ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisis kebijakan Amerika Serikat terkait upaya mengatasi aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia tahun 2012-2014. Al- Shaabab merupakan kelompok terorisme yang telah berafiliasi dengan Al- Qaeda tahun 2012 dan telah melancarkan berbagai serangan baik di Somalia, bahkan diluar Somalia. Potensi ancaman yang semakin besar dari Al- Shaabab menyebabkan terganggunya pencapaian kepentingan AS, yaitu untuk membantu TFG menstabilkan Pemerintahan Somalia. Ancaman Al- Shaabab tidak hanya di Somalia, tetapi juga di negara AS. Hal ini ditandai dengan adanya warga Somalia yang tergabung dengan Al- Shaabab, tersebar di AS dan dapat mengancam keamanan internal AS. Selain itu, Al- Shaabab juga telah melancarkan serangan brutal pada Westgate Mall di Nairobi tahun 2013. Sebagai negara pencetus War on Terror, AS terpanggil untuk melakukan tindakan segera dalam memerangi dan melemahkan kelompok terorisme Al- Shaabab. Metodologi penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan informasi terkait kebijakan AS terhadap kelompok Al- Shaabab di Somalia yang diperoleh dari bukubuku, jurnal ilmiah, surat kabar dan media elektronik online, serta wawancara dengan beberapa sumber. Kemudian, data yang terkumpul dianalisis secara eksplanatif dengan teori kebijakan luar negeri dan konsep kepentingan nasional. Analisis Kebijakan luar negeri mengacu kepada sikap AS dalam mengatasi terorisme Al- Shaabab di Somalia. Sedangkan konsep kepentingan nasional mengacu kepada alasan keterlibatan AS dalam kasus terorisme yang terjadi di Somalia. Dalam skripsi ini ditemukan bahwa kebijakan AS melalui Light Footprint atau jejak cahaya dinyatakan berhasil karena kemampuannya dalam melemahkan kekuatan Al- Shaabab. Hal tersebut ditandai dengan terbunuhnya beberapa petinggi Al- Shaabab, termasuk Ahmed Abdi Godane, selaku pemimpin utama Al- Shaabab melalui serangan drones AS. Pemberian US Aid, dukungan AS terhadap TFG dan AMISOM bertujuan untuk memperkuat TFG dan mempersempit ruang gerak gerakan Al- Shaabab. Disisi lain, kebijakan kebijakan tersebut juga bertujuan untuk mempertahankan posisi AS sebagai Great Power di wilayah Afrika. Selain itu, kesungguhan AS dalam menyerang Al- Shaabab dipicu oleh kepentingan keamanan warga negara AS, kebebasan Somalia dari aksi kekerasan demi terwujudnya keamanan dan perdamaian. Kata Kunci : Amerika Serikat, Perang Melawan Terorisme, Somalia, Terorisme Al- Shaabab, Foreign Policy Theory, National Interest Concept.
iv
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Mengatasi Aksi Terorisme Al- Shaabab di Somalia Tahun 2012-2014”. Shalawat dalam salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa’at-nya di akhir kelak. Aamin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis seorang diri, melainkan juga karena bimbingan, saran, motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil penulisan skripsi ini, diantaranya: 1.
Ayahanda, Drs. Ali Aceh dan Ibunda Rosdiani, S. Pd. Terima kasih atas kepercayaan dan motivasinya kepada penulis untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. I love U, Mum n Dad.
2.
Kakak Fathul Jannah Pasaribu, S. Pd.I dan Khodijah Khoirunnisa Pasaribu, S. Pd, serta Adek Muhammad Yusuf, Murtado Muthohhari, dan Butet Sholihah Pasaribu. Sharing ilmu yang berbeda-beda membuat kita semakin Terdepan. Semoga Allah SWT selalu memudahkan jalan kita dalam menggapai cita-cita. Aamin.
3.
Bapak Ahmad Alfajri, MA., selaku dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas kesabaran dan semangatnya dalam membimbing, memotivasi, dan membantu kelancaran proses penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
4.
Bapak Adian Firnas, M. Si., selaku dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas bimbingan dan motivasinya selama masa perkuliahan.
5.
Bapak Armein Daulay. Terima kasih atas motivasi, bimbingan, dan sarannya selama penulis menuntut ilmu, baik di bidang akademis maupun organisasi di FISIP UIN Jakarta.
6.
Dosen-dosen Jurusan Hubungan Internasional, terima kasih atas ilmu yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di UIN Jakarta. v
7.
Sahabatku Yuri Handayani. Terima kasih telah menjadi sahabat yang selalu ada dikala tawa dan tangis. Hopefully a Long-Lasting Friendship Dear. Uhibbuki fillah ya shoohibatii.
8.
Keluarga kecil bahagia. Istiqamah, Elhumairoh Wijaya, dan Detty Oktavina. Sahabat segala suku yang menyatu di rumah Mi’un. Hidup bersama kalian takkan terlupakan.
9.
Mbakku tersayang Santi Laila Tartila. Rekan seperjuangan Annisa, mas Kamil, mbak Rizqi, Tjut Imani, Deswita, dll yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Terima kasih atas ilmu yang diajarkan dan dukungannya dalam penulisan skripsi. Just wanna say: “I love u all”.
10. Abanganda Gunawan, Agus, Icun, Sitepu, dll. Semangat kalian yang mendorong penulis untuk segera menyelesaikan skripsi and finally, I’ve fisnished it. 11. Terkhusus buat Ainul, Soma, Yuli Saragih, kak Vivid. Juga buat halak kita, Hasna, Wilda, Ulvha, Lia, dan kak Rindy. Terima kasih sudah menjadi pengganggu sekaligus penghibur selama masa skripsi. Gak ada loe gak rame. 12. Teman-teman dari KKN Merdika, volunteer APEC SOM 1, HMJ HI 20122013, teman-teman KIBAR, surveyor ESD Kemdikbud. Tidak satu pun kenangan bersama kalian yang akan penulis lupakan. 13. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga segala dukungan dan bantuan kalian mendapat imbalan dari Allah SWT dan menjadi amal kebaikan.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah khazanah keilmuan bagi pembacanya dan studi Hubungan Internasional.
Annisa Zakiah Pasaribu
vi
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI.... ............................. ……… PENGESAHAN PANITIA UJIAN SIDANG ............................................ ABSTRAKSI................................................................................................. KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR TABEL ................................................................................... ... DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ BAB I.
BAB II
i ii iii iv v vii ix x xi xii
PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah ............................................................. B. Pertanyaan Penelitian ........................................................... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ D. Tinjauan Pustaka .................................................................. E. Kerangka Teoretis ................................................................ 1. Teori Kebijakan Luar Negeri ........................................... 2. Konsep Kepentingan Nasional ......................................... F. Metode Penelitian ................................................................. G. Sistematika Penelitian...........................................................
1 8 8 9 11 12 15 16 18
AMERIKA SERIKAT DAN WAR ON TERRORISM A. Tragedy 9/11 dan Perubahan Visi Keamanan AS ................ 1. Quadrennial Defence Review (QDR 2001) ................... 2. National Security Strategy (NSS 2002) ......................... 3. National Strategy for Homeland Security (NSHS 2002) B. Amerika Serikat dan Perang Global Melawan Terorisme ...
19 23 24 26 27
BAB III
TERORISME AL- SHAABAB DAN AFILIASINYA DENGAN AL- QAEDA A. Dinamika Politik Internal Somalia ....................................... 39 B. Gerakan Terorisme Al- Shaabab dan Perkembangannya..... 46 C. Keterkaitan Al- Shaabab dengan Jaringan Al- Qaeda…….. 52 1. Al- Shaabab sebagai Afiliasi Al- Qaeda ......................... 53 a. Jihad Global….. ........................................................ 53 b. Perekrutan Prajurit…. ............................................... 55
BAB IV
KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP AKSI TERORISME AL- SHAABAB A. Analisis Bentuk dan Implementasi Kebijakan AS ............... 57 1. Strategi Light Footprint atau Jejak Cahaya .................... 58 a. Penggunaan Pesawat Tak Berawak (Drones Strike) 61 b. Pengumpulan Informasi Inteligen ............................ . 64
vii
BAB V
2. Dukungan AS Terhadap Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG) dan Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM) .................................................. . a. Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG) ........... . b. Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM) 3. Pemeberian Bantuan Melalui United States Agency International Development (USAID) ............................. . B. Analisis Kepentingan AS...................................................... . 1. Amerika Serikat Sebagai Negara Hegemon Dunia ........ . 2. Membendung Kekuatan China di Wilayah Afrika Timur
70 73 75 81
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................. ….
84
66 67 69
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... xiii LAMPIRAN .................................................................. ……………………
viii
xix
DAFTAR TABEL
Tabel II.A.1 Tabel II.B.1 Tabel IV.A.1
Pelaku Serangan 9/11 ...................................................... 21 Korban Negara Bangsa Sebagai Dampak 9/11 .............. 28 Negara-Negara Pendonor AMISOM............................... 69
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.A.1. Gambar III.C.1. Gambar III.C.2. Gambar IV.A.1. Gambar IV.B.1. Gambar IV.B.2. Gambar IV.B.3.
Wilayah Somalia……………………………………. 41 Al Qaeda in Arab Paninsula dan Horn Afrika………. 54 Al Qaeda di Utara dan Barat Afrika………………… 55 Presentase Bantuan AS ke Somalia Tahun 2007-2011 72 Wilayah Kontrol TFG Tahun 2012 ………………… 79 Wilayah Kontrol TFG Tahun 2013 ………………… 79 Wilayah Kontrol TFG Tahun 2014 ………………… 80
x
DAFTAR SINGKATAN
AFRICOM AIAI AMISOM ARCC AS AU AQAP AQIM CIA FTO GWOT ICU NSHS NSS OLF PBB QDF RASOC SDA TFG TOC USAID USC WTC
US-Africa Command Al-Ittihad Al-Islamiya African Union Mission in Somalia Africa Regional Combatant Command Amerika Serikat African Union Al- Qaeda in Arab Paninsula Al- Qaeda in Islamic Maghreb Central Inteligence Agency Foreign Terrorist Organization Global War on Terrorism Islamic Court Union National Strategy for Homeland Security National Security Strategy Oromo Liberation Front Perserikatan Bangsa-Bangsa Quadrennial Defense Review Regional African Special Operations Command Sumber Daya Alam Transtitional Federal Government Transnational Organized Crime United State Aid Development Program United Somali Congress World Trade Center
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Transkip Wawancara I
Lampiran II
Transkip Wawancara II
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Pernyataan Masalah Amerika Serikat (AS) dikenal sebagai negara yang memainkan peranan
penting dalam politik internasional.1 Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya kebijakan luar negeri AS yang berdampak luas di berbagai kawasan dunia, salah satunya adalah perang melawan terorisme (war on terrorism).2 Kebijakan tersebut ditetapkan pasca tragedi serangan bom 11 September 2001 terhadap gedung World Trade Center (WTC) yang merupakan pusat perdagangan dunia, dan Pentagon sebagai simbol sekaligus Pusat Pertahanan Amerika.3 Al- Qaeda merupakan jaringan terorisme internasional yang diklaim AS sebagai pelaku utama penyerangan 9/11 dan dipimpin oleh Osama bin Laden. Hal tersebut diungkapkan Presiden AS, George W. Bush dalam pidatonya: American have many questions tonight. American are asking: Who attacked our country? The evidence we have gathered all points to a collection of loosely affiliated terrorist organizations known as Al- Qaeda. They are the same murderers indicted for bombing American embassies in Tanzania and Kenya, and responsible for bombing the USS Cole.4 Amerika memiliki banyak pertanyaan malam ini. Amerika bertanya: Siapa yang telah menyerang negara kita? Kami telah mengumpulkan bukti data 1 Politik Internasional menurut Hans Morgenthau dalam bukunya “Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace” dinyatakan bahwa semua elemen politik adalah sama, yaitu sama-sama meraih kekuasaan. Dikutip dari “Politics Realism in International Relations (2013)”, Internet, diunduh 8 April 2014; Tersedia di http://plato.stanford.edu/entries/realism-intl-relations/ 2 William Boardman, US Foreign Policy: Terrorism in Response to Terrorism [database Online], Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di http://www.globalresearch.ca/us-foreignpolicy-terrorism-in-response-to-terrorism/5359399. 3 The Coalition Information Center, The Global War on Terrorism: The First 100 Days [Report]; Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di www.bits.de/public/documents/US_Terrorist_Attacks/100days.pdf. 4 George W. Bush Speech, [database on-line]; Internet, diunduh pada 26 Juni 2014; Tersedia di http://www.theguardian.com/world/2001/sep/21/september11.usa13.
2
organisasi teroris yang berafiliasi dikenal sebagai Al- Qaeda. Mereka adalah pelaku yang sama didakwa atas pemboman kedutaan AS di Tanzania dan Kenya, dan bertanggung jawab atas pemboman USS Cole. (terjemahan penulis) Pernyataan Bush tersebut menunjukkan bahwa AS menuding Al- Qaeda sebagai pelaku utama dan menjadi musuh AS di era abad ke-21. Bagi AS, Al- Qaeda merupakan mafia yang penuh dengan kejahatan dan tujuannya bukanlah untuk menghasilkan uang, melainkan lebih kepada pembentukan keyakinan radikal pada semua orang.5 Tragedi 9/11 menyebabkan terjadinya perubahan konsepsi pertahanan dan politik Amerika Serikat secara radikal sejak perang dunia kedua.6 Presiden Bush mendeklarasikan kebijakan war on terror dengan tujuan untuk menghancurkan dan menghilangkan ancaman terorisme dunia.7 Dalam hal ini, AS juga mengajak sekutu-sekutunya untuk turut mencegah perkembangan aksi terorisme dengan membentuk kebijakan “Global War on Terrorism (GWOT).”8 Pada tahun 2008, sebuah kelompok separatis Somalia atau dikenal dengan Al- Shaabab telah menunjukkan keberpihakannya terhadap kelompok Al- Qaeda.9 Baik Al- Qaeda maupun Al- Shaabab saling memuji satu sama lain, terlihat dari
5
Ibid Sasmini, 2009, War on Terror dalam Perspektif HHI, [database on-line], Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di http://sasmini.staff.uns.ac.id/2009/08/31/war-on-terror-dalamperspektif-hhi/ 7 Ibid 8 Anna Comelia Beyer, Hegemony and Power in Global War on Terrorism, published (E. Fels et al (eds), Power in the 21st Century, Global Power Shift, DOI 10. 1007/978-3-642-25082-8_2, Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2012) 9 Adlini Ilma Ghaisany Sjah, “Tracing Al-Shaabab’s Decision to Cooperate with Al Qaeda in Somalia (2008)”, Journal of Terrorism Research, Vol 5. Issue 1 (Special Issue)-February 2014 6
3
pemberitaan keduanya di website10 masing-masing. Bahkan Al- Qaeda telah memberikan bantuan persenjataan dan pasukan kepada Al- Shaabab.11 Shirwa Ahmed,12 seorang warga negara AS berdarah Somali-Amerika melakukan bom bunuh diri pada 29 Oktober 2008 di kompleks PBB, konsulat Ethiopia di Hargeisa dan menewaskan 24 orang.13 Peristiwa ini mengundang kemarahan AS dan akhirnya menetapkan Al- Shaabab sebagai bagian dari jaringan terorisme internasional.14 Sebagai respon terhadap pernyataan AS, pada 1 Februari 2012, Pemimpin AlShaabab mengunggah sebuah video yang berisikan pernyataan afiliasi dan dukungan penuh dalam segala kegiatan dan tunduk terhadap Pemimpin Al- Qaeda, yaitu Osama bin Laden.15 Keberpihakan Al- Shaabab tersebut menunjukkan adanya peningkatan kerjasama yang dilakukan oleh Al- Qaeda untuk mengimbangi kekuatan AS di wilayah Afrika Timur.16 Sebelumnya, kelompok Al- Shaabab yang beroperasi di Somalia ini dikenal sebagai kelompok yang berupaya untuk memisahkan diri dari Somalia dengan
10
Website dalam Oxford Dictionary adalah halaman internet yang menjadi pusat informasi dari perusahaan/kelompok tertentu. 11 Daniel L. Byman, Breaking the Bonds between Al-Qa’ ida and Its Affiliate Organizations [analysis paper]; Saban Center at Brookings, number 7, 2012. Hal. 7 12 Ahmed adalah warga negara AS naturalisasi, umur 27 tahun yang tinggal di Minneapolis. Lulus dari Roosevelt High School di Minneapolis pada tahun 2000 dan meninggalkan Minnesota untuk Somalia pada bulan Desember 2007 dan menghadiri kamp pelatihan Al Shabaab. Dia adalah pelaku bom bunuh diri pertama dari Amerika. 13 Anti Demafation League, Al- Shaabab’s American Recruits, 2015 [database On-line], Internet, diunduh 20 Mei 2014; Tersedia di www.adl.org/assets/pdf/...hate/al-shabaabs-americanrecruits.pdf 14 Mohamed Ibrahim, “The Al‐Shabab Myth: Notoriety not Popularity”, National Centre of Excellence for Islamic Studies, Vol 3, No. 5 (2010) 15 BBC, Who are Al Shaabab Foreign Links? [database on-line], Internet; Diunduh pada tanggal 5 Juli 2014;Tersedia di http://www.bbc.com/news/world-africa-15336689 16 Daniel L. Byman, Breaking the Bonds between Al-Qa’ ida and Its Affiliate Organizations [analysis paper]; Saban Center at Brookings, number 7, 2012. Hal. 8
4
membangun negara yang menerapkan syariat Islam.17 Hal inilah yang menyebabkan AS beserta sekutunya khawatir dengan keberadaan kelompok tersebut. Kekhawatiran AS bertambah dengan adanya perluasan perlawanan yang dilakukan oleh Al- Shaabab di negara selain Somalia.18 Somalia dijuluki dunia sebagai failed state.19 Hal ini memudahkan Somalia menjadi surga bagi gerakan terorisme akibat tidak adanya pemerintahan yang mengontrol wilayah dengan efektif.20 Pemerintah Federal Transisi Somalia (Transtitional Federal Government/TFG) yang merupakan pemerintahan resmi Somalia atas dukungan dari Uni Afrika (AU) dan PBB sejak tahun 2007,21 telah mengupayakan diplomasi dan negosiasi dengan kelompok Al- Shaabab. Namun, Al- Shaabab tetap menentang karena menganggap seluruh kebijakan TFG berada di bawah pengaruh pihak Barat.22 Banyaknya intervensi pihak asing di Somalia menyebabkan konflik ini berkepanjangan. Pada tahun 2006, Ethiopia melakukan invasi ke wilayah kekuasaan Al- Shaabab di Mogadishu.23 Disusul dengan penyerangan militer
17
Mohamed A. Mohamed. US Strategic Interest In Somalia: From Cold War Era to War on Terror. Department of American Studies. 01 June 2009 18 Ibid 19 Failed state adalah kondisi negara yang belum mampu menstabilkan wilayah teritori dikarenakan banyaknya konflik, berbahaya karena banyaknya kepentingan, serta lemahnya pemerintahan dalam menghadapi pemberontak”. Dikutip dari tulisan Robert I. Rotberg, Chapter 1: Failed States, Collapsed States, Weak States: Causes and Indicators, hal. 5; Tersedia di www.brookings.edu/.../statefailureandstateweaknessinatimeofterror.pdf 20 Bridget L. Coggins, Do Failed States Produce More Terrorism: Initial Evidence From Non- Traditional Threat Data (1999-2008) [working Paper]; Center for International Peace and Security Studies, McGill University, 2011, hal. 28 21 BTI, Somalia Country Report, 2014, hal. 4 [database On-line], Internet; Tersedia di www.bti-project.de/uploads/tx_itao.../BTI_2014_Somalia.pdf 22 Ibid 23 Jeremy Presthold, The United States and Counterterrorism in eastern Africa. Di dalam Gershon Shafir, Everard Meade, and William J. Aceves, eds. Fromo Moral Manic to Permanent War: Lesson and Legacies of the War on Terror, (London: Routledge, 2013), hal. 127-154
5
Kenya dalam membantu pasukan Somalia melawan kelompok Al- Shaabab di tahun 2011.24 Hal ini merupakan salah satu alasan yang menjadi faktor pendorong AlShaabab untuk berafiliasi dengan Al- Qaeda.25 Kemudian, pembentukan African Union Mission in Somalia (AMISOM) juga terlihat lebih memihak kepada Pemerintah TFG dibandingkan dengan AlShaabab.26 Hal ini dipandang kelompok Al- Shaabab sebagai bentuk keberpihakan Uni Afrika dan TFG kepada pihak Barat (AS), sehingga Al- Shaabab merasa terdiskriminasi dengan adanya desakan dan serangan yang dilancarkan oleh AMISOM terhadap wilayah kekuasaan Al- Shaabab.27 Kompleksitas masalah yang terjadi di Somalia, mempertanyakan kembali posisi AS sebagai polisi dunia. Kewajiban utama pasukan militer internasional dalam operasi perdamaian adalah untuk memberikan keamanan bagi penduduk sipil, tanpa adanya gangguan dari pasukan militer asing yang mengganggu ketertiban umum.28 Proses perdamaian yang belum sempurna ini menyebabkan maraknya aksi terorisme yang belum dapat dicegah, seperti yang telah dilakukan oleh kelompok
24
Ibid. Hal. 142 Lauren Ploch Blanchard, “US-Kenya Relations”, Congressional Research Service: Current Political and Security Issues, 23 September 2013 26 Paul D. Williams, The African Union Mission in Somalia and Civilian Protection Challenges [research article], hal. 1; diunduh 20 Mei 2014; Tersedia di www.bancroftglobal.org/wp.../AMISOM-PoC-Stability-2013.pdf 27 International Crisis Group, Somalia: Al- Shaabab – It Will be a Long War (Nairobi: Africa Briefing N°99, 26 June 2014) 28 Robert. M. Perito, U.S. Police in Peace and Stability Operation, Special Report: United States Institute of Peace, August 2007 25
6
Al- Shaabab. Ditambah lagi Al- Shaabab yang telah berafiliasi dengan Al- Qaeda semakin gencar dalam mengembangkan aksi perlawanannya terhadap Barat.29 Hal yang membuat dunia terkejut adalah ketika kelompok Al- Shaabab melakukan aksi lintas batas negara. Serangan bom pada 21 September 2013 yang ditujukan ke Westgate Mall, Kenya telah menewaskan 67 orang, dan hampir 200 orang termasuk lima orang diantaranya adalah warga negara Amerika Serikat mengalami luka-luka selama pengepungan yang berlangsung empat hari.30 Westgate Mall merupakan pusat perbelanjaan mewah milik sebuah perusahaan Israel bernama Sony Holding Ltd.31 Kehadiran kelompok terorisme baru yang menjadi bagian dari Al- Qaeda ini menjadi tantangan tersendiri bagi AS untuk lebih memfokuskan kebijakan luar negerinya dalam mencegah tindakan teror yang semakin berkembang di wilayah Afrika Timur. Perkembangan aksi teror yang dilakukan oleh Al- Shaabab telah melintasi batas negara, menjadikannya sebagai kelompok terorisme internasional yang masuk dalam kategori transnational organized crime (TOC).32 Permasalahan kompleks yang terjadi menjadi hambatan bagi kepentingan AS di Somalia. Somalia merupakan negara yang memiliki arti penting bagi AS. Selain hubungan diplomatik yang telah terjalin dengan Somalia pasca kemerdekaannya
Daniel L. Byman, “Breaking the Bonds between Al-Qa’ ida and Its Affiliate Organizations” [analysis Paper]; Saban Center at Brookings, number 7 (2012), hal. 8 30 Lauren Ploch Blanchard, “The September 2013 Terrorist Attack in Kenya: In Brief”, Congressional Research Service, 14 November 2013 31 Police Department of New York City, Analysis of Al-Shaabab’s at the Westgate Mall in Nairobi, Kenya, hal. 5 32 The President, “Strategy to Combat Transnational Organized Crime: Addressing Converging Threats to National Security” [report]; Seal of the President of the United States (2011), hal. 6 29
7
pada tahun 1960, AS juga merupakan salah satu negara pendonor bantuan luar negeri utama bagi Somalia.33 Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini akan meneliti kebijakan AS sebagai upaya dalam mengatasi aksi teror Al- Shaabab. Pembatasan penelitian dimulai dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Tahun 2012 menjadi tahun yang penting dikarenakan adanya deklarasi afiliasi antara Al- Shaabab dengan AlQaeda. Afiliasi kedua kelompok tersebut menjadi perhatian AS, sehingga memunculkan pernyataan bahwa kelompok Al- Shaabab termasuk jaringan terorisme internasional yang disetarakan dengan Al- Qaeda. Dengan kata lain, AlShaabab menjadi musuh utama AS di wilayah Somalia. Tahun akhir penelitian adalah 2014, tahun ini ditandai peristiwa duka bagi kelompok Al- Shaabab atas keberhasilan AS dalam membunuh pemimpin Al- Shaabab, yaitu Abdi Godane. Fenomena yang sangat kompleks ini sangat menarik untuk dibahas. Dimulai dengan permasalahan internal Somalia yang masih dikategorikan sebagai negara gagal, hingga kemunculan gerakan terorisme yang mengganggu kepentingan AS di Somalia menyebabkan permasalahan yang sulit menuju penyelesaian. Oleh karena itu, penelitian ini akan fokus pada kebijakan AS dalam mengatasi perkembangan aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia pada tahun 2012-2014.
