Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
ABSTRAK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH Oleh : Noor Janah, Aminuddin P.Putra, Asri Lestari Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan belajar biologi selama proses pembelajaran melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa kelas XI IPA SMA PGRI 6 Banjarmasin. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA sebanyak 34 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia. Siswa menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran. Indikator keberhasilan dilihat dari meningkatnya ketuntasan klasikal sebanyak 52,7% dari Siklus I ke Siklus II (35,3% menjadi 88,0%). Hasil LKS meningkat sebanyak 9,09% dari Siklus I ke Siklus II (78,4% menjadi 87,5%) dengan kategori baik. Sebanyak 70,5% siswa memberikanrespon positif pada penggunaan model ini.
Kata kunci: Aktivitas dan Hasil Belajar, Konsep Sistem Peredaran Darah, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM)
44
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
PENDAHULUAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan saat ini menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mengajarkan tentang konsep, teori dan fakta, tetapi juga aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu dalam Standar Nasional Pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19, 2005) dijelaskan bahwa
standar
proses
pembelajaran
pada
satuan
pendidikan
diselenggarakan secara interaksi, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), konsep sistem peredaran darah merupakan salah satu materi ajar pembelajaran biologi pada siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI IPA pada pokok bahasan akhir pengajaran semester ganjil. Pada konsep ini siswa dituntut untuk mampu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah (BSNP 2006). Indikator keberhasilan yang harus dicapai diantaranya menyebutkan komponen penyusun darah pada manusia, menjelaskan penggolongan darah manusia, menjelaskan alat-alat/proses peredaran darah dan mengenal berbagai kelainan/penyakit pada sistem peredaran darahproses peredaran darah pada manusia. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah satu guru biologi yang mengajar di SMA PGRI 6 Banjarmasin diketahui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah pada tahun ajaran sebelumnya, yaitu tahun 2011/2012 adalah sebesar 75.Pembelajaran biologi yang dilakukan juga masih menggunakan pembelajaran klasik yang berpusat pada guru (teacher centered), meskipun terkadang pada kegiatan belajar mengajar juga melakukan 45
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
pembelajaran secara kooperatif dengan menggunakan metode diskusi kelompok maupun memanfaatkan media berupa charta, namun aktivitas siswa masih terlihat pasif dan hasil belajar siswa pun hanya mencakup 50% ketuntasan klasikal. Perbaikanpembelajaran
antara
lain
dapat
ditempuh
melalui
perbaikan metodeyang digunakan guru dalam mengajar. Penggunaan metode pembelajaran yangtepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses pembelajaran itusendiri. Namun kenyataan di lapangan banyak dijumpai metode mengajar yang kurangbervariasi dan belum memanfaatkan kemampuan secara maksimal. Penggunaanmetode pembelajaran
yang
kurang
tepat
dapat
menyebabkan
proses
belajarmengajar yang dilaksanakan menjadi tidak efektif dan kurang optimal. Menurut Arends (2008) Problem Based Learning dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya. Dengan
menggunakanPembelajaran
Berdasarkan
Masalah
(PBM),
aktivitassiswa dapat lebih terlihat, karena siswa akan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan penyelesaian atas masalah yang muncul.Selain itu, Woods (2000) dalam Amir (2010) menyebutkan Problem Based Learning lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu pemelajar
membangun
kecakapan
sepanjang
hidupnya
dalam
memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi. Sebagai model pembelajaran, PBM memiliki beberapa ciri utama yang membedakannya dari model pembelajaran yang lain. Menurut Arends (2010) para pengembang Problem Based Learning (Cognition & Technology Group at Vanderbilt, 1990, 1996a, 1996b; Gordon et al., 2001; Krajcik et al., 2003; Slavin, Maden, Dolan, & Wasik, 1994; Torp & Sage, 1998)
mendeskripsikan
bahwa
model
karakteristik, yaitu:
46
instruksional
ini
memiliki
