JENDERALPERDAGANGANDALAM NEGERI DIREKTORAT PEHDAGANGAN DEPARTE|U|EN IND()NESIA REPUBLII(
JalanM I RidwanRaisNo 5 Jakarta10110 Te.021-3440408la 021-3858185
KEPUTUSAN DALAMNEGERI D IR E K T UJE R N D E RAL PERDAGANGAN NOMOR l5lw$ lKEP/3/2010 TENTANG SYARATTEKNISMETERPROVER DALAMNEGERI. D IR E K T UJE R N D E RAL PERDAGANGAN Menimbang
".a.
bahwa untuk melaksanakan ketentuanPasal 3 PeraturanMenteri Perdagangan Nomor O8/M-DAGlPERl3l2010 tentangAlat-alatUkur, (UTTP)YangWajibDiteradan Takar,Timbang,dan Perlengkapannya DiteraUlang,perlumengatur syaratteknismeterprover;
b. ...
bahwa penetapansyarat teknis meter prover, diperlukanuntuk pengujian,dan mewujudkankepastianhukum dalam pemeriksaan, penggunaanmeter prover sebagai upaya menjamin kebenaran pengukuran volumecairan ; pertimbangan dalamhurufa dimaksud bahwaberdasarkan sebagaimana dan huruf b, perlu menetapkanKeputusan Direktur Jenderal P e rd a g a n g a DnalamNeger i;
c.
Me n g i n g a t
'. 1 . U n d a n g -U n d ang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metr ologiLegal (L e mb a ra nN egar a RepublikIndonesiaTahun 1981 Nomor 11, Nomor3193) ; T a mb a h aLne mbar an Negar a Republik Indonesia ' 1999 Kons um en 2 . U n d a n g -U n d ang Nomor8 Tahun tentangPer lindungan (L e mb a ra nN egar a RepublikIndonesiaTahun 1999 Nomor 42, lndonesia Nomor3821), Tambahan Lembaran NegaraRepublik Nom or21 Tahun2001tentangOtonomiKhususBagi 3 . U n d a n g -U n d ang ProvinsiPapua (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun 2001 , am bahan No m or Negar aRepublikIndonesia N o mo r'1 3 5 T Lem bar an Undangkalidiubahter akhir dengan 4 1 5 1 se ) b a g a im ana telahbeber apa Indones i a Negar aRepublik U n d a n gN o mo r35 Tahun2008( Lem bar an T a h u n 2 0 0 8 Nom or 112, TambahanLem bar anNegar a Republ i k Indonesia Nomor4884), Da er ah 4 . U n d a n g -U n d ang Nomor32 Tahun2004tentangPemer intahan (LembaranNegara RepublikIndonesiaTahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik lndonesia Nomor 4437) se b a g a i ma ntelah a beber apakali diubahter akhirdenganUndangIndones i a Negar aRepublik U n d a n gN o mo r12 Tahun2008( Lem bar an Indones i a Negar aRepublik T a h u n2 0 0 8N o mor59,Tam bahan Lem bar an Nomor4844)', A c eh 5 . U n d a n g -U n d ang Nomor11 Tahun2006 tentangPem er intahan (L e mb a ra nN egar a RepublikIndonesiaTahun 2006 Nomor 62, Nomor4633) ; T a mb a h aLne mbar an Negar aRepublik Indonesia
DalamNegeri Perdagangan Jenderal Keputusan Direktur
Nomor. t5 lwx rtmP/5 /2010 Provinsi Nomor29 Tahun2007tentangPemerintahan Undang-Undang Daerah Khusus lbukota JakartaSebagailbukota Negara Kesatuan Tahun2007 (Lembaran NegaraRepublikIndonesia Republik Indonesia Nom or Indonesia Republik N o mo r9 3 , T a mbahanLem bar anNegar a 4744); 7 . PeraturanPemerintahNomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan UntukDiteradan/atauDiteraUlangSertaSyarat-syarat (Lembaran BagiAlat-alatUkur,Takar,Timbang,dan Perlengkapannya Lem bar an Tahun1985Nom or4,Tambahan Indonesia N e g a raR e p u b lik lndonesia Nom or3283) ; N e g a raR e p u b lik Nomor10 Tahun1987tentangSatuanTurunan, Pemerintah 8 . Peraturan Negara dan SatuanLainYang Berlaku(Lembaran SatuanTambahan, Negar a Tahun1987NomorlT,IambahanLem bar an R e p u b l ilkn d o n esia In d o nesia Nomor 3351) ; Republik o Peraturan Urusan Nomor38 Tahun2007tentangPembagian Pemerintah dan DaerahProvinsi, Pemerintahan AntaraPemerintah, Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Lem bar an Negar aRep ubl i k In d o n e siTaa h un2007Nomor82,Tambahan lndonesia Nomor4737), * 1 0 Peraturan dan Presiden Nomor10 Tahun2005tentangUnitOrganisasi sebagaimana NegaraRepubliklndonesia TugasEselonI Kementerian Presiden Nomor50 denganPeraturan kalidiubahterakhir telahbeberapa T a h u n2 0 0 8 ; 1 1 . KeputusanPresidenNomor84/P Tahun 2009 tentangPembentukan Bersatu ll; KabinetIndonesia b.
