BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Setiap
perusahaan
merupakan
kesatuan
entitas
antara
pengelola
(manajemen) dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stockholders). Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya perlu mengetahui perkembangan usahanya sejauh mana perusahaan itu mencapai tujuan perusahaannya. Pihak manajemen dan stockholders perlu mengetahui tujuan – tujuan perusahaan mereka, baik tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek perusahaan. Suatu perusahaan yang terus berkembang selalu ingin memperoleh keuntungan atau terhindar dari kerugian, maka perusahaan membutuhkan dukungan informasi yang cepat dan berkesinambungan berupa informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan. Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008:7). Dalam laporan keuangan tersaji jumlah laba perusahaan yang mungkin saja tidak berasal dari aktivitas operasi perusahaan, walaupun terkadang arus kasnya bernilai negatif. Perusahaan – perusahaan yang betumbuh sering mengalami fenomena ini. Khususnya ketika perusahaan menginvestasikan kembali laba mereka dalam bisnisnya, supaya dapat memelihara/ mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
21
Beberapa analis mengemukakan bahwa free cash flow sebagai basis untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan modal yang berkelanjutan. Yang lain berpendapat bahwa free cash flow dianggap menggambarkan kas yang tersedia setelah memenuhi semua komitmen atau tanggung jawab yang ada, yaitu keperluan pembayaran untuk melanjutkan operasi (termasuk pembayaran hutang lancar, investasi kembali modal regular untuk mempertahankan aktivitas operasi lancar). Ada juga yang berpendapat free cash flow menggambarkan kas yang tersedia setelah pembayaran beban – beban operasi, baik yang mencakup penambahan modal kerja dan pemeliharaan operating assets. Standar Akuntansi Internasional (IAS) yang dikutip oleh Mills et al. (www.nysscpa.org.2002) , merekomendasikan bahwa free cash flow harus diakui sebagai “kas dari operasi dikurangi dengan jumlah capital expenditures yang diperlukan untuk memelihara kapasitas produkif lancar perusahaan”. Menurut International Financial Reporting Standards (IFRS 2005:47), “Arus kas bebas adalah kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dikurangi dengan pengeluaran modal yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat operasi sekarang”. Oleh karena itu, analis harus mengidentifikasi pengeluaran modal yang dimasukkan dalam arus kas investasi yang berhubungan dengan usaha untuk mempertahankan tingkat oprerasi saat ini. Berdasarkan uraian diatas, pembayaran hutang wajib tidak akan dikurangi untuk mendapatkan arus kas bebas. Pengeluaran cash discretionary meliputi pengeluaran hutang, pembayaran deviden dan pembelian kembali saham- saham yang beredar. Free cash flow biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara
22
pemegang saham dan para manajer, dimana para manajer berkeinginan dana tersebut digunakan untuk berinvestasi pada proyek – proyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah insentif bagi para manajer sedangkan pemegang saham menginginkan dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Teori keagenan menerangkan bahwa kepentingan manajemen sering kali bertentangan dengan kepentingan pemegang saham. Hal tersebut dapat terjadi karena manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham biasanya kurang menyukai kepentingan pribadi manajer, karena hal itu akan menambah cost bagi perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan yang akan diterima. Perusahaan yang memiliki kas berlebih, biasanya menginvestasikan dana yang dimilikinya dalam sejumlah proyek. Dengan ketersediaan dana yang cukup banyak itulah, manajer bebas untuk menggunakan dananya bagi proyek – proyek yang ada dan ditakutkan proyek yang diambil dapat berupa proyek yang tidak menguntungkan. Kemungkinan terjadinya kerugian akan mempengaruhi profit yang di dapat perusahaan dan secara tidak langsung akan mengurangi earning bagi pemegang saham. Untuk mengatasi dugaan penggunaan free cash flow oleh manajer seperti telah diuraikan diatas, Van Greuning (2005), mengusulkan perlunya pembentukan hutang yang disebut dengan “control hypothesis” (IFRS 2005 : 47). Sebagai contoh, jika perusahaan mengeluarkan hutang baru dan menggunakan hasilnya untuk menarik saham yang beredar atau membayar deviden. Manajemen diwajibkan untuk mengeluarkan uang kas untuk membayar bunga, dan pokok atas
23
hutang tersebut yang secara bersamaan mengurangi jumlah free cash flow yang tersedia. Penambahan hutang memiliki komitmen pembayaran kembali bunga dan pokok pinjaman yang mengurangi free cash flow dan mengurangi kemampuan manajer untuk melakukan tindakan pemborosan yang membuat manajer menjadi disiplin, sehingga penggunaan aktiva menjadi lebih produktif. Penelitian ini mengangkat isu tentang perilaku perusahaan perkebunan dalam rangka mengelola free cash flow yang berkaitan dengan kebijakan hutang. Apakah dengan free cash flow yang tinggi, kegiatan operasi / investasi perusahaan didanai dengan utang atau free cash flow dibagikan kepada pemegang saham sebagai bentuk peningkatan kesejahteraan. Fenomena free cash flow belum banyak mendapat perhatian di Indonesia. Perusahaan – perusahaan di Indonesia pada umumnya tidak melaporkannya secara eksplisit. Berbeda dengan di Amerika Serikat free cash flow sudah cukup mendapat perhatian dan adanya suatu badan independent seperti Value Line Investment Survey yang melaporkan free cash flow perusahaan secara yang berbeda. PT Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perkebunan, mencakup pengusahaan tanaman, pengolahan, pemasaran hasil dan industri serta jasa – jasa penunjangnya. Investasi yang terdapat pada PTPN III terdiri dari investasi tanaman dan investasi non tanaman. PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III Medan) yang mendapat kategori sangat sehat AAA (Triple Sehat) pada tahun 2007. Berdasarkan
