PENGARUH KUALITAS AUDIT, AUDIT CLIENT TENURE, DEBT DEFAULT, OPINION SHOPPING DAN KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014)
Eva Rahayu Noftia Wan Ningsih, Prima Aprilyani Rambe, Lia Suprihartini Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas audit, audit client tenure, debt default, opinion shopping dan kondisi keuangan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Sampel ditentukan dengan metode purposive sampling, sehingga diperoleh total sampel penelitian sebesar 124 sampel. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi logistic dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa audit client tenure, dan debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Sedangkan kualitas audit, opinion shopping dan kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Kata Kunci : kualitas audit, auditor spesialis industri, audit client tenure, debt default, opinion shopping, kondisi keuangan perusahaan, going concern. PENDAHULUAN Auditor memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan investor dan manajemen perusahaan. Auditor sebagai pihak ketiga yang menjembatani antara kepentingan investor dalam pengambilan keputusan ekonomi dengan manajemen selaku pengelola dan penyedia laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
yang disajikan oleh manajemen merupakan gambaran kinerja dan mencerminkan kondisi perusahaan. Laporan keuangan ini sangat berpotensi dipengaruhi kepentingan pribadi. Oleh karena itu, pemegang saham akan mengevaluasi pertanggung
jawaban
keuangan
manajemen
melalui
auditor
independen.
Selanjutnya, auditor akan memberikan pendapat setelah auditor independen melakukan proses audit. Menurut SPAP (2011) seksi 341 paragraf 2 menyatakan bahwa auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. Setelah menganalisa dan mengumpulkan bukti-bukti pendukung, disini tanggung jawab dan independensi auditor dibutuhkan untuk menilai kewajaran suatu laporan keuangan yang disajikan manajemen dengan mengeluarkan opini audit. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang melibatkan perusahaan dengan auditor, menimbulkan pandangan yang skeptis terhadap profesi auditor. Hal ini beralasan, karena auditor dikatakan ikut andil dalam memberikan informasi yang salah sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan. Auditor dengan mudahnya mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian sebelum akhirnya perusahaan mengalami kebangkrutan.
Kajian Pustaka Opini going concern Opini audit going concern merupakan opini audit dengan paragraf penjelasan mengenai pertimbangan auditor bahwa terdapat kesangsian atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan pada masa mendatang (Irwansyah et.al, 2015). Going concern dipakai sebagai asumsi dalam laporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan. Biasanya informasi yang signifikan dianggap
berlawanan
dengan
asumsi
kelangsungan
hidup
usaha
yang
berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi hutang, kerugian operasi yang berulang terjadi dan kegiatan serupa yang lain (PSA No.30). Agency Theory Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agency sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih principal yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Di dalam struktur perusahaan, yang dikatakan principal adalah pemegang saham atau pemilik perusahaan sedangkan agent adalah manajemen perusahaan. Dalam kaitan teori agensi dengan penerimaan opini going concern, agent bertugas dalam menjalankan perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk dari pertanggungjawaban manajemen. Laporan keuangan ini yang nantinya akan menunjukkan kondisi
keuangan perusahaan dan digunakan oleh principal sebagai dasar dalam pengambilan keputusan (Astuti, 2012). Auditing Auditing merupakan suatu proses dimana auditor mengumpulkan buktibukti, mengevaluasi, menentukan dan melaporkan kondisi sebenarnya perusahaan dengan memperhatikan tingkat kesesuaian informasi yang diperoleh dengan kriteria yang telah ditetapkan melalui opini yang dikeluarkan auditor. Opini Audit Opini audit merupakan suatu pernyataan opini atau pendapat dari auditor atas suatu laporan keuangan perusahaan, setelah auditor melakukan pemeriksaan atas kewajaran suatu laporan keuangan perusahaan (Prawitri & Yadnyana, 2015). Opini audit yang dikeluarkan oleh auditor merupakan informasi utama yang tidak dapat terpisahkan dari laporan audit. Ada lima jenis opini yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu (Hery, 2013): 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) 2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelas 3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) 4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) 5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) Kualitas Audit DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemampuan auditor menemukan adanya penyimpangan dalam sistem akuntansi klien dan keberanian yang dimiliki untuk mengungkapkan atau melaporkan penyimpangan