33 AS dan Somalia telah menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 1960 (pasca kemerdekaan Somalia dari Inggris). Kedekatan keduanya semakin terlihat ketika Somalia berpihak ke arah Barat setelah perang dengan Ethiopia pada tahun 1970-an. Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm
8
A.
Pertanyaan Penelitian Dari uraian penjelasan pada permasalahan diatas, maka peneliti mengajukan
pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah kebijakan Amerika Serikat dalam mengatasi berbagai aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia pada tahun 2012-2014?
B.
Manfaat dan Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui latar belakang muncul dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelompok Al- Shaabab melakukan aksi terorisme. 2. Untuk mengetahui dinamika hubungan AS dan Somalia dalam menghadapi terorisme Al- Shaabab. 3. Untuk mengetahui kebijakan AS dalam mengatasi perkembangan aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia pada tahun 2012-2014 4. Untuk menganalisa kebijakan AS terkait terorisme Al- Shaabab di Somalia pada tahun 2012-2014 Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Hubungan Internasional. 2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa.
9
C.
Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, tinjauan pustaka sangat penting
untuk memberikan gambaran dan perbandingan fokus penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, tinjauan pertama diambil dari skripsi yang ditulis oleh Sandi Febrian pada tahun 2014 dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Kerjasama Pemerintah Transisi Federal Somalia (TFG) dan Uni Afrika dalam Menanggulangi Gerakan Al- Shaabab Tahun 2007-2012”. Skripsi tersebut menjelaskan tentang proses kerjasama kedua aktor, TFG dan Uni Afrika dalam menanggulangi aksi Al- Shaabab di Somalia. Dalam penelitiannya, Sandi menggunakan konsep Kerjasama dan konsep Keamanan sebagai acuan dalam penyimpulan penelitiannya. Kesamaan skripsi Sandi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang gerakan Al- Shaabab. Akan tetapi secara keseluruhan, penelitian Sandi dan penelitian ini jelas perbedaannya. Jika Sandi fokus terhadap kerjasama TFG dengan Uni Afrika, maka penelitian ini membahas dari segi Amerika Serikat. Yaitu, Kebijakan AS dalam mengupayakan pencegahan aksi terror dan efek jera bagi kelompok Al- Shaabab. Tinjauan kedua diambil dari tesis yang ditulis oleh Stephen Westcott dari Murdoch University tahun 2011 yang berjudul “The Impact of Foreign Elements Over Somalia’s Al- Shabaab”. Tesis yang ditulis oleh Stephen membahas tentang terorisme Al- Shaabab. Tesis ini menjelaskan tentang elemen-elemen lain yang berkontribusi dalam pengembangan gerakan Al-Shaabab, serta dampak dari
10
hubungannya. Elemen-elemen yang dimaksud seperti: Al-Qaeda, Islam radikal dan ekstrimis, dan lain-lain. Beberapa ulasan penting dari tulisan tersebut bahwa beberapa tahun terakhir, konflik di Somalia sebagian besar berada di Somalia bagian Selatan dan Tengah yang terjadi antara gerilyawan Islam dan sekutunya terhadap Pemerintah Federal Somalia (TFG). Al-Shabaab sebagai sebuah gerakan Islam bersenjata termotivasi oleh aplikasi militan Salafi untuk mengayomi dunia Muslim dalam beberapa dekade terakhir. Dengan demikian, tujuan utama organisasi gerilyawan Al-Shaabab adalah untuk mendirikan sebuah pemerintahan Islam atas Somalia dan berkontribusi terhadap gerakan Islam internasional. Persamaan tesis dengan penelitian ini yaitu terletak pada obyek yang diteliti, yaitu sama-sama membahas tentang kelompok Al-Shaabab. Akan tetapi, fokus penelitian jelas berbeda karena subyek penelitian dalam tesis adalah Foreign Elements (organisasi yang berhubungan dengan Al-Shaabab) sedangkan subyek penelitan ini adalah kebijakan Amerika Serikat. Tinjauan berikutnya diambil dari tesis Charles M. Brown tahun 2005 dari Naval Postgraduate School Monterey, California yang berjudul U.S National Security Interest in Africa and the Future Global War on Terrorism (GWOT): A Proposal to Create an African Regional Combatant Command and a Regional African Special Operations Command. Penulisan tesis Brown bertujuan untuk menganalisa kebutuhan markas komando militer regional dikawasan Afrika. Amerika Serikat memenuhi keinginan tersebut dengan alasan kepentingan nasional dalam menghadapi global war on
11
terrorism (GWOT). Adapun fokus dari tesis ini tentang masalah strategis yang secara historis dan geopolitik terus mempengaruhi Afrika. Tesis tersebut juga mengusulkan pembentukan Afrika Regional Combatant Command (ARCC) dan juga Regional African Special OperationsCommand (RA-SOC). Usulan pembentukan ini untuk mendukung, membantu, dan menyarankan masa depan strategi keamanan nasional Amerika Serikat untuk benua Afrika. Secara garis besar, tesis yang ditulis oleh Charles fokus pada keinginan Amerika Serikat untuk meningkatkan eksistensinya di wilayah Afrika. Dengan memberikan usulan pembentukan organisasi militer yang bersifat regional untuk tujuan stabilitas kawasan, baik dalam hal ekonomi, politik, militer dan budaya. Perbedaan tesis dengan penelitian ini terletak pada fokus pembahasan penelitian, penelitian ini lebih fokus pada analisa kebijakan AS dalam memerangi tindakan teror kelompok Al- Shaabab di Somalia tahun 2012-2014. Artinya, yang menjadi aktor dalam penelitian adalah AS, Somalia, dan kelompok Al- Shaabab. Selain itu, fenomena yang diteliti masih baru sehingga hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi peneliti lainnya di masa mendatang.
D.
Kerangka Pemikiran Manusia merupakan makhluk yang selalu cemas akan keselamatan dirinya
dari manusia lain. Sifat selalu ingin mendominasi dan mendapatkan keuntungan tertinggi akan dilakukan manusia demi mendapatkan kekuasaan dan mencegah dominasi yang lain.34
34
Robert Jacson dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 88.
12
Menurut perspektif realisme, sifat dasar interaksi dalam sistem internasional yakni anarki, kompetitif, kerap kali konflik, dan kerjasama dibangun hanya untuk kepentingan jangka pendek.35 Hal ini berhubungan erat dengan sifat dasar manusia yang selalu mempengaruhi suatu aktor dalam merumuskan kebijakan dan strateginya. Sifat alami manusia tersebut menjadi faktor utama yang mempengaruhi perpolitikan suatu negara. Dalam menganalisa kebijakan Amerika Serikat terhadap aksi terorisme AlShaabab di Somalia tahun 2012-2014, maka penelitian ini menekankan bahwa AS sebagai kekuatan super power tentunya akan melakukan berbagai cara untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Untuk memenuhi kepentingan nasional, negara akan mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai bentuk respon terhadap tindakan yang dianggap sebagai penghambat dalam pencapaian kepentingannya. Adapun, analisa tentang kebijakan AS di Somalia ini tidak terlepas dari dua kajian yang dianggap relevan untuk mengkaji dan menganalisis kebijakan AS, diantaranya adalah Teori Kebijakan Luar Negeri ( The Theory of Foreign Policy) dan Konsep Kepentingan Nasional (The Concept of National Interest). 1. Teori Kebijakan Luar Negeri (Theory of Foreign Policy) Menurut K. J. Holsti, kebijakan luar negeri adalah tindakan atau gagasan yang dirancang
oleh
pembuat
kebijakan
untuk
memecahkan
masalah
atau
mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan, yaitu dalam kebijakan sikap atau tindakan dari negara lain.36
35 Anak Agung Banyu Perwita, Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hal, 25 36 K.J Holsti, International Politics: A Framework for Analysis (U.S.A: Prentice-Hall , Inc., Engleewood Cliff, N. J, 1997), hal. 131
13
Menurut James N. Rosenau, kebijakan luar negeri memiliki tiga konsep, yaitu sekumpulan orientasi (a cluster of orientations), seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak (a set of commitments to and plans for action) dan bentuk perilaku atau aksi (a form of behaviour).37 Kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi merupakan pedoman bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi kondisi-kondisi eksternal yang menuntut pembuatan keputusan dan tindakan berdasarkan orientasi tersebut.38 Kebijakan luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak diartikan berupa rencana dan komitmen yang konkrit yang dikembangkan oleh para pembuat keputusan untuk membina dan mempertahankan situasi lingkungan eksternal yang konsisten dengan orientasi kebijakan luar negeri.39 Sedangkan kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau tindakan diartikan pada tingkatan yang lebih empiris yaitu berupa langkah-langkah nyata yang diambil oleh para pembuat keputusan yang berhubungan dengan kejadian serta situasi dilingkungan eksternal.40 Menurut James Rosenau, sumber-sumber dalam input perumusan kebijakan luar negeri adalah; 1. Systemic Sources Sumber-sumber eksternal merupakan sumber yang berasal dari lingkungan eksternal negara. Menjelaskan struktur hubungan antara negara-negara besar, pola-pola aliansi yang terbentuk antara negara-negara dan faktor situasional eksternal yang dapat berupa isu area atau krisis.
37
James N Roesenau, The Study of Foreign Policy (New York: Free Press, 1972), hal. 15. Anak Agung Banyu Perwita, Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hal. 53-54 39 Ibid, hal. 55 40 Ibid, hal. 55 38
14
2. Societal Sources Sumber yang berasal dari lingkungan internal, mencakup faktor kebudayaan dan sejarah, pembangunan ekonomi, struktur sosial dan perubahan opini publik. 3. Governmental Sources Sumber-sumber dari pemerintahan merupakan aspek-aspek dari struktur pemerintah yang membatasi atau menambah suara-suara dalam pembuatan kebijakan luar negeri negara. 4. Idiosyncratic Sources Sumber-sumber individu merupakan karakteristik seseorang yang mempengaruhi tingkah laku dan pembuatan kebijakan luar negeri. Seperti karakteristik seorang presiden yang berpengaruh terhadap tingkah laku politik luar negerinya.41
Dalam kasus Somalia yang belum terselesaikan hingga saat ini, AS merupakan mitra utama TFG dalam upaya melawan gerakan Al- Shaabab. Keputusan AS untuk terlibat dalam kasus tersebut dapat dijelaskan dengan teori kebijakan luar negeri oleh Rosenau. Analisa penelitian ini akan terfokus pada faktor eksternal dan internal AS, dimana situasi internal yang berhubungan dengan masalah pembangunan ekonomi AS sangat berpengaruh dalam pengambilan kebijakan Presiden Obama. Faktor eksternal menjadi alasan yang kuat bagi AS dalam keterlibatannya di Somalia, hal ini berhubungan dengan upaya peningkatan aliansi dan pertahanan kekuasaan di kawasan Afrika., serta isu atau krisis yang terjadi.
41
James N Rosenau, Kanneth W. Tompson, dan Gavin Boyd, World Politics: An Introduction (New York: Free Press, 1976), hal. 18-27
15
2.
Konsep Kepentingan Nasional ( The Concept of National Interest ) Donald E. Nouchterein42 mendefinisikan kepentingan nasional sebagai
keinginan yang dirasakan oleh suatu negara dalam hubungannya dengan negaranegara lain yang merupakan lingkungan eksternalnya. Menurut Morgenthau, kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Kemampuan pemimpin negara diukur dengan penurunan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau konflik.43 Dengan demikian, kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur bagi para pengambil
keputusan
masing-masing
negara
sebelum
merumuskan
dan
menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (foreign policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai ”kepentingan nasional.”44 Kepentingan nasional terbagi dalam beberapa jenis yaitu: Pertama, core/basic/vital interest. Kepentingan nasional pada level ini nilainya sangat tinggi sehingga suatu negara bersedia untuk berperang dalam mencapainya. Misalnya seperti: melindungi daerah-daerah wilayah negara; menjaga dan
42 Donald Nuchterlein, The Concept of National Interest: A Time for New Approach, dalam orbish, vol. 23, (1979), hal. 75 43 T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin (Bandung: Refika Aditama, 2002), hal. 116 44 Ibid, hal. 116
16
melestarikan nilai-nilai hidup yang dianut suatu negara. Kedua, Secondary Interest. Jenis kedua ini meliputi kepentingan yang ingin dicapai masing-masing negara namun tidak ingin menggunakan kekerasan (berperang) dalam pencapaiannya. Hal ini disebabkan negara masih melihat adanya kemungkinan lain untuk mencapai tujuannya melalui jalan lain contohnya perundingan.45 Amerika Serikat merupakan negara pemenang pada Perang Dingin yang mengharapkan terciptanya kehidupan dunia yang sejahtera. Somalia yang saat ini masih dalam proses menuju perdamaian, menjadikan AS sebagai mitra utama dalam menghadapi gerakan Al- Shaabab. Keterlibatan AS di Somalia tidak terlepas dari kepentingan keamanan dunia dari serangan teroris, sekaligus untuk mempertahankan eksistensinya sebagai satu-satunya negara super power.
E.
Metode Penelitian Untuk membantu penelitian dalam menganalisa permasalahan yang diangkat,
penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian menurut John W. Creswell adalah langkah-langkah yang digunakan dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu topik atau masalah. Beberapa langkah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian diantaranya adalah: Mengidentifikasi masalah penelitian; Meninjau literatur; Menentukan tujuan penelitian; Pengumpulan data; Menganalisis dan menafsirkan data; Pelaporan dan evaluasi penelitian.46
45 Nicholson, Michael. Formal Theories In International Relations.(New York : Cambridge University Press, 1990), hal. 76 46 John W. Creswell, Educational Research: Palnning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitatif Research. Edisi keempat (Boston: Pearson, 2008), hal 3-7
17
Metode kualitatif berdasarkan pada prosedur logika yang berawal dari hal khusus sebagai hal yang diamati dan berakhir pada kesimpulan yang bersifat umum.47 Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya data tidak berbentuk angka, tetapi mengandalkan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi dan sudah dikumpulkan oleh pihak atau instansi lain. Sumber-sumber data ini berupa buku, jurnal, hasil penelitian, internet, dan penerbitan-penerbitan lainnya. Untuk menyempurnakan data yang diperoleh, penelitian ini menggunakan wawancara
dengan Abdi Dirshe, seorang analis sekaligus menjabat sebagai
Sekretaris Permanen Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Pemerintah Federal Somalia. Sumber wawancara kedua adalah David Shinn, seorang mantan dubes AS untuk Ethiopia (1996-1999) dan saat ini mengajar di Universitas George Washington. Penelitian menggunakan teknik deskriptif-analistis, yaitu teknik analisis data dengan menguraikan dan menjelaskan gejala dan fenomena penelitian dengan mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya gejala atau fenomena tersebut lebih mendalam, sehingga fenomena tersebut tergambar dengan jelas dan dapat dipahami. 48 Jadi, penelitian kualitatif dapat disimpulkan sebagai studi literatur dengan pengumpulan berbagai data kepustakaan berkaitan dengan masalah yang diteliti, kemudian menyeleksi data sehingga akhirnya sampai pada tahap menganalisa data melalui sebuah pemahaman yang komprehensif.
47 Bagong Suryanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,(Jakarta: Kencana, 2007), hal. 169 48 Neuman, W Lawrence, Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative Approach (The United States: Pearson education Inc, 2007). Hal.329
18
F.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari skripsi ini adalah:
BAB I. PENDAHULUAN Pembahasan pada bab ini akan dimulai dengan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, dan manfaat, serta tujuan penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan. BAB II. AMERIKA SERIKAT DAN WAR ON TERRORISM Pada bab ini akan dijelaskan tentang tragedi 11 September 2001 dan perubahan visi keamanan Amerika Serikat. Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai respon Amerika Serikat dalam memerangi terorisme global. BAB III. TERORISME AL-SHAABAB DI SOMALIA DAN AFILIASINYA DENGAN AL- QAEDA Bab ketiga akan menguraikan dinamika politik internal Somalia, gerakan terorisme Al- Shaabab di Somalia serta perkembangannya. Lalu, diikuti dengan pemaparan keterkaitan antara Al- Shaabab dengan jaringan Al- Qaeda. BAB IV. KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENGATASI AKSI TERORISME AL-SHAABAB DI SOMALIA TAHUN 2012-2014 Bab keempat akan menganalisis bentuk-bentuk dan implentasi kebijakan Amerika Serikat dalam mengatasi aksi terorisme Al- Shaabab. Kemudian, dilanjutkan dengan analisis kepentingan Amerika Serikat di balik tindakan tersebut. BAB V. PENUTUP Bab kelima akan menyimpulkan hasil dari seluruh pembahasan serta analisis penelitian. DAFTAR PUSTAKA
19
BAB II AMERIKA SERIKAT DAN WAR ON TERRORISM
War on Terrorism atau Perang Melawan Terorisme adalah respon AS terhadap tragedi 11 September 2001. Tragedi tersebut adalah bukti nyata serangan teroris, yang masih menyimpan duka mendalam bagi warga negara AS.49 Untuk membahas lebih mendalam tentang kebijakan tersebut, maka pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang kebijakan war on terrorism dan perubahan visi keamanan AS, serta Perang AS melawan terorisme global.
A.
Tragedi 9/11 dan Perubahan Visi Keamanan Amerika Serikat Tragedi 11 September 2001 telah menjadi sejarah yang tidak terlupakan bagi
warga AS. Kejadian tersebut terjadi di luar prediksi dan menyadarkan masyarakat dunia bahwa serangan tak terduga dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan tidak diketahui besar kekuatannya. Tragedi ini menunjukkan bahwa aksi terorisme telah menjadi ancaman dan tantangan baru dunia pasca berakhirnya Perang Dingin.50 Tragedi 9/11 adalah peristiwa dahsyat yang dilakukan oleh kelompok terorisme Internasional di wilayah AS. Penyerangan tersebut dimulai dengan pembajakan empat pesawat komersil oleh 19 orang yang merupakan kelompok AlQaeda51 yang sedang terbang menuju San Francisco dan Los Angeles setelah lepas
49
Richard F. Grimmett, Authorization For Use of Military Force in Response to the 9/11 Attacks (P.L. 107-40): Legislative History (CRS Report for Congres, 2007) 50 Daniel Byman, “Remaking Alliances for the War on Terrorism”, The Journal of Strategic Studies, Vol. 29, No. 5 (2006), hal. 767-811 51 Ranne R. A. Kawilarang, Tragedi 9/11: Penabrakan pesawa-pesawat bajakan ke Menara Kembar WTC jadi simbol perang atas terorisme, 2011 [database on-line]; Internet; diunduh pada 10 Mei 2014; Tersedia di http://dunia.news.viva.co.id/news/read/246153-11-9-2001--tragedi-9-11
20
landas dari Boston, Newark, dan Washington, D.C.52 Para pembajak dengan sengaja memilih penerbangan jarak jauh karena mengangkut bahan bakar yang banyak guna memaksimalkan sasarannya.53 Di dalam dokumen laporan tragedi 9/11 dijelaskan bahwa penyerangan terjadi sekitar pukul 08.45-10.30 waktu setempat. Kejadian tersebut telah meruntuhkan menara gedung WTC bagian utara, tepatnya dilantai 80 dan menara bagian selatan, lantai 60.54 Selain itu, serangan juga dilancarkan teroris menuju Pentagon dan Gedung Putih.55 Akan tetapi, serangan yang diperkirakan menuju Gedung Putih gagal karena pesawat terbalik dan menghantam tanah. Kegagalan tersebut dikarenakan adanya perlawanan penumpang pesawat terhadap pelaku pembajakan.56 Jumlah korban dari keseluruhan peristiwa ini mencapai 3500 orang, dan sebanyak 10.000 orang luka-luka.57 AS meyakini bahwa pelaku penyerangan adalah teroris disinyalir dari Arab Saudi dan beberapa negera Arab lainnya, tergabung dalam jaringan terorisme AlQaeda yang berbasis di Afghanistan.58 Berikut adalah data pelaku pembajakan pesawat tragedi 9/11 yang diperoleh CIA;
52 The 9/11 Commission Report, 2001[report], Internet; diunduh pada 3 Mei 2014; Tersedia di http://www.9 11commission.gov/report/911Report.pdf 53 Ibid 54 Imelia Pebreyanti, “11-9-2001: Teror 9/11 Mencekam Amerika Serikat”, diunduh pada 11 September 2014; Tersedia di http://news.liputan6.com/read/2103399/11-9-2001-teror-911mencekam-amerika-serikat. 55 Ibid, 56 The 9/11 Commission Report, 2001 [database On-line], Internet; diunduh pada 3 Mei 2014; Tersedia di http://www.9 11commission.gov/report/911Report.pdf 57 Ibid 58 Imelia Pebreyanti, 11-9-2001: Teror 9/11 Mencekam Amerika Serikat [database on-line]; Internet, diunduh pada 11 September 2014; Tersedia di http://news.liputan6.com/read/2103399/119-2001-teror-911- mencekam-amerika-serikat.