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
a) Pertanyaan atau masalah perangsang, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa b) Fokus interdisipliner, Meskipun PBM berpusat pada pelajaran tertentu, misalnya IPA, masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa dapat meninjau dari berbagai mata pelajaran yang lain. c) Investigasi
autentik,
PBM
mengharuskan
siswa
melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi/data,
melakukan
percobaan,
membuat
inferensi,
dan
merumuskan simpulan. d) Produksi
artefak
dan
exhibit,
PBM
menuntut
siswa
untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya. Karya tersebut dapat berupa rekaman debat, laporan, model fisik, video, program komputer, surat kepada seseorang atau instansi, atau poster. Pada tingkat yang lebih tinggi, hasil karya di dalam PBM dapat berupa makalah, tesis, atau disertasi. e) Kolaborasi, PBM dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. Tabel 1. Sintaks PBM Tahap Tahap 1 Orientasi siswa kepada masalah
Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
47
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Tahap Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Sumber : Arends (2008)
Tingkah Laku Guru Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai βMeningkatkan Aktivitas danHasil Belajar Siswa
Kelas XI IPA SMA PGRI 6 Banjarmasin Pada Konsep Sistem Peredaran Darah
Manusia
Melalui Pembelajaran Berdasarkan
Masalahβ,yang
bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan belajar biologi selama proses pembelajaran melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa kelas XI IPA SMA PGRI 6 Banjarmasin.
48
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakanPenelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan tahapan-tahapan
pelaksanaan
meliputi:
(1)
perencanaan,
(2)
pelaksanaan, (3) pengamatan , dan (4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA PGRI 6 Banjarmasin. Tahap-tahap Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus memiliki tahapan sebagai berikut: 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap pengamatan dan pengumpulan data, 4) tahap refleksi. Siklus I dan II berlangsung sebanyak empat kali pertemuan (8 jam pelajaran). a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: a) Peneliti meminta kesediaan sekolah dan guru mata pelajaran Biologi di SMA PGRI 6 Banjarmasin yang bersangkutan sebagai mitra dalam pelaksanaan PTK. b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, soal pretes, soal postes dan kisi-kisi soal untuk konsep sistem peredaran darah manusia. c) Membuat ringkasan tentang konsep sistem peredaran darah manusia. d) Membuat LKS dan jawaban LKS tentang konsep sistem peredaran darah manusia. e) Menentukan
hasil
karya/produk
yang
sesuai
dengan
materi
pembelajaran. f)
Menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar, format pengelolaan pembelajaran, aktivitas siswa danguru, dan angket siswa terhadap tindakan yang dilakukan.
49
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan RPP yang telah disusun dengan menggunakan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada sintaks PBM berikut: Melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pola berikut: a. Orientasi siswa pada masalah, meliputi b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya e. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah f. Melakukan evaluasi sebagai hasil akhir dari pelaksanaan siklus. c. Observasi dan Evaluasi Tindakan Kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a) Mengobservasi aktivitas pengelolaan pembelajaran guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan untuk mengetahui perkembangan proses pembelajaran, yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi untuk memasuki siklus kedua. b) Penguasaan materi diperoleh dari hasil belajar dengan menggunakan instrumen berupa pretest, postest. Seluruh data yang diperoleh dicatat dan direkam untuk dijadikan bahan pertimbangan atau sebagai refleksi untuk memasuki siklus berikutnya. d. Refleksi Tindakan Tahap ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat dilakukan pengamatan. Refleksi juga merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan pada pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil observasi dari pengamatdan hasil evaluasi di akhir siklus maka akan dijadikan pertimbangan memasuki Siklus II.
