ABSTRAK Shalahuddin Al-Ayyubi Aktivitas Da’wah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah bi al-qalam, seorang ulama sangat memegang peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan. Untuk itulah seorang mubaligh tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya. Salah satu tokoh yang akan penulis angkat adalah Drs. H. Ahmad Yani yang banyak mengkontribusikan hidupnya dalam dakwah melalui tulisan atau dakwah bi al-qalam. Tujuan penelitian ini adalah penulis akan menjelaskan aktivitas, metode dan materi apa yang dipakai oleh Drs. H. Ahmad Yani dalam dakwah melalui tulisan, juga efektivitas dakwah melalui tulisan yang dapat dijadikan pelajaran yang bermanfaat. Maka perumusan penelitiannya adalah bagaimana aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani? Apa saja materi dan metode penyajian da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani? Seberapa besar efektivitas da’wah bi al-qalam menurut Drs. H. Ahmad Yani? Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penulis menggambarkan aktivitas dakwah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani dan efektivitas tulisannya di masyarakat. Metode ini didukung oleh penelitian lapangan (field research), observasi dan wawancara. Drs. H. Ahmad Yani dalam berdakwah adalah menggunakan aspek publisistik melalui dakwah bi al-qalam, dan metode penggabungan antara dakwah bi al-lisan, bi al-hal, dan bi al-qalam. Sesuai dengan prinsip dalam berdakwah beliau yaitu “Menulis Apa Yang Diceramahkan Dan Menceramahkan Apa Yang Ditulis”. Berdakwah dengan tulisan ilmu pengetahuan dapat menembus ke berbagai kalangan tanpa harus bertatap muka oleh seorang penulis, lewat materi-materi yang berisikan ajaran-ajaran ke-Islaman. Efektivitas dakwah melalui tulisan terasa lebih langgeng, lebih mudah disebarluaskan, dan lebih murah dibandingkan dengan dakwah bi al-lisan.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq, rahmat, dan rezeki yang berlimpah, dan hidayah-Nya kepada manusia. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW yang selalu memberikan cahaya kepada seluruh umatnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Aktivitas Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani”. Karena ini adalah tugas akhir bagi penulis sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka selama penulis melakukan penelitian, tidak mudah bagi penulis dalam melakukan penelitian ini. Disamping itu penulis juga mengalami berbagai macam hambatan baik itu kecil maupun besar. Tetapi tidak hanya itu, dukungan moril dan support dari manusia serta para kerabat menjadikan penulis bersemangat menyelesaikan tugas akhir ini, walaupun ini masih jauh kepada kesempurnaan. Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis. Karena dengan bimbingan, arahan, serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, terutama kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 3. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarofah, M.A, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
ii
4. Dr. A. Ilyas Ismail, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan masukan tentang penyusunan skripsi ini. 5. Ayah dan Mama tersayang, serta kakak saya Marwaziah, S.T dan adik saya Qothrunnada. Tanpa cinta dan do’a dari kalian penulis tidak akan memiliki semangat yang besar untuk menyelesaikan laporan skripsi ini. 6. Ust. Drs. H. Ahmad Yani, selaku narasumber beserta keluarga yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini. 7. Sahabat seperjuangan saya, Irvan Fachmi Akbar, Abi Sakti, Achmad Ghauzie AnNuur, Abdul Mujib, Muhammad Badrussalam, serta Sofyan Hadi Rahman yang selalu memberikan dukungan tenaga dan moril. 8. Kekasih hati penulis, Safinatun Najah yang telah banyak membantu dalam memberikan semangat dan motivasi untuk penulis. 9. Teman-teman KPI D angkatan 2007 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, semoga saling memotivasi jika bertemu. Penulis sadar, masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, dan penulis terbuka terhadar saran dan kritik yang membangun. Akhir kata penulis mempersembahkan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................
iii
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................
iv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah......................................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................................
3
C. Tujuan dann Kegunaan Penelitian .....................................................................
3
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................
4
E. Metodologi Penelitian ........................................................................................
5
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................
7
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................
8
BAB II. LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Aktivitas ............................................................................................
10
B. Dakwah ...............................................................................................................
10
C. Dakwah Bi Al-Qalam .........................................................................................
13
D. Da’i dan Mad’u ...................................................................................................
16
E. Tujuan Dakwah ...................................................................................................
21
F. Materi Dakwah ....................................................................................................
23
G. Metode Dakwah dan Media Dakwah .................................................................
24
BAB III. SEKILAS TENTANG PROFIL DRS. H. AHMAD YANI DAN LPPD (LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN DAKWAH) KHAIRU UMMAH
iv
A. Profil Drs. H. Ahmad Yani ................................................................................
29
1. Riwayat Hidup Drs. H. Ahmad Yani ............................................................
29
2. Pendidikan Drs. H. Ahmad Yani ...................................................................
31
3. Karya-Karya Drs. H. Ahmad Yani ................................................................
33
4. Perjalanan Dakwah Drs. H. Ahmad Yani ......................................................
36
B. Profil LPPD Khairu Ummah ..............................................................................
37
BAB IV. AKTIVITAS DAKWAH BI AL-QALAM DRS. H. AHMAD YANI A. Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani ........................................
45
B. Materi dan Metode Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani ......................
49
C. Efektivitas Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani .....................
57
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................................................
60
B. Saran .....................................................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
62
LAMPIRAN
v
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah adalah sebuah aktivitas penyampaian ajaran Islam yang sangat dibutuhkan manusia. Karena dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa. Untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 1 Berdakwah, artinya memberikan jawaban Islam terhadap berbagai masalah kehidupan.2 Dakwah, dengan demikian harus bersifat aktual, faktual, dan kontekstual.
Benar
bahwa
tugas
seorang
juru
dakwah
itu
hanyalah
menyampaikan. Tetapi kita tidak boleh lupa, bahwa tehnik menyajikan sesuatu, akan sangat mewarnai barang yang kita sajikan. Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, seorang ulama sangat memegang peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan. Untuk itulah seorang mubaligh tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya, seperti dakwah melalui tulisan atau dakwah bi al-qalam. Dakwah bi al-qalam adalah dakwah melalui 1
2
media
cetak,
mengingat
kemajuan
teknologi
informasi
yang
Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Pedoman Jaya, 2004), Cet. Ke-1. hal: 3.
Basrah Lubis, Metodologi dan Retorika Da’wah (Jakarta: Penerbit Tursina,1991), Cet. Ke-1, hal: 1.
2
memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan mutlak dimanfaatkan oleh kemajuan informasi.3 Dalam aktivitas dakwah, para ulama mempunyai peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan seorang da’i untuk menyampaikan kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian dan kemampuan untuk menyampaikan pada mad’u dan diterima dengan baik. Kegagalan pelaksanaan dakwah yang sering terjadi disebabkan ketidakpahaman dan kurang telitinya seorang da’i dalam strategi berdakwah. Adapun sosok da’i yang penulis jadikan objek penelitian adalah Drs. H. Ahmad Yani. Beliau merupakan ketua pengurus pusat Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD) Khairu Ummah yang seringkali melalui dakwahnya lewat mimbar masih tetap bertahan sampai sekarang.. Selain melalui masjid dan mushalla, Drs. H. Ahmad Yani melakukan dakwahnya melalui media cetak, seperti koran atau majalah, beliau juga seorang penulis aktif di bidang dakwah, salah satu karyanya adalah buku yang berjudul “Materi Khotbah Jumat Setahun”. Dalam sistem penyampaian dakwahnya yang baik, beliau menulis banyak buku tentang dakwah dan pengetahuan Islam yang berhasil mencetak kader-kader mubaligh di berbagai kalangan. Disinilah ketertarikan penulis pada sosok Drs. H.
3
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002). hal: 12
3
Ahmad Yani yang memiliki cita-cita luhur untuk memajukan Islam dan usahanya untuk membina para mad’unya agar tetap di jalan yang dirihai oleh Allah SWT. Berdasarkan pembahasan di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam tentang peranan dakwah melalui tulisan atau aktivitasnya Drs. H. Ahmad Yani dalam menyampaikan dakwah Islam dalam sebuah skripsi yang penulis beri judul “Aktivitas Da’wah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Supaya penelitian ini terarah, penulis merasa perlu membuat batasan masalah, bahwa yang akan dibahas adalah bagaimana aktivitas dakwah bi alqalam Drs. H. Ahmad Yani. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani? 2. Apa saja materi dan metode penyajian da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani? 3. Seberapa besar efektivitas da’wah bi al-qalam menurut Drs. H. Ahmad Yani? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Dalam penelitian ini akan terlihat jelas aktivitas, metode dan media apa yang dipakai oleh Drs. H. Ahmad Yani, juga efektivitas dakwah melalui tulisan yang dapat dijadikan pelajaran yang bermanfaat dan dapat diterapkan oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban dari pertanyaan di atas, kemudian berangkat dari dasar pemikiran serta perumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan memberi konstruksi aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani. 1. Untuk mengetahui aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani. 2. Untuk menjelaskan materi dan metode da’wah bi al-qalam yang digunakan Drs. H. Ahmad Yani. 3. Untuk menjelaskan seberapa efektifkah dakwah melalui tulisan menurut Drs. H. Ahmad Yani. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Peneliti diharapkan menambah wawasan yang luas mengenai teknikteknik dakwah juga pemikiran dakwah Drs. H. Ahmad Yani, khususnya dalam aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani. Begitu juga menambah wacana positif dalam rangkaian menerapkan suatu bentuk pemikiran Drs. H. Ahmad Yani yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi, hal ini dilakukan guna memenuhi
kebutuhan
masyarakat,
khususnya
mahasiswa
untuk
terus
mengembangkan dan memberikan sumbangan yang cukup bernilai dalam pengembangan dakwah yang aktual.
5
2. Manfaat Praktis Peneliti berharap dapat menambah wawasan sebagai pengetahuan terhadap aktivitas dakwah dalam aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani dalam membawa umat khususnya kaum muslimin dapat mengambil hikmah menurut ajaran Islam.
E. Metodologi Penelitian 1. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan adalah deskriptif, yaitu menggambarkan kenyataan sebagaimana adanya. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, yaitu sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang yang diamati.4 2. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah deskriptif analitik. Deskriptif adalah gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu, atau gambaran tentang suatu gejala, hubungan antara dua gejala atau lebih. Sedangkan analitik berarti uraian, hanya memaparkan situasi
4
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997) h. 60
6
atau peristiwa.5 Dalam penyelesaian skripsi, data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, telaah kepustakaan: a. Observasi Yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan. Penulis mengamati dan mencatat dengan sistematika fenomenafenomena yang diselidiki. 6 Dengan metode ini penulis mengadakan pengamatan langsung tulisan-tulisan Drs. H. Ahmad Yani. b. Wawancara Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab, dengan menggunakan alat panduan wawancara. Wawancara adalah teknik dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data.7 Data yang diperoleh dengan teknik ini adalah dengan cara wawancara dan tanya jawab dengan bertatap muka langsung dengan Drs. H. Ahmad Yani.
5
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2002) cet. ke-1, hal. 24.
72.
6
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS, Yogyakarta, 2007, cet Ke-1, hal.111.