21
Tabel II.A.1. Pelaku Serangan Tragedi 9/11 Penerbangan
AA Flight 11
UA Flight 175
AA Flight 77
UA Flight 93
Nama
Warga Negara
Muhammed e-Amir Awad al-Sayed Atta
Mesir
Abd al-Aziz Abd al-Rahman Muhammed al-Umari
Saudi
Ustam bin Muhammad Abd al-Rahman al-Saqami
Saudi
Wail Muhammad Abdallah al-Shehri
Saudi
Walid Muhammad Abdallah al-Shehri
Saudi
Marwan Yousef Muhammed Rashid Lekrab alShehhi
UAE
Ahmad Salih Said al-Kurshi al-Ghamdi
Saudi
Fayez Rashid Ahmad Banihammad
UAE
Hamza Salih Ahmad al-Hamid al-Ghamdi
Saudi
Mahanid Muhammad Fayiz al-Shehri
Saudi
Hani Salih Hasan Hanjur
Saudi
Khalid bin Muhammed bin Abdallah al-Mihdhar
Saudi
Majid Muqid Mushan bin Ghanim
Saudi
Nawaf bin Muhammad Salim al-Hazmi
Saudi
Salim Muhammad Salim al-Hazmi
Saudi
Ziad Samir Jarrah
Lebanon
Ahmad Abdullah Abd al Rahman al-Nami
Saudi
Ahmad Ibrahim Ali al-Haznawi
Saudi
Said Abdalah Ali Sulayman al-Ghamdi
Sumber: Central Inteligence Agency (CIA US)
Saudi 59
Menanggapi penyerangan tak terduga terhadap AS tersebut, George W. Bush yang merupakan Presiden AS pada masa itu terkejut dan mengutuk perbuatan teroris. Pada pukul 19.00 waktu setempat, dalam pidatonya Bush menyatakan: “… Terrorist attacks can shake the foundations of our biggest buildings, but they cannot touch the foundation of America. These acts shatter steel, but they cannot dent the steel of American resolve. Today, our nation saw 59
Diolah oleh penulis, diunduh 15 Mei 2014; Tersedia di https://www.cia.gov/newsinformation/speeches-testimony/2002/DCI_18_June_testimony_new.pdf
22
evil-the very worst of human nature-and we responded with the best of America. We will make no distinction between the terrorist who committed these acts and those who harbor them.”60 Serangan teroris bisa menghancurkan fondasi bangunan terbesar kami, tetapi mereka tidak dapat menyentuh dasar Amerika. Serangan ini bisa saja menghancurkan bangunan baja, tetapi mereka tidak dapat menghentikan tekad Amerika. Hari ini, bangsa kita melihat kejahatan manusia yang paling buruk dan kami pastinya memberikan respon terbaik Amerika. Kami tidak akan membuat perbedaan, baik terhadap pelaku serangan maupun yang membiayai mereka. (terjemahan penulis) Sikap marah yang ditunjukkan oleh Presiden AS tersebut mengundang perhatian dunia. Terbukti dari banyaknya negara-negara yang menyampaikan duka cita dan dan rasa simpati kepada AS, termasuk Negara-Negara Barat dan NegaraNegara Muslim.61 Osama bin Laden merupakan pemimpin Al- Qaeda yang diyakini AS sebagai dalang dari penyerangan WTC. Presiden Bush menyatakan bahwa AS telah memiliki bukti koleksi jaringan teroris yang berafiliasi dengan AL- Qaeda. Teroris yang dimaksud diantaranya adalah pelaku pemboman Kedutaan AS di Tanzania dan Kenya, dan juga bertanggung jawab atas pengeboman USS Cole di Yaman.62 Pada tahun 2004, Osama bin Laden mengirim sebuah video kepada Aljazeera. Di dalam pidatonya, Osama menyatakan kebenciannya terhadap AS dimulai sejak tahun 1982, ketika AS beserta enam armadanya membantu Israel dalam
60
George W Bush, 9/11 Address to the Nation: A Great People has been Moved to defend a Great Nation, diunduh pada 5 Mei 2014; Tersedia di http://www.americanrhetoric.com/speeches/gwbush911addresstothenation.htm 61 Haley Sweetland Edwards, We Are All Americas: The World’s Response to 9/11 [database on-line], Internet; diunduh pada 15 Mei 2014; Tersedia di http://mentalfloss.com/article/28724/weare-all-americans-worlds-response-911 62 Nick Howen, Military Force and Criminal Justice: The US Response to 11 September and International Law, (Jenewa: The International Council on Human Rights Policy: International Meeting on Global Trends and Human Rights,2002).
23
penyerangan di Lebanon yang menewaskan banyak kaum muslim. Banyaknya pertumpahan darah, ketakutan, dan hujan roket yang terjadi setiap hari menggugah hati Osama untuk melakukan pembalasan terhadap pelaku penyerangan tersebut.63 Sehingga, penyerangan terhadap WTC dan Pentagon AS pada 11 September 2001 adalah bentuk pembalasan Osama terhadap dukungan dan koalisi AS-Israel di Palestina dan Lebanon.64 Ketegangan antara state dan non-state actor, dalam hal ini AS dan Al- Qaeda menjadi isu popular sepanjang kekuasaan AS. Isu terorisme menjadi tantangan keamanan dunia, sehingga diperlukan strategi sebagai upaya dalam menghadapai musuh kedepannya. 65 Perubahan pengaturan keamanan AS sebagai akibat tragedi 9/11, dimulai dengan pengeluaran Quadrennial Defense Review (QDR) tahun 2001, kemudian di tahun berikutnya dokumen National Security Strategi (NSS) dan National Strategy for Homeland Security (NSHS) tahun 2002 menjelaskan tentang perubahan warna kebijakan AS sebagai dampak dari tragedi 9/11. 1.
Quadrennial Defense Review (QDR) 2001 Langkah pertama dalam merespon tragedi 9/11 oleh Pemerintahan George W.
Bush dengan menerbitkan Quadrennial Defense Review (QDR) pada 30 September 2001. QDR 2001 ini berisikan tentang strategi perencanaan pertahanan dari model “berbasis ancaman” yang mendominasi pemikiran dimasa lalu menjadi model
63
Ibid Aljazeera, Full Transcript of Bin Laden’s Speech [database on-line], Internet; Tersedia di http://www.aljazeera.com/archive/2004/11/200849163336457223.html 65 Andrew Feickert, “U.S. Military Operations in the Global War on Terrorism: Afghanistan, Africa, the Philippines, and Colombia”, CRS Report for Congress, 26 Agustus 2005 64
24
“berbasis kemampuan” untuk masa depan.66 Tragedi 9/11 adalah momentum yang menunjukkan bahwa AS masih memiliki keterbatasan militer terhadap ancaman tak terduga, seperti yang telah dilakukan oleh kelompok teroris tersebut. Sebagai upaya dalam menghadapi situasi global yang semakin berkembang, QDR 2001 menjelaskan tentang kepentingan militer sangat dibutuhkan untuk persiapan di masa mendatang. Kehadiran kelompok terorisme diakui AS sebagai tantangan yang sulit, sehingga AS harus melanjutkan pergerakan yang lebih cepat dalam pengembangan militernya. Hal ini dikarenakan komitmen AS sebagai negara adidaya bertugas untuk menyediakan keamanan dan kesejahteraan bagi semua warga Amerika dan menghormati komitmen AS di dunia.67 QDR adalah titik awal yang baik untuk transformasi sistem sumber daya manusia Departemen Pertahanan. Selain melatih militer professional, AS juga mendanai fasilitas hidup, seperti perawatan kesehatan, perumahan, bagi prajurit guna mempertahankan kualitas kekuatan yang dibutuhkan dimasa depan.68 2.
National Security Strategy (NSS) 2002 Di dalam National Security Strategy (NSS) 2002 langkah yang dipilih oleh
pemerintahan Bush dalam kerangka “global war on terror” adalah:69 1. Melakukan tindakan secara langsung serta berkelanjutan untuk senantiasa menggunakan kekuatan nasional ataupun internasional. Fokus perhatiannya adalah terletak pada teroris, organisasi teroris serta negara yang mensponsori
66 Department of Defense, Quadrennial Defense Review Report [report], Unites States of America, 2001 67 Ibid 68 Ibid 69 The National Security Strategy of the United States of America (NSS), September 2002
25
gerakan terorisme internasional yang berupaya untuk menambah atau menggunakan senjata pemusnah masal (WMD); 2. Berupaya untuk senantiasa melindungi masyarakat Amerika Serikat beserta kepentingan negara baik di dalam negeri ataupun kepentingan negara yang berada diluar wilayah Amerika Serikat, dengan cara mengidentifikasikan ancaman, kemudian menghancurkan ancaman tersebut sebelum menggangu atau memasuki wilayah kedaulatan Amerika Serikat. Hal ini dilakukan dengan atau tanpa bantuan pihak internasional sebagai bagian dari upaya membela diri dari ancaman teroris yang akan mengganggu masyarakat ataupun negara Amerika Serikat; 3. Berupaya untuk meniadakan negara-negara yang di kemudian hari akan menjadi sponsor terhadap gerakan teroris dengan cara memberikan pemahaman atau paksaan terhadap suatu negara agar mengambil tanggung jawab terhadap kedaulatan yang mereka miliki. Amerika Serikat juga akan melakukan kampanye dalam upayanya melawan terorisme dengan melakukan:70 a. Menggunakan pengaruhnya serta melakukan kerjasama dengan negaranegara mitra utama dan pendukungnya untuk senantiasa memandang bahwa terorisme tidak ubahnya dengan sebuah tindakan yang menyerupai pembajakan, perbudakan, pembunuhan masal. Tindakantindakan yang melanggar norma yang seharusnya dikecam dan tidak akan pernah mendapatkan dukungan dari negara-negara bermartabat.
70
Ibid
26
b. Mendorong dan mendukung pemerintahan yang moderat dan modern, terutama dalam komunitas muslim dunia dan memastikan bahwa idiologi terorisme tidak akan pernah mampu berkembang subur. c. Memaksimalkan diplomasi publik untuk mempromosikan kebebasan, mendapatkan saluran akses informasi, serta ide-ide secara baik. Dengan harapan agar senantiasa menghidupkan harapan serta aspirasi kebebasan terhadap komunitas-komunitas yang masih berada dibawah belenggu pemerintahan yang mendukung terorisme. 3. National Strategy for Homeland Security (NSHS) 2002 Pada bulan Juli 2002, pemerintahan Bush mengeluarkan kebijakan strategi keamanan dalam negeri atau National Strategy for Homeland Security 2002. Pada bagian awal naskah NSHS 2002, Presiden Bush memberikan pandangan yang mengatakan bahwa: “saat ini negara kita menghadapi perubahan ancaman baru.”71 NSHS 2002 diterbitkan dua bulan sebelum NSS 2002. Bertujuan untuk memberikan respon terhadap serangan 9/11 yang menjadi cerminan nyata bahwa ancaman yang datang kini memang termodifikasi.72 Terorisme negara atau pun organisasi terorisme internasional telah dan akan mendatangkan ancaman bahkan serangan
terhadap
kepentingan-kepentingan
domestik
serta
kepentingan-
kepentingan AS diluar negeri. Pemetaan terhadap ancaman ini penting agar upaya pembenahan terhadap kerentanan bisa segera diperbaiki dengan harapan serangan terhadap wilayah kedaulatan AS dapat dihindari dikemudian hari.
71 72
George W. Bush, National Strategy for Homeland Security, 2002. Ibid
27
NSHS 2002 adalah sebuah produk konsultasi yang dilakukan selama delapan bulan yang melibatkan pemerintah federal dengan segenap pengambil keputusan lokal, seperti gubernur, walikota, dan para praktisi hokum yang bertujuan agar terdapat kesamaan visi bahwa NSHS adalah sebuah strategy nasional bukan hanya menjadi dominasi pemerintah federal.73 Dalam NSHS 2002, banyak pembenahan yang dilakukan oleh pemerintahan Bush. Pembenahan ini terbagi atas beberapa bagian yang kesemuanya bermuara pada tujuan strategis yang ingin dicapai, yakni; mampu mencegah serangan teroris terhadap AS, mengurangi kerentanan AS terhadap bahaya serangan teroris, dan meminimalisir kehancuran yang ditimbulkan akibat dari serangan teroris serta melakukan upaya pemulihan pasca penyerangan teroris tersebut. Serangan 9/11 yang tidak terpikirkan sebelumnya kemudian menempatkan strategy environment dalam situasi ketidakpastian. Akhirnya mengakibatkan situasi yang sulit karena tidak dapat memprediksi kejadian secara tepat dan tepat.74 B.
Amerika Serikat dan Perang Global Melawan Terorisme Pada masa Perang Dingin, perang negara melawan negara adalah sesuatu hal
yang umum, maka saat ini justru jarang terjadi. Tantangan baru dunia adalah kehadiran kelompok terorisme internasional yang tidak diketahui secara jelas keseluruhan target sasarannya.75 Kehadiran konflik bersenjata yang dilakukan oleh aktor-aktor non negara, pada hakikatnya masih diukur sebagai kekuatan yang relatif
73
Ibid. Ibid 75 Leonard Freedman, Power & Politics in America : Sevent Edition, (USA: Harcourt Collage, 2000), hal.398 74
28
kecil jika dibandingkan dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh negara. Namun, kekuatan kecil tersebut telah menciptakan sebuah kehancuran yang sifatnya besar. Untuk itu, AS dalam hal ini merupakan negara nomor satu dunia harus melakukan transformasi kekuatan militernya agar mampu secara objektif dalam mengantisipasi tipe perang yang saat ini terjadi. Dalam upaya merespon aksi terorisme, AS mencoba untuk menarik simpati negara untuk turut mendukung kebijakan war on terrorism. Negara yang juga menjadi korban dalam serangan tersebut merupakan negara yang sangat mendukung penuh kebijakan AS. Adapun negara yang menjadi korban dalam tragedi 9/11 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II.B.1. Korban Negara Bangsa sebagai Dampak 9/11
Sumber: www.state.gov.com76
US Department of State, “The Global War on Terrorism: The First 100 Days” tersedia di http://2001-2009.state.gov/s/ct/rls/wh/6947.htm 76
29
AS memiliki keyakinan penuh atas tindakan terror yang dilakukan oleh AlQaeda. Siapakah Al- Qaeda dan apa motifnya dalam melakukan aksi terorisme sekaligus menjadikan AS sebagai sasaran utamanya. Al- Qaeda merupakan pengikut aliran keras yang terdapat di kalangan gerilyawan Muslim yang berjihad dengan dukungan AS ketika melawan invasi Uni Soviet pada tahun 1980-an di Afghanistan. Kelompok jihad tersebut tergabung dalam suatu kelompok yang di sebut sebagai “Taliban”. Pada pendudukan Uni Soviet pada tahun 1979-1989, AlQaeda menarik banyak pemuda muslim dari seluruh dunia untuk ikut serta dalam perang jihad anti Soviet. Seorang warga negara Arab Saudi bernama Osama bin Laden dan seorang warga Palestina bernama Abdullah Azzam, merupakan tokoh kunci yang mengembangkan dan membiayai gerakan perlawanan tersebut.77 Setelah kekalahan dan mundurnya Uni Soviet pada tahun 1989, Osama bin Laden dan Abdullah Azzam bersepakat untuk tidak membubarkan pasukan mujahidin. Mereka akhirnya membentuk organisasi yang di sebut sebagai AlQaeda. Adapun yang menjadi pemimpin utamanya adalah Abdullah Azzam. Akan tetapi setelah Abdullah Azzam meninggal, kepemimpinan Al- Qaeda diambil alih oleh Osama bin Laden.78 Persekutuan yang akhirnya berakhir dengan tidak baik, ketika AS mengizinkan dan mendukung Israel dalam penyerangan terhadap Lebanon tahun 1982.79 Kekecewaan Osama terhadap sikap AS yang telah menghancurkan negara 77 A.M. Hendropriyono, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam: Terorisme Jaringan Al- Qaeda, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), hal 189-190 78 Ibid, hal. 191 79 Aljazeera, Full Transcript of Bin Laden’s Speech [database on-line], Internet; Tersedia di http://www.aljazeera.com/archive/2004/11/200849163336457223.html
30
Islam tersebut mengundang rasa sakit hati dan pembalasan yang terlaksana melalui penyerangan WTC dan Pentagon AS tahun 2001. Peristiwa inilah yang memberikan duka mendalam bagi warga AS. Tidak ada kata maaf bagi pelaku serangan 9/11. Bagi AS, Osama bin Laden adalah tokoh antagonis yang harus dibunuh karena dianggap sebagai dalang dari berbagai aksi terorisme yang telah dilancarkan Al- Qaeda. Berbeda halnya dengan pandangan Rohan Gunaratna, di dalam wawancaranya dengan seorang kelompok Al- Qaeda dinyatatakan tentang Osama bin Laden bahwa: The West, and the rest of the world, are accusing Osama bin Laden of being the prime sponsor and organizer of what they call ‘international terrorism’today. But as far as we are concerned, he is our brother in Islam. He is someone with knowledge and a mujahid fighting with his wealth and his self for the sake of Allah. He is a sincere brother and he is completely the opposite to what the dis- believers are accusing him of. We know that he is well established with the mujahideen in Afghanistan and other places in the world. What the Americans are saying is not true. However, it is an obligation for all Muslims to help each other in order to promote the religion of Islam.Osama bin Laden is one of the major scholars of the jihad, as well as being a main commander of the mujahideen worldwide. He fought for many years against the Communists in Afghanistan and now is engaged in a war against American imperialism.80 (Ibnul-Khattab, Komandan Militer Mujahidin di Kaukasus) Barat, dan seluruh dunia, menuduh Osama bin Laden sebagai sponsor utama dan penyelenggara apa yang mereka sebut terorisme internasional saat ini. Tapi kita turut prihatin, karena dia saudara kita di Islam. Dia adalah seseorang yang berjuang dengan pengetahuan, harta dan dirinya demi Allah. Dia adalah saudara yang tulus dan dia benar-benar berlawanan dengan apa yang dituduhkan pihak Barat. Kita tahu bahwa ia telah membesarkan mujahidin di Afghanistan dan tempat-tempat lain di dunia. Apa yang dikatakan Amerika adalah tidak benar. Namun, sudah menjadi kewajiban bagi semua umat Islam untuk saling membantu dalam rangka untuk mempromosikan agama Islam. Osama bin Laden adalah salah satu ulama besar dari jihad, serta menjadi komandan utama mujahidin di seluruh dunia. Dia berjuang selama bertahun80
Rohan Gunaratna, Inside Al- Qaeda: Global Network of Terror, (New York: Cloumbia University Press, 2002), hal. 16
31
tahun terhadap komunis di Afghanistan dan sekarang terlibat dalam perang melawan imperialisme Amerika. (terjemahan penulis)
Dua sumber yang berbeda akan memberikan keterangan yang berbeda pula, inilah yang dapat disimpulkan untuk memahami dua pihak yang berseberangan. Bagi AS, Al- Qaeda merupakan suatu kelompok yang sangat sulit ditebak. Dimulai dari infrastruktur organisasi dan operasionalnya sangat berbeda dengan kelompok gerilya atau kelompok teroris lain, kesalahan dalam pengambilan kebijakan oleh AS juga mendatangkan dampak yang lebih besar, hal ini terbukti dari adanya intervensi AS di Afghanistan tahun 2001 telah mendorong perkembangan perekrutan, pelatihan , dan logistik Al- Qaeda ke jaringan global.81 Dari penyelidikan yang telah dilakukan oleh Pemerintah AS, terbukti bahwa Al- Qaeda telah menyalurkan dana kepada beberapa kelompok teroris lain yang dianggap sebagai afiliasinya. Adapun yang memiliki hubungan dengan aset dana teroris global adalah: Al Qaida/Islamic Army Abu Sayyaf Group (Philippines), Armed
Islamic
Group
(Algeria),
Harkat
ul-Mujahidin
(Kashmir),
Al
Jihad/Egyptian, Islamic Jihad, Islamic Movement of Uzbekistan, Asbat al-Ansar, Salafist Group for Call and Combat (Algeria), Libyan Islamic Fighting Group, AlItihaad al-Islamiya, Islamic Army of Aden, Osama bin Laden, Muhamad Atif, Sayf al-Adl, Shaykh Sai’id, Muhammad Atef, Ibn Al-Shaykh al-Libi, Abu Zubaydah, Abd al-Hdi al-Iraqi, Ayman al-Zawahiri, Thirwat Salah Shihata, Tariq Anwar alSayyid Ahmad, Muhammad Salah, Makhtab Al Khidamat/Al Kifah, Wafa
81
Rohan Gunaratna, Inside Al- Qaeda, hal. 54
32
Humanitarian Organisation, Al Rashid Trust Mamoun Darkanzanli Import Export Company.82 Mengulas kembali ideologi utama Al- Qaeda berdasar pada pemahaman yang keliru terhadap sistem kepercayaan Islamisme dan mengejar jihad. Para jihadis ini menafsirkan bahwa jihad sebagai “perang suci”. Pada hakikatnya, jihad adalah tenaga dari upaya maksimal seseorang untuk mencapai tujuan atau untuk mengusir sesuatu yang dibenci.83 Al- Qaeda dinyatakan sebagai kelompok teroris multinasional pertama pada abad ke-21. Awalnya, pergerakan Al- Qaeda dianggap menghina kekuatan AS dan memunculkan respon yang berkelanjutan. Kebijakan Perang Global melawan Terorisme atau jaringan Al- Qaeda menjadi arus utama politik luar negeri sejak Pemerintahan George W. Bush. Musuh yang dikenal saat ini adalah gerakan organisasi transnasional ekstrimis, jaringan, dan individu. Anggota negara dan non-negara pendukung gerakan memiliki kesamaan, yaitu sama-sama mengeksploitasi Islam dan menggunakan terorisme sebagai tujuan ideologis. Al- Qaeda dan afiliasinya yang ekstrimis adalah manifestasi yang paling berbahaya, di bandingkan dengan
82 Dikutip Rohan Gunaratna,” Inside Al- Qaeda”, hal 66-67 dari Muhammad Salah, “Secret Relationship between al-Zawahiri and bin Laden: The Juhad Turned bin Laden into a Mujahid, “ (Cairo: Al- Hayat, 1998) hal. 6 83 Ibid, hal.69
33
beberapa kelompok ekstrimis kekerasan lain yang juga dapat menimbulkan ancaman serius dan berkelanjutan.84 Hal yang paling mendasari alasan maraknya aksi terorisme ini termotivasi oleh ideologi ekstrimis yang bertentangan dengan kebebasan, toleransi, dan modernisasi. Sehingga, kelompok ekstrimis tersebut menggunakan terorisme sebagai alat untuk mencapai tujuan kelompok dengan menargetkan orang-orang biasa untuk menghasilkan rasa takut untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dalam mengejar tujuan-tujuan politik, agama, atau ideologi. Sehingga, menghambat dan melemahkan kemajuan politik, ekonomi, keamanan, dan stabilitas sistem internasional dan masa depan masyarakat sipil.85 Sebagai upaya dalam memerangi terorisme, Pemerintahan AS mengkaji secara mendalam yang menjadi target dalam perang melawan terorisme tersebut. Ideologi yang radikal telah melakukan perekrutan pejuang dari seluruh penjuru dunia menjadi tantangan global saat ini. Beberapa upaya yang telah dilakukan AS dalam upaya pemberantasan terorisme pasca 9/11 adalah penggulingan rezim “Taliban” di Afghanistan tahun 2001 dan juga Invasi AS di Irak pada tahun 2003. Kebijakan perang melawan terorisme dari pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden, George W. Bush, secara umum tergambar dalam sejumlah dokumen seperti The National Security Strategy of the United States of America (2002), National Strategy for Homeland Security (2002), National Security
84
Fawaz A. Gerges, The Rise and Fall of Al- Qaeda, 2011, (New York: Oxford University Press, Inc), hal. 71 85 Ibid, hal 80
34
Strategty to Combat Weapons of Mass Destruction (2002), dan National Strategy for Combating Tenorism (2003). Selain ketiga dokumen strategi tersebut, ada pula sejumlah “Executive Order” dari Presiden, dan pidato-pidato Presiden George W. Bush yang kemudian dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam perang melawan terorisme.86 PBB sebagai organisasi dunia juga turut mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) terkait tindakan terorisme, diantaranya;87 1. Resolusi DK PBB Nomor 1333 tahun 2000 tanggal 19 Desember 2000 yang ditunjukkan secara khusus untuk pencegahan suplai senjata atau kapal terbang atau kelengkapan militer ke daerah Afganistan dan seruan kepada seluruh anggota PBB untuk membekukan aset-aset Osama bin Laden. 2. Resolusi DK PBB Nomor 1368 tahun 2001 tanggal 12 September 2001 tentang pernyataan simpati PBB terhadap Korban Tragedi 11 September 2001 dan seruan kepada seluruh negara anggota PBB untuk melakukan langkah - langkah untuk merespon serangan teroris tersebut. Tahun 2001 adalah awal dimulainya Perang Global Melawan Terorisme. AS melakukan penyerangan ke Afghanistan untuk menggulingkan rezim Taliban atas persetujuan Senat AS pada September 2001, dengan mempergunakan kekuatan militer melawan kelompok Al- Qaeda dan Pemerintah Taliban yang diduga
86 The President, “Establishing the Global War on Terrorism Medals”, Federal Register, Vol. 68, No. 50 (2003) 87 Dikutip dari artikel jurnal yang ditulis oleh Lisa Meri, “Terorisme Tindak Pidana Transnasional Dalam Pengadilan Nasional”, Jurisprudentie, Vol. 1 No. 2 (2014), hal. 45
35
melindungi Al- Qaeda.88 Hal serupa juga dilakukan oleh Presiden Bush terhadap rezim Saddam Husein di Irak pada Maret 2003. AS menuduh Irak tidak mematuhi resolusi-resolousi DK PBB dengan mengembangkan senjata pemusnah massal, dan dianggap memiliki jaringan dengan Osama bin Laden dan melindunginya di Irak.89 Dalam 100 hari perang, tepatnya 10 November 2001, Presiden George W. Bush menyampaikan kampanye Global War on Terrorism dan mencoba untuk menjalin koalisi negara dunia untuk:90 1. Mulai menghancurkan pegangan Al- Qaeda di Afghanistan dengan menggulingkan Taliban dari kekuasaan. 2. Menghancurkan operasi global Al- Qaeda dan pendanaan jaringan teroris. 3. Menghancurkan Kamp pelatihan teroris Al- Qaeda 4. Membantu orang yang tidak bersalah dari Afghanistan dan melindungi mereka dari terror Taliban. 5. Membantu Afghanistan mengesampingkan perbedaan lama untuk membentuk pemerintahan sementara yang mewakili semua warga Afghanistan, termasuk perempuan. 6. Presiden Bush menerapkan kebijakan luar negeri yang komprehensif dan visioner melawan terorisme internasional. Bush menyampaikan pada dunia bahwa negara yang mendukung, melindungi, ataupun mendonorkan
88
Steve Bowman, War in Afghanistan: Strategy, Military Operations, and Issues for Congress, CRS 3 Desember 2009. Hal. 4 89 Wendy S. Davis, Providing a Framework to Understanding Why the US Invaded Iraq in 2003 [thesis], 2007. Hal. 36 90 US Departmen of State, The Global War on Terrorism: The First 100 Days, 2001, http://2001-2009.state.gov/s/ct/rls/wh/6947.htm
36
bantuan dianggap sama atau disetarakan dengan terorisme yang menjadi musuh bersama. Sebagaimana disampaikan sebelumnya, aksi kelanjutan yang dilakukan AS adalah invasi AS ke Irak pada tahun 2003. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi AS melakukan invasi adalah: Tuduhan AS bahwa Irak telah mempersiapkan sejata pemusnah massal yang sangat mengancam keamanan negara-negara, menyingkirkan ancaman teroris internasional dan membebaskan rakyat Irak dari penindasan rezim Saddam Husein dengan cara memulihkan demokrasi di Irak.91 Dua aksi militer yang telah dilancarkan AS tidak memiliki dasar yang kuat, sehingga banyak negara yang beranggapan bahwa penggulingan rezim Taliban dan invasi AS ke Irak merupakan dua fenomena yang sangat merugikan.92 Hal ini dikarenakan tidak adanya jaminan keselamatan dari tindakan terorisme pasca upaya AS di Afghanistan dan Irak. Pada tahun 2008, Kepemimpinan George W. Bush digantikan oleh Barack Obama. Obama merupakan Presiden terpilih dari Partai Demokrat, berbeda halnya dengan George W. Bush yang berasal dari parta Republik. Menindaklanjuti kebijakan war on terror oleh Obama, ia berusaha untuk bersikap lunak terhadap Irak dan Afghanistan dengan mengurangi pasukan militernya di kedua negara tersebut. Obama memiliki visi untuk menyeimbangkan kembali situasi AS terhadap
91
Mustafa Abd Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, (Jakarta: Kompas, 2003),
hal.57 92
Ibid, hal. 57
37
Kebijakan War on Terror dengan cara merubah ideologi, perspektif, dan aliansi untuk memperkuat AS.93 Obama mengedepankan soft power dalam menghadapi tantangan global.94 Artinya, dalam menghadapi terorisme internasional, AS tidak serta merta memandang negara Islam sebagai sarang teroris, justru AS mencoba untuk menjalin aliansi yang baik dalam sektor ekonomi, politik, dan budaya dengan negara lain, seperti upaya yang dilakukan oleh Obama dengan membangun hubungan kembali dengan Iran terkait nuklir dengan Rusia dan berjanji akan mengakhiri kependudukan AS di Irak.95 Meski demikian, kebijakan war on terror tetap menjadi prioritas AS. Perkembangan gerakan-gerakan ekstrimis Islam radikal yang berpotensi menjadi ancaman, seperti Al- Shaabab yang berbasis di Somalia menjadi tantangan tersendiri bagi AS. Berkaitan dengan hal tersebut, AS berupaya untuk mengeluarkan kebijakan yang efektif yang diharapkan mampu mengatasi perkembangan gerakan Al- Shaabab kedepannya. Keseriusan AS dalam mengatasi pergerakan terorisme guna mencapai misi AS dalam menciptakan kehidupan dunia yang damai, dan mempertahankan kebebasan.
