonyo : Labiek nak bataiek, kurang nak batukuak, luruih nak batenok, caka nan bapakaiek
G. MANJAWETI PERUNDINGAN Gunonyo : batali nak dapek diirik, batampuak nak dapek jinjiang. Putieh kapeh buliah diliek, putiah hati nak bakaadaan (batimbang tando) barangnyo parmato atau cincin. Disitulah dilabuah janji, ditakuak hari ketek ikatan gadang buatan. Tigo macamnyo : 1. Sapamancungan, 2. Sapangabungan, 3. Sapamatan (bersangkut adat – alek jo jamu) SAPAMANCUNGAN 7 (TUJUH) BERLERET 1. Manjaweti perundingan 2. Batimbang tando dan menetapkan hari perkawinan baralek 3. Membawa kampieh sirieh 64
4. Mamanggia calon marakpulai makan (kawin) 5. Manjapuik marakpulai -
Batajuak
)
-
Bakari
)
-
Baame
)
cawan gulai ditinggalkan
6. Manyilau kedudukan 7. Manjapuik pinggan gulai dengan penjemputan (talam empat) dalam melaksanakan alek bagadang batalempong
SAPANGGABUNGAN 1. Manjaweti perundingan 2. Batimbang tando 3. Mambawo kampie sirieh 4. Manjapuik marakpulai
SAPAMATAN Katakanlah ini tidak menurut Adat yang dilazimkan artinya cara yang biasa – biasa saja (orang kota umpamanya). Setiap alek/bado‟a mamakai Adat Sapanggabungan dan Sapamancungan harus didudukkan ninik mamak nan baranam. Bundo kanduang manyadiokan dulang 12 sekurang – kurangnyo dan carano secukupnyo.
EMAS JEMPUTAN 1. Emas hidup yaitu dengan syarat ada anak baru dapat bercerai. Kalau bercerai sebelum ada anak maka haruslah emas jemputan itu dipulangkan/kembalikan oleh si laki – laki kepada mamak si perempuan 2. Emas mati yaitu tidak bersyarat apa – apa, yang disebut juga emas tercicir pulang mandi 3. Tugas bundo kianduang yaitu menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada berbuat jahat kepada anak kemenakan. Dan yang lain – lain yang menuju kepada kebaikan dan kesejahteraan anak kemenakan.
65
H. HARTA 1. Harta pusaka tinggi 2. Harta pusaka rendah 3. Harta ulayat 4. Harta pemberian/hibah 5. Harta perseorangan 6. Harta persekutuan/serikat 7. Harta pencaharian 8. Harta pembawaan 9. Harta gantung
Harta Pusaka Tinggi Menurut sepanjang adat di Nagari Lubuk Jantan adalah kepunyaan seluruh famili yang berdasar hidup matriaqad (turunan ibu), yang disebut juga harta kaum. Jika seorang mamak meninggal dunia hartanya diwarisi/dipulangkan kepada kemenakannya yaitu anak dari pada saudara perempuan yang sebelah ibu. Begitu juga tentang GELAR (Soko) dipindahkan kepada kemenakannya yang bertali darah. Yang menguasai harta ini adalah mamak kepala waris, yaitu seorang laki – laki yang tertua dari JURAIAN sebuah perut, yang dinamakan juga TUNGGANAI. Apabila kaumnya sampai dua tingkat perut di beri PEGANG PERUNTUK, hak bertipak guna menghindarkan perselisihan mengenai harta pusaka tinggi ini, maka yang berhak membawa perkara kemuka pengadilan ialah MAMAK KEPALA WARIS. Maka dari itu seorang anak adalah takhluk dibawah pengaruh mamak (saudara laki – laki dari pihak ibunya). Harta pusaka tinggi ini tidak bioleh : dijual, digadai, terkecuali hanya karena 4 (empat) sebab : 1. Gadis gadang tidak berlaki 2. Membangun gelar (soko) 3. Mayat terbujur di atas rumah 4. Mendirikan rumah adat
66
Harta Pusaka Rendah Harta yang berpendapat dari hasil usaha titik peluh sendiri (kukuik – kakeh) jari nan sapuluah, cancang latieh, tambang taruko sediri (yang disebut juo : dapat dengan tembilang besi). Atau tebus pegang kita sendiri (yang disebut juga dapat dengan tembilang ameh). Apabila sipencari harta ini meninggal dunia, maka harta pusaka rendah ini harus di bagi menurut Faraih (Hukum Agama Islam). Hal ini telah menjadi keputudan oleh musyawarah penghul – penghulu, Alim ulama pada tahun 1953 di Bukit Tinggi Sumatera Barat (se-Minangkabau) yang dihadiri juga oleh Alm.H.Agus Salim dan Prof.Dr.Hamka serta pemerintahan Sumatera Barat (unsur Sipil dan ABRI waktu itu).
Harta pemberian atau Hibah Harta pengunjukan orang lain, atau pemberian bapak/bako kepada anak berupa emas perak, sawah ladang, hutan tanah, kerbau jawi, jika kejadian berupa hutan tanah, sawah ladang haruslah dengan sakato kaum dan disepakati oleh ninik mamak. 1. Hibah laleh pada hutan tanah dan sawah ladang yaitu tidak disebut – sebut lagi dengan arti kata sudah menjadi hak milik sipenerima hibah (anak) 2. Hibah ber-angkek yaitu apabila sipenerima hibah sudah meninggal dunia, harta itu pulang/kembali kepada orang yang menghibahkan atau orang yang harus dimiliki pusaka tinggi itu. 3. Adat tak berdiri Didalam suatu kaum ditemui sebab untuk membangun Soko (Gelar Pusako), karena mati batungkek budi, hiduik bakurelaan, bapuntieng di tanah sirah dan sebagainya, yang mana adat perlu diisi, perlu perlu dituangi. Karena perongkosan untuk pelaksanaannya tidak ada sama sekali, maka menurut Adat Minangkabau diperbolehkan menggadaikan harta pusaka tinggi. Tetapi hal yang seperti inipun jarang terjadi, karena soko yang akan didirikan milik bersama dan kebesaran bersama pula seharusnya pula dipersamakan tentang pembiayaannya, bukan ditanggung sendiri oleh oleh orang yang akan memegang jabatan gelar pusaka tersebut. Dari keempat macam hal, dimana diperbolehkan menggadai harta pusaka tinggi tersebut di atas (sawah, ladang saja), hal tersebut kalau benar – benar telah ditemui alasan seperti kata adat :
67
Lah tasasak ikan kaampang Laha tasasak kijang karimbo Maawai saabieh aso Manguak lah sahabieh gauang Kalau tidak
beralasan yang sungguh tidaklah dibenarkan menggadaikannya.
Apabila dilaksanakan juga berarti seorang penghulu/pemimpin adat dalam kaum itu telah melumpuhkan sendiri ekonomi. Apabila yang mengerjakan/ si penggarap mau meninggalkan harta itu pepatah mengatakan : Kabau tagak, kubangan tingga (tinggal) Jika ada tanaman keras yang ditanam oleh sipengarap di atas tanah ulayat itu, haruslah diganti oleh yang empunya ulayat itu.
Harta gantung Harta panakuik panambah harta sesuatu kaum. Harta ini adalah harta peninggalan seseorang yang telah punah dengan arti kata tidak ada lagi ahli waris yang disebut SOKO BA ANTAKAN, PUSAKO BALURAH. Setelah dicari dimudik sehulu, ditengan sipembuangan, dihilir semuaro,, dapatlah pucuak yang ,anjulai, adat yang menjengkal, maka diberikanlah harta itu kepadanya. Di Lubuk Jantan Soko ba Antakan, Pusako ba Lurah, kalu tidak ada Lurah Pusako, bulek darah ka jantuang dengan arti kata kemana soko kesitu pusako. Maka dengan demikian tidaklah ada harta gantung di Lubuk Jantan atau di Minangkabau pada umumnya.
I. PENGHULU/NINIK MAMAK 1. TATA CARA PELAKSANAA MENGANGKAT PENGHULU (janjang naiek – tanggo turun) -
Sepakat kaum selingkupan papan (kaum di atas rumah tangga itu)
-
Sepakat kaum selingkupan dinding (kaum dalam kampung itu)
-
Sepakat kaum selingkupan Batu (paukuan ninik mamak nan baranam)
-
Sepakat selingkupan nagari (datu keempat suku dalam nagari itu) HAKNYA : luruih batenok, kurang ba-tukuak, labieh batalek, cakak bapakiak SIFAT
: Tabang basitumpu, inggok mancangkam ba landasan.
68
Batambangan ka nan arek, ba gantuangkan ka nan tinggi, putieh kapeh bulieh diliek, putieh hati bakaadaan
2. TUGAS PENGHULU/NINIK MAMAK -
Menyuruh berbuat kebaikan melarang berbuat kejahatan terhadap anak kemenakan
-
Memberi petunjuk kepada Anak kemenakan untuk kesejahteraan hidupnya
-
Menghubungkan silaturrahmi Anak kemenakan secara damai. Siang dilihat – lihat, malam didengar – dengarkan
3. MEMBANGUN PENGHULU SUKU DAN PENGHULU PUCUK -
Sirieh jo ganggangnyo, pinang jo tumpuaknyo, sadahnyo sakadam sakati limo (masa dulu)
-
Sepaliek ½ 3 (tangah tigo ameh), rumpang disisik, cicieh di japuik, kalam dibari ba-suluah, licin dibari batungkek
Kalau berselisih Adat samo Adat, lihat kepada pusako, kalau berselisih pusako samo pusako, lihat kepada limbago, kalau berselisih limbago samo limbago, lihat kepada lukisan, kalau basalisiah banang samo banang, lihat dan bawa kepado Mukti, kalau Mukti tidak dapat menyelesaikan, lihat kepado Kitabullah (Qur‟an). Kalau ada perselisihan pusako atau pusako, diperiksa nan sejari nan satompak, sejengkal, sehasta. Kalau disawah ladang dilihat tando – tandonyo nan di parkarokan. -
Pada perumahan
-
Pada batu pasupadannyo, pado bintalak (park atau kebun)
-
Pada sawah lantaknyo dan pematangannyo dan pada padang lengguninyo dan empat
-
Dengan demikian nyatalah dengan siapa seseorang itu panjang berkeratan, luas persebiran, atau dengan siapa orang itu satu keturunan dahulunya
-
Kalau harta jihat itu telah pindah kepada orang lain, diperiksa luasnya, yaitu timbalan atau sebelahannya kepunyaan jihat tadi Ibarat : Arau – arau Sutan karah Makan buah si Malayu Tagak di padang panyamunan Urang mati tidak berdarah 69
Awak memegan kerat kayu Siapa punya tanggungan Paragian Urang Lubuk Jantan dengan Tepi Selo, sehinggo Caniago Hilir, sehinggo Kutianyir mudik dan tempat perhimpunannya disitu pulo. Lubuk Jantan mempunyai 5 (limo) kelarasan (lareh) 1. Lareh Nan gadang 2. Lareh Nan Panjang 3. Lareh Aier 4. Lareh Sawah Manangah 5. Tabek Panjang (disebut anak koyo) Disetiap kelarehan dipimpin oleh seorang Tuk Ampek namonyo. Tuk nan Ampek ini adalah sebagai mewakili datuk – datuk keempat suku dalam nagari. Memimpin anak kemenakannya yang diam di kelarehannya itu. Tugas dan pakaian penghulu/ninik mamak 1. Datuk Simarajo mengenakan Destar penghulu 2. Angku Sultan Ahmad memimpin rapat Tuanku-tuanku Limo Koto 3. Angku Bagindo Malano mengenakan Destar Malin 4. Datuk Bijayo Peti Bunian 5. Datuk Paduko Rajo memegang anak kunci peti bunian Takurung ta kunci Talantak tacabuik di datuk Simarajo Tabanglah anggang ka-Mangkuto, Rajo bajalan jo daulatnyo Ingat – ingatlah manahan kato, setiap kato berdilalat Musyawarah Datuk – datuk ke empat Suku. MUSYAWARAH DATUK – DATUK KE EMPAT SUKU Setelah di buka kunci oleh Datuk Paduko Rajo dengan penyembahan kepada Datuk Bijayo membuka rapat datuk –datuk keempat suku dengan penyembahan kepada salah seorang Penghulu Suku. Penghulu Suku itulah yang akan merantang panjang, mengekar lebar kepada Datuk ke Empat Suku mengenai segala acara yang akan dibicarakan dalam rapat itu. Segala keputusan ditambangkan ke nan gadang, digantuang ka nan tinggi (Datuk Simarajo), Dt.Bijo yang menyampaikan. Hal ini setelah takuruang ta kunci oleh Datuk Bijayo dan Dt.Paduko Rajo dan Talatak di Penghulu Suku. 70
Ba-pucuak bulek-Baurek Tunggang (DATUK SIMARAJO) Sifatnya
: Tinggi tampek manggantuangkan Gadang tampek menambangkan (kambuik lumpuah) Oleh datuk ke Empat Suku
Haknyo
: labieh manaiek, kurang manukuak Luruih manenok, Caka mampakai Mamacik arek, manggam mati
Ba peti bunian tampek manyimpan kebulatan Datuk – datuk ke Empat Suku (dipacik dek Datuk Bijayo) Ba Anak Kunci (dipacik dek Datuk Paduko Rajo)
SUKU BA PENGHULU -
Dimandahiling
(Datuk Mangkuto)
-
Di Melayu
(Datuk Rajo Penghulu)
-
Di Caniago
(Datuk Bijayo)
-
Kutianyir
(Datuk Permato Budi)
Dt. Simarajo
: Tambangan Nan arek
Penghulu Suku
: Petunggu nan Kokoh
Penghulu Andiko
: Lantak Lacuik
71
TUNGGANAI RUMAH Tungganai atau mamak pewaris adalah orang yang tertua atau dituakan dalam satu rumah (yang asli), bergelar atau tidak sama saja. Ia diangkat oleh kaum di atas rumah itu dengan mufakat bersama. Tungganai dapat : -
Meninggal dunia
-
Hidup bakurelaan Dengan demikian Tungganai/mamak pewaris tersebut adalah berkewajiban
memimpin anak kemenakan keluar kedalam baik dari segi adat atau harta pusaka kaumnya dan bagi ninik
mamak
dalam kampunya adalah tempat malompek
basitumpu, mancancang basingkalan. Apabila adalah seorang anak kemenakannya akan kawin, dialah yang pertama – tama memberikan keterangan tentang diri kemenakan itu karena dialah yang tahu perkawinan anak kemenakannya itu saya atau dapat debenarkan menurut adat atau agama. Di Nagari Lubuk Jantan Lintau hanya terdapat 92 (sembilan puluh dua) tungganai rumah, yang berarti rumah asli hanya sebanyak itu pula, kalau terdapat lebih dari, maka ia bukanlah disebut tungganai (rumah pewaris), tetapi disebut ketua kelompok. Pepatah mengatakan : Kaluak paku kacang balimbiang Tampuruang lenggang lenggokkan Baok manurun ka saruaso Tanamlah sirieh di ureknyo Anak dipangku kamanakn dibimbiang Urang kampuang dipatenggangkan Tenggang nagari jan binaso Tenggang sarato jo adatnyo Dari pepatah adat di atas dapat kita mengerti bahwa seorang Tungganai/mamak pewaris di samping memimpin/membimbing kemenakannya juga harus bertanggung jawab memimpin anaknya. Dalam diri seorang Minangkabau melekat lima macam tugas dalam dirinya. Dia adalah sebagai pemimpin dari anaknya, pemimpin dari kemenakannya
dan
pemimpin
dari orang kampungnya,
juga pemimpin dalam
masyarakat nagari (Kerapatan Adat Nagari). Seorang Tungganai/mamak pewaris yang benar – benar menjalankan tugas secari baik menurut adat tugas tersebut akan dapat dijalankannya sekaligus sesuai dengan maksud pepatah diatas. Bukan hanya tahu 72
kepada anak kemenakannya semata, tetapi dia tahu kepada korong kampung dan nagarinya, serta keluarga dirumah istrinya, dengan memimpin dan membimbingnya tentu saja dengan cara pimpinan yang berbeda dengan memimpin anak dan kemenakannya
sendiri.
Pimpinan
seorang
Tungganai/mamak
dimaksudkan sekedar mengepalai tetapi mencukupi dalam
pewaris
bukanlah
bidang lahir dan bathin,
mental dan spritual, seumpama : 1. Ekonomi sawah ladang 2. Pendidikannya 3. Kesehatannya 4. Keagamaannya 5. Pergaulannya 6. Tingkah lakunya 7. Kewajiban terhadap pemerintah sebagai warga negara, kewajiban terhadap kampung terhadap kampung dan nagari, mencukupi tentang adat dan agamanya. Harus
diingat bahwa Tungganai/mamak
pewaris dalam melaksanakan tugasnya
tidaklah boleh seenak hatinya sendiri (sesuka hati), kesemuanya itu dirundingkan bersama dibicarakan bersama, lebih – lebih mengenai harta pusaka yang diterima dari leluhur nenek moyang kaum itu, karena jelas dan tegas bahwa harta itu adalah milik bersama dan untuk bersama kaum itu. Bak kata pepatah :
kalau kulik manganduang aie Lapuak nan sampai kapanguban Rusaklah tareh nan di dalam Kalau tungganai bapaham caieh Jadi sampik alam nan lebah Lahieh jo bathin dunia tanggalam Jaan tungkek mambao rabah Usah piawang mamacah timbo, Jaan paga mamakan tanaman Dibao ribuik dibao angin, Dibao pikek langau Muluik jo hati kok balainan, Pantangan adat Minangkabau Soko turun tamurun 73
Dalam lingkungan cupak adat Nan basasak bajarami Bapandan bapakuburan Nan batungguah bapanabangan Dimano batang tanggolek Disinan cendawan tumbuah Dimano tanah disirah Disitu tambilang makan Di Nagari Lubuk Jantan Lintau, untuk meresmikan dapat diadakan perelatan dengan mengundang orang kampung dan ninik mamak seluruhnya. Tidak boleh menyemblih kerbau atau jawi. Kalau kita melihat struktur Adat di nagari Lubuk Jantan, jelaslah bahwa seorang Tungganai/mamak pewaris adalah sangat penting didalam segala hal yang menyangkut dengan tata krama dan cara hidup dalam masyarakat nagari.
Catatan Penyusunan telah mencoba dalam buku ini memberikan catatan Tungganai/mamak pewaris Rumah adat Nagari Lubuk Jantan Lintau, hasil dari pada konsultasi dengan para ninik mamak yang duduk dalam Kerapatan Adat Nagari Lubuk Jantan Lintau. Seandainya dan memang masih terdapat pemegang fungsi Tungganai/mamak pewaris atau ketua kelompok yang kosong itu bukanlah disengaja, tetapi benar – benar belum memperoleh penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Mohon – mohon kepada yang bersangkutan akan menyampaikannya (atas keputusan bersama kampung) mulai Kerapatan Adat Nagari Lubuk Jantan, dengan demikian penyusun akan berbesar hati untuk memuatkan kedalam buku sebagai ralatnya.
74
TUNGGANAI RUMAH EMPAT SUKU LUBUK JANTAN NO
1
2
SUKU
GELAR/NAMA
LOKASI RUMAH
TUNGGANAI
GADAN
Kutianyir
1. Magek Sirajo
Rumah Atap Seng
Tj.Pauh
2. Sampono Badat
Rumah Rangkayo Mudo
3. Sutan Chatib
Rumah Sampono Alam
4. Rajo Lelo
Rumah Rajo Lelo
5. Rajo Endah
Rumah Palak Gadang
6. ................
Rumah Tj.Pauh
7. ................
Rumah ny.Nurani
8. ................
Rumah Abas Tj.Pauh
9. .................
Rumah Abu Bakar sda
10. ...................
Rumah baukue
Kutianyir
1. Pdk. Ambalai
Rumah Tangah
Seb. Parit
2. Mantari Labiah
Rumah Sebelah Ilir
3. Malin Putieh
Rumah Loso
4. Gindo Marajo Intan
Rumah Palak Gadang
Pgl 5. Rajo Nan Putuih
Rumah Tj.Pauh
6. Gindo Macudun
Rumah Seb.Parit
7. Anku Rajo Malano
Rumah Tj.Pauh
75
NO SUKU
GELAR/RUMAH
LOKASI
TUNGGANAI
GADANG 4
RUMAH
1
2
3
3
Kutianyir
1
Rajo Itam
Rumah Nan Tujuh Atas
Rumah Nan Panjang
2
Dt. Pdk Sirajo
Rumah Dt.Pdk Sirajo
3
Mantari Gilo
Rm. Mantari Gilo
4
Chatib Nan Pono
Rm. Dt.Pdk.Sirajo
5
.........................