50
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Teknik Analisis Data a) Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual dengan rumusan sebagai berikut : π½π’πππ β π πππ
Ketuntasan Individual =π½π’πππ βπ πππππππ ππππ Γ 100%
Ketuntasan Klasikal
=
π½π’πππ β π ππ π€π π¦πππ π‘π’ππ‘ππ πππππππ π½π’πππ β π πππ’ππ’ β π ππ π€π
Γ 100%
Keterangan : Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan β₯ 75 Ketuntasan klasikal : jika β₯ 85% dari seluruh siswa yang mencapai ketuntasan individual β₯ 75 (KKM pelajaran biologi SMA PGRI 6 Banjarmasin) a) Data kuantitatif yang diperoleh dari penilaian LKS menggunakan kategori yakni baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%). (Arikunto, 1998) b) Data kuantitatif
yang diperoleh dari pretes-postes dan LKS, telah
dijelaskan sebelumnya. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif dilakukan secara
deskriptif
tentang
observasi
aktivitas
siswa
dan
aktivitas
pengelolaan pembelajaran oleh guru, serta respon siswa terhadap pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Peningkatan keaktifan siswa dari Siklus I ke Siklus II dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: No.
Tindakan
Siklus I Analisis Aktivitas Siswa Pertemuan 1 Pertemuan 2
51
Refleksi
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
No.
Tindakan
1.
Siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) sesuai dengan sintaks model PBM pada RPP.
2.
Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran, memperhatikan logistik yang dibutuhkan, terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3.
4.
5.
6.
Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang mereka gunakan
Siklus I Analisis Aktivitas Siswa Pertemuan 1 Pertemuan 2 Siswa masih Siswa mengikuti beradaptasi dalam pembelajaran mengikuti yang pembelajaran dilaksanakan oleh yang dilakukan guru oleh guru
Refleksi Dalam tahap tindakan ini siswa terlihat masih beradaptasi, diharapkan pada Siklus II siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran yang dilaksanakan sehingga aktivitas siswa dapat lebih meningkat.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan memilih masalah yang telah dimunculkan untuk dipecahkan
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan memilih masalah yang telah dimunculkan untuk dipecahkan
Pada aktivitas ini siswa mendengarkan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran dengan baik, dan diharapkan pada Siklus II aktivitas siswa dalam memilih masalah yang akan dipecahkan meningkat
Siswa membentuk kelompok & melaksanakan tugas belajar berhubungan dengan masalah yang telah dipilih pada materi penggolongan darah. Siswa mengumpulkan informasi &melakukan eksperimen mengenai penggolongan darah dg bimbingan guru.
Siswa membentuk kelompok & melaksanakan tugas belajar berhubungan dengan masalah yang telah dipilih pada materi transfusi darah
Dalam berkelompok siswa sudah terlihat baik dengan teman sekelompoknya, diharapkan pada Siklus II kerjasama kelompok meningkat
Siswa megumpulkan informasi dan melakukan eksperimen mengenai transfusi darah
Dalam eksperimen keaktifan siswa sudah terlihat baik, pada Siklus II diharapkan dalam bereksperimen aktivitas siswa dapat lebih meningkat.
Siswa Siswa merencanakan merencanakan dan menyiapkan dan menyiapkan hasil karya berupa hasil karya berupa laporan mengenai skema proses penggolongan transfusi darah, & darah, dalam menyajikannya, bimbingan guru, masih dalam dan bimbingan guru. menyajikannya. Siswa masih Siswa masih dalam bimbingan dalam bimbingan guru untuk guru untuk merefleksi proses- merefleksi prosesproses proses penyelidikan yang penyelidikan yang mereka gunakan mereka gunakan Siklus II
52
Dalam tahap tindakan ini siswa sudah terlihat aktif, walaupun masih memerlukan bimbingan guru, diharapkan pada Siklus II siswa dapat meningkatkan aktivitasnya di tahapan ini.
siswa kurang begitu aktif, dapat dikarenakan siswa masih beradaptasi model PBM, diharapkan pada Siklus II aktivitas siswa pada tahap ini lebih meningkat
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
No. 1.
2.
3.
Tindakan Siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) sesuai dengan sintaks model PBM pada RPP. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran, memperhatikan logistik yang dibutuhkan, terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya Siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
4.
Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
5.
Siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
6.
Siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang
Analisis Aktivitas Siswa Pertemuan 1 Pertemuan 2 Siswa mengikuti Siswa mengikuti pembelajaran pembelajaran yang dilakukan yang oleh guru dengan dilaksanakan oleh baik guru dengan baik
Refleksi Dalam tindakan ini aktivitas siswa sudah lebih meningkat, siswa sudah menyesuaikan diri dengan PBM.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan memilih masalah yang telah dimunculkan untuk dipecahkan dengan baik
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan memilih masalah yang telah dimunculkan untuk dipecahkan dengan baik
siswa memperhatikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran dengan lebih baik, dan aktivitas siswa dalam memilih masalah yang akan dipecahkan sesuai tujuan pembelajaran lebih meningkat.
Siswa membentuk kelompok dg baik dan melaksanakan tugas belajar berhubungan dengan masalah yg dipilih pd materi kelainan/penyakit pada sist. peredaran darah Siswa mengumpulkan informasi & melakukan eksperimen megenai kelainan/penyakit, serta menganalisis pemecahan masalah yang didapat Siswa merencanakan dan menyiapkan hasil karya berupa skema mengenai kelainan/penyakit pada sist. peredaran darah dengan bimbingan guru, dan menyajikannya. Siswa dibimbing guru untuk merefleksi prosesproses penyelidikan yang mereka gunakan
Siswa membentuk kelompok untuk melaksanakan tugas belajar berhubungan dengan masalah yang telah dipilih pada materi teknologi yang berkaitan dengan sist. peredaran darah Siswa mengumpulkan informasi & melakukan eksperimen mengenai teknologi yang berhubungan dg sist. peredaran darah&menganali sis pemecahan masalah Siswa merencanakan dan menyiapkan hasil karya berupa laporan mengenai teknologi yang berhubungan dengan sist.peredaran darah, dan menyajikannya. Siswa dibantu oleh guru untuk merefleksikan proses-proses penyelidikan yang mereka gunakan
siswa terlihat lebih baik dalam kerjasama dan berbagi tugas.
53
Dalam bereksperimen aktivitas siswa terlihat lebih meningkat.
Dalam tahap tindakan ini aktivitas siswa terlihat lebih meningkat dari Siklus sebelumnya.
Dalam tahap tindakan ini aktivitas siswa sudah terlihat lebih meningkat dari Siklus sebelumnya
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
No.
Siklus II Analisis Aktivitas Siswa Pertemuan 1 Pertemuan 2
Tindakan
Refleksi
mereka gunakan
Dari Tabel 2.tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Persentase Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
85 70
68
Pertemuan 1
Gambar
1.
73
Grafik
Pertemuan2 Pertemuan 3 Pertemuan 4 Persentase Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran
Persentase
Keaktifan
Siswa
Selama
Proses
Pembelajaran Aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran menggunakan model PBM masih terlihat kurang begitu aktif pada Siklus I, hal ini dapat disebabkan oleh belum terbiasanya siswa dengan pembelajaran model ini, namun memasuki Siklus II aktivitas siswa terus meningkat. Hasil Belajar a. Hasil Ketuntasan Belajar Peningkatan persentase nilai hasil ketuntasan belajar berdasarkan analisis data hasil posttest siswa pada Siklus I dan Siklus II, dapat dilihat pada Gambar 2.
Persentase (%)
100 84,84
80 60
91,17
60,6
40 20 0
10 Siklus I Pertemuan 1
54 Siklus I Pertemuan 2
Siklus II Pertemuan 1
Siklus II Pertemuan 2
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Gambar 2. Grafik Hasil Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 1 dan Siklus II Pada Gambar 2 di atas,terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan dari Siklus I sampai pada Siklus II dan mencapai ketuntasan klasikal. b. Hasil LKS Selama Proses Pembelajaran Analisis persentase hasil belajar selama proses pembelajaran berlangsung pada Siklus I dan Siklus II diperoleh dari kemampuan siswa dalam mengerjakan LKS.