Boaz Ganor, “Identifing the Enemy in Counterterrorism Operations-A Comparison of the Bush and Obama Administrations”, International Law Studies: US Naval War Collage, Vol. 90 (2014), hal. 342-349 94 Tom Curry, Obama Continues Ekstends Some Bush Terrorism Policies, 2013 [database online]; Internet, diunduh pada 28 Mei 2015 tersedia di http://nbcpolitics.nbcnews.com/_news/2013/06/06/18804146-obama-continues-extends-somebush-terrorism-policies?lite 95 Ibid 93
38
BAB III TERORISME AL-SHAABAB DI SOMALIA DAN AFILIASINYA DENGAN AL- QAEDA
Terorisme selalu dikaitkan dengan kekerasan dan bertentangan dengan tingkah laku pemerintah negara. Dipengaruhi oleh berbagai faktor pendorong, keberadaan terorisme semakin luas dan berkembang terutama di negara-negara miskin, seperti Somalia. Federal Bureau of the Investigation (FBI) mendefenisikan terorisme internasional dengan tiga karakteristik, yaitu:96 1. Melibatkan tindakan kekerasan atau segala tindakan yang berbahaya bagi kehidupan manusia yang melanggar hukum federal atau negara. 2. Tindakan dimaksudkan untuk (i) mengintimidasi atau memaksa penduduk sipil; (ii) mempengaruhi kebijakan Pemerintah dengan intimidasi atau pemaksaan; atau (iii) mempengaruhi perilaku Pemerintah terkait senjata pemusnah massal, pembunuhan, penculikan atau; dan 3. Terutama terjadi di luar wilayah yurisdiksi AS, atau melampaui batas-batas nasional dalam hal sarana yang mereka capai. Pernyataan AS pada tahun 2008,97 menyatakan bahwa saat ini kelompok AlShaabab yang beroperasi di Somalia merupakan gerakan terorisme internasional. Untuk menelaah pernyataan tersebut, maka pada bab ini akan dijelaskan tentang
96
FBI, Definition of Terrorism in the U.S. Code [database on-line]; Internet, diunduh pada 7 Oktober 2014; Tersedia di http://www.fbi.gov/about-us/investigate/terrorism/terrorism-definition 97 US Department of State Bureau of Counterterrorism, Country Reports on Terrorism, 2014
39
situasi politik Somalia yang memunculkan gerakan kelompok Al- Shaabab dan mengapa ia disebut sebagai terorisme internasional, serta keterikatan kelompok tersebut dengan jaringan Al- Qaeda.
A.
Dinamika Politik Internal Negara Somalia Somalia merupakan negara yang belum memiliki parlemen formal lebih dari
dua dekade setelah penggulingan Presiden Siad Barre pada tahun 1991.98 Ketidakstabilan pemerintahan berdampak pada tingginya perilaku anarkis antar masyarakat Somalia yang berujung pada maraknya kemiskinan, kelaparan, dan kekeringan berkepanjangan. Keterpurukan yang dialami Somalia terhitung sejak tahun 1992 hingga 2012.99 Tahun 2012 merupakan tahun awal yang menjadi era baru bagi Somalia. Bantuan kemanusiaan, serta pembentukan Pemerintahan Transisi Federal Somalia (TFG) yang diakui secara internasional telah mencoba untuk mengambil alih kepemimpinan di Somalia. Meskipun, sebelumnya kekuatan ICU telah menyebar hampir di seluruh wilayah Somalia, tetapi banyaknya pengaruh pihak luar akhirnya mempengaruhi secara drastis masalah perpolitikan internal Somalia.100 Dinamika politik internal Somalia yang kian memburuk menarik perhatian dunia. Hal ini dikarenakan sulitnya mencapai kesejahteraan dan kesepahaman
Abdullahi M. Odowa, “Somalia Clan and State Politics: What can current leaders in Somalia learn from their past history?”, The ITPCM International Commentary, Vol. IX, No 34 (2013). 99 Somalia: Security and Humanitarian Situation in South and Central Somalia, 2014, tersedia dihttps://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/390329/cig_soma lia_security_situation_v20.pdf 100 Rob Wise, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies: Case Study No. 2 (2011) 98
40
antara Pemerintah Transisi Somalia (TFG) dan kelompok pemuda Islam Somalia yang lebih dikenal dengan Al- Shaabab.101 Benturan kepentingan dan intervensi asing telah mengembangkan permasalahan yang semakin sulit. Terlihat dari munculnya dua kelompok yang sama-sama bersaing untuk merebut wilayah kekuasaan di Somalia. Konflik yang berawal dari perang saudara pasca penggulingan Siad Barre telah memberikan petaka yang menurunkan posisi Somalia di dunia.102 Failed State merupakan julukan yang diberikan bagi Somalia karena ketidakmampuannya
dalam
mewujudkan
stabilitas
pemerintahan,
serta
ketidakmampuannya dalam mengatasi penanggulangan bencana, kekeringan, kemiskinan, dan kelaparan.103 Somalia merupakan wilayah yang terletak di kawasan Afrika Timur yang dikuasai oleh Inggris (wilayah utara) dan Italia (wilayah selatan). Namun, pada tahun 1960, Inggris menarik diri dari wilayah kekuasaannya dan situasi tersebut dimanfaatkan oleh Italia dengan menggabungkan kedua wilayah serta membentuk negara baru, yaitu Republik Somalia.104 Wilayah Somalia sangatlah strategis, selain letak geografisnya yang berada diantara 3 negara besar, seperti Ethiopia, Kenya dan Djibouti, negara ini juga berbatasan dengan Teluk Aden dan Samudera Hindia.105 Ditambah lagi, Somalia Norwegian Organisation for Asylum Seekers, “Persecution and Protection in Somalia” [database On-line], hal. 24 102 Ibid, hal. 23 103 Anna Yulia Hartati, Konflik Internal Somalia dalam Konteks Perang Sipil, SPEKTRUM Jurnal Ilmu Politik Hubungan internasional, Vol. 8, No. 1, Januari 2011 104 Peter T. Leeson, Better off Stateless: Somalia before and after government collapse, Journal of Comparative Economics 35 (2007) 689-710 105 Dr. Abdullahi A. Osman, et all, Operationalizing African-led Solutions in Peace and Security, Case Study: South Sudan and Somalia, IPSS and APSP, 2013 101
41
juga memiliki garis pantai terpanjang di Benua Afrika, yakni sepanjang 3.330 km.106 Adapun lokasi strategis Somalia dapat dilihat pada peta di bawah ini. Gambar III.A.1. Wilayah Somalia
Sumber: www.nctc.gov.com107
Sejak kemerdekaannya, Republik Somalia merupakan sebuah negara demokrasi parlementer. Namun pada tahun 1969, sebuah kudeta yang dipimpin oleh Mohamed Siad Barre telah berhasil membentuk Pemerintahan baru yang otoriter.108 Kemudian pada tahun 1970, Siad Barre dibawah pengaruh Uni Soviet mengubah kediktatorannya menjadi sosialis. Kebijakan ini dikenal dengan istilah scientific socialism yang bertujuan untuk menghapuskan clanism dalam memperkuat politik berdasarkan pada kelompok-kelompok.109 Masa pemerintahan Siad Barre ditandai dengan banyaknya penganiayaan, pemenjaraan, dan penyiksaan terhadap penduduk sipil, lawan politik dan
106
Security Council, Report of the Secretary-General on the protection of Somali natural resources and waters, United Nations, (2011) 107 Lihat Grup Al- Shaabab dalam National Counterterrorism Center; Tersedia di http://www.nctc.gov/site/groups/al_shabaab.html 108 Peter T. Lesson, “Better off stateless: Somalia before and after government collapse”, Journal of Comparative Economics 35 (USA: George Mason University,2007) hal. 689-710 109 Anna Yulia Hartati, “Konflik Internal Somalia dalam Konteks Perang Sipil”, SPEKTRUM Jurnal Ilmu Politik Hubungan internasional, Vol. 8, No. 1, Januari 2011
42
pembangkang.110 Pemerintahan yang otoriter memicu munculnya gerakan-gerakan baru secara sembunyi, berusaha untuk menggulingkan pemerintahan Siad Barre. Dan akhirnya, penggulingan pemerintahan tersebut terjadi pada awal tahun 1991.111 Penggulingan kekuasaan Siad Barre terjadi ketika situasi politik yang tersentralisasi mengakibatkan kekacauan ekonomi, institusi politik yang tidak berjalan, korupsi merajalela, semangat juang penduduk sipil yang sangat minim sedangkan semangat juang kesukuan sangat tinggi.112 Situasi ini memunculkan pihak-pihak yang berani menentang dan berhasil menggulingkan kepemimpinan diktator Siad Barre. Mereka adalah Ali Mahdi Mohamad yang merupakan pendiri Kongres Persatuan Somalia (United Somali Congress/USC) dan Jenderal Mohamed Farah Aideed yang merupakan pemimpin dari sayap militer USC.113 Keberhasilan dalam menggulingkan pemerintahan Siad Barre memunculkan permasalahan baru. Dua pihak yang bekerjasama antara Ali Mahdi Mohammad dan Mohamed Farah Aideed bersaing untuk mendapatkan posisi sebagai pemimpin negara Somalia yang sedang mengalami kekosongan (status quo).114 Bersamaan dengan runtuhnya rezim otoriter, Somaliland bekas protektorat Inggris menyatakan kemerdekaannya, namun tidak mendapatkan pengakuan dan dukungan dari dunia internasional. Pada tahun 1998, wilayah Puntland kemudian
Peter T. Leeson, “Better off Stateless: Somalia before and after government collapse”, Journal of Comparative Economics 35 (2007), hal. 689-710 111 Abdullahi M. Odowa, “Somalia Clan and State Politics: What can current leaders in Somalia learn from their past history?”, The ITPCM International Commentary, Vol. IX No 34 (2013). 112 Peter T. Leeson, “Better off Stateless: Somalia before and after government collapse”, Journal of Comparative Economics 35 (2007) hal. 689-710 113 Somalia Civil War-Southern Somalia [database on-line]; Internet, diunduh pada 5 Juni 2014; Tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/war/somalia-south.htm 114 Ibid 110
43
menyusul menyatakan semi-otonom dan menyerukan perlunya pemerintahan federasi Somalia.115 Kondisi politik yang tidak stabil melahirkan sebuah gerakan yang dikenal dengan Uni Pengadilan Islam ( Islamic Court Union/ICU).116 ICU dipimpin oleh Sharif Syeikh Ahmed guna untuk menghentikan krisis berkepanjangan dengan cara menerapkan Syariat Islam dan menjadikan Somalia sebagai negara Islam.117 Pada awalnya, ICU adalah ciptaan al-Ittihad al-Islamiyah (AIAI), sebuah kelompok yang dibentuk pada tahun 1984 dari al-Jamma al-Islamiya dan Wahdat al-Shaabab al-Islam.118 Kemudian, pada tahun 1960-an selama munculnya Sayyid Qutb yang menulis tentang militan radikal Islam anti-Barat mempengaruhi kelompok ini untuk melakukan serangan lintas perbatasan terhadap pasukan Ethiopia dengan bantuan Oromo Liberation Front (OLF, kelompok separatis Ethiopia etnis Somalia).119 ICU didirikan pada tahun 2000 setelah AIAI mengalami kerugian yang signifikan selama konfrontasi dengan pasukan Ethiopia. AIAI diyakini sebagai pendukung Al- Qaeda dan ditetapkan sebagai Foreign Terrorist Organization (FTO) oleh Departemen Luar Negeri AS.120
115 Puntland Development Research Center, The Puntland Experience:A Bottom-up Approach to Peace and State Building, Peace Initiatives in Puntland 1991-1997, hal. 25 116 Rob Wise, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies: Case Study No. 2 (2011) 117 The Supreme Islamic Courts Union/al-Ittihad mahakem al-Islamiya (ICU) [database online]; Internet. Diunduh pada 5 Juni 2014; Tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/para/icu.htm 118 Rob Wise, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies: Case Study No. 2 (2011) 119 Ibid 120 The Supreme Islamic Courts Union/al-Ittihad mahakem al-Islamiya (ICU) [database online]; Internet. Diunduh pada 5 Juni 2014; Tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/para/icu.htm
44
Kehadiran ICU dianggap sebagai awal perubahan arah politik Somalia yang lebih baik. Namun, kemunculan Pemerintahan baru yang menjadi oposisi ICU adalah Pemerintah Transisi Somalia (Transitional Federal Government/TFG) akan menjadi penghambat dalam upaya pencapaian misi ICU. TFG didirikan pada tahun 2004 di Nairobi, Kenya karena pada saat itu kondisi Mogadishu tidak stabil dan tidak aman. Kemudian pada awal tahun 2006 TFG dipindahkan ke Baidoa dibawah pengawasan Ethiopia.121 TFG adalah Pemerintah republik Somalia yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Afrika, serta AS. TFG didirikan berdasarkan Piagam Federal Transisional yang diadopsi pada bulan November 2004. Piagam tersebut berfungsi sebagai konstitusi Somalia. Konstitusi tersebut menjelaskan tentang tata cara pengoperasian pemerintahan Somalia.122 ICU dan TFG merupakan dua kelompok yang tidak sejalan. ICU lebih mengedepankan konstitusi yang berpedoman pada Syariat Islam, sedangkan TFG lebih mengarah kepada konstitusi yang di bentuk oleh pihak Barat. Pemahaman yang tidak sejalan ini menjadikan rentannya konflik antara kedua kelompok. TFG telah berupaya untuk menjalin hubungan dengan ICU dengan melibatkannya dalam berbagi forum kebijakan. Namun, kebijakan TFG menimbulkan ketidakpuasan terhadap ICU karena setiap kebijakan TFG selalu dibawah pengaruh Barat.123
121 Rob Wise, Al-Shaabab, Center for Strategic and International Studies, Case Study Number 2, July 2011 122 Ibid 123 Adlini Ilma Ghaisany Sja, Tracing Al Shabaab’s Decision to Cooperate with Al Qaeda in Somalia (2008), Journal of Terrorism Research, Vol. 5, Issue 1 (Special Issue) - February 2014
45
Awal mula konflik keduanya terjadi ketika TFG menuduh ICU memiliki keterkaitan dengan teroris internasional. Hal ini menyebabkn terjadinya pertempuran antara keduanya. Tahun 2006 dilakukan perundingan damai untuk menyelesaikan konflik antara TFG dan ICU yang disebut dengan negosiasi Khartoum yang dipimpin oleh Liga Arab beserta Amerika, namun pertempuran antara TFG dan ICU masih terus berlangsung.124 Hingga pada Juni 2006, ICU telah menguasai sebagian besar wilayah Selatan Somalia dan Mogadishu.125 Melihat kekuatan ICU yang begitu besar, TFG meminta bantuan Ethiopia untuk melawan ICU. Pada Desember 2006, Ethiopia melakukan invasi terhadap Somalia dengan dukungan AS untuk menjatuhkan ICU.126 Pasukan TFG dengan dukungan militer Ethiopia akhirnya mengalahkan ICU. Namun kehadiran Ethiopia telah menghasut timbulnya pemberontakan baru dan situasi berubah di luar kontrol. Diantaranya, milisi muda ICU atau Al- Shaabab melakukan pemberontakan dan perlawanan yang lebih besar terhadap TFG. Akibat situasi yang tidak stabil, TFG meminta agar pasukan Ethiopia tetap berada di Somalia karena khawatir ICU kembali menguasai Somalia seperti sebelum adanya invasi dari Ethiopia. Ethiopia akhirnya sepakat hanya akan menarik diri setelah adanya misi perdamaian multinasional datang ke Somalia.127 Ketidakberdayaan Somalia telah mengundang perhatian dunia, intervensi asing yang semakin banyak memunculkan kelompok-kelompok baru yang terkotak-kotak, berusaha untuk menguasai Somalia. Al- Shaabab yang bermukim
124
Ibid Ibid 126 Ibid 127 Ibid 125
46
tetap di Somalia menjadi alasan utama pihak asing dalam melancarkan prajuritnya untuk menghancurkan Al- Shaabab dan afiliasinya sekaligus sebagai upaya pencegahan terjadinya save heaven (surga) bagi para terorisme.128
B. Gerakan Terorisme Al- Shaabab di Somalia dan Perkembangannya Al- Shaabab merupakan kelompok muda bagian dari Uni Pengadilan Islam (ICU) yang pada tahun 2006 terkontrol di Mogadishu. Al- Shaabab ini dikenal sebagai kelompok Islam yang menguasai sekitar setengah dari wilayah TengahSelatan Somalia yang diperkirakan memiliki pejuang antara 7000-9000 orang, yang direkrut dari Somalia hingga negara Barat.129 Al- Shaabab awalnya muncul sebagai sisa dari al Itihaad al Islamiya (AIAI) yaitu sebuah organisasi teroris Wahhabi Islam yang muncul di Somalia pada tahun 1980-an dengan tujuan menggantikan rezim Mohammed Siad Barre dengan negara yang menerapkan syariat Islam. Pada tahun 2000, sisa-sisa AIAI sebagian besar masih muda sehingga direformasi menjadi kelompok Al- Shabab dan sebagian dimasukkan ke ICU sebagai milisi pemuda radikal.130 Kegagalan ICU dalam menghadapi tentara Ethiopia pada akhir 2006 memunculkan
gerakan
milisi
Al-
Shaabab
yang
mencoba
melakukan
pemberontakan dengan menggunakan kekerasan dan perang gerilya, serta teknis teroris terhadap Pemerintah Transisi Federal Somalia (TFG). Pengembangan dan
Bridget L. Coggins, “Do Failed States Produce More Terrorism: Initial Evidence From Non-traditional Threat Data (1999-2008)”, Center for International Peace and Security Studies, Mcgill University (2011) 129 BBC, Who are Somalia’s Al Shaabab [database on-line] Internet, diunduh pada 20 November 2014; Tersedia di http://www.bbc.com/news/world-africa-15336689 130 Ibid 128
47
radikalisasi Al- Shaabab ini berlangsung dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya, yaitu: Pertama, Invasi Ethiopia membuka peluang besar bagi AlShaabab untuk menarik rakyat Somalia dalam memusuhi Ethiopia dengan merekrut ribuan relawan nasionalis. Kedua, Invasi memaksa Al- Shaabab untuk mengadopsi strategi operasional gerilya bergaya efektif sebagai sarana melawan Ethiopia yang maju ke Selatan. Ketiga, Memaksa para pemimpin ICU yang telah diberikan pengaruh tingkat moderat oleh Al- Shaabab Somalia melarikan diri.131 Kemudian pada bulan Februari 2012, Al- Qaeda mengumumkan bahwa pemimpin Al- Shaabab Ahmed Abdi Aw-Mohamed (Godane) telah berjanji untuk taat kepada Ayman al-Zawahiri (Osama bin Laden) dan Al- Qaeda. Bahkan AlShaabab juga telah mengembangkan hubungan dengan AQAP dan AQIM. 132 Banyaknya perubahan yang dialami oleh Al- Shaabab mendorong kelompok ini untuk melakukan penyerangan di luar wilayah Somalia. Akan tetapi sejak tahun 2011, kapasitas operasional Al- Shaabab jauh berkurang dikarenakan adanya kampanye militer terhadap Al- Shaabab. Pada tahun 2012, TFG telah menjalin kerjasama dengan AU dengan menempatkan misi perdamaian Somalia atau AMISOM yang melakukan penempatan pasukan militer Ethiopia dan sekutu untuk mengontrol dan mengawasi segala gerak-gerik Al- Shaabab yang berda di wilayah Mogadishu dan Selatan Somalia.
