90 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
ABSTRAK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 11 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM GERAK DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER Oleh: Abdul Muiz, H. Aminuddin PP, Ahmad Naparin
Hasil belajar siswa pada konsep sistem gerak di SMA Negeri 11 Banjarmasin tahun ajaran 2008/2009 masih belum mencapai ketuntasan yaitu 46,15%. Oleh karena itu, perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran di kelas seperti menggunakan pendekatan maupun modelmodel pembelajaran sehingga proses dan hasil belajar dapat meningkat. Salah satu pendekatan yang bisa dijadikan sebagai alternatif guru dalam pembelajaran adalah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together. Pembelajaran dengan cara ini memiliki beberapa kelebihan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa, proses belajar siswa, hasil belajar siswa, mengetahui aktivitas guru, respon siswa, dan respon guru kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin pada pembelajaran konsep sistem gerak melalui penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 26 orang, terdiri dari 11 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Hasil penelitian menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin pada konsep sistem gerak menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas siswa dan penurunan dominasi aktivitas guru dari siklus 1 ke siklus 2. Hasil selama proses pembelajaran dilihat dari LKS mengalami peningkatan dari 68,47% menjadi 80,83% untuk kategori pengetahuan dan mengalami penurunan untuk kategori proses dari 86,25% menjadi 73,61%. Hasil tanya jawab menunjukkan peningkatan dari 81,25% menjadi 100%. Hasil belajar siswa mengalami penurunan dari 72% menjadi 53,85%. Respon siswa dan respon guru adalah baik sebab sebagian besar siswa memilih jawaban yang menunjukkan respon yang baik pada setiap soal angket respon siswa. Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat dijadikan guru biologi dalam pembelajaran. Kata kunci : Proses dan Hasil Belajar, Sistem Gerak, Number Head Together
91 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru Biologi di SMA Negeri 11 Banjarmasin diketahui bahwa proses pembelajaran masih menekankan pada guru sebagai pusat informasi, sedangkan siswa cenderung pasif dan hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru Biologi saat pembelajaran. Hal ini akan menjadikan proses pembelajaran menjadi kurang bermakna dan juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada konsep sistem gerak di SMA Negeri 11 Banjarmasin tahun ajaran 2008/2009. Pada konsep sistem gerak jika dilihat dari ketuntasan individu masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan individu yang ditetapkan
oleh
mempengaruhi
pihak
sekolah
rendahnya
yaitu
persentase
sebesar
65.
ketuntasan
Hal
ini
klasikal
juga pada
pembelajaran materi sistem gerak yaitu hanya 46,15%. Setiap konsep dalam suatu mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu dan menuntut para siswa untuk mengembangkan kemampuan nalarnya dalam memahami sekaligus menguasai konsep tersebut dengan baik. Pada konsep sistem gerak misalnya, siswa tidak hanya dituntut untuk menghapal dan mengingat tetapi juga dituntut untuk memahami berbagai proses yang terjadi dalam sistem gerak. Materi sistem gerak merupakan materi yang memerlukan analisis dan pemahaman yang mendalam
sehingga
tidak
terjadi
kesalahan
konsep
dalam
mempelajarinya. Untuk itu, diperlukan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran agar materi yang dipelajari menjadi lebih bermakna. Menurut Ausubel dalam Budiningsih (2004) agar belajar bermakna materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual.