7
Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet, ke-1, hal.
7
c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mengambil data yang diperoleh melalui dokumendokumen. Pengumpulan data ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal, dan dengan mengumpulkan serta menelaah beberapa literatur baik berupa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti. d. Telaah Kepustakaan Dalam penelitian terhadap aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani, digunakan telaah pustaka (Library Research), penulis mencari dan membaca sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas untuk dijadikan landasan teoritis dalam penulisan skripsi ini, termasuk buku-buku hasil karya beliau. F. Tinjauan Pustaka Setelah penulis amati dan telusuri, baik di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan ternyata tidak ada satu pun skripsi yang membahas tentang Drs. H. Ahmad Yani. Tetapi penulis menemukan ada skripsi yang mengangkat judul sama yang membahas permasalahan seputar aktivitas dakwah seperti judul “Aktivitas Dakwah Bi Al-Lisan Ustadz Muhammad Fauzi” Skripsi ini secara garis besar membahas tentang kegiatan dan aktifitas dakwah dengan lisan (ceramah agama) dari Ustadz Muhammad Fauzi, dibuat pada tahun 2007. Sedangkan penulis membahas kegiatan dan aktivitas da’wah bi
8
al-qalam (melalui tulisan). Oleh karena itu, apa yang penulis lakukan ini pada dasarnya tidak adanya tulisan yang penulis jadikan suatu perbandingan terhadap skripsi ini, sehingga skripsi yang saya angkat benar-benar hasil karya penulis. G. Sistematika Penulisan BAB I
: Pendahuluan Merupakan
bab
pendahuluan
yang
berisiskan
tentang
permasalahan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah. Penelitian yang meliputi persyaratan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bingkai konsep dan metodologi penelitian meliputi konsep, metodologi penelitian, dan tinjauan pustaka. Serta sistematika penulisan. BAB II
: Tinjauan Teoritis Merupakan landasan teoritis tentang dakwah yang didalamnya meliputi Pengertian Aktivitas, Pengertian Dakwah dan Dakwah Bi Al-Qalam, Da’i dan Mad’u, Tujuan Dakwah, Materi Dakwah, Metode dan Media Dakwah.
BAB III
: Sekilas Tentang Profil Drs. H. Ahmad Yani dan LPPD (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah) Khairu Ummah
9
Sekilas Tentang Profil Drs. H. Ahmad Yani yang mencakup: Riwayat Hidup Drs. H. Ahmad Yani, Pendidikan dan KaryaKarya Drs. H. Ahmad Yani, Perjalanan Dakwah Drs. H. Ahmad Yani, serta Sekilas Tentang Profil LPPD (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah) Khairu Ummah. BAB IV
: Aktivitas Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani Membahas tentang Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani, Materi dan Metode Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani; Efektivitas Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani.
BAB V
: Penutup Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari penulis mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh penulis dalam penelitian ini.
10
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Aktivitas Aktivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah keaktifan, kegiatan, atau kesibukan atau bisa juga salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian.8 Dalam kegiatan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan, ataupun kesibukan yang dilakukan manusia, namun berarti atau tidaknya kegiatan tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena aktivitas sebenarnya bukan sekedar kegiatan, tetapi aktivitas dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan. Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi pintar dan pandai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus belajar dengan cara bersekolah, mengunjungi majelis-majelis ta’lim atau tempat-tempat ilmu atau bisa juga dengan cara membaca buku, berdiskusi, dan kegiatan lainnya. B. Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti sebagai berikut:
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. Ke-3. hal: 17.
11
1. Menurut Kamus Al-Munawwir, dakwah berasal dari kata fiil madhi yang mempunyai arti (menyeru, memanggil).9 2. Menurut Kamus Al-Munir diambil dari kata (memanggil ia, menyeru ia akan dia).10 Sedangkan, dakwah secara etimologi (bahasa, lughah) berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’aa (madli), yad’u (mudlari’), berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan.11 Dalam Al-Quran kata dakwah biasa berarti menyeru kepada kebaikan maupun keburukan:
Artinya: “Hai kaumku, Bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka?” (QS. Al-Mu’min:41) Maka secara etimologis memiliki makna yang luas dan netral, karena itu bisa berarti menyeru atau mengajak orang menuju kebaikan juga kejahatan. Akan tetapi dakwah sebagai konsepsi Islam, sepenuhnya mengandung arti menyeru atau mengajak kepada kebaikan, sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai ajaran Islam. Jadi 9
KH. Ali Ma’sum dan KH. Zaenal Abidin Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Daarul Kutub, 1998) h. 406. 10
Ahmad Warsan Munawwar, Al-Munir; Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1993) h. 127. 11
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah (Jakarta: Penamadani, 2006) Cet.1 h. 144.
12
seruan atau ajakan kepada kejahatan tidak termasuk dalam konsep dakwah Islam.12 Menurut Toto Tasmara, perkataan dakwah secara etimologis berasal dari bahasa arab yang berarti: seruan-ajakan-panggilan. Seruan atau ajakan tersebut dikenal dengan panggilan daí (orang yang menyeru). tetapi meningat bahwa proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula istilah mubaligh yaitu orang yang berfungsi sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan atau message kapada pihak komunikan. dengan demikian, secara etimologis (lughah) pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan proses penyampaian tabligh atau pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan-ajakan/ seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.13 Sedang menurut Drs. Abdullah Rosyad Shaleh, pengertian dakwah bila dilihat dari segi dakwah berarti: panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut masdar, sedang bentuk kata kerja atau fiílnya adalah daá, yadú artinya memanggil, menyeru, mengajak. Muhammad Natsir, dalam tulisannya yang berjudul Fungsi Dakwah Islam; Dalam Rangka Perjuangan mendefinisikan: “Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf 12
Irfan Helmy, Dakwah bil Hikmah. (Yogyakarta: Mitra Pustaka, Februari 2002) h. 9-10.
13
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah. (Jakarta: Gaya Media Pratama 1997) h.31.
13
nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam prikehidupan bernegara”.14 Dalam bukunya Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, H. S.M. Nasaruddin Latif mendefinisikan dakwah sebagai setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menta’ati Allah SWT, sesuai dengan garisgaris aqidah dan syari’at serta akhlak Islamiyah. 15 C. Dakwah Bi Al-Qalam Dari pengertian tentang definisi dakwah di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan baik secara lisan maupun tulisan, menyeru kepada kebaikan dan melarang kemunkaran sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits, agar manusia mendapatkan kebahagiaan baik di dunia dan akhirat. Sedangkan pengertian Al-Qalam secara etimologis, berasal dari bahasa Arab berakar kata dengan huruf qaf, lam, dan mim yang berarti memperbaiki sesuatu sehingga menjadi nyata dan seimbang.16 Banyak pendapat para pakar tafsir mendefinisikan pengertian Al-Qalam, diantaranya:
14
Abdul Rasyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997)
15
H.S.M. Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta:Firmadara)
h. 7.
h.11 16
Suf Kasman, Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Quran, (Jakarta: Teraju 2004) h.117.
14
Pertama, Jalaluddin Abdurahman Assuyuthi mendefinisikan bahwa ÄlQalam adalah alat yang digunakan Allah SWT untuk menulis takdir yang baik maupun yang buruk, yang bermanfaat atau yang berbahaya. Kedua, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa Al-Qalam adalah segala macam alat untuk tulis menulis sampai kepada mesin tulis dan cetak yang canggih. Ketiga, Al-Qurtubi mengartikan bahwa Al-Qalam adalah suatu penjelasan sebagaimana lidah dan qalam yang dipakai menulis (Allah) baik yang ada di langit maupun di bumi.17 Jika tadi dilihat dari definisi terpisah antara “dakwah” dan “al-qalam” maka sekarang akan dilihat definisi dakwah bi al-qalam dengan menggabungkan kedua kata tersebut. Mengutip Fakhrurrazi, Hamka mengatakan bahwa para malaikat melahirkan sebuah dakwah bi al-qalam. Hal ini digambarkan dalam Al-Qur’an surat Al-Infithar mulai ayat 10, 11, dan 12. di ayat itu, disebutkan tentang malaikat-malaikat mulia yang ditugaskan Allah untuk menuliskan amalan manusia dan memeliharanya. Malaikat itu mengetahui apa yang dikerjakan oleh manusia di dunia ini. Di dalam surat Al-Jatsiyah ayat 29 Allah berfirman, ”Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenarnya. Sesungguhnya Kami menyuruh (kalian) apa-apa yang telah kalian kerjakan.”18
17
Suf Kasman, Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Quran, (Jakarta: Teraju 2004) h.116. 18
Fakhrurrazi, Pilar Utama Dakwah Salafiyah, (Surabaya: Offset Indah 2006) h.49.
15
Menurut Suf Kasman, ayat di ataslah yang kemudian membuat nabi Sulaiman mempelopori “dakwah bi al-qalam” sebagaimana ditulis al-Maraghi dalam tafsirnya bahwa surat Sulaiman merupakan surat bercorak dakah yang pertama kali dimulai dengan kalimat, “Bismillahirrahmanirrahim.”19 Sedangkan menurut Ali Yafie, dakwah bi al-qalam pada dasarnya adalah, Menyampaikan informasi tentang Allah, tentang alam, makhluk-makhluk dan tentang hari akhir/ nilai keabadian hidup. Dakwah model ini merupakan dakwah tertulis lewat media cetak.20 Senada dengan mantan ketua umum Majelis Ulama Indonesia itu, Jalaluddin Rakhmat, pakar komunikasi dari Universitas Padjadjaran dalam bukunya Islam Aktual mengatakan bahwa, Dakwah bi al-qalam adalah dakwah melalui
media
cetak,
mengingat
kemajuan
teknologi
informasi
yang
memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat ulisan mutlak dimanfaatkan oleh kemajuan informasi.21 Dari beberapa definisi di atas, ada kesimpulan yang bisa kita petik yaitu, dakwah bi al-qalam adalah ajakan kepada manusia lewat perantaran pena untuk membawa manusia kepada jalan Allah.
19
Suf Kasman, Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Quran, (Jakarta: Teraju 2004) h.121. 20
Ali Yafie, Dakwah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Al-Qalam, 2004) h.36. 21
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002). hal: 12
16
Jadi, dakwah bi al-qalam bisa dilakukan oleh kita semua. Kita bisa berdakwah lewat menulis di media cetak, buku, majalah, koran, selebaran, pamflet bahkan sms yang isinya dakwah. Yang paling penting dalam dakwah lewat tulisan ini adalah materi (content) yang akan kita sampaikan sesuai dengan kaidah Islam, namun juga tetap mengandung unsur seni tulisan yang indah dibaca dan menarik. D. Da’i dan Mad’u 1. Da’i Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah bi alqalam. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah. Da’i pada dasarnya adalah penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia.22 Seorang da’i bi al-qalam wajib mengetahui bahwa dirinya adalah seorang da’i. Artinya, sebelum menjadi da’i dia perlu mengetahui apa tugas-tugas da’i, modal, syarat-syaratnya, bekalnya, senjatanya, serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki oleh seorang da’i. Dalam Al-Quran dan Sunnah, terdapat penjelasan tentang amar ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera 22
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah (Jakarta: Penamadani, 2006) Cet.1 h. 311.
