Dukungan Jepang Dalam Melawan Terorisme Era Pemerintahan Koizumi 2001-2006
Abilio Tedja Da Silva Freitas Nim 0921105024 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this research is explain the role and interest of Japan on United State’s war on terrorismbetween 2001-2006. Japan is one country that has always played an active role in helping the United States in the United States campaign against terrorism since 20 century. It is based on the defeat of the Japanese during the second world war that the in the present, Japan have a dependency in military terms with the United States. In this condition, Japan want to pursue its interest for maintaining the military cooperation with the United State. In this case, I put more emphasis on the effort and interest by japan on maintaining their goal. Keywords: war on terrorist, interest, military cooperation
1.
Pendahuluan Diawal
abad
terorisme serta menjadi basis dari ke-21
dunia
dikejutkan dengan serangan teroris yang menghancurkan World Trade Center (9/11). Serangan teroris ke Amerika
Serikat
sebuah
ancaman
Washington,
dilihat
sebagai
perang
kemudian
oleh
direspon
secara militer dengan melakukan penyerangan
terhadap
negara-
negara yang mendukung gerakan
gerakan ini. Hal pertama yang dilakukan Amerika Serikat adalah menyerang
Afghanistan
dengan
target mencari dan menangkap Osama Bin Laden, pimpinan AlQaeda yang dianggap bertanggung jawab
dalam
serangan
11
September 2001.Amerika Serikat di bawah
pemerintahan
Presiden
Bush menggemakan seruan perang melawan
terorisme
kepada
1
sekutunya
di
termasuk
seluruh
dunia
Jepang.Negara
yang
merupakan sekutu dekat Amerika Serikat
di
merespon
Asiaini seruan
mendukung
kemudian
tersebut
upaya
dan
2.
Aliansi adalah sebuah bentuk
Jepang-Amerika
Serikat dalam bidang militer dan keamanan telah berjalan selama enam dekade lebih ini menjadi pilar yang kuat dalam aliansi kedua negara untuk bekerjasama dalam memerangi terorisme.Respon cepat yang
ditunjukkan
mendukung terorisme
Tokyo
perang ini
dalam
melawan
mengindikasikan
adanya kepentingan dari aliansi yang dibangun sejak akhir Perang Dunia II. Jepang, sebuah negara dengan
kekuatan
militer
yang
dikatakan tidak normal ini ikut serta dalam perang melawan terorisme. Paper
ini
ingin
menjawab
pertanyaan
mengapa
mendukung
perang
Keamanan
Jepang-Amerika Serikat
Washington
dalam memerangi terorisme. Hubungan
Aliansi
Jepang
kesepakatan baik secara formal maupun informal dengan tujuan kerjasama keamanan antara dua atau
lebih
negara-negara
berdaulat
(Walt,
12).Berbicara
mengenai
yang 1987: aliansi
akan terkait dengan balance of power karena melalui balancing, negara akan berusaha melawan ataupun membentuk aliansi untuk mengkounter
kekuatan
mengancam Stephen
yang
tersebut.
Walt
Menurut
(1987),
negara-
negara membentuk aliansi bukan hanya
untuk
kekuatan
menyeimbangkan
saja
tetapi
juga
menyeimbangkan untuk melawan ancaman-ancaman
eksternal.
Meskipun
kekuatan
distribusi
melawan
adalah faktor yang sangat penting,
hubungannya
level ancaman juga dipengaruhi
dengan Amerika Serikat. Tulisan ini
oleh kedekatan secara geografis,
berisi
kemampuan ofensif, dan tujuan
terorisme
terkait
tentang
aliansi
Jepang-
Amerika Serikat, kontribusi yang
yang
dilakukan
merupakan hal yang sangat umum
Jepang
pasukan (JSDF)
melawan
pertahanan
dalam
terorisme
perang serta
kepentingan Jepang dalam perang ini.
Penulisan
paper
ini
menggunakan metode kepustakaan dengan menggunakan buku, jurnal online dan internet.
dipahami.