tersebut. Kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan (Werastuti, 2013). Dalam penelitian ini kualitas audit diproksikan dengan auditor spesialis. Auditor spesialis industri adalah auditor yang banyak menangani klien dalam suatu industri tertentu akan memiliki pengetahuan spesifik mengenai industri tersebut sehingga menjadikan mereka nilai tambah dibandingkan auditor lainnya (non-specialist). Dikatakan memiliki nilai tambah karena auditor spesialis industri mampu menangani risiko-risiko yang mewakili industri tersebut, hal ini dikarenakan auditor spesialis memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai karakteristik perusahaan klien dalam industri tertentu. Audit Client Tenure Audit client tenure merupakan masa perikatan kerja audit yang terjalin antara KAP dengan auditee yang sama. Masa perikatan yang panjang membuat auditor memiliki keterikatan secara emosional dan membuatnya berada di zona nyaman sehingga menurunkan independensinya sebagai seorang auditor. Hal ini bisa terjadi dikarenakan kecemasan auditor akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar menimbulkan keraguan auditor untuk mengungkapkan opini going concern. Debt Default Debt default didefinisikan sebagai kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang beserta bunganya pada waktu jatuh tempo. Dalam PSA No.30 menyebutkan bahwa indikator going concern yang paling banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan audit adalah kegagalan dalam memenuhi
hutangnya (default). Karena itu, diharapkan penetapan status default menjadi bukti pendukung untuk auditor mengeluarkan opini going concern. Namun belakangan
ini,
auditor
cenderung
disalahkan
karena
tidak
berhasil
mengungkapkan opini going concern yang seharusnya mereka keluarkan opini tersebut mengingat setelah banyaknya
bukti-bukti yang ditemukan menunjukan
kondisi peusahaan dalam keadaan default. Opinion Shopping Opinion shopping merupakan aktivitas perusahaan mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen perusahaan untuk mencapai pelaporan keuangan yang diharapkan perusahaan. Praptitorini dan Januarti (2011) mengungkapkan bahwa tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan klien melakukan opinion shopping seperti merjer antara dua perusahaan yang KAP nya berbeda, perubahan manajemen, memiliki perselisihan dengan auditor sebelumnya, serta ketidakpuasan klien terhadap kualitas audit yang diberikan auditor. Ketidakpuasan klien terhadap pelayanan auditor ini disebabkan karena auditor cenderung mengeluarkan opini yang tidak selaras dengan keinginan perusahaan, mereka mengharapkan opini wajar namun yang dikeluarkan auditor cenderung opini going concern.
Kondisi Keuangan Perusahaan Kondisi keuangan perusahaan menampilkan secara utuh atas segala yang berhubungan dengan keuangan perusahaan dalam suatu periode. Media yang digunakan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya dapat dilihat dalam laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Selain itu, untuk melihat gambaranan tingkat kesehatan perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan tersebut. Menurut McKeown (dalam Dewayanto, 2011) semakin memburuk atau terganggunya kondisi keuangan suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, auditor tidak pernah memberikan opini audit going concern. Hipotesis H1
: Diduga kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
H2
: Diduga audit client tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
H3
: Diduga debt default
berpengaruh terhadap penerimaan opini going
concern. H4
: Diduga opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
H5
: Diduga kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
METODOLOGI PENELITIAN Objek dan ruang lingkup penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai pengaruh kualitas audit yang di proksikan kepada auditor industry specialization, audit client tenure, debt default, opinion shopping, dan kondisi keuangan perusahaan terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur. Operasionalisasi variabel penelitian 1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern. Yang termasuk opini going concern dalam penelitian ini adalah opini wajar tanpa pengecualian
dengan
tambahan
bahasa
penjelas,
opini
wajar
dengan
pengecualian,, opini tidak wajar, dan tidak memberikan pendapat. Sedangkan yang termasuk dalam opini non going concern adalah opini wajar tanpa pengecualian (clean opinion). Opini audit going concern diukur dengan menggunakan variabel dummy, diberi angka 1 apabila perusahaan menerima opini going concern dan diberi angka 0 apabila perusahaan menerima opini non going concern. 2. Variabel Independen 1.
Kualitas audit Dalam penelitian ini kualitas audit diproksikan dengan menggunakan auditor
industry specialization. Dalam penelitian ini auditor spesialis diberi kode SPEC.