17
dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajar agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga
individu dan masyarakat
dapat
memahaminya. Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menyatakan pengikut Nabi Muhammad SAW hendaknya menjadi seorang da’i, dijalankan sesuai hujjah yang nyata dan kokoh.23 Da’i bi al-qalam juga harus bisa memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia. Juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan prilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng. Berkaitan dengan hal-hal ilmu dan keterampilan khusus, memang kewajiban berdakwah terpikul dipundak orang-orang tertentu. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 43:
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
23
Musthafa Rafi’i, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), h.51
18
Menurut M. Masyhur Amin,
da’i harus memiliki kredibilitas dalam
berdakwah dan mempunyai ilmu pengetahuan yang mendalam, maka bagi seorang da’i harus memperhatikan syarat-syarat tertentu: a. Syarat yang bersifat akidah. Mereka harus beriman terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka mengajak orang lain untuk ikut beriman. Dalam surat Al-Baqarah ayat 285:
Artinya” “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasulNya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."(QS. Al-Baqarah: 285) Ayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang pertama kali beriman, mempercayai wahyu ilahi yang turun kepadanya
19
sebelum mengajak orang lain beriman kepada wahyu dan agama yang dibawanya. b. Syarat yang bersifat akhlakul karimah. Para da’i dituntut untuk membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran yang bersifat amoral, seperti hasud, takabbur, dan sebagainya. Serta harus mengisi hatinya dengan sifat-sifat sabar, syukur, dan lain-lain. c. Syarat yang bersifat ilmiah. Para da’i harus mempunyai kemampuan ilmiah yang luas lagi mendalam, terutama yang menyangkut materi dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak. d. Syarat yang bersifat jasmani. Selayaknya para da’i itu mempunyai kondisi fisik yang baik dan sehat. e. Syarat yang bersifat kelancaran berbicara. Sebagai da’i yang lebih layak mempergunakan bahasa kata-kata untuk menyampaikan pesannya tentang kebenaran Islam dan ajaran-ajarannya. Selayaknya apabila para da’i itu mempunyai kemampuan berbicara yang lancar lagi fasih seirama dengan aturan-aturan logika yang cepat diterima akal dan mampu menembus dan menyentuh perasaan para pendengarnya. f. Syarat yang bersifat mujahadah. Artinya para da’i hendaknya mempunyai semangat berdedikasi kepada masyarakatnya di kalan Allah SWT dan semangat berjuang untuk menegakkan kebenaran, yaitu, kalimatullah hiyul ulya. Dalam hal ini para da’i diharapkan menjadi contoh sebagai seorang
20
mujahid yang baik, melalui perjuangan dan pengorbanannya sebagai bakti dan ujian atas kadar keimanannya. 24 2. Mad’u Mad’u adalah objek dakwah, yaitu manusia, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa. Setiap orang yang normal biasanya mempunyai cita-cita mencapai kebahagiaan hidup, dengan demikian pesan dakwah mesti mengarah kepada persoalan hidup manusia seluruhnya.25 Objek dakwah bi al-qalam pada intinya adalah manusia, baik individu maupun kelompok (masyarakat). Pemahaman mengenai masyarakat sangatlah beragam, sangat tergantung dari cara memandangnya, sebab dari sudut sosiologi masyarakat mempunyai struktur yang selalu mengalami perubahan sebagai akibat interaksi yang terjadi di dalamnya ataupun antar kelompok lainnya. Sebagai objek dakwah seharusnya da’i dapat memahami terlebih dahulu permasalahan yang ada di masyarakat.26 Dalam hal ini dapat dikemukakan tiga tingkatan manusia yang mesti disikapi guna kelancaran pencapaian dakwah bi al-qalam, antara lain: a. Golongan Cendikiawan. Biasanya golongan ini mendapat julukan kaum terpelajar (intelektual) yang mempunyai data kritis yang tinggi dan 24
M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral. (Yogyakarta: Al-Amin Press 1997) h.70-71. 25
26
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Offset Indah, 1993), h. 32.
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. (Ciputat: Logos Wacana Ilmu 1997) h. 35.
21
memiliki ilmu pengetahuan untuk membantingkan dari pengalaman yang banyak ditempatnya terutama dari aspek penglihatannya yang peka. b. Golongan Awam. Golongan ini biasanya berfikir lemah, jelas pemahaman yang diberikan golongan ini lebih dikhususkan pada pemahaman yang mudah, yakni dengan membawanya kepada rasa berfikir. c. Golongan Menengah. Dalam menghadapi golongan ini jangan terlalu menonjolkan ilmu dan rasio, tetapi jangan pula seperti golongan awam, namun dititikberatkan kepada bertukat pikiran secara mudah, diskusi dalam meningkatkan pengertian dan keyakinan dalam lehidupan masyarakat.27 Memahami berbagai tingkatan manusia sebagai objek dakwah bi al-qalam, memberikan gambaran yang spesifik bagi setiap da’i untuk mengantisipasi pelaksanaan dakwahnya dan berusaha untuk menerapkan cara dan metode yang tepat, begitu pula dalam menghadapi kaum intelektual yang berfikir kritis dan praktis. 3. Tujuan Dakwah Pada dasarnya dakwah dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan (sa’adah) bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia maupun di akhirat kelak.28 Sebab tanpa tujuan maka segala bentuk pengorbanan 27
28
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah. (Jakarta: Gaya Media Pratama 1997) h.102.
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah (Jakarta: Penamadani, 2006) Cet.1 h. 140.
22
dalam rangka kegiatan dakwah bi al-qalam itu menjadi sia-sia belaka. Karena itu, tujuan dakwah bi al-qalam harus jelas dan konkrit, agar usaha dakwah itu dapat diukur berhasil atau gagal. Kalau ditilik dari segi objek dakwah, maka tujuan dakwah bi al-qalam itu dapat dibagi menjadi empat macam: a. Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat. Berprilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyariatkan Allah SWT dan berakhlak karimah. Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia itu menjadi muslim secara tuntas. b. Tujuan untuk keluarga, yatu terbentuknya keluarga bahagia penuh ketentraman dan cinta kasih antara anggota keluarga. c. Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera yang penuh dengan suasana keislaman. Suatu masyarakat di mana anggotaanggota mematuhi peraturan-peraturan yang disyariatkan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan antara hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia sesama manusia, maupun manusia dengan alam sekitarnya, saling bantu-membantu, penuh rasa persaudaraan, persamaan, dan senasib sepenanggungan. d. Tujuan untuk umat manusia seluruh manusia, yaitu terbentuknya masyarakat dunia yang penuh dengan kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya keadilan, persamaan hak dan kewajiban, tidak adanya diskriminasi dan eksploitasi, saling tolong-menolong dan saling hormat
23
menghormati. Dengan demikian alam semesta ini seluruhnya dapat menikmati Islam sebagai rahmat bagi mereka.29 Tujuan ini, dengan demikian, tidak dapat dicapai tanpa memperkuat aqidah seseorang itu sendiri. Untuk itu, sasaran utama dakwah, menurut Sayyid Quthub, berpusat pada dua hal pokok. Pertama, memperkenalkan kepada manusia Tuhan mereka yang sebenar-benarnya yaitu Allah SWT dan membimbing mereka agar menyembah hanya kepada-Nya. Kedua, dakwah menghendaki agar manusia menjadi Islam, yaitu sikap berserah diri serta tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan melepaskan diri dari penuhanan terhadap sesama manusia dan hanya menuhankan Allah semata.30 4. Materi Dakwah Dakwah yang berarti mengajak dan menyeru manusia agar mengamalkan ajaran Islam, tentu berisi pesan-pesan ajaran Islam yang harus disampaikannya. Materi dakwah bi al-qalam bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits, penjabarannya terbagi ke dalam tiga kelompok bahasan yaitu: aqidah, syariah, dan akhlaq. Semua unsur itulah yang menjadi materi pokok bahasan dakwah.31
29
Hasanuddin, Hukum Dakwah;Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 15. 30
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah (Jakarta: Penamadani, 2006) Cet.1 h. 141. 31
Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah;Pengantar ke Arah Metodologi, (Bandung: Yayasan Syahida, 1994) h. 48.
24
Sebagai materi pokok Al-Quran dan Al-Hadits, hendaknya seorang da’i mampu menyampaikannya kepada orang lain sesuai dengan bahasa yang dipahaminya. Di dalamnya terkandung petunjuk, pedoman, hukum, sejarah, permasalahan, keyakinan, peribadatan, pergaulan, dan akhlak serta ilmu pengetahuan. Secara umum pokok kandungan Al-Quran meliputi berbagai aspek yang menuntun
manusia
untuk
dapat
memahami,
meyakini,
dan
sekaligus
mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, antara lain yaitu: aqidah, ibadah, mu’amalah, akhlaq, sejarah, dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta uraian mengenai anjuran, janji, dan ancaman. Secara garis besar, meteri dakwah adalah seluruh ajaran Islam secara kaffah yang tidak dapat dipisahkan atau dipecah-pecah, sebagaimana yang dijabarkan dalam Al-Quran dan Al-Hadits serta dikembangkan secara luas lagi sesuai kultur Islam yang murni serta bersumber dari keduanya. Sekalipun demikian, harus disadari bahwa dalam penyampaian materi dakwah juga memerlukan prioritas-prioritas lainnya, seperti situasi dan kondisi masyarakat. 5. Metode dan Media Dakwah A. Metode Dakwah Ushlub (metode) menurut tinjauan bahasa berarti jalan dan seni. Sedangkan yang dimaksud dengan Ashalibud Da’wah (metode dakwah) adalah ilmu yang menghantarkan seseorang kepada pengetahuan tentang cara
25
penyampaian dakwah (ilmu tentang dakwah melalui tulisan), sekaligus menghilangkan rintangan-rintangan dari jalan dakwah tersebut.32 Berbicara mengenai pemahaman tentang metode dari sejumlah cara memberikan gambaran untuk mengambil metode secara tepat yang mengarah kepada sasaran dakwah itu sendiri. Abdurrahman A-Roisi, mengemukakan beberapa metode yang bisa diterapkan dalam berdakwah, antara lain: a. Dakwah bil Hikmah. Yang mana mempunyai pengertian perkataan yang benar, lurus dan disertai dengan penggunaan dalil-dalil yang menyatakan akan kebenaran dan menghilangkan keraguan. b. Dakwah bil Mau’idzatil Hasanah. Tutur kata yang baik penuh kelembutan yang dapat menyentuh hati, selaras dengan ajaran-ajaran Al-Quran dan tidak membebani manusia, kecuali dengan kemampuan sendiri. c. Dakwah bil Mujadalah. Bertukat pikiran dengan cara yang terbaik dalam upaya menguak tentang kebenaran yang dapat diambil nilai kebenarannya secara utuh, terutama hal ini yang berhubungan dengan nilai Islam, juga dapat diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.33
32
Said bin Ali Al-Qathtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994) h. 101. 33
Abdurrahman Ar-Roisi, Laju Zaman Menentang Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), h.3.