Balancing
dibandingkan bandwagoning (Walt, 1987: 5). Ketika
dihadapkan
pada
ancaman dari luar, negara dapat melakukan
balancing
dengan
melawan sumber ancaman atau
2
bandwagoning yaitu dengan cara
Forces (JSDF) yang mencakup
beraliansi dengan sumber ancaman
darat, air, dan udara. 1981, Jepang
tersebut.
Negara-negara
memberikan bantuan perlindungan
kemudian
lemah
yang
secara
militer
laut
sepanjang
1,000
mil
laut
cenderung
memilih
untuk
sebelah barat pulau Guam dan
melakukan
bandwagoning
untuk
utara Filipina. Selanjutnya 1997,
negaranya.
revisi kerjasama pertahanan kedua
menjaga Tetapi
keamanan muncul
pembentukan
kesulitan aliansi,
dalam
negara menyepakati pengamanan
karena
di seluruh wilayah Jepang dan
negara-negara
akan
tugas
lainnya
yang
mencakup
memperhitungkan keuntungan dan
penggunaan fasilitas Jepang oleh
kerugian. Salah satu kerugian yang
militer Amerika Serikat, rear-area
dapat terjadi adalah kemungkinan
support (suplai, transportasi, dll.),
hilangnya
pengawasan,
otoritas
bahkan
dan
pembersihan
kedaulatan negara tersebut. Aliansi
ranjau (Webber and Smith, 2002:
yang seperti ini nampak pada pola
300-301).
hubungan
yang
dibangun
oleh
Jepang dalam aliansinya dengan Amerika Serikat.
kedua
negara
kemudian semakin menguat ketika Jepang merespon cepat seruan
Jepang adalah negara dengan keberhasilan ekonomi
Aliansi
pembangunan
tetapi
tidak
Amerika terhadap perang melawan terorisme.
Pasca
penyerangan
dengan
gedung WTC, parlemen Jepang
militernya. Diakhir Perang Dunia
mengeluarkan undang-undang anti-
Kedua,
menderita
terorisme
kemudian
memudahkan jalan bagi Jepang
Jepang
kekalahan
sehingga
yang
negara ini diduduki oleh Amerika
dalam
Serikat dan militernya dihapuskan
tempurdan kemanusiaan kepada
(demiliterisasi).
sekutunya
Kerjasama
mengirim
sekaligus bantuan
serta
non-
berkontribusi
keamanan Jepang-Amerika Serikat
dalam
dibentuk pada 1951 dimana dalam
Ketika Amerika Serikat menyerang
traktat keamanan tersebut, Amerika
Afghanistan, kapal penyapu ranjau,
Serikat
kapal
negara
berkomitmen ini.
melindungi
Diakhir
masa
pasukan
multinasional.
penghancur
dan
penjaga
pantai mengawal kapal induk USS
pemerintahan pendudukan, Jepang
Kitty
diijinkan untuk membentuk militer
Yokosuka. Jepang juga mengirim
tetapi
kapal
terbatas
mempertahankan namaJapanese
hanya diri
untuk dengan
Self-Defense
Hawk
dari
angkatan
pangkalan laut/MSDF
Hammana, Kurama dan Kirisame ke
Samudera
Hindia
guna
3
menyediakan belakang
bantuan
(rear-area
dengan
membantu
dari support)
pengisian
melakukan
penyerangan
Afghanistan dan Irak pihak Jepang pun
merespon
bahan bakar kapal-kapal A.S dan
memberikan
Britania.Selain
negara-negara
di
Afghanistan,
ke
dan
bantuan
tetap
walaupun
sekutu
Amerika
pasukan non-tempur militer Jepang
lainnya menolak mengirim pasukan
juga diterjunkan ke Irak
untuk
ke Irak. Disamping itu, kedekatan
memberikan bantuan kemanusiaan
personal antara Perdana Menteri
dan pekerjaan rekonstruksi seperti
Koizumi dengan Presiden Bush
suplai air
medis.
juga menjadi ikatan yang kuat
kedaulatan
antara hubungan bilateral kedua
kepada Irak pada 2004, Jepang
negara. Hal ini dibuktikan dengan
memutuskan untuk menempatkan
kunjungan Koizumi ke peternakan
pasukannya sebagai bagian dari
milik Bush yang hanya sejumlah
tentara
kecil
Pasca
dan bantuan
penyerahan
multinasional
pimpinan
pemimpin
Amerika Serikat (Arpita Mathur,
mendapat
2004: 509).