Rm. Jln. Masjid
6
Rajo Magek
Rm. Jln. Masjid
Caniago
1
Dt.Pdk Sinaro
Rm. Jln. Masjid
Tepi Balai
2
Bgd.Sinaro
Rm. Tepi Selo
3
Sampai Dubalang
Rm. Bawah Beringin
4
Imbang Kayo
Rm. Balai tae
5
Palindih
Rm. Ekor Labuah
6
..........................
Rm. Ekor Labuah
7
Tan Pono
Rm. Balai Selasa
8
...............................
Rm. Balai Selasa
4
.
5
9
Uncang Alam
Rm. Jln. Masjid
Caniago
1
Malin Panduko
Rm. Betung Jadi
Seberang Parit
2
Chatib Dubalang
Rm. Betung Jadi
3
Penghulu Sati
Rm. Seberang Lurah
4
Chatib Putieh
Rm. Seberang Parit
5
Datuak Bijayo
Rm. Dt. Rajo
6
Anki Sutan Ahmad
Rm. An. Sutan Ahmad
7
Mangkuto Labieh
Rm. Mkt. Labieh
8
Rm. Sabarang Lurah
9
Rm. Sabarang Lurah
1
2
3
6
Caniago
1
4 Dt. Sinaro
Rm. Tobiang Bungo
76
Tobiang Bungo
7
8
9
10
2
Malin Pandai
Rm. Tobiang Bungo
3
Peto Muhammad
Rm. Bodi
4
Peto Kari
Rm. Bodi
5
Angku Rajo Makhudun
Rm. Madaliko
6
Peto Kayo
Rm. Madaliko
7
Bgd Ali
Rm. Madaliko
8
Dubalang Ameh
Rm. Madaliko
9
Dubalang Gadang
Rm. Madaliko
1
Dt. Paduko Besar
Rm. Palak Gadang
2
Bandaro Putih
Rm. Palak Gadang
3
Pincuran Ameh
Rm. Balai Tae
4
Bandaro Sutan
Rm. Balai Tae
1
Dt. Penghulu Besar
Rm. Tanduk Enam
2
Peto Mulia
Rm. Sabalah
3
Malin Garang
Rm. Atap Ijuk
4
.............
Rm. Mansiro
5
Malin Itam
Rm. Mansiro
6
Gindo Sutan
Rm. Buah Rumbai
7
Bgd Khatib
Rm. Tj. Ambacang
Melayu Tanjung
1
Dt. Rajo Penghulu
Rm. Tj. Ambacang
Ambacang
2
Mkt. Marajo
Rm. Balai Tae
3
Peto Muhammad
R.A.Sati Balai Tae
4
Peto Kari
Rm. Tj. Ambacang
5
Malin Gagar
Rm. Palak Gadang
6
Lubuak
Rm. Palak Gadang
7
.....................
Rm. Palak Gadang
8
Mangguang
Rm. Palak Gadang
9
Chatib Marajo
Rm. Balai Tae
1
Dt. Simarajo
Rm. Tobing Nan Elok
2
Rajo Malenggang
Rm. Rajo Maram
3
Majo Chatib
Rm. Rajo Chati
Melayu Topi
Melayu Tengah
Mandailing Buah parawe
77
11
4
Panji Alam
Rm. Durian Tebal
5
Rajo Dubalang
Rm. Tj. Rambutan
6
Peto Luma
Rm. Mandailing Kecil
7
Malego
Rm. Mandailing Kecil
1
Dt. Maangkuto
Rm. baru
3
...........................
Rm. Baru Nan Elok
4
Bgd Nan Panjang
Rm. Sumpur Darek
5
Singkap Bilangan
Rm. Tumpuan Tabek
6
Pakieh Marajo
Rm. Labuah Kumbang
7
Malin Itam
Rm. Bawah Patai
Mandailing
1
Dt. Pdk. Rajo
Rm. Durian Tebal
Padang Lawas
2
Chatib Rajo
Rm. Tj. Pauah
3
Anku Bandaro
Rm. Balai Tae
4
Malin Selawat
Rm. Palak Gadang
5
Muncuak
Rm. Tembok Hitam
6
.................
Rm. Tepi Parit
7
Laut Api
Rm. Balai Tae
Mandailing Sumpur Darek
11
12
Jumlah Tungganai /Mamak Pewaris
92 orang
Jumlah rumah gadang
95 orang
78
PEDOMAN/PEGANGAN BUNDO KANDUANG 1. BUNDO KANDUANG Bundo kanduang adalah panggilan terhadap wanita menurut Adat Minangkabau yang artinya Bundo adalah Ibu, Kanduang adalah sejati, jadi Bundo kanduang adalah IBU SEJATI. Bundo kanduang sebagai golongan wanita adalah pengantara keturunan yang harus memelihara diri, serta mendudukan diri sendiri dengan aturan Adat Basndi Syarak. Membedakan buruk dengan baik, halal dengan haram, dalam hal makanan serta perbuatan lahiriah lainnya. Karena sebagai pengantara keturunan mempunya tugas pokok
dalam memebentuk
dan
menentukan watak
manusia dalam melanjutkan
keturunan. Maka menurut hukum adat Minangkabau ibu adalah sebagai tempat menarik tali keturunan manusia di Minangkabau yang disebut Matrilineal. Karena ibulah menurut ketentuan, Alam takambang jadi guru yang dijadikan oleh Yang Maha Kuasa yang menyimpan pranatal,
yang melahirkan dan beberapa proses maha penting yang
kemudian disambut oleh tugas – tugas ke Ibuan setelah dilahirkan. Di dalam Adat Minangkabau Bundo Kanduang itu dihimpun dalam suatau ungkapan yang berbunyi “Bundo kanduang, Limpapeh Rumah Nan Gadang, umbun puumbun puruak pegangan kunci, umbun puruak ulung bunian, pusek jalo kumpulan tali, sumarak didalam kampung, hiasan dalam nagari, nan gadang basa batuah, kok iduik tampe banasa, kok mati tampe baniat, kaundan – undang ka madinah, kapayuang panji ka sarugo”. Maksud
Gurindam
Adat
Minangkabau
memberikan
beberapa
ketentuan
dan
pengecualian terhadap wanita di Minangkabau Bundo kanduang di bagi dalam 5 (lima) macam secara garis besarnya, merupak ciri – ciri khasnya : 1. Keturunan ditarik dari garis Ibu Di Minangkabau keturunan ditarik dari garis Ibu yang disebut matrilinial. Kalau seorang Ibu basuku Caniago, maka anak yang dilahirkannya baik laki – laki atau perempuan harus bauku Caniago pula sesuai dengan suku Ibunya (berlainan dengan Adat di nagari lain di Indonesia, bahkan di dunia). Ini adalah mengandung rahasia agar manusia yang dilahirkan oleh kaum Ibu, terutama kau laki – laki yang menghormati dan memuliakan jenis keturunannya tanpa pandang bulu, seseorang tidak akan berbuat semaunya terhadap kaum Ibu sejenis ibunya (yang melahirkan) apalagi berbuat a-normal kepadanya. Alam semesta yang merupakan guru tempat belajar ikhtiar bagi nenek moyang orang Minangkabau dahulunya dalam menyusun adat itu sendiri tentang keturunan manusia 79
seumpama yang terdapat pada tumbuh – tumbuhan. Sebuah di tumbuh – tumbuhan yang baik sudah pasti akan melahirkan pohon dan uah yang baik pula, begitu juga sebaliknya, maka seorang Ibu menurut Adat Minangkabau akan lebih banyak menetukan untuk manusia yang dilahirkannya, pepatah mengatakan : Kalau kuruah di hulu Sampai kamuaro karuah juo Kalau kuriak induaknyo Bintiak anaknyo, tuturan atok jatuah kapalimpahan 2. Rumah Tempat Kediaman Berumah tangga adalah suatu syarat mutlak bagi satu nagari di Minangkabau. Rumah tempat kediaman ini menurut hukum Adar Minangkabau adalah diutamakan untuk wanita bukan kaum laki – laki. Seorang bapak di Minangkabau belumlah merasa puas kalau dia belum dapat membuat rumah tempat kediaman anaknya yang perempuan, dan hal ini adalah merupakan kewajiban dan cita – cita seorang Bapak, tetapi tidak seorang Bapak memnpunyai niat untuk membuatkan untuk anaknya yang laki – laki keadaan ini mempengaruhi kepada Adat perkawinan di Minangkabau yang disebut dalam pepatah : Sigal mancari anau Anau tatap, sigai baranjak Artinya setiap perkawinan laki – laki pulang kerumah perempuan dan setiap perceraian laki – laki yang pergi, sedangkan perempuan tetap pada tempatnya semula (rumahnya). Seorang perempuan menurut adat dan Agama Islam tidaklah dibenarkan tidur dan diam sembarangan tetapi diutamakan memberi tempat kediaman yaitu rumah, kecuali laki – laki tidaklah merupakan suatu larangan menurut Adat dan Agama Islam diamdan tidur sembarangan, umpanya menumpang ditempat orang lain, dikedai, dimesjid, surau dan sebagainya. Mengingat pentingnya peranan wanita dalam hidup dan kehidupan ini sesuai dengan kodrat hayati yang lemah itu, maka Adat Minangkabau mengutamakan lindungan terhadap kaum wanita sesuai pepatah : Nan lamah ditueh Nan condong ditungkek Ayam barinduak Sirieh bajunjuan Iduek batampek Mati bakubua 80
Kuburan iduik di rumah gadang Kuburan mati di tangah padang 3. Sumber Ekonomi Diutamakan Untuk Wanita Sawah ladang, banda buatan yang merupakan sumber ekonomi menurut Adat Minangkabau, pemanfaatannya diutamakan untuk wanita, dan berarti bukanlah kaum laki – laki tidak dapat memanfaatkannya sama sekali, berhubung kaum wanita itu lemah dari pada kaum laki – laki maka sawah ladang untuk wanita karena laki – laki mempunyai kemampuan dan kebebasan yang lebih luas kalau dibandingkan dengan wanita, ianya harus mengawasi sawah ladang untuk kepentingan bersama, karena laki – laki merupakan tulang punggung yang kuat bagi kaum wanita yang selalu berusaha melindungi mereka.
4. Yang Menyimpan Hasil Ekonomi adalah Wanita Umbun puruak pegangan kunci, umbun puruak aluang bunian, yang bermaksud bahwa hasil ekonomi sebagai pemegang kuncinya adalah Bundo Kanduang. Rangkiang sebagai lambang tempat menghimpun penyimpanan hasil sawah ladang terletak dihadapan rumah Gadang yang ditempati Bundo kanduang.
5. Wanita Mempunyai Hak Suara Dalam Musyawarah Setiap sesuatu yang akan dilaksanakan di dalam lingkungan kaum dan pasukan menurut Adat Minangkabau, suara dan pendapat kaum wanita sangat menentukan atau tidaknya suatu pekerjaan. Kaum wanita (Bundo Kanduang) memintakan pemdapatnya
terlebih
dahulu
sebelum pekerjaan
itu
dilaksanakan,
sepanjang
pekerjaan itu menyangkut dengan adat.
2. SIFAT BUNDO KANDUANG Seorang Bundo Kanduang (Wanita) menurut Adat Minangkabau haruslah memilik sifat – sifat kepemimpinan serta menjadi Ibu Sejati, sebagai pengantara keturunan dan menentukan watak manusia yang dilahirkannya, tempat meniru dan meneladan dalam lingkungan. 1. Bersifat benar, tercermin didalam pergaulan sehari – hari, menjahui sifat pendusta “balainan muluik jo hati”. 2. Bersifat jujur dipercayai lahir dan bathin 3. Bersifat cerdik, tahu dan pandai 81
Cerdik artinya mengetahui mudharat jo mufaat, mangana labo jo rugi, mengetahui sumbang jo salah, tahu jo unak kamanangkuik, tahu dirantiang kamancucuak, ingek di dahan kamaimpok, tahu diangin nan basuruik, arih diombak nan basabuang, tahu dialamat kato sampai 4. Pandai berbicara, pasih lidah di dalam berkata. Karena dia andalan seorang yang berfungsi pendidik didalam rumah tangga dan keluarga serta kaumnya 5. Mempunyai sifat malu, sifat malu didalam dirinya. Sifat malu ini adalah merupakan benteng bagi kaum wanita, karena tidak memiliki sifat malu tidak ubahnya seperti sekuntum ros yang tidak berduri, wanita yang pemalu adalah wanita yang berbudi luhur, pepatah mengatakan : Nan kuriek iyolah budi Nan merah iyolah sago Nan baiek iyolah budi Nan indah iyolah baso
3. MARTABAT SEORANG UNDO KANDUANG 1. Ingek dan jago pado Adat : ingek jo Adat nan karusak, jago limbago nan kasumbang. Dalam pergaulan antara wanita dengan wanita, maupun dengan laki – laki selalu ingat menjauhkan diri serta hati – hati jangan sampai terlalu bebas, serta menjahui dari segala yang bersifat sumbang di dalam pergaulan, hati – hati didalam tingkah laku dan perbuatan, umpama dalam perjalanan, perkataan, berpakaian, makan dan minum, tempat diam penglihatan dan sebagainya. Pepatah mengatakan : Habis sandiang dek bageso Habis miang dek bagisie Habis biso dek biaso Habis gali dek galitiek 2. Berilmu berna‟rifat, berfaham ujud yakin tawakkal pada Allah 3. Murah dan maha dalam laku dan perangai yang berpatutan : Ramah dan rendah hati, tidak angkuh dan sombong baik sesamanya maupun dengan laki – laki. Tetapi ada waktu maha (mahal) yakni tidak suka dipermainkan oleh laki – laki, dirayu dan dibujuk dengan segala bentuk rayuan dan tipuan, selalu menjaga kehormatannya yang dibenteng oleh sifat malu dan sopan dan budi pekerti yang
82
mulia. Sangat dilarang oleh adat dam Agama Islam (Syarak) seorang wanita bersifat : Taruah bana bak katidiang Taserak bana bak anjalai Bak buluik digalitiek ikua Bak kacang diabuih ciek Bak katidiang tangga bingkai Bak payuang tabukak kasau Alun dijujai nyolah lah galak Alun dikubik nyolah datang Bak balam talampau jinak
4. Kayo dan miskin pado hati dan kebenaran Kayo hati dan miskin hati bagi seorang wanita menurut adat yang diukur dengan mungkin dan patut didalam pergaulan sehari – hari. Kayo hatinya yang melahirkan, sifat sopan santun, hormat dan khimat kepada orang tua dan suami. Selalu mencerminkan sifat seorang ibu dan pendidik yang ramah tamah, perkataannya lunak lembut senantiasa mengandung arti mendidik dan nasehat. Berbudi dan berwibawa terhadap kaum laki – laki. Miskin hati adalah akan berlaku tegas terhadap orang lain kalau tidak diatas yang wajar dan benar, apalagi terhadap laki – laki yang ingin mempermainkannya, atau tingkah laku yang tidak sopan terhadapnya. Tidak mudah tergoda oleh rayuan laki – laki sebelum mengetahui secara jelas budi pekerti laki – laki itu, tidak akan tergoda walaupun dengan rayuan setinggi gunung, oleh mas dan perak sebagainya.
5. Sabar dan Ridha Senantiasa
memiliki kesabaran diatas segala sesuatu yang timbul di dalam
lingkungan rumah tangga dan keluarganya dan terjauh diri dari sifat pemurah. 6. Imek dan jimek lunak lambuik bakato – kato Harus hemat dan cermat, selalu hati – hati baik tentang adat dan agamanya, maupun di dalam tingkah laku dan perbuatan, sesuai dengan hayati sebagai wanita yang tercermin di dalam perkataannya yang lunak dan lembut, karena lunak dan lembut ini adalah merupakan kunci bagi segala hati manusia. Budi baik, baso katuju, mului 83
manih bibieh, rundaian elok talempong kato, sakali rundiang disabuik takana juo salamonyo, murah kato takatokan, sulik kato jo timbangan. Syarak mengatakan : Berkatalah dengan sebaik – baiknya perkataab Pepatah mengatakan : Bajaln surang tak dahulu Bajalan baduo tak ditangah Imek jimek kito dahulu Martabat nan anam jaan lah lengah
4. LARANGAN DAN PANTANGAN BUNDO KANDUANG 1. Menjatuhkan kebinaan kepado barang nan santoso, wanita yang sifatnya memecah belah rumah tangga orang lain baik dengan mulut maupun dengan perbuatan dan tingkah laku 2. Hilie melonjak, mudiek mangacau, meninggalkan sifat wanita yang terpuji, seperti laki – laki yang kurang sopan 3. Kiri kanan mamacah parang, memecah kesatuan dan persatuan keluarga baik mengganggu suami orang lain serta suka bertengkar 4. Menghasut alam nan salasai, mangaruah aie nan janiah Memiliki sifat dengki dan suka memfitnah 5. Bapaham bak kambiang dek ulek Meninggalkan sifat – sifat kewanitaannya/keibuannya 6. Barundiang bak sarash tajun Wanita yang bermulut kasar, pembicaraannya selalu menyakiti hati orang, sombong dan takabur didalam hati 7. Karano miskin pado budi Wanita yang hilang sifat malu pada dirinya, bergaul bebas dengan laki – laki yang bukan suaminya 8. Marubahi lahir dengan bathin, suka berdusta, tidak jujur didalam hati 9. Mamakai cabua sio – sio Wanita yang suka berbuat cabul dalam perbuatan dan perkataan baik dihadapan orang lain maupu familinya 10. Kato nan lalu lalang sajo, bak caro mambuka buluah meninggakan mungkin dengan patuik. 84
Wanita yang berkata – kata kasar, tidak hormat kepada orang tua, durhaka kepada Ibu bapak.
SUMBANG DUO BALEH BAGI WANITA 1. Sumbang Duduak Wanita duduk ditepi jalan tanpa ada yang menemani dan tidak ada keperluan. Duduk dimana laki – laki banyak duduk dan bermain – main. Duduk diatas pintu atau kepala tangga sedangkan orang banyak hilir mudik ditempat itu. Sumbang bagi wanita terutama yang telah gadis untuk berekatan sungguh denga famili yang laki – laki/adik kakak, mamak/ipar/bisan, apalagi dengan laki – laki dan sumbang bagi wanita duduk seperti duduk laki – laki umpama mencongkong dan sebagainya.
2. Sumbang Tagak Sumbang bagi seorang wanita berdiri diatas tangga ditepi jalan, disamping jalan, tanpa ada keperluan dan maksud tertentu untuk kepentingan yang wajar, sumbang berdiri dengan laki – laki sedang banyak bermain dan duduk tanpa ada keperluan yang begitu penting. Berdiri ditempat yang tinggi sedangkan laki – laki ada di tempat yang rendah, berdiri di muka rumah orang lain yang sedang tertutup pintunya.
3. Sumbang Diam Wanita diam ditempat mana laki – laki diam tanpa ada menemani terutama yang tua umurnya. Sumbang diam seorang diri ditempat kediaman tempat yang telah bekeluarga. Diam bermalam ditempat orang yang bukan familinya apalagi kalu ditempat tersebut tidak ada wanita. Sumbang bagi wanita yang belum atau sudah bersuami diam dengan bapak tiri, bapak kanduang ditempat kediaman yang terdiri dari dua orang saja. Tidur ditempat mana laki – laki berkumpul seumpama kedai, tanpa ada famili yang perempuan yang masuk ke kamar orang lain, masuk kamar Ibu Bapak tanpa ada keperluan penting, atau kamar famili yang laki – laki kalau tidak ada kepentingan yang wajar.
85
4. Sumbang Perjalanan Wanita berjalan dengan laki – laki lai baik gadis atau telah bersuami, apalagi perjalanan itu jauh. Sumbang bagi wanita sedang berjalan senantiasa melihat tubuhnya, atau senantias melengong kebelakang, berajalan tergesa – gesa tidak pada tempatnya, berjalan sendirian apalagi dimalam hari atau jauh.
5. Sumbang Perkataan Sumbang bagi wanita berkata olok – olok atau kata yang loga dihadapan laki – laki lain, begitu juga famili yang lain. Sumbang berkata – kata yang senantiasa diselang seling oleh gelak ketawa yang tidak wajar, seorang disampingnya ada laki – laki yang harus diseganinya seperti Ibu Bapak, mamak, adik kakak, ipar, bisan.