92 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
Keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah yang dilakukan guru sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam memilih strategi yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran yang diajarkan. Selama ini proses pembelajaran oleh guru biologi di SMA Negeri 11 Banjarmasin lebih banyak menggunakan pembelajaran konvensional atau ceramah di mana guru berpusat sebagai sumber informasi, sedangkan siswa cenderung bersifat pasif dan menerima materi yang diajarkan oleh guru di kelas. Hal ini diakui oleh guru biologi ketika diadakan wawancara terhadap proses pembelajaran biologi di sekolah ini. Akibatnya hasil belajar siswa belum optimal dan proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Padahal dalam kurikulum KTSP proses pembelajaran harus berpusat pada siswa (student-centered) agar pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa menggali informasi yang didapatnya sendiri, sedangkan tugas guru hanya sebagai fasilitator. Oleh karena itu, perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran di kelas agar proses dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Salah satu cara untuk mewujudkan keberhasilan pembelajaran adalah guru harus menggunakan strategi atau pendekatan yang tepat. Strategi maupun pendekatan yang tepat memungkinkan siswa lebih aktif dan kreatif dalam menerima dan memahami materi pelajaran serta mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru dalam rangka mencapai keberhasilan belajar. Siswa tidak hanya dituntut aktif secara pribadi tapi juga diharapkan aktif dalam kelompok belajar, karena salah satu aspek penting
dalam
pembelajaran
pembelajaran
kooperatif
kooperatif
membantu
ialah
bahwa
mengembangkan
disamping
tingkah
laku
kooperatif dan hubungan yang lebih baik di antara siswa, pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Menurut Sanjaya (2007) pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
93 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Salah satu tipe dalam pendekatan pembelajaran koperatif adalah tipe Number Head Together selanjutnya disingkat NHT. Tipe ini dikembangkan oleh Spancer Kagan (1993) dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai beberapa manfaat
terhadap
siswa
yang
hasil
belajarnya
rendah
seperti
dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000), antara lain rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Hasil-hasil
penelitian
terdahulu
menggunakan
pendekatan
kooperatif tipe NHT telah banyak dilakukan sebelumnya. Arbayah (2009) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas VIII.E SMP Negeri 17 Banjarmasin pada konsep sistem pencernaan makanan. Arifuddin (2009) melaporkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar biologi konsep jamur. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Napisah (2009) melaporkan bahwa dengan menggunakan pendekatan NHT dapat meningkatkan aktivitas, pemahaman dan hasil belajar siswa. Khomariyah (2009), Sutarsih (2009), Sari (2009), dan Astuti (2009) juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif model NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai meningkatkan proses dan hasil belajar konsep sistem gerak pada siswa
94 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas siswa, mengetahui aktivitas guru, meningkatkan proses belajar konsep sistem gerak, meningkatkan hasil belajar siswa, mengetahui respon siswa, dan mengetahui respon guru Biologi kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin
terhadap
pembelajaran
materi sistem
gerak
melalui
penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penelitian hanya dibatasi pada konsep sistem gerak pada vertebrata sub konsep Struktur dan Fungsi Tulang pada Manusia, Persendian serta Struktur dan Fungsi Otot pada Manusia, tidak termasuk sub konsep Mekanisme Gerak Vertebrata dan Kelainan serta Penyakit pada Sistem Gerak. Media pembelajaran yang digunakan adalah media pembelajaran berbasis ICT dengan menampilkan animasi bergerak pada pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai yaitu peneliti memperoleh pengalaman yang berharga untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan pada program studi pendidikan biologi FKIP UNLAM dalam kegiatan PTK, Guru dapat menerapkan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together sebagai salah satu alternatif pembelajaran di sekolah, Sekolah akan memperoleh tambahan informasi mengenai inovasi pembelajaran, FKIP UNLAM Banjarmasin akan memperoleh ragam penelitian tentang inovasi dalam pembelajaran.
METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2008).
95 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus dengan waktu belajar efektif sebanyak 4 jam pelajaran. Setiap siklus hanya terdiri dari 1 kali pembelajaran, dengan pertimbangan bahwa dalam 1 siklus ini siswa dianggap sudah dapat melakukan pembelajaran menggunakan NHT. Materi pokok pada siklus 1 adalah Struktur dan Fungsi Tulang, sedangkan materi pokok pada siklus 2 adalah Persendian, Struktur dan Fungsi Otot. Pembelajaran ini bertempat di ruang kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin dan Laboratorium IPA. Di dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti berkolaborasi dengan 2 orang dosen pembimbing, 1 orang guru SMA N 11 Banjarmasin, dan mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNLAM. Tugas masing-masing diatur sedemikian rupa sehingga
memperlihatkan
kesatuan
tindakan
antara
peneliti
dan