dan 1 2 Peraturan PresidenNomor47 Tahun2009tentangPembentukan Negara; Kementerian Organisasi 1 3 . Keputusan Menteri Perindustriandan Perdagangan Nomor p1211998 tentang Penyelengg araan Kemetrologian 61/MPP/Ke dan MenteriPerindustrian sebagaimana telahdiubahdenganKeputusan 999; Nomor251IMPPlKep/6/1 Perdagangan 14. Keputusan Menteri Perindustriandan 1012004 tentangTandaTera; 635/MPP/Kepl
Per daganganNom or
tentang Nomor01/M-DAG/PER/3/2005 MenteriPerdagangan 1 5 . Peraturan telah sebagaimana Perdagangan Organisasi danTataKerjaDepartemen MenteriPerdagangan beberapakali diubahterakhirdenganPeraturan R/6/2009 Nomor24lM-DAG/PE ; tentang 012009 NomorS0/M-DAG/PER/1 1 6 . Peraturan MenteriPerdagangan Legal; TeknisMetrologi UnitKerjadanUnitPelaksana tentang 012009 Nomor51/M-DAG/PER/1 MenteriPerdagangan 1 7 Peraturan Tek ni s Teknisdan UnitPelaksana P e n i l a i aTne rh adap UnitPelaksana Legal; DaerahMetrologi tentang lPERl3l2010 Nomor08/M-DAG MenteriPerdagangan 1 8 . Peraturan (UTTP)Yang Alat-alatUkur, Takar,Timbang,dan Perlengkapannya WajibDiteradanDiteraUlang;
Perdagangan DalamNegeri Keputusan Direktur Jenderal
Nomor . r1.lwvfiKEp /5lzoto MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERTAMA
, KEDUA
KETIGA
disebutST : Memberlakukan SyaratTeknisMeterProveryang selanjutnya Meter Proversebagaimana tercantumdalam Lampiranyang merupakan dari KeputusanDirekturJenderalPerdagangan bagiantidak terpisahkan DalamNegeriini. : ST Meter Prover sebagaimanadimaksuddalam Diktum PERTAMA pedomanbagipetugasdalammelaksanakan kegiatantera dan merupakan prover. pengawasan meter teraulangserta DalamNegeriini mulaiberlaku : Keputusan DirekturJenderalPerdagangan padatanggalditetapkan. di Jakarta Ditetapkan padatanggal J ltlaret 2010 DIREKTUR JENDERAL DALAMNEGERI. PERDAGANGAN
SUBAGYO
DALAMNEGERI PERDAGANGAN DIREKTUR JENDERAL LAMPIRANKEPUTUSAN
NoMoR t t\lwY/mP/tlzato TANGGAL: I l4aret 2010
Daftarlsi '
BABI
Pendahuluan 1 .1 . L a ta rB e l a ka ng 1 .2 . Ma ksu d a nT ujuan 1 .3 . P e n g e rti a n
" BABll
Administrasi Persyaratan 2 .1 . R u a n gL i n g kup 2.2. Penerapan 2.3. ldentitas Peneraan MeterProverSebelum 2.4. Persyaratan
BABlll
Kemetrologian TeknisdanPersyaratan Persyaratan Teknis 3.1. Persyaratan Kemetrologian 3.2. Persyaratan
BABlV
danPengujian Pemeriksaan 4 .1 . P e me ri ksa a n TeradanTeraUlang 4.2. Pengujian
BABV
TandaTera Pembubuhan 5 .1 . P e n a n d a aTna ndaTer a 5.2. TempatTandaTera
BABVl
Penutup JENDERAL DIREKTUR DALAMNEGERI, PERDAGANGAN
SUBAGYO
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 UndangUndang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan kepastian hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera ulang yang berpedoman pada syarat teknis UTTP. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun syarat teknis UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.
1.2 Maksud dan Tujuan 1.
Maksud Untuk mewujudkan keseragaman dalam pemeriksaan dan pengujian Meter Prover dalam upaya mencapai tertib ukur.
2.
Tujuan Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan pemeriksaan dan pengujian Meter Prover.
1.3 Pengertian Dalam syarat teknis ini yang dimaksud dengan: 1.
Meter Prover Konvensional yang selanjutnya disebut Meter Prover adalah standar penguji berbentuk pipa atau silinder dengan diameter tertentu, dengan volume yang terukur digunakan untuk menguji meter arus.