6. Sumbang Penglihatan Wanita itu harus mencerminkan tingkah laku yang baik sopan, maka sumbang bagi wanita melihat rumah orang lain yang sifatnya keterlaluan, melihat laki – laki lain tanpa batas. Malabieh jaan ancak – ancak mangurai jaan sio – sio. Sumbang melihat yang terlalu lancang kepada orang lain, melihat suami orang lain apalagi dianya telah bersuami, sifatnya terlalu berlebihan.
7. Sumbang Pakai Sumbang
berpakaian
yang
memperlihatkan
anggota
tubuh
yang
sifatnya
menghilangkan rasa malu atau disebut aurat dalam agama Islam. Sumbang berpakaian yang menjadikan bentuk tubuh lebih jelas, sehingga menimbulkan nafsu birahi laki – laki.
8. Sumbang Pergaulan Bagi wanita bergaul dengan laki – laki lain baik dengan famili sekalipun, sifatnya harus diukur dengan adat atau menurut patut atau melampaui batas. Begitupan wanita yang telah bersuami bergaul yang melampaui batas menurut adat dan agama, apalagi bagi wanita ronda.
86
9. Sumbang Pekerjaan Sumbang bagi wanita di Minangkabau mengerjakan yang pada umumnya pekerjaan tersebut adalah pekerjaan laki – laki seperti pekerjaan yang sulit dan berat, memikul yang berat, melompat, berlari, memanjat.
10. Sumbang Tanyo Sumbang dalam menanyakan sesuatu kepada orang lain, apalagi kepada jenis laki – laki, baik famili maupun orang lain. Untuk tidak timbul sumbang tanyo ini perlulah banyak bertanya kepada yang tua – tua. Karena apabila salah bertanya, bisa timbul sesuatu akibat salah pengertian dan terkadag menjadikan hal – hal yang bukan buka, akhirnya bisa juga jadi pertengkaran atau sakwa sangka, pepatah mengatakan : Murah kato takatokan Sulik kato jo timbangan Mangango mangkonyo mangicek Maka seharusnyalah memikirkan sesuatu yang akan ditanyakan Atau dikatakan, lebih – lebih oleh wanita Bakato peliharo kaki Lidah tataruang ameh padahannyo Kaki tataruang inai padahnnyo
11. Sumbang Jawab Hal ini tidak kurang pula menimbulkan sesuatu yang kurang baik dalam pergaulan. Terkadang – kadang pertanyaannya itulah yang datang dari seorang kurang tenang pemikirannya, salah jawab bisa mendatangkan perceksokan.
12. Sumbang Kurenah Kurena lebih banyak lahir dalam pembawaan yang kadang – kadang bagi seorang yang mempunyai kurenah tidak disadarinya bahwa kurenah yang dilakukannya itu menyakiti atau menimbulkan hal – hal yang tidak diingini, seperti : Sumbang bagi seorang wanita umpanya seorang laki – laki sedang lalu, dan bisa bebisik dan sedikit keluar ketawa kecil dari mulutnya, orang yang lalu akan berperasangka yng kurang baik. Sumbang mengerditkan mata kepada orang lain baik laki – laki maupun perempuan, apalagi kepada orang tua dari kita seperti 87
ipar, bisan. Sumbang bagi wanita batuk – batuk kecil atau mendahan, sedangkan dihadapannya orang lalu atau duduk. Hal ini bisa mengandung berbagai kecurigaan yang tidak baik.
5. PEMBAGIAN
WANITA
(BUNDO
KANDUANG)
MENURUT
ADAT
MINAGKABAU Mengingat pentingnya peran wanita didalam dan diluar rumah tangga maka menurut adat minangkabau, wanita dapat digolongkan kepada tiga macam : a. Banamo simarewan b. Banamo mambang tali awan c. Banamo parampuan
a. Banamo Simarewan Bapaham bagai gata caie, iko elok iten katuju, bakcando pimpiang dilereng, nan bak santono pucuak aru, kamano angin inyo kakiun, alun dijujai inyolah galak, alun diimbaunyolah datang, nan bak balam talampau jinak, sifat bak lipah tapanggang, umpamo caciang kapanasan nan mancaliak mambayang – bayang, nan panagak di tapi labuah lain geleng panakok, asinag kucandang sapiek, tangisi labieh bak kanai, tasingguang labiah bak jadi, kok tumbuah bagawua jo laki – laki banyak galak dari kecek, banyak kucika jo kucindan, malu jo sopan tak bapakai ereang jogendeang tak baguno. Bak umpamo katidiang tangga tangkai, bak ibarat payuang tangga kasau. Elok baso tak manantu, kecek bak caro mambaka buluah suko bakato – kato cabuah, mamakai sifat sio – sio, tabiat caba dipakaian duduka jo tagak tak nan sopan, katonyo banyak kanan bukan, rundiang banyak bakucikak, galak baibarat gunuang runtuah, tapuang jo soda tak babeso, baik dimuko sanak famili ataupun dimuko urang lain indak barundiang jo timbangan. Rundiang nan tidak bapa ibeh, taruah bana bak katidiang, taserak bana bak anjalai manyingguang pucuak bisua urang, manjunjuang balacan dikapalo, mangali – gali najih dilubang, hati busuk pikiran hariang, mului kasa kicek manggadang, hati diateh langik biru, Ibu Bapak tak ba beso, ninik jo mamak tak nan tau, urang dipandang sarok sajo, nan tuo indak di hormati nan ketek indak dikasihani. Korong kampuang tak nan jaleh, adat nan indak baisi, limbago indak batuang, imbau nan indak basauti, panggilan indak baturuik, orang basutan dihatinyo, urang barajo dimatoyo, durhako kepada Ibu bapak, labieh kapado urang tuo – tuo. 88
b. Banamo Mambang Tali Awan Ialah wanita tinggi hati Kok mangicek samo gadang, atau barundian kek nan rami, sagalo labieh dari urang, tasambiah juo bapak sibuyung, basabuik juo bapak siumpuik nan sagalo labiah dari urang baiek tantang pambalinyo atau tantang kasiah sayangnyo. Siang jo malam jarang di rumah, naik rumah turun rumah, etan karumah tanggo lain suko mangicek jo mato, tantang buruak baiek urang, gilo mambandiang – bandiangkan urang, baiek elok badan diri, ataupun dik kayo laki awak. Kok tibo digadih mudo mantah nan panduduak di tapi jalan nan panagun diateh janjang, nan pamegu dimuko pintu, bak ibarat kacang diabuih ciek, bak lonjak tabu dibanam, gadang tingkuih tak barisi, bak ibarat buluah bambu batareh tapak kaluah, tapi di dalam kosong sajo, karajo perempuan tak nan tahu, karajo batanggang siang malam. Kok tumbuah mamandi tapian, kecek mangicek lumak lamik, mambincang – bincang urang sakampuang mampatoka urang sarumah, baik antara laki bini ataupun dalam korong kampuang, iyo manjadi upeh racun mangusuik alam nan salasai. Malu jo sopan malu sakali, duduak tagak karajo sumbang baik didalam tingkah laku, atau didalam fi‟il jo parangai, manyusah pandangan urang nan banyak. Suko manggaduah tangah rumah komah, suko bacakak jo sakampuang, asuang siasah lah pakaian, dangki kianat lah parangai ko mah aka buruak pikiran salah, gilo di mabuak angan – angan. Raso pareso tak bapakai, malu jo sopan jauah sakali, tasingguang urang kanai miangnyo, takuncang urang kanai rabehnyo, baibarat kambiang tigo suko, lupa maukuah bayang – bayang. Suko bakato baolok – olok bagai kancah laweh arang, pahambek tabu sarueh, capek kaki tapi panaruang, ringan tangan tapi pamacah.
c. Parampuan Yang dimaksud parampuan menurut adat Minangkabau adalah seorang wanita baik gadis maupun telah menjadi Ibu atau istri yang senantiasa mempunyai sifat terpuji menurut adat yang dilengkapi menurut kecakapan dan pengetahuan sesuai dengan kemampuan seorang wanita : buliah ditiru ditaladan, kasurituladan kain, kacupak tuladan batuang, maleleh buliah di palik, manitiak buliah di tampuan, satitiak buliah dilauikkan, sakapa buliah dapake digunuangkan, iyo di urang dinagari.
89
PETATAH – PETITIH DALAM MELAKUKAN ADAT
A. PENDAHULUAN Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatu. Selawat dan salam kita ucapkan kepada nabi Muhammad SAW, segala puja dan puji kita puhunkan pada Allah SWT seperti yang telah dicatat atau yang ditulis terdahulu bahwasanya
nagari Lubuk
Jantan
mempunyai kepengurusan
adat
(tiap
–
tiap
kampungnya) adalah dua belas buah kampung : 1. Suku Mandahiliang
- Tiga Kampung
2. Suku Caniago
- Tiga Kampung
3. Suku Melayu
- Tigo Kampung
4. Suku Kutianyir
- Tigo Kampung
Kampung yang dua belas itu dibagi empat yang dinamakan Empat Suku. Ditiap – tiapsuku itu di kepalai/dipimpin oleh seorang penghulu yang dinamakan Penghulu Suku. Didalam menjalankan Adat yang lazim menggunakan kato kiasan, yaitu dengan sebutan CUPAK DUO BALEH TAEI artinyo Penghulu Duo baleh Lubuk Jantan. GANTANG KURANG DUO LIMO PULUAH, artinya pejabat pemangku adat adalah sejumlah empat puluh delapan di dalam suku/urang nan ampek jinih, dari jumlah 48 itu mempunyai sat tambangan yaitu Dt.Simarajo (Datuk Mudo Nan Gadang di Rumah tabing). Oleh sebab itu segala sengketa nan tambuah dalam nagari, putusan di muko Dt.Simarajo. NINIK MAMAK NAN BARANAM Ninik mamak nan baranam adalah di dalam suku Umpamanya : Membuat adat urang Suku Caniago Ketiga kampung Caniago itu harus mengadakan rapat dahulu sebelum sampai kepada Datuk Empat Suku. -
Rapat Pertama
- Salingkuang dindiang namonyo
-
Rapat kedua
- Ikut Ninik mamak satu kampung itu
-
Rapat ketiga
- dinamakan rapat ninik mamak nan baranam
Artinya rapat ninik mamak nan tigo kampuang itu.
90
Disitulah rapat menentukan : Gantiang putuih biang tambuak, lalu dicari hari nan baiek-kutiko nan elok. Setelah selesai itu baru boleh disampaikan kepada Datuk Nan Empat Suku ialah kepada : 1. Datuk Bijayo (pemegang peti Adat/Peti Bunia) 2. Datuk Paduko Rajo (pemegang kunci Adat) 3. Datuk Permata Budi 4. Datuk Rajo Penghulu Yang akan menyampaikan kepada beliau – beliau itu adalah seorang dari Ninik mamak kampung itu tadi. Yang mula – mula ditemui adalah yang/nan memegang kunci (yaitu Dt. Paduko Rajo). Selanjutnya kepada Dt.Bijayo sebagai pemegang peti Adat/Peti Bunian, dengan catatan : sungguh pun begitu beliau tidak langsung membuka peti, orang yang membawa sembah tadi disuruh menemui terlebih dahulu Datuk Simarajo. Setelah sampai kepada Dt. Simarajo dan persoalan/perundingan selesai, barulah ninik mamak kampung tadi : malepeh urang paie mamanggie namonyo. Orang turun paie mamanggie namonyo. Orang turun paie mamanggie itu, dilepas bedil meletus. Sifatnya : -
Takuruan ta-kunci
-
Tatapuak ta-latak
-
Tatambang di nan gadang
-
Tagantuang dinan tinggi
-
Takunci di Dt.Paduko Rajo
-
Tatambang di Dt.Simarajo
Hikmahnya : Nagari selamat samparono Cukup jo adat jo pusako Langkok jo karieh jo balobeh Utang di kito mamakaikan
91
B. DUDUK BERADAT (Penyembahan dari silang nan pakangka, karajo nan bapokok, artinya : dari Tuan Rumah kepada Tuan (alek) nan datang, yang menyampaikan adalah orang yang dirembukkan oleh yang empat jinih. 1. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Sambah dianjuang tinggi Sambah diambah gadang – gadang Maap dimintak ka nan banyak Salam ta tabuah di nan rapek Sambah taunjuak pada Datuk Dubalang, apolah yang akan jadi buah panyambahan dek sayo pado datuak, pado waktu kini ko, tagak dek duduak kapandangan, tando alamat putieh hati, pihak kami nan saliang bapangka karajo nan bapokok, pihak carano nan katangah nan ta unjuk pado Datuk. Carano Banjar Reno Ali, buatan tukang Koto gadang, nan kangkun gagak kan inggok, nan latieh alang bamain, nan rimbun bak bungo kaliki, nan rancak bak bungo kacubuang, satahun pangga budi, samusim langgar jo Cino, namun karatk rangiang pun tidak, itu carano nan katangah, baisi sirieh salangkapnyo, dalam sapu dilipek pinang, sedang elok, kaciak indak gadangpun tidak, Bunto umpamo taluah buruang, lah tibo dimuko datuak, itu mako lakek nan bak janyo pituah, siriehlah udang jo tanggiri, sirieh galak, pinang menari, pananti alek jamu nan datang, itu kapalo baso basi.
Namun sekarang kini nangko, dek caranolah tibo dimuko datuak, kan ganti
rokok nan sabatang, kan ganti kito bakanalan, sirieh sahalai mintak dicabiek, pinang sadidih mintak digatok, nak tantu karajo kito mulai, sakian sajo panyambahan, kato nak mintak dibunisi.
Jawab : Alah sampai dek Datuak tu, ...................alah Sapanjang panyambahan Datuk tu, kok didangalah bak bunyi, kok dipandang lak baiek rupo, tapi samantangpun baitu, nan bak pituah Datuak juo, inyo bak umpamo urang manabang kayu, dandan takanak kapak tibo, kayu ditabang indak rabah, unjuik mukosuik kok tak sampai, kok talambek datuak dalam itu sakian sajo panyambahan, kato mintak dibunisi.
92
Jawab : Alah sampai dek Datuak tu, ..................alah Dek Sayo kato Datuak nan sapata tu kan sayo nanti, nan sangko pikiran hati, sayo itu cako, guyuang kan indak ka basambuik, kato kok indak ka bajawab, namun sekarang iko kini, nak ambo sugirokan malah, sifat mananti juo Datuak, lai kok bulieh nan bak itu, nak pituah, sekian panyambahan.
Jawab : Alhamdulillahirabil‟alamin, sifat mananti malah sayo Alek samo alek
Malah Datuk Simarajo sarato dunsanak subalah kakiun, kok kini lah samo kito danga, rupo lah lamo kito like, nan taserak ka tangah – tangah, nan talimpah ka badan diri ambo surang, kok manuruik adat nan biaso, nan baico nan bapakai, nan bailieh bamudiekan, tumbuah sarupo iko kini, kok datang gayuang basambuik, kok datang kato bajawab, tapi bailieh bamudiekan, tumbuah sarupo iko kini, kok datang gayuang basambuik, kok datang kato bajawab, tapi samantangpun baitu, pihak dibadan diri ambo, gayuang nan balun katasambuik, kato nan balun katajawab, sebab ba a bak itu, awak nan kaciek mudo mantah, umua nan alun satahun jaguang, darah nan sabalun satumpuak pinang, pandapek balun sakuku, kurang aso, kurang biaso, kurang tau kurang pandai, ba ato kini, gayuang nan kan manyambuik, kato nan ka bajawab sakato kami sabalah kanaiak, iyo datuak sabalah kakiun, sakian sajo panyambahan, kato mintak dibuni.
Jawab : Alah sampai dek sutan tu,...................alah Sapanjang panyambahan Sutan itu, lai dalam barieh jo balobeh, lai dilingkuang adat jo pusako, lai dipaga cupak jo gantang, tapi samantang pun baitu, kilek baliung alah kaki, kilek camin alah tapaciek di pandeka, kom ayam alah tapaciek di juaro, kok batuang alah tumbuah dimatonyo, lah patuik bana sutan nan kamambaleh tu ma, sakian sambah pado sutan.
93
Jawab : Lah sampai dek Datuak tu, ...................alah Sapanjang panyambahan Datuak tu, dipikieh palito hati, didagak jo kiro – kiro, dinanang sarugo aka, itulah kato sabananyo, tapi samantang pun baitu, nan bak pituah Datuak juo, jiko bakato ka nan pandai, nak basulah mato hari, rancak malah Datuak tabiknyo, gayuang ka nan manyambuik, kato nan ka manjawab, sabab ba a dek itu, intan nan pulang ka suaso, ameh nan pulang ka baiduri, sakian sajo panyambahan, kato nan mintak dibunisi.
Jawab : Alah sampai dek sutan tu, ...............alah Sapanjang panyambahan sutan tu, lai dalam barieh tibo paek lai dilingkuang cupak jo gantang, tapi samantangpun baitu, nak bak pituah Sutan tadi, pihak dibadan diri mamak, kok lidah lah kalu, mato lah rabun, talingolah pakak pulo, dek lai nan capek, ringan kaki, nan ringan tangan, nan pasih lidah, rancak malah di Sutan takieknyo, gayuang nan kan basambuik, kato kabajawab sakian sajo panyambahan.
Jawab : Lah sampai dek mamak tu, ...............alah Sapanjang pituah mamak tu, itulah kato sabananyo, tapi samantangpun baitu, pihak di kami sabalah kaniak, awak nan kaciek, mudo mantah, ilmu jauah sakali, pandapek saketek indak, lai dek kami nan marusuah nan manggamang, nan maragu di pikiran mambao bimbing kiro – kiro, malah ruponyo iyo kok umpamo urang balaie, hari rancak haripun tanang, parahu balaie maso itu, tibolah sayo tangah lauik, lauik sati rantau batuah, karamlah sayo dalam itu, tarapuang sia kan manjapuik, tabanam sia nan kan manyalami, sakian sambah pado mamak, kato mintak dibunisi
Jawab : Alhamdulillah, nak ambo karajokan lah malah, sifat mandanga malah mamak. (salasai rundiangan antara alek yang datang, seterusnya panyambahan balik kepada sepangka). Untuk memulangkan sambah sirieh silang bapangka tadi : Malah Dt. Malin Panduko, sungguhpun datuk surang sayo imbau, namo sayo sabuik gala, sarapeknyolah ninik mamak nan diambah gadang nan dianjuang tinggi, maap mintak, bana dikatangahkan, ujuang sambah sayo tibolah pado datuak, apolah 94
sambah yang akan sayo sambahkan pado Datuak, pado wakatu kini nangko, nan taniat dalam hati, nan taragak kiro – kiro, sajak samulo kami naiak tadi, pandang jauah di layangkan, pandang dakek ditukiekkan, kami naik pintu tabukak, kami masuak lapiek takambang, kami duduak carano tibo, aluran carano nan katangah barisi sirieh salangkapnyo, sirieh banamo sirieh udang, pinang banamo dusun tungga, itu kapalo baso basi, kok sirieh mintak dicabiak, pinang mintak digatok, kan baitu bana kato Datuak, indak lai dek kami nan datang, sirieh talatak kan kami awai, pinang taunjuak kan kami makan, alah kok sanang hati Datuk, Sakian sajo panyambahan.