Persentase (%)
100 80
87,4 73,8
87,6 83
60 40
Siklus I
20
Siklus II
0 Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-Rata Perolehan per Pertemuan
Gambar 3.Grafik Hasil LKS Selama Proses Pembelajaran Berdasarkan Gambar 4.2 yang berupa hasil ringkasan data nilai LKS pada Siklus I dan II, diketahui bahwa adanya peningkatan nilai dari Siklus I ke Siklus II, dengan kategori baik, sesuai dengan kategori pada Arikunto (1998).
55
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
c. Hasil Karya/Produk Hasil karya/produk yang dihasilkan selama proses pembelajaran berlangsung pada Siklus I dan Siklus IIdiperoleh dari kemampuan siswa dalam
membuat
hasil
karya/produk
yang
sesuai
dengan
materi
pembelajaran. Peningkatan hasil karya/produk yang dihasilkan oleh siswa dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Persentase (%)
100 81 74
75
80
69
60
Pertemuan1 40
Pertemuan 2
20 0 Siklus I
Siklus II Rata-Rata Perolehan per Pertemuan
Gambar 4. Grafik Hasil Karya/Produk pada Siklus I dan Siklus II
Pada Gambar 4 di atas, diketahui bahwa adanya peningkatan nilai dari Siklus I ke Siklus II
a.
Kinerja Proses Kinerja proses selama proses pembelajaran berlangsung pada
Siklus I dan Siklus II diperoleh dari rincian kinerja tugas yang dilakukan siswa
selama
proses
pembelajaran
menggunakan
berlangsung.
Persentase (%)
100
82
80 60
75,48
40 20 0
Siklus I
Siklus II Rata-rata per Siklus
56
model
PBM
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Gambar 5. Diagram Peningkatan Rata-rata Penilaian Proses pada Siklus I dan Siklus II b.
Penilaian Psikomotor Penilaian psikomotor pada Siklus I dan Siklus II diperoleh dari
rincian kinerja tugas psikomotor yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran.
Persetase (%)
100 83,09
80 76,74
60 40 20 0
Siklus I
Siklus II Rata-Rata per Siklus
Gambar 6. Diagram Ringkasan Hasil Penilaian Psikomotor pada Siklus I dan Siklus II c.
Pengamatan Perilaku Berkarakter Pengamatan perilaku berkarakter diperoleh dari hasil observasi
perilaku kerja sama dan terbuka dan menghargai teman selama proses pembelajaran menggunakan model PBM berlangsung.
Jumlah Persentase (%)
350 300
298
250 200 150 100
81
50 17,6
0 Nilai A
Nilai B
Nilai C
Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter
57
3,4 Nilai D
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Gambar 7 Diagram Ringkasan Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter pada Siklus Idan lSiklus II d. Pengamatan Perilaku Keterampilan Sosial Hasil pengamatan perilaku keterampilan sosial, diperoleh dari pengamatan perilakuketerampilan bertanya, menyumbang ide/pendapat, menjadi pendengar yang baik dan komunikasi, yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Jumlah Persentase (%)
300 262,3
250 200 150 100
85,9
50
40,95 10,85
0 Nilai A
Nilai B
Nilai C
Nilai D
Nilai Pengamatan Perilaku Keterampilan Sosial
Gambar 8. Diagram Ringkasan Hasil Pengamatan Perilaku Keterampilan Sosial padaSiklus I & Siklus II Respon Siswa Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model PBM, diperoleh dari angket respon yang dibagikan pada siswa pada akhir pembelajaran di Siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
Persentase (%)
9. 100 80 60 40 20 0
38,5
Sangat Setuju
28,9
31,7 Setuju
Ragu-Ragu
0,2 Tidak Setuju
0 Sangat Tidak Setuju
Respon Siswa terhadap Pernyataan
Gambar 9. Grafik Hasil Observasi Respon Siswa 58
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Dapat dilihat dari Gambar 9 di atas yang merupakan hasil observasi dari angket yang diberikan kepada setiap siswa pada akhir pembelajaran di Siklus II.
2. Aktivitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran menggunakan model PBM diperoleh dari hasil observasi selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, yang sesuai dengan tahap-tahap PBM. Mengenai
aktivitas
guru
dalam
pengelolaan
pembelajaran
menggunakan tahap-tahap pengajaran model PBM, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10. 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
18
17,5
Siklus I Siklus II 4 3,5
1
2
4 3,5
3,5
3
4
33,5
5
3,5
6
Parameter
Gambar 10. Grafik hasil observasi aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaranmenggunakan model PBM pada Siklus I dan Siklus II Aktivitas guru yang diamati dalam pengelolaan pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II adalah aktivitas yang mengacu pada tahapan pembelajaran menggunakan
model
PBM.
Aktivitas
tersebut
antara
lain
guru
melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP (aktivitas 1), mengorientasi siswa pada masalah (aktivitas 2), mengorganisasi siswa untuk belajar (aktivitas 3), membimbing penyelidikan individual maupun kelompok (aktivitas 4), membantu siswa mengembangkan dan menyajikan
59
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
hasil karya (aktivitas 5), serta membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (aktivitas 6).
Pembahasan Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran menggunakan model PBM masih terlihat kurang begitu aktif pada Siklus I, hal itu dapat dilihat dari aktivitas siswa saat menanggapi masalah dan memilih masalah yang muncul, dalam bekerjasama dan berbagi tugas dikelompoknya, dan juga aktivitas untuk melakukan refleksi dalam proses-proses pemecahan masalah. Belum terlihatnya keaktifan siswa dapat terjadi karena siswa masih menyesuaikan diri dengan model pembelajaran ini. Selanjutnya saat memasuki Siklus II, terlihat adanya peningkatan yang lebih baik, aktivitas yang masih kurang pada siklus sebelumnya pun mengalami peningkatan, hal ini dapat dikarenakan siswa sudah mulai bisa menyesuaikan
diri
dengan
pembelajaran
model
PBM.
Dengan
meningkatnya aktivitas siswa, dapat berarti bahwa dominansi guru dalam kegiatan belajar mengajar sudah berkurang.Peningkatan aktivitas yang terjadi bukan hanya aktifitas siswa dalam hal aktif pada pembelajaran tapi juga aktif dalam berfikir, karena menurut Arends (2010) PBM utamanya dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah βperubahanβ yang terjadi di dalam seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar (Djamarah & Zain 2010).
60
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Hasil Belajar a. Hasil Ketuntasan Belajar Hasil ketuntasan siswa pada Siklus I pertemuan 1 persentase siswa yang tuntas adalah 10%. Persentase pada pertemuan 2 juga belum dapat
mencapai
persentasenya
ketuntasan
mencapai
klasikal
60,60%.
yang
Hal
diharapkan,
ini
meskipun
menunjukkan
bahwa
kemampuan awal siswa masih rendah, sehingga belum dapat mencapai ketuntasan. Meskipun terjadi peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 dengan meningkatnya nilai posttest sebanyak 50,60% (dari 10% menjadi 60,60%), namun belum dapat dikatakan telah mencapai ketuntasan klasikal. Ketuntasan individual pada Siklus II pertemuan 1 juga belum mencapai ketuntasan klasikal. Walaupun ketuntasan individual sudah mencapai 84,84%, meskipun nilainya sudah mendekati ketuntasan klasikal namun masih saja kurang dari β₯85% jumlah siswa yang mengalami ketuntasan individual. Dan meningkat pada pertemuan 4 dengan persentase ketuntasan individual sebanyak 91,17%, pada pertemuan ini syarat ketuntasan klasikal sudah terpenuhi. Peningkatan ini juga terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa untuk menganalisis masalah dan mencari pemecahannya dengan menggali materi dan menghubungkannya dengan kenyataan. Menurut Trianto (2011) pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna untuk dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