kolaboran. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin Semester 1 Tahun Ajaran 2009/2010. Siswa di kelas seluruhnya berjumlah 26 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan Agustus 2009 sampai Januari 2010. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan November 2009 sampai Desember 2009. Adapun tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 11 Banjarmasin yang beralamat di Jalan Sungai Andai Banjarmasin pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010. Pada setiap pelaksanaan pembelajaran terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Langkah-langkah dalam menyusun instrumen penelitian sebagai berikut: 1. Menetapkan indikator dan tujuan pembelajaran berdasarkan silabus KTSP 2006. 2. Menyusun RPP dan LKS sesuai dengan materi sistem gerak pada vertebrata/manusia menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
96 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
3. Membuat kisi-kisi soal sesuai materi pembelajaran pada masingmasing siklus. 4. Menyusun draf soal berdasarkan indikator dan kisi-kisi yang dilengkapi dengan kunci jawaban. 5. Meminta pertimbangan dengan dosen pembimbing mengenai isi rencana pembelajaran beserta LKS, soal tanya jawab dan soal evaluasinya. 6. Validasi empiris soal-soal evaluasi melalui tes pada siswa kelas XI IPA SMAN 8 Banjarmasin. dan dianalisis dengan menggunakan tabel FAN. 7. Berdasarkan hasil validasi selanjutnya dilakukan revisi soal-soal yang terlalu mudah atau sukar, sehingga soal-soal layak untuk digunakan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Hasil penelitian berupa data kuantitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa, hasil observasi aktivitas guru, respon siswa dan respon guru diperoleh berdasarkan hasil angket dari Borich (1994) dalam Supramono (2005) tentang pembelajaran NHT yang telah dimodifikasi dan dibagikan setelah proses pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif dari tes hasil belajar berupa hasil pre test dan post test, hasil selama proses pembelajaran dilihat dari LKS serta hasil tanya jawab. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa menjadi lebih aktif dari parameter pengukuran kepada siswa atau guru dapat mengurangi dominasi aktivitasnya, siswa mencapai ketuntasan individual (skor ≥ 65) dan mencapai ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa yang mencapai ketuntasan individual (skor ≥ 65), hasil selama proses pembelajaran yang dilihat dari LKS dan tanya jawab berdasarkan kategori Arikunto (1998) tergolong baik, respon siswa dan respon guru selama pembelajaran adalah baik/positif.
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian tindakan kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada konsep sistem gerak siswa kelas XI IPA SMA Negeri 11
97 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
Banjarmasin telah memperoleh sejumlah data. Data kuantitatif meliputi data aktivitas siswa, data aktivitas guru, data hasil selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa, serta data respon siswa dan respon guru biologi kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin.
1) Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 diperlihatkan seperti pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat aktivitas siswa yang mengalami kenaikan dan aktivitas siswa yang mengalami penurunan. Jika dilihat dari kategorinya, maka hanya 3 parameter yang menunjukkan aktivitas siswa tinggi dan dengan kategori baik yaitu pada parameter 2, 5, dan 6. Selain memperhatikan aktivitas siswa perlu juga memperhatikan aktivitas guru dalam pembelajaran. Tabel 1. No 1. 2. 3. 4.
Ringkasan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Siklus 1 dan Siklus 2 Parameter yang teramati (%) Nama Siswa Siklus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Agustina N. 1 5,26 5,26 5,26 7,89 13,16 31,58 13,16 5,26 13,16 D 2 2,86 22,86 8,57 5,71 20 20 5,71 5,71 11,43 Kartika 1 5,26 7,89 0 10,53 23,68 26,32 10,53 2,63 13,15 2 2,86 20,00 8,57 11,43 25,71 22,86 5,71 2,86 5,71 Edi Sudrajat 1 6,06 24,24 6,06 9,09 6,06 27,27 6,06 6,06 9,09 2 0 19,35 6,45 9,68 19,35 25,81 6,45 6,45 6,45 Siti Aisyah 1 16,67 8,33 13,89 5,56 16,67 25,00 5,56 2,78 5,56 2 8,57 22,86 11,43 5,71 17,14 20,00 2,86 2,86 8,57
Keterangan : N= Jumlah aktivitas 0. Melakukan aktivitas lain atau diam 1. Memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. 2. Membaca LKS atau buku-buku yang relevan. 3. Menggarisbawahi handout 4. Melakukan pengamatan 5. Menulis hal-hal yang relevan dengan KBM. 6. Berdiskusi antar siswa/kelompok/guru. 7. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. 8. Menjawab pertanyaan yang diajukan guru. 9. Membuat/menulis rangkuman pelajaran. Kategori aktivitas siswa: ≥10% = Aktivitas tinggi (baik) <10% = Aktivitas rendah (buruk)
98 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
2) Aktivitas Guru selama Pembelajaran Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 diperlihatkan seperti pada Tabel 2. Pada Tabel masih dijumpai 1 parameter yang mengalami peningkatan yakni parameter 3 dengan aktivitas membimbing siswa melakukan pengamatan, sedangkan parameter yang lain sudah memperlihatkan penurunan dominasi aktivitas guru dari siklus 1 ke siklus 2,
walaupun sebagian kategorinya masih tinggi. Parameter 3 dengan
aktivitas
membimbing
siswa
melakukan
pengamatan
mengalami
peningkatan ini disebabkan siswa belum begitu memahami isi video pembelajaran mengenai otot dalam bahasa Inggris. Selain itu, juga terdapat parameter yang masih tetap yaitu pada parameter 1 dan 7. Jika dilihat dari kategori setelah pembelajaran siklus 2, maka aktivitas guru yang tergolong baik terdapat pada parameter 1, 2 dan 4.