2. PERSEMBAHAN MAKAN MINUM Beradat atau tidak, atau kenduri besar, atau jamu marapulai, malah Datuak Rajo Ameh, .............iyo ambo. Sungguhpun Datuk surang nan taimbau, diawal kalam nan sapatah dek sambah ambo nan sabarieh, sarapeknyolah ninik mamak sayo nan diambag gadang nan di anjuang tinggi, maap dimintak bana dikatangahkan ujuan sambah sayo tibokan pada datuk, apolah sambah nan kan sayo sambayakan pado datuk pada wakatu iko kini, nan taniat dalam hati, nan taragak, di kiro – kiro, iyo bak undak jo Bida, Cupak jo gantang, batarajuak nyato pisako juo, bajalan lambek bariak, bakayuah capek dahulu, talayang sampan katangah babalun – balun jo buieh, ombak mamucuak kiri jo kanan, riak baralun di kamudi, gelombang manolak jauh, ombak mambao katapi, tahantak gala katabiang, tibo dirangnyo maronggok, tapi samantangpun baitu, barundiang sopan di santun, bakato basibana, hari baiek kutiko buiek, sakatu bungo sadang bakambang, sauak sajuak angin tibo, parahu maju maso itu, anjuang balaie di musimnyo, sabuang basentak kalanggangnyo, ayam dihulang dek juaro, batimpo garak jo katidie, larang kapado karajo ko. Di kaji adat nan sasiapan, disabuik buek nan dahulu, dibukak satamba lamo, kan jadi tuah pandapatan, satinggi – tinggi malantiang, suruiknyo katanah juo, sajauah marantau, suruik nyo kakampuang juo, satinggi – tinggi tabang bangau, suruiknyo kakubangan juo, sahabih angga jo rantiang, dikubak kulik jo batang, tareh pangubah nan basuo, puntiang talatak nan dihulu, dibawah kumpulan tali, asal mulo kato dahulu, Adat Limbago alah tajadi, bagantuang di tali taguah, dalil paraman di Qur‟an Adat Limbago utang tumbuah, basamo kito malansuangkan, dek kandak barisan cupak jo gantang, taluak tandiang kato mufakat, tujuan bana nan alah sudah, tapajam kilek dimuko, tabayang tampak 95
diateh, badantuang guruih di lauitan, bariak laruik sakilau, babuni pulau di lamun ombak, lah tampak gabak di hulu, lah nyato cewang dilangiek, pihak didiri badan datuk Pucuk Gadang marawa Basa, uiu aie kumpulan buluah, pusek jalo kumpulan tali, tali adat batang limbago, tumbuah nan sarupo iko kini, dilahieh lah samo nyato, di bathin samo manyarah pado Allah, diindang tampih toreh, di tintiang dadak diniru, dipileh ata ciek – ciek, nan bak ibarat dikucup bumi jo langiek, diimpunkan alam saisinyo diambiak kato panghabisan , panghabisan sambah sayo tadi, sabab ba a dek baitu dek lah kasuluah mato nan banyak, alah balanggang mato hari, namun sekarang kini nangko di pandang kiri ji kanan, diliek ilieh jo mudiek, lah nyato dek kito nan basamo, talatak pinggang di lapiek, sadudun galeh jo cawan, samo baisi kasadonyo, nak nyo salamak jo samparono, kok aie mintak diminum, kok nasi mintak di makan, sakian sajo pasambahan, kato nak mintak dibunisi. Jawab : (alek – alek) Alah dek datuk tu, ..........alah Sapanjang panyambahan dek Datuk tu, dipikie palito hati, di dagak di kiro – kiro, dinanang sarugo aka, hitam lah lakek dikandaraan, merah lah lakek di kasumbo, lai dirasuak
manjariau,
lai dek kasua lakek atok, itulah kato sabananyo, tapi
samantangpun baitu, lakek papatah orang malayu, hari kamih wakatu Ashar, Sultan Istambul di Bagdad, mambaco kitab jo suratan, surek nan datang dari hakim, surek nan dari Rajo Langkat babungkuih jo lenin akin suto, sababnyo kito duduak dalam barisan adat, mamintak sayo pado datuak, ka ganti hubungan silaturrahmi, tando alamat putieh hati, sabalah Datuak sakatiko, rundian di bao jo baiyo, kato dibao kamufakat, sebab baa dek baitu surek takambang kan kami liek, kalau barencong kan kami pakai, lai kok bulieh nan baitu, sakian sajo panyambahan, kato nan mintak dibunisi.
Jawab : Alah sampai dek Datuak tu, kok di dangaan lah lah baiek bunyi, kok di pandang lah baiek rupo, lai dalam baieh jo balobeh, lai dilingkungan cupak jo gantang, nan sangko pikiran hati sayo itu cako, gayuang kok ka basambuik, kato kok indak kan bajawab, namun sekarang kini nangko, himbau nan lai basauti, karih nan lai banagari, lai rancak pulo tanyo sayo, agak sagirolah malah Datuk saketek, sift mananti malam sayo, sakian panyambahan, kato mintak dibunisi. 96
Jawab : Alah sampai dek datuak tu, ...............alah Dek sayo lai nan marusuah nan manggamang, nan maragu dipikirkan, malah ruponyo, dek Datuak ka maliek surek nan takambang, ka mamaki kalam nan karencong, kok talambek datuak dalam itu, nan bak ibarat urang manabang kayu, dandam takanak kapak tibo, kayu ditabang indak rabah, kok talambek Datuak dalam itu, sakian sajo panyambahan, kato mintak dibunisi.
Jawab : Alah sampai dek Datuak tu, .............lah Sapanjang panyambahan Datuak tu, lai manuruik alua jo jalan, lai manuruik alua jo balobeh, tapi samantangpun baitu, nan bak pitatah Datuak juo, dek pipit bukon do saikua, dek jaguang bukannyo sabatang, dek karano kami lai baduo batigo, kami paio patidokan agak sabanta, sipat mananti juo malah datuak, nak kami sagirokan malah, alah kok sanang dihati datuak, sekian terima kasih.
Jawab: Alhamdulillah,
tarimo
kasih.
(terus
dipersimpahkan
kepada
nan
mananti).
Persembahan antara alek dengan alek. Maalah datuak sabalah kakian, kok buni lah samo kito danga, ko rupo lah samo kito liek, nan taserak katangah-tangah, nan tatakuak kamuko rapek, nan talimpah ka badan diri ambo surang, ko manuruik adat nan biaso, nan baico nan ba pakai, jikok bajalan ka nan tuo, jikok bakato ka nan pandai indak lai kini dek karano datuak lai disiko kakato kami sabaah kaniak, gayuang kan manyambuik, kato nan bajawab, bapulang sajo ka datuak sabalah kakian. Sakian sajo panyambahan, kato mintak dibunisi.
Jawab: Alah sampai dakek datuak tu,.............alah. Dek sayo lai pulo nan marusuah ko ma datuak, bukannyo sayo takuik mati, bukan sagan kanai suruah, hanyo sabuah nan masrusuah, bak umpamo urang balaie, hari rancak angin pun datang, parahu maju maso itu, tibolah sayo tangah lauik, lauik sati rantau batuah, karamlah sayo dalam itu, tabanam lai basalami, tarapuang lai ka
97
bajapuik, itu dek sayo nan marusuah, sakian sajo panyambahan sayo pado Datuak, harap buni nan kambali.
Jawab: Alah sampai dek sutan tu,.............alah. Dek sayo kato sutan nan sapatah tu, itu bana nan sayo nanti, Dek sutan marusuah, kan bak umpamo urang balaie, tibolah sutan tangah lauik, karamlah sutan dalam itu. Tabanam sia manyalami, tarapuang sia kan manjapuik, kan baitu bana kato sutan tadi?............Bana Baa to dek kami, asal lai kato bajawab, gayuang basambuik, nan kami simak kan malah dari balakang, alah kok sanang hati sutan, sakian sajo panyambahan.
Jawab: Alhamdulillah hirabbil‟alamin, terima kasih. Untuk manerima persembahan makan minum tadi: Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Sambah dianjuang tinggi-tinggi, sambah diambah gadang-gadang, maap dimintak ka nan banyak, salam tauunjuak di nan basamo, sambah tibo pada Datuak Malin Marajo, Adapun sambah dari sayo ini, sambah mukmin-mukmininah, sambah walina wazidana, sambah takzim jo takorim, sambah jala rajo jama, sambah nan limo pakaro: Partamo
- sambah rakaman
Kaduo
- sambah rakuan
Katigo
- sambah arab
Kaampek
- sambah a‟jam
Kalimo
- sambah malayu
Mako manyambah malah sayo di bawah kaharibaan ninik mmamak sayo, nan gadang basa batuah, nan arif bijaksano, nan cadiak tahu pandai, sarato imam dengan Khatib, sarato kitab jo ma‟mum, sarato dunsanak jo saudaro, jiko dikato Imam jo Khatib, suluah nan bendang dalam alam, palito a‟rah, a‟li dan A‟jam, Cahayo Makkahnyo jo Madinah, gando bagando, nilam
manilam cayonyo kok sarupo
cahayo manikam, itulah suluah nan amat terang, palito nan tiado padam, camin nan tido kabuah, itu pulo urang nan bulieh limpahan daripado Nabi kito Muhammad 98
SAW. Itulah urang nan mangatokan sarugo salapan pangkek, narako nan tujuah lampieh, tau pulo mambesokan Hukum nan tujuah, maa nyo hukum nan tujuah tu: Partamo
- Wajib
Kaduo
- Sunnat
Katigo
- Haram
Keempat
- Makruh
Kelima
- Harus
Keenam
- Asah
Ketujuh
- Batal
Dibilang – bilang nan banyak, dipulangkan pado nan aso, nan saisi tanah Maharajo Basa, tumbuah sarupo iko kini, dilahie lah samo nyato, di bathin samo manyarah pado Allah, dindang ditamping tareh, ditiang – tiang dadak diniru, dipilieh atah ciek – ciek, nan bak ibarat dikuncup bumi jo langik, dihimpunkan alam saisinyo, diambiak kato panghabisan panyambahan sayo tadi, sanan baa dek baitu, dek lah basuluah mato nan banyak, alah balanggang jo mato hari, namun sekarang kini nangko, baburu kapandai sikek, maka dapek ruso nan gadang, dapek saikua balang kaki, dipauik urang banu Hampu, adat bagaru balun dapek, adat barajo balun lai tau, diliek surek lah hilang, di jalang guru lah mati, kamano kan ditanyokan, putuihlah kaji sahinggo itu, namun baa to lai tukini, talatak pinggan di lapiek, sadudun galeh jo cawansamo baisi kasadonyo, kok nasi mintak dimakan, kok aie mintak diminum, kan baitu adat panyambahan Datuak tadi,................Bana Nak haluih bak dindiang camin, nak data bak lantai papan, tabanglah dek datuak di Pangka nak kami salasaikan diujuangnyo, sakian panyambahan.
Jawab : Alhamdulillah hirabil‟almien
C. PERSEMBAHAN UNTUK MEMBANGUN PENGHULU LAMA ATAU BARU Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ampun baribu kali ampun, sakali gawa baribu ampun, Ampunlah sayo di datuk jo Tuanku, sarato Alim jo Pandito, sarato Alim jo Pandito, sarato manti jo pagawai, di Tampili jo hulu Balang, nan maisi rumah nan gadang basa batuah nang ko, nan sadidieh banduah di tangah, nan salareh banduah di tapi, sado nan 99
disangkuik atok, sado nan ditanai lantai, lalu manyasak kapuserek, lalu malimpah kahalaman, tidak akan taratok, tidakkan tabilang, tidakkan tapuji gala dek sayo, anak alang dalam banda, jatuah bagolek dalam lombah, bapantang sayo manyabuik namo jo gala, saya samparanokan jo sambah, urang ladang pai marambah, daun sapek balah tigo, jiko mandanga sayo manyambah, antah lai dapek antah pun tido, sipuluik bakayu jabang, dibari bakayu tigo, nan dituntuik pun alah datang, nan dipanggie pun alah tibo, sigolang manggali lambah, basirawa balidu gandum, jiko tadorong sayo manyambah, sakali gawa baribu ampun, dari Japun hendak ka japun, Cino bamuek paca bala, ampun baribu ampun, mintak tobat pado Allah, pucuak kitayo akarnyo combai, eloklah duo dipatahkan, bukanlah sayo cadiek pandai, eloklah sayo kato sambahkan, lai linjuang nan kaba pucuak, talatak diateh balai, kurang nan lai kan bakutuk, dek Datuak sayo nan cadiek pandai, dituah dadok baduri, lai tasanda dipalapuah, sungguahpun sayo tagak badiri, umpamo duduak basimpuah, kalalawa di pulau Rimbang, anak ruso mati tadabiah, jikok gawa buliah ditimbang, bara dosao ampun nan labieh. Karupuak diateh pagu, baringin di pintu koto, dek ayam bakukuak sayolah ragu, kok dek Datuak banyak gadang baso batuah disiko, kalimpanang diateh bukik, linsano rabah kasungai ipuah. Barinsang sayo sadikit nak samparono sambah jo simpuah, si rauik di indra giri, diambek
pamancuang
kalam,
sungguahpun
sayo
tagak
badiri,
sambah
sayo
wallohu‟alam, sambah sayo ini sambah takzim jo takarim, sambah jalan rajo Jama, tibo di Alim jo pandito tibo jo manti jo pagawai, karono sayo kurang tahu, kurang pandai, kurang pasa nan kajalan, kurang pandapek nan bak sikek, nan kamanjalani sambah sayo, laku dibao urang kaladang, mangkuak iyo kapuran iyo, dayuang nan duo dipatimbokan, lah ragu sayo dek mamandang, Datuk iyo tuan pun iyo, sambah dimano sayo tibokan, kan sayo tibokan di dubalang. Dubalang banyak na sati, kan sayo tibokan di tuanku, tuanku banyak nan kiramat, adapun kiramat duo tigo, Pertamo
- Kiramat Tullah
Keduo
- Kiramat Ilmu
Mangkalo kiramat tullah, balaie biduak di nan data, karamlah pulau katujuahnyo, tali ka aie panjang sajangka, lauik baharulah diduganyo mandi kalubuak siramo – ramo, cubadak tumbuah di lombah, kok duduak sayo batanyo, kok tagak sayo manyambah, karupuak tumbuah dilomba, gulita didalam puan, Datuak duduak sayo manyambah, bagai Mangkuto di kanduang intan, sarumpun jarak dihalaman, sampai pandang jo bingkulu, samo dirambah kasadonyo, bacampuak siak jo bilalan, duduaklah datuak jo 100
tuangku, samo disambah kasadonyo, urang japun mamandikan anak, ambiak aie dalam galuak, ampunlah sayo di nan banyak, sambah sayo tibo di datuak, tibo di tuan sagalo kaum jo kirabat nan saisi rumah nan gadang basa batuah nangko. Ada pun sambah sayo tidak kan takatak, tidak kan tabilang, hanya sambah sayo nan kan makatak nan kan mambilang, di datuk majo lelo,puhunan sambah. Adapun yang kemudian daripada itu, iyolah siak banda tukang sungai jambu, diilieh pincuran ruyuang, dimudiak pincuran rajo, kayu ditukang tidak dirakah, rakah dek gampo tujuah hari, salakuak timbunan sangka, salumbuang biluang sumbiang, tampek siapo iboh hati, tampek disitu main budak, tampek sibudek main tandeh, tampek si mudo bacindo gurau, tampek berhimpun hamba Allah, sagalo isi alam nangko, mako dihimpun kayu gadang kaciak, panjang jo singkek, luruih bengkok, mako indak kan sudah dek tukang pandai maramu, mako dicari tukang pandai marapek, tukang batukang banamo siak Ali, pandai manarak manilantang, pandai marapek sang balaie, lakeklah karih jo balobeh, takanak ukuah lah jo jangka, rumah sudah tampan jo patuik, apo namonyo rumah nangko, rumah gadang disangko gadiang, salayang kudo balari, salitak kuciang maambuah, sapakiak budak manangih, sadingin anak piluru, tiang panjang marajo lelo, tiang tangah, putih manggarai, tiang tapi rajo badiri, tiang suduik putih manyambah, param banamo alang babega, kasau banamo tupai bagaluik, atoknyo sirabuang sani, puncaknyo putih bajuang, panuturan lakak mangirok tampek merpati bermain – main di halaman carano basa palinggan namo tanahnyo, parik panjang kuliliang rumah lakuak panjang siku basiku, linjuang katimba jalan, sikasok barumpun – tumpun, limau manih pauitan kudo, dilimo sandaran alu, kamuniang buaian buruak rangkian tujuah saliriak, nan ketek salo manyalo, nan gadang tambah manambah, tampaklah lauik dari lombang pagran bungo bakuliliang, bacapuak mundam di lariak lai balabuah ka pintu gobang lai bajanjang, ba anjuang – anjuang, anjuang perak anjuang suaso kaduo anjuang sikaram kayo, katigo anjuang si Tinjau Lauik, paninjau lauik Kaharullah, kaampek anjuang sianggak luak, paninjau luak Alam Minangkabau, lai bajanjang timbago, saruaso anak janjangnyo, perak bahelo, pintu banamo sikintiang siang, lai batatak baranggo – ranggo, lakeklah ukie sari manyari, nan butulieh jo aia ameh, nan panulih talang jo parindu, nan parakek sadah jo linggam, ukie cino jalo bajelo, ukie gadang saluak manyaluak, dama tirai bauntaian, pamipiran intan bakorong, kupang – kupang karo bajuntai saparinggawan paran picak palintang turun saparinggawan paran pipih malintang naiek, rumah gadang sambilan ruang,sapuluah jo anjuang-anjuang,sabaleh balangik-langik,batirai
jo
pandapuran,batatah
kalambu
aceh,tagendeng
barang hantanam
baranggo-ranggo,batirai gadang,
baribu
camin 101
kacieknyo baratuih camin gadangnyo,parmato banyak nan galap intan jo podi bakilauan, pintu kaciek sitaguh alek,pintu gadang suko mananti, diliek putih main timbang di mudiek rajo main catuah, di tangah bujang main pautan takompang cindai sidurani di rendo anak bidodari, lapiek tirawang gadang kaciak, lapiak amparan banyak banyak pulo, tasorong kasua nan galap, intan jo padi bakilatan, bukan buatan urang kini, buatan caki bilang pandai, kan turesan dek urang banyak, jadi turesan dek urang kini, pintu kadiak si gajah bujang apo badancian di ateh papan, pacah kuali nak urang balau, atoknyo seng dindiangnyo papan, kilek gumelek bantang gumarau, pihak seisi rumah gadang, kaja – bakaja tabiah gadang, bubuang ka bubuang langik – langik, lipek balipek talimpandak siriah jatuah pinang jatuah tangan anak mudo – mudo, musuah lalu padang tacabuik, ikan takilek jalo tibo, anggun gayo jalan basimpang, angguik anggek gele amuah, unjuak nan indak kababarikan, anak silompang silumpinak, puyuah dipikek pikau, datang datang, lai sikujuah di pandakian, kacupak makonyo gadang, lailah mujua pandapat, rumah sudah aleknyo gadang. Adapun kemudian dari pada itu, mako dibali madat ditimbago dipatah dikau turun, silarak dipandakian, kapucuak makonyo gadang mulunyo adat kan badiri, darimakah ka kan muhun, dari Arab sampai ka Ajan mako lalu ka pulau puco, pulau pucu itu bakhusiat dalam daerah pasisie barat, nan duo tigo, ampek, limo, kato martabat, nan duo dipasalawehan di dalam sidang jum‟at, nan ampek puluh ampek nan manghasilkan pekerjaan duo tigo, adapun beliau tu dek kito, iyo nan bak ibarat kayu gadang di tangah padang, kok ureknyo tampek baselo, kok batangnyo tampek basanda, kahujanan tampek bataduah, kapanasan tampek balinduang, kapai tampek batanyo, ka baliak tampek babarito, karano aka lai lanjuik, karano tubuah lai mudo, kalimpapeh dihalaman, pamenan rumah nan gadang, akan tetapi kito hidup diateh dunia, nangko baumpamo basi, basi nan kapuntiang biaso patah, nan bamato biaso sumbiang, nan kapucuak biaso layua, nan banyao manangguang sakik jo mati, itu mako lakeh nan banyao paroman tuah kito: Apobilo datang mereka itu tidak terdahulu tidak takudian, melainkan sesaat hanyo sekarang, walupun dalam karando kaco sekalipun dapek jago akan mati, bak pituah urang tuo kito juo, indak buliah sakandak padi, sakambalah ditumbuak luluah, indak buliah sakandak hati, sakandak Allah balaku sungguh, sirawik ateh karambiah, pandan dimano dimatikan, malaikat maut datang mamanggil, ajarullah rintang manyampaikan, sakaranglah singkek permintaan beliau dek minumpun lah kariang dek suratan pun lah putuih, dimalam samalam tadi kok dek adat sigadang mati, dipabunikan bunian bunia, bunyinyo nan duo tigo, kadang – kadang buni di ilieh, kadang – kadang buni di langik, 102
mako dipatik malah badieh, badieh malelo ratak japun, ratak an sampai ka ujuangnyo, mandanciang bunyi patikan, mandurum cando asoknyo, anak nan pulang pai di baliak gunuang kanai juo, dikana makonyo banti, mak dihiasai, rumah nan gadang, tiang dipaluik di kain kuniang, antakan sampai kalabuah, jajahkan sampai kahalaman, urang banyak
datang
manyilau,
panghulu
datang
manjanguak,
malin
datang
manyambayangkan, kamano jalan babaliak, karumah rajo di gurun, dek gulai kapangkek naik, manusia kapangkek turun, kalaluan gualai bapangkek naiak, maninggakan daun jo buah, ruweh jo buku buah lakek daunnyo rimbun bak payuang takambang sudah, kalaluan manusia bapangkek, kapangkek baturun, maninggakan adat jo pusako, didalam nagari ko, urang sumpu pandai babilang, babilang anak saruaso, ramo – ramo sikumbang janti, katik indang pulang pakudo, patah tumbuah hilang baganti pusako baliau baitu juo, mati gajah meninggalkan gadiang, mati harimau maninggakan balam, mati Datuk maninggakan adat jo pusako, nan bak napuah diujuang tanjuang, ilang sikua, baganti sikua, babirik – birik tabang ka sasak, dari sasak ka halaman, dari ninik turun ka mamak, dari mamak ka kamanakan namun sekarang kini nangko, ketek banamo gadang bagala, si anu ba gala si anu (ulang sekurang – kurangnya lima kali), nan mintak dibao sailia sa mudiek, salabuah sa tapian sabalai samusajik, dek Datuak nan duo baleh, panghulu nan duo baleh, sarato datuak ka mapek suku, sambah lalu dari Datuk, sakian pasambahan.
