Julian Mukhtar “614408109”, 2013. Analisis Keunggulan Komoditi Jagung Dengan Pendekatan Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo 2013. Di bawah bimbingan Mahludin Baruwadi, Ria Indriani.
ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis : 1) Mengetahui komoditi jagung menjadi sektor basis pada sebagian besar kecamatan di Kabupaten Pohuwato. 2) Mengetahui penyebaran komoditi jagung terkonsentrasi pada kecamatan di Kabupaten Pohuwato. 3) Mengetahui komoditi jagung merupakan komoditi spesial Kabupaten Pohuwato. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013, yang menggunakan metode survey dengan data sekunder yang diperoleh dari BPS dan Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Lokalisasi, Analisis Spesialisasi dan Analisis Lokasi (LQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Pohuwato tidak terkonsentrasi pada kecamatan tertentu, ini dikerenakan jumlah nilai positif dari 13 kecamatan belum mencapai besar dari satu dengan jumlah nilai 0,05. Analisis Spesialisasi juga menunjukkan jumlah nilai positif dari 13 kecamatan belum mencapai besar dari satu dengan perolehan nilai 0,59, ini menandakan bahwa komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato tidak spesial di semua wilayah kecematan serta Analisis Lokasi (LQ) menunjukkan hasil yang positif dari 13 kecamatan hanya 8 kecamatan yang memiliki nilai besar dari satu dengan jumlah nilai 8,67, ini menunjukkan bahwa komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato merupakan Komoditi Unggulan atau Basis. Kata kunci : Komoditi Unggulan, Spesialisasi, Lokalisasi dan Lokasi (LQ)
PENDAHULUAN Pembangunan pertanian di Indonesia ke depan menurut Sudaryanto dan Syafa’at (2002:1), harus selalu diarahkan agar mampu memanfaatkan secara maksimal keunggulan sumberdaya wilayah secara berkelanjutan. Oleh karena itu kebijaksanaan pembangunan pertanian mesti dirancang dalam perspektif ekonomi wilayah. Pembangunan pertanian dalam konteks ekonomi wilayah semakin relevan dengan berlakunya UU nomor 22 dan nomor 25 tahun 1999, yang kemudian dijabarkan dalam PP nomor 2 tahun 2000. Hal ini berarti bahwa pemerintah pusat hanya berperan dalam merancang perencanaan yang bersifat makro, sedangkan pemerintah daerah merancang pelaksanaan pencapaian target sesuai dengan kondisi wilayah. Pada perspektif kebijakan yang demikian, pemerintah daerah dituntut benar-benar mampu memanfaatkan secara maksimal pengelolaan sumberdaya yang bersifat spesifik lokasi.
1
Kawasan unggulan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak perekonomian kawasan (prime mover) yang memiliki kriteria sebagai kawasan yang cepat tumbuh, mempunyai sektor unggulan dan memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitar (hinterland) (Royat, 1996:3). Penetapan suatu daerah menjadi kawasan unggulan karena diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu daerah. Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Todaro, 2000:3). Pengembangan kawasan komoditi unggulan tidak lepas dari pengembangan kawasan agropolitan. Komoditi-komoditi unggulan (basis) perlu dikembangkan secara optimal karena memiliki keunggulan komparatif yang mampu meningkatkan perekonomian dan pendapatan pelaku ekonominya. Keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu komoditi dapat mendorong terciptanya keunggulan kompetitif (keunggulan bersaing) terhadap komoditi sejenis di suatu wilayah. Keunggulankeunggulan tersebut memberikan keuntungan terhadap komoditi dalam memenangkan persaingan pasar. Pangsa pasar yang luas serta unggul dalam persaingan pasar memberikan efek yang positif bagi penerimaan. Semakin luas pangsa pasar dan unggul dalam persaingan atau memiliki kekuatan daya saing produk yang tinggi dipasaran memungkinkan produk tersebut mendatangkan penerimaan yang tinggi pula dari proses penjualannya (Tarigan, 2005:5). Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah. Komoditas yang dipilih sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang memiliki produktifitas yang tinggi dan dapat memberikan nilai tambah sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu, penetapan komoditas unggulan daerah juga harus mempertimbangkan kontribusi suatu komoditas terhadap pertumbuhan ekonomi dan aspek pemerataan pembangunan pada suatu daerah (Syahroni, 2005:5). Jagung merupakan komoditi unggulan di Provinsi Gorontalo, dimana produksi jagung di Provinsi Gorontalo pada tahun 2011 mencapai 605.781 ton dengan luas panen 135.754 Ha (BPS Provinsi Gorontalo 2012). Salah satu daerah yang menjadi sentra jagung di Provinsi Gorontalo adalah Kabupaten Pohuwato. Berdasarkan data BPS Pohuwato (2012) produksi jagung di Kabupaten ini mencapai 320.306 ton dengan luas panen 63.806 Ha. Selama ini jagung di Kabupaten Pohuwato dianggap sebagai salah satu komoditi yang memiliki keunggulan meskipun demikian dari studi pendahuluan penulis masih sedikit informasi atau kajian tentang keunggulan komoditi. Salah satu pendekatan untuk mengevaluasi keunggulan komoditi jagung adalah dengan pendekatan ekonomi wilayah. keunggulan komoditi dan penentuan wilayah, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul ; Analisis Keunggulan Komoditi Jagung dengan Pendekatan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.