Tabel 2. Ringkasan Aktivitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Parameter yang diamati Siklus 1 2 3 4 5 6 7 I 5,26 10,53 13,16 10,53 13,16 36,83 10,53 II
5,26
5,26
47,37
5,26
10,53
15,79
10,53
dengan Jumlah 100 100
Keterangan: N= Jumlah aktivitas 0. Tidak melakukan aktivitas 1. Membimbing siswa memahami LKS 2. Membimbing siswa menggarisbawahi handout 3. Membimbing siswa melakukan pengamatan 4. Membimbing siswa menulis hal-hal yang relevan dengan KBM. 5. Membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru 6. Mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. 7. Membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran Kategori aktivitas guru: ≥10% = Aktivitas tinggi (buruk) <10% = Aktivitas rendah (baik)
3) Hasil selama Proses Pembelajaran a. Hasil selama Proses Pembelajaran Dilihat dari LKS Hasil selama proses pembelajaran yang dilihat dari LKS diperlihatkan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat hasil yang diperoleh selama proses
99 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
pembelajaran pada siklus 1 ke siklus 2. Untuk hasil berupa pengetahuan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan yaitu dari 68,47% dengan kategori cukup baik menjadi 80,33% dengan kategori baik, sedangkan untuk hasil berupa proses pada siklus 1 ke siklus 2 terjadi penurunan dari 86,25% menjadi 73,61%. Tabel 3. Ringkasan Hasil selama Proses Pembelajaran Dilihat dari LKS Jumlah Skor rataSkor Siklus Variabel % Kelompok rata maksimum Pengetahuan 41,08 60 68,47 1 6 Proses 34,50 40 86,25 Pengetahuan 32,33 40 80,83 2 6 Proses 44,17 60 73,61
Kategori Cukup baik Baik Baik Cukup baik
Keterangan: Baik (76-100%), cukup baik (56-75%), kurang (40-55%), dan buruk (< 40%) (Arikunto, 1998)
b. Hasil selama Proses Pembelajaran Dilihat dari Tanya Jawab Ringkasan hasil proses dilihat dari tanya jawab NHT pada pembelajaran diperlihatkan pada Tabel 4. Hasil selama proses pembelajaran dilihat dari tanya jawab NHT pada siklus 1 dan siklus 2 tergolong dalam kategori baik. Selain itu, terdapat peningkatan dari nilai hasil tanya jawab antara siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 persentase hasil tanya jawab adalah 81,25% sedangkan pada siklus 2 menjadi 100%. Tabel 4. Ringkasan Hasil Proses Pembelajaran Dilihat dari Tanya Jawab NHT Total Skor Jumlah Skor Siklus skor yang rata% Kategori Kesimpulan Kelompok maksimal diperoleh rata 1 6 1600 1300 216,67 81,25% Baik Terjadi peningkatan 2 6 1600 1600 266,67 100 Baik Keterangan: Baik (76-100%), cukup baik (56-75%), kurang (40-55%), dan buruk (< 40%) (Arikunto, 1998)
4) Hasil Belajar Siswa selama Pembelajaran Ringkasan hasil belajar berupa pre tes dan post tes pada siklus 1 dan siklus 2 seperti pada Tabel 5. Pada Tabel 5 hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil pre tes pada siklus 1 maupun siklus 2 masih belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan karena nilai ketuntasan
100 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
klasikalnya hanya sebesar 8% dan 3,85%. Sedangkan ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil post tes pada siklus 1 dan siklus 2 juga belum mencapai
ketuntasan
klasikal
yang
ditetapkan
(
85%)
karena
ketuntasannya hanya sebesar 72% dan 53,85%, dalam bentuk grafik diperlihatkan pada Gambar 5. Pada Gambar 5 hasil post tes pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil pos tes pada siklus 1. Pada siklus 1 selisih yang diperoleh > 60%, sedangkan pada siklus ke 2 < 60%. Tabel 5. Ringkasan Hasil Perhitungan Ketuntasan Klasikal dan Individual Belajar Pretes
Siklus
Jumlah Siswa
Tuntas
1 2
25 26
2 1
Tidak tuntas 23 25
Persentase (%) 8 3,85
Postes Tuntas 18 14
Tidak tuntas 7 12
Kesimpulan
Persentase (%) 72 53,85
Terjadi penurunan
4.1.1 Respon Siswa dalam Pembelajaran Ringkasan Respon siswa terhadap proses pembelajaran seperti pada Tabel 6. Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa siswa memberikan respon yang baik atau positif terhadap kegiatan pembelajaran karena ≥ 75% siswa menjawab Ya dari soal angket yang dibagikan. Namun perlu pula diungkapkan respon beberapa siswa secara subjektif terhadap proses pembelajaran. Tabel 6. Respon Siswa setelah Pembelajaran No. 1.