131
Graham Turbiville, Josh Meservey, James Forest, Countering the al-Shabaab Insurgency in Somalia: Lessons for U.S. Special Operations Forces, (Joint Special Operations University (JSOU) Report 14-1, 2014), hal. 8 132 US Department of State, U.S. Government Designated Foreign Terrorist Organizations [database on-line]; Internet, diunduh pada 20 Juli 2014; Tersedia di http://www.state.gov/j/ct/rls/crt/2012/209989.htm
48
Situasi sulit tidak memberikan ruang yang luas kepada Al- Shaabab untuk menjalankan rencananya, sehingga Al- Shaabab lebih mengandalkan serangan langsung dan taktik asimetris dalam melawan AMISOM, Somalia, dan pasukan Kenya yang menyerang Al- Shaabab pada tahun 2011.133 Serangan yang dilakukan Al- Shaabab telah difasilitasi dengan penggunaan alat peledak yang canggih. Al- Shabaab telah menggunakan intimidasi dan kekerasan sebagai bentuk respon terhadap tindakan TFG. Selain itu, Al- Shaabab juga melakukan perekrutan secara paksa, dan membunuh aktivis yang bekerja untuk menciptakan perdamaian melalui dialog politik dan rekonsiliasi.134 Kelompok Al- Shaabab mengaku bertanggung jawab atas beberapa pemboman dan penembakan di seluruh Somalia dan menargetkan pasukan AMISOM dan pejabat Somalia.135 Dan mereka juga mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan sejumlah tokoh masyarakat sipil, pejabat pemerintah, dan wartawan. Pejuang Al- Shabaab juga mengaku setia kepada kelompok yang telah melakukan serangan kekerasan dan telah membunuh para relawan internasional dan anggota LSM.136 Al- Shabaab kehilangan kontrol penuh atas wilayah pada tahun 2011 dan 2012. Pada bulan September 2012, Al- Shabaab kehilangan kendali Kismayo sebagai sumber untuk mendapatkan pasokan dan pendanaan melalui pajak.137
133
Abdullahi Boru Halakhe, Kenya is Losing The Plot Againts Al- Shaabab [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Oktober 2015; Tersedia di http://america.aljazeera.com/opinions/2015/4/kenya-is-losing-the-plot-against-al-shabab.html 134 Ibid 135 Somalia Country Report, Bertelsmann Stiftung’s Transformation Index (BTI) 2014. hal. 7 136 Ibid 137 Rob Wise, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies, Case Study No. 2 (2011)
49
Meski demikian, Al- Shabaab terus mengontrol sebagaian besar dari daerah pedesaan di daerah Jubba, serta daerah Bay dan Bakol dan ditambah dengan kehadirannya di Somalia utara sepanjang Pegunungan Golis dan dalam wilayah kota besar Puntland.138 Pada kenyataannya, Invasi Ethiopia berhasil atas ICU namun hal inilah yang akhirnya menjadi faktor utama transformasi Al- Shaabab, “mengubah kelompok dari kecil, relatif tidak penting di bagian negara ini menjadi gerakan Islam moderat yang termasuk dalam faksi bersenjata paling kuat dan radikal di Somalia”.139 Perhatian negara Barat yang semakin tinggi terhadap kondisi Somalia, menjadikan Al- Shaabab berupaya untuk mencari aliansi dengan kelompok radikal lainnya yang memiliki misi yang sama untuk menegakkan syariat Islam. Sehingga pada tahun 2008, Al- Shaabab mencoba untuk menjalin hubungan ke dengan AlQaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden. Sejak tahun 2009, hubungan Al- Shaabab dengan Al- Qaeda semakin harmonis pada struktur dan strategi operasional. Pertama, afiliasi Al- Shabab dengan Al- Qaeda secara signifikan mengubah komponen kepemimpinannya. Setelah kematian pemimpinnya, Aden Hashi Ayro pada Mei 2008, struktur komando Al- Shabab diisi oleh sejumlah anggota inti Al- Qaeda yang mengambil peran pada kepemimpinan kelompok Al- Shaabab. Kedua, sampai dengan tahun 2008, Al- Shabab memanfaatkan taktik gerilya yang relatif konvensional dalam menyerang pasukan Ethiopia di Somalia.
Somalia Country Report, Bertelsmann Stiftung’s Transformation Index (BTI) 2014. Rob Wise, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies, Case Study Number 2, July 2011 138
139
50
Adanya peningkatkan hubungan kelompok Al- Shaabab dengan Al- Qaeda telah memberikan pengaruh signifikan dalam upaya perlawanan yang lebih tragis, seperti serangan bunuh diri dan aksi kekerasan turun ke jalan. Hal ini mencerminkan pergeseran oleh persahabatan yang tumbuh dengan Al- Qaeda, AlShabab juga telah mengembangkan kamp pelatihan untuk pelaku bom bunuh diri di Somalia dan di luar Somalia.140 Bahkan, Al- Shabab telah dikaitkan dengan pelatihan kelompok teroris Islam Nigeria Boko Haram yang menentang keras pendidikan Barat dan telah menewaskan lebih dari 10.000 orang sejak didirikan pada tahun 2002.141 Serangan pertama Al- Shaabab di luar Somalia dilakukan dengan teknik bom bunuh diri yang terjadi pada 11 Juli 2010 di Kampala, Uganda selama Piala Dunia.142 Tragedi tersebut menewaskan hampir 76 orang, termasuk satu diantaranya warga negara Amerika. Pada bulan Agustus 2011, Jenderal Carter Ham, Panglima US-Africa Command (AFRICOM) mengklaim bahwa Boko Haram secara finansial disponsori oleh Al- Qaeda dan Al- Shabab. Dia juga menyatakan bahwa kedua kelompok jihad tersebut telah berbagi pelatihan dan pejuang dengan Boko Haram.143
140
Rob Wise, Al-Shaabab, Center for Strategic and International Studies, Case Study Number 2, July 2011 141 Adlini Ilma Ghaisany Sja, Tracing Al Shabaab’s Decision to Cooperate with Al Qaeda in Somalia (2008), Journal of Terrorism Research, Vol. 5, Issue 1 (Special Issue) - February 2014, hal. 142 Chris Harnisch, Al- Shaabab First International Strike: Analysis of the July 11 Uganda Bombings [analysis paper]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://www.criticalthreats.org/somalia/al-shabaabs-first-international-strike-analysis-july-11uganda-bombings-july-14-2010-4532 143 Daniel Egiegba Agbiboa, Al- Shaabab, The Global Jihad, and Terrorism Without Borders [database on-line]; Internet, diunduh pada 6 Juli 2014; Tersedia di http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2013/09/al-shabab-global-jihad-terroris201392484238627603.html
51
Serangan Al- Shabaab terus berlanjut pada tahun 2012, dan mengakibatkan kematian ratusan orang. Beberapa serangan yang paling menonjol adalah serangkaian serangan mortir pada bulan Maret 2012 terhadap Istana Presiden Somalia; serangan bunuh diri pada bulan April 2012 yang menargetkan Perdana Menteri Abdiweli Mohamed Ali di Teater Nasional Mogadishu, yang menewaskan lima orang; serangan bunuh diri pada bulan Mei di sebuah Cafe di Dusa Mareb, yang menewaskan tujuh orang, termasuk dua anggota Parlemen Somalia; dan serangan kekerasan di kota perbatasan Somalia-Kenya pada bulan November, yang menewaskan sedikitnya 12 tewas.144 Pada tahun 2013, Al- Shaabab telah melancarkan serangan di salah satu mall yang terdapat di Kenya. Sasaran dari serangan tersebut adalah Westgate Mall (salah satu pusat perbelanjaan) yang terletak diibukota negara Kenya dan merupakan milik sebuah perusahaan Israel bernama Sony Holding Ltd.145 Serangan tersebut menewaskan 67 orang, dan hampir 200 orang termasuk lima orang diantaranya adalah warga negara Amerika Serikat mengalami luka-luka selama pengepungan yang berlangsung empat hari.146 Hingga saat ini, kelompok Al- Shaabab dan Al- Qaeda terus meningkatkan hubungan dan mengembangkan perlawanan terhadap pihak Barat. Beberapa
CRF, “Timeline Al- Shaabab”, Council on Foreign Relations [database online]; Internet; diunduh pada 10 November 2014; Tersedia di http://www.cfr.org/terrorism/timeline-alshabab/p31468 145 Police Department of New York City, Analysis of Al-Shaabab’s at the Westgate Mall in Nairobi, Kenya, hal. 5 146 Lauren Ploch Blanchard, “The September 2013 Terrorist Attack in Kenya: In Brief”, Congressional Research Service, 14 November 2013 144
52
strategi yang dilakukan kelompok untuk melawan Amerika Serikat sebagai negara adikuasa dan pelopor global war on terrorism adalah:147 1. Memberikan ancaman serangan brutal terhadap negara-negara sekutu AS 2. Melakukan perekrutan pejuang berkebangsaan asing 3. Peningkatan pelatihan pejuang dan teknologi persenjataan 4. Penggunaan media sebagai sarana informasi
C. Keterkaitan Al- Shaabab dengan Jaringan Al- Qaeda Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Al- Shaabab merupakan kelompok militan Islam yang memerangi Pemerintah (TFG) yang didukung oleh PBB di Somalia, dan telah melakukan serangkaian serangan di negara-negara tetangga termasuk Kenya. Saat ini, Al- Shaabab telah menyebar diberbagai kota sehingga menjadi ancaman yang potensial.148 Al- Shaabab resmi menjadi afiliasi Al-Qaeda pada tahun 2012, pernyataan disampaikan oleh pemimpin Al- Shaabab, Ahmed Abdi Godane dan pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri melalui video yang diunggah oleh kelompok tersebut.149 Pernyataan afiliasi tersebut dilakukan oleh kelompok Al-Shaabab dilatar belakangi oleh beberapa hal, diantaranya:150 (1). AS mendukung invasi Ethiopia di
147
Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/alshabaab-explainer/ 148 Al- Shaabab Leadership Profile [Artikel on-line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://www.criticalthreats.org/somalia/al-shabaab-leadership 149 Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/alshabaab-explainer/ 150 Katherine Zimmerman, 2013, Al Qaeda’s African Surge Threatens the U.S. [Database online]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2014; Tersedia di http://www.wsj.com/articles/SB10001424052702304213904579094961529497766
53
Somalia pada Desember 2006 untuk menggulingkan ICU; (2). Pengiriman pasukan Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM); (3). Pada September 2012, AMISOM berhasil merebut wilayah strategis Kismayo dari Al- Shaabab sehingga posisi kelompok semakin terancam; (4). Ketahanan kelompok semakin berkurang, ditambah dengan pertempuran kepemimpinan dalam kelompok. Pernyataan afiliasi kedua kelompok menjadikan Al- Shaabab sebagai jaringan Al- Qaeda di Somalia. Dengan kata lain, Al- Shaabab telah mengalami transformasi menjadi kelompok yang besar dan memberikan perubahan besar untuk mewujudkan misi Al- Qaeda di Afrika.151 1. Al- Shaabab sebagai Afiliasi Al- Qaeda a. Jihad Global Di dalam Arabic Newspaper al- Quds al- Arabi Osama menyerukan umat Islam untuk melakukan jihad melawan Amerika.152 Seruan jihad tersebut dilatar belakangi adanya hubungan keterlibatan AS dalam mendukung Israel menyerang wilayah kekuasaan umat Islam.153 Dalam salah satu pidatonya, Osama bin Laden menyatakan: I say to our Muslim brothers across the world: your brothers in Saudi Arabia and Palestine are calling for your help and asking you to share with them in the jihad against the enemies of God, your enemies the Israelis and Americans. They are asking you to defy them in whatever way you possibly can, so as to expel them in defeat and humiliation from the holy places of
151
Ibid Jihad Againts Jews and Crusaders: World Islamic Front Statement, al-Quds al-Arabi (London, U.K.), 23 Februari, 1998, hal 3; Internet, diunduh pada 10 November 2015; Tersedia di http://fas.org/irp/world/para/docs/980223-fatwa.htm 153 Ibid 152
54
Islam. God Almighty has said: “If they seek help from you against persecution, it is your duty to assist them.”154 Wahai saudara-saudara Muslim kami di seluruh dunia: saudara kita di Arab Saudi dan Palestina membutuhkan bantuan dan meminta kita untuk berbagi dengan mereka dalam jihad melawan musuh-musuh Allah, yaitu Israel dan Amerika. Mereka meminta kita untuk menentang mereka (AS dan Israel) dengan cara apapun, sehingga dapat mengusir mereka dalam kekalahan dan penghinaan dari tempat-tempat suci Islam. Allah SWT telah mengatakan: "Jika mereka mencari bantuan dari Anda terhadap penganiayaan, itu adalah tugas Anda untuk membantu mereka." (terjemahan penulis)
Seruan melakukan jihad telah dimulai oleh kelompok Al- Qaeda sejak tahun 1996 di pimpin oleh Osama, dan kemudian diikuti oleh gerakan-gerakan ekstrimis Islam lainnya yang berafiliasi dengan Al- Qaeda.155 Dan tahun 2012, pernyataan afiliasi Al- Shaabab Somalia dengan Al- Qaeda merupakan salah satu upaya AlQaeda dalam menyerukan jihad global. Keputusan Al- Shaabab untuk bergabung dengan Al- Qaeda telah membawa perubahan besar bagi kelompok separatis Somalia tersebut. Tahun 2012 menjadi sejarah penting bagi Al- Shaabab atas pengubahan status kelompok dari gerakan separatis yang ingin mendominasi dan menguasai wilayah Somalia menjadi sebuah gerakan radikal yang menjadi musuh utama hegemon dunia, yakni Amerika Serikat.156 Pernyataan afiliasi kedua kelompok ini menunjukkan adanya peningkatan eksistensi jaringan Al- Qaeda di wilayah Afrika. Hingga saat ini, beberapa
154 Osama Bin Laden’s Declaration of Jihad Againts. Di dalam Milestone Documents in World History: Exploring the Primary Sources That Shaped the World [dokumen]; Internet, diunduh pada 7 November 2015; Tersedia di salempress.com/store/pdfs/bin_laden.pdf 155 Ibid 156 Charles Allen, The Terrorist Threat: US Facing New Challenges at Abroad and at Home, Prepared for the Aspen Homeland Security Group, June 24, 2013
55
kelompok jihad global yang telah memiliki koneksi dengan Al- Qaeda diantaranya adalah Al- Shaabab, AQAP, AQIM, dan Boko Haram.157 Gambar III.C.1. Al Qaeda in Arab Paninsula dan Horn Afrika
sumber: www.fas.org.com158
157 Alexis Arieff dan Lauren Ploch Blanchard, Al Qaeda-Affiliated Groups: Middle East and Africa, Congressional Research Service, 10 Oktober 2014; Tersedia di http://fas.org/sgp/crs/mideast/R43756.pdf, diunduh pada 5 November 2014 158 http://fas.org/sgp/crs/mideast/R43756.pdf
56
Gambar III.C.2. Al Qaeda di Utara dan Barat Afrika
Sumber: www.fas.org.com159
Kedua gambar diatas menunjukkan bahwa jaringan Al- Qaeda telah tersebar di wilayah strategis Afrika. Keberadaan kelompok-kelompok ini menjadi ancaman serius bagi keamanan regional. Perluasanan kekuasaan Al- Qaeda melalui afiliasinya dengan kelompok - kelompok tersebut dikhawatirkan akan terus menambah pasukan yang melakukan jihad global dibawah kendali Al- Qaeda. 2. Perekrutan Prajurit Perkembangan selanjutnya yang dicapai oleh kelompok Al- Shaabab adalah perekrutan prajurit jihad dari berbagai negara, dan yang menjadi target utamanya adalah warga muslim Amerika.160 Beberapa warga AS yang tergabung dengan Al-
159
http://fas.org/sgp/crs/mideast/R43756.pdf Dawn l. Bartell dan David H. Gray, “Hezbollah and Al Shaabab in Mexico and the Terrorist Threat to the United States”, Global Security Studies, Vol. 3, Issue 4 (2012); Tersedia di 160
57
Shaabab adalah: Shirwa Ahmed (Minnesota), Mohamed Abdullahi Hassan (Minnesota), Hinda Osman Dhirane (Washington), Rahatul Khan (Texas), Gufran Ahmad Kauser (Florida), Ahmed Mohamed Isse (Minnesota), dan lain-lain.161 Al- Shaabab dinyatakan sebagai ancaman langsung bagi AS dengan beberapa alasan. Pertama, upaya perekrutan Al- Shaabab dilakukan dengan menargetkan warga Islam Amerika. Kedua. Afiliasi Al- Shaabab dan Al- Qaeda dengan slogan Jihad Global adalah untuk menargetkan AS, sekutu, dan kepentingannya. Ketiga, Al- Shaabab telah melakukan penyelundupan untuk memasuki dan beroperasi di wilayah AS.162 Perjuangan dalam mencegah tindakan terorisme dan menghancurkan jaringan Al- Qaeda, merupakan prioritas utama AS. Yang menjadi permasalahan AS saat ini adalah munculnya kelompok teroris dari pihak internal AS. Hal ini membuat AS terpukul dan semakin intens dalam mengeluarkan kebijakannya terhadap kelompok Al- Shaabab. Prajurit Amerika yang telah bergabung dengan Al- Shaabab menerima pelatihan senjata bersama prajurit yang direkrut dari negara lain, termasuk Inggris, Australia, Swedia dan Kanada dan telah menggunakan pelatihan untuk melawan pasukan Ethiopia, pasukan Uni Afrika, dan Pemerintah Federal Transisi Somalia.163
http://globalsecuritystudies.com/Bartell%20Hezbollah%20and%20Al%20Shabaab%20in%20Mexi co.pdf 161 ADL, Al- Shaabab’s American Recruits [dokumen], Anti Demafation League (2015); Tersedia di www.adl.org/assets/pdf/...hate/al-shabaabs-american-recruits.pdf 162 Ibid 163 ADL, “Al Shaabab’s American Recruits”, Anti-Defamation League [report] 2015; Tersedia di http://www.adl.org/assets/pdf/combating-hate/al-shabaabs-american-recruits.pdf
58
BAB IV KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENGATASI AKSI TERORISME AL- SHAABAB DI SOMALIA TAHUN 2012-2014
Eksistensi Al- Shaabab yang berkelanjutan mengharuskan AS terus menerus mengeluarkan kebijakan yang efektif dalam menghadapi jaringan terorisme tersebut. Pada bab ini akan dijelaskan tentang kebijakan AS dalam mengurangi dampak terorisme Al- Shaabab di Somalia tahun 2012-2014. Apakah kebijakan tersebut memiliki pengaruh yang kuat dalam melemahkan gerakan kelompok, serta alasan utama keterlibatan AS dalam intervensinya di Somalia. Dalam menganalisis kebijakan luar negeri AS, penulis menggunakan teori kebijakan luar negeri dan konsep kepentingan nasional. Analisis kebijakan luar negeri yang dikemukakan oleh Rosenau penulis paparkan di subbab pertama, dengan mengacu pada sumber-sumber systemic sources dan societal sources terhadap kebijakan AS berupa Light Footprint; dukungan AS terhadap TFG dan AMISOM; serta pemberian bantuan pembangunan melalui USAID. Sedangkan pada subbab kedua, penulis mengaplikasikan konsep yang dikemukakan oleh Morgenthau untuk menganalisis kepentingan nasional AS berkaitan dengan perlindungan warga negara, keamanan dan perdamaian dunia, dan juga sumber daya alam minyak dan gas. A. Analisis Bentuk dan Implementasi Kebijakan Amerika Serikat AS sebagai salah satu aktor yang melakukan politik luar negeri selalu mengambil peran aktif dalam upaya pemenuhan kepentingannya dalam memerangi
59
terorisme, termasuk di wilayah Somalia. Kebijakan AS selalu mempertimbangkan cost dan benefit,164 diikuti situasi internal dan eksternal negara yang tidak aman mempengaruhi proses pengambilan kebijakan. Somalia dikenal sebagai negara yang penuh dengan konflik. Dimulai dari kepemimpinan otoriter Siad Barre 1969 hingga 1991, perang saudara, pembajakan, hingga munculnya kelompok Al- Shaabab menjadi serangkaian kasus yang telah terjadi di Somalia. Namun, tujuan utama AS dalam intervensinya di Somalia lebih kepada alasan perang melawan terorisme.165 Terhitung dari tahun 2012 hingga 2014, tercatat puluhan serangan yang dilancarkan Al- Shaabab di wilayah kekuasaan TFG, bahkan di negara tetangga yang tergabung dalam AMISOM.166 Untuk melindungi Somalia dari terorisme, AS mengeluarkan berbagai kebijakan, salah satunya adalah Light Footprint yang juga disebut sebagai doktrin Barack Obama.167 1. Strategi Light Footprint atau Jejak Cahaya Dilihat dari sumber kebijakan luar negeri yang didefenisikan oleh Rosenau, penulis melihat bahwa light footprint ini adalah keputusan yang ditetapkan karena di dorong oleh kondisi domestik yang tidak kondusif, akibat krisis moneter di masa
164
Anak Agung Banyu Perwita, Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 25 165 Juliet Eilperin dan Kevin Sieff, Obama Commits US to intesified fight againts terrorists in east Africa [database on-line], Internet: Diunduh pada 28 Juli 2015; Tersedia di http://www.washingtonpost.com/politics/us-to-expand-support-in-kenya-somalia-forcounterterrorism-operations/2015/07/25/b6f386f0-3210-11e5-97ae-30a30cca95d7_story.html 166 Lihat tabel IV. A. 1 167 David Rohde, The Obama Doctrine: How the President ‘s Drone War is Backfiring [database on-line], Internet: Diunduh pada 28 Juli 2015; Tersedia di http://foreignpolicy.com/2012/02/27/the-obama-doctrine/
60
transisi (aspek societal) AS. Presiden Obama yang dilantik pada tahun 2009 menerima tanggung jawab untuk pemulihan krisis tersebut.168 Permasalahan ini mengharuskan Obama lebih memfokuskan arah kebijakannya dalam ruang lingkup internal. Terlepas dari itu, AS sebagai negara kontraterorisme akhirnya menggunakan strategi light footprint sebagai alternatif dalam memerangi terorisme guna menghemat anggaran akibat krisis yang terjadi.169 Light Footprint atau jejak cahaya merupakan strategi militer AS yang telah diaplikasikan dalam operasi militer pada konflik Irak dan Afghanistan.170 Hal yang sama juga dilakukan di Somalia, Al- Shaabab sebagai kelompok teroris yang telah disetarakan dengan Al- Qaeda menjadi target militer AS. Strategi militer jejak cahaya ini ditandai dengan penggunaan pesawat tak berawak (drones) dan mengurangi jumlah pasukan yang terjun di daerah lawan.171 Dengan kata lain, AS membatasi ruang lingkup keterlibatannya dan hanya mengirimkan logistik, inteligen serta dukungan udara, bukan secara fisik melakukan pertempuran.172 Dalam implementasinya, terdapat beberapa perdebatan terkait penggunaan drones sebagai senjata utama AS dalam menghadapi terorisme. Pertama, terkait bahaya penggunaan drones. Kedua, terkait legalitas penggunaan drones dalam
168
International Monetary Fund, World Economic Outlook: Crisis and Recovery (Washington, DC: International Monetary Fund, 2009), hal. 3 169 Major Fernando M. Lujan, Light Footprints voices The Future of American Military Intervention, (USA: Voice From the Field, Center for a New American Security,2013), hal. 8 170 Ibid, hal. 5 171 Julia Knight, Thoughts on the Light Footprint Strategy, Foreign Policy Association, 17 Desember 2012 172 Philip Attuquayefio, “Drones, The US And The New Wars In Africa”, Journal Of Terrorism Research, Vol. 5, Issue 3, 2014
61
hukum internasional.173 Drones adalah produk teknologi yang canggih dan dapat berakibat buruk sebagaimana senjata pemusnah massal, sehingga diperlukan aturan tertentu yang mengatur masalah penggunaannya. Penggunaan drones terhadap negara lain dapat mengancam masyarakat sipil, namun ketiadaan hukum internasional yang mengatur penggunaan drones masih memberikan keleluasaan bagi AS untuk menggunakannya.174 Drones telah dikembangkan oleh AS sejak tahun 1990 untuk kepentingan militer. Akan tetapi, tragedi 9/11 mengubah penggunaan drones menjadi senjata dalam war on terrorism.175 George W. Bush adalah Presiden AS pertama yang menggunakan drones sebagai senjata. Pada periode pemerintahan Bush tahun 2004 hingga 2008, penggunaan drones mencapai 44 kali. Berbeda halnya dengan periode Pemerintahan Obama, terhitung dari tahun 2009 hingga 2014 telah menggunakan senjata drones sebanyak 239 kali atau hampir lima kali lipat dari Bush.176 Selain drones, AS juga menempatkan CIA sebagai mitra penting dalam memerangi terorisme. Situasi Somalia yang masih lemah menjadi jalan yang mudah bagi CIA untuk mengumpulkan informasi inteligen dalam upaya memerangi terorisme. Keterlibatan CIA dalam kasus terorisme erat kaitannya dengan tugas CIA sebagai salah satu lembaga perlindungan AS.177
173
Witny Tanod, Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Kekuatan Bersenjata Dengan Menggunakan Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Drones) Dalam Hukum Internasional, Lex Crimen, Vol.II. No.1. Jan-Mrt 2013 174 Ibid 175 David Rohde, The Obama Doctrine: How the President ‘s Drone War is Backfiring, The Magazine; diunduh 25 Agustus 2015; Tersedia di http://foreignpolicy.com/2012/02/27/the-obamadoctrine/ 176 Ibid 177 CIA, Vision, Mission, Ethos 7 Challenges [database on-line], Internet; Diunduh pada 5 Juni 205; Tersedia di https://www.cia.gov/about-cia/cia-vision-mission-values
62
a. Penggunaan Pesawat Tak Berawak (Drones Strike) Penggunaan drones dalam memerangi Al- Shaabab di Somalia merupakan salah satu keberhasilan Obama melalui pendekatan light footprint. Pertama, dengan adanya drones maka AS dapat mengurangi jumlah pasukan militernya dari daerah konflik. Hal ini diharapkan dapat mengurangi resiko korban jiwa pasukan AS di Somalia.178 Kedua, drones AS telah berhasil menewaskan beberapa tokoh penting Al- Shaabab, termasuk pemimpin utamanya, yaitu Ahmed Godane pada 1 September 2014.179 Hal ini berdampak pada melemahnya kepemimpinan AlShaabab di Somalia.180 Terhitung dari tahun 2012 - 2014, African Centre for the Study and Research on Terrorism (ACSRT) menyebutkan beberapa Pemimpin Al- Shaabab yang tewas dalam serangan drones AS, diantaranya:181 1. Januari 2012, Bilal Al- Berjawi, seorang deputi senior untuk Fazul Abdullah Mohammed (Pemimpin senior Al- Qaeda di Afrika Timur). 2. 29 Oktober 2013, Ibrahim Ali Abdi alias Anta Anta, pelatih master operasi pembuatan bom dan ahli bunuh diri tewas dalam serangan drone predator di Somalia.