2
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pohuwato. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada Mei 2013 hingga Juli 2013. Jenis penelitian ini adalah survey. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu berupa data luas panen jagung di Kabupaten Pohuwato tahun 2011. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato. Teknik pengumpulan data merupakan observasi dan dokumenter. Observasi di gunakan untuk mengamati dan mencatat secara langsung tentang objek yang diteliti. Dokumenter adalah memperoleh informasi berdasarkan data yang sudah tersedia. Teknik analisis data digunakan beberapa metode analisis data, yaitu: Analisis Lokalisasi, analisis ini merupakan salah satu analisis ekonomi wilayah yang menggunakan untuk mengukur penyebaran atau konsentrasi relative dari komoditas tanaman agribisnis. Analisis Spesialisasi, analisis ini tergolong juga analisis ekonomi wilayah yang digunakan untuk mengkaji spesialisis suatu wilayah dalam komoditas agribisnis. Analisis Lokasi (LQ), analisis ini merupakan analisis ekonomi wilayah yang mengkaji apakah suatu komoditas agribisnis merupakan sektor basis yaitu sektor yang unggul dalam wilayah yang bersangkutan atau sektor non basis.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Potensi Komoditi Jagung Kondisi komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato dari 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi naik turun, di tahun 2011 produksi jagung mulai mengalami peningkatan mencapai 320.306 ton dari tahun sebelumnya. Hanya beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Pohuwato yang memiliki produksi jagung terbanyak. Produksi komoditi jagung dengan jumlah terbanyak terdapat pada Kecamatan Patilanggio dan Kecamatan Taluditi dengan jumlah produksi sebesar 63.918 ton dan 41.625 ton. Wilayah terkecil jumlah produksi jagung terdapat pada Kecamatan Duhiadaa dengan jumlah produksi 3.697 ton. Perbandingan dengan tanaman pangan lainnya komoditi padi sawah memiliki jumlah produksi mencapai 38.241 ton. Wilayah terbesar produksi padi sawah terdapat pada Kecamatan Duhiadaa dengan jumlah produksi sebesar 12.587 ton. Sedangkan komoditi tanaman pangan lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dah kedelai jumlah produksi tidak begitu besar, hal ini menandakan komoditi lainnya hanya sebagai sektor penunjang untuk memenuhi kebutuhan permintaan di Kabupaten Pohuwato. Luas panen komoditi jagung di tahun 2011 mencapai 63.806 ha, ini menunjukkan rata-rata produksi per hektar lahan jagung sebesar 5 ton. Luas panen tanaman pangan di wilayah kecamatan di Kabupaten Pohuwato tidak merata, ini dapat dilihat pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Luas Panen Tanaman Pangan Kabupaten Pohuwato Tahun 2011. No
Kecamatan
1
Popayato
2
Popayato Barat
3 4 5
Wanggarasi
6
Marisa
7 8 9 10 11 12
Padi Sawah
Jagung
kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
0,00
3228,00
0
2,00
13,79
14
5
409,00
3426,00
30
0
0
0
2
Popayato Timur
0,00
3987,00
0
9,00
0
7
0
Lemito
0,00
3915,00
0
0
4,19
3
4
22,00
5386,00
43
0
0
5
7
0,00
2260,00
0
0
0
8
10
Patilanggio
745,00
12533,00
0
12,00
0
9
16
Buntulia
486,00
2576,00
0
6,00
0
5
5
Duhiadaa
2117,00
735,00
0
3,00
0
3
4
Randangan
125,00
7556,00
557
19,00
12,45
4
2
Taluditi
967,00
8325,00
830
7,00
5,58
1
4
Paguat