D. PIDATO UNTUK MELEPAS URANG PERGI KA MEKKAH Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Mintak ampunlah sayo pado nan hadir di medan pertemuan iko kini, sarato alim ulama, sarato dunsanak jo sudaro, ilieh iyo mudiek iyo, kiri jo kanan, sayo mohonkan sambah, adopun sambah nan kan sayo sambahkan pado datuk, artinyo sagalo nan tasabuik diateh tadi, pihak di badan diri ambo, sebab di ambo tegak badiri, ado niat jo mukasuik, apo nan jadi niat jo mukasuik, iyolah nan dalam cito jo angan – angan, iyolah tantangan diri baliau, alah taragak di nan baiek, alah takana di nan bana, alah taragak di nan elok, handak manjajak tanah jadam, handak mangisi batu kaji, nak ka makah jo madinah, handak manampuah tanah suci, handak mancukupi rukun nan limo, karano iyo dek baitu, dipiah badan seorang diri, duduak tamanuang ditangah rumah, basanda ditiang panjang, batutuah diaka budi, mufakat jo kiro – kiro, sakato hati jo mato, sasuai bana jo nan banyak, kok tumbuah jo nan bayang – bayang, nan kato iyolah baitu, mako dihimpunkanlah aie nan satitiek, sarato nasi nan sakapa, mako dipanggialah datuak – datuak, sarato tuanku nan basamo sarato kaum jo kirabat, ilieh mudiak kiri jo kanan, dan 103
kato iyolah baitu, manuruik papatah adat kiti sajanak samulo dahulunyo, kini tasabuik juo, dek gaja biaso tadorong, harimau biasi talompek, manusia bersifat khilaf, tuhan Allah basifat khadim, pihak badan diri, kato sapatah kok tadorong muluik sakali kok talanjuah, gurau kucindam salamoko, dek biat jadi biso, kok cincin lakek di jari, kok kain pamuluik tubuah, kini lah putuik di tinggali, dimintak maaf banyak – banyak, dimintak ampun pado nan basamo, limbak nan daripado itu, tasuo dalam adat batamu di dalam limbago, tasabuik hutang jo piutang, tahadap badan diri, kapado bapak nan basamo, utang pakam, utang mupakat, utang kato utang kurenah, ataupun utang kain baju, atau utang karek padi, ataupun utang ameh jo perak, ataupun pitih sekali, kok adi ciek jo duo, atau banyak pun sakali. Kok iyo datuk iyokan, kok indak Datuk indakkan, nak nyato utang babaie. Nak jaan manyusah dibalakang hari, Nak jaan mambarek pado kito nan tingga, Limbago adat jo pusako, tampek mambao undang – undang Dek lamo biaso lupo, dek banyak biaso ragu, Kok mandatang nan sapayuang sapatagak, nan salingguang cupak jo gantang, dilaielah samo nyato, di bathin musuah kok gadang Naraco tampuak mangati, bungkal ganok tarajua bayang Eloklah kini dihabisi, nak jaan bimbang di rantau urang, Badan diri kan bajalan jauah, kito kan tingga malapeh Badan kan bacarai, diri kan tulak balakang Bukan bacarai tarago mandi, Bukan kok ilang salamoko, Sebab baa dek baitu, Pihak di badan diri akan manghadang angin gadang, kan manampuah lauik mati, hanyo nan pintak pinto kami pado tuhan Yang Maha Kuasa atau pado kito basamo Berkat ninik jo mamak, sambah nan diateh nagin Balaie dilapiek salai, tubuah sehat badan salasai, Bumi sanang padi manjadi, umua panjang rasaki murah, Selamat pulang pai, Sakian sajo panyambahan, kato nan mintak dibunisi iyo dek kito nan basamo
104
1. Yang dikatakan NINIK MAMAK yang baranam adalah : 1 suku 3 kampuang 1 kampuang duduk 1 PENGHULU/DATUK + MALIN = 2 orang = 2 x 3 kampung berjumlah 6 orang 2. Yang tidak boleh gelar indah kerumah lain adalah DATUK/PENGHULU dan TUNGGANAI/MAMAK RUMAH. Kalau MALIN, MANTI, DUBALANG boleh pindah kerumah lain atas mufakat kampung tersebut.
TURUN MANDI 1.
PAKAIAN pakaian yang menggendong : Pakaian Adat Baju Kuruang Itam dengan Takuluak yang salampi dan Selendang digendong dek bako dengan kain pagurun dilampisi kain dengan payuang itam panjang didampingi bidan kampuang dengan membawa tunam (sulu) dan mambao makanan / jamba di dalam lima daun pisang.
2.
BARANG DAN ALAT-ALAT DIBAWA MANDI: a.
Jamba di dalam lima daun
b.
Gelang pencano untuk anak (kunik busuak, jariangau, dasun) dipakaian ke anak di kaki dan tangan, dimandikan oleh bidan anak
3.
PENANTIAN DI RUMAH (DINANTI DI RUMAH) a.
Alat-alat: lapiak sighing, pakaian anak cupak berisi damar, sabatang galingsang
b.
Acara penyambutan di depan pintu dengan menyerahkan beras kunik dengan bahasa/ pitata Yang datang:
“ assalumalaikum…………
“ lai baughang rumah? “ Kami lah pulang mandi. Dijawab:
“ waalaikumsalam…………. “ lai baughang di rumah. “ Apo kondak ati, “ Nak ba itiak ba ayam, “ Nak ba jawi ba kobou, “ Ba sawah ba ladang, 105
“ Nak balaki ghang punah. “Cubadak tangah halaman di juluak jo umpu kaki jan lamo tagak di halaman
4.
PROSESI DI ATAS RUMAH Memakai pakaian anak di ateh sighiang tangah rumah dan dibaok ka ateh kasua ampai bata, pakai tajuak
5.
MANI-MANISI a.
Alat-alat mani-manisi (disediakan bako) siriah 7 helai diguluang di ikek dengan cincin ameh dadiah, botia, garam, lado, nisan, minyak mani, pisang, tobu, jamba gadang diletakan di ateh dulang.
b.
Mani-manisi anak laki-laki: dipotong rambuik oleh ayah Anak perempuan: oleh bidan kampuang dan diikuti oleh sanak saudara 7 orang
c.
Kata-kata mani-manisi: “oso, duo, tigo, 4, 5, 6, 7 “
106
BERMULANYA KERAJAAN MINANGKABAU Tiga orang bersaudara yang membawa rombongan datang dari RUM, yaitu : 1. Sultan Maharajo Alif 2. Sultan Maharajo Depang 3. Sultan Maharajo Di Rajo Menuju ke Timur melalui India, tiba di laut Saelan timbul perselisihan diantara mereka, menyangkut persolan Mangkuto (Mahkota), yang pada waktu itu terpegang oleh Sultan Maharajo Di Rajo. Oleh karenanya Mangkuto terjatuh kedalam laut Saelan, anehnya Mangkuto itu memancarkan sinarnya ke luar. Selanjutnya ketiga mereka itu masing – masing terpisah yaitu : Sultan
Maharajo
Alif kembali ke Rum dengan membawa dan memakai
kebesarannya adalah Keris. Sultan Maharajo Depang menuju ke Benua Cina dengan membawa dan memakai kebesarannya Pedang. Rombongan Sultan Maharajo Di Rajo, oleh Catri Bilang Pandai dibuatlah Mangkuto yang serupa bentuknya dengan Mangkuto yang jatuh kedalam Laut, dengan cara berpedoman kepada sinar yang memancar dari dalam laut (jatuh Mangkuto asli), dan kebesaran Sultan Maharajo Di rajo adalah Keris. Sampai di Gunung Merapi menetaplah mereka disana. Isteri dari Sultan Maharajo Di rajo adalah bernama Putri Reno Jalilah yang dinamaka juga Puti Reno Jelita adalah adik Datuk Suri Di Rajo. Perkawinan Sultan Maharjo Di Rajo dengan Puti Reno Jelita mendapatkan seorang anak laki – laki yang diberi nama juga Malikul Besar (Sultan Maharajo Besar) dan kemudian bergelar Catri Reno Indah. Dalam perkawainan ini Puti Reno Jelita mendapat 6 (enam) orang anak : 1. Sultan Kalab Dunia Gelar Datuk Suri Maharajo Nan Banago – Nago 2. Sultan Balurn gelar Datuk Perpatin Nan Sebatang 3. Puti Reno Sudi 4. Puti Reno Mandi 5. Puti Reno Judah 6. Puti Jamilah Dalam rombongan Sultan Maharajo Di Rajo yang di bawa dari India Belakang menyebarlah mencari kehidupan (di ranah Minang) terdapat beberapa macam sifat yaitu : yang bersifat/tabiat kambing akhirnya menjadi penduduk Luhak 50 Kota. 107
Yang bersifat/tabiat srigala akhirnya menjadi penduduk Luhak Agama. Yang bersifat/tabiat srigala akhirnya menjadi penduduk Kubung 13 Solok. Puti Reno Mandi Kawin dengan Adityawarman pada tahun 134 0s/d 1375 yang diberi gelar Datuk Paduko Berhalo yang dipertuan. Masyarakat Minangkabau terbagi atas 3 bagian : 1. Se Kaum Rajo 2. Se Indu – India 3. Se Kawak (yang dibawa oleh Adityawarman dari Jawa) Setelah Sultan maharajo Di Rajo meninggal dunia, pimpinan kerajaan di pegang oleh Datuk Suri Di Rajo (Saudara Puti Reno Jelita), maka di panggillah atau dihimpun orang banyak oleh Datuk Suri Di rajo dan berkatalah beliau : “Ambo ko lah tuo, carilah dek Tuan – tuan nan manjadi pengatur (pimpinan) Tuan – tuan, dengan syarat – syarat sebagai berikut :
108
ORANG YANG MENJADI PENGHULU A. MARTABAT 1. Berakal 2. Berilmu 3. Kaya itu berkata kebaikan 4. Pemurah pada harta 5. Jago (ingat) 6. Sabar dan tawakal B. SYARAT 1. Kuat pendirian 2. Kuat pada pekerjaan kebaikan 3. Kuat memperbaiki parit pagar nagari 4. Kuat menghasilkan pekerjaan nagari 5. Sabar dan lurus serta benar, berilmu beralam lebar, berpandangan lapangan 6. Jauh dari pada peragai yang buruk, tidak boleh iri dan dengki, loba, tamak, dendam dan kesumat, pepatahnya : Bapadi indak bulieh balumbuang, baoemeh indak bulieh bapura. C. YANG WAJIB DIPAKAI 1. Sidik artinya bana, yaitu tidak boleh berobah yang betul kepada yang salah 2. Tablig artinya menyampaikan 3. Amanat artinya kepercayaan dan tidak menyembunyikan 4. Patanah yaitu kesempurnaan cerdik, memelihara harta, Adat dan Agama. D. KATA PENGHULU Hendaklah yang bena saja menurut Adat, menurut Alur dan patut, menurut Alur dan patut, menurut barih jo balobeh menjalankan kato undang – undang, menurut Luki dan Limbaga. Mancupak sambieh ka hulu, kanailah udang disubarang. Apokah cupak di penghulu, mempermainkan Undang – Undang. E. PIKIRAN PENGHULU Ialah pikiran yang menuju kepada kebaikan untuk kaum kerabatnya dan untuk orang banyak di dalam nagari. Wajib baginya membedakan yang buruk dan yang mudharat-mufaatnya, barang apo – apo yang dikato dan diperbuat.
109
F. PAHAM PENGHULU Ialah paham yang tetap, tiada dapat dirobah – robah saja. Sekali – kali tidaklah boleh
penghulu
itu
memakai paham yang
mudah
berobah-robah
karena
memandang orang yang diseganinya atau karena orang lain. G. UTANG PENGHULU 1. Menurut Alur yang lurus 2. Menurut jalan yang pasar 3. Mempunyai harta pusaka 4. Memelihara anak kemenakan Hakikinya -
Wilayah
artinya
Hukum Menghukum di dalam kampuang
perintah
memerintah dalam nagari -
Hikayat artinya menceritakan yang buruk dan yang baik
-
Nasehat yaitu memberi nasehat, pengajaran kepada anak kemenakan dengan yang baik – baik
-
Amanat artinya kepercayaan
-
Muslihat yaitu mendapat akal budi anak kemenakan
-
Had yaitu mengukur, menjangkokan serta menghinggakan, membataskan anak kemenakan.
H. PANTANGAN PENGHULU 1. Meninggalkan sidik dan tabligh, merobah lahir dan bathin memakai cabul dan sis – sia 2. Bakato lalu – lalang sajo, bak bunyi membuka buluah 3. Karano kurang pada ilmu, kicek bak marandang kacang dek lidah tak batulang. 4. Mahariek
mahantam
tanah,
memerahkan
muko
di
muko
rapat
dan
menyingsingkan lengan baju. 5. Manjunjuang, malakukan panjek mamanjek, balari – lari 6. Janganlah merusak keamanan dan ketertiban dalam nagari 7. Ilieh malonjak, mudiek manggaduah, kiri kanan mangoceh – ngoceh, mamacah piriang, mangusuik nagari nan alah salasai. 8. Hasut menghasut, paham bak kambing dek ulek atau rundiang bak sarasah tajun. 9. Sifat takabur dalam hati, itulah penghulu nan cilako
110
I. PEGHULU JAHANNAM 1. Tidak tahu mengenai diri 2. Mancupak asam garam urang 3. Pembongka najis dalam lubang 4. Sagantang balacan dijujuangnyo, ala baulek ala baun. Udang tak tahu jo bungkuaknyo, nan baciriak dikapalonyo, bak ma ampiang ampo padi jaan kan bareh nan kan dapek abu sajo nan basuo. Setelah dilihat, dipandang dari segala segi pandang jauh alah dilayangkan, pandang dakek alah ditukiekkan, lai cukuik syarat – syaratnyo, ambiak kato jo mufakat, bulek sagolek, pipiah salayang, kok bulek ala bulieh dilayangkan, alah sociak bak ayam, sadanciang bak basi, kok jauah tunjuakkanlah, kok dakek katokanlah, siapo – siapo nan ka manjadi PENGHULU atau NINIAK MAMAK dalam nagari. Nan basifat seperti itu adalah Ninik dek Mamak (Ninik Mamak) dan Ninik Mamak itu panggilan DATUK, sebab itu adalah pangatuo kito.
NINIK MAMAK A. SIFATNYA 1. Tagang baleo – leo, kandua badantiang – dantiang (alang-alang) 2. Pandai manyuruak di nan tarang, pandai balinduang di nan paneh 3. Isak tak bulieh mambao tangih, sajuak indak bulieh mambao hilang 4. Baameh indak buliah bapuro, bapadi ndak buliah balumbuang 5. Pacik arek ganggam taguah 6. Kalau kan barundiang dimulai dilidah aie, disudahi dilidah api atau minum dulu, bakar kumayan, luruih batenok, bengkok bakaik (tungkek). B. PAKAIANNYA Datuak, Manti, Dubalang
warnanya HITAM
Malin
warnanya PUTIH
DATUK, Manti kerisnya tersisiek disebelah kanan Dubalang kerisnya tersisiek disebelah kiri Penghulu Andiko adalah ketua kampuang yang dicermani oleh malin.
ADAT MUTLAK Peri kehidupan dan penghidupan manusia ini mengenai umum yang tidak dapat dibanding dan dibantah. 111
ADAT MUQAYAT (Khusus) Adat “Minangkabau”/peri kehidupan Minangkabau : beralam, berluhak, bernagari, berantau, berbalai – balai, bermusajik (mesjid), balahuah, batapian
A. PENGHIDUPAN 1. Ba sawah – ba ladang 2. Ba taun – ba uma 3. Ba kabun – ba jawi 4. Ba ayam – ba itik 5. Ba gadang – ba niago / ba tukang B. PERI KEHIDUPAN ADAT MINANGKABAU Mengenai Dt.Ketemanggungan dan Dt.Perpatih Nan Sabatang (se ibu berlainan bapak) mulai kini kito rundiangkan dalam segi – segi adatnyo nan kito pusakoi sampai kini nanlah jadi suri tauladan, nan tak lapuak dek hujan, nan tak lakang dek paneh. Kalau kalam dijadikan suluah, licin dijadikan
tungkek,
untuk
dijadikan
pedoman
didalam
masyarakat.
Minangkabau sampai kini nangko dan seterusnya. Kalau akan mangkaji adat,
hendaklah diketahui benar Luki jo Limbagonyo. Kalau akan
mangkajo syarak, hendaklah diketahui bena hadis jo dalilnyo. Kalau akan mengkaji Undang – undang, hendaklah dilihat benar batu intannyo (bukti). 1. Adat nan sabana adat adalah nan ditarimo dari Dt.Ketemanggungan dan adat diterima dari Dt. Perpatih Nan Sebatang, yaitu nan baluki, balimbago, ba cupak bagantang, ba cupak usali dan bacupak buatan atau
yang
diadatkan,
seterusnya
setelah
agama
Islam
masuk
disesuaikan dengan syari‟at Islam. 2. Adat nan teradat yaitu yang diperdapat dengan kata mufakat dalam tiap – tiap nagari, (contoh payung nan ampek) 3. Adat istiadat ialah kebiasaan dalam satu nagari atau golongan yang merupakan kesukaan dari sebagian masyarakat, seperti kesenian, olahraga,
seni suara,
seni lukis,
bangun –
bangunan dan lain
sebagainya.
112
Penjelasan : 1. ADAT YANG SEBENARNYA ADAT Yaitu yang diterima dari nabi Muhammad SAW, sepanjang yang tersebut dalam kitab suci Al-Qur‟an. Disitulah diambil Syah dengan Bathilnya, Sunnah dengan fardhunya, halal dan haram, makruh dan mubah, dakwah dan jawab, saksi (orang) dan bainah (bukti) dan situlah pula diambil hukum bunuh yang tiga perkara yaitu : -
Ahmad
(sengaja)
-
Syabah
(kurang teliti)
-
Chatak
(tersalah)
2. BERADAT ANG DIADATKAN Yaitu yang diterima dari Dt.Ketemanggungan dan Dt.Perpatih Nan Sebatang. Bacupak Usali, ba cupak buatan, baluki balimbago, bakato pusako (kato mufakat yang mungkin dan patut, perbuatan yang bertitu dan bertauladan). Contoh : Ayam bainduak, sirieh ba-junjuang, raso dapek dimakan, cahayo naiak ka muko, nan tau dikili – kili, nalam, nan tau dipaso – paso; ayam abieh dariek masak gagang, bauriah basipasin, bajajak bak bakiak (bukti), nan taradat; yaitu yang terpakai di dalam se luhak atau se nagari yang diambil dengan mufakat. 3. ADAT ISTIADAT Yaitu adat istiadat yang kebanyakan terlarang oleh yang sebenarnya (syarak) (ini selalu kita pedapat cara – cara melaksanakan perkawinan; umpama berhabis waktu dan mubazir). UNDANG – UNDAN NAN DUO PULUAH Undang – undang Nan duo puluah adalah : 1. Dago Dagi (tidak mau tahu) 2. Kurang ajar 3. Siar bakar (percobaan) 4. Disengaja (bapuntuang suluah) 5. Lalai (karena salahnya) 6. Tidak disengaja 7. Maling curi (mengambil simpanan orang lain) 8. Mengambil dengan melawan hak secara paksa 9. Rabuik – rampeh (dengan kekerasan/perkosaan)
113
10. Upeh racun (buktinya sisa yang dimakan) 11. Membunuh 12. Umbuak – umbai (menjilat) 13. Tanda bukti (takaja, talala, tarabuik tarampeh) 14. Sumbang salah 15. Tertangkap basah 16. Basuluah – balanggang mato urang banyak 17. Jelas 18. Enggang lalu, atah jatuah anak Rajo ditimpanyo 19. Tertuduh 20. Bibao pikek, dibao langau (desas – desus)
A. SYARAT ORANG YANG AKAN MENJADI PENGHULU 1. Angkatannya itu wajiblah menurut adat yang biasa di dalam nagari itu 2. Orang yang lebih berakal dan berilmu dalam kaumnya itu 3. Laki – laki 4. Orang yang berasal (ketutunan) penghulu juga hendaknya 5. Berpengalaman berilmu orang itu atas segala hal ikhwal anak buah yang akan diperintahnya 6. Tahu dia dalam seluk beluk adat dan Limbago dalam limbago orang se nagari itu 7. Kaya dalam segala (moral dan materil) 8. Murah lakunya, jangan sifat kegadang – gadangan, pangasieh penyayang berhati Rahim 9. Berkata – kata pasieh lidahnyo 10. Jago dia dalam segala pekerjaan 11. Sabar dan lapang hati menerima/menghadapi segal hal – hal yang bagaimanapun sulit dan pahitnya 12. Mengetahui syah dan bathil, halal dengan haram, sunat dan fardhu, makruh dengan mubah Pepatahnya : Untuak bataiek, bakeh ba – uni, piagam di – paciek
114
B. UNTUK BAGI PENGHULU – PENGHULU (DATUK) Yakmuru bilmakrufi, wayanha „anil mungkar Kusuak manyalaikan – karuah manjaniahkan Aienyo janiah – sayaknyo landai Bokenyo
: Bokenyo betul, tarajuahnyo tiado palingan, Adat yang kawi ba-sandi alur, ba- sandi bana (Syarak) Kitabullah (semenjak perdamaian Kaum Hitam (Adat) dengan kaum putih (Agama) sesudah perang Padri, bertempat di bukit Marapalam pada kira – kira tahun 1845). Memelihara hukum dan nagari penghuluAndiko lantaknyo locuik penghulu suku, petunggunyo kokoh penghulu pucuak, tambangnyo arek (tidak goyah
C. UNTUK BAGI PENGHULU MALIN (+ dengan atas) Piagam
: syarak yang lazim nan berhadist dan berdalil dan ber – Idjmaq, berkias, Aienyo janiah, suluahnyo tarang.