(voanews, 2003)
Dari
penjelasan memberikan
undangan
gambaran
3.
Perang
keamanan
Terorisme
Terbatasnya
peran yang dimiliki militer Jepang menyebabkan adanya keterikatan dan keterbutuhan Tokyo dalam aliansi
keamanan
dengan
Washington.Bandwagoning dilakukan Jepang agar mendapat payung keamanan dari Amerika Serikat. Hal ini mengindikasikan keengganan Jepang untuk jauhjauh
dari
tersebut
rangkulan dan
mempertahankan istimewanya
dengan
tersebut.
Kontribusi Jepang Dalam
mengenai pola pertahanan dan Jepang.
yang
singkat
mengenai aliansi kedua negara diatas,
dunia
sekutunya cenderung hubungan negara
adidaya tersebut. Sehingga saat Amerika Serikat mendeklarasikan perang melawan terorisme serta
Melawan
Seperti
dijelaskan
sebelumnya, Jepang diakhir perang dunia
kedua
mengalami
demiliterisasi kemudian diberikan kewenangan militer
untuk
tetapi
pertahanan
membentuk
hanya diri
sebatas
tidak
penyelesaian
untuk sengketa
internasional. Hal ini dikarenakan adanya aturan dalam konstitusi perdamaian Jepang yang mengatur tentang hal tersebut. Pembatasan peran
militer
merupakan untuk
Jepang
langkah
menghindarkan
yang
dinilai bijak
ketakutan
negara-negara tetangga terhadap
4
kebangkitan
militer
Jepang
proses tersebut pasukan Jepang
(Reischauer, 1988: 356) sehingga
mendapatperlindungan
Jepang tidak dapat berkontribusi
pasukan Amerika Serikat.
dalam
menjaga
keamanan
internasional termasuk pengiriman bantuan
pasukan
perdamaian
PBB.Namun hal tersebut berubah ketika Jepang mulai berkontribusi serta
ikut
serta
dalam
perang
melawan terorisme ketika Amerika Serikat menyerang Afghanistan dan Irak.
Undang-undang
kerjasama
keamanan internasional tahun 1992 yang memberikan JSDF untuk ikut dalam operasi perdamaian PBB (Webber and Smith, 2002: 303) menjadi landasan Jepang untuk ambil bagian dalam perang ini. Jepang
Wilayah Asia Tenggara juga dihinggapi serta menjadi sarang teroris, seperti adanya pergerakan teroris di Mindanao, Filipina pada 2002, bom Bali I pada 2002, pemboman 2003,
J.W.
Marriot
pengeboman
pada
Kedutaan
Besar Australia pada 2004 dan bom Bali II pada 2005. Jepang kemudian
ikut
aktif
dalam
memerangi teroris di wilayah ini namun Jepang tidak menerjunkan pasukan seperti yang dilakukannya di Afghanistan dan Irak melainkan dengan
pendekatan
yang
lebih
dalam
halus. Hal ini dikarenakan Jepang
perang ini dengan mengirimkan
memiliki banyak aset dan investasi
pasukan
yang tertanam di kawasan ini salah
MSDF
berkontribusi
dari
non-tempur (Maritime
armada
Self-Defense
satunya
di
Indonesia.