955,00
5715,00
0
9,00
0
6
3
664,00
4164,00
50
13,00
0
4
10
6490,00 63806,00 Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato2012
1510,00
80,00
36,01
69,00
72,00
13
Dengilo Kab. Pohuwato
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan luas panen jagung terluas terdapat pada kecamatan Patilanggio dan Kecamatan Taluditi sebesar 12.533 ha dan 8.325 ha, kecamatan yang terkecil luas panen jagung terdapat pada Kecamatan Duhiadaa sebesar 735 ha. Perbandingan dengan komoditi tanaman pangan lainnya yang berpotensi menjadi sektor basis terdapat pada komoditi padi sawah ini dilihat pada luas panen padi sawah tahun 2011 mencapai 6.490 ha. Wilayah kecamatan dengan luas panen terbesar terdapat pada Kecamatan Duhiadaa mencapai sebesar 2.117 ha, sedangkan komoditi tanaman pangan lainnya seperti kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar hanya sebagai komoditi penunjang di wilayah Kabupaten Pohuwato. Ini menandakan keragaman komoditi tanaman pangan di wilayah kecamatan Kabupaten Pohuwato bervariasi. Sedangkan Potensi atau peluang komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato kedepan bisa mengalami peningkatan, ini harus didukung dengan ditambahnya perluasan tanam komoditi jagung di setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Pohuwato. 2.
Analisis Keunggulan Komoditi Jagung
Analisis keunggulan komoditi jagung dapat dilakukan pada pendekatan ekonomi wilayah. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan analisis spesialisasi, analisis lokalisasi dan analisis Lokasi (LQ). Komoditas tanaman pangan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah komoditi jagung yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Data sekunder yang menjadi analisis keunggulan komoditi jagung adalah luas panen
4
jagung di Kabupaten Pohuwato tahun 2011. Hasil dari analisis masing-masing kecamatan komoditas jagung diuraikan sebagai berikut . a. Analisis Lokalisasi Berdasarkan hasil analisis, koefisien lokalisasi komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato (β > 1) tidak terkonsentrasi pada kecamatan tertentu. Jumlah nilai hasil positif analisis koefesien lokalisasi komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato tidak mencapai besar dari satu, nilai yang diperoleh mencapai (0,05). Hasil analisis lokalisasi komoditi jagung dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Hasil Analisis Lokalisasi Komoditi Jagung dan Tanaman Pangan di Kabupaten Pohuwato Tahun 2011. NO 1
Kecamatan
Padi Sawah (Ha)
Jagung (Ha)
(Ha)
Kacang Tanah (Ha)
Kacang Hijau (Ha)
Ubi Kayu (Ha)
Ubi Jalar (Ha)
kedelai
Popayato
-0,05
0,00
-0,05
-0,03
0,33
0,15
0,02
2
Popayato Barat
0,01
0,00
-0,03
-0,05
-0,05
-0,05
-0,02
3
Popayato Timur
-0,06
0,00
-0,06
0,05
-0,06
0,04
-0,06
4
Lemito
-0,05
0,01
-0,05
-0,05
0,07
-0,01
0,01
5
Wanggarasi
-0,07
0,00
-0,05
-0,08
-0,08
-0,01
0,02
6
Marisa
-0,03
0,01
-0,03
-0,03
-0,03
0,09
0,11
7
Patilanggio
-0,07
0,02
-0,18
-0,03
-0,18
-0,05
0,04
8
Buntulia
0,03
0,00
-0,04
0,04
-0,04
0,03
0,03
9
Duhiadaa
0,29
-0,03
-0,04
0,00
-0,04
0,00
0,02
10
Randangan
-0,10
0,01
0,26
0,13
0,24
-0,05
-0,08
Taluditi
0,01
-0,01
0,41
-0,05
0,01
-0,13
-0,08
Paguat
0,05
0,00
-0,09
0,02
-0,09
0,00
-0,05
0,03
0,00
-0,04
0,09
-0,07
-0,01
0,07
0,42 0,05 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013.