D. UNTUK BAGI WANITA Mengetangah Dakwah dan Jawab – memperbaurkan tando. Piagamnyo
: Menjawab titah dari Rajo (Penghulu), kato mufakat
Bakehnyo
: Sakato, salatak, satayiek, saunjuak, sabekan Pepatah : Cubadak ambiak ka gulai Dimakan bulan puaso Apo nan cupak dek pegawai Manarimo titah dari Rajo
E. UNTUK BAGI DUBALANGAN Menjaga keamanan, menjaga nagari, memelihara adat syarak supayo jangan rusak. Piagamnyo
: manarimo kato dari pegawai (manti) salarang sa-pantangan, sa-malu, teguh dan berani Pepatah : Cubadak ditangah Sabalah ambiaek ka-gulai Apo cubak dek dubalang Manarimo titah dari pegawai (manti)
115
F. PUSAKO ALAM 1. Pusako Rajo se-Daulat 2. Pusako penghulu sebuah hukum mamaliharo nagari 3. Pusako malin se agama, mamaliharo syarak 4. Pusako orang tua se-Undang 5. Pusako manti se-lidah – samo sakato 6. Pusako Dubalang sa-malu, teguh dan berani 7. Kato Rajo malimpahkan, kato panghulu manyalasaikan, kato malin kato hakiki, kato manti kato menghubung, kato dubalang kato mandareh, kato urang banyak kato bagalau, kato padusi kato marandah G. MARTABAT JADI ORANG PENGHULU (DATUK) 1. Berakal 2. Berilmu 3. Kayo pado kato kebaikan 4. Pemurah pada harta 5. Jango (ingat) 6. Sabar dan tawakkal H. MARTABAT ORANG JADI MALIN 1. Sabar hatinyo 2. Tahu dia akan keadaan dirinyo 3. Manis mulut/budi bahasonyo/tegur sapanya 4. Suci
lahir
bathinnyo
dan
sempurna
warahnya
dengan
tawakkal
segala
pekerjaannya I. MARTABAT ORANG JADI MANTI 1. Mengetahui dalam arti kata yang sebenarnya 2. Memperjodohkan Dakwah dan Jawab 3. Memperbaurkan tando 4. Mempertampilkan Tahil Emas 5. Memiliki saksi tanda bukti dan nyata 6. Membawa perkara kemuka hakim J. MARTABAT ORANG JADI DUBALANG 1. Berani lagi benar 2. Jago 3. Tawakkal 116
4. Murah
lakunya,
lurus
amalnya
dengan
setia
dan
sabar
hati
dalam
menjalankan/melakukan pekerjaannya. K. SIFAT JADI PENGHULU 1. Kuat pendirian atas kebenaran 2. Kuat pada pekerjaan kebaikan 3. Kuat memperbaiki parit pagar nagari 4. Suat berbuat untuk menghasilkan kepala nagari 5. Sabar dan lurus serta benar berilmu, beralam lebar, berpandangan lapang 6. Jauh dari pada perangai yang buruk atau khisik dengki, dendam dan kusumat. L. PERJALANAN ADAT 1. Adat nan bajanjang naiek batanggo turun tumbuahnyo di dalam nagari yaitu Babilang dari aso (asal), mengaji dari pangka (alif), naiek dari janjang nan dibawah, turun dari tanggo nan di ateh. Kamanakan ba-rajo ka mamak, mamak ba rajo ka penghulu, penghulu ba rajo ka mufakat, mupakat ba rajo ka-nan bana (syarak), bana badiri sendirinya. Tanggo turunnyo dari nabi, turun ka pado niniek, dari niniek, turun kapado mamak, dari mamak turun kamanakan. 2. Adat batiru bataladan, tumbuahnyo di alek dan jamu yaitu alur samo dituruik, jalan samo di tampuah, adat samo di pakai, limbago samo dituan, nan batiru batuladan, kalau maniru di nan ado, manuladan di nan sudah, manggambar di nan nyato. 3. Adat nan babarieh ba-balobeh, tumbuahnyo di korong kampuang, kampuang bapaga pusako, nagari bapaga undan – undang, disitu buek nan balingka, disitu barih nan bananti, barih nan indak bulieh dilampaui kalau barih manahan tiliekBalobeh manahan cubo 4. Adat nan bacupak bagantuang batumbuahnyo disilang salisieh atau dakwah dan jawab yaitu hukum menghukum didalam korong jo kampuang. Kalau manimbang samo barek, kalau mangukua samo panjang tidak bulieh basakitan hati, tidak bulieh bapihak – pihak, luruih jo bana di pegang sungguah 5. Adat bajokok bajigali, sariat palu memalu, dunia balas membalas, himbau biaso basahuti,
panggie biaso
baturi,
hawa nafsu bapantang kurang, manimbang
mudharat jo mufakat. 6. Adat nan banazar, yaitu maniliek erang jo gendeang, mamandang baso jo basi, maliek lobiah jo kurang, dunia bapantang kalangkahan. 7. Adat nan berpikir, bertolan mako bajalan, mufakat mako bakato
117
8. Adat nan menghendaki atas sifatnyo yang nyato yaitu : adat diatas tumbuah nyato, pusako balegaran, limbago sifat mananti, undang – undang mengisi kehendak M. UKUR DAN JANGKO DALAM ADAT 1. Nan luruih rantangkan tali, maksudnyo supayo jangan menyimpang kiri dan kanan, condong na jan kamari rabah, luruih manantang barieh adat 2. Nak tinggi naiekan budi, kok tagak nan jan tasundak, malenggang nan jan tapampeh, berang sesuatu pekerjaan nak lalu salasai sajo. 3. Nak haluih baso jo basi, jan barundiang basikasek batutuah dengan lemah lembut, bak basantang jo tangguli 4. Nak elok lapangkan hati, cari jalan kebaikan, nak dapek suluah nan tarang kato nan bana 5. Nak kokoh paham dikunci artinyo jaan taruih bak katidieng, kok lai rundiang nan bathin, patuik baduo jan dibawok batigo, jaan laiea di danga urang Pepatah : Rumah gadang ba pasarek, rumah kete baparanjua 6. Nak mulie tapeti janji, walaupun bagaimana sangkut paut kalau tidak nan bangambat benar. Kalau sudah ikrar dengan lidah tibo dijanji ditepati juo 7. Nak labo buek la rugi, namun bapokok babalanjo marugi kito dahulu, pokok banyak saketek, karano ujut menjalankan lamo lambek apek juo N. SYARAT URANG TUO DALAM NAGARI/SUKU/KAMPUNG Mengetahui cancang latiah, coreng bariehnyo, mano – mano lambasan adar limbago turun nieknyo, jangko malobehnyo, cupak gantangnyo, bungkal betul tarajuak nan tidak bapalingan O. SANDO 1. Sando Agung di Koto pelieng 2. Sando kudo di Bodi Caniago -
Adapun sando Agung masuk bagian gadai juo, teta dengan perjanjian sehabis bunyi, maksudnya sematinya orang memegang, sekalipun berapa lamanya baru bulieh ditebusi dan tidak dapat diperdalam atau ditambah gadainyo atau dipindahkan kapado urang lain, sebelum mati sipegang belum dapat ditebusi. Sipemagang itupun tidak buliah menjual atau menggadakainnyo
harta
itu
kepada
orang
lain,
kalau
sipemegang
memindahkan gadainyo itu kepada orang lain, maka gugurlah sando itu atasnya dengan sepakat orang yang menggadai
118
-
Adopun Sando Kudo yaitu : ba siabeih nieh maksudnyo : kalau seorang berhutang kapado seorang dan dianya famili atau tidak, tidak boleh membayar, sehingga diminta kepada orang tempat berhutang itu supaya diberi dia kerja dengan yang ditentukan setiap hari atau pekan bulan umpanya, maka orang yang berpeutang boleh memotong dari pada hasil yang didapatinya itu, sehingga hutang orang itu lunas dengan jalan pemotongan yang telah dilakukan terhadapnya itu.
P. ADAT YANG SEBENARNYA ADAT Adat yang berdasarkan Kitabullah, disitulah diambil Syah dan Bathil, Sunnah dengan fardhu, saksi dan bainah Q. ADAT YANG DIADATKAN Yaitu yang diterima dari Sultan Malikul Besar yang begelar Dt. Ketemanggungan dan Dt. Perpatih Sebatang. Terpakai didalam nan saluhak atau se nagari diambil dengan mufakat. R. ADAT ISTIADAT Adat istiadat kebanyakannya terlarang oleh syarak kebanyak kebiasaan suatu nagari atau golongan dalam masyarakat. S. PEDOMAN KATA / PERJALANAN KATA 1. Menunjukkan sifat - Kato IYO kato baturuik - Kato TIDAK kato bananti - Kato ANTAH kato dibicarokan - Kato PAHAM kato barulang - Kato TAKUT kato tallau - Kato RIANG kato takabua - Kato BENGIS kato terlampau - Kato SINDIR kato malukai - Kato BANYAK kato maragu - Kato UMUM kato binaso - Kato SUBAHAT kato mambunuah - Kato LAHIR kato manjalani - Kato BATHIN kato bamakanan - Kato RAJO kato malimpahkan - Kato PENGHULU kato menyelesaikan 119
- Kato MANTI kato penghubung - Kato MALIN kato hakiki - Kato URANG BANYAK kato bagalau - Kato PADUSI (perempuan) kato marandah - Kato DUBALANG kato mandareh - Kato URANG TUO kato hakikat 2. Perjalanan Kata - Kato mancari kawan yaitu kato-kato yang menghendaki dia akan kebaikan untuk orang banyak. - Kato mancari lawan dan kawan, kepada kawan dan lawan yang menyakiti hati orang. - Kato antara lawan dan kawan, kapado kawan ia dan kapado lawan ia. - Kato ba-kawan-kawan yaitu kato-kato yang dibawa mufakat, (dua/tiga sampai empat orang dan seterusnya) - Kato-kato
yang tiada berlawanan yaitu kato yang benar yang idak dapat
dibantah dan tertib. Pepatahnya: Tabanglang anggang ba Mangkuto, bajalan Rajo berdaulat, ingatingat mamaham kato, tiap kato berdidalat. 3. Arti Kato a. Sidik
: Meluruskan akal-benar yang dikuasai pada Syarak dan Adat
b. Midie
: Melihat dibalik yang lihat, menuju jalan kebenaran (semua
diselami) c. Cerdik Hendak Balabo Saja :Aniaya lakunya. d. Candokio
: Enggan kanai rugi, tak mau kanai tak mau manganai,
adakalanya enggan kanai dan enggan manganai. e. Arif
:
Mengetahui segala yang ghaib, itupun matik namonyo, alum
bakilek lah bakalam, bulanlah sangkok tigo puluah, alum baliek lah bamakan, paham ado di dalam, alum di bali lah bajua. f. Bijaksana
: Tahu mencari jalan keluar yang baik kepada segala pekerjaan,
tahu memerintah barang sesuatu pekerjaan, tahu pada awal dan akhir, tahu mudharat dan manfaatnya, pandai menghambat kejahatan. g. Jauhari
: Tahu pada segala jenis dan kurena/sifat,
lagi banyak
pemandangan dan penglihatannya daripada macam-macam pekerjaan dan
120
dapat dia mengetahui dan memperbedakan satu dari yang lain pada waktu itu juga. h. Biapari
: Saudagar pandai mendapatkan rahasia jikalau di dalam ghaib
sekalipun, ingat akan segala pekerjaannya, pandai mencari keuntungan asal tentang
jual beli dan
harga
nilai dari segala
macam barng
(dapat
diputuskannya). i. Samar
: Diam dio pada cawang kato, tidak memutuskan pada adat.
j. Bebal
: tidak mau belajar pada syarak maupun adat dan tiada mau pula
dia bermufakat dengan orang banyak, hanya berpendapat pada diri sendiri dan banyak yang tidak benar pada pekerjaannya, lagi pula menahan dirinya seperti batu, walaupun dia direbus sekalipun tidaklah dia akan lembut, dan seperti benang yang hitam dicuci dengan apapun jua tidaklah dia akan putih dan sifat orang ini ada tiga macamnya: - Berkata-kata dengan tidak ada manfaatnya - Membesarkan diri - Menghinakan orang mengerjakan yang baik, sedangkan dia sendiri tidak mengerjakannya k. Sabar
: Tabah hati menjalankan pekerjaan dengan segala upaya dan
usaha
dan menerima segala cobaan. Sabar itu adalah ibu dari sekalian akal
dengan berusaha mencari jalan keluar dari segala kesulitan. l. Tawakal
: Sehabis diikhtiarkan dan dikerjakan dengan segala usahanya,
dan kemudian baru pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa m. Kurenah
: - Kurenah baik berbuat akan yang berfaedah/bermanfaat. - Kurenah
jahat
berbuat
akan
yang
tidak
ada
faedahnya/(mudharat). n. Bungka Betul
: Dian dia pada nagari salah dan benar.
o. Yakin
: sama dengan Hakkul yakin martabatnya kata tiga :
-
Berkata – kata yaitu tidak disengaja mengatakannya
-
Kata yang dikataka disengaja mengatakannya
-
Yang sebenarnya kaya yaitu yang dikatakan sesudah dipikirkan benar.
121
T. LIMBAGO DAN UKUA JANGKONYO 1. Peri Kehidupan Baswah – baladang-batahun – bauma – bakabau – bajawi - ba ayam - ba itiek - ba dagang – baniago. 2. Nagari Ber – empat suku – suku berbuah perut (kampung) kampung ba – tuo – rumah batungganai Balai –balai ba Musajiek – ba rumah tanggo, ba korong, bakampuang, ba labuah, ba tapian 3. Luhak Ba panghulu, rantau ba – rajo 4. Pakaian Nagari Beradat, ba pusako, ba niniek, ba mamak (niniek mamak), ba barieh, ba balobeh, ba liki, ba limbago, ba cupak, ba gantang 5. Ukua jangkonyo
Sakati limo
= 25 tahil mas = +800 gulden (semasa jajahan Belanda)
1 (satu)
=25 tahil mas
1 (satu) tahil mas = 4 paho
1 (satu) paho
=4 mas
1 (satu) tahil
= 4 paho
1 (satu) mas
= 4 kupang
1 (satu) kupang
= 6 kundi = 2 sago = 6 uang = 7 kundi
1 (satu) tali
= 3 uang = 3 kundi = 1 uang = 1 kundi
1 (satu) teng
= ½ kundi = ½ uang
1 (satu) rial
= Rp 160,-
1 (satu) bungkal
= 10 mas
Sekundi
= seberat yang hitam di kepala kundi
Secupak seulang aling = secupak se ekornya
Sepotiang setali bajak
Sakipeh selengan baju
Sabusuk
= 20 sen (rupiah)
122
6. Undang Dalam Nagari
Salah makan memuntahkan
Salah tariek mangambalikan
Sasek suruik
Talangkah kambali
Gawah mangisi
Salah kapado Allah taubat
Salah kapado manusia minta maaf
Adil berperdamaian
Berhutang berbayaran
Bersalah berpututan
Berbuat berketengahkan
Saurang baragiah
Sakutu babalah
Manyalang mangambalikan
Utang di bayar – piutang diterima
Diberi dapat sajo gaib berkalamullah
Menghukum : a. Dengan kitabullah b. Dengan ijtihad c. Dengan saksi, bainak (manyatokan) d. Pedoman :
Undang basandi Intan
Adat ba sandi alur (syarak)
Syarak ba – sandi dalil
Cupak ber kesan (kato pusak)
7. Cara mendirikan Penghulu
Penghulu itu digadangkan dengan kerbau seekor, emas 20 rial dan beras 100 gantang
Penghulu itu direlatkan disandi padek, tanah kerajaan di rumah adat
Kalau menjadi penghulu mengisi ka nagari, kalau manjadi rajo mangisi ka alam
Mendirikan penghulu sekato nagari, mendirikan rajo sekato alam 123
8. Bila pengangkatan penghulu dilakukan
Ditanah sirah atau panda pakuburan sewaktu matinyo penghulu nan lamo dan diangkat yang baru
Dipalomba talabuah yaitu didalam waktu 40 hari dihitung semenjak hari matinya penghulu yang akan di gantikan
Tirai takambang yaitu didalam seratus hari juga dihitung semenjak hari matinya penghulu itu
Di adat yang di isi, limbago nan di tuangkan yaitu lepas dari 100 hari
Pengangkatan yang serupa : a. Putus mauleh, yaitu penghulu yang telah mati itu telah punah, maka dicari didalam kampung atas pasukan yang akan meulesnya dengan mencari pucuak nan manjulai, urek nan menjengkal (menjalar), ada dua pula macamnya : -
Sutera diulas dengan sutera, adatnya 1 x 20 rial
-
Putus sutera di ulas dengan benang, adatnya 2 x 20 rial
b. Mengunting sibar baju (diperbuat dua) tidak berlaku dinegara Lubuk Jantan. c. Gadang manyimpang, yaitu gelaran penghulu yang mati itu di alihkan ka urang lain yang bukan kaum penghulu yang mati itu. d. Gadang bergelar, yaitu itu mulanya di bawah perut si A dan kemudian dipindahkan ke bagian perut si B dan seterusnya. Biasanya bagian yang keempat ini terjadi pada penghulu suku. Pepatahnya : Sadah sakadam sakati limo, sapalik tangan tigo ameh; tanduak digantuang tinggi,
darah dikalikan dalam, kuah dikacau, dagiang
dilapah, mana yang rumapng disisik, mana yang tingga dijapuik; Jikok licin di bari tungkek, jikok kalam dibari basuluah. Inilah yang dikatakan : ADAT DI ISI, LIMBAGO DITUANG 9. Sebab penghulu tidak diganti
Karena dipahatkan ketiang panjang, dilantakkan ke batu sandi.
Pusako di banam, kapasnyo masih ado, benangnyo sudah putus.