8
Dalam penelitian ini auditor yang dikatakan spesialis apabila auditor menguasai 10% atau lebih market share dalam suatu industry. Nilai auditor spesialis industri dihitung dengan menggunakan variabel dummy. Angka 1 akan diberikan untuk auditor yang memiliki spesialis industri dan angka 0 akan diberikan kepada auditor yang tidak memiliki spesialis industri. 2.
Audit client tenure Audit client tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun dimana KAP
yang sama telah melakukan perikatan audit terhadap auditee. Untuk tahun pertama perikatan ditandai dengan angka 1, untuk tahun kedua perikatan ditandai dengan angka 2, dan begitu juga seterusnya untuk tahun-tahun berikutnya ditambah 1. 3. Debt default Variabel debt default dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, ditandai dengan angka 1 untuk status debt default dan 0 untuk status tidak debt default. 4.
Opinion shopping Variabel
opinion shopping
dalam penelitian
ini
diukur dengan
menggunakan variabel dummy, jika perusahaan melakukan pergantian auditor maka ditandai dengan angka 1 dan jika auditor tidak melakukan pergantian auditor maka ditandai dengan angka 0. 5.
Kondisi Keuangan Pengukuran kondisi keungan dalam penelitian ini menggunakan revised
altman models yang dikembangkan oleh altman (2000), Adapun model prediksi kebangkrutan altman revisi (revised altman models) yaitu : Z’ = 0,717Z1 + 0,847Z2 + 3,107Z3 + 0,420Z4 + 0,998Z5 Keterangan : Z1 = Working Capital/Total Asset Z2 = Retained Earning/Total Asset Z3 = EBIT/Total Asset Z4 = Book value of equity/Book Value of debt Z5 = Sales/Total Asset
Berdasakan analisis dari perhitungan diatas, apabila nilai Zscore kurang dari 1,20 maka perusahaan tersebut beresiko tinggi mengalami kebangkrutan, apabila nilai Zscore berada diantara 1,21 sampai 2,90 maka perusahaan tersebut berada di zona kelabu (grey area), dan apabila nilai Zscore diatas 2,90 maka perusahaan tersebut dikatakan sehat atau aman dari kebangkrutan dan mampu dalam menghadapi persaingan. Teknik penentuan populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang merupakan suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan pada kriteria tertentu. Adapun kriteria pemilihan sampel yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2014. 2. Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap dan menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dan telah diaudit selama periode 2011-2014. 3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan menggunakan satuan mata uang rupiah (Rp) 4. Laporan keuangan yang memiliki tanggal tutup buku pada 31 desember 5. Mengalami kerugian bersih minimal untuk 1 tahun penelitian Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Statistik Deskriptif Menurut Ghozali (2013) statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Analisis Regresi Logistik Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan SPSS versi 21. Model logistic regression dalam penelitian ini ditunjukan dalam persamaan berikut ini :
Keterangan : = Probabilitas mendapatkan opini going concern = Konstanta = Koefisien regresi
i
SPECC
= Auditor spesialis industri
TEN
= Audit client tenure
DEFT
= Debt default
OS
= Opinion shopping
FD
= Kondisi keuangan = Koefisien error
Hasil Penelitian dan pembahasan 1. Hasil uji statistik deskriptif Tabel 4.3 Hasil Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
TEN
124
1
4
2.10
1.070
FD
124
-2.85
20.95
1.8319
2.69905
Valid N (listwise)
124
Sedangkan untuk variabel debt default, auditor spesialis industri, opinion shopping dan going concern dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy. Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Auditor Spesialis Industri Non-spesialis
85
68,5
68,5
68,5
Auditor spesialis
39
31,5
31,5
100,0
124
100,0
100,0
Non-debt Default
97
78,2
78,2
Debt default
27
21,8
21,8
124
100,0
100,0
101
81,5
81,5
23
18,5
18,5
124
100,0
100,0
Non-going concern
46
37,1
37,1
Going concern
78
62,9
62,9
124
100,0
100,0
Total Debt Default
Total
78,2 100,0
Opinion Shopping Non-opinion shopping Opinion Shopping Total
81,5 100,0
Going Concern
Total
37,1 100,0
Hasil Uji Hipotesis Menilai model kelayakan model regresi Untuk menilai kelayakan model regresi ini dengan memperhatikan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa nilai Chi-square sebesar 7,334dengan df 8 dengan tingkat signifikansi 0,501. Nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 tidak dapat ditolak (diterima). Hal ini menunjukan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya sehingga model ini dapat digunkan untuk analisis selanjutnya.