178
Julia Knight, Thoughts on the Light Footprint Strategy, Foreign Policy Association, 17 Desember 2012 179 Emanuel Boussios, Changing The Rules of War: The Controversies Surrounding the United States’ Expanded Use of Drones, JTR , Volume 6, Issue 1-Januari 2015, Hal. 44 180 Ibid 181 African Union, Incident Preliminary Analysis: Top Al- Shaabab Figure Killed in Airstrike, ACSRT/Incident-Preliminary-Analysis-003-2015, Februari 2015, hal. 2
63
3. 26 Januari 2014, Ahmed Mohammad Awey, seorang komandan senior AlShaabab, 4. 27 Januari 2014, Sahal Iskuduq, seorang komandan senior dan anggota senior Amniyat.182 Keberhasilan AS dalam menargetkan Pemimpin Al- Shaabab tentu mempengaruhi kapasitas operasional Al- Shaabab dikarenakan kehilangan figur yang berpengalaman dan berpengetahuan dalam perang gerilya. Drones AS menjadi senjata ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup Al- Shaabab. 183 Dibalik keberhasilan tersebut, penggunaan drones juga berdampak buruk bagi masyarakat sipil. Drones AS terkait kepentingan nasional melawan terorisme telah menewaskan masyarakat sipil. Biro Jurnalisme Investigasi AS melaporkan bahwa sejak tahun 2007 hingga tahun 2012, drones AS yang digunakan di Somalia telah mengakibatkan kematian 58-169 individu per September 2012, diantaranya 11-57 orang adalah masyarakat sipil.184 Namun demikian, Pemerintah Transisi Federal Somalia telah menyuarakan dukungan terhadap penggunaan drone AS di Somalia. Di dalam wawancara yang dilakukan oleh Wall Street Journal, Perdana Menteri Abdiweli Mohamed Ali
182
Amniyat adalah badan inteligen Al- Shaabab yang bertugas untuk melakukan pembunuhan, perencanaan dan pelaksanaan misi bom bunuh diri. Dikutip dari Strategic Intelligence Service Counter Terrorism and National Security Intelligence, “Al- Shaabab Amniyat Divison Masterminds of Terror Attacks” [database on-line], Internet; Diunduh pada 5 Juli 2015; Tersedia di http://www.intelligencebriefs.com/kenya-to-launch-special-anti-terror-phone-and-internet-tapplan-against-al-shabaab-amniyat-division/ 183 African Union, Incident Preliminary Analysis: Top Al- Shaabab Figure Killed in Airstrike, ACSRT/Incident-Preliminary-Analysis-003-2015, Februari 2015, hal 2 184 Center for Civilian in Conflict, 2012, The Civilian Impact of Drones: Unexamined Costs, Unanswered Questions (USA: Center for Civilians in Conflict (formerly CIVIC) and Human Rights Clinic at Columbia Law School), hal. 20
64
mengatakan bahwa ia tidak keberatan dengan serangan pesawat tak berawak AS selama ada koordinasi dengan Pemerintah Somalia.185 Kemudian dilanjutkan oleh Omar Jamal, perwakilan tetap Somalia untuk PBB, mengatakan bahwa Pemerintah Somalia berkoordinasi dengan NATO, AS, dan Inggris, telah diinformasikan terkait penggunaan pesawat tak berawak, dan mereka menyetujui dengan mengupayakan kondisi untuk menghindari korban sipil.186 Melalui wawancara dengan Abdi Dirshe, Sekretaris Permanen Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Somalia, dia berkata bahwa: The Somali government has offered amnesty to all Al-Shabab members and its leadership if they renounce violence. Godane decided to continue waging extreme violence against the people of Somalia.187 Pemerintah Somalia telah menawarkan amnesti kepada para anggota dan pemimpin Al- Shaabab untuk menghentikan tindakan kekerasan. Godane memutuskan untuk melanjutkan dan melancarkan serangan kekerasan terhadap warga Somalia. (Terjemahan penulis)
Dari hasil wawancara tersebut, dapat dikatakan bahwa AS dan pemerintah Somalia telah berupaya untuk menyelesaikan konflik damai dengan Al- Shaabab. Namun, Godane teguh pendirian untuk melawan, dan akhirnya tewas melalui serangan drones AS. Penulis melihat bahwa AS dan Somalia akan terus
Ibid, hal. 18. Dikutip dari Julian E. Barnes, “US Expands Drone Flights to Take Aim at East Africa,” The Wall Street Journal, September 21, 2011. 186 Ibid, hal. 18. Dikutip dari Press Conference: Omar Jamal, April 4, 2012, http://www.unmultimedia.org/tv/webcast/2012/04/press-conference-omarjamal-somalia.html (at 10:49); see also “Mr. Omar Jamal (Somalia) on the outcome of London Conference,” Press Conference, April 3, 2012, http://www.unmultimedia.org/tv/webcast/2012/04/press-conference-mromar-jamal-somalia-on-the-outcome-oflondon-conference.html (at 12:50). 187 Abdi Dirshe, lihat lampiran II transkip wawancara via email, pertanyaan nomer 6. 185
65
mengupayakan perdamaian dengan pihak Al- Shaabab. Kematian Godane diharapkan dapat mewujudkan penyelesaian damai dengan melakukan dialog.188 Strategi light footprint yang awalnya sebagai alternatif untuk menyerang pasukan Al- Shaabab telah berkembang menjadi kebijakan prioritas utama AS dalam memerangi terorisme di Somalia. Kematian Pemimpin utama Al- Shaabab dan beberapa petinggi lainnya dalam serangan pesawat tak berawak AS telah melemahkan kelompok ini. Meskipun demikian, AS tetap waspada akan keberlanjutan dari kelompok yang berafiliasi dengan Al- Qaeda tersebut. Bahkan, Presiden Obama dalam pidatonya masih sering menyerukan: “Let’s kill the people who trying to kill us.”189 Pernyataan tersebut sebagai bentuk kekhawatiran AS terhadap kondisi perkembangan Al- Shaabab di tahun mendatang. b. Pengumpulan Informasi Intelijen Spy atau mata-mata sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan yang dicapai oleh musuh. Central Intelligence Agency (CIA) adalah lembaga inteligen AS yang turut terlibat dalam mengawasi kelompok Al- Shaabab.190 Keterlibatan CIA di Somalia berhubungan dengan kebijakan kontraterorisme sebagai keberlanjutan dari tragedi 9/11 tahun 2001.
188
Lihat wawancara lampiran II, pertanyaan nomer 6. Scott Shane, Drone Strikes Reveals Uncomfortable Truth: U.S is Often Unsure About Who Will Die,23 April 2015 [databae on-line], Internet; Diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di http://www.nytimes.com/2015/04/24/world/asia/drone-strikes-reveal-uncomfortable-truth-us-isoften-unsure-about-who-will-die.html?_r=0 190 CIA adalah agen rahasia sebagai pusat informasi , wawasan, bertindak secara konsisten memberikan keuntungan taktis dan strategis bagi Amerika Serikat. Dikutip dari website CIA; Tersedia di https://www.cia.gov/about-cia/cia-vision-mission-values 189
66
Kehadiran CIA di Somalia sebagai upaya kontraterorisme bukan untuk melakukan operasi langsung terhadap Al- Shaabab, melainkan hanya menyarankan dan melatih agen Somalia.191 Para agen tersebut menyebar di seluruh wilayah Somalia secara rahasia, bertugas untuk mencari informasi keberadaan Al- Shaabab. Uniknya, inteligen Somalia tidak digaji Pemerintah Somalia, melainkan oleh Pemerintah AS senilai $200 perbulan.192 Hal ini dikarenakan kekuatan Pemerintah Federal Somalia yang masih tergolong lemah mengharuskan AS untuk mengambil alih peran tersebut. Saat ini CIA memiliki dua basis di Mogadishu, yaitu di daerah bandara yang disebut “Pink House” dan diawasi ketat oleh inteligen Somalia dan penjara rahasia bawah tanah yang dijadikan sebagai Markas National Security Army (NSA) Somalia.193 Keberadaan kedua markas tersebut telah dikonfirmasi kebenarannya oleh The Nation, adapun sumber yang memberikan informasi diantaranya pejabat senior intelijen Somalia; anggota senior Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG); mantan tahanan yang ditahan di penjara bawah tanah; dan beberapa analis Somalia dan para pemimpin milisi, yang mana beberapa diantaranya telah bekerja dengan agen AS, termasuk dari CIA.194 Sejauh ini, CIA terlihat berjalan sendiri dalam memperkuat agen Somalia. AS tidak bekerjasama dengan Pemerintah dalam hal inteligen karena krisis
Jeremy Scahill, The CIA’s Secret Sites in Somalia, The Nation; 10 Desember 2014 [database on-line]; Internet; Tersedia di http://www.thenation.com/article/cias-secret-sites-somalia/ 192 Ibid 193 Jeffrey Gettleman, Mark Mazzetti, dan Eric Cshmitt, US Relies on Contractors in Somalia Conflict, The New York Times, 10 Agustus 2011 194 Jeremy Scahill, The CIA’s Secret Sites in Somalia, The Nation; 10 Desember 2014 [database on-line]; Internet; Tersedia di http://www.thenation.com/article/cias-secret-sites-somalia/ 191
67
kepercayaan oleh AS terhadap TFG yang dinilai masih sangat korup dan tidak dapat dipercaya.195 Data-data yang diperoleh dari berbagai sumber di atas dapat diketahui bahwa CIA adalah perpanjangan tangan AS di Somalia yang berfungsi sebagai pusat informasi dan pengawasan terhadap aksi terorisme Al- Shaabab. Kerjasama yang dijalin oleh CIA dengan inteligen Somalia menjadi suatu upaya AS untuk meningkatkan kinerja inteligen Somalia. Yang menjadi hambatan adalah kinerja inteligen
Somalia
yang
masih
terpisah
dari
Pemerintah
TFG
akibat
ketidakpercayaan AS terhadap Pemerintah Somalia.
2.
Dukungan Amerika Serikat Terhadap Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG) dan Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM) Isu terorisme yang berkembang pasca tragedi 9/11 menjadi prioritas kebijakan
luar negeri AS. Terorisme Al- Qaeda dan afiliasinya menjadi target utama AS dalam Perang melawan Terorisme. Al- Shaabab sebagai afiliasi Al- Qaeda di Somalia turut menjadi target serangan AS. Sehubungan dengan hal tersebut, AS memberikan dukungan penuh terhadap Pemerintah Transisi Somalia dan AMISOM sebagai misi regional Uni Afrika di Somalia. Sesuai dengan input kebijakan luar negeri Rosenau, dukungan AS terhadap TFG lebih kepada pembentukan aliansi, sedangkan dukungan terhadap AMISOM berhubungan dengan great power structure.
195
Jeffrey Gettleman, Mark Mazzetti, dan Eric Cshmitt, US Relies on Contractors in Somalia Conflict, The New York Times, 10 Agustus 2011
68
a. Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG) Setelah mengalami hubungan yang fakum selama 22 tahun, akhirnya AS memberikan pengakuan secara resmi kepada Pemerintahan Federal Transisi Somalia pada pada 17 Januari 2013.196 Pemerintah Somalia telah berhasil melakukan transisi politik pada tahun 2012 dengan terpilihnya Hassan Sheikh Mohamud sebagai Presiden.197 Kemajuan politik Somalia menjadi awal hubungan yang baik antara AS- Somalia. Namun, keberadaan Al- Shaabab di Somalia adalah tantangan terberat TFG dalam mengupayakan kestabilan wilayah. Kelompok Al- Shaabab adalah gerakan separatis yang berkembang menjadi gerakan terorisme internasional dan telah berafiliasi dengan Al- Qaeda di tahun 2012,198 menjadi alasan priotitas AS di Somalia. Sebagai langkah peningkatan hubungan dengan TFG, beberapa upaya yang dilakukan AS dalam menghadapi permasalahan di Somalia, antara lain:199 1. Memberikan bantuan kemanusiaan di Somalia untuk masalah kekeringan, kelaparan dan pengungsi.
196
Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013 [Database On-line] Internet; Diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm 197 BBC, Somali Election: Hassan Sheikh Elected as Presiden [BBC News: 11 Sepetember 2012]; Internet, diunduh pada 10 Juli 2015; tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-africa19540325 198 \Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [Database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/alshabaab-explainer/ 199 Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013 [Database On-line] Internet; Diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm
69
2. Peningkatan hubungan ekonomi melalui ekspor dan impor antara kedua negara. 3. Somalia telah terdaftar sebagai anggota dalam beberapa organisasi internasional, termasuk PBB, IMF, dan Bank Dunia. 4. AS melakukan dialog rutin dengan para pejabat Somalia dan pemangku kepentingan lainnya di Somalia melalui Kedutaan Besar AS di Kenya, yang juga menangani cakupan konsuler untuk Somalia. Selain itu, AS juga berkomitmen untuk mengembangkan pasukan keamanan Somalia yang mandiri. Kegiatan tersebut diwujudkan melalui pelatihan militer oleh AS terhadap Tentara Nasional Somalia.200 Wendy R. Sherman, wakil menteri urusan politik AS di dalam pidatonya mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan dana lebih dari $ 170 juta untuk merekrut dan melatih kekuatan militer yang diperuntukkan dalam melindungi lembaga dan warga negara. Kekuatan tersebut beroperasi dibawah kontrol sipil, dan menghormati hak asasi manusia, serta hukum internasional.201 Kampanye melawan al-Shabaab merupakan bagian penting dari perjuangan Somalia untuk mencapai kestabilan. Kebijakan AS dalam mendukung upaya kestabilan dan keamanan TFG dipandang sebagai awal pembentukan aliansi ASSomalia. Sistem internasional yang multipower mendorong negara-negara great power untuk menjalin aliansi sebagi mitra jangka panjang.
200
Lihat lampiran 1, wawancara David Shinn. Wendy R. Sherman, U.S Foreign Policy in Somalia, 3 Juni 2014[Naskah Pidato]; Internet, diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm 201
70
b. Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM) Selain dukungan terhadap TFG, AS juga turut berkontribusi dalam mewujudkan misi Uni Afrika di Somalia. AMISOM adalah misi penjaga perdamaian regional yang dioperasikan oleh Uni Afrika dengan persetujuan PBB.202 Sebagai misi regional, AMISOM merupakan hasil dari kontribusi pasukan negara-negara Uni Afrika yang siap dikirimkan ke Somalia. Berikut ini adalah jumlah pasukan dari setiap negara yang tergabung dalam AMISOM: Tabel IV.A.1. Negara-Negara Pendonor Pasukan AMISOM No
1 2 3 4 5
TCCs
Burundi Djibouti Kenya Sierra Leone Uganda
Commencement
December, 2007 December, 2011 February, 2012 April, 2012 March, 2007
Number of Troops
5,432 960 4,652 850 6,223
Sumber: Africa Series (2014)203
AS sebagai negara great power turut memberikan dukungan terhadap AMISOM. Sebagai bentuk dukungan, Pemerintah AS telah menyediakan peralatan dan pelatihan untuk negara-negara pendonor pasukan di dalam AMISOM. Peralatan tersebut diberikan secara langsung kepada negara-negara yang berkontribusi pasukan dan diawasi oleh Departemen Luar Negeri.204 Sejak pengoperasiannya awal tahun 2007, AS telah memberikan dana bantuan sebesar $ 512.000.000 kepada AMISOM.205
202
AMISOM, AMISOM Background [Database on-line]; Internet, diunduh 10 Juli 2015; Tersedia di http://amisom-au.org/amisom-background/ 203 Daniel E. Agbiboa, Davies Paper Memorial Institute of International Studies, Africa Series, No. 3, Maret 2014, hal. 3 204 Wendy R. Sherman, U.S Foreign Policy in Somalia, 3 Juni 2014[Naskah Pidato]; Internet, diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm 205 Ibid, hal. 4
71
Dukungan dan kontribusi terhadap AMISOM adalah upaya AS dalam menjaga eksistensinya di lingkungan internasional. Kehadiran kekuatan-kekuatan baru, muncul dan berupaya mengimbangi kekuatan AS merupakan bukti perubahan sistem internasional yang multipolar.206 Beberapa aktor baru di Afrika, seperti China, Uni Eropa menjadi tantangan tersendiri bagi AS di wilayah Afrika Timur. Perang Melawan Terorisme adalah kebijakan sekaligus alat yang digunakan AS untuk lebih spesifik terlibat dalam kasus di Somalia. 3.