Pusako dilipat, karena yang patut menggantikan tidak ada yang laki – laki
124
Pusako di gantuang, karano tidak dapat kato kesepakatan kaum ( digantung oleh penghulu – penghulu dalam nagari), menjelang dapat kato sepakat atau ditunjuk oleh penghulu – penghulu dalam nagari
Pusako disangkutkan yaitu karena yang akan memegang gelar masih kecil, setelah ia agak besar dan memenuhi syarat baru dilaksanakan titik
125
SEJARAH RINGKAS PERPATIH NAN SEBATANG DAN DATUK UNTUK KETEMANGGUNGAN A. DATUK PERPATIH NAN SEBATANG Sewaktu itu asal mulanya beliau bernama Sutal Balun. Beliau pergi berlayar ke pulau Lingga Puri (Sarindip) Ceilon. Beliau mendapat sebatang kayu (peti) yang berisikan perkakas tukang kayu : kapak – pahat – beliung
dan lain – lain. Beliung ini yang
bernama Perpatih dan kayu itu bernama Tataran Nago. Oleh karena Perpatih tersebut terdapat dalam kayu yang sebatangitu maka beliau di beri gelar Datuk Perpatih Nan Sabatag. Beliau adalah anak dari Puti Reno Jelita (janda almarhun Sultan Marajo Di rajo), sedangkan ayahnya bernama (Indo Jati). Beliau bersaudara 6 orang yaitu : 1. Sutan Kalab Dunia Glr. Suri Maharajo nan Banago – Nago 2. St. Balun Glr. Dt. Perpatih Nan Sebatang 3. Puti Reno Sudi 4. Puti Reno Mandi 5. Puti Reno Judah 6. Puti Jamilah B. DATUK KETEMANGGUNGAN Beliau bernama Sultan Malikul Besar (Sultan Maharajo Besar). Beliau adalahan anak dari; ayahnya Sultan Maharajo Di Rajo ibunya Puti Reno Jelita. Kemudian beliau diberi gelar Datuk Ketemanggungan. Jadi ini berarti bahwa beliau bersaudara dengan Datuk Perpatih Nan Sebatang, yaitu satu ibu lain ayah. Puti Reno mempunyai seorang saudara Datuk Suri Di rajo. C. PEMERINTAHAN DAN PE,BAGIAN DAERAH Sebelum Dt.Perpatih Nan Sebatang dan Dt.Ketemanggungan berkuasa, pemerintahan atau kekuasaan dipegang oleh : 1. Sultan Mahari Di Rajo 2. Datuk Suri Di Rajo 3. Ceti Bilang Pandai 4. Datuk Maharajo Basa 5. Datuk Bandaro Kayo Sesudah Sultan Maharo Di Rajo meninggal, maka pucuk pimpinan di pegang oleh Datuk Suri Di Rajo (saudara Puti Reno Jelita), maka di panggillah atau dihimpunlah orang banyak untuk beliau, bakatolah kapado urang banyak : “ambo ko lah tuo, carilah
126
dek tuan – tuan nan kan manjadi pangatur atau pimpinan tuan – tuan di dalam kelompok tuan – tuan, dengan syarat – syarat tertentu. D. DAERAH KEKUASAAN Daerah
kekuasaan Datuk
Ketemanggungan adalah (Koto
Piliang),
dari
Tanjuang Gadang Mudiak Hinggo Gunuang Merapi Hilir dan sekeliling Gunung Merapi sampai ke lauik nan sadidih serta Kurinci Air Bangih. Daerah Datuk Perpatih Nan Sebatang adalah (Bodi Caniago), dari muaro Mudiak sampai Sungai Tarab Hilir, (Darussalam). Oleh karena pembagian daerah ini Datuk Perpatih Nan Sebatang mendapat sedikit ( merasa kurang adil), maka timbullah pertentangan yang sangat hebat hingga timbullah perperangan. Dalam perperangan itu datuk Perpatih Nan Sebatang kurang tenaga, maka beliau kalah. Datuk
Ketemanggungan
menang,
beliau
memberi
daerah
takhlukannya
banamo Limo Kaum dan Dua Belas Koto, Tanjung Sungayang dan Nan Batujuah. Gajah Gadang Patah Gadingnyo, seperti permato diatas emas, ikan bertelur dalam batu, setarab tempat kediaman beliau (Datuk Ketemanggungan) di beri Darussalam di beri nama Darus Salam. Datuk Perpatih Nan Sabatang karena marahnya (panas hati), dicarinyalah Datuk Ketemanggungan tetapi tidak bertemu kembali ke Lima Kaum, hinggaDatuk perpatih Nan Sebatang menikam dua tempat (dua batu). Yang sampai sekarang dikenal dengan nama Batu Batikam di Limo Kaum (Batusangkar). Melihat kepada keadaan ini, diadakanlah mufakat bersama oleh Datuk Nan batigo : Datuk Suri Maharajo, Datuk Perpatih Nan Sebatang, Datuk Ketemanggungan dan ikut penghulu – penghulu yang ada, diadakanlah di Padang Panjang dengan hasil Bulek Aie dek pambuluah, bulek kato dek mufakat, kok bulek alah sagolek, kok pipih alah salayang, mako diambiak satu keputusan; “perdamaian mengenai pembagian daerah atau sektor. Hilanglah sagalo sengketa dan timbullah segalo yang hak dan kebenaran. Diadakanlah upacara secara besar – besaran menurut kebesaran dan kerajaan nagai di dalam nagari Minangkabau.
(keramaian ini) bertempat di Pariangan Padang Panjang. Pada
kesempatan itu pulalah diadakan kesepakatan hukum – adat – limbago. Terbentuk pula lah pakaian ynag dipakai pada tiap – tiap nagari serta didirikanlah penghulu – penghulu untuk jadi khalifah oleh daulat yang di pertuan.
127
RIWAYAT ADITYAWARMAN Adityawarman dengan bala tentaranya lengkap dengan persiapan perangnya datang dari jawa hendak menaklukkan Minangkabau (+ abad ke 13), beliau dari kerajaan majapahit, semula mencoba denagn taktik dan politiknya dalam berdiplomasi, antara lain dengan caracara yang diriwayatkan sebagai beikut: 1. Menguji dengan kayu yang sama bentuknya ujung ke ujungnya, carilah ujung serta pangkalnya. Penerkaannya oleh Ceti Bilang Pandai: diukur dari ujung ke tengahnya sama panjang, diikat dengan tali, maka mana yang berat itulah pangkalnya 2. Menunjukkan dan ekor burunga yang serupa, untuk menentukan mana yang jantan dan mana yang betina. Penjawaban oleh Ceti Bilang Pandai; burung diberinya makan, mana yang kuat menghempar itulah yang jantan. 3. Menangadu (melaga) kerbau gadang dengan kerbau ketek pegangan Minangkabau. Kerbau ketek tadi diberi/ diikatkan tanduk besi meruncing diatas hidungnya dan ditanggang sampai kehausan. Setelah sampai waktu berlaga, kerbau ketek tadi harus langsung mengejar kerbau gadang dengan maksud untuk menyusu kepada kerbau gadang, dorongan-dorongan serundukkan kerbau ketek tadi maka besi runcing dikepalanya mengakibatkan perut kerbau besar menjadi robek dan bertaburanlah ususnya keluar (bajelo-jelo) hingga daerah itu sampai sekarang dinamakan Simpuruik (asal nama dari kerbau yang keluar isi perutnya). Oleh karena cara tersebut diatas Adityawarman telah kala diplomasi, maka beliau kembali ke jawa dengan perasaan malu dan panas hati. Karena maksudnya untuk menguasai Minangkabau belum tercapai. Adityawarman datang lagi dengan bala tentaranya yang lebih kuat untuk dapat menguasai Minangkabau dengan cara kekerasan. Kedatangan ini diketahui oleh datuk yang batigo (Dt. Suri Di Rajo, Dt. Perpati Nan Sabatang, Dt. Ketemanggunagan), maka semufakatlah untuk mencari jalan keluarnya, diambillah kesimpulan “harus dilawan dengan cara diplomasi”. Rombong Adityawarman yang datang dismabut dengan cara adat kebesaran adat rajorajo, terjadilah; Bulek aie ka pambuluah, bulek kato dek mufakat, telah disepakati Adityawarman menjadi urang sumando, dikawinkan dengan Puti Reno Mandi (adik Dt. Perpati Nan Sebatang/ Dt. Ketemanggungan dan kemenakan oleh Dt. Suri Di Rajo), sekaligus beliau diangkat menjadi Rajo Minangkabau dengan syarat tertentu “Tidak akan merubah adat Minangkabau (Koto Piliang dan Bodi Caniago), beliau adalah urang Sumando di Minangkabau (1340 s/d 1375). Timbullah pepatah Minangkabau: 128
Rajo nan datang dari lauik, ditembak dek Datuak nan batigo, badiah tigo laras satu dantumnya, jatuah ka rumah Dtauak Suri Di Rajo, (Anggang nan datang dari lauik, di tembak dek datuak nan batigo baieh mandantum tigo latuihnyo, jatuah ka rumah Dt Suri Di Rajo).
Puti Jamilah dikawinkan dengan karib Dt Suri Di Rajo, dari perkawinan ini terjadilah
sebutan
Bundo
Kanduang seterusnya ke Dangtuanku.
Oelh karena
bertambah ramainya penduduk di Sungai Tarab, maka di pindahkanlah Bundo Kanduang
ke
Bukit
Batu
Bata
(Pagaruyuang
yang
sekarang).
Sedangkan
Dt.Ketemanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sebatang tetap sebagai lambang adat Koto Piliang dan Bodi Caniago. Sedangkan Dt.Ketemanggungan pergi ke Jambi bersama istri beliau. Beliau dalam perjalanan pada satu batas daerah telah berbuat yaitu : manakuik durian, sampai sekarang terkenal dengan nama Durian Ditakuak rajo. Oleh kerajaan
Bundo
Kanduang
di
Dt.Ketemanggungan yaitu Dt.Bijayo
pagaruyuang,
diutuslah
untuk
mencari
oleh Adityawarman, setelah dicari ternyata
Dt.Ketemanggungan telah meninggal dunia kuburannyo adalah di Bukit Siguntang, sedangkan istri beliau berkubur di Muaro Rupit. Sedangkan Dt.Perpatih Nan Sebatang memerintah di daerah beliau dan pergi ke Solok/Salayo, (tidak berapa lama beliau disitu, pergi merantau ke nagari Sembilan Tanah Melayu) sudah itu kembali lagi ke Solok, terus menetap disitu sampai akhir hayat beliau, dan berkubur di Salayo.
129
AMANAT DT.SURI DI RAJO, PERPATIH NAN SEBATANG, DT.KEEMANGGUNGAN A. DATUK SURI DI RAJO Sutan Kayo di Koto Alam, kayu mati di perumahannyo jiko engkau kayo di dalam alam, alam mati juo kasudahannyo, babuah kayu di Koto Alam, buahnyo ditindih batindih, jiko engkau batuah di dalam alam, hanyo tuah itu seli besilih. Bakato jo urang tau, labieh bak santan tangguli. Bakato jo urang tak tahu, labiah bak santan jo pancukuieh duri. Jiko makan jan maabiehkan, jiko mamancuang jan mamutuihkan, jiko manabang jan marabahkan. Perpatih di pucuak gunuang, ukieh pangadan kanan kiri,babaliak mancari payuang, hujan lah labeh di nagari. Datuak
Katumanggungan
dan Datuak
Perpatih Nan Sebatang memegang
pimpinan daerah dengan kendali pengaruh masing – masing, hingga timbul pertentangan yang hebat, akhirnya kedua adik beradik ini sampai membagi – bagi daerah. B. DATUK PERPATIH NAN SEBATANG Kasih engkau kepada nagari, kasiah engkau kepada isi nagari, ksiah engkau kepado urang kayo – kayo, kasih engkau kepado urang bantuan, kasih engkau kepado urang Alim Ulama, kasih engkau kepado urang tukang, kasih engkau kepada orang penghulu – penghulu yang benar kasih engkau kepada urang yang mempunyai bicaro yang mendatangkan orang jadi segan dan malu kepada engkau adalah enam perkara : -
Kuat melawan kepada yang benar
-
Membelanjakan kepada segala kebaikan
-
Memperbaiki parit pagar nagari
-
Kuat mengusahakan pekerjaan dalam nagari
-
Kuat mengusahakan pekerjaan dalam nagari
-
Tahu kepada yang benar
-
Kuat menyelesaikan yang kusut dalam nagari dan ditambah pula dengan baso – basi.
Empat kato yang dipakai : 1. Jangan engkau berdengki – dengki 2. Jangan engkau hina – menghinakan 3. Jangan engkau bertolong – tolongan kepada pekerjaan maksiat 4. Jangan egkau hasut menghasut orang berkelahi dalam nagari dan alam. Bapasan Ambo Kepado Tuan – tuan 130
Kuat engkau memberi makan isi koto dan nagari ja segalanya kejahatan dan bencilah dia banyak harta, banyak pengajaran yang baik – baik untuk masyarakat. Berhati baik sehari – hari meyamakan upat dan puji, sangat kasih dan sayang kepada isi nagari yang teraniaya, pandai berbicara untuk bersama, pasieh lidah, tahu pada yang benar, ingat – ingat kepada kata kias, yang penting agar engkau kuat beriman kepada Allah SWT, dan senantiasa takut kepada-Nya dan tidak lemah engkau kepada mengerjakan titah Allah SWT itulah kesudahan alam ini.
Pepatahnya : Jikalau engkau dinanti amuah, jika berat dinanti ringan, jika sempit dinati lapang, itulah makanya ditimbulkan pikiran oleh tuhan kita, karena pikiran itu pelita hati, menerangkan ia akan hati dan pandangan hati kita itu terus kepada tujuah lapis langit dan tujuah lapis bumi. Tambieh : Kok jatuah kapado, ketahui benar luki jo limbagonyo Kok jatuah kapado syarak, ingati benar hadis jo dalilnyo Kok jatuah kepado undang, tilik benar batu intannyo Kok menghukum dengan Kitabullah, dengan ijtihad Dengan saksi, bainah. Pedoman Undang basandi intan, adat basandi Alur (Syarak), syarak basandi dalil, cupak berke – esaan (kato pusako). C. DATUK KETEMANGGUNGAN Mamutiah padi urang Kamang Malakang paneh sahari
131
PEDOMAN/PEGANGAN PENGHULU A. SAKO PUSAKO SANGSOKO 1. Soko Ialah gelar yang diterima turun temurun di dalam suatu kaum yang fungsinya sebagai kepala kaum/kepala adat (penghulu). Soko sifatnya turun temurun semenjak dahulu sampai sekarang menurut garis ibu lurus kebawah. Soko turun temurun, dalam lingkungan cupak adat, dalam payung sapatagak, nan basasok bajarami, bapandan bapakuburan, nan batanggua bapanabangan, dimano batang tagolek, disinan cindawan tumbuah, dimana tanah tasirah, disinan tambilang makan. Sifat Sako Gelar pusako terbagi atas empat sifat yakni : 1. Dipakai, artinya Soko (gelar pusako) tersebut dipakai oleh kaum yang bersangkutan. Gelar soko dalam suatu kaum bisa dipakai (didirikan), apabila dalam kaum tersebut telah di peroleh kata sepakat yang bulat tentang siapa yang akan memangku jabatan gelar pusaka tersebut, atau salah seorang kemenakan laki – laki dari kaum yang bersangkutan (bertali darah menurut garis ibu), dipilih bersama – sama oleh anggota kaum soko itu sendiri. Pelaksanaan selanjutnya kepada waris yang tertua mengajukan kebulatan kaum ini kepada kerapatan suku, setelah kerapatan suku menerima dengan meneliti orang (calon) yang telah diajukan itu tentang : a. Sifat – sifatnya b. Budi pekertinya c. Kepemimpinannya d. Kewibawaannya e. Iktikad baiknya terhadap adat dan agama Islam kemudian kerapatan suku meneruskan kebulatan suku atas persetujuannya orang (calon) yang telah disepakati bersama untuk menjabat gelar pusaka tadi. Dengan penelitian yang sama Kerapatan Adat Nagari melakukan apa yang diajukan oleh kerapan
suku,
kemudian
mengambil
kebulatan
untuk
mendapat
pelaksanaan peresmiannya/dinobatkan gelar pusaka tersebut dalam suatu upacara adat yang berlaku dan dengan memenuhi segala persyaratan penobatan seorang menjadi penghulu yakni : -
Adat diisi, limbago samo dituang, darah samo dikacau, tanduak samo ditanam, dagiang samo dilapah 132
Setelah diberlakukan segala ketentuan (prosedur), maka resmilah seseorang memangku jabatan sokonya. Diakui duduak samo rendah, tagak samo tinggi dengan ninik mamak nagari bersangkutan. Seterusnya tidaklah dibenarkan menurut adat Minangkabau terhadap orang yang memangku jabatan gelar pusaka tadi, dipanggil nama kecilnya seperti biasa.
Sorang
mamak, ayah, ibu dari seorang yang telah resmi menjabat gelar pusakanya dianjurkan tiada menyebut namanya, sebaiknyalah memanggilkan dengan gelarnya, umpamanya : Datuk/penghulu....-Rangkayo......, lebih – lebih lagi kepada orang lain baik besar maupun kecil, tuo dan mudo, laki – laki atau perempuan, mutlak menurut adat memanggilkannya dengan gelar. Setiap penobatan seorang menjadi penghulu (sekarang sudah zaman modern) seharusnyalah mengucapkan sumpah jabatan, biasanya berbunyi sebagai berikut : -
Demi Allah saya berjanji
-
Akan menghukum madie
-
Bakato bana, mamaliharo anak kamanakan
-
Manuruik aluah nan luruieh, manampuah jalan nan bana
-
Mamaliharo harato pusako
-
Kusuik kamanyalasaikan, karuah ka manjanieh
-
Mamaliharo anak kamanakan, saroto korong jo kampuang, sampai ka koto jo nagari
-
Penghulu sabuah hukum
-
Sakato lahie jo bathin, sasuai muluik jo hati
-
Imanat samo di paciek, ikaro samo diunyi
-
Kalau indak : Ka ateh indak ba pucuak, kabawah indak baurek, ditangah dilariek kumbang, bak barakok tumbuah di batu, iduik anggan mati tak namuah, kanai kutuak kalamullah.
