Reaksi Orde 1
7 Juni 2014
Reaksi Orde Satu Tujuan : Menguji apakah reaksi penguraian H2O2 dalam air merupakan reaksi orde keastu berdasarkan cara grafik Kelompok 3: Hana Aulia, Amelia Desiria, Sarip Hidayat Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Percobaan dengan judul reaksi orde satu yang bertujuan untuk menguji apakah H2O2 menjalani reaksi orde satu atau tidak. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan [A]t ialah 0,34 M ; 0,13M; dan 0,09M. Log [A]t nya ialah -0,468; -0,88 ; 1,004. Berdasarkan data tersebut, dibuatlah grafik. Dari grafik tersebut tidak mendapatkan daris lurus, sehingga dapat dikatakan bahwa H2O2 tidak menjalani reaksi orde satu. Tetapi seharusnya H2O2 menjalani reaksi orde satu.
Kata kunci: reaksi orde satu, H2O2, MnO2
Widya Kusumaningrum (1112016200005)
1
Reaksi Orde 1
I.
7 Juni 2014
PENDAHULUAN Laju reaksi (Reaction Rate) atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi
konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam satauan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas, suatu tekanan atmosfer,millimeter merkurium, dapat di gunakan sebagai ganti konsentrasi (Saputra,2014). Tetapan laju dan koefisien laju Suatu tetapan atau koefisien laju bergantung pada orde reaksi. Untuk reaksi orde satu v = k [A] satuan v adalah mol dm-3 s-1 dan [A] adalah mol dm-3, sehingga satuan dari k untuk reaksi orde satu adalah s-1 (Mulyani dan Hendrawan, 2010: 160). Reaksi orde satu mempunyai laju yang berbanding langsung dengan konsentrasi reaktan.
Widya Kusumaningrum (1112016200005)
2
Reaksi Orde 1
7 Juni 2014
Grafik hubungan ln [A] terhadap t merupakan suatu garis lurus seperti terlihat pada Gambar berikut.
(Purba, 2012). Orde dari suatu rekasi menggambarkan bentuk metematika di mana hasil percobaan dapat ditunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen, dan hanya diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui ke seluruh orde reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari ekponen untuk masing-masing reaktan, sedangkan harga eksponen untuk masing-masing rekatan dikenal sebagai orde rekasi untuk komponen itu (Dogra, 2009: 624). II.
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA Alat dan Bahan Statif dan klem, Labu erlenmeyer 100 ml, gelas ukur 10ml, neraca o’hauss, Tutup dan
selang botol semprot, Wadah/ baskom, Stopwatch, thermometer, oven, Air, H2O2 0,3%, Serbuk MnO2.
Widya Kusumaningrum (1112016200005)
3
Reaksi Orde 1
7 Juni 2014
Langkah Kerja: 1. Siapkan peralatan, isi 2/3 baskom dan penihi gelas ukur dengan air. 2. Oven serbuk MnO2 pada suhu 105°C selama 1 jam 3. Timbanglah dengan teliti 0,6 gram serbuk MnO2 yang telah dioven 4. Ukurlah 100ml H2O2 0,3% dan tuangkan ke dalam Labu erlenmeyer 100 ml 5. Tempatkan serbuk MnO2 pada labu Erlenmeyer yang berisi H2O2. 6. Miringkan labu, tepat serbuk MnO2 jatuh, jalankan stopwatch 7. Lakukan pencatatan skala volume gas O2 yang terbentuk pada 8. menit-menit ke: 3, 7, 12, 18, dan pada menit ke-35. Tetapkan pulapada menit ke berapa perubahan tidak terjadi lagi (reaksi dianggap berhenti III.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Data hasil percobaan No
Selang waktu (menit)
Volume gas O2
1
3
18,5 ml
2
7
8 ml
3
12
2,4 ml
b. Persamaan reaksi 2 MnO4- + 5H2O2 + 6H+ → 2 Mn2+ + 8H2O + 5O2 (g) c. Perhitungan Log [A]t =
t + log [A]0
y = m.x + b Mencari molaritas H2O2 M H2O2
=
Widya Kusumaningrum (1112016200005)
4
Reaksi Orde 1
7 Juni 2014
= = 0,09 M a0
= 0,09 M Menit ke 3 V1M1 = V2M2 25 x 0,09 = (25-18,5) x M2 M2 = 0,034 Menit ke 7 V1M1 = V2M2 25 x 0,09 = (25-8) x M2 M2 = 0,13 Menit ke 12 V1M1 = V2M2 25 x 0,09 = (25-2,4) x M2 M2 = 0,099
No
Konsentrasi
Log konsentrasi [A]t
1
0,34
-0,468
2
0,13
-0.88
3
0,099
-1,004
Widya Kusumaningrum (1112016200005)
5
Reaksi Orde 1
7 Juni 2014
Grafik
0 3
7
12
-0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1 -1,2
Percobaan kali yaitu untuk meenentukan orde reaksi dengan metode integrasi, yaitu dengan grafik. Dalam percobaan menggunakan MnO2 aktif yang berfungsi sebagai katalis. Saat percobaan dilakukan, didapatkan hasil [A]t ialah 0,34 M ; 0,13M; dan 0,09M. Log [A]t nya ialah -0,468; -0,88 ; -1,004. Berdasarkan graik yang telah dibuat, dapat dilihat bahwa pada grafik tidak menunjukkan garis lurus. Terjadi banyak penyimpangan pada grafik di atas. Hal ini di sebabkan karena konsentrasi H2O2 yang tidak stabil, dalam pengamatannya. Sehingga dalam perhitungannya mendapatkan data yang tidak valid dengan data reaksi orde satu yang sebenarnya. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan bahwa H2O2 bereaksi dalam orde satu. Tetapi dalam hal ini terjadi ketidaksesuaian. Hasil yang didapat ialah H2O2 tidak mengalami reaksi orde satu, karena grafiknya tidak lurus.
Widya Kusumaningrum (1112016200005)
6
Reaksi Orde 1
IV.
7 Juni 2014
KESIMPULAN Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. H2O2 menjalani reaksi orede satu, namun dalam hal ini terjadi banyak kesalahan sehinggan hasilnya tidak sesuai dengan teori. 2. Dalam menentukan orde reaksi, dapat dilakukan dengan membuat grafik untuk mendapatkan garis lurus. 3.
Reaksi orde satu ialah jika salah satu pereaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu.
V.
DAFTAR PUSTAKA Dogra, SK dan Dogra, S.1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI press. Mulyani, S, dan Hendrwan.2010. Common Text Book (edisi revisi) KIMIA FISIK II.
Bandung. UPI-Press. Purba, 2012. Elida dan Ade Citra Khairunisa. Kajian Awal Laju Reaksi Fotosintesis untuk
Penyerapan
Gas
CO2
Menggunakan
Mikroalga
Tetraselmis
Chuii.
http://jurnal.ugm.ac.id/jrekpros/article/download/2451/2198. Diakses pada tanggal 22 Juni 2014. Saputra, I Gede Dika Virga. 2014. KETERGANTUNGAN LAJU REAKSI PADA TEMPERATUR diakses dari http://www.scribd.com/doc/223247821/Laporan-Kimfis-2Ketergantungan Diakses pada tanggal 22 Juni 2014.
Widya Kusumaningrum (1112016200005)
7