26
Beberapa pemahaman mengenai ragam metode, ternyata semuanya merujuk kepada landasan pokok, yakni Al-Quran dan Al-Hadits sehingga apapun bentuk yang digunakan atau yang dipakai tidak satu pun yang keluar dari pokoknya yang utama tersebut, dipahami pula bahwasanya penerapan metode akan lebih mengena pada objek sasarannya. B. Media Dakwah Salah satu unsur dakwah yang dapat memberikan sumbangsihnya terhadap suksesnya dakwah adalah penggunaan media yang tepat. Mengenai pembahasan tentang media ini dapat di bagi ke dalam tiga fase atau golongan, yaitu: a. Media Tradisional. Bahwa masing-masing dipahami tentang masyarakat tradisional yang pada kenyatannya selalu menggunakan media yang disesuaikan dengan kebudayaannya, sesuai dengan komunikasi yang terjadi di dalamnya. b. Media Modern. Hal ini biasanya sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di mana kita ketahui masyarakat di zaman sekarang telah menemukan dan sekaligus memakai berbagai fasilitas guna dimanfaatkan untuk mencapai tujuannya, begitu juga halnya seperti Radio, Televisi, Telepon, Internet, Fax, serta lainnya bisa
digunakan
sebagai
pemanfaatannya secara tepat.
media
dakwah
sejalan
dengan
cara
27
c. Perpaduan antara media tradisional dengan media modern menghasilkan satu tujuan, agar bagaimana penyampaian dakwah tepat pada sasaran yang dikehendakinya.34 Melihat kenyataan yang berkembang di masa modern, tentu efektivitas media lebih diperlukan sesuai dengan dan tepat untuk dipakai, di mana kemajuan ilmu, teknologi yang dapat manusia pergunakan ternyata memberikan nilai tambah yang lebih berarti dan bermakna. Adapun yang dimaksud dengan media dakwah ialah alat objektif yang menjadi saluran, yaitu menghubungkan ide dengan umat, satu elemen yang vital dan merupakan urat nadi di dalam totalitas dakwah. 35 Baik media elektronik maupun media cetak keduanya mempunyai peran dalam upaya menyampaikan pesan dalam upaya menyampaikan pesan dakwah di tengah-tengah masyarakat. Pembagian media yang merupakan sarana di dalam penyampaian dakwah dapat dilihat sebagai berikut: a. Media Auditif. Yaitu alat-alat yang di operasionalkan sebagai sarana penunjang dakwah yang dapat di dengar oleh indera pendengaran, seperti halnya: Radio, Tape Recorder, Telepon, dan Telegram.
34
Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah;Pengantar ke Arah Metodologi, (Bandung: Yayasan Syahida, 1994) h. 89. 35
Hamzah Yakub, Publisistik Islam Teknik Dakwah Leadership, (Bandung: Diponegoro, 1992) h. 47.
28
b. Media Visual. Yaitu alat ataupun sarana yang dapat digunakan untuk kepentingan dakwah yang dapat di tangkap oleh inder penglihatan. Perangkat visual tentunya untuk kepentingan dakwah, seperti: Buku, Internet, Slide Show, Projector, dan sebagainya. c. Media Audio Visual. Media ini dapat di lihat dan di dengar bentuknya antara lain: Movie Film, Televisi, Radio, dan Video serta yang lainnya.36 Dengan demikian media yang sebagai salah satu unsur dakwah adalah sesuatu yang dapat membantu terlaksananya dakwah bi al-qalam di dalam mencapai tujuannya, karena media merupakan sarana yang dapat menghantarkan manusia kepada sesuatu dan dapat membantu da’i dalam menyampaikan dakwah bi al-qalamnya.
36
M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997) h. 43.
29
BAB III SEKILAS TENTANG PROFIL DRS. H. AHMAD YANI DAN LPPD (LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN DAKWAH) KHAIRU UMMAH A. Profil Drs. H. Ahmad Yani 1. Riwayat Hidup Drs. H. Ahmad Yani Drs. H. Ahmad Yani lahir pada 5 Oktober 1964 di Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Beliau dilahirkan dari lingkungan keluarga yang berlatarbelakang agamis, karena orang tua beliau juga merupakan salah satu tokoh agama di daerah tersebut. Beliau adalah putra betawi asli yang sudah pasti digembleng untuk taat beragama sejak kecil oleh orang tuanya, sejak kecil beliau sudah diajarkan membaca Al-Quran dengan baik dan benar, sudah diajarkan ilmu-ilmu agama dan umum secara lembaga seperti madrasah/ pesantren maupun privat seperti ngaji sorogan. Itu semua menurut beliau bentuk kegigihan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seseorang yang dibanggakan oleh keluarga dan lingkungannya.37 Beliau adalah anak ke-tiga dari enam bersaudara pasangan Hj. Syarifah dan H. Nafsih, dibesarkan dengan kasih dan sayang orang tuanya, juga diajarkan untuk hidup mandiri sejak kecil sehingga ketika besar menjadi orang yang mempunyai sosok pemimpin yang teduh, bijaksana, dan disegani.
37
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 03 Juni 2011)
30
Drs. H. Ahmad Yani masa remaja sudah dipercaya oleh orang tuanya untuk mengajar teman-temannya mengaji, karena diketahui di Madrasah Tsanawiyah atau biasa disingkat MTs, setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah memegang kegiatan Rohani Islam (Rohis), sampai beliau masuk ke Madrasah Aliyah (MA) pun beliau dipercaya kembali mengurusi organisasi ekstra kulikuler tersebut. Hingga beliau masuk di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta, Fakultas Ushuluddin. Sejak beliau menjadi mahasiswa sampai lulus Strata Satu (S1), beliau sudah mempunyai banyak aktivitas mengajar, dan ceramah-ceramah agama. Sampai pada saat kesempatan yang tidak diduga-duga, ketika beliau sedang ceramah di salah satu Majelis Ta’lim di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ada yang mengagumi sosok beliau, yaitu seorang wanita cantik yang bernama Maimunah yang pada akhirnya mereka menikah pada tahun 1989. Sejak menikah, beliau tinggal di jl. Islamiyah, Cidodol, Kebayoran Lama yang letaknya tak jauh dari kediaman orang tua istrinya. Drs. H. Ahmad Yani menjadi pasangan dengan Dra. Hj. Maimunah, sekarang beliau dikaruniai enam orang anak yaitu: Hadi Fawwaz, Nida Khairiyah, As’ad Najmuddin, Ahmad Yasin, Muhammad Alwan, dan Lina Hanifah. Menjadi keluarga yang harmonis ketika semuanya berkumpul di rumah. Sejak menjadi seorang bapak, beliau sangat sayang dengan anak-anaknya. Beliau pun menerapkan apa yang dahulu pernah orang tuanya ajarkan padanya kepada anaknya, yaitu sedari kecil anak-anaknya harus sudah lancar membaca AlQuran, beliau selalu mengingatkan anak-anaknya untuk shalat tepat waktu, dan belajar yang dipelajari di sekolah mereka di waktu malam. Beliau tidak
31
memasukkan anak-anaknya ke sekolah Negeri seperti SMP, SMA, SMK dan sebagainya, akan tetapi beliau memasukkan anak-anaknya karena cinta dengan Madrasah yaitu lembaga pendidikan Islam seperti Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Beliau merasa ada sedikit ringan mengurus anak dalam bidang agama Islam karena sebagian besar yang diajarkan dalam Madrasah adalah ilmu-ilmu agama, berbeda dengan lembaga pendidikan Negeri. Selepas manyekolahkan anak-anaknya di Mts beliau tidak memasukkan anaknya ke Madrasan Aliyah, tetapi beliau memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan tradisional atau yang biasa dikenal dengan Pesantren. 38 Beliau menginginkan seluruh anak-anaknya pandai dalam masalah-masalah agama Islam, hingga dapat meneruskan jejak langkah ayahnya. Drs. H. Ahmad Yani saat ini sedang mengurus lembaga yang dikenal dengan nama Khairu Ummah, dalam lembaga tersebut beliau mencetak banyak da’i-da’i muda berbakat yang siap untuk terjun ke dunia dakwah. Lembaga yang beralamat di jl. Sumbawa daerah Menteng Jakarta Pusat tersebut beliau pimpin sejak lama dengan banyak program yang orientasinya pada Dakwah Islamiyah, diantaranya mencetak kader da’i dan da’iyah, manajemen masjid dan mushalla, praktek khatib jum’at, dan lain-lain. Beliau kini juga aktif menjadi pembicara di banyak seminar baik di perkantoran, kampus, ataupun majelis-majelis umum di dalam dan luar kota.
38
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 03 Juni 2011)
32
2. Pendidikan Drs. H. Ahmad Yani Melihat latarbelakang dan pendidikan Drs. H. Ahmad Yani, beliau memulai pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) dan Pengajian Awaliyah Madrasah Diniyah selama enam tahun. Setelah itu beliau melanjutkan jenjang pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah 2 Pondok Pinang selama tiga tahun dan Madrasah Aliyah Negeri 3 Pondok Pinang. Sampai beliau duduk di perguruan tinggi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah. Beliau memang tidak mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan tradisional atau pesantren, karena sejak remaja beliau sudah diamanatkan oleh orang tuanya mengajar, sehingga orang tuanya merasa pendidikan pesantren akan seimbang dengan orang yang rajin mengaji dan aktif di kegiatan-kegiatan keagamaan di sekitar tempat tinggalnya. 39 Remaja beliau karena rajin menghadiri pengajian-pengajian sorogan dengan tenaga pengajar Kiyai-Kiyai yang sudah tidak diragukan lagi keilmuan agamanya menjadikan beliau banyak menyerap ilmu agama secara mendalam, karena itu banyak bahan-bahan ceramah beliau dari apa yang beliau dapatkan ketika beliau mengaji. Beliau juga merupakan orang yang rajin tulis menulis, hingga beliau mempunyai prinsip dalam dakwahnya bahwa apa yang ditulis adalah apa yang disampaikannya dalam ceramahnya. Beliau banyak mengikuti berbagai training atau pelatihan jurnalistik di banyak tempat terutama ketika beliau mengenyam pendidikan di sekolah tinggi. 39
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 03 Juni 2011)
33
Cikal bakal menjadi penulis beliau awali dengan menulis di beberapa buletin jum’at dan buletin kampus, beliau juga mulai menulis di surat kabar seperti Harian Pelita, Tabloid Salam (Bandung), dan Majalah Sabili hingga beliau dipercaya menjadi sekretaris redaksi di tabloid jum’at Masjid Istiqlal. 40 Dari daerah yang pernah beliau tempati selama pendidikannya, ternyata banyak membawa pengaruh yang tidak sedikit, di samping ilmu agama yang beliau dapatkan juga banyak ilmu pengetahuan. Proses sosialisasi juga banyak memberikan sumbangsih ke arah pemikirannya dalam bermasyarakat. Karena kepandaiannya beliau dalam bidang dakwah sejak masa remaja, saat ini beliau dipercaya untuk memimpin sebuah lembaga yang bergerak di bidang Dakwah Islamiyah yaitu lembaga Khairu Ummah, dari tahun 1992 beliau sudah aktif menulis dalam buletin lembaga tersebut, di sana beliau banyak memberikan ilmu dan pengalamannya dalam berdakwah. 3. Karya-Karya Drs. H. Ahmad Yani “Menulis Apa Yang Diceramahkan Dan Menceramahkan Apa Yang Ditulis” merupakan salah satu prinsip Drs. H. Ahmad Yani. Dengan prinsip itu, baru 29 judul buku diterbitkan oleh beberapa penerbit seperti Al Qalam, Gema Insani, Intermasa, Tarbiatuna, dan Khairu Ummah. Beliau memang aktif dalam bidang dakwah dari bebagai hal, baik itu ketika di atas mimbar, maupun dalam tulis menulis.
