SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A. 1. Pokok Bahasan
: Jenis dan tipe ayam komersial
A.2. Pertemuan minggu ke : 6 (2 jam) B. Sub Pokok Bahasan: 1.
Ayam tipe petelur
2.
Ayam tipe pedaging
3.
Ayam tipe dwiguna
4.
Terjadinya strain modern
C. Tujuan: Menerangkan dan membahas secara jelas ciri dan sifat-sifat ayam tipe petelur, pedaging dan ayam dwiguna. Dibahas pula mekanisme terjadinya strain modern lengkap dengan contoh penyebaran gen dan model perkawinan sehingga mahasiswa dapat mengetahui dan memahaminya. Diharapkan mahasiswa juga mengetahui sifat yang dikembangkan dari ketiga tipe ayam tersebut sesuai dengan standard perfectionnya. D. Uraian Bahasan 1. Jenis dan Tipe Ayam Komersial Dari
beberapa
persilangan
bangsa
ayam
di
dunia
kemudian
dikembangkan menjadi beberapa jenis (tipe) ayam komersial yaitu: a.
tipe petelur (layer type) yaitu ayam yang dipelihara untuk diambil telurnya.
b.
tipe pedaging (broiler type) yaitu ayam yang dipelihara untuk diambil dagingnya
c.
tipe dwiguna (dualpurpose) yaitu ayam yang dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. 2. Ayam Tipe Petelur
Untuk mendapatkan tipe ayam petelur maka beberapa sifat kharakteristik yang harus dimiliki oleh ayam tipe petelur ini. Adapun sifat-sifat yang dikembangkan adalah: a.
Cepat mencapai dewasa kelamin (18-20 minggu)
b.
Ukuran telur normal (60-65 g)
Universitas Gadjah Mada
c.
Kualitas telur bagus, kuat dan uniform
d.
Produksi telur/tahun tinggi
e.
Bebas dari sifat mengeram
f.
Daya hidup tinggi (90%) dengan tingkat kematian rendah
g.
Bebas dari sifat kanibalisme dan mematuk bulu
h.
Mudah beradaptasi pada lingkungan
3. Ayam Tipe Dwiguna Ayam ini mempunyai sifat tengah-tengah yaitu mampu memproduksi telur dan daging, tetapi produksi telur lebih rendah dibanding ayam petelur dan produksi daging lebih rendah dibanding tipe pedaging, oleh karena itu ayam ini dinamakan tipe dwiguna (dualpurpose). Ayam tipe dwiguna ini umumnya berasal dari
Amerika.
Dari
beberapa
tanda
spesifik,
kadangkala
diketemukan
penyimpangan dari standard perfection yaitu disqualification yang meliputi antara lain: 1.
Jumlah geligi ujung jengger lebih banyak atau kadangkala lebih sedikit.
2.
Jari atau persendian lutut bengkok.
3.
Warna cincin mata tidak sesuai.
4.
Kadangkala diketemukan cacat warna bulu.
5.
Warna putuh pada cuping telinga pada ayam Amerika dan Asia.
6.
Bobot badan sering tidak sesuai dengan ukuran standard.
7.
Kaki dan tulang dada bengkok.