Pemberian Bantuan Melalui United States Agency International Development (USAID) Keterlibatan AS dalam situasi Somalia yang tidak stabil, dipengaruhi oleh
beberapa hal. Pertama, berhubungan dengan peningkatan hubungan AS-Somalia; Kedua, terkait krisis kemanusiaan dan pemerintahan, dan; Ketiga, isu terorisme yang telah berkembang dan menjadi ancaman terhadap Somalia. Ketiga faktor ini sesuai dengan sumber kebijakan luar negeri yang didefenisikan oleh Rosenau, yaitu systemic sources yang menjadi foreign policy inputs meliputi isu area dan krisis. USAID merupakan organisasi bantuan asing pertama yang menekankan bantuannya pada bantuan jangka panjang dan gerakan sosial. Bantuan-bantuannya ini terbebas dari unsur politik dan militer sehingga bisa secara langsung memberikan bantuannya kepada negara-negara berkembang di dunia.207 Tujuan
206
Julian Culp dan Johannes Plagemann, Hoorai for Global Justice? Emerging Democracies in a Multipolar World, GIGA Research Programme: Power, Norms, and Governance in International Relations, No. 242, December 2013, hal. 8 207 USAID, Energy Sector Governance Strengthened, 497-013 [Database On-line]; Internet, diunduh pada 10 Agustus 2015; Tersedia di http://www.usaid.gov/pubs/cbj2002/ane/id/497013.html
72
dari didirikannya USAID sendiri yaitu untuk memberikan bantuan yang benarbenar dibutuhkan oleh negara-negara didunia dan membantu negara-negara didunia dalam mempertahankan kemerdekaan mereka.208 AS mengeluarkan berbagai kebijakan di Somalia guna mempromosikan stabilitas politik dan ekonomi, mencegah penggunaan Somalia sebagai surga bagi terorisme internasional, dan meringankan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh konflik berkepanjangan, kekeringan, kemiskinan, dan tata kelola yang buruk.209 Ditambah dengan komitmen AS untuk membantu pemerintah Somalia dalam memperkuat lembaga-lembaga demokrasi, meningkatkan stabilitas dan keamanan, dan memberikan hasil untuk rakyat Somalia.210 Sebagaiaman dijelaskan diatas, AS melalui USAID adalah lembaga bantuan yang berupaya untuk membangun negara dari keterpurukan yang diakibatkan oleh krisis kemanusiaan maupun ancaman terorisme. Kesungguhan USAID dalam membantu permasalahan Somalia terlihat jelas dari diagram dibawah ini:
208
Ibid Hassan Mahadallah, US-Somalia Relation: Some Complicating Factors [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di http://somalitalk.com/2007/mahadallah/index.html 210 Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm 209
73
Gambar IV.A.1. Presentase Bantuan bilateral dan multilateral tahun 2007-2011
Sumber: Global Humanitarian Assistance
Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa AS telah lama mengirimkan bantuan luar negerinya ke Somalia. Terhitung dari tahun 2007 sampai 2011, USAID telah memberikan dana bantuan sebesar $862,8 juta. Bantuan Pembangunan tersebut diperuntukkan untuk AS mendukung pembentukan Pemerintahan Nasional pasca-transisi yang mendorong Somalia untuk bersatu dalam jangka panjang.211 Bantuan AS terhadap Somalia kembali meningkat pasca pengakuannya terhadap Pemerintahan Hassan Sheikh Ahmed tahun 2012 silam. Wendy Sherman (2014), dalam pidatonya, menyampaikan bahwa AS telah memberikan dana lebih dari $315 juta bantuan bilateral. Kontribusi dana tersebut dirancang untuk memperkuat sektor publik dan swasta, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan akses ke teknologi modern, dan memperbaiki iklim untuk industri kunci seperti pertanian, peternakan, dan energi.212 Dari seluruh kebijakan yang telah diupayakan AS di Somalia, penelitian ini berpandangan bahwa keberhasilan TFG dalam masa transisi juga tidak lepas dari
211 Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013, tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm 212 Wendy R. Sherman, U.S Foreign Policy in Somalia, 3 Juni 2014[Naskah Pidato]; Internet, diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm
74
bantuan AS. Hal ini berdasar pada tantangan besar TFG di Somalia adalah AlShaabab. AS mengambil peran penting dalam melemahkan gerakan Al- Shaabab melalui kebijakan light footprints dengan penggunaan drones strike dan peran CIA yang secara efektif menewaskan para Pemimpin kelompok tersebut. Kontribusi AS terhadap TFG dan AMISOM melalui persenjataan dan pelatihan militer, diasumsikan memiliki keterkaitan dengan hubungan jangka panjang dalam peningkatan kapabilitas militer. USAID menjadi lembaga yang efektif dalam menyalurkan bantuan dana kemanusiaan AS di Somalia. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kebijakan AS dalam memerangi terorisme Al- Shaabab mencapai keberhasilan. Tapi tetap perlu diingat, ancaman tak terduga dapat terjadi kapanpun, dan dimana saja. B.
Analisis Kepentingan Amerika Serikat AS sebagai negara yang memiki peran penting dalam Perang Dunia memiliki
keyakinan yang tinggi terhadap situasi internasional yang anarki. Sehingga, AS selalu mengedepankan kepentingan nasional dalam perumusan kebijakan luar negerinya. Hal ini sesuai dengan argumen Hans Morgenthau, bahwa: “Tujuan dari kebijakan luar negeri harus didefinisikan dalam hal kepentingan nasional.”213 Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini menilai bahwa kepentingan nasional AS dalam memerangi terorisme Al- Shaabab di Somalia adalah untuk
213
Gasimov Sayavush, The National Interest In International Relations Theory. Hal. 2. Dikutip dari Morgenthau, H.J.(1985), Politics Among Nations. New York.
75
menjaga popularitasnya sebagai satu-satunya negara Adidaya dan Membendung kekuatan China yang semakin berkembang di wilayah Afrika. 1.
Amerika Serikat Sebagai Negara Hegemon Dunia Kepemimpinan Global merupakan istilah yang tepat untuk menjelaskan peran
AS di dunia pasca Perang Dingin. Istilah tersebut menggambarkan peran AS sebagai hegemon global yang memerlukan dana besar dan memiliki resiko tinggi.214 Kepemimpinan politik dan militer global yang tidak memadai dan berbahaya menjadi dasar kebijakan. Artinya, AS sebagai negara hegemoni bertanggung jawab dalam seluruh aspek kehidupan dunia baik di bidang politik, ekonomi, dan keamanan.215 Sebagaimana dijelaskan pada bab dua, tragedi 9/11 sebagai momentum awal perubahan konsepsi keamanan AS telah menempatkan Al- Qaeda sebagai musuh utama dunia.216 Dan diketahui bahwa kelompok tersebut telah memiliki jaringan dengan berbagai kelompok ekstrimis Islam lainnya di seluruh penjuru dunia, salah satunya adalah kelompok Al- Shaabab di Somalia. Keterlibatan Al- Shaabab dalam berbagai serangan baik di internal dan eksternal Somalia merupakan tantangan serius dalam kawasan Afrika Timur. Tumbuhnya permasalahan kompleks sebagai dampak dari kehancuran rezim Siad Barre, menjadi momentum awal terciptanya kekacauan, kemiskinan, kelaparan, dan
214 Barbara Conry, U.S. “Global Leadership”: A Euphemism for World Policeman [paper analisis]; Internet, diunduh pada 7 November 2015; Tersedia di http://www.cato.org/pubs/pas/pa267.html 215 Ibid 216 George W Bush, 9/11 Address to the Nation: A Great People has been Moved to defend a Great Nation, diunduh pada 5 Mei 2014; Tersedia di http://www.americanrhetoric.com/speeches/gwbush911addresstothenation.htm
76
tindakan anarkis yang kian meningkat.217 Pergerakan Al- Shaabab sejak awal 2006 semakin memperparah situasi, yang berujung pada sulitnya penyelesaian konflik. Keputusan AS untuk melakukan intervensi di Somalia adalah tepat jika dihubungkan dengan posisinya sebagai great power sekaligus polisi dunia. Sebagai polisi, AS memiliki peran penting dalam misi operasi perdamaian. Kewajiban utama pasukan militer internasional adalah untuk memberikan keamanan bagi penduduk sipil, tanpa adanya gangguan dari pasukan militer asing yang mengganggu ketertiban umum.218 Pada Juni 2014, dalam pidato pembukaannya, Wendy Sherman (wakil menteri urusan politik AS) menyampaikan beberapa hal yang menjadi tujuan intervensi AS dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan di Somalia, diantaranya: Pertama, AS berkepentingan dalam membantu seluruh negara Afrika dalam mempertahankan momentum ekonomi dan meningkatkan hubungan dengan negara-negara
yang berkontribusi
terhadap
stabilitas, kemakmuran, dan
perdamaian. Kedua, keamanan dan kedaulatan Somalia akan melemahkan kekuatan ekstremisme dan teror yang mengancam warga di hampir setiap negara, termasuk Amerika Serikat.219 Ketiga, terwujudnya kestabilan Somalia memungkinkan pengungsi Somalia di luar negeri dapat kembali ke negaranya dan pengungsi dalam negeri kembali kerumah masing-masing. Sehingga mendorong pertumbuhan dalam negeri dan
Peter T. Leeson, “Better off Stateless: Somalia before and after government collapse”, Journal of Comparative Economics 35 (2007) hal. 689-710 218 Robert M. Perito, U.S Police in Peace and Stability Operation [Special Report], United States Institute of Peace, 2007 219 Wendy R. Sherman, U.S Foreign Policy in Somalia, 3 Juni 2014 [Naskah Pidato]; Internet, diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm 217
77
mengurangi tekanan politik di wilayah negara tetangga. Keempat, semua bangsa maritim akan mendapatkan keuntungan jika pembajakan dapat diatasi secara permanen, dan. Kelima, kestabilan ekonomi, guna mengurangi ketegangan penjaga perdamaian Afrika dan membuatnya lebih mapan dalam menanggapi krisis di tempat lain.220 Berdasarkan kelima alasan di atas dan ditambah dengan pertimbangan ancaman gerakan Al- Shaabab, Somalia menjadi salah satu prioritas AS pada saat ini. Hal tersebut juga berkaitan dengan sejarah hubungan kedua negara yang telah dijalin sejak kemerdekaan Somalia tahun 1960.221 Upaya dalam mewujudkan perdamaian di Somalia menjadi bentuk rasa tanggung jawab AS sebagai salah satu negara yang berkepentingan dalam memelihara ketertiban serta keamanan dunia. Dengan demikian, hal ini sesuai dengan tugas AS sebagai negara hegemon dunia. Pernyataan afiliasi Al- Shaabab dengan Al- Qaeda pada tahun 2012 menunjukkan adanya transformasi Al- Shaabab dari gerakan separatis menjadi gerakan terorisme internasional yang dapat menjadi ancaman global. Namun, David Shinn, seorang mantan Duta Besar AS di Ethiopia ( 1996-1999) berkata bahwa: “Even if Al- Shaabab makes a policy decision to become a global threat, I don’t think it can became the equivalent of Al- Qaeda”222 Walaupun Al- Shaabab memutuskan untuk menjadi ancaman global, saya tidak yakin bahwa kelompok tersebut setara dengan Al- Qaeda. (terjemahan penulis) David meyakini bahwa Al- Shaabab bisa saja melakukan serangan di berbagai negara Afrika Timur, namun ia optimis bahwa gerakan tersebut tidak akan mampu
220
Ibid. Ibid 222 Lihat wawancacara David Shinn. Lampiran 1 221
78
bergerak sebesar Al- Qaeda. Selain itu, David juga berargumen bahwa Al- Shaabab bukanlah ancaman bagi internal AS meskipun sebagian warga Somalia yang tergabung dengan Al- Shaabab telah berhasil masuk ke wilayah AS.223 Menyikapi pernyataan David tersebut, skripsi ini menilai bahwa AS justru menjadi salah satu target sasaran Al- Shaabab paska afiliasinya dengan Al- Qaeda. Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran skripsi ini adalah; Pertama, AlShaabab telah melakukan perekrutan prajurit dari negara AS dan sekutunya224; Kedua, AS telah mengirimkan berbagai video ancaman terror terhadap beberapa mall di wilayah AS; Ketiga, Pergerakan Al- Shaabab tanpa Godane telah mempersulit inteligen AS dalam mengontrol pergerakan Al- Shaabab.225 Jadi, meskipun tindakan nyata dari terror Al- Shaabab terhadap AS belum terjadi, tidak menutup kemungkinan bahwa Al- Shaabab telah membuat jadwal misterius dalam penyerangan internal AS.226 Dari serangkaian kebijakan yang dikeluarkan oleh AS dalam mengatasi aksi Al- Shaabab, tidak terlepas dari kepentingan AS dalam menjaga eksistensinya sebagai negara hegemoni. Kehadiran AS dalam membantu mewujudkan perdamaian dan kestabilan Somalia dari ancaman Al- Shaabab telah mencapai keberhasilan sebagaimana dijelaskan pada sub bab pertama. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari perluasan kontrol wilayah yang telah dicapai oleh Pemerintah 223
Lihat wawancacara David Shinn. Lampiran 1 Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/alshabaab-explainer/ 225 Ibid 226 Al- Shaabab Calls for Attackon Mall of America in New Video [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 November 2015; Tersedia di http://www.foxnews.com/world/2015/02/23/al-shabaab-reportedly-calls-for-attack-on-mallamerica-in-new-video/ 224
79
Federal Somalia atas bantuan AS dari tahun 2012 hingga 2014. Perluasan tersebut dapat dilihat dari peta di bawah ini: Gambar IV. B.1. Wilayah Kontrol TFG Tahun 2012
Sumber: googlemaps.com
Gambar IV. B.2. Wilayah Kontrol TFG Tahun 2013
Sumber: googlemaps.com
80
Gambar IV. B.1. Wilayah Kontrol TFG Tahun 2014
Sumber: googlemaps.com
Ketiga gambar diatas memberikan pemahaman bahwa Al- Shaabab telah mengalami penurunan eksistensi di Somalia. Terlihat dari banyaknya wilayah yang lepas dan telah di kontrol oleh TFG. Kejayaan Al- Shaabab di Somalia sejak tahun 2007 hingga 2011 akhirnya kembali melemah paska intervensi AS di Somalia. Meskipun kehadiran AS tidak serta merta secara langsung dilapangan, tetapi kontribusi AS dalam melatih militer Somalia dan AMISOM, bantuan kemanusiaan dan inteligen telah mengatur mundur Al- Shaabab. Akhirnya, kontribusi AS memiliki fungsi yang signifikan dalam pemenuhan stabilitas keamanan Somalia, meskipun era globalisasi telah mengantarkan dunia yang multipolar, AS tetap berupaya menunjukkan diri sebagai satu-satunya negara hegemon global.
81
2.
Membendung Kekuatan China di Wilayah Afrika Timur Sebuah kenyataan yang diketahui secara global bahwa AS telah menjadi
Pemimpin Dunia tunggal. Berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya Uni Soviet tahun 1991 telah membawa keberuntungan bagi AS dalam menikmati periode unipolaritas dalam urusan global. Namun, abad ke-21 ditandai dengan munculnya raksasa ekonomi yang mengakibatkan terciptanya pusat-pusat kekuasaan baru di seluruh dunia. Salah satunya adalah kehadiran China yang dapat mengancam keseimbangan abad ke-21 terhadap ekonomi AS.227 Abad ke-21 menjadi kondisi yang kurang menguntungkan bagi AS. Berkembangnya aksi terorisme dan perputaran sistem internasional dari unipolar menjadi multipolar menjadi tantangan serius bagi kelangsungan AS sebagai negara adikuasa.
Sehingga,
dibutuhkan
evaluasi
kebijakan
AS
dalam
upaya
mempertahankan posisinya di dunia. Sebagaimana telah di sampaikan oleh Wendy sebelumnya, kehadiran AS di Somalia berhubungan erat dengan masalah ekonomi dan stabilitas Somalia, serta mengatasi perkembangan aksi terorisme Al- Shaabab. Pada kenyataannya, penelitian ini menemukan bahwa AS memberikan dukungan kuat terhadap TFG dan AMISOM berhubungan erat dengan kemunculan China dalam sektor ekonomi yang sangat besar.228
227
Luke M. Herrington, U.S. Hegemonic Decline and the Rise of China [Essay]; Internet, diunduh pada 7 November 2015; Tersedia di http://www.e-ir.info/2011/07/15/why-the-precariousrise-of-china-will-not-lead-to-global-hegemony/ 228 Abukar Arman, Geopolitical Showdown in the Horn [database on-line]’ Internet, diunduh pada 10 November 2015; tersedia di http://foreignpolicy.com/2015/06/01/geopolitical-showdownin-the-horn/
82
China adalah pemain yang semakin penting dalam politik, pembangunan ekonomi, dan keamanan Afrika. Secara historis, China telah memprioritaskan hubungan diplomatik yang kuat dan hubungan politik dengan negara-negara Afrika dengan aspirasi ideologis berlabuh pada “solidaritas antara negara-negara Dunia Ketiga”. Namun, sejak tahun 2001, China lebih mengejar sektor ekonomi dengan fokus pada sumber daya alam Afrika yang berlimpah untuk bahan bakar pertumbuhan domestik China.229 Pertumbuhan ekonomi China di Afrika tidak altruistik dan dipandu oleh prinsip “saling menguntungkan” untuk kedua belah pihak. Dalam rangka "sumber daya pengembangan," Beijing memobilisasi sumber keuangan negara untuk berinvestasi secara luas dalam proyek-proyek infrastruktur di seluruh Afrika dan ekstrak sumber daya alam sebagai imbalan. Pada bulan Juli 2012, Cina menyediakan $ 20 miliar pembiayaan ke Afrika untuk blueprint strategis dalam tiga tahun ke depan. 230 Afrika Timur bukanlah negara-negara prioritas kepentingan AS, namun adanya peningkatan peran Cina mengkhawatirkan hilangnya pengaruh AS di Afrika Timur, khususnya di Somalia. Untuk bersaing dengan kehadiran Cina dan melawan konsekuensi negatif dari pendekatan China, AS harus menjadi lebih terlibat di Afrika dengan strategi yang efektif. Pendekatan yang unik China juga memiliki implikasi yang luar biasa pada peran AS dalam pemerintahan global dan masa depan mitra di Afrika.
229
Yun Sun, China in Afrika: Implication for U.S Competition and Diplomacy (2013) [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 November 2015; Tersedia di http://www.brookings.edu/research/reports/2013/04/china-africa-us-competition-diplomacy-sun 230 Ibid
83
Pada Januari 2014, AS mengadakan US-Africa Summit di Gedung Putih yang dihadiri oleh 51 Kepala Negara Afrika. Pertemuan tersebut bertema “Investasi pada Generasi Berikutnya”. Pertemuan tersebut fokus pada masalah perdagangan dan investasi di Afrika, serta menyoroti komitmen AS terhadap keamanan Afrika. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa pertemuan tersebut merupakan respon AS terhadap pertumbuhan China di Afrika.231 Dalam kasus di Somalia, AS sangat berkomitmen dalam mengupayakan keamanan dari aksi terorisme Al- Shaabab yang menjadi faktor penghambat kestabilan Somalia. Pengakuan AS atas Pemerintah Federal Somalia, dan serangkaian bentuk bantuan militer dan kemanusiaan AS diyakini sebagai upaya AS dalam membendung pengaruh kekuatan China yang sedang berkembang di wilayah Afrika.
Dane Erickson, The U.S-Afrika Leaders Summit: It’s Not Just About Competition With China [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 November 2015; Tersedia di http://www.theamerican-interest.com/2014/07/24/its-not-just-about-competition-with-china/ 231
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dinamika hubungan AS dan Somalia dipenuhi oleh berbagai tantangan. AS telah menarik misinya dari Somalia sebanyak dua kali;
Pertama, penarikan
perwakilan diplomatik paska runtuhnya rezin Siad Barre tahun 1991; Kedua, pengiriman misi kemanusiaan tahun 1992 hingga tahun 1994 mengalami kegagalan. Situasi yang kurang baik mengharuskan AS menarik pasukannya dari Somalia. Tragedi 11 September 2001 menjadi alasan kampanye Perang Melawan Terorisme dan menjadikannya sebagai agenda utama AS dalam kebijakan luar negerinya. Keberadaan kelompok Al- Shaabab yang berafiliasi resmi dengan AlQaeda sejak tahun 2012 telah melancarkan berbagai serangan di wilayah Somalia, dan luar Somalia. AS sebagai pelopor “war on terrorism” turut serta dalam menghadapi Al- Shaabab. Pada bab kedua penelitian ini ditemukan bahwa AS sangat sungguh-sungguh dalam memerangi terorisme. George Bush sebagai “Bapak War on Terrorism” dan Obama sebagai Presiden yang masih menjabat di tahun 2014 telah konsisten dalam melanjutkan kebijakan dalam memerangi terorisme dunia. Kemudian, pada bab tiga juga ditemukan bahwa kelompok Al- Shaabab yang berbasis di Mogadishu, ibukota Somalia telah berkembang menjadi terorisme internasional, ditandai dengan afiliasi resminya di tahun 2012. Serangan di
85
Kampala, Uganda tahun 2010; Serangan Westgate Mall tahun 2013 di Nairobi, Kenya, serta; Keterlibatan warga berdarah Amerika-Somalia yang tergabung bersama Al- Shaabab membuktikan bahwa kelompok ini bukan hanya gerakan separatis yang ingin menguasai Somalia, tetapi telah berkembang menjadi gerakan ekstrimis Islam yang berpotensi menjadi ancaman regional Afrika, bahkan dunia. Bab empat penelitian ini fokus pada jawaban mengenai analisis kebijakan AS dalam mengatasi perkembangan aksi Al- Shaabab. Dari analisis tersebut, penelitian ini akhirnya menemukan lima kesimpulan. Pertama, kebijakan utama AS melalui Strategi Light Footprint, dengan memanfaatkan badan inteligen dan penggunaan pesawat tak berawak telah mengalami keberhasilan. Kematian beberapa figur penting Al- Shaabab menjadikan kelompok ini semakin lemah, dan kemungkinan dapat dibubarkan. Kedua, kebijakan AS melalui dukungan terhadap Pemerintah Federal Transisi Somalia berimplikasi pada peningkatan aliansi antara kedua negara, terutama dalam kerjasama melawan terorisme. Ketiga, dukungan AS terhadap AMISOM adalah bentuk rasa tanggung jawab AS sebagai negara super power. Disisi lain, dukungan tersebut juga sebagai upaya dalam mempertahankan kedudukan AS dari aktor lain yang berupaya mengimbangi posisi AS di dunia. Perkembangan ekonomi dan militer China menjadi salah satu alasan AS memfokuskan kebijakannya di Afrika. Dengan kata lain, hal tersebut sebagai bentuk kekhawatiran AS terhadap China yang semakin berkembang. Keempat, pemberian batuan melalui USAID adalah upaya AS dalam mempertahankan negara kemerdekaan Somalia. Bantuan dana dikirimkan USAID
86
sebagai upaya dalam meningkatkan pembangunan dan perencanaan tata ruang kelola internal Somalia. Kelima, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh AS tersebut tidak terlepas dari alasan kepentingan nasionalnya terhadap Somalia. Terorisme Al- Shaabab adalah ancaman keamanan yang menjadi tanggung jawab AS dalam kerangka posisinya sebagai negara hegemon global. Negara hegemon bertugas untuk mengontrol dan mengupayakan keamanan bagi setiap negara dari segala bentuk ancaman. Selain itu, Situasi internasional yang multipolar telah memunculkan kekuatan raksasa baru seperti China. Kekuatan China dalam sektor ekonomi diyakini mampu menyaingi kekuatan AS, diikuti dengan kekuatan-kekuatan lain seperti Rusia, India, dan Iran juga turut menjadi saingan AS.