40
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 03 Juni 2011)
34
Karya-karya beliau juga banyak digunakan oleh masyarakat pembaca dengan bermacam-macam judul buku serta manfaatnya, 29 buku karya beliau antara lain: 1. 30 Uraian Dakwah Ramadhan (Khairu Ummah, 2007, 215 halaman) 2. 52 Materi Khutbah; Kumpulan Khutbah Jum’at Setahun (Khairu Ummah, 2008, 483 halaman) 3. 53 Materi Khotbah Ber-Angka (Al-Qalam, 2009, 418 halaman) 4. 80 Masalah Masjid (Khairu Ummah, 2009, 140 halaman) 5. Adab Terhadap Masjid dan Hari Jum’at (Khairu Ummah, 2007, 42 halaman) 6. Akhlak Pribadi Muslim (Khairu Ummah, 2010, 223 halaman) 7. 160 Materi Dakwah Pilihan (Al-Qalam, 2006, 369 halaman) 8. Manajemen Harta (Khairu Ummah, 2008, 132 halaman) 9. Tata Cara Shalat Berjama’ah (Khairu Ummah, 2008, 80 halaman) 10. Bekal Menjadi Khatib & Mubaligh (Al-Qalam, 2005, 151 halaman) 11. Selalu Kuat Dihadapan Musuh Abadi; Kumpulan Khutbah Idul Fitri & Idul Adha (Khairu Ummah, 2009, 271 halaman) 12. Materi Khotbah Jum’at Setahun (Al-Qalam, 2008, 363 halaman) 13. Kunci Ampunan Dosa (Khairu Ummah, 2010, 195 halaman)
35
14. 100 Kisah Seputar Keluarga (Khairu Ummah, 2010, 327 halaman) 15. Mencintai Masjid (Pustaka Harum, 2002, 152 halaman) 16. Mencintai Masjid (Khairu Ummah, 2009, 152 halaman) 17. Panduan Mengelola Masjid; Sebagai Pusat Kegiatan Umat (Intermasa, 2007, 419 halaman) 18. Panduan Memakmurkan Masjid; Kajian Praktis Bagi Aktivis Masjid (Khairu Ummah, 2008, 208 halaman) 19. 12 Khutbah Nikah (Khairu Ummah, 2008, 108 halaman) 20. Beginilah Seharusnya Menjadi Pemimpin; Kisah-Kisah Pemimpin Sejati (Intermasa, 2007, 112 halaman) 21. Bekal Menjadi Pemimpin (Intermasa, 2006, 126 halaman) 22. Panduan Ibadah Ramadhan (Khairu Ummah, 2008, 65 halaman) 23. 30 Pesan-Pesan Ramadhan (Khairu Ummah, 2009, 156 halaman) 24. Panduan Masuk Surga (Khairu Ummah, 2009, 341 halaman) 25. Panduan Safar (Menempuh Perjalanan) (Khairu Ummah, 2007, 59 halaman) 26. Be Excellent; Menjadi Pribadi Terpuji (Al-Qalam, 2010, 332 halaman) 27. Siapapun Bisa Sedekah (Khairu Ummah, 2010, 137 halaman)
36
28. Beginilah Seharusnya Memakmurkan Masjid;135 Kisah Seputar Masjid (Khairu Ummah, 2010, 360 halaman) 29. Khutbah Jum’at Sistimatis (Khairu Ummah, 2011, 520 halaman) Di usia beliau yang masih terbilang muda mungkin masih akan banyak lagi karya beliau yang akan mengisi ilmu pengetahuan masyarakat dalam bidang dakwah. Di dalam dunia maya beliau juga penulis yang aktif, hingga saat ini beliau dipercaya menjadi Pimpinan Redaksi www.nuansaislam.com. Banyak artikel-artikel beliau yang dipakai oleh pembaca sebagai bahan ceramah atau sebagai referensi menulis buku.41 4. Perjalanan Dakwah Drs. H. Ahmad Yani. Dalam kehidupan sehari-hari, melayani jama’ah merupakan tugas yang harus dilakukannya tanpa membedakan asal-usul dan golongan. Terbukti Perjalanan dakwahnya cukup jauh, tidak hanya dari ujung Sabang sampai Papua, tapi juga dari Tokyo, Hokkaido hingga Kyoto dan Hirosima di Jepang serta Amsterdam, Den Haag, Delf di Belanda hingga Stockholm Swedia di Eropa. Semuanya beliau awali sejak masa kuliah, berawal dari khutbah jum’at di beberapa masjid di sekolah-sekolah menengah di kawasan Jakarta seperti di SMEA 9, SMA 18, dan lainnya bersama Toto Tasmara pada saat itu juga ikut membantu guru-guru dalam pembinaan dakwah untuk para siswa. Hingga awal tahun 90 beliau telah banyak khutbah di berbagai masjid kampus seperti UI, UHAMKA, UMJ, sampai saat ini dakwah beliau sudah memasyarakat, terbukti 41
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 03 Juni 2011)
37
beliau telah banyak berdakwah di DKI Jakarta dan sekitarnya bahkan ke berbagai bagian di Indonesia. Beliau juga banyak berdakwah di banyak perusahaan seperti GAS di Bontang, Pertamina di Cilacap, Pupuk Kaltim di Kalimantan Timur, Vico di Samarinda, Caltex di Riau, dan Freeport di Papua. Beliau juga banyak mengisi beberapa undangan di Masyarakat maupun Lembaga untuk mengisi seminarseminar, pernah juga beliau mengisi ceramah di stasiun radio seperti RRI, Radio Bekasi, RAS, Radio Attahiriyah, Radio Draba. Di televisi beliau pernah mengisi di RCTI, Lativi, TVRI, dan Indosiar. Perjalanan dakwah bi al-qalam beliau awali sejak duduk di bangku kuliah. Tahun 1985 beliau sering menulis di Harian Pelita, tahun 1987 menulis di tabloid Salam (Bandung), mulai tahun 1989 sampai sekarang menulis di majalah Sabili, tahun 1990 menulis di tabloid Jumat, tahun 1995 menulis di majalah Fityah, tahun 2006 menulis di majalah Saksi. Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD) Khairu Ummah dan Pengurus KODI (Koordinasi Dakwah Islam) DKI Jakarta ini juga menekuni pengkaderan da’i melalui kursus dan pelatihan yang ditanganinya. Beliau juga sering menjadi narasumber dalam seminar dan pelatihan manajemen masjid di berbagai daerah, termasuk yang diselenggarakan oleh Departemen Agama Pusat. Mantan Ketua Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PII) DKI Jakarta (1987-1989) ini pun aktif sebagai Koordinator Majelis Da’i Paguyuban Ikhlas Jakarta dan Pemimpin Redaksi www.nuansaislam.com. B. Profil LPPD Khairu Ummah LPPD (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah) Khairu Ummah merupakan lembaga yang tidak bisa lepas dari kehidupan Drs. H. Ahmad Yani,
38
setiap pagi hari kerja beliau berangkat menuju lembaga tersebut di bilangan Menteng Jakarta Pusat. Sebagai ketua pengurus harian, beliau mempunyai tanggung jawab yang berat untuk menjalankan amanah. Seiring dengan perkembangan masyarakat dalam era globalisasi dan informasi dengan segala persoalan yang ditimbulkannya, lembaga-lembaga dakwah semakin ditantang untuk melakukan dakwah secara lebih profesional yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan tugas-tugas dakwah dengan baik serta melakukan kontrol dan evaluasi guna peningkatan kualitas dan kuantitas dakwah pada masa-masa mendatang. Dengan latar belakang seperti itulah, kami dirikan lembaga dakwah yang diberi nama dengan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD) Khairu Ummah.42 Berdiri sejak tahun 1989 dan telah menjadi anggota tetap Forum Komunikasi Lembaga Dakwah (FKLD) Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta. Kedudukan: Lembaga ini berkedudukan di Jakarta, dengan cabang/perwakilan di tempat lain yang dianggap perlu. Asas: Lembaga ini berasaskan Islam.
42
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 03 Juni 2011)
39
Sifat: Sifat lembaga ini adalah independen dan tidak menjadi bagian dari secara struktural dengan partai politik manapun.
Visi: Menjadi unsur dan wadah yang melahirkan konsep pengembangan dakwah, pembinaan umat dan lembaga keumatan serta pelayanan dakwah, pendidikan dan sosial menuju kejayaan Islam dan Umatnya.
Misi: 1. Berjuang untuk mengembalikan peran da’i, muballigh, ustadz dan ulama pada barisan terdepan dalam menghadapi dan mengatasi problematika umat.
2. Berusaha menjadi konseptor pembinaan dan pengembangan dakwah, baik melalui lembaga, majelis ta’lim maupun masjid.
3. Berusaha memberikan pelayanan yang profesional dalam berbagai aktivitas dakwah, pendidikan dan sosial.
Tujuan: Mengembalikan kejayaan Islam dan umat melalui aktivitas dakwah, pendidikan dan sosial.
40
Badan Pengurus: Ketua : Drs. H. Ahmad Yani Wakil Ketua : Muhammad Haikal. S.Ag Sekretaris : Drs. H. Agus Wahid Rahman. Wakil Sekretaris : Drs. Muhammad Nurman Bendahara : H. Sukeri Abdillah. MBA Wakil Bendahara : Irvan Kusnadi, S. Sos Divisi-Divisi:
1. Publikasi dan Penerbitan:
H. Muhammad Ihsan
2. Kursus, Pelatihan dan Studi Islam:
Muhendri Mukhtar, Birk (Hons)
Mahfuz. S. Ag
3. Penelitian dan Pengembangan Konsep Dakwah:
M. Fahmi Akbar, M.Ag
Ismeidas Makfiansyah
4. Korps Muballigh dan Muballighah:
H. Muhsin Sholeh, Lc
Khairuddin
41
5. Humas dan Pengembangan Organisasi:
Amrul Nurdin
Abdul Basith,S.Pd
6. Sosial dan Pengembangan Ekonomi:
H. Ahmad Rusli
Nurohman
Drs. H. Masdan Sutan Panis
Usaha-Usaha:
1. Mengkaji dan mengembangkan konsep dakwah sesuai dengan Al-Qur’an dan Al Hadits serta aplikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang.
2. Mengkaji dan mengembangkan konsep pendidikan yang sesuai dengan Nilai-nilai Islam dan teraplikasi sesuai dengan kebutuhan umat.
3. Mengkaji dan mengembangkan konsep pembinaan masyarakat dan Mengorganisir kegiatan sosial dalam arti yang seluas-luasnya.