2. Dilipek artinyo suatu gelar pusako (soko) dilipek. Terjadinya adalah disebabkan ahli waris yang bersangkutan (waris bertali darah menurut garis ibu) tidak memperoleh kata sepakat yang bulat tentang orang yang akan memangku jabatan gelar pusakanya. Maka di dalam ketentuan hukum adat apabila waris yang bersangkutan tidak memperoleh kata sepakat, gelar pusako tersebut DILIPEK. Kalau sudah ada kata kesepakatan yang bulat dikemudian hari baru bisa bisa didirikan kembali, dengan 133
ketentuan sekali – kali jangan dipaksa – paksakan. Kerapatan Adat Nagari berkewajiban memegang dan menguatkan ketentuan ini tanpa mencari – cari ketentuan lain, kecuali ahli ahli waris yang bersangkutan dari suatu gelar pusaka mendapat kata kebulatan yang lain bentuknya, seumpama gadang balega, tuah baganti, kaedah adat mengatakan : -
Badiri penghulu sepakat kaum
-
Badiri adat sepakat nagari
-
Nak rajo mangisi ka alam
-
Nak penghulu mengisi ka nagari
Babelok – belok alang samad, ranting babaliak ka pangkanyo, kalau tidak pandai manabang duri, duri tacucuak, ka dalam mato, kalau tak pandai bamain budi, ameh habih badan binaso. Tataruang lidah ameh padanya, tataruang kaki inai palainyo. 3. Tataruah, artinya suatu gelar pusako yang dalam lingkaran cupak adat payuang sapatagak (waris bertali darah dari garis ibu), tidak ada yang laki – laki hanya keturunannya yang perempuan saja, atau ada laki – laki tapi tidak memenuhi syarat, umpanya kurang ingatan, bodoh, gila, atau penyakit yang sukar sembuhnya, maka gelar pusaka tadi belum bisa di bangun dan ini tidak boleh pula diberikan kepada orang lain di luar lingkungan kaum itu sendiri. Keadaan seperti ini disebut di dalam adat Minangkabau TATARUAH, biasanya gelar pusaka (soko) penghulu ini berpuluh tahun kemudian baru dapat dibangun kembali, namanya membangkit batang taradam. Pimpinan adat buat sementara waktu dipegang oleh penghulu yang berdekatan menurut adat dalam pasukan yang bersangkutan (bertali hadist). 4. Tabanam, suatu soko yang waris bertali darah ibu menurut adat telah habis (punah), maka gelar pusaka tersebut disebut TABANAM. Keturunan menurut menurut adat Minangkabau : dianyuik ka aie dareh, dibuang ka tanah lakang, salamo dunia takambang, nan gala tidak bapakai lai. Yang menyangkut dengan harta pusaka yang tinggal seperti sawah ladang dan sebagainyo, akan dipusakai oleh waris bertali adat yang terdekat menurut adat, seperti kata pepatah : Soko tetap, Pusako baranjak Sebabnyo/coraknyo/kapan gelar pusaka itu dibangun : 1. Hiduik bakurilaan, artinya seorang pemangku jabatan dari satu gelar penghulu (soko) yang usianya telah lanjut, tidak sanggup lagi menjalankan tugasnya, maka untuk kepentingan anak kemenakan, korong kampung, dan nagari dengan arti : Bakieklah taraso tinggi, kok lurah lah taraso dalam, adat indak taisi, limbago nan tidak tatuangi. 134
2. Mati batungkek budi, artinya disebabkan seorang yang menjabat gelar selaku penghulu (soko) meninggal dunia. Dan dalam waktu yang singkat sebagai yang akan menggantikannya telah dapat kata sepakat, maka gelar pusaka tersebut buat sementara
disebut : Batungkek batang Bodi (asal
katanya), tentang peresmian dilaksanakan kemudian hari setelah selesainya upacara do‟a mando‟a yang biasanya setelah tiga bulan kemudian, selama masa tiga bulan itu ianya dapat menjalankan fungsi jabatannya. 3. Baputiang di tanah sirah/gadang di pakuburan, artinya setelah dipersiapkan sebelumnya dengan semufakat anak kemenakannya dari yang meninggal, maka sebelum mayat ditanamkan diumumkan kepada yang hadir bahwa sebagai pemangku jabatan gelar pusaka yang dipegang oleh yang meninggal. Selanjutnya harus dilaksanakan peresmiannya sesuai aturan adat yang berlaku. 4. Adat tak berdiri Di dalam suatu kaum ditemui sebab untuk membangun Soko (Gelar Pusako), karena mati batungkek budi, hiduik bakurelaan, bapuntieng di tanah sirah dan sebagainya, yang mana adat perlu diisi, limbago perlu dituangi. Karena perongkosan untuk pelaksanaannya tidak ada sama sekali, maka menurut adat Minangkabau diperbolehkan menggadai harta pusaka tinggi. Tetapi hal yang seperti ini pun jarang terjadi, karena soko yang akan didirikan milik bersama dan kebesaran bersama pula seharusnya pula dipersamakan tentang pembiayaannya,
bukan ditanggung sendiri oleh
orang yang akan memegang jabatan gelar pusaka tersebut. Dari keempat macam hal, dimana diperbolehkan menggadai harta pusaka tinggi tersebut di atas (sawah, ladang saja), hal tersebut kalau benar – benar telah ditemui alasan seperti kata adat : Lah tasasak ikan kaampang Lah tasasak kijang karimbo Maawai saabieh aso Manguak lah sahabieh gauang Kalua tidak beralasan yang sungguh tidaklah dibenarkan menggadaikannya. Apabila dilaksanakan juga berarti seorang penghulu/pemimpin adat dalau kaum itu telah melumpuhkan sendiri ekonomi anak kemenakannya.
135
B. PUSAKO Pusako adalah harta pusaka tinggi, seperti sawah ladang, banda buatan labuah, tapian rumah tangga, pandam pakuburan, hutan tanah yang belum diolah, adalah ulayat (wilayah) dari kekuasaan seseorang penghulu atau pimpinan pewaris. Diatas tanah tersebutlah berkembangnya rakyat yang terdiri dari anak kamanakan dari yang bersangkutan, tempat mencari hidup dan kehidupan. Harta pusaka adalah manah yang diterima dari orang tua – tua dan nenek moyangnya yang harus dijaga dan diteruskan kepada generasi selanjutnya di dalam kaum itu sendiri dengan ketentuan hukum adat yang berlaku. Manah jaan pupuieh Bangso jaan hilang Suku jaan baranjak Jua indak dimakan tali Sando indak dimakan gadai Maksudnya agar penghulu – penghulu yang bersangkutan haruslah berusaha sejauh
mungkin tidak menggadaikan, apabila menjual atau memberikan kepada orang
lain harta pusakanya, karena hal demikian akan mengakibatkan hilangnya : manah dari orang tua, beranjak suku ke suku lain. Seorang pemimpin harus mempertahankan hak ulayat yang merupakan daerah kekuasaan itu, jangan berpindah kesuku lain, karena akan berakibat anak kemenakan akan kehilangan daerah tempat tinggal dia diam dan berkembang, tempat dia bersawah dan berladang, berumah tangga berkubur. Istilah jual beli dalam adat Minangkabau tidak dikenal sama sekali tentang harta pusaka tinggi. Pegang gadai Pegang gadai di dalam Adat Minangkabau dibolehkan dengan syarat – syarat yang
diatur sendiri pula oleh adat. Karena pegang gadai berfungsi sosial tolong
menolong di dalam adat, maka di boleh oleh adat dengan syarat : 1. Rando Gadang tak balaki Seorang anak kemenakan yang akan dipersuamikan telah lewat umurnya sedangkan untuk suami belum dapat. Maka untuk keperluan tersebut dibolehkan menggadai kepada : tali adat yang berdekatan dengan pasukan secara bajanjang. 2. Membangun Gelar (Soko) 3. Mayat terbujur di atas rumah 136
4. Mendirikan rumah adat HIBAH (Pemberian) Di dalam adat Minangkabau karena ajarannya selalu berdasarkan budi, yang lahir dalam bentuk raso dan pareso, malu dan sopan sesamanya, maka hibbah berlaku di dalam Adat Minangkabau, yang artinya adalah pemberian. Karena adat sangat mengutamakan kelansungan dari harta pusaka tinggi untuk dilanjutkan kepada anak cucu kaum itu dibelakang hari, maka adat mambagi Hibah (pemberian) ini tiga macam : 1. Hibah laleh 2. Hibah bakeh 3. Hibah pampeh Ket : 1. Hibah laleh hanya kepada anak dari seorang yang menguasai harta – harta pusaka tinggi dari suatu kaum yang telah punah (habis keturunan bertali darah menurut adat). Atau kepada kemenakan sepesukuan, yang akibatnya tidak berpindah manah dan suku serta bangsa kesuku lain. Hibah ialah berlaku kepada anak kandung dengan jalan menjadikan anak kanduang tersebut menjadi kemenakan, tetap tinggal dan hidup keturunan di dalam suku dan keluarga korong kampung pusaka yang dihibahkan oleh sibapak, disebut dalam adat : Dianyuek ka aie dareh, dibuang ka tanah lapang salamo dunia takambang nan harato indak kababaliek lai atau kepada orang yang sangat dicintai karena jasanya. 2. Hibah Bakeh ialah harta pusaka yang dihibahkan oleh seorang bapak yang telah punah kepada anak kandungnya, yang sifatnya pemberian itu berlaku selama umur anak yang ditunjuk atau semua anak laki – laki dan perempuannya. Setelah anak – anak itu meninggal dunia maka harta pusaka tinggi tersebut kembali dengan sendirinya, maka kepada suku yang bersangkutan penguasaan selanjutnya kepada anak cucu yang akan datang : Kabau mati kubangan tingga Baju tasaruang ka nan punyo Karieh baliek ka saruangnyo Harato pulang ka pangkanyo Sirieh pulang ka gagangnyo Pinang pulang ka tampuaknyo 137
3. Hibah pampeh yaitu harta pusaka tinggi yang diberikan oleh sesorang penghulu kepada anak atau orang lain, mungkin karena banyak harta pusaka atau mungkin karena punah, tetapi diberikan papasannya berupa uang atau emas yang dinilai jumlahnya. Setelah jangka waktu yang telah ditentukan telah habis, maka anak kemenakan yang bersangkutan dapat menerima kembali harta pusaka yang dihibahkan itu dengan memberikan pampasan (tebusan). Dalam adat disebutkan : majua indak saharagonyo mambali indak jo sapatuieknyo. Di dalam pagang gadai dan hibah yang tiga macam ini sangat memerlukan kata mufakat dari anggota kaum yang bersangkutan dari pusaka tinggi yang aka digadaikan dan dihibahkan agar tidak terjadi saling sengketa dalam kaum itu sendiri dan jangan sekali – kali untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, bak kata adat : Gadai bapamaciek Hibah basitahu – tahu Berpedoman kepada sifat – sifat yang harus dipunyai oleh seorang penghulu, yakni benar, benar, jujur, cerdik dan sebagainya, maka tidaklah akan timbul persengketaan tentang pegang, walaupun telah beratus tahun, asal dituruti ketentuan tentang gadai. Harta pusaka ini seperti : menghadirkan jihat (pasupadan) yakni orang – orang yang merupak jihat dari harta pusaka yang digadaikan sebagai saksi, yang mempunyai tanggung jawab moral untuk mematuhi apa yang telah terjadi tentang harta usaka sepadanya. Umpanya tergadai, beberapa piringnya dan dimana tempatnya dan berapa pula harga gadainya. Tanggung jawab jihat ini dikuatkan pula oleh niniak mamak (penghulu) yang bersangkutan dari harta pusaka tersebut dan juga oleh penghulu orang tempat.manggadai (memegtang), begitupun oleh penghulu – penghulu jihat yang menyaksikannya.
Selanjutnya menjadi tanggung jawab
moral bagi orang yang
menghadiri dan melihat pelaksanaan gadai ini meneruskan (mewariskan) kepada anak kemenakannya masing – masing untuk tetap dipegang sebagaiman mestinya. Untuk itu dalam adat diperlukan : 1. Basitahu – tahu baik oleh yang menggadaikan, maupun oleh yang memegang dan begitupun jihat dengan harta pusaka tersebut. 2. Dua tahun cukup ketiga ialah suatu penggadaian harta pusaka yang telah disepakati secara bersama itu, hendaklah dalam masa dua tahun lebih ditebusi kembali oleh yang punya pusaka. Dan mungkin saja ada kesulitan karena belum ada kesanggupan umpanya, maka adat pun mengaturnya tentang yang demikian itu : 138
a. Dua tahun cukup ketiga ( dua tahun lebih ) sedikit dianjurkan untuk menebusi kembali b. Dialihkan kepada orang lain menggadaikan c. Dipedalam artinya kalau tidak bisa menebus harta tersebut karena belum ada kemampuan, maka boleh ditambahkan jumlah harga gadainya. Baik menebus kembali, maupun memindahkan gadai harta tersebut kepada orang lain haruslah diketahui oleh orang – orang (penghulu) dan jihat yang diwaktu pelaksanaan mula – mulanya dihadirkan dari kedua belah pihak sipenggadai dan sipemegang. d. Disabuiek – sabuiek untuk tidak timbul dan kejadian penyimpangan dari gadai yang sebenarnya, umpamanya dibilang oleh sipemegang artinya, pusakanya bukan dipegang atau sudah dibelinya. Maka dalam adat kalau belum ada kemampuan
menebus
kembali,
begitupun
memindahkan
gadai
atau
mempedalam karena suatu hal, maka perlu disebut – sebut kepada sipemegang setiap tahun begitupun kepada jihat bahwa harta tersebut adalah harta sipenggadai. Apabila hal tersebut di atas dilakukan secara baik dan tertib tidaklah terjadi silang sengketa atau kekeliruan, walaupun tidak tertulis sekalipun. C. SANGSAKO Sangko adalah gelar yang bukan sifatnya turun temurun, tetapi adalah gelar yang sifatnya diberikan dengan mufakat karena jasanya atau karena dia untuk menggapai sesuatu tugas didalam adat, ini disebut di dalam adat : Sangsako pakai mamakai Gelar ini bisa saja berpindah – pindah dari satu lingkungan yang lain dan penempatan gelar sangsako ini senantiasa dilandaskan kepada kata mufakat dan menurut mungkin dan patut. Sebagai contoh tentang gelar ini ialah yang diberikan kepada seorang penghulu karena dia dipilih menjadi kepala suku, maka digelarilah dengan datuak suku, Imam di dalam adat atau pemberian yang sama dengan itu kepada seseorang. Sangsako ini tidak ada sangkut pautnya dengan harta pusaka tinggi, karena dia bukan gelar pusako tinggi (Soko) yang diterima secara turun temurun semenjak dahulu dari nenek moyang, atau termasuk dalam cupak buatan adat.
139
TOKO POKOK PENGHULU/PEMIMPIN KAUM DALAMA ADAT Sebagai penghulu atau pemimpin adat dalam nagari baik didalam kaumnya sendiri didalam masyarakat yang harus dipertanggung jawabkan terhadap anak kemenakan atau masyarakat yang dipimpin. Sebagai penghulu dia adalah suatu lembaga tertinggi di dalam adat disetiap nagari di Minangkabau, yang bertugas menampung segala permasalahan dalam masyarakat diajukan oleh masyarakatnya. Maka dari itu seorang penghulu sebagai penghulu dan pemimpin didalam kaumnya haruslah bertugas : 1. Menyuarakan aspirasi dari anak kemenakan yang dipimpinnya 2. Sering melakukan pembicaraan – pembicaraan dengan anak kemenakan laki atau perempuan
tentang
ekonominya
mencangkup
sawah
ladang,
pendidikan,
kesempatan, keamanan anak kemenakan secara meneluruh 3. Mengumpulkan data – data serta bahan apa yang harus disampaikan dalam sidang Kerapatan Adat Nagari. 4. Membikin rencana dengan anak kemenakan secara terbuka mengatsai segala kesulitan yang terjadi dalam bidang ekonomi dan sebagainya 5. Kalau perlu menginventariskan seluruh anak kamanakan dalam suatu catatan yang khusus, dengan catatan itu deketahui jumlah anak kamanakn yang berpendidikan atau yang tidak, yang lemah ekonominya dan sebagainya untuk dicaraikan jalan keluarnya umpamanya. 6. Mengikutsertakan urang sumando dalam sidang – sidang rapat diatas rumah tangga, dengan demikian akan diperoleh kerajasama yang mantap 7. Sering –sering datang kerumah anak kamanakan sambil memperhatikan setiap persoalan rumah tangga anak kamanakan. Sekaligus menanamkan rasa cinta anak kamanakan kepada mamaknya atau ninik mamak 8. Membina anak kamanakan dengan ajaran agama islam (syarak) serta menjelaskan tentang adat istiadat nagari, serta pemerintahan 9. Berusaha setiap pekerjaan sawah ladang dan bangunan dikerjakan bersama – sama “barek samo dipikua, ringan samo dijinjing”. 10. Menanamkan rasa kekeluargaan di dalam lingk ungan anak kamanakan 11. Memelihara bangunan rumah adat dan mencegah anak kamanakan dari hal – hal yang akan merusak adat, budi pekerti yang tinggi.
140
12. Didalam korong kampung mengajak dan mengadakan pertemuan dengan seluruh penghulu untuk membicarakan kemajuan dalam nagari dan kampuang 13. Menghadriri setiap sidang – sidang baik sidang adat maupun sidang yang diadakan oleh pemerintah 14. Ikut serta memikirkan di dalam Kerapatan Adat Nagari, kemajuan nagari segala bidang, seumpama pendidikan, sekolah pemerintah, sekolah swasta, sekolah agama, masjid dan surau – surau 15. Ikut berpartisipasi dalam melaksanakan setiap pembangunan di dalam nagari segala bidang pembangunan untuk kepentingan bersama 16. Membina
kepemimpinan
didalam adat
atau
di dalam masyarakat
secara
keseluruhannya dalam nagari 17. Menyelsaikan setiap perkara adat, baik soko maupun pusako dengan tulus dan ikhlas dengan jalan musyawarah dan mufakat. 18. Menanamkan rasa persatuan dan saling hormat menghormati sesamanya terutama dalam masyarakat serta kepada pemimpinnya 19. Menggiatkan dengan keputusan ajaran sosial didalam adat dan ajaran Islam dengan meramaikan masjid, Taman Al-Qur‟an dan sebagainya 20. Membina kepemimpinan didalam adat dengan jalan memperdalam ajaran adat didalam hukum, sejarah, filsafat dan pengetahuan. Pepatah Minangkabau mengatakan : Tasindorong jajak manurun Tatukiek jajak mandaki Adat jo syarak kok tasusun Bumi sanang padi manjadi.
141
TUGAS POKOK, FUNGSI, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PENGHULU/NINIK MAMAK
1. Menurut Penghayatan, Pengalaman Dan Pendapat Bapak, Ibu, Anak Kemenakan, Saudara/I, Masihkah Penghulu/Ninik Mamak Pada Saat Ini Berfungsi Dinagari Lubuk Jantan Sebagai “Kapai Tampek Batanyo, Kapulang Tampek Babarito” 2. Masihkah Penghulu Niniak Mamak Pada Saat Ini Menjalankan Fungsinya Dinagari Lubuk Jantan Sebagai Orang Yang Akan “Menimbang Samo Barek, Maukua Samo Panjang, Mamanggang Samo Merah” 3. Dalam Hal Berlaku Adil Masihkah Penghulu Niniak Mamak Nagari Lubuk Jantan Pada Saat Ini Berbuat “Tibo Di Paruik Indak Dikampihkan, Tibo Didado Indak Dibusuangkan, Tibo Dimato Indak Dipiciangkan” 4. Menurut
Pandangan
Penghulu/Niniak “Didahulukan
Anak
Mamak Selangkah,
Kemenakan
Pada
Saat
Ditinggikan
Nagari
Lubuak
Ini Dianggap Sarantiang,
Jantan
Masihkah
Sebagai Orang
Dianjuang
Tinggi,
Yang Diamba
Gadang” 5. Sebagaimana Mestinya Penghulu Ninik/Mamak Itu “Baalam Laweh Bapadang Lapang” Masihkah Keadaan Seperti Itu Dimiliki Oleh Penghulu/Ninik Mamak Lubuk Jantan Pada Saat Ini? 6. Fungsi Penghulu/Ninik
Mamak
Itu Antara Lain “Singkek
Mauleh,
Lamah
Mampataguah, Kurang Manukuak, Senteng Mambilai, Masihkah Hal Seperti Itu Di Nagari Lubuk Jantan Terlaksana Saat Ini? 7. Penghulu/Ninik Mamak Itu Berfungsi Pula Sebagai Orang Yang “Kusuik Kan Manyalasaian, Karuah Mampajaniah”, Masihkah Hal Ini Berjalan Di Nagari Lubuk Jantan? 8. Masihkah Penghulu/Ninik Mamak Pada Saat Ini Berfungsi Ibarat “Pusek Jalo Pumpunan Ikan, Bukik Timbunan Kabuik, Taluak Timbunan Kapa” 9. Masihkah Penghulu/Ninik Mamak Pada Saat Ini Di Nagari Lubuk Jantan Berfungsi Seperti “Baringin Gadang Ditangah Koto, Batangnyo Tampek Basanda, Ureknyo Tampek Baselo, Daunnyo Tampek Balinduang Kapanasan, Tampek Bataduah Kahujanan” 10. Masihkah Penghulu/Ninik Mamak Pada Saat Ini Di Nagari Lubuk Jantan Dirasakan Sebagai Orang Yang “Tinggi Tampak Jauah, Nan Gadang Basa Batuah”
142
11. Masihkah Penghulu/Ninik Mamak Di Nagari Lubuk Jantan Pada Saat Ini Berfungsi Sebagai “Orang Yang Memegang Kato Putuih Biang Tambuak” 12. Masihkah Penghulu/Ninik Mamak Di Nagari Lubuk Jantan Pada Saat Ini Berfungsi Sebagai “Orang Yang Hilang Nan Kamancari, Hanyuik Nan Ka Maminteh, Tabanam Nan Kamanyilam” 13. Masihkah Penghulu/Ninik Mamak Di Nagari Lubuk Jantan Pada Saat Ini “Bahari Abih Babadan Litak, Rantau Jauah Diulangi Rantau Dakek Dikoonoi. 14. Masihkah Penghulu/Ninik Mamak Di Nagari Lubuk Jantan Pada Saat Ini Melaksanakan Prinsip Musyawarah “Bakato Baiyo, Bajalan Bamulo Duduak Surang Basampik-Sampik, Duduak Basamo Balapang-Lapang” 15. Masihkah Kepemimpinan Di Nagari Lubuk Jantan Pada Saat Ini Berada Dalam Keadaan “Kamanakan Barajo Ka Mamak, Mamak Barajo Kapanghulu, Penghulu Barajo Kamufakat, Mufakat Barajo Ka Alur Patut, Alur Patut Barajo Ka Nan Bana, Nan Bana Badiri Sandirinyo” 16. Salah Satu Sifat Penghulu/Ninik Mamak Sebagai Pemimpin Adat Dinagari Lubuk Jantan Masihkah Dipakai Saat Ini “Indak Lamak Karano Santan, Indak Kuniang Karano Kunyik”
143