61
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
b. Hasil LKS Hasil LKS berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, hasil rata-rata LKS Siklus I dan Siklus II termasuk dalam kategori baik, sehingga sudah memenuhi indikator keberhasilan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto (1998) bahwa nilai LKS tergolong kategori baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%) dan buruk (< 40). Dilihat dari rata-rata nilai hasil LKS, Siklus I dengan persentase nilai 78,4% dan Siklus II dengan persentase nilai 87,5%, dari persentase tersebut dapat dikatakan telah terjadi peningkatan yang signifikan, dan masih dalam kategori yang sama yaitu tergolong kategori baik. Hal ini dapat dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan anggota kelompok lainnya dan dapat mulai bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Menurut Woods (2000) dalam Amir (2010) menyebutkan Problem Based Learning lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu pemelajar membangun
kecakapan
sepanjang
hidupnya
dalam
memecahkan
masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi. c. Hasil Karya/Produk Hasil
perolehan
nilai
hasil
karya/produk
selama
proses
pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan pada hasil karya/produk yang dibuat oleh siswa dibandingkan dengan nilai dari Siklus I ke Siklus II. Peningkatan nilai hasil karya/produk yang dibuat oleh siswa dari Siklus I ke Siklus II dapat dikarenakan oleh siswa yang sudah mulai terbiasa berbagi tugas dan bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam melaksanakan eksperimen dan merencanakan hasil karya/produk yang sesuai sehingga nilai hasil yang didapatkan menjadi meningkat. Hasil karya/produk yang dihasilkan siswa pada Siklus II pada pertemuan 1 berupa skema mengenai materi kelainan/penyakit pada sistem peredaran darah, dan pada pertemuan 2 hasil karya/produk berupa laporan mengenai materi teknologi yang berkaitan dengan sistem
62
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
peredaran darah. Dibawah ini merupakan salah satu contoh dari hasil karya yang dibuat oleh siswa. d. Kinerja Proses Pada lembar penilaian proses pada, ada beberapa rincian tugas kinerja
yang
dilakukan
oleh
siswa
selama
proses pembelajaran
berlangsung, terutama saat siswa melakukan diskusi untuk bereksperimen (jika diperlukan) dan memecahkan masalah yang disajikan. Penilaian dilakukan oleh siswa sendiri dan juga oleh guru yang diwakilkan pada observer. Hasil persentase rata-rata penilaian proses yang diperoleh pada Siklus I adalah 75,48% dengan kategori sedang (Arikunto, 1998), dan pada Siklus II diperoleh rata-rata 82,00%. Penilaian proses yang dilakukan selama
pembelajaran
sebagai
bahan
refleksi
bagi
siswa
dalam
melaksanakan tugas yang diberikan. Proses yang diharapkan selama pembelajaran adalah sebagai penunjang tumbuhnya nilai dan sikap siswa terhadap pembelajaran. e.Penilaian Psikomotor Pada lembar penilaian psikomotor siswa, ada beberapa rincian tugas kinerja yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, terutama saat siswa berdiskusi. Penilaian psikomotor menekankan
pada
keahlian
siswa
dalam
bereksperimen
dan
melaksanakan rincian kerja yang terdapat pada LKS serta dalam hal pembuatan hasil karya/produk yang sesuai dengan pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh siswa sendiri dan juga oleh guru yang diwakilkan pada observer. Hasil persentase rata-rata penilaian psikomotor yang diperoleh pada Siklus II meningkat menjadi 83,09% dibandingkan pada Siklus I 76,74%. Dilihat dari perolehan persentase penilaian psikomotor siswa terus mengalami peningkatan setiap siklusnya. Dan dilihat dari perolehan nilai yang mengalami peningkatan ini berarti siswa sudah belajar untuk memahami cara pembelajaran dengan menggunakan model PBM.