4. Melakukan publikasi hasil-hasil kajian baik melalui media cetak maupun elektronik.
5. Menjalin kerjasama dibidang dakwah, pendidikan dan sosial, baik dalam skope nasional maupun internasional.
42
Aktvitas yang telah berjalan:
1. Pelayanan dakwah dengan memenuhi kebutuhan khatib dan muballigh, baik masjid lingkungan masyarakat, komplek perumahan, perkantoran, sekolah dan kampus, rumah sakit maupun pabrik. 2. Penugasan dai di berbagai daerah seperti Maluku, Aceh, Riau, Kalimantan, Papua, dan sebagainya. 3. Pelatihan Khatib dan Muballigh di berbagai tempat, baik di Jakarta maupun daerah. 4. Pelatihan Manajemen Masjid di berbagai tempat, baik di Jakarta maupun daerah. 5. Pelatihan Mengurus Jenazah di berbagai tempat, baik di Jakarta maupun daerah. 6. Kursus Khatib dan Mubaligh yang telah menyelesaikan angkatan 25, setiap angkatan rata-rata 30-40 peserta. 7. Penerbitan Buletin Jum’at Khairu Ummah sejak tahun 1990 dengan oplag sekarang sekitar 10.000 eksemplar. 8. Penerbitan buku, baik yang diterbitkan oleh Khairu Ummah maupun penerbit lain seperti Tarbiatuna, Dea Press, Al Qalam, Gema Insani Press, Pustaka Intermasa, dan Pustaka Harum. Rekanan LPPD Khairu Ummah: Instansi, organisasi dan lembaga yang telah dan selama ini menjalin kerjasama antara lain:
43
1. Badan Dakwah Islam (BDI) PT. Badak LNG, Bontang Kalimantan Timur. 2. Badan Dakwah Islam (BDI) PT. Pupuk Kaltim, Bontang Kalimantan Timur. 3. Badan Dakwah Islam (BDI) Pertamina Pusat, Jakarta. 4. Badan Dakwah Islam (BDI) Pertamina Tongkang, Jakarta 5. Badan Dakwah Islam (BDI) Pertamina Dumai. 6. Badan Dakwah Islam (BDI) Conoco Philips, Jakarta dan Kepulauan Riau. 7. Sarana Kerohanian Islam (SKI) PT. Indosat, Jakarta. 8. Forum Silaturrahim Masjid Perkantoran Jakarta (Forsimpta). 9. Dewan Masjid Indonesia Palembang, Sumatera Selatan. 10. Jamaah Dakwah Islamiyah PT. PLN. 11. Badan Pembina Rohani Islam (Baperohis) PT Telkom. 12. Majelis Taklim Telkomsel. 13. Badan Pembina Kerohanian Islam (BAPEKIS) Bank Mandiri. 14. Rohis Lintasarta, Jakarta. 15. Badan Dakwah Islam (BDI) Vico Badak, Kalimantan Timur. 16. Badan Dakwah Islam (BDI) Freeport, Timika, Papua. 17. Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia.
44
18. Masjid Bimantara, Jakarta. 19. Masjid Ar Royyan, PT. Indosat, Daan Mogot, Jakarta. 20. Masjid Baitul Hikmah, PT. El Nusa, Jakarta. 21. Masjid Baitussalam, PT. PLN LMK Duren Tiga, Jakarta. 22. Masjid Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta. 23. Masjid Al Muhajirin, Unilever, Jakarta. 24. Masjid Az Zawiyah, Rasuna Said Kuningan, Jakarta. 25. Masjid Rumah Sakit Jakarta. 26. Masjid Al Mubasyirin, Karet Belakang. 27. Masjid Az Zahra, Komplek Gudang Peluru, Jakarta. 28. Masjid Istiqomah, Kampung Melayu, Jakarta. 29. Masjid Al Mubarok, Krukut, Jakarta Barat. 30. Masjid Istiqomah, Petojo, Jakarta Pusat. Demikian beberapa hal pokok yang berkaitan dengan LPPD Khairu Ummah, untuk memajukan dakwah dan pembinaan umat, LPPD Khairu Ummah siap menjalin kerjasama dakwah dengan semua pihak.43
43
nuansaislam.com
45
BAB IV AKTIVITAS DAKWAH BI AL-QALAM DRS. H. AHMAD YANI A. Dakwah Bi Al-Qalam menurut Drs. H. Ahmad Yani
Dalam
proses
pengertian,
dakwah
merupakan
proses
yang
berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju pada kehidupan yang Islami.44 Dakwah adalah menyeru, mengajak, memanggil manusia agar beriman dan taat kepada Allah SWT. Untuk taat itu tentu saja berarti harus ada perubahan. Merubah orang dari keadaan yang apa adanya kepada keadaan yang seharusnya, seharusnya menurut Allah dan Rasun-Nya. Jadi, Dakwah itu, ingin mengubah orang dari keadaan tidak beriman menjadi beriman, keadaan tidak taat menjadi taat dan seterusnya. Kalau dilihat dari sisi ini maka, dakwah itu sebenarnya makin lama makin berat, karena dakwah itu dituntut semakin meluaskan wilayah dakwah. Maksudnya, dakwah itu harus tersebar kemana-mana. Di mana ada manusia disitu harus ada dakwah, bukan hanya di mana ada orang Islam tapi di mana ada manusia disitu harus ada dakwah. Itu artinya, kalau melihat pada aspek penyebaran, di mana ada muslim saja itu belum tentu ada dakwah disitu secara baik, meskipun seseorang tidak tahu berapa sebenarnya perbandingan yang dibutuhkan, antara jumlah muslim dengan jumlah da’i. 44
12
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet-1 hal.
46
. Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali terdengar kata dakwah, seperti dakwah melalui tulisan. Dan itu sudah tidak asing lagi, apalagi sebagai umat muslim pastinya akan lebih sering mendengar kata tersebut. Dakwah bi alqalam bisa diartikan penyebaran ilmu agama Islam yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga keagamaan kepada khalayak banyak melalui tulisan. Akan tetapi, dakwah bi al-qalam tidak bisa hanya diartikan seperti itu saja. Karena pada dasarnya, dakwah bi al-qalam itu memiliki arti yang lebih luas dan cara penyampaian yang sangat beragam. Karena ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk berdakwah. Bisa secara langsung atau tatap muka dalam artian seorang da’i langsung berhadapan dengan pendengarnya untuk memberikan tausyiah-tausyiah agama Islam dalam satu ruangan dan waktu. Atau bisa juga secara tidak langsung atau yang biasa disebut dengan dakwah secara tulisan atau dakwah bi al-qalam. Dengan begitu, seorang bisa berdakwah dimana saja dan kapan saja. Oleh dasar itulah, apabila seseorang mendapatkan suatu ilmu baru dan memiliki kesempatan, dia harus mengamalkan ilmu tersebut. Agar ilmu tersebut berguna bagi kita semua baik di dunia maupun di akhirat.45 Dakwah bi al-qalam tidak hanya dilakukan oleh seorang da’i atau ulama kondang. Asal mau, setiap orang juga bisa berdakwah tersebut. Dan dengan adanya dakwah melalui tulisan tersebut, seseorang bisa dengan mudah membagi ilmu kita kepada orang lain kapanpun dan dimanapun kita berada. Karena caranya mudah dan sederhana.
45
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 22 Juni 2011)
47
Karena itu, predikat khaira ummah (umat yang paling baik dan pilihan) hanyalah diberikan Allah SWT kepada kelompok umat yang aktif terlibat dalam kegiatan dakwah atau dakwah bi al-qalam, dalam surat Ali Imran ayat 110 diterangkan:
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali Imran: 110). Mengingat fungsi dan peran dakwah yang demikian penting dan menentukan, maka pengertian dakwah bi al-qalam adalah dakwah melalui tulisan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, harus dipahami secara tepat dan benar, sejalan dengan ketentuan Al-Qur’an, Sunnah Rasul dan sirah nabawiyah yang berisikan petunjuk bagaimana dakwah itu dilakukan, sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang istiqamah dan tangguh, dan melahirkan tatanan masyarakat yang Islami.46
46
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 22 Juni 2011)
48
B. Materi dan Metode Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani 1. Materi Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani Drs. H. Ahmad Yani menulis beberapa tema-tema atau topik pembahasan yang menjadi judul buku beliau, misalnya tentang manajemen harta, tentang surga dan neraka. Beliau juga menulis buku tentang panduan masuk surga, dan ada beberapa buku beliau tentang masjid, ada buku tentang khutbah, yang mencakup beberapa materi seperti tahun baru, idul fitri, idul adha, maulid, haji, dan seterusnya. Ada pula tentang pembentukan akhlak, sehingga beliau menulis buku akhlak pribadi muslim dan buku be excellent;menjadi pribadi terpuji, kemudian masalah keluarga sehingga beliau menulis buku 12 khutbah nikah. Jadi materi yang beliau berikan sangat beragam. berikut adalah perinciannya: A. Buku tentang Materi Khatib / Khutbah 1. 30 Uraian Dakwah Ramadhan 2. 52 Materi Khutbah; Kumpulan Khutbah Jum’at Setahun 3. 53 Materi Khotbah Ber-Angka 4. 160 Materi Dakwah Pilihan 5. Bekal Menjadi Khatib & Mubaligh 6. Materi Khotbah Jum’at Setahun 7. 30 Pesan-Pesan Ramadhan
49
8. Selalu Kuat Dihadapan Musuh Abadi; Kumpulan Khutbah Idul Fitri & Idul Adha 9. Khutbah Jum’at Sistimatis Dalam buku 160 Materi Dakwah Pilihan misalnya, Drs. H. Ahmad Yani menjelaskan tentang materi-materi dakwah yang isinya mencakup: A. Syariat: Pada halaman 152 beliau membahas tentang beberapa sujud dalam agama Islam, seperti sujud sahwi (sujud yang dilakukan karena lupa dalam gerakan shalat), sujud syukur (sujud yang dilakukan sebagai tanda bersyukur kepada Allah) dan sujud tilawah (sujud yang dilakukan saat menjumpai ayat-ayat sajadah).47 B. Aqidah: Pada halaman 213 beliau memberikan materi bagaimana cara meraih ridha Allah swt. Ada tiga kiat yang beliau utarakan. Pertama, beribadah kepada Allah dengan landasan iman. Kedua, Bersatu padu dalam ikatan Ilahi Rabbi dan tidak suka bercerai-berai dalam kerangka Ukhuwah Islamiyah. Ketiga, memberi nasihat kepada penguasa atau pemimpin sehingga ketaatan kepada pemimpin tidak bersifat mutlak.48
47
Drs. H. Ahmad Yani, 160 Materi Dakwah Pilihan (Jakarta: Al-Qalam, 2006) Cet. Ke-
48
Drs. H. Ahmad Yani, 160 Materi Dakwah Pilihan (Jakarta: Al-Qalam, 2006) Cet. Ke-
3, h. 152
3, h. 213
50
C. Akhlak: Pada halaman 39 beliau membahas tentang bentuk istiqamah, yang merupakan suatu perkara yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim.49 B. Buku tentang Materi Masjid 1. Adab Terhadap Masjid dan Hari Jum’at 2. Tata Cara Shalat Berjama’ah 3. Mencintai Masjid 4. Panduan Mengelola Masjid; Sebagai Pusat Kegiatan Umat 5. Panduan Memakmurkan Masjid; Kajian Praktis Bagi Aktivis Masjid 6. Beginilah Seharusnya Memakmurkan Masjid;135 Kisah Seputar Masjid Dalam buku Beginilah Seharusnya Memakmurkan Masjid;135 Kisah Seputar Masjid misalnya, Drs. H. Ahmad Yani menjelaskan tentang materi-materi dakwah yang isinya mencakup: A. Syariat: Pada halaman 153 beliau menjelaskan bahwa salah satu cara memakmurkan masjid adalah dengan melaksanakan shalat jenazah di masjid.50
49
h. 39
Drs. H. Ahmad Yani, 160 Materi Dakwah Pilihan (Jakarta: Al-Qalam, 2006) Cet. Ke-3,
51
B. Aqidah: Pada halaman pertama beliau menjelaskan tentang wakaf masjid, ketika masjid hendak dibangun, tentu saja dibutuhkan tanah yang diwakafkan. Pahala yang terus mengalir akan diberikan oleh Allah swt kepada orang yang berwakaf.51 C. Akhlak: Pada halaman 4 beliau memberikan materi tentang gotong royong membangun
masjid,
dan
bahu
membahu
dalam
menyelesaikan
pembangunan masjid.52 C. Buku tentang Materi Akhlak 1. Akhlak Pribadi Muslim 2. Beginilah Seharusnya Menjadi Pemimpin; Kisah-Kisah Pemimpin Sejati 3. Bekal Menjadi Pemimpin 4. Be Excellent; Menjadi Pribadi Terpuji Dalam buku Akhlak Pribadi Muslim misalnya, Drs. H. Ahmad Yani menjelaskan tentang materi-materi dakwah yang isinya mencakup:
50
Drs. H. Ahmad Yani, Beginilah Seharusnya Memakmurkan Masjid;135 Kisah Seputar Masjid (Jakarta: Khairu Ummah, 2010) Cet.1 h. 153. 51
Drs. H. Ahmad Yani, Beginilah Seharusnya Memakmurkan Masjid;135 Kisah Seputar Masjid (Jakarta: Khairu Ummah, 2010) Cet.1 h. 1. 52
Drs. H. Ahmad Yani, Beginilah Seharusnya Memakmurkan Masjid;135 Kisah Seputar Masjid (Jakarta: Khairu Ummah, 2010) Cet.1 h. 4.