Contoh ayam tipe dwiguna yang pernah dijumpai di Indonesia adalah RIR
4. Terjadinya strain modern Untuk mendapatkan strain modern, pembibit melakukan perkawinan dan seleksi dari induk ayam sesuai dengan tujuannya. Selama seleksi ini 30% ditentukan oleh genetik atau sifat bawaan ayam dan 70% ditentukan oleh lingkungan. Sifat bawaan dapat berupa kharakter fisik antara lain warna bulu, tipe jengger dan warna kulit. Sedangkan karakter fisiologi antara lain ensim khusus yang mampu melakukan regulasi enzim pada metabolisme sel somatik dan sel kelamin, yaitu dengan pembentukan garnet. Sementara itu faktor lingkungan meliputi temperatur pemeliharaan, lama pencahayaan, makanan yang diberikan, tatalaksana pemeliharaan, penyakit dan managemen perkawinan. Interaksi antara
Universitas Gadjah Mada
faktor genetik dan lingkungan dapat pula membentuk penampilan ayam yang dihasilkan. Skema terjadinya strain Shaver 566 seperti pada bagan berikut ini:
Pure breed
Galur
Seleksi
Jantan + betina
Strain jantan
Pure Breeds Seleksi
Galur GPS
Galur PS
jantan + betina
Strain betina
Strain Komersial
Adapun sel reproduksi pada unggas baik pada ayam jantan dan betina seperti berikut ini. Ayam betina
Ayam jantan
Organ
Ovarium
Testes
Embrio
Oogonia
Spermatogonia
Anak ayam
Oogonia
Spermatogonia
Ayam ayam dewasa
Oosite1
Spermatosit1
Oosite2
Spermatosit2
Ootid
Sperma
Ovum
Spermatozoa
Universitas Gadjah Mada
Perkembangan ayam pada fase embrio dilakukan dengan mitosis dimana dari satu menjadi empat, sedangkan pada saat dewasa dengan meiosis dari satu menjadi dua garnet. Dalam sel kelamin jantan dan betina terdapat material genetik yang dinamakan kromosom yaitu material pembawa informasi genetik dimana di dalam inti sel disebut DNA (Deoxyribonudeic Acid), dan dalam kromosom terdapat material pembawa keturunan yang dinamakan gen. Gen ini tersusun dari thyamin, adenin, cytosine, dan guanin yang mengandung gula dan fosfat. Tipe dari kromosom ada dua yaitu autosom dan sex kromosom. Jumlah kromosom pada ayam 38-39 pasang, pada ayam jantan mempunyai pasangan ZZ (homogamet) dan pada betina adalah ZW (heterogamet). Skema perkawinan pada pembibit mengikuti hukum Mendel sebagai berikut:
Dengan model perkawinan seperti ini maka perkawinan antara ayam dengan pejantan rose comb (RR) dengan betina single comb (rr) akan diperoleh perbandingan 3 rose comb dan 1 single comb. Namun ada beberapa sifat fenotip yang dominan terhadap sifat yang lain misalnya: /.
Rose comb dominan terhadap single comb.
2.
Bulu barred dominan terhadap non barred
3.
Bulu warna perak dominan terhadap warna keemasan
4.
Pertumbuhan bulu lambat dominan terhadap bulu cepat
5.
Mengeram dominan terhadap non mengeram
6.
Kulit putih dominan terhadap kulit kuning
7.
Kaki (shank} berbulu dominan terhadap shank yang tidak berbulu.
Sex linkage inheritance (rangkaian kelamin) merupakan sifat yang diturunkan kepada anaknya dari tetuanya berdasarkan kelamin induknya,
artinya sifat
pejantan diturunkan kepada anak betina dan sifat dari induk betina diturnkan
Universitas Gadjah Mada
kepada anak jantan. Kegunaan dari sex linkage ini penting untuk: 1.
Membedakan j enis kelamin anak ayam umur sehari.
2.
Persilangan induk untuk mendapatkan sifat yang baik
Beberapa sifat sex linkage yang diketemukan pada ayam adalah warna bulu, warna kulit, warna shank, fecepatan pertumbuhan, kecepatan matang kelamin dan sifat mengeram. Contoh perkawinan dari sifat sex linkage adalah sebagai berikut:
Jantan Non Barred mempunyai zigote sepasang 38+b sedangkan betina Barred mempunyai zigote 38+B dan 38, apabila terjadi perkawinan maka akan diperoleh 2 jantan Barred dan 2 betina non Barred.
Bulu cepat dapat dideteksi apabila anak ayam yang baru menetas mempunyai bulu sayap sekunder 7 buah, sedangkan bulu lambat apabila bulu sayap sekunder saat menetas tidak tampak. Syarat untuk memanfaatkan sex linkage adalah:
Universitas Gadjah Mada
1.
Ayam betina harus mempunyai sex linkage dominan
2.
Ayam jantan memiliki sex linkage resesive.