Uraian Kegiatan Belajar Mengajar Ya % Merasa senang mengikuti Kegiatan Belajar 26 100 Mengajar 2. Kegiatan belajar mengajar (LKS, cara mengajar, 23 88,46 cara siswa belajar dan proses belajar) merupakan hal yang baru 3. a. Merasa dapat menyampaikan pendapat dan 26 100 menjawab pertanyaan-pertanyaan b. Dapat melakukan penyelidikan/pengamatan 25 96,15 untuk menjawab pertanyaan c. Merasa berminat untuk mengikuti KBM 25 96,15 4. Dapat memahami dengan baik LKS atau 23 88,46 sumber-sumber buku yang digunakan 5. Merasa senang dengan susunan kalimat, 25 96,15 gambar, atau tabel dalam LKS atau buku yang digunakan Keterangan: Siswa menjawab Ya ≥ 75% = Respon siswa baik/positif
Tidak 0
% 0
3
11,54
0
0
1
3,85
1 3
3,85 11,54
1
3,85
101 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
4.1.2 Respon Guru setelah Pembelajaran Ringkasan respon guru terhadap kegiatan pembelajaran seperti pada Tabel 7. Secara umum respon guru dalam pembelajaran adalah positif. Ini dilihat dari hasil angket yang diberikan kepada guru. Tabel 7.Respon Guru terhadap Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Cukup Kurang Tidak Komponen pembelajaran Membantu membantu membantu membantu 1. Lembar kegiatan siswa √ 2. Rencana pembelajaran √ 3. proses pembelajaran √ dengan menggunakan pendekatan yang telah dipilh 4. Lembar evaluasi √ 5. Lembar pertanyaan √ Keterangan: Guru menjawab membantu ≥ 75% = Respon guru baik/positif
PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berdasarkan data kuantitatif ditujukan untuk mencapai tujuan penelitian seperti yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. 1. Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Aktivitas siswa selama pembelajaran antara siklus 1 dan 2 secara umum terjadi peningkatan, tetapi hanya sebagian dari parameter yang mengalami peningkatan tersebut yang tergolong kategori baik yaitu pada parameter 2, 5, dan 6. Adanya peningkatan ini diduga disebabkan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan adanya upaya perbaikan pembelajaran setelah melakukan refleksi pada siklus 1. Penggunaan
pembelajaran
koopertif
tipe
NHT
ini
dapat
mengembangkan keterampilan sosial seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000) yaitu salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Lundgren dalam
102 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
Ibrahim (2000) juga mengemukakan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif tipe NHT terkait dengan peningkatan aktivitas siswa antara lain rasa harga diri menjadi lebih tinggi, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, dan konflik antara pribadi berkurang. Menurut Corebima, dkk (2002) NHT dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan peningkatan aktivitas siswa pada parameter aktivitas siswa membaca LKS atau bukubuku yang relevan, menggarisbawahi handout, melakukan pengamatan, menulis hal-hal yang relevan dengan pembelajaran, dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Pendekatan kooperatif pada dasarnya dapat meningkatkan aktivitas siswa yang dikendaki selama proses pembelajaran. Penggunaan pendekatan kooperatif tipe NHT ini dapat meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran seperti dilaporkan penelitian-penelitian sebelumnya (Arbayah, 2009; Arifuddin, 2009 dan Napisah, 2009). Arbayah
(2009)
dalam
hasil
penelitiannya
pada
konsep
sistem
pencernaan makanan siswa kelas VIII.E SMP Negeri 17 Banjarmasin menyimpulkan bahwa kualitas proses belajar dilihat dari aktivitas siswa lebih aktif yaitu terjadi peningkatan aktivitas siswa berupa membaca LKS atau buku-buku yang relevan, berdiskusi antar siswa/kelompok/guru, melakukan refleksi dan mengevaluasi proses pembelajaran, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, menyusun/melaporkan dan menyajikan hasil diskusi berdiskusi antar siswa. Arifuddin (2009) juga menyimpukan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT
dapat