52
A. Syariat: Pada halaman 180 beliau menjelaskan bahwa seseorang dalam beribadah kepada Allah swt tidak melalaikan dirinya, karena hal tersebut merupakan tugas utama manusia dalam kehidupan.53 B. Aqidah: Pada halaman 23 beliau memberikan materi tentang taubat, merupakan suatu perkara yang harus dilakukan seorang hamba sebelum mencapai kematian. Taubat adalah kembali kepada Allah, sedangkan orang yang berdosa adalah orang yang menjauhi Allah dengan segala ketentuan-Nya.54 C. Akhlak: Pada halaman 28 beliau menjelaskan bahwa setiap muslim yang berakhlak baik kepada Rasullullah saw niscaya akan mencintai beliau dalam kehidupan di dunia ini.55 D. Buku tentang Materi Keluarga 1. 100 Kisah Seputar Keluarga 2. 12 Khutbah Nikah Dalam buku 100 Kisah Seputar Keluarga misalnya, Drs. H. Ahmad Yani menjelaskan tentang materi-materi dakwah yang isinya mencakup:
53
Drs. H. Ahmad Yani, Akhlak Pribadi Muslim (Jakarta: Khairu Ummah, 2010) Cet. Ke-
2, h. 180. 54
Drs. H. Ahmad Yani, Akhlak Pribadi Muslim (Jakarta: Khairu Ummah, 2010) Cet. Ke-
55
Drs. H. Ahmad Yani, Akhlak Pribadi Muslim (Jakarta: Khairu Ummah, 2010) Cet. Ke-
2, h. 23.
2, h. 28.
53
A. Syariat: Pada halaman 238 beliau menjelaskan tentang menyampaikan pesan dakwah. Dalam bab tersebut beliau menceritakan tentang cucu Rasul yang mendengarkan ceramah beliau di suatu majelis kemudian menyampaikan kepada ibunya apa yang di dengarnya. 56 B. Aqidah: Pada halaman 15 beliau memberikan materi tentang faktor kesalehan. Dalam bab tersebut beliau menceritakan tentang seorang sahabat Nabi yang mendapatkan nasehat olehnya bahwa faktor paling penting untuk mendapatkan isteri atau suami dan menantu adalah kesalehan atau ketaqwaan kepada Allah swt.57 C. Akhlak: Pada halaman 61 beliau menjelaskan tentang suami yang kikir. Beliau menekankan kepada pembaca untuk berlaku dermawan, baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun orang lain.58 E. Buku tentang Materi yang berkaitan dengan Dakwah lainnya 1. Manajemen Harta 2. Kunci Ampunan Dosa 3. Panduan Masuk Surga
56
Drs. H. Ahmad Yani, 100 Kisah Seputar Keluarga (Jakarta: Khairu Ummah, 2010) Cet. Ke-1, h. 238. 57
Drs. H. Ahmad Yani, 100 Kisah Seputar Keluarga (Jakarta: Khairu Ummah, 2010) Cet. Ke-1, h. 15. 58
Drs. H. Ahmad Yani, 100 Kisah Seputar Keluarga (Jakarta: Khairu Ummah, 2010) Cet. Ke-1, h. 61.
54
4. Panduan Ibadah Ramadhan 5. Panduan Safar (Menempuh Perjalanan) 6. Siapapun Bisa Sedekah Dalam buku Panduan Masuk Surga misalnya, Drs. H. Ahmad Yani menjelaskan tentang materi-materi dakwah yang isinya mencakup: A. Syariat: Pada halaman 89 beliau menjelaskan tentang shalat malam, merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk bisa mendapatkan tempat terpuji yaitu surga. 59 B. Aqidah: Pada halaman 174 beliau memberikan materi tentang takut kepada Allah yang merupakan salah satu sikap yang membuat seseorang menyesuaikan diri dengan segala ketentuan dan kehendak Allah swt.60 C. Akhlak: Pada halaman 189 beliau memberikan materi tentang sombong, merupakan sifat yang sangat tercela, hal ini karena manusia dengan segala kelemahan dan kekurangannya tidak pantas berlaku sombong. Hal ini pula yang dapat menghambat seorang hamba masuk ke dalam surga. 61
59
Drs. H. Ahmad Yani, Panduan Masuk Surga (Jakarta: Khairu Ummah, 2009) Cet. Ke-
60
Drs. H. Ahmad Yani, Panduan Masuk Surga (Jakarta: Khairu Ummah, 2009) Cet. Ke-
1, h. 89.
1, h. 174. 61
1, h. 189.
Drs. H. Ahmad Yani, Panduan Masuk Surga (Jakarta: Khairu Ummah, 2009) Cet. Ke-
55
Demikianlah beberapa buku yang beliau tulis sesuai dengan tematemanya, atau materi tulisan. Sebagian besar tulisan adalah tentang khatib/khutbah dan mubaligh.62 Kualitas khatib dan mubaligh harus memenuhi tiga kriteria pokok. Pertama, kepribadian yang shaleh sehingga tidak tampak kontradiksi antara pesan dakwah dengan sikap dan tingkah laku sang da’i. Kedua, wawasan yang luas sehingga umat yang dihasilkan adalah umat yang berpandangan luas dalam memahami ajaran Islam. Ketiga, kemampuan dakwah yang baik sehingga kaum muslimin antusias dalam menerima pesan-pesan dakwah.63 2. Metode Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani Dalam dakwah bi al-qalam, Drs. H. Ahmad Yani mempunyai metode tersendiri sebagai seorang penulis. Tulisan beliau lebih menekankan pada aspek sistimatika bahasa, jadi orang menikmati karena sistimatikanya, sehingga dibacanya tidak berbelit-belit, tidak berupa essai yang panjang lebar, tapi tulisan beliau
lebih
berupa
pointer-pointer
sehingga
orang
merasa
mudah
menggunakannya dan menyampaikannya lagi serta dari ujung ke ujungnya jelas, kesimpulannya jelas, begitu pula buku-buku beliau yang berbentuk cerita, itu bukan hanya cerita begitu saja tapi ada hikmah yang diambil dari cerita itu. Tulisan beliau ada yang berbentuk pokok-pokok bahasan, ada yang sifatnya tinggal baca, orang boleh mengembangkan, tapi kebanyakan khatib-khatib di
62
63
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 22 Juni 2011)
Drs. H. Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib dan Mubalig (Jakarta: Al-Qalam, 2005) Cet. Ke-3, h. 9
56
kampung itu membaca penuh atau tekstual. Jadi, sistimatika yang sederhana itu bisa dipakai di semua kalangan.64 Model dakwah bi al-qalam memiliki keistimewaan khusus karena dalam beberapa hal berbeda dengan fungsi dakwah bi al-lisan. Seandainya diadakan suatu perbandingan antara tulisan dengan dakwah bi al-lisan niscaya akan ditemukan bahwa pada dasarnya keduanya saling menunjang dan terpadu dalam keragaman yang saling mengutarakan makna-makna. Hanya saja, apabila dakwah bi al-lisan merupakan makna yang bergerak dan berbunyi, dakwah bi al-qalam adalah makna yang bisu. Kendati ia bisa melakukan perbuatan bergerak karena isinya yang mengantarkan penikmatnya kepada pemahaman. Sebagaimana halnya dakwah bi al-lisan yang di dalamnya kecantikan, dan kemudahan ditelaah pendengar, maka demikian pula dakwah bi al-qalam, di dalamnya terkandung gambaran-gambaran yang jernih dan elok mempesona. Apabila dakwah bi al-lisan sanggup merangkum kefasihan yang disuarakan para orator, didendangkan para penyair, atau menjadi makanan sehari-hari yang sanggup dikunyah oleh kaum awam, maka di dalam dakwah bi al-qalam ada lisensi yang diguratkan para raja untuk masalah-masalah esensial dan bisa digunakan rakyat umum. Kalau diantara dakwah bi al-lisan dan dakwah bi al-qalam terdapat fungsi global yang sepadan, maka di sana dua alat yang berbeda tapi serasi. Alat dakwah bi al-lisan adalah lidah, sedangkan alat dakwah bi al-qalam adalah pena. 64
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 22 Juni 2011)
57
Keduanya dipakai untuk mengekspresikan makna. Bedanya, bila dakwah bi allisan merupakan petunjuk alami dan telah ditentukan bagiannya alat yang dialami pula, maka dakwah bi al-qalam merupakan petunjuk skill dan alat yang digunakan adalah perabot keterampilan.65 Hartono A. Jaiz menjelaskan fungsi dakwah bi al-qalam dalam tiga hal, antara lain: a. Melayani kebutuhan masyarakat akan informasi Islam. Informasi Islam yang dimaksud di sini adalah informasi yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits. b. Berupaya mewujudkan atau menjelaskan seruan Al-Quran secara cermat melalui berbagai media cetak untuk mengembalikannya kepada fikrah dan keuniversalannya serta menyajikan produkproduk Islam yang selaras dengan pemikiran. c. Menghidupkan dialog-dialog bernuansa pemikiran, politik, budaya, sosial, dan lain-lain. Seringkali menjadi perhatian penting yang pengaruhnya bukan sekedar terbatas di suatu negara. Bahkan, setelah berhasil menghimpun pemikiranpemikiran ilmuan, kewibawaan dakwah bi al-qalam itu menjadi semacam kekuatan, yang saat itu santer memiliki pengaruh kuat. Misalnya, umat Islam ingin mengetahui hokum-hukum Islam yangh berkaitan dengan perkembangan
65
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 22 Juni 2011)
58
ilmu dan teknologi. Maka, media dakwah yang jeli tentu menyediakan para pakar untuk menjawabnya. Satu contoh, surat kabar Al-Ahram Mesir mewawancarai ulama terkenal, Syeikh Mutawally Al-Sya’rawy tentang donor ginjal. Ternyata, Syeikh Sya’rawy mengharamkannya: dengan alasan, ginjal atau organ tubuh itu haram dijual. Ia mengingatkan, kalau sesuatu itu haram dijual, berarti haram pula disedekahkan. Karena, jual beli ada unsur kesamaan dengan sedekah, yaitu rela sama rela. Hanya bedanya, jual beli kerelaannya dengan bentuk penggantian harga, sedangkan sedekah kerelaan yang harganya di tangan Allah. Jadi, kalau haram dijual, mesti haram juga untuk disedekahkan.66 Ternyata masalah seperti itu kemudian dijadikan ladang subur oleh berbagai media dakwah lainnya, di antaranya: Harian Syarqu al-Ausath Saudi. Berita-berita itu dikembangkan dengan mewawancarai berbagai ahli hukum dan diturunkan berseri, tidak hanya sekali saja. Adapun tujuannya sebagai berikut: a. Memberantas masyarakat dari buta huruf lewat pendidikan membaca dan menulis. Kesadaran membaca dan menulis, baik dalam arti sempit maupun luas, sudah menjadi kewajiban umat Islam (Al-Alaq 96/01 : 1-5) Ayat tersebut memberikan isyarat perlunya pendidikan daripada mengajarkan dan memberitahukan sesuatu yang belum diketahuinya, yaitu 66