5
2.
Volume yang terukur adalah volume yang dibatasi antara dua saklar detektor (detector switch).
3.
Saklar detektor (detector switch) adalah suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi pendesak yang lewat.
4.
Pendesak adalah alat untuk memindahkan volume tertentu antara 2 (dua) saklar detektor.
5.
Meter Prover satu arah (unidirectional provers) adalah Meter Prover yang dilengkapi dengan pendesak yang bergerak bebas ke satu arah untuk memindahkan volume tertentu.
6.
Meter Prover dua arah (bidirectional provers) adalah Meter Prover yang dilengkapi dengan pendesak yang bergerak bebas ke dua arah bolak-balik untuk memindahkan volume tertentu.
7.
Volume dasar adalah volume Meter Prover antara dua saklar detektor pada suhu acuan dan tekanan atmosfir.
8.
Pemeriksaan adalah keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh pegawai berhak yang diberi hak menera dan menera ulang untuk mencocokan atau menilai persyaratan teknis dan administratif Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,sehingga dapat atau tidak dapat diuji.
9.
Pengujian adalah keseluruhan tindakan sesudah UTTP lulus dalam pemeriksaan, berupa membandingkan penunjukan dengan standar yang dilakukan oleh pegawai yang berhak menera dan/atau menera ulang agar dapat diketahui apakah sifat-sifat ukur tersebut lebih besar, sama atau lebih kecil dari Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD).
6
BAB II PERSYARATAN ADMINISTRASI
2.1 Ruang Lingkup Syarat Teknis ini mengatur mengenai persyaratan teknis dan persyaratan kemetrologian untuk Meter Prover.
2.2 Penerapan. Syarat Teknis ini berlaku untuk Meter Prover yang dipergunakan untuk pengujian terhadap meter arus.
2.3 Identitas Meter Prover harus dilengkapi tanda pengenal yang memuat keterangan sebagai berikut: 1.
nama pabrik pembuat;
2.
merek;
3.
tipe/model;
4.
nomor seri;
5.
volume dasar;
6.
bahan; dan
7.
koefisien muai ruang.
2.4 Persyaratan Meter Prover Sebelum Peneraan 1.
Meter Prover yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.
2.
Label tipe harus terlekat pada Meter Prover asal impor yang akan ditera.
3.
Meter Prover yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik.
4.
Meter Prover yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk Meter Prover asal impor sebelum ditera.
5.
Meter Prover yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.
7
BAB III PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN
3.1 Persyaratan Teknis 1.
Bahan Meter Prover harus terbuat dari bahan yang tahan karat dan tahan terhadap tekanan minimal 1 MPa.
2.
Konstruksi a.
Meter Prover dapat berbentuk pipa lurus, pipa berbentuk U, atau lipatan U.
b.
Meter Prover harus dirakit dan dipasang sedemikian rupa, sehingga pemakaiannya terjamin secara baik.
c.
Bagian dalam Meter Prover, sambungan pipa, dan bengkokan/lengkungan pipa yang terletak antara dua saklar detektor mempunyai kebundaran dan kehalusan yang merata.
d.
Dinding bagian dalam pipa mempunyai lapisan dari bahan yang keras, dengan permukaan sedemikian rupa, sehingga tidak mudah aus atau terkelupas oleh gesekan pendesak.
e.
Meter Prover memiliki pendesak yang berbentuk bola atau piston, dengan ketentuan sebagai berikut:
f.
1)
pendesak berbentuk bola harus dibuat dari bahan elastis yang tahan terhadap suhu dan jenis cairan sesuai dengan pemakaian meter prover ; atau
2)
pendesak berbentuk piston, pada bagian yang bersentuhan dengan dinding bagian dalam harus dilapisi oleh bahan yang elastis yang tahan terhadap suhu dan jenis cairan sesuai dengan pemakaian Meter Prover.
Dalam hal pendesak berbentuk bola harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) bola terbuat dari bahan yang kuat, elastis, dan tidak mudah aus atau rusak; 2) bola diisi cairan dengan tekanan, sehingga diameter bola mengembang lebih besar dari pada diameter dalam pipa; 3) diameter bola disesuaikan dengan spesifikasi pabrik; 4) jika tidak ada bola yang sesuai dengan spesifikasi pabrik, maka harus digunakan bola lain yang diameternya lebih besar 2% 7% dari diameter dalam pipa; dan
8
5) bola tidak boleh terisi udara. g.
Meter Prover dilengkapi dengan tempat-tempat penyambungan untuk pengujiannya atau penyambungan dengan meter arus;
h.
Meter Prover dilengkapi dengan tempat untuk memasang termometer dan manometer dekat saluran masuk dan saluran keluar
i.