24
Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP – 100 / MBU/ 2002. Penilaian tersebut terdiri dari tiga aspek yaitu, aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek administrasi. PT Perkebunan III Medan merupakan salah satu Perusahaan Persero di Indonesia yang memiliki total arus kas yang positif. Hal ini dapat dilihat dari laporan triwulanan yang menunjukkan bahwa setiap triwulan, jumlah arus kas terus meningkat. PT Perkebunan III Medan yang menyajikan laporan arus kas menunjukkan nilai arus kas yang selalu positif dan terus meningkat dari periode satu ke periode yang lain. Terdapatnya jumlah kas yang terus meningkat dalam perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menentukan kebijakan atas pembayaran hutang juga cukup efektif, namun pada PTPN III untuk setiap periode di tahun 2005, walaupun jumlah kasnya terus meningkat, perusahaan belum mampu membayar semua kewajibannya. Investasi yang dilakukan perusahaan belum mampu membayar semua kewajibannya. Hal ini berbeda dengan kenyataan yang ada, walaupun total arus kas pada PTPN III selalu positif tidak demikian dengan nilai free cash flow nya yang bernilai negatif, karena sejak tahun 2005, PTPN III terus melakukan investasi dimana investasi tersebut tidak mengandalkan kas dari aktivitas operasi melainkan bersumber dari pinjaman-pinjaman dari kreditur. Secara umum, kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi lebih besar dari laba bersih untuk sebuah perusahaan yang sehat secara keuangan (International Financial Reporting Standards (IFRS 2005:47). Perusahaan yang sedang bertumbuh sering kali memiliki arus kas bebas yang negatif karena pertumbuhan yang cepat
25
memerlukan pengeluaran modal dan investasi lain yang besar. Sedangkan perusahaan yang sudah dewasa (matang) sering kali memiliki arus kas bebas yang positif dimana tingkat pengeluaran modalnya yang rendah. Demikian halnya pada PTPN III, sebuah perusahaan yang sedang bertumbuh dimana total arus kas dari periode satu ke periode lain menunjukkan nilai yang positif tetapi free cash flow nya menunjukkan nilai yang negatif di periode setelah tahun 2005, perusahaan memiliki jumlah kas yang terus meningkat. Dengan terus bertambahnya jumlah kas, dan nilai kas bebasnya yang negatif ternyata investasi yang dilakukan perusahaan mampu membayar kewajibannya dengan cukup baik. Demikian halnya dengan nilai profitabilitasnya yang dilihat dari rasio laba bersih berpengaruh terhadap total ekuitasnya. Dari periode tahun 2005, perusahaan terus mendapatkan laba bersih yang selalu positif terhadap nilai equity, dalam hal ini perusahaan mampu melaksanakan kewajibannya untuk terus memberikan laba kepada pemilik saham/ pemilik kepentingan terbesar yaitu pemerintah. Penelitian ini juga ingin melihat besarnya pengaruh antara free cash flow juga profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurwahyudi dan Mardiyah (2004), free cash flow mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang sebesar 29,3 % pada tahun 2000, sedangkan pada tahun 2001, meningkat menjadi 35 %, dan sisanya dipengaruhi oleh variable lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isrina (2006), free cash flow mempunyai pengaruh terhadap hutang dengan nilai signifikansi sebesar 0,000449 (signifikan kuat), kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang dan secara statistic
26
tidak signifikan, dengan nilai signifikasi sebesar 0,5345, kepemilikan institusional berengaruh positif terhadap kebijakan hutang dan tidak signifikan dengan nilai signifikan sebesar 0,8019. Penelitian ini merupakan penelitian baru yang mengadopsi penelitan terdahulu yang dilakukan oleh Nurwahyudi dan Mardiyah (2004) dengan menambahkan satu variable independen yaitu profitabilitas, yang membedakan penelitian terdahulu adalah (1) periode penelitian terdahulu mengamati laporan arus kas tahun 2000-2001 sedangkan penelitian sekarang peneliti ingin mengamati laporan arus kas tahun 2005-2008, (2) objek penelitian peneliti tedahulu adalah perusahaan yang teerdaftar di BEI, sedangkan penelitian sekarang pada PT Perkebunan Nusantara III Medan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang pada tahun yang berbeda yaitu tahun 2005-2008 dalam skripsi dengan judul “ Pengaruh Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas, permasalahan yang penulis anggap perlu diteliti adalah “Apakah pengaruh free cash flow dan profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang yang terdapat di PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Medan”. C. Batasan Masalah Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan – keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :
27
1.
Penelitian ini hanya meneliti dua variable independen yaitu free
cash flow dan profitabilitas. 2.
Penelitian ini mengambil sampel dari laporan arus kas triwulanan
PT Perkebunan Nusantara III pada periode 2005 sampai dengan 2008. D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dibicarakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah : Melihat Pengaruh free cash flow dan profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang PT PERKEBUNAN NUSANTARA III Medan. B Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis , untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman penulis mengenai pengaruh free cash flow dan profitabilitas , terhadap kebijakan hutang pada PTPN III Medan. 2. Bagi perusahaan , memberi masukan kepada pihak manajemen perusahaan yang dapat digunakan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dalam hal ini kebijakan atas hutang. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan gambaran dalam melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan laporan arus kas bebas dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang.
28