63
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
f. Pengamatan Perilaku Berkarakter Pengamatan perilaku berkarakter yang diamati yaitu kerja sama dan terbuka dan menghargai teman, jumlah nilai rata-rata tertinggi adalah B dengan kategori memuaskan, danpada Siklus II terlihat adanya penurunan nilai C dan D. Peningkatan nilai A dan B di iringi dengan menurunnya nilai C dan D, dapat dikatakan bahwa perilaku berkarakter siswa sudah mengalami kemajuan selama model PBM ini diterapkan. Menurut Slameto (2003) dalam Hamdani (2011)belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. g. Pengamatan Keterampilan Sosial Pengamatan keterampilan sosial siswa diamati dari perilaku sosialnya dalam keterampilan bertanya baik pada guru atau pun sesama teman selama diskusi, menyumbang ide/pendapat, menjadi pendengar yang baik dan komunikatif (berkomunikasi denggan baik dengan sesama teman atau pun guru). Peroleh persentase rata-rata terbanyak dari pengamatan yang dilakukan adalah B, dengan kategori memuaskan, dan nilai A juga mengalami peningkatan, sementara nilai C mengalami penurunan. Sesuai dengan Djamarah & Zain (2010) bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar. pada hakikatnya adalah βperubahanβ yang terjadi di dalam seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Respon Siswa Perolehan respon siswa yang lebih dominan adalah pernyataan sangat setuju dengan persentase sebesar 38,5%, sementara yang setuju
64
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
sebanyak 31,7%, yang menyatakan ragu-ragu sebesar 28,9% dan yang tidak setuju 0,2%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa menanggapi pembelajaran menggunakan model PBM dengan respon positif. Dari respon yang diberikan oleh siswa, maka dapat diketahui minatnya pada suatu pembelajaran, semakin positif respon yang diberikan maka semakin besar pula minat siswa. Menurut Slameto (2010) minat merupakan faktor internal yang mempengaruhi belajar si siswa yang ditunjukkan dengan adanya kecenderungan dan kegairahan siswa yang tinggi atau keinginan siswa yang besar terhadap sesuatu. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar.
Aktvitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan hasil data yang diperoleh dapat dikatakan secara umum bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model PBM sudah meningkat menjadi lebih baik, yang berarti guru bisa dengan baik melaksanakan tahapan-tahapan yang ada dalam model PBM. Sementara itu untuk dominansi guru dalam pembelajaran sudah menurun, hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya aktivitas yang dilakukan oleh siswa pada setiap tahapan model PBM.
65
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dalam penggunaan model PBM, dapat diambil kesimpulan dengan uraian sebagai berikut: 1. Terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, maka dapat dikatakan bahwa dominansi guru yang biasanya terjadi sebelum memakai model PBM ini sudah berkurang, sehingga pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). 2. Terjadi peningkatan ketuntasan klasikal pada hasil belajar Siklus I ke Siklus II sebesar 52,7% dan peningkatan hasil LKS selama proses belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 9,09%. 3. Respon
siswa
menunjukkan
yang
memberikan
respon
positif
sebanyak 70,5% (β₯ 50% jumlah siswa) yang berarti pembelajaran ini telah diterima dengan baik dan diakui dapat membantu siswa dalam belajar. 4. Aktivitas guru dalam hal pengelolaan pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan
model
PBM
dan
dominansi
guru
dalam
pembelajaran sudah menurun, dilihat dari meningkatnya aktivitas siswa.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dalam penggunaan model PBM, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Hendaknya pembelajaran Biologi dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) telah digunakan pada konsep materi sebelumnya, sebelum Penelitian Tindakan Kelas dilakukan. 2. Sebelum
menerapkan
suatu
model
pembelajaran
guru
harus
memahami hal-hal yang berkaitan dengan model tersebut dan guru juga harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.
66
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Sebelum menerapkan suatu model pembelajaran pada suatu materi guru harus melihat dan meninjau kembali keefektifan model tersebut pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Arends, Richard I. 2010. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Pustaka Pelajar, Jakarta. Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara, Jakarta. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta. Djamarah, S.B. & A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta. Hamdani. 2010.Strategi Belajar Mengajar.Pustaka Setia. Bandung Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group, Jakarta
67