Diameter pipa dan laju pendesak Meter Prover harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1)
diameter dalam Meter Prover dibuat sedemikian rupa, sehingga hilang tekanan pada Meter Prover sesuai dengan hilang tekanan pada instalasi meter arus;
2)
diameter Meter Prover dan sambungan-sambungannya (manifold) tidak boleh lebih kecil dari diameter saluran ke luar dari meter arus yang diuji;
3)
diameter minimum memenuhi ketentuan mengenai laju maksimum pendesak, ketidakpastian posisi saklar detektor, dan debit meter arus yang diuji;
4)
saluran masuk dan saluran keluar Meter Prover, termasuk krankran (valves) dan sambungan-sambungan harus cukup besar untuk mencegah perubahan kecepatan alir yang melewati meter arus ketika aliran ditujukan ke meter prover;
5)
laju pendesak untuk Meter Prover dua arah tidak boleh melebihi 1,5 m/s;
6)
laju pendesak untuk Meter Prover satu arah tidak boleh melebihi 3 m/s.
j.
Volume minimum antara dua saklar detektor harus memenuhi syarat sesuai dengan rentang ukur meter arus kerja yang akan diuji;
k.
Jarak minimum antara dua saklar detektor harus memenuhi ketentuan:
l.
1)
volume batas minimum antara dua saklar detektor;
2)
ketidakpastian posisi bola; dan
3)
ketidakpastian posisi saklar detektor.
Kran-kran (valves) saluran masuk dan keluar pada Meter Prover, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) semua kran yang berhubungan dengan Meter Prover bebas dari gelembung udara dan tidak bocor; 2) posisi kran empat arah pada Meter Prover dua arah dan kran pemindah bola pada Meter Prover satu arah berada tepat pada kedudukannya selama penggunaan Meter Prover; 3) kran empat arah (four way valve) pada Meter Prover dua arah
9
dan kran pemindah bola (interchange valve) pada Meter Prover satu arah, harus tahan terhadap kebocoran pada tekanan pemakaiannya; dan 4) kran empat arah dan kran pemindah bola harus dilengkapi dengan alat untuk mendeteksi kebocoran. m.
Saklar detektor Meter Prover harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) dapat mendeteksi pendesak, pada saat pendesak lewat; dan 2) dapat memberikan sinyal untuk menggerakan penghitung elektronik; dan dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat bekerja hanya oleh desakan pendesak saja.
n.
Konstruksi Meter Prover satu arah dan Meter Prover dua arah sebagaimana tercantum dalam lampiran.
o.
Meter Prover dapat dipakai untuk penggunaan beberapa jenis cairan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pabriknya.
3.2 Persyaratan Kemetrologian 1.
Ketidaktetapan Batas maksimal ketidaktetapan (repeatability) yang diperbolehkan pada hasil pengujian berurutan adalah 0,02 %.
2.
Suhu dan tekanan Volume Meter Prover ditentukan pada suhu 28 oC dan/atau 15 oC serta pada tekanan atmosfir atau 101325 Pa.
10
BAB IV PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
4.1. Pemeriksaan Pemeriksaan Meter Prover dilakukan untuk memastikan bahwa Meter Prover memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam syarat teknis ini.
4.2. Pengujian Tera dan Tera Ulang 1.
Prosedur pengujian Pengujian Meter Prover dalam rangka peneraan dan peneraan ulang sesuai dengan prosedur terlampir dalam Syarat Teknis ini.
2.
Pengujian a.
b.
Penentuan volume Meter Prover 1)
Meter Prover yang akan diuji harus sudah mempunyai volume dasar;
2)
perhitungan volume dasar Meter Prover dibuat hingga 5 (lima) angka di belakang koma untuk satuan barrel, dan 3 (tiga) angka di belakang koma untuk satuan liter;
Instalasi pengujian Meter Prover Instalasi pengujian Meter Prover harus dilengkapi dengan perlengkapan pengujian yang dirakit dan terpasang dengan kokoh serta terhindar dari cahaya matahari langsung.
c.
Metode pengujian Meter Prover 1)
2)
penakaran air (water draw), dengan ketentuan sebagai berikut: a)
pada pengujian Meter Prover dua arah paling sedikit harus ada 3 (tiga) aliran bolak balik (round trip) berurutan terdiri dari 3 (tiga) trip searah dan 3 (tiga) trip berlawanan arah, yang masing-masing memenuhi ketentuan batas maksimum ketidaktetapan; dan
b)
pada pengujian Meter Prover satu arah paling sedikit harus ada 3 (tiga) trip searah yang memenuhi ketentuan batas maksimum ketidaktetapan.
meter induk (master meter) pada pengujian Meter Prover dua arah paling sedikit harus ada 5 (lima) aliran bolak balik (round trip) berurutan terdiri dari 5 (lima) trip searah dan 5 (lima) trip berlawanan arah yang masing-masing memenuhi ketentuan batas maksimum ketidaktetapan; dan pada pengujian Meter Prover satu arah paling sedikit harus ada 5 (lima)
11
trip searah yang ketidaktetapan. d.
memenuhi
ketentuan
batas
maksimum
Sertifikasi Hasil pengujian terhadap Meter Prover dituangkan dalam sertifikat yang ditandatangani oleh pejabat berwenang.