Menilai model Fit (Overall model fit test) Pengujian kesesuaian keseluruhan model (Overall model fit test) dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log likelihood (-2 LL) pada awal (Block 0 : Beginning Block) dengan nilai -2 log likelihood (-2 LL) pada akhir (Block 1 : Method = Enter). Dalam penelitian ini diketahui bahwa nilai -2LL awal sebesar 163,548. Setelah variabel bebas dimasukan pada model regresi, maka nilai -2LL akhir pada tabel 4.7 adalah sebesar 126,892. Hal ini menunjukan adanya penurunan nilai -2LL awal dan -2LL akhir sebesar 36,656. Adanya penurunan ini menunjukkan bahwa model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Step 1
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
126.892a
.256
Nagelkerke R Square .349
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Berdasarkan tabel diatas, nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,349 yang menandakan bahwa variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 34,9 % yang berarti bahwa ada kontribusi sebesar 34,9% dalam memprediksi opini audit going concern, sedangkan sisanya sebesar 65,1 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar variabel yang diteliti. Hasil uji regresi logistik 1) Pengujian hipotesis pertama (H1) Hipotesis pertama menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian
hipotesis dengan regresi logistik menunjukan variabel kualitas audit memiliki nilai wald 0,578 dengan koefisien regresi sebesar -0,358 dan tingkat signifikansi 0,447. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama (H1) ditolak, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi SPEC yang lebih besar dari 5%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas auditor yang diproksikan dengan auditor spesialis industri tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 2) Pengujian hipotesis kedua (H2) Hipotesis kedua menyatakan bahwa audit client tenure berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian hipotesis dengan regresi logistik menunjukan variabel audit client tenure memiliki nilai wald 9,254 dengan koefisien regresi sebesar -0,693 dan tingkat signifikansi 0,02. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua (H2) diterima, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 5%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel audit client tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 3) Pengujian hipotesis ketiga (H3) Hipotesis ketiga menyatakan bahwa debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian hipotesis dengan regresi logistik menunjukan variabel debt default memiliki nilai wald 4,025 dengan koefisien regresi sebesar 1,663 dan tingkat signifikansi 0,045. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga (H3) diterima, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 5%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 4) Pengujian hipotesis keempat (H4) Hipotesis keempat menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian hipotesis dengan regresi logistik menunjukan variabel opinion shopping memiliki nilai wald 0,729 dengan koefisien regresi sebesar 0,738 dan tingkat signifikansi 0,393. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis keempat (H4) ditolak, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih besar dari 5%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 5) Pengujian hipotesis kelima (H5) Hipotesis kelima menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian hipotesis dengan regresi logistik menunjukan variabel kondisi keuangan perusahaan memiliki nilai wald 2,268 dengan koefisien regresi sebesar -0,190 dan tingkat signifikansi 0,132. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis kelima (H5) ditolak, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih besar dari 5%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh kualitas audit terhadap penerimaan opini audit going concern Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan auditor spesialis industri tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going
concern. penelitian ini konsisten dengan penelitian Praptitorini dan Januarti (2011), serta Utama dan Badera (2016) yang menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Artinya baik auditor yang tergolong spesialis industri maupun non spesialis industri sama-sama berusaha memberikan jaminan profesionalitas pekerjaan audit yang obyektif kepada kliennya. Pengaruh audit client tenure terhadap penerimaan opini audit going concern Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nursasi dan Maria (2015) serta Muttaqin dan Sudarno (2012) yang meyatakan bahwa audit client tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Hasil ini menyatakan bahwa semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka akan semakin kecil pula kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini audit going concern. Pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Januarti (2009), Tamba (2009), Praptitorini dan Januarti (2011), Ardiani dan Azlina (2012) serta Werastuti (2013), yang menemukan bukti bahwa debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil ini menunjukan bahwa debt default digunakan oleh auditor dalam mengambil keputusan untuk mengeluarkan opini audit berkaitan dengan going concern sesuai dengan yang tercantum dalam PSA 30 seksi 341 Pengaruh opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern Penelitian ini sejalan dengan penelitian Januarti (2009), Dewayanto (2011), serta Ardiani dan Azlina (2012), yang yang menemukan bahwa opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Menurut