0,67
0,33
0,65
0,19
0,31
11 12 13
Dengilo LOKALISASI
Dari Tabel 2 di atas diketahui, bahwa wilayah kecamatan di Kabupaten Pohuwato terdapat 11 kecamatan yang memiliki nilai analisis lokalisasi komoditi jagung yang positif dengan jumlah nilai (0,05), ini menunjukkan bahwa komoditi jagung di wilayah kecamatan Kabupaten Pohuwato tidak terfokus pada kecamatan tertentu, tetapi menyebar pada semua kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato. Sedangkan nilai analisis yang negatif terdapat 2 kecamatan yaitu Kecamatan Duhiadaa dan Kecamatan Taluditi dengan perolehan nilai (-0,03 dan -0,01), ini menandakan komoditi jagung tidak sama sekali terkonsentrasi di wilayah tersebut. Perbandingan dengan komoditi tanaman pangan lainnya juga tidak terkonsentrasi pada kecamatan tertentu, di lihat dari hasil analisis lokalisasi tidak ada jumlah nilai positif yang besar dari satu dari total semua kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato.
5
b.
Analisis Spesialisasi Analisis merupakan analisis ekonomi wilayah yang digunakan untuk mengkaji spesialisasi suatu wilayah dalam komoditi tertentu. Hasil analisis spesialisasi pada komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato menunjukkan jumlah nilai positif dari beberapa kecamatan tidak mencapai nilai besar dari satu, nilai yang dicapai (0,59), hal ini menandakan komoditi jagung tidak spesial pada kecamatan yang di Kabupaten Pohuwato. Nilai hasil analisis spesialisasi komoditi jagung dan tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Spesialisasi Komoditi Jagung dan Tanaman Pangan di Kabupaten Pohuwato Tahun 2011. NO
Kecamatan
Padi Sawah (Ha)
Jagung (Ha)
(Ha)
Kacang Tanah (Ha)
Kacang Hijau (Ha)
Ubi Kayu (Ha)
Ubi Jalar (Ha)
kedelai
1
Popayato
-0,09
0,10
-0,0209
0,00
0,0037
0,0033
0,0005
2
Popayato Barat
0,02
0,00
-0,0131
0,00
-0,0005
-0,001
-0,0005
3
Popayato Timur
-0,09
0,11
-0,0209
0,00
-0,0005
0,0008
-0,001
4
Lemito
-0,09
0,11
-0,0209
0,00
0,0006
-0,0002
0,00002
5
Wanggarasi
-0,09
0,10
-0,0131
0,00
-0,0005
-0,00004
0,0003
6
Marisa
-0,09
0,10
-0,0209
0,00
-0,0005
0,0025
0,0034
7
Patilanggio
-0,03
0,05
-0,0209
0,00
-0,0005
-0,0003
0,0002
8
Buntulia
0,07
-0,05
-0,0209
0,00
-0,0005
0,0007
0,0006
9
Duhiadaa
0,65
-0,63
-0,0209
0,00
-0,0005
0,0001
0,0004
10
Randangan
-0,07
0,02
0,0463
0,00
0,0010
-0,0005
-0,0008
11
Taluditi
0,01
-0,07
0,0609
0,00
0,00005
-0,0009
-0,0006
12
Paguat
0,05
-0,04
-0,0209
0,00
-0,0005
-0,0001
-0,0005
0,05
-0,04
-0,0108
0,00
-0,0005
-0,0001
0,00104
0,84 0,59 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013.
0,1073
0,00
0,00535
0,00744
0,0065
13
Dengilo SPESIALISASI
Dari Tabel 3 dapat diketahui, bahwa komoditi jagung tidak spesialis di berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato. Jumlah nilai positif (0,59) pada analisis spesialisasi komoditi jagung terdapat 8 kecamatan dari 13 kecamatan. Hasil analisis menandakan di wilayah Kabupaten Pohuwato belum mengkhususkan komoditi jagung terfokus di berbagai kecamatan, hal ini berarti di setiap wilayah kecamatan memiliki beberapa jenis komoditi yang dibudidayakan selain dari komoditi jagung. Sedangkan nilai analisis negatif terdapat 5 kecamatan, ini menunjukkan wilayah kecamatan tersebut tidak mengfokuskan komoditi jagung. Perbandingan dengan komoditi tanaman pangan lainnya pada analisis spesialisasi juga menghasilkan jumlah nilai positif kurang dari satu. Ini juga berarti komoditi tanaman pangan lainnya tidak spesial di setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Pohuwato. Salah satu hasil analisis spesialisasi komoditi yang mendekati nilai dari satu terdapat pada komoditi padi sawah dengan jumlah nilai positif sebesar 0,84. Kecamatan Duhiadaa memiliki nilai spesialisasi terbesar pada komoditi padi sawah dari kecamatan lainnya dengan jumlah nilai mencapai 0,64. 6
c.