12
BAB V PEMBUBUHAN TANDA TERA
5.1. Penandaan Tanda Tera Pada Meter Prover dipasang lemping tanda tera sebagai tempat pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari Meter Prover yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5.2. Tempat Tanda Tera 1.
2.
Tera a.
Tanda Daerah ukuran sumbu panjang 8 mm, Tanda Pegawai Berhak (H), dan Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 mm dibubuhkan pada lemping dari logam tahan karat berbentuk segi empat yang dilekatkan dengan kuat atau diikat dengan kawat segel, serta dijamin dengan Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm pada tempat yang mudah dilihat; dan
b.
Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm dibubuhkan pada masingmasing tutup kedua saklar detektor sedemikian rupa, sehingga mencegah pembukaan atau penggantian saklar detektor.
Tera Ulang Satu buah Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm pada tutup saklar detektor sebagai pengganti Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm pada tera.
3.
Jangka waktu tera ulang Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4.
Dalam hal Meter Prover mengalami perbaikan yang menyebabkan perubahan volume dasar, tanda tera rusak, atau kawat untuk memasang tanda tera putus, Meter Prover wajib ditera ulang.
13
BAB VI PENUTUP Syarat Teknis Meter Prover merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan tera Meter Prover serta pengawasan Meter Prover, guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Meter Prover dalam pengukuran volume cairan serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
14
Lampiran 1. Gambar Teknis Meter Prover Satu Arah (Unidirectional) Sambungan / MatchBored Flanges
Bola Pendesak
Kabel Penyaring
Kabel Penyaring
Sambungan Bola
Detektor switch
Tempat Thermometer
Master Meter (Tipe Bidirectional)
Lintasan Bola
Keluaran Thermometer Well dan Sambungan Pressure Gauge
Penghitung Meter Prover Elektronik
Sambunganalternatif penakaran air dan isolasi flange Master Meter
Sambungan / MatchBored Flanges Pososi Bola
Penghitung Meter Prover untuk Master Mater
Pemasoh awal PemasukanThermometer Well dan Sambungan Pressure
Catu Daya
Thermometer Well dan Sambungan Pressure Gauge
Posisis Bola
Genetaror Pulsa
Bola
Penghitung Totalisator
Pipa Prover untuk kalibrasi
Saringan Sambungan alternative Penakaran air
Valve Lubang angin
Meter
Blok dan Valve rembes
Sambungan alternative Master Meter
Pompa Jalur Kembali
15
Detektor Switch
Lampiran 2. Gambar Teknis Meter Prover Tipe Bidirectional (Tipe U) Lubang Angin,Pressure Gauge dan Thermometer Well
Keluaran Thermometer Well
Sambungan Alternatif Penakaran Air dan Isolasi Flange
Lubang Gauge
Angin
dan
Pressure
Detektor bola
Sambungan / Bored Flange
Match
–
Kalibrasi Volume Prover
Sambungan Prover
alternative
Meter Bola Pendesak
Keluaran Blok dan Valve Rembes
Keluaran Thermometer Well Valve aliran pembalik dengan fasilitas pengecek segel Penghalang Aliran
Genetaror Pulsa
Sambungan Alternatif Master Meter Sambungan Thermometer Well dan Pressure Gauge Penghitung Totalisator
Kabel Penyaring ke Generator Meter Pulsa Meter Aliran
Saringan
16
Penghitung Meter Prover Elektronik Kabel Power
Kabel Penyaring
Lampiran 3. Instalasi Pengujian Meter Prover Dengan Metode Desakan Air (Water Draw Method)
Valve Lubang Angin Kabel Penyaring
Kabel Penyaring
Bola
Detektor switch
Tangki Penampungan
Ukuran kapasitas standar
Tangki Penimbang
Penghitung Meter Prover Valve manual
Valve 3 arah Gelas Standar
Blok dan Valve rembes
Standari Penimbang
Tangki Air Monitor Meter
Flow
Pompa
Penyaring
17
Lampiran 4. Instalasi Meter Prover Metode Master Meter (Master Meter Method)