Lennox (dalam Ardiani dan Azlina 2012), dimana dikatakan bahwa walaupun perusahaan sering mengganti auditor setelah menerima opini audit going concern, masih belum jelas apakah ini mencerminkan praktik opinion shopping. Jadi walaupun perusahaan melakukan pergantian auditor setelah menerima atau mendapat opini audit going concern pada tahun sebelumnya, auditor yang baru tetap akan mengeluarkan opini audit going concern jika terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya . Pengaruh kondisi keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Januarti (2009), Ardiani dan Azlina (2012), serta Werastuti (2013) yang yang menemukan bahwa kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Tidak berpengaruhnya variabel kondisi keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern disebabkan auditor tidak hanya mempertimbangkan dari rasio keuangan perusahaan saja, tetapi auditor juga mempertimbangkan kondisi perekonomian pada saat itu. Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan yang baik bukan menjadi alasan utama bagi auditor untuk tidak memberikan opini audit going concern, yang berarti bahwa auditor lebih percaya terhadap hasil temuan auditnya dalam memberikan opini auditnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 2. Audit client tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 3. Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 4. Opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 5. Kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Saran Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu : 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai populasi penelitian untuk memperoleh konsistensi hasil penelitian. 2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang tahun pengamatan 3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel-variabel lainnya yang mungkin bisa lebih memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern secara tepat, seperti rasio-rasio keuangan, kepemilikan perusahaan, strategic action perusahaan, reaksi investor dan sebagainya
Daftar Pustaka Altman, Edward, 2000. Predicting Financial Distress of Companies : Revisiting The Z-Score and Zeta Models. Agoes, Sukrisno dan Jan Hoesada, 2009. Bunga Rampai Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Ardiani, Nurul., Emrinaldi Nur DP dan Nur Azlina, 2012. Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Shopping, dan Kondisi Keuangan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi vol. 20 no.4. Astuti, Irtani Retno, 2012. Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang. Craswell, Allen T., Jere R. Francis and Stephen L. Taylor, 1995. Auditor Brand Name Reputations and Industry Specializations. Journal of Accounting and Economics, vol. 20, p. 297-322. DeAngelo, Linda Elizabeth, 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economics, vol.3, p. 183-199. Dewayanto, Totok, 2011. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Vokus Ekonomi, vol. 6 no. 1, p. 81-104. Eisenhardt, Kathleen M., 1989. Agency Theory: An Assessment and review. Academy of Management Review, vol.14 no.1, p. 57 - 74. Fitriany, et.al, 2015. Pengaruh Tenure, Rotasi dan Spesialisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Kualitas Audit : Perbandingan Sebelum dan Sesudah Regulasi Rotasi KAP di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol.17 no.1, p.12-27 Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi, Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hery, 2013. Setiap Auditor Harus Baca Buku Ini! Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hutabarat, Goodman, 2012. Pengaruh Pengalaman Time Budget Pressure dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmiah ESAI, vol. 6 no. 1.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia, 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Irwansyah, Bramantika Oktavianti dan Syarifah Hardyanti, 2015. Pengaruh Faktor Keuangan dan Faktor Non Keuangan terhadap Pengungkapan Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi XVIII. Medan. Januarti, Indira, 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang. Jensen, Michael C. and William H. Meckling, 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour Agency Cost and Ownership Structure. Jurnal Of Finance Economic. vol. 3 no. 4, p.305-360. Junaidi dan Jogiyanto Hartono, 2010. Faktor Non Keuangan pada Opini Going Concern. Simposiun Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto. Kuncoro, Mudrajat, 2009. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Kwarto, Febrian, 2015. Pengaruh Opinion Shopping dan Pengalaman Auditor terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern dalam Sisis Pandang Perusahaan Auditan. Jurnal Akuntansi vol.19 no.3, p.311-325 Lennox, Clive, 2000. Do companies successfully engage in opinion-shopping? Evidence from the UK. Journal of Accounting and Economics. Vol. 29. p. 321-337. ______________. 2002. Opinion Shopping and Audit Committees. Center for Economics Institutions Working Paper Series, no. 2002-12. Available at: http://hermesir.lib.hitu.ac.jp/rs/handle/10086/13893 (Accessed 8 January 2016) Mulyadi, 2013. Auditing. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Muttaqin, Ariffandita Nuri dan Sudarno, 2012. Analisis Rasio Keuangan dan Faktor Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2008-2010). Diponegoro Journal of Accounting, vol. 1 no. 2, p 1-13 . Nursasi, Enggar dan Eva Maria, 2015. Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan dan Pembiyaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal JIBEKA, vol. 9 no.1, p.3743. Nurutama, I Putu, 2011. Pengaruh Tenur dan Reputasi Kantor Akuntan Publik pada Kualitas Audit Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderasi
(Studi Kasus pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2004 - 2009. Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar. Pamudji, Sugeng dan Aprillya Trihartati, 2009. Pengaruh Independensi dan Efektivitas Komite Audit terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi dan Auditing, vol.6 no. 1. Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti, 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, vol. 8 no. 1, p.78-93. Pratiwi, Karina Aningdita, 2013. Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP,Disclosure, Ukuran Perusahaan Klien, dan Opini Audit Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2007 - 2011). Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Prawitri, Ni Made Puspa dan Ketut Yadnyana, 2015. Pengaruh Audit Delay,Opini Audit, Reputasi Auditor dan Pergantian Manajemen pada Voluntary Auditor Switching. E-jurnal Akuntansi Udayana, vol.10 no.1, p.214 - 224. Putri, Desak Dyah Eka dan I Dewa Nyoman Wiratmaja, 2015. Kualitas Komite Audit Memoderasi Pengaruh Masa Perikatan Audit dan Spesialisasi Auditor Pada Kualitas Audit. E-jurnal Akuntansi Udayana, vol.10 no.2, p.570-587. Purba, Marisi P., 2009. Asumsi Going Concern (Suatu tinjauan terhadap dampak krisis keuangan atas opini audit dan laporan keuangan). Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahayu, Puji, 2007. Assessing Going Concern Opinion : A Study Based on Financial and Non-Financial Information. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.
Keuangan
Nomor:
Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik. Sekaran, Umma. 2006. Research Methods For Business 4th edition, vol.2. Jakarta: Salemba Empat.
Setyarno, Eko Budi., Indira Januarti dan Faisal, 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Setyowati, Widhi, 2009. Strategi Manajemen Sebagai Faktor Mitigasi terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Siregar, Sylvia Veronica, et.al, 2011. Rotasi dan Kualitas Audit : Evaluasi Atas Kebijakan Menteri Keuangan KMK NO.423/KMK.6/2002 Tentang Jasa Akuntan Publik . Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, vol.8 no.1, p.1-20. Sinason, David H., Jefferson P. Jones and Sandra Waller Shelton, 2001. An Investigation of Auditor and Client Tenure. Mid American Journal of Business, vol. 16 no. 2, p.31- 40. Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: ALFABETA. Susanto, Yulius Kurnia, 2009. Faktor - Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol.11 no.3, p.155-173. Tamba, Revol Ulung Bisara, 2009. Pengaruh Debt default, Kualitas Audit, dan Opini Audit terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Utama, I Gusti Putu Oka Surya dan I Dewa Nyoman Badera, 2016. Penerimaan Opini Audit dengan Modifikasi Going Concern dan Faktor-Faktor Prediktornya. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, vol.14 no.2, p. 893-919. Venuti, Elizabeth K., 2007. The Going Concern Assumption Revisted : Assessing a company’s Future Viability. The CPA Journal, p.1-5. Werastuti, Desak Nyoman Sri, 2013. Pengaruh Auditor Client Tenure, Debt Default, Reputasi Auditor, Ukuran Klien dan Kondisi Keuangan terhadap Kualitas Audit melalui Opini Audit Going Concern. VOKASI Jurnal Riset Akuntansi, vol.2 no.1, p.99-106. Widyantari, A. A. Ayu Putri, 2011. Opini Audit Going Concern dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi : Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa efek Indonesia. Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar. www.idx.co.id (Accessed on Saturday, 26 December 2015)