Analisis Lokasi (LQ) Alat analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif kegiatan ekonomi di kecamatan dengan membandingkannya pada tingkat Kabupaten dalam hal ini Kabupaten Pohuwato. Dari analisis tersebut dapat diidentifikasi sektor-sektor apa saja yang dapat dikembangkan untuk tujuan sektor dan tujuan menyupply kebutuhan lokal, sehingga sektor yang dikatakan potensial dapat dijadikan sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Dari hasil analisis lokasi (LQ) dalam penelitian ini dengan subjek luas panen komoditi jagung Kabupaten Pohuwato di beberapa kecamatan menghasilkan nilai positif LQ ≥ 1. Hasil analisis lokasi (LQ) pada komoditi jagung dan tanaman pangan di Kabupaten Pohuwato tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis LQ Komoditi Jagung dan Tanaman Pangan di Kabupaten Pohuwato Tahun 2011. NO
Kecamatan
Padi Sawah (Ha)
Jagung (Ha)
kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
1
Popayato
0,00
1,12
0
0,00
8,4579
4,4813
1,5338
2
Popayato Barat
1,18
1,00
0,3702
0,00
0
0
0,5177
3
Popayato Timur
0,00
1,12
0
0,00
0
1,8263
0
4
Lemito
0,00
1,12
0
0,00
2,1357
0,7980
1,0197
5
Wanggarasi
0,04
1,11
0,3756
0,00
0
0,9559
1,2825
6
Marisa
0,00
1,11
0
0,00
0
3,6677
4,3938
7
Patilanggio
0,62
1,06
0
0,00
0
0,7059
1,2027
8
Buntulia
1,75
0,94
0
0,00
0
1,6965
1,6259
9
Duhiadaa
8,22
0,29
0
0,00
0
1,0947
1,3989
10
Randangan
0,17
1,03
3,2122
0,00
3,0107
0,5048
0,2419
11
Taluditi
1,06
0,92
3,9065
0,00
1,1013
0,1030
0,3948
12
Paguat
1,59
0,96
0
0,00
0
0,9369
0,449
1,50
0,95
0,4865
0,00
0
0,8517
2,0406
15,4%
0%
30,8%
38,5%
61,5%
13
Dengilo PERSENTASE
46% 61,5% Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013.
Dari Tabel 4 menunjukkan, bahwa dari 13 kecamatan di Kabupaten Pohuwato terdapat 8 (delapan) kecamatan memiliki hasil analisis lokasi yang positif atau besar dari satu dengan persentase 61,5% dari 13 kecamatan, ini berarti komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato merupakan sektor unggulan atau basis. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato telah mampu memenuhi kebutuhan diwilayahnya sendiri serta memungkinkan berpeluang ekspor keluar daerah. Wilayah Kecamatan di Kabupaten Pohuwato yang memiliki Nilai analisis lokasi (LQ) besar dari satu terdapat di wilayah Kecamatan Popayato (1,12). Kecamatan Popayato Barat (1,00), Kecamatan Randangan (1,03), Kecamatan Popayato Timur (1,12), Kecamatan Lemito (1,12), Kecamatan Wanggarasi (1,11),
7
Kecamatan Marisa (1,11) dan Kecamatan Patilanggio (1,06). Wilayah kecamatan yang memiliki nilai analisis kurang dari satu terdapat 5 kecamatan terdiri dari Kecamatan Buntulia (0,94), Kecamatan Duhiadaa (0,29), Kecamatan Taluditi (0,92), Kecamatan Paguat(0,96) dan Kecamatan Dengilo (0,95). Lima (5) kecamatan tersebut belum dikatakan sebagai sektor unggulan atau basis karena permintaan komoditi jagung di wilayah itu sendiri belum bisa memenuhi kebutuhannya. Perbandingan dengan tanaman pangan lainnya dari hasil analisis lokasi (LQ) menunjukkan komoditi padi sawah memiliki nilai besar dari satu terdapat dari 5 kecamatan. Kecamatan yang memiliki nilai terbesar terdapat pada Kecamatan Duhiada dengan nilai 8,22. Dari lima kecamatan tersebut merupakan sektor unggulan atau basis dan berpeluang ekspor ke luar daerah. Pada komoditi kedelai hanya 2 kecamatan yang memiliki nilai besar dari satu yaitu Kecamatan Randangan dan Kecamatan Taluditi dengan jumlah nilai analisis lokasi (LQ) 3,2 dan 3,9. Komiditi kacang hijau juga memiliki nilai analisis besar dari satu hanya 4 kecamatan dari 13 kecamatan. Nilai analisis terbesar terdapat pada Kecamatan Popayato sebesar 