meningkatkan aktivitas siswa. Siswa dengan cepat melaksanakan pembentukan kelompok, sangat antusias untuk menjawab pertanyaan kuis, mendengarkan soal kuis yang dibacakan dengan penuh perhatian. Hasil penelitian Napisah (2009) dengan menggunakan pendekatan NHT juga dapat meningkatkan aktivitas siswa. Dengan demikian penggunaan
103 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
2. Aktivitas Guru selama Pembelajaran Aktivitas
guru
secara
umum
terjadi
penurunan
dominasi
aktivitasnya. Dari 7 parameter pengamatan terhadap aktivitas guru 4 diantaranya telah mengalami penurunan. Akan tetapi, hanya 3 parameter aktivitas guru yang tergolong dalam kategori baik yaitu aktivitas guru membimbing siswa memahami LKS, aktivitas guru membimbing siswa menggarisbawahi handout, dan aktivitas guru membimbing siswa menulis hal-hal yang relevan dengan kegiatan belajar mengajar. Penurunan aktivitas ini diduga karena penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada pembelajaran sebelumnya yaitu pada siklus 1 siswa sudah beradaptasi dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT melalui pengalaman belajar pada siklus 1 sehingga pada siklus 2 ini siswa tidak banyak lagi memerlukan bimbingan dari guru sehingga guru bisa mengurangi dominasi aktivitasnya selama proses pembelajaran. Selain itu, penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT memungkinkan siswa untuk belajar aktif dengan cara bekerja dengan teman dalam satu kelompok sehingga guru dapat mengurangi dominasinya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nur (2000) bahwa di dalam kelas yang berpusat pada siswa peran guru membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas. Hal lain yang menyebabkan penurunan aktivitas guru diduga adanya upaya perbaikan pembelajaran setelah melakukan refleksi pada siklus 1. Perbaikan yang dilakukan pada pembelajaran diantaranya pada siklus 1 saat pengamatan aktivitas guru masih mendominasi dan keaktifan siswa masih kurang. Oleh karena itu, saat akan melaksanakan pembelajaran pada siklus 2 terlebih dahulu disampaikan kepada guru yang akan mengajar agar saat pembelajaran nantinya guru dapat
104 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
mengurangi dominasinya dan siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Selain itu, guru agar dapat mengelola kelas dengan baik karena pada siklus 1 masih banyak siswa yang ribut terutama pada saat tanya jawab. Adapun parameter 3 dengan aktivitas membimbing siswa melakukan pengamatan mengalami peningkatan diduga disebabkan siswa belum begitu memahami isi video pembelajaran. Isi video pembelajaran mengenai otot dalam bahasa Inggris sehingga aktivitas guru meningkat dalam membimbing pengamatan. Selain itu, siswa juga kesulitan dalam hal mengingat dan memproses informasi yang di dapat pada materi persendian dan macam gerak otot. Penurunan pembelajaran
dominasi
dijumpai
dalam
aktivitas
guru
penelitian
dalam
dengan
pengelolaan menggunakan
pendekatan kooperatif tipe NHT lainnya. Arifuddin (2009) dan Napisah (2009) menyimpulkan bahwa pada penggunaan pendekatan kooperatif tipe NHT aktivitas guru menjadi lebih baik yaitu guru mengurangi dominasi dalam pembelajaran.
3. Hasil selama Proses Pembelajaran Dilihat dari nilai hasil LKS untuk pengetahuan terjadi peningkatan antara siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 persentasenya 68,47% dengan kategori cukup baik menjadi 80,83% dengan kategori baik pada siklus 2. Sedangkan untuk nilai hasil LKS berupa proses terjadi penurunan dari 86,25% dengan kategori baik pada siklus 1 menjadi 73,61% dengan kategori cukup baik pada siklus 2. Adanya penurunan hasil LKS yang tergolong proses ini diduga disebabkan siswa sulit mencerna materi yang diajarkan, meskipun sudah digunakan media animasi bergerak saat pembelajaran. Bahasa yang digunakan pada animasi ini adalah bahasa Inggris sehingga banyak siswa yang tidak memahami penjelasannya. Kesulitan ini terutama dialami siswa saat mempelajari materi persendian dan macam gerak pada otot. Pada materi ini siswa sering tertukar dalam menentukan jenis-jenis persendian dan gerak-gerak pada otot.