Kabel Penyaring
Detektor switch Master Meter Bidirectional
(Tipe
Valve aliran pembalik dengan fasilitas pengecek segel
Penghitung Meter Prover untuk Master Mater
Master Meter
Penghitung Meter Prover
Valve aliran pembalik dengan fasilitas pengecek segel
Bola
Valve Lubang angin
Tangki Penampungan Pompa Jalur Kembali
18
Pipa Prover untuk kalibrasi
Detektor Switch
Lampiran 5. Pengujian Meter Prover Dengan Metode Water Draw
1. PERALATAN YANG DIPERLUKAN a.
Bejana-bejana ukur standar yang telah disertifikasi Bejana-bejana ukur standar harus sudah disertifikasi oleh Direktorat Metrologi atau badan lain yang berwenang dan harus menjelaskan tentang suhu dasar, waktu tetesan dan koefisien muai ruang bahan bejana-bejana tersebut. Secara umum waktu tetesan untuk bejana ukur dengan volume sampai dengan 20 liter adalah 10 sekon dan volume lebih dari 20 liter adalah 30 sekon. Konfigurasi dari bejana-bejana ukur standar dipilih sedemikian rupa, agar volumenya sesuai dan memadai dengan volume dasar Meter Prover.
b.
Manometer-manometer yang telah disertifikasi Manometer dipergunakan untuk mengukur tekanan sistem water draw (Meter Prover dan test stand serta rangkaian pipa-pipanya). Pengukur tekanan harus mempunyai kemampuan mengukur tekanan dengan ketelitian pembacaan 0,2 bar.
c.
Termometer-termometer yang telah disertifikasi Termometer digunakan untuk mengukur suhu air pada bejana ukur standar dan pada bagian inlet dan outlet pipa Meter Prover. Pengukur suhu harus mempunyai kemampuan mengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 0,1 °C.
d.
Stopwatch dengan penunjukan sekon Stopwatch harus mempunyai alat penunjuk sekon dipergunakan untuk mengukur waktu tetesan pada pengosongan bejana ukur standar sesuai dengan yang ditentukan pada sertifikat bejana.
e.
Pita ukur atau ring gauge Pita ukur harus berupa alat ukur yang dapat mengukur keliling atau diameter bola dengan teliti atau apabila dipergunakan ring gauge harus disertai dengan keterangan yang menyatakan ukuran ring gauge tersebut.
f.
Alat pemeriksa kedataran Dipergunakan untuk memeriksa kedataran posisi permukaan air pada bejana ukur standar.
g.
Kaca pembesar Dipergunakan untuk memperjelas pembacaan permukaan air pada sight glass bejana ukur standar.
19
h.
Test stand dengan pipa-pipa yg memadai dan alat-alat kontrol Instalasi test stand meliputi pipa-pipa dengan kran-kran pengisian, kran selenoida, kran kontrol dan alat kontrol/indikator listrik. Kran selenoida dipergunakan untuk mengatur mulai dan berakhirnya penakaran dalam proses water draw.
i.
Pompa air Pompa air harus mempunyai kapasitas yang memadai baik dalam hal volume maupun tekanannya sehingga dapat mendorong bola dengan lancar didalam pipa Meter Prover.
j.
Cadangan/penampung air Cadangan yang sekaligus sebagai penampung air adalah berupa suatu wadah dari mana air diisap oleh pompa air dan menampung air yang berasal dari pengosongan bejana-bejana ukur standar. Volume cadangan/penampung air minimal harus dua kali volume bejana ukur terbesar.
k.
Rangkaian pipa-pipa Rangkaian ini dapat berupa pipa-pipa atau slang-slang fleksibel maupun kombinasi dari keduanya, yang menghubungkan test stand dengan bagian inlet dan outlet pipa meter prover. Jika selang-selang fleksibel yang dipergunakan, harus dijaga agar tidak bergerak dan bergeser serta bagian-bagian sambungannya sepenuhnya bebas dari kebocoran.
2. PERSIAPAN a.
Apabila Meter Prover sebelumnya telah dipergunakan, maka perlu dibersihkan dengan cermat dari kotoran-kotoran sebelum dihubungkan dengan perlengkapan test stand. Perlu beberapa kali pencucian dengan minyak diesel ringan atau detergen berbusa ringan dicampur dengan air tawar dan selanjutnya dilakukan pembilasan dengan air bersih. Jangan sampai ada minyak mentah atau bahan berbuih tertinggal di dalam pipa Meter Prover dan peralatan test stand, periksa bagian dalam Meter Prover dari kerusakan atau benda-benda asing yang tertinggal.
b.
Periksa secara visual setiap bejana ukur standar untuk meyakinkan tidak adanya penyok-penyok atau kerusakan lain yang dapat berakibat perubahan terhadap isi bejana ukur. Periksa juga untuk meyakinkan tidak adanya bendabenda asing di dalam bejana ukur standar.
c.
Periksa seluruh tanda tera pada bejana ukur standar baik yang ada pada skala maupun pada pipa kran pengeluaran.
d.
Periksa kedataran landasan (plat form) test stand dan seluruh bejana ukur standar.
e.