8,45. Komoditi ubi kayu juga memiliki nilai analisis besar dari satu terdapat pada 8 kecamatan dengan nilai tertinggi terdapat pada Kecamatan Marisa sebesar 14,48. Berdasarkan data Tabel 9, 10, dan 11 serta uraian di atas, komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato menyebar merata di setiap kecamatan hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien lokalisasi β= 0,05. Angka ini jauh nilainya dari 1, sebagai indikator bahwa jagung di Kabupaten Pohuwato terkonsentrasi pada kecamatan tertentu. Hal ini berarti semua wilayah kecamatan mengusahakan jagung. Meskipun demikian jagung bukan merupakan tanaman spesial Kabupaten Pohuwato karena nilainya kurang dari satu. Keunggulan komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato lebih difokuskan pada Analisis Basis. Berdasarkan hasil analisis LQ, dari 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato terdapat 8 kecamatan atau 61,5% komoditi jagung menjadi sektor basis. Berdasarkan temuan ini maka jagung menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Pohuwato, dengan demikian hipotesis penelitian tentang komoditi jagung menjadi sektor basis pada sebagian wilayah kecamatan di Kabupaten Pohuwato, diterima.
KESIMPULAN Dari pembahasan data di atas dapat diperoleh kesimpulan tentang analisis keunggulan komoditi jagung dalam pendekatan ekonomi wilayah di Kabupaten Pohuwato sebagai berikut : 1. Komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato dalam pendekatan analisis lokalisasi memperoleh nilai 0,05 yaitu kurang dari satu, ini menandakan komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato tidak terkonsentrasi pada kecamatan tertentu, melainkan menyebar di setiap wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato.
8
2. Komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato dalam pendekatan analisis spesialisasi menghasilkan jumlah nilai positif kurang dari satu dengan perolehan nilai (0,59), ini menandakan komoditi jagung bukan merupakan spesialisasi Kabupaten Pohuwato. 3. Komoditi jagung di Kabupaten Pohuwato pada hasil analisis lokasi (LQ) menunjukkan bahwa komoditi jagung adalah komoditi unggulan, karena dari 13 kecamatan yang ada nilai yang besar dari satu terdapat pada 8 kecamatan atau sekitar 61,5% , ini menandakan komoditi jagung merupakan sektor basis.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2012., Gorontalo Dalam Angka. Provinsi Gorontalo. ----------, 2012., Pohuwato Dalam Angka. Kabupaten Pohuwato. Provinsi Gorontalo. Baruwadi, M. 2005., Peran Subsektor Perkebunan Kelapa dalam Ekonomi Regional dan Ekonomi Rumah Tangga Provinsi Gorontalo. Jurnal. Universitas Padjadjaran Bandung. Kuncoro, M., 2000. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Kedua. Yayasan Keluarga Pahlawan Negara. Yogyakarta. Royat, Sujana., 1996, Pembangunan Ekonomi Regional dan Upaya Menunjang Pertumbuhan KAPET Dalam Kaitannya Dengan Kemitraan Antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat, Manajemen Usahawan Indonesia, No, 12 Tahun XXV, 14-17. Sudaryanto T. dan Syafa’at. N., 2002. Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian wilayah. Dalam Analisis Kebijakan: Paradigma Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agro Industri. Monograph Series No. 22. Penyunting : T. Sudaryanto, I.W. Rusastra, A. Syam dan M. Ariani. p: 1-8. Syahroni, M., 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis S-2 Program Pasca Sarjana Manajemen dan Bisnis IPB. Bogor. Tarigan, Robinson., 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara. Jakarta. Todaro, M. P. dan Stephen C. Smith., 2000. Pembangunan Ekonomi Jilid 1.
9