Jepang
Force) ke Samudera Hindia yang
sangat
terdiri atas kapal pengangkut dan
mengupayakan
pengisi bahan bakar dan dua buah
Terlebih lagi Indonesia merupakan
kapal perusak. Kapal pengangkut
negara dengan jumlah penduduk
bahan bakar memberikan bantuan
muslim
pada angkatan laut koalisi serta
adanya
mengangkut perlengkapan untuk
mengingat
kegiatan
merupakan
rekonstruksi
di
berhati-hati
dalam konsolidasi
terbesar
dapat
memicu
anti
Jepang
gerakan dahulu
Indonesia
wilayah
jajahan
Afghanistan. Di Irak, misi JSDF
imperialisme Jepang. Upaya yang
adalah
kemudian dilakukan adalah dengan
untuk
bantuan
pasukan
non-tempur untuk bantuan logistik
mengagendakan
tentara A.S dan rekonstruksi dan
terhadap
misi
menitikberatkan pada dialog untuk
kemanusiaan
seperti
perlawanan
terorisme
pembangunan fasilitas listrik, air,
berbagi
informasi
rumah sakit dan pendidikan di
pemberantasan
daerah samawah, Irak. Selama
ASEAN
yang
dan
solusi
terorsime
dalam
Regional
Forum
(ARF)
5
yang dihelat pada 2003di Malaysia.
bisa
dikatakan
tidak
(Muttaqien, 2007: 163)
berdampak
pada
pertahanan
negaranya.
normal
kerentanan Selain
peran militer yang terbatas untuk
4.
Kepentingan
Jepang
Dalam Perang Melawan Terorisme
diri
terlepasdari
mendapat ancaman, negara ini hanya menggunakan kurang dari 1
adanya
kepentingan militer. Oleh karena itu kapabilitas
negara
dalam
kepentingan nasional yang ingin
pertahanan-keamanan
diraih
kurang.
oleh
Jepang.
melindungi untuk
Untuk
kepentingan
nasionalnya
apabila
persen anggaran nasionalnya untuk
Dukungan terhadap perang ini tidak
mempertahankan
Jepang
terus
bermaksud
menggandeng
Hal
hal
menjadi
inilah
yang
menyebabkan Jepang cenderung untuk
mempertahankan
bahkan
berupaya
dan
mempererat
sekutunya, Amerika Serikat melalui
aliansinya
aliansi kedua negara. Kepentingan
Serikat.Faktor
nasional merupakan indikator untuk
menjadi pemicu Jepang melakukan
melihat bagaimana perilaku negara
hal tersebut karena letak Jepang
dalam
yang berada pada region atau
politik
merupakan
internasional
tujuan
dan
fundamental
wilayah
dengan
yang
Amerika
geopolitik
memiliki
juga
potensi
suatu negara. Apabila kepentingan
konflik tinggi seperti antara Korea
nasional tersebut terpenuhi maka
utara-Korea Selatan, Cina-Taiwan
suatu negara akan dapat untuk
dan
bertahan (survive) dalam politik
perbatasan dan saling klaim pulau
internasional. Dalam kepentingan
yang berada di laut cina selatan
nasional suatu negara terdapat hal-
dan sekitarnya dapat menimbulkan
hal yang merupakan kebutuhan
aroma konflik yang menyengat.
negara
yang
vital
seperti
pertahanan-keamanan, militer dan kesejahteraan
ekonomi
(Banyu
Perwita, 2005: 35). Mempertahankan dengan
Amerika
bahkan
sengketa-sengketa
Peningkatan kekuatan militer di Asia Timur menjadi ancaman tersendiri
bagi
Jepang
ancaman dari program nuklir Korea aliansi
Utara yang memaksa Jepang untuk
Serikat
meminta
bantuan
perlindungan
dengan
Amerika
merupakan hal yang sangat penting
nuklir
bagi
Serikat.Peluncuran
Jepang
untuk
seperti
melindungi
rudal
negara ini dari musuh-musuhnya.