Jika dipergunakan bola sebagai displacer, gembungkan bola secukupnya
20
untuk menjadikannya sebagai alat pemindah (displacer) yang kedap air didalam pipa Meter Prover (berfungsi seperti squeege). Sebagai acuan umum, persentase diameter bola terhadap diameter dalam pipa untuk pipa-pipa dengan ukuran diameter nominal berikut adalah : 101,6 mm; 152,4 mm; 203,2 mm sebesar 102 % 254,0 mm; 304,8 mm sebesar 103 % 406,4 mm s/d 609,6 mm sebesar 104 % 762,0 mm sebesar 106 % 914,4 mm s/d 1066,8 mm sebesar 108 % Amati fisik bola secara visual dan periksa apabila terdapat robek, terpotong, bocor, lecet dan sebagainya yang dapat mempengaruhi unjuk kerja Meter Prover. f.
Jika menggunakan piston sebagai displacer, amati secara visual sealnya dari kemungkinan terdapat sobek, terpotong, aus dan lain-lain. Ganti seal bila perlu, amati loop Meter Prover dari kemungkinan terdapatnya kerusakan atau bendabenda asing.
g.
Sebelum memasukkan bola ke dalam Meter Prover, lumuri terlebih dahulu secara cermat dengan bahan pelumas (grease). Perlu diperiksa lagi untuk menghindari lumpur dan bahan-bahan lainnya masuk ke dalam Meter Prover.
h.
Hubungkan pipa/selang penyambung test stand dengan Meter Prover, kemungkinan penyambungan dilakukan pada kran empat arah pada Meter Prover dua arah atau pada pemindah bola (interchanges) pada Meter Prover satu arah ataupun pada bagian upstream dan downstream yang sesuai.
i.
Isi Meter Prover, pipa/selang penyambung dan test stand dengan air. Selama pengisian air semua tutup ventilasi pada tempat-tempat yang paling tinggi dibuka sampai seluruh udara dalam sistem dibuang ke luar. Periksa keseluruhan sistem dari kebocoran dan perbaiki bila perlu, yakinkanlah slangslang, kran-kran dan sebagainya berada pada posisi tetap atau dibarikade untuk mencegah pergerakan, pergeseran atau terpental selama penakaran berlangsung, hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam proses pengujian.
j.
Hubungkan sumber daya listrik dengan test stand, periksa unjuk kerja pompa air, kedua detektor dan periksa pula reaksi kerja kran solenoida.
3. UJI COBA ALIRAN Uji coba ini mempunyai beberapa tujuan antara lain: a.
membantu menentukan atau menetapkan konfigurasi bejana-bejana ukur standar yang dipergunakan, volumenya, jumlahnya dan urutan penakarannya;
b.
mengkondisikan dan membasahi bejana-bejana ukur standar;
c.
membuang dan menghilangkan udara dari sistem; dan
d.
memberi waktu bagi operator untuk mencoba pengoperasian sistem.
21
4. PELAKSANAAN PENGUJIAN a.
Catat data-data yang berkenaan dengan item berikut: 1)
pemilik;
2)
lokasi;
3)
tanggal pengujian;
4)
merek dan pabrik;
5)
tipe;
6)
nomor seri;
7)
diameter nominal pipa;
8)
diameter dalam pipa;
9)
tebal dinding;
10) bahan dan koefisien muai ruang bahan; 11) diameter bola (displacer); dan 12) keterangan tentang bejana ukur standar yang digunakan. b.
Tempatkan bola (displacer) pada posisi awal.
c.
Ketika sinyal dari detektor switch menutup keran solenoida, sistem siap untuk mulai diuji, catat tekanan sistem.
d.
Buka keran pengisian bejana pertama dengan perlahan, catat suhu meter prover pada bagian inlet dan outlet.
e.
Jika permukaan air telah mendekati garis skala, tutup kran pengisian bejana pertama secara perlahan, buka kran pengisian bejana kedua secara perlahan sehingga kecepatan pengisian tetap konstan, hal tersebut untuk memperoleh laju perpindahan cairan/ bola yang relatif konstan pula.
f.
Urutan pengisian ini tetap dilakukan untuk bejana-bejana selanjutnya dengan memperhatikan laju perpindahan cairan/bola yang konstan tanpa henti (stagnasi).
g.
Buka kran pengosongan air pada bejana pertama, pada saat pengosongan telah mencapai separuh isi bejana, ukur suhu bejana dengan cara mengambil sampel air dengan mangkok pada lubang pengosongan, celupkan termometer ke dalam sampel air, lakukan pembacaan setelah berselang 10 detik untuk memberikan waktu bagi termometer untuk bereaksi.
h.
Untuk menjaga agar suhu termometer tetap dekat dengan suhu sistem maka simpanlah termometer dalam wadah yang airnya diganti secara berkala.
i.