h. 174
Hartono A. Jaiz, Meluruskan Dakwah dan Fikrah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996)
59
yang berkaitan dengan pengetahuan tentang khaliq dan makhluknya. Pemberitahuan tentang hal-hal yang belum diketahui oleh manusia itu disampaikan lewat rasul-rasulnya. Nabi Saw, berupa Al-Qur’an dan lewat kodratnya yang berupa hukum-hukum alam atau sunnatullah. Dengan membaca seseorang akan memahami ilmu pengetahuan termasuk pengetahuan tentang manusia. Hubungan Al-Qur’an dengan sunnatullah sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan, begitu juga membaca dan menulis betapa erat hubungannya, dan juga tidak bisa dipisahkan, Karena keduanya merupakan satu kesatuan yang bersumber dari Allah Swt. b. Menyampaikan ajaran Islam c. Meluruskan informasi lewat media cetak d. Mengajak seluruh umat manusia untuk menyembah kepada Allah dengan tidak mempersekutukannya. e. Mengajak umat muslim agar melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam yang ada pada aspek ibadah, khususnya shalat, zakat, dan ibadah-ibadah lain yang sudah ditentukan caranya. f. Mengajak umat Islam agar memiliki akhlak terpuji. g. Mengajak umat Islam agar tetap hati-hati terhadap berita-berita yang datang.67
67
T.M. Sanihiyah dan Al-Mahiri, Pesan-Pesan Rasulullah Saw, (Bandung: Citra Umbara, 1995) Cet-1, h. 189.
60
C. Efektivitas Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani Beliau tertarik dengan dakwah bi al-qalam karena manfaatnya jauh lebih besar, tingkat penyebarluasannya cukup jauh, kemana tulisan itu sampai disitu orang membacanya, bahkan beliau belum sampai ke daerah itu, tapi buku beliau sudah terlebih dahulu sampai ke daerah itu. Sehingga seorang khatib mengucapkan terima kasih kepada beliau karena beliau sudah menulis dan bukunya sudah dibaca dalam khutbah. Dan itu membuat motivasi untuk menulis semakin besar, bahkan boleh jadi orang yang lebih pintar dari beliau itu menggunakan materi ceramah yang beliau tulis. Dan beliau mendapatkan respon langsung, karena menurutnya itu tinggal menyajikan, masalah mengolahnya itu urusan pembaca.68 Menyampaikan informasi massal kepada masyarakat dan menuntut gerakan dakwah bi al-qalam harus mampu memanfaatkan hasil sains, teknologi, dan infomasi modern untuk mencapai tujuan dakwah tersebut, yaitu memperluas jangkauan pengaruh. Cara ini, oleh para ahli sejarah disebut tahap dakwah terangterangan. Pada tahap ini, dakwah menggunakan mass media cetak, seperti surat kabar, majalah, bulletin, brosur, tabloid, dan lain-lain, untuk menyebarka pikiranpikiran dan prinsip-prinsip dakwah bi al-qalam kepada semua tingkatan manusia. Cara ini memiliki beberapa keunggulan, sebagai berikut: Pertama, lebih dalam pengaruhnya dari gelombang suara lisan ahli pidato. Pidato lisan dari seorang orator dapat memikat jutaaan massa rakyat dalam sesaat. 68
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 22 Juni 2011)
61
Tetapi bisa kembali tiada membekas dan menyerap dalam hati. Itulah sebabnya orator mengulang kembali terus-menerus keyakinan dan pandangan yang dipropagandakan kepada masyarakat ramai. Kedua, tulisan atau sari pena seorang pengarang cukup berbicara satu kali dan akan melekat terus menerus dalam hati bisa menjadi buah tutur setiap hari. Ketiga, bahasa tulisan lewat media cetak lebih rapih dan lebih teratur dari pada bahasa lisan karena menulis adalah berpikir dengan teratur. Keempat, pembaca bisa membaca berulang-berulang hingga meresapi. Kelima, lebih menguatkan jalinan atau persaksian. 69 Onong Uchjana menambahkan dua hal: Keenam, terekam. Nasihat-nasihat yang disiarkan media massa cetak tersusun dalam alinea, kalimat dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf yang dicetak
pada
kertas.
Dengan
demikian,
setiap
pesan-pesan
yang
diberitakan”terekam” sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulang kaji, bisa dijadikan dokumentasi dan dapat pula dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu.70 Tidak seperti dengan informasi yang disiarkan oleh TV dan radio. Peristiwa-peristiwa atau hal-hal yang diberitakan oleh TV dan radio, begitu dilihat atau didengar, langsung hilang dari pendengaran dan
155
69
M. Isa Anshary, Mujahid Dakwah, (Bandung:Diponegoro, 1995) h. 34
70
Onong Uchana Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi (Bandung: Alumni, 1996) h.
62
pandangan khalayak; tidak bisa dijadikan dokumentasi dan tidak bisa dipergunakan sebagai bukti untuk keperluan tertentu. Memang, dengan produk teknologi elektronik mutakhir dalam bentuk Video Tape Recorder (VTR) dan Audio Tape Recorder (ATR), seseorang dapat merekam acara siaran dari pesawat TV dan pesawat radio, tetapi jarang sekali khalayak merekam nasihat karena tidak mengetahui nasihat apa yang akan disiarkan. Ketujuh, dapat diproduksi, diproduksi dalam arti digunakan kembali sehingga
akan
memperolehnya.
memudahkan Hanya
mereka
kelemahannya
yang
tidak
terletak
berlangganan
pada
segi
untuk
kecepatan
menyampaikan informasi.71 Untuk membuktikan keberhasilan dakwah bi al-qalam, dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan. Misalnya, dewasa ini kita melihat bahwa pengaruh dakwah bi al-qalam dikalangan lapisan bawah sudah lebih berkembang, sebagaimana tampak dari kegiatan-kegiatan dakwah bi al-hal walaupun masih berada dalam tahap yang sangat awal. Di lain pihak, munculnya kegiatan baru dalam dakwah yang tertuju kepada golongan pelajar/ mahasiswa, misalnya bedah buku-buku Islam. Kegiatan itu biasanya melibatkan kaum intelektual sebagai narasumber, da’i atau sebagai pembanding dan jumlahnya makin banyak. Hal lain yang menggembirakan adalah semakin maraknya kehidupan keagamaan di lingkungan birokrasi. Tidak jarang kita menemukan instansi yang menghadirkan mubaligh-mubaligh untuk mengupas kitab-kitab fiqih. Selain itu, kita dapat 71
Suf Kasman, Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Quran, (Jakarta: Teraju 2004) h.128-129.
63
melihat perkembangan pengajian-pengajian rutin serta peringatan hari-hari besar Islam seperti perayaan maulid yang dibacakan Barzanji dan lain-lain.72
72
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, (Jakarta Barat, 22 Juni 2011)
64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah diuraikan pada bab-bab sebelumnya yang mengkaji tentang Aktivitas Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani, maka dapat diambil suatu kesimpulan yang mengarah kepada pencapaian hasil dari penelitian ini, antara lain: 1. Aktivitas dakwah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani memilki tempat yang sangat penting dalam upaya membentengi kehidupan sosial beragama di masyarakat, khususnya dalam lingkungan keluarga dan jama’ahnya. Hal ini dilakukannya dengan melalui aktivitas dakwahnya dengan berbagai tulisan dan melatih kader mubaligh di LPPD Khairu Ummah yang di pimpinnya sekarang. Dengan demikian kehidupan manusia tetap dalam posisinya yakni kehidupan yang Islami di bawah naungan hukum-hukum Allah dan Sunnah Rasulullah. 2. Materi yang digunakan Drs. H. Ahmad Yani sebagian besar adalah tulisan tentang khatib/khutbah dan mubaligh. Sedangkan metode dakwah bi alqalam beliau lebih menekankan pada aspek sistimatika bahasa. Tulisan lebih
berupa
pointer-pointer
sehingga
menggunakannya dan menyampaikannya.
pembaca
merasa
mudah
65
3. Berdakwah dengan tulisan ilmu pengetahuan dapat menembus ke berbagai kalangan tanpa harus bertatap muka oleh seorang penulis, lewat materimateri yang berisikan ajaran-ajaran ke-Islaman. Efektivitas dakwah melalui tulisan terasa lebih langgeng, lebih mudah disebarluaskan, dan lebih murah dibandingkan dengan dakwah bi al-lisan. Dari sekian banyak uraian yang penulis sampaikan, maka penulis menyimpulkan maka dakwah merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam demi kemaslahatan dunia dan akhirat, kemudian usaha-usaha untuk memajukan dan meningkatkan dakwah harus erus dilakukan sampai kepada tujuannya (mad’u) secara efektif. B. Saran 1. Bagi para da’i agar terus berjuang dalam mensyiarkan agama Islam tidak hanya dengan perkataan, terlebih harus dilakukan melalui tulisan kemudian diaplikasikan melalui perbuatan. 2. Alangkah baiknya konsep-konsep atau program-program yang belum dilaksanakan Drs. H. Ahmad Yani agar secepatnya diwujudkan demi kemajuan dakwah.