Taepodong pada 1998 oleh Korut
Dengan keadaan militernya yang
memicu
Jepang
membangun
6
fasilitas
pertahan
nuklir
TMD
(theatre missile defense) tentunya dengan
bantuan
Serikat.
dari
Amerika
Dengan
Jepang
mendukung
perang
ini
mengirimkan
berbagai
dan
bantuan
diharapkan Amerika Serikat dapat terus
membantu
keamanan
di
wilayah Jepang dan sekitarnya.
kepentingan
ekonominya tetap stabil. Seperti yang kita ketahui Jepang tidak memiliki dukungan sumber daya bagi
industrinya
bergantung
pada
dan
sangat
minyak
yang
didapat dari timur tengah. Selat Malaka
menjadi
fokus
Jepang
dalam memerangi terorisme karena selat
ini
merupakan
jalur
perdagangan dunia dan jalur kapal pengangkut
minyak
dari
timur
tengah yang sangat penting bagi Jepang. Saking pentingnya selat ini, Jepang pernah memberikan bantuan
persenjataan
kepada
Indonesia pada 2004 namun hal tersebut sulit terwujud karena harus mendapat
persetujuan
dari
3
negara yang berada disekitar selat ini yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Jepang
merasa
dirugikan akibat pembajakan yang menimpa kapal tanker dan kapal barang miliknya saat melintasi selat ini. Juga pada 2005 diberitakan bahwa
warganegara
saat
melewati
Jepang
Selat
Malaka (Syamsul Hadi, 2009: 222).
5.
Kesimpulan Dukungan
Jepang terhadap
perang melawan terorisme adalah langkah
yang
pemerintah
diambil
oleh
Jepang
melindungi
Disamping militer, Jepang juga menginginkan
disandera
untuk
kepentingannya.
Walaupun
peran
militer
yang
dimiliki Jepang sangat minim, tidak menyurutkan keinginan negara ini untuk
masuk
internasional pasukan
dalam dan
komunitas
ikut
dalam
multinasional
upayanya
menjaga
dalam
keamanan
internasional.
Jepang
melakukannya
dengan
mengirimkan bantuan non-tempur untuk mendukung sekutunya dari belakang dan menjalankan misi kemanusiaan.
Membantu
memperkuat
aliansi
serta dengan
Amerika Serikat adalah jalan yang tepat
untuk
kepentingannya
melindungi terutama
dalam
bidang keamanan karena letaknya secara
geopolitik
berada
pada
wilayah yang sarat konflik. Bagi Jepang stabilitas dan keamanan di Asia-Pasifik, payung nuklir serta aliansi dengan negara kekuatan ekonomi politik terbesar merupakan syarat mutlak untuk mencapai
kepentingannya
baik
dalam
kepentingan
keamanan
negara
maupun
melindungi
ekonominya.
7
Jurnal: Mathur,
Arpita.
2004.
Japan’s
Changing Role in the US-Japan Security
Alliance,
Analysis,
28,
tanggal
5
Strategic
503-525. Maret
diunduh
2012
dari
www.idsa.in/system/files/strategica
DAFTAR PUSTAKA
nalysis_arpita_1204.pdf
Buku:
Muttaqien, M. 2007. Japan in the
Smith and Webber. 2002. Foreign
Global “War on Terrorism”, Global
Policy in a Transformed World,
& Strategies, 2, 151-169.diunduh
London: Pearson Education.
tanggal
Reischauer, Edwin O. 1988. The Japanese
Today,
Change
and
Massachussets:
Continuity,
Harvard University Press. Banyu Perwita, Anak Agung. 2006. Pengantar
Ilmu
Hubungan
Bandung: Remaja
Internasional,
5
Maret
2012
dari
journal.unair.ac.id/filerPDF/global6 %20mt.pdf Hadi, Syamsul. 2009. Checkbook Diplomacy
Jepang
dalam
Hubungan
dengan
ASEAN:
Relevansi dan Tantangan bagi Indonesia,
Jurnal
Hukum
Internasional 6, 212-225. diunduh
Rosdakarya
tanggal Website:
10
Maret
2012
dari
isjd.pdii.lipi.go.id/.../6209212225_16
Walt, Stephen M. 1987. The Origins
93-5594.pdf
of Alliances, diunduh tanggal 3 Maret
2012
dari
www.people.fas.harvard.edu/~plam /irnotes07/Walt1987.pdf Voanews. Junichiro
2003.
PM
Koizumi
Jepang Lakukan
Kunjungan ke Amerika – 2003-0523, diunduh tanggal 10 Maret 2012 dari http://www.voanews.com/indonesia n/news/a-32-a-2003-05-23-6-185318112.html
8