Urutan penakaran dilanjutkan sampai bola menggerakkan switch detector kedua untuk mengaktifkan keran solenoida untuk menutup.Tertutupnya keran
22
solenoida dan terhentinya aliran air melengkapi volume setengah round trip bagi Meter Prover bidirectional ataupun volume satu trip bagi Meter Prover unidirectional. j.
Volume Meter Prover jenis bidirectional dinyatakan sebagai jumlah volume dua trip yang berurutan dengan arah yang berlawanan.
k.
Volume Meter Prover jenis unidirectional dinyatakan sebagai volume satu trip.
l.
Volume dasar Meter Prover jenis bidirectional ditentukan sebagai rata-rata dari tiga volume round trip berurutan yang telah dikoreksi, dan mememihi ketentuan toleransi sebagai berikut : 1) beda tiga volume round trip yang berturutan maksimum 0,02 %; dan 2) beda tiga volume trip searah yang berturutan maksimum 0,02 %.
m. Volume dasar Meter Prover jenis unidirectional ditentukan sebagai rata-rata dari tiga volume one way trip berurutan yang telah dikoreksi memenuhi ketentuan toleransi, beda tiga volume one way trip yang berurutan maksimum 0,02%.
5. PERHITUNGAN FAKTOR KOREKSI Ada 5 (lima) faktor koreksi yang diperhitungkan dalam penentuan volume dasar Meter Prover, yaitu: a.
CTL CTL, koreksi akibat beda antara suhu air pada bejana ukur standar dengan suhu air pada Meter Prover, berdasarkan API Manual Chapter 11.2.3. ketentuan tentang CTL adalah sebagai berikut : 1)
Jika suhu bejana ukur lebih rendah dari suhu rata-rata Meter Prover, menggunakan tabel bagian separuh pertama dari manual;
2)
Jika suhu bejana ukur lebih tinggi dari suhu rata-rata Meter Prover, menggunakan tabel bagian separuh kedua dari manual;
3)
Koreksi diterapkan sebagai faktor pengali volume masing-masing bejana ukur.
b. CTS 1)
CTSM adalah koreksi akibat beda antara suhu ambien bejana ukur standar dengan suhu dasar bejana menurut sertifikatnya.
2)
CTSM dirumuskan sebagai berikut : CTS = 1 + α (tm - T) α
= muai ruang bahan bejana
tm = suhu ambien bejana T 3)
= suhu dasar bejana ukur standar sesuai sertifikat (15,6 °C atau 28 °C)
Koreksi ini diterapkan sebagai faktor pengali terhadap volume masing-
23
masing bejana yang telah terkoreksi oleh CTL. 4)
Jumlah volume keseluruhan bejana yang terkoreksi CTL dan CTS disebut sebagai volume terkoreksi temperatur( Vt ).
c. CPSP 1)
CPSP adalah koreksi akibat beda antara tekanan di dalam pipa Meter Prover dengan tekanan atmosfir.
2)
CPSP dirumuskan sebagai berikut :
CPSP = 1+
PP .D E.WT
Pp = tekanan statik terhadap dinding pipa D = diameter dalam pipa E = modulus elastisitas bahan pipa Wt = tebal dinding pipa d. CPLP 1)
CPLP adalah koreksi akibat tekanan terhadap air di dalam pipa Meter Prover.
2)
CPLP dirumuskan sebagai berikut :
CPLP =
1 1 − Pp .F
Pp = tekanan statik terhadap air F
= faktor kompresibitas air
e. CTSP 1)
CTSP adalah koreksi akibat beda antara suhu ambien Meter Prover dengan suhu dasar meter prover
2)
CTSP ditentukan dengan rumus berikut : CTSP = 1 + β(tp – T) dimana: β = koefesien muai ruang bahan Meter Prover tp = suhu ambien rata-rata Meter Prover T = suhu dasar Meter Prover (15.6 °C atau 28 °C)
6. PERHITUNGAN VOLUME DASAR Volume dasar Meter Prover pada suhu dasar ditentukan dengan rumus berikut :
V (T , atm ) =
VO (CTS * CTL ) CPSP.CPLP.CTSP
24
Lampiran 6. Cerapan Untuk Menghitung Volume Dasar Meter Prover Tipe Bidirectional dengan Menggunakan Water Draw KOP INSTANSI
Direktorat Metrologi,
UPTD Metrologi ………
25
KOP INSTANSI
26
KOP INSTANSI
27
KOP INSTANSI
28
KOP INSTANSI
29
KOP INSTANSI
30
KOP INSTANSI
31
KOP INSTANSI
32
KOP INSTANSI
33
KOP INSTANSI
34
Lampiran 7. Berita Acara Pengujian Meter Prover
Ditjen Migas
35