DAFTAR PUSTAKA Buku Beyer, Anna Comelia. Hegemony and Power in Global War on Terrorism (Berlin: Global Power Shift, 2012) Creswell, John W. Educational Research: Palnning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitatif Research. Edisi keempat (Boston: Pearson, 2008) Center for Civilian in Conflict, The Civilian Impact of Drones: Unexamined Costs, Unanswered Questions (USA: Center for Civilians in Conflict (formerly CIVIC) and Human Rights Clinic at Columbia Law School, (2012) Freedman, Leonard., Power & Politics in America: Sevent Edition, (USA: Harcourt Collage, 2000) Gerges, Fawaz A. The Rise and Fall of Al- Qaeda (New York: Oxford University Press, Inc, 2011) Gunaratna, Rohan. Inside Al- Qaeda: Global Network of Terror (New York: Cloumbia University Press, 2002) Hendropriyono, A.M., Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam: Terorisme Jaringan Al- Qaeda (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009) Holsti, K.J., International Politics: A Framework for Analysis (U.S.A: Prentice Hall , Inc., Engleewood Cliff, N. J, 1997) Howen, Nick., Military Force and Criminal Justice: The US Response to 11 September and International Law (Jenewa: The International Council on Human Rights Policy, 2002) International Monetary Fund, World Economic Outlook: Crisis and Recovery (Washington, DC: International Monetary Fund, 2009) Jacson, Robert dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) Lawrence, Neuman W. Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative Approach (The United States: Pearson education Inc, 2007) Lujan, Major Fernando M., Light Footprints voices The Future of American Military Intervention, (USA: Voice From the Field, Center for a New American Security,2013) Michael, Nicholson. Formal Theories In International Relations (New York: Cambridge University Press, 1990) Roesenau, James N. The Study of Foreign Policy (New York: Free Press, 1972)
xiii
Rudy, T. May. Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin (Bandung: Refika Aditama, 2002) Salah, Muhammad. Secret Relationship between al-Zawahiri and bin Laden: The Juhad Turned bin Laden into a Mujahid (Cairo: Al- Hayat, 1998) Shafir, Gershon, Everard Meade, and William J. Aceves, eds. From Moral Manic to Permanent War: Lesson and Legacies of the War on Terror (London: Routledge, 2013) Suryanto, Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta: Kencana, 2007) Perwita, Anak Agung Banyu dan Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006)
Jurnal Attuquayefio, Philip “Drones, The US And The New Wars In Africa”, Journal Of Terrorism Research, Vol. 5, Issue 3, (2014) Bartell, Dawn l. dan David H. Gray., “Hezbollah and Al Shaabab in Mexico and the Terrorist Threat to the United States”, Global Security Studies, Vol. 3, Issue 4 (2012) Boussios, Emanuel., “Changing The Rules of War: The Controversies Surrounding the United States’ Expanded Use of Drones”, Journal of Terrorism Research , Vol. 6, Issue 1 (2015) Byman, Daniel.,“Remaking Alliances for the War on Terrorism”, The Journal of Strategic Studies Vol. 29, No. 5 (2006) Hartati, Anna Yulia., “Konflik Internal Somalia dalam Konteks Perang Sipil,” SPEKTRUM Jurnal Ilmu Politik Hubungan internasional, Vol. 8, No. 1, (2011) Ibrahim, Mohamed, “The Al- Shaabab Myth: Notoriety not Popularity,” National Centre of Excellence for Islamic Studies, Vol 3. No. 5 (2010) Ilma Ghaisany Sja, Adlini, “Tracing Al Shabaab’s Decision to Cooperate with Al Qaeda in Somalia (2008)”, Journal of Terrorism Research, Vol. 5, Issue 1 ( 2014) Leeson, Peter T., “Better off Stateless: Somalia before and after government collapse,” Journal of Comparative Economics 35 (2007) Sjah, Adlini Ilma Ghaisany., “Tracing Al-Shaabab’s Decision to Cooperate with Al- Qaeda in Somalia”, Journal of Terrorism Research, Vol 5. Issue 1 (2008) Meri, Lisa., “Terorisme Tindak Pidana Transnasional Dalam Pengadilan Nasional”, Jurisprudentie, Vol. 1, No. 2 (2014) Nuchterlein, Donald.,”The Concept of National Interest: A Time for New Approach”, orbish, vol. 23, (1979)
xiv
Odowa, Abdullahi M., “Somalia Clan and State Politics: What can current leaders in Somalia learn from their past history?”, The ITPCM International Commentary, Vol. IX, No 34 (2013) Safitri, Isma Athriya “Pemberian Bantuan Amerika Serikat kepada Somaliasebagai Bentuk Pembendungan Kekuatan Cina di Afrika”, Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1 (2014) Tanod, Witny., “Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Kekuatan Bersenjata Dengan Menggunakan Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Drones) Dalam Hukum Internasional”, Lex Crimen, Vol.II. No.1. (2013)
Media Publikasi “The National Security Strategy of the United States of America (NSS)” (2002) “The 9/11 Commission Report, 2001”, Tersedia di http://www.911commission.gov/report/911Report.pdf ADL, “Al Shaabab’s American Recruits”, Anti-Defamation League (2015); http://www.adl.org/assets/pdf/combating-hate/alTersedia di shabaabsamerican-recruits.pdf African Union, “Incident Preliminary Analysis: Top Al- Shaabab Figure Killed in Airstrike”, ACSRT/Incident-Preliminary-Analysis-003-2015, (2015) Arieff, Alexis dan Lauren Ploch Blanchard,”Al Qaeda-Affiliated Groups: Middle East and Africa”, Congressional Research Service (2014); Tersedia di http://fas.org/sgp/crs/mideast/R43756.pdf Allen, Charles., “The Terrorist Threat: US Facing New Challenges at Abroad and at Home”, Prepared for the Aspen Homeland Security Group (2013) Barnes, Julian E., “US Expands Drone Flights to Take Aim at East Africa,” The Wall Street Journal (2011). Bureau of African State, “US-Somalia Relation”, (2013); Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm BTI, “Somalia Country Report”, (2014), 4; Tersedia di www.btiproject.de/uploads/tx_itao.../BTI_2014_Somalia.pdf Blanchard, Lauren Ploch, “US - Kenya Relations,” Congressional Research Service, Current Political and Security Issues (2013) Blanchard, Lauren Ploch, “The September 2013 Terrorist Attack in Kenya: In Brief”, Congressional Research Service,14 November 2013 Bowman, Steve, “War in Afghanistan: Strategy, Military Operations, and Issues for Congress”, Congressional Research Service (2009) Byman, Daniel L., “Breaking the Bonds between Al-Qa’ida and Its Affiliate Organizations”, Saban Center at Brookings: Analysis Paper, Number 7 (2012) xv
Culp, Julian dan Johannes Plagemann, “Hoorai for Global Justice? Emerging Democracies in a Multipolar World”, GIGA Research Programme: Power, Norms, and Governance in International Relations, No. 242 (2013). Coggins, Bridget L., “Do Failed States Produce More Terrorism: Initial Evidence From Non- Traditional Threat Data (1999-2008)” [working Paper]; Center for International Peace and Security Studies, McGill University (2011) Department of Defense, “Quadrennial Defense Review Report”, Unites States of America (2001) Daniel E. Agbiboa, “Davies Paper Memorial Institute of International Studies”, Africa Series, No. 3 (2014) Feickert, Andrew, “U.S. Military Operations in the Global War on Terrorism: Afghanistan, Africa, the Philippines, and Colombia”, CRS Report for Congress (2005) Ganor, Boaz, “Identifing the Enemy in Counterterrorism Operations-A Comparison of the Bush and Obama Administrations”, International Law Studies: US Naval War Collage, Vol. 90 (2014) ICG, “Somalia: Al- Shaabab – It Will be a Long War”, International Crisis Group, Nairobi: Africa Briefing N°99 (2014) Knight, Julia., “Thoughts on the Light Footprint Strategy”, Foreign Policy Association (2012) Mohamed, Mohamed A., “US Strategic Interest In Somalia: From Cold War Era to War on Terror”, Department of American Studies (2009) Osman, Dr. Abdullahi A. et all, “Operationalizing African-led Solutions in Peace and Security, Case Study: South Sudan and Somalia”, IPSS and APSP, (2013) Perito, Robert. M. “U.S. Police in Peace and Stability Operation”, [Special Report] United States Institute of Peace (2007Rotberg, Robert I., “Chapter 1: Failed States, Collapsed States, Weak States: Causes and Indicators”. Tersedia di www.brookings.edu/.../statefailureandstateweaknessinatimeofterror.pdf Police Department of New York City., “Analysis of Al- Shaabab’s at the Westgate Mall in Nairobi, Kenya”. Tersedia di https://assets.documentcloud.org/documents/894158/westgate-report-forshield-website.pdfSherman, Wendy R., “U.S Foreign Policy in Somalia”, (2014); Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm Puntland Development Research Center, “The Puntland Experience:A Bottom-up Approach to Peace and State Building”, Peace Initiatives in Puntland (1991-1997) Richard F. Grimmett, “Authorization For Use of Military Force in Response to the 9/11 Attacks”, CRS Report for Congres, Legislative History (2007)
xvi
Rohde, David., “The Obama Doctrine: How the President ‘s Drone War is Backfiring”, (2012); Tersedia di http://foreignpolicy.com/2012/02/27/theobama-doctrine/Sayavush, Gasimov., “The National Interest In International Relations Theory”. (2014); Tersedia di www.ahtmm.com/proceedings/2012/2ndahtmmc_submission_95.pdf Security Council, “Report of the Secretary-General on the protection of Somali natural resources and waters”, United Nations (2011) The President, “Establishing the Global War on Terrorism Medals”, Federal Register, Vol. 68, No. 50 (2003) US Departmen of State, “The Global War on Terrorism: The First 100 Days”, (2001); Tersedia di http://2001-2009.state.gov/s/ct/rls/wh/6947.htm US Department of State Bureau of Counterterrorism, Country Reports on Terrorism (2014) Williams, Paul D. “The African Union Mission in Somalia and Civilian Protection Challenges” [Research Article], 1; Tersedia di www.bancroftglobal.org/wp.../AMISOM-PoC-Stability-2013.pdf Wise, Rob, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies, Case Study Number 2, (2011)
Skripsi/Tesis Brown, Charles M, “ US National Security Interest in Africa and the Future Global War on Terrorism (GWOT): A Proposal to Create an African Regional Combatant Command and a Regional African Special Operation Command”, [Thesisi] (Naval Postgraduate School Monterey, 2005) Davis, Wendy S, “Providing a Framework to Understanding Why the US Invaded Iraq in 2003”, [Thesis], (Virginia Polytechnic Institute and State University, 2007) Febrian, Sandi, “Kerjasama Pemerintah Transisi Federal Somalia (TFG) dan Uni Afrika dalam Menanggulangi Gerakan Al- Shaabab Tahun 2007-2012”, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, [Skripsi] (UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2014) Westcott, Stephen, “The Impact of Foreign Elements Over Somalia’s AlShaabab”, [Thesis] (Murdoch University, 2011)
Website AMISOM, AMISOM Background [database on-line]; Internet, diunduh 10 Juli 2015; Tersedia di http://amisom-au.org/amisom-background/
xvii
Anti Demafation League, Al- Shaabab’s American Recruits, 2015 [database online], Internet, diunduh 20 Mei 2014; Tersedia di www.adl.org/assets/pdf/...hate/al-shabaabs-american-recruits.pdf Aljazeera, Full Transcript of Bin Laden’s Speech [Database On-line], Internet; Tersedia di http://www.aljazeera.com/archive/2004/11/200849163336457223.html Arman, Abukar, Geopolitical Showdown in the Horn [database on-line]’ Internet, diunduh pada 10 November 2015; tersedia di http://foreignpolicy.com/2015/06/01/geopolitical-showdown-in-the-horn/ BBC, Somali Election: Hassan Sheikh Elected as Presiden [BBC News: 11 Sepetember 2012]; Internet, diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-africa-19540325 Boardman, William, US Foreign Policy: Terrorism in Response to Terrorism [Database On-line], Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di http://www.globalresearch.ca/us-foreign-policy-terrorism-in-response-toterrorism/5359399. Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013, tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013 [Database On-line] Internet; diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm Bush, George W Speech, [Database on-line]; Internet, diunduh pada 26 Juni 2014; Tersedia di http://www.theguardian.com/world/2001/sep/21/september11.usa13. Bush, George W 9/11 Address to the Nation: A Great People has been Moved to defend a Great Nation, diunduh pada 5 Mei 2014; Tersedia di http://www.americanrhetoric.com/speeches/gwbush911addresstothenatio n.htm CIA, Vision, Mission, Ethos 7 Challenges [Database on-line], Internet; Diunduh pada 5 Juni 205; Tersedia di https://www.cia.gov/about-cia/cia-visionmission-values David Rohde, The Obama Doctrine: How the President‘s Drone War is Backfiring, The Magazine; diunduh 25 Agustus 2015; Tersedia di http://foreignpolicy.com/2012/02/27/the-obama-doctrine/ Eilperin, Juliet dan Kevin Sieff, Obama Commits US to intesified fight againts terrorists in east Africa [Database on-line], Internet: Diunduh pada 28 Juli 2015; Tersedia di http://www.washingtonpost.com/politics/us-to expand-support-in-kenya-somalia-for-counterterrorism operations/2015/07/25/b6f386f0-3210-11e5-97ae 30a30cca95d7_story.html
xviii
Herrington, Luke M. U.S. Hegemonic Decline and the Rise of China [Essay]; Internet, diunduh pada 7 November 2015; Tersedia di http://www.eir.info/2011/07/15/why-the-precarious-rise-of-china-will-not-lead-toglobal-hegemony/ Erickson, Dane, The U.S-Afrika Leaders Summit: It’s Not Just About Competition With China [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 November 2015; Tersedia di http://www.the-american-interest.com/2014/07/24/itsnot-just-about-competition-with-china/Hassan Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/al-shabaab-explainer/ Jamal, Omar, Press Conference: 4 April 2012, http://www.unmultimedia.org/tv/webcast/2012/04/press-conferenceomarjamal-somalia.html (at 10:49) Jeffrey Gettleman, Mark Mazzetti, dan Eric Cshmitt, US Relies on Contractors in Somalia Conflict, The New York Times, 10 Agustus 2011 Jeremy Scahill, The CIA’s Secret Sites in Somalia, The Nation, 10 Desember 2014 [database on-line]; Internet; Tersedia di http://www.thenation.com/article/cias-secret-sites-somalia/ Kawilarang, Ranne R. A, Tragedi 9/11: Penabrakan pesawa-pesawat bajakan ke Menara Kembar WTC jadi simbol perang atas terorisme, 2011, Internet; The Coalition Information Center, The Global War on Terrorism: The First 100 Days [Report]; Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di www.bits.de/public/documents/US_Terrorist_Attacks/100days.pdf. Mahadallah, US-Somalia Relation: Some Complicating Factors [Database online]; Internet, diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di http://somalitalk.com/2007/mahadallah/index.html Maulana, Victor, Kembali Beraksi, Al- Shaabab Targetkan Warga AS [Sindo News]; 9 September 2014; Tersedia di http://international.sindonews.com/read/899644/44/kembali-beraksi-alshabab-targetkan-warga-as-1410235903 Pebreyanti, Imelia, 11-9-2001: Teror 9/11 Mencekam Amerika Serikat, diunduh pada 11 September 2014 tersedia di http://news.liputan6.com/read/2103399/11-9-2001-teror-911mencekam-amerika-serikat Sasmini, 2009, War on Terror dalam Perspektif HHI, [database on-line], Internet; Diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di http://sasmini.staff.uns.ac.id/2009/08/31/war-on-terror-dalam-perspektifhhi/Scott Shane, Drone Strikes Reveals Uncomfortable Truth: U.S is Often Unsure About Who Will Die,23 April 2015 [Databae on-line],
xix
Internet; Diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di http://www.nytimes.com/2015/04/24/world/asia/drone-strikes-revealuncomfortable-truth-us-is-often-unsure-about-who-will-die.html?_r=0 Sun, Yun, China in Afrika: Implication for U.S Competition and Diplomacy (2013) [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 November 2015; Tersedia di http://www.brookings.edu/research/reports/2013/04/chinaafrica-us-competition-diplomacy-sun Strategic Intelligence Service Counter Terrorism and National Security Intelligence, “Al- Shaabab Amniyat Divison Masterminds of Terror Attacks” [database on-line]; Internet, diunduh pada 5 Juli 2015; Tersedia di http://www.intelligencebriefs.com/kenya-to-launch-special-anti-terrorphone-and-internet-tap-plan-against-al-shabaab-amniyat-division/Somalia The Supreme Islamic Courts Union/al-Ittihad mahakem al-Islamiya (ICU), http://www.globalsecurity.org/military/world/para/icu.htm, diunduh pada 5 Juni 2014 Tom Curry, Obama Continues Ekstends Some Bush Terrorism Policies, 2013. diunduh 28 Mei 2015 tersedia di http://nbcpolitics.nbcnews.com/_news/2013/06/06/18804146-obamacontinues-extends-some-bush-terrorism-policies?lite USAID, Energy Sector Governance Strengthened, 497-013 [Database On-line], internet, diunduh pada 10 Agustus 2015; Tersedia di http://www.usaid.gov/pubs/cbj2002/ane/id/497-013.html US Department of State-Bureau of Consular Affairs, The U.S. Department of State continues to warn U.S. citizens to avoid all travel to Somalia, US Pasports and International Travel, [database on-line]; Internet, diunduh pada 11 Oktober 2015; Tersedia di http://travel.state.gov/content/passports/en/alertswarnings/somalia-travelwarning.html USA, Somalia: Security and Humanitarian Situation in South and Central Somalia, (2014); Tersedia di https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/ file/390329/cig_somalia_security_situation_v20.pdf Who are Somalia’s Al Shaabab, diunduh dalam http://www.bbc.com/news/worldafrica-15336689, tanggal 20 November 2014 Zimmerman, Katherine , 2013, Al Qaeda’s African Surge Threatens the U.S. [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2014; Tersedia di http://www.wsj.com/articles/SB100014240527023042139045790949615 2949776
xx
Lampiran I
Transkip Wawancara
Name
: David H. Shinn,BA., MA., Ph. D
Occupation(s)
: An adjunct professor of international affairs at The George Washington University US Ambassador to Ethiopia ( 1996-1999) US Ambassador to Burkina Faso (1987-1990)
Email
:
[email protected]
Date
: 24 June 2015
List of Questions 1. Do you agree that the transformation of al-Shabaab will create a global threat as equivalent with al-Qaeda?
Al-Shabaab poses a regional threat but does not now seem to have the capacity or interest to become a global threat. There are some Somali nationalist elements in al-Shabaab that probably have no interest in expanding the fight globally. While al-Shabaab has the capacity to operate in Somali-inhabited territory in the region, it has rarely struck beyond that area. The bombing in Kampala, Uganda was an exception. Even if al-Shabaab makes a policy decision to become a global threat, I don’t think it can become the equivalent of al-Qaeda.
2. Do you agree that the problem of terrorism becomes a major goal of the US intervention in Somalia? If yes, why? And if not, why?
The original US intervention in Somalia in 1992-1994 was done for humanitarian reasons and then, once it became a UN operation, for purposes of state building.
At that time, it had nothing to do with counterterrorism.
Following the 1998 al-Qaeda bombings of the US embassies in Dar es Salaam, Tanzania and Nairobi, Kenya, counterterrorism became the principal reason for reengaging in Somalia and it continues to be the primary reason up to the present. This is part of the US effort globally to combat terrorism, even though al-Shabaab has had minimal impact on the US. Small numbers of Somalis living in the US have joined al-Shabaab and pose a theoretical threat to the US. The main concern, however, is the impact of al-Shabaab on US allies in the Horn of Africa, especially Kenya, Ethiopia, and Djibouti.
3. US as a superpower country is always exist [sic] in promoting peace process in Somalia. According to you, what are the most influential US foreign policies in assisting Somalia against al-Shabaab?
How are the policies being
implemented?
The most useful thing the US can do is to fund and train the Somali security services, support AMISOM financially, provide intelligence to AMISOM, help identify and remove key al-Shabaab leaders, and put pressure on the Somali Federal Government to improve its governance and more forward faster with the process of political reconciliation. The US is doing all of these things.
4. What are the US contributions in helping Somalia against al-Shabaab?
See no. 3 above. In addition, the US provides considerable emergency aid and some development assistance to Somalia in order to help strengthen the Somali government. It is also supportive of Somalia in UN debates in New York.
5. Referring to US and AMISOM, which one is more dominant in influencing Somalia’s government policies? And according to you, what factor drives US/AMISOM to do so?
Because AMISOM forces work closely with Somali government forces, I believe AMISOM is dominant on security issues. AMISOM, the US and others influence the political process. I suspect the US and EU have a greater influence on political issues than does AMISOM. As for humanitarian assistance and development aid, the UN, EU, and US are far more important than AMISOM. But countries such as Turkey also play an important role.
Lampiran II
Transkip Wawancara
Name
: Abdi Dirshe, BA
Occupation(s)
: Political Analyst Permanent Secretary, Ministry of Plannining and International Cooperation, Federal Government of Somalia
E-mail
:
[email protected]
Date
: 10 June 2015
List of Questions 1. Somalia is known as a country that is still pursuing to stabilize his government since the collapse of Siad Barre's regime in 1991. Some external actors are trying to intervene and assist Somalia’s efforts. What do you think about foreign intervention in Somalia? (How many states play the biggest role in Somalia?) Would this situation (foreign intervention) drive Somali citizen’s survival into advantage / disadvantage in the future?
The present military action in Somalia under the African Union Mission in Somalia (AMISOM) is in response to fight Al-shabab, the Al-Qaeda linked terrorist group. The Somali government supports the presence of AMISOM. The Somali public see progress in the political and economic environment and in this way support the decision of the government. In the medium to long term, the Somali National Army is to replace the AMISOM troops.
2. How is the recent development of US Government and Somali Government (TFG)’s bilateral relations?
The US has shifted its foreign policy towards Somalia from containment to ONE Somalia policy where the Somali State is supported to reclaim its sovereignty in a new political framework in which the Somali regions have a role to play in the decision making process. This is not limited to political support but also development and military support.
3. The emergence of Al- Shaabab as fractions of the Islamic Courts Union has been developing since 2006. It started from the separatist action that intended to control southern Somalia in 2006, to its development into AlQaeda affiliation in 2008, and was officially announced in 2012. Do you agree that the transformation of Al- Shaabab will create a global threat as equivalent with al-Qaeda? in your opinion, what are the motives that drive Al- Shaabab in joining Al Qaeda?
Some of the early leaders of Al-shabab were trained in Afghanistan, hence a link to the Al-Qaeda leadership. In addition, Al-Qaeda operatives in Eastern Africa have moved to Somalia in the absence of effective government and have provided training and a link to Al-Qaeda. This has made the transition an easy one.
4. According to you, what are the most influential US foreign policies in assisting Somalia againts Al- Shaabab, particularly from 2012-2014? How are the policies being implemented?
The US supports AMISOM with training and intelligence information in combating Al-Shabab and it also trains the Somali National Army. The USAID provides development assistance to Somalia.
5. What are the US contribution in helping Somalia againts Al- Shaabab?
The US is active on the ground by way of drones and military support to both AMISOM and the Somali Nantional Army.
6. In some news articles about Al- Shaabab, Ahmesd Abdi Geodani as a supreme leader of Al- Shaabab was killed by a US drone strike attack? How do you respond, as a Somali government, to that action taken by US?
The Somali government has offered amnesty to all Al-Shabab members and its leadership if they renounce violence. Godane decided to continue waging extreme violence against the people of Somalia. Killing Godane was seen as a serious setback to Al-Shabab but the solution always lies in dialogue.
7. Referring to US and AMISOM existence. Which one from these two is more dominant in influencing Somalia’s government policies? And according to you, what factor drives AS / AMISOM to do so? Government policies – foreign, domestic? The US has enormous influence on Somalia’s domestic and international policies. AMISOM has some but limited influence.
8. Do you agree that the problem of terrorism becomes a major goal of the US intervention in Somalia? If yes, why? And if not, why?
Somalia has everything to gain from stability and the US is supporting Somalia reach that goal. The goal of the USA is to create a stable international environment so its global trade and influence remain strong.
9. Last question, What is the best solution to prevent Somalia from being the target of “save heaven“ for terrorism? The Somali people’s opinion matter when it comes whether Somalia becomes safe haven for terrorist organizations. Al-Shabab was supported by the public when there was Ethiopian occupation in Somalia but the same people have turned against Al-Shabab when the Ethiopian troops withdrew. This is important point.