Oleh karena itu pejantan hanya mampu memindahkan sifatnya pada anak baik jantan
maupun
betina,
sementara
itu
induk
betina
hanya
mampu memindahkan sifatnya pada anak dengan jenis kelamin jantan. Untuk dapat membedakan sifat pertumbuhan bulu cepat pada anak ayam adalah: 1.
Bulu sayap primer sama panjangnya dengan bulu sayap sekunder
2.
Jumlah
bulu
sayap
sekunder
tampak
lebih
sedikit
dan
perkembang-annya lambat 3.
Bulu ekor umur 10 hari belum tampak.
Ayam yang mempunyai bulu lambat dapat diketahui dengan: 1.
Bulu sayap sekunder 2/3 lebih panjang dibanding dengan sayap primer
2.
Jumlah bulu penutup lebih dari 7 buah dan berkembang hampir bersamaan atau sama dengan bulu primer.
3.
Bulu ekor hampir setengah inchi pada saat anak ayam umur 10 hari.
Beberapa contoh hasil dari perkawinan yang menggunakan sex linkage untuk ayam: 1.
Warna barred pada anak ayam jantan dan non barred pada betina
2.
Warna bulu coklat tua pada jantan dan eoklat muda pada betina
3.
Terdapat spot putih pada ayam jantan strain Harco dan hitam total pada betina
4.
Bulu sayap lambat pada anak ayam jantan dan cepat pada betina
Untuk mendapatkan strain ayam, maka pembibit melakukan beberapa macam persilangan antara lain: 1. Out breeding yaitu persilangan ayam dari breed atau varietas sama tetapi asalnya berbeda dengan harapan untuk memperbaiki kualitas keturunan dengan meningkatkan heterosigot. 2. Persilangan cross breeding merupakan persilangan antara ayam dari breed atau varietas yang berbeda dengan tujuan untuk mendapatkan kombinasi gen. 3. Perkawinan in breeding merupakan perkawinan atau persilangan ayam yang masih mempunyai hubungan kekerabatan, misalnya antara saudara sepupu dinamakan mild breeding dan antara saudara kandung yang dinamakan dose breeding.
Universitas Gadjah Mada
Dikenal ada 4 metode perkawinan untuk mendapatkan telur fertil pada ayam, yaitu: 1. Flock mating yaitu perkawinan satu jantan dengan sekelompok betina pada setiap flock (kandang). Pada petelur tipe ringan, misalnya White Leghorn perbandingan jantan dengan betina 1:15-20. Perbandingan jantan dan betina pada tipe pedaging adalah 1:8-10, sementara itu pada tipe dwiguna menggunakan perbandingan 1:10 sampai dengan 15. 2. Pen mating adalah perkawinan antara beberapa betina dengan satu jantan, dimana pejantannya digilir dan diputar secara bergilir di kandang. 3. Stud mating adalah perkawinan antara satu jantan dengan satu betina. Biasanya model perkawinan ini digunakan untuk seleksi individu. 4. Inseminasi Buatan (IB) yaitu perkawinan pada ayam dengan memasukkan sperma ke dalam oviduk dengan menggunakan alat. Jumlah atau konsentrasi sel sperma biasanya ditentukan antara 100 juta-250 juta sel sperma/ml.
D. Pemahaman: 1. Terangkan teori secara garis besar terbentuknya ayam komersial ? 2. Ayam dari breed mana yang paling cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia, mengapa demikian? 3. Berdasarkan tujuan komersial ada berapa tipe ayam dan berilah contohnya? 4. Bagaimana kharakteristik ayam tipe petelur, tipe pedaging dan dwiguna? 5. Terangkan bagaimana terjadinya strain modern saat ini? 6. Apa
yang
saudara
ketahui
dengan
sex
linkage
inheritance,
apa
keuntungannya dan berilah contohnya? 7. Apa berapa model perkawinan pada induk ayam komersial? 8. Untuk
mendapatkan
penampilan
yang
optimal
diperlukan
beberapa
persilangan ayam. Sebutkan dan apa tujuan dari masing-masing persilangan tersebut.
Universitas Gadjah Mada