105 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
Dilihat dari nilai hasil selama proses tanya jawab menunjukkan peningkatan dari sikus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 persentasi nilai hasil tanya jawab sebesar 81,25% menjadi 100% pada siklus 2. Hal ini diduga karena siswa banyak melakukan tindakan yang dapat meningkatkan perolehan informasi seperti sudah terjadi kerjasama yang baik dalam kelompok terutama pada saat berdiskusi sehingga hasil hasil selama proses tanya jawab mengalami peningkatan yang signifikan. Menurut Poedjiadi (1991) dalam Hamzah (2009) pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Hal ini sesuai dengan Ibrahim (2000) yang mengemukakan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu hasil belajar akademik struktural yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, pengakuan adanya keragaman yang bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, serta pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Lundgren dalam Ibrahim (2000) juga mengemukakan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif tipe NHT pemahaman yang lebih mendalam, hasil belajar lebih tinggi.
4. Hasil Belajar Siswa selama Pembelajaran Hasil belajar siswa pada pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe NHT belum mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan. Hasil pre tes pada siklus 1 sebesar 8% dan siklus 2 3,85%. Sedangkan ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil post tes pada siklus 1 dan siklus 2 belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan ( 85%) karena ketuntasannya hanya sebesar 72% dan 53,85%. Adanya penurunan hasil postes dari siklus 1 ke siklus 2 ini diduga disebabkan karena pada pembelajaran siklus 1 pengalaman belajar siswa lebih besar,
106 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
dilihat
dari LKS
yang
digunakan sebagiannya
berupa
praktikum
sedangkan pada pembelajaran siklus 2 petunjuk LKS tidak ada berupa praktikum. Selain itu perlu juga dilihat dari materi yang digunakan yaitu persendian, struktur dan fungsi otot. Materi ini diakui guru biologi memang sukar untuk diajarkan karena siswa selain dituntut untuk banyak menghapal, materi ini memerlukan analisis untuk dapat memahaminya. Pada saat pembelajaran berlangsung terlihat siswa banyak yang kesulitan memahami materi terutama pada materi persendian dan macam gerak otot. Pada materi ini siswa banyak yang kesulitan untuk membedakan jenis-jenis persendian dan berbagai macam gerak pada otot. Penurunan hasil belajar ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar secara signifikan dari siklus 1 ke siklus 2. Arbayah (2009) dalam hasil penelitiannya pada konsep sistem pencernaan makanan siswa kelas VIII.E SMP Negeri 17 Banjarmasin menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun peningkatan ketuntasan belajar siswa yaitu ketuntasan klasikal pada siklus 1 sebesar 75% meningkat pada siklus 2 menjadi sebesar 100%. Arifuddin (2009) juga menyimpukan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar biologi konsep jamur. Napisah (2009) dengan menggunakan pendekatan NHT juga membuktikan terjadi peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa. Peningkatan persentasi ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dari siklus 1 ke 2 yaitu 53,84% menjadi 88,46% yang diimbangi peningkatan persen dari hasil selama proses pembelajaran melalui LKS dari 82,39% jadi 83, 13%.
5. Respon Siswa setelah Pembelajaran Proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan
kooperatif tipe NHT mendapat respon yang positif atau baik dari siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin. Sebagian besar siswa menyenangi penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini karena
107 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
selain merupakan hal yang baru bagi siswa, pembelajaran dengan cara ini juga menjadikan siswa lebih aktif dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang dianggap sukar untuk dipelajari.
6. Respon Guru setelah Pembelajaran Proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
pembelajaran
kooperatif tipe NHT mendapat respon yang positif dari guru biologi yang mengajar di kelas tersebut, meskipun terdapat beberapa kendala dalam teknis pelaksanaannya. Kendala tersebut terutama terjadi saat fase tanya jawab sulit untuk mengetahui siswa yang duluan angkat tangan ketika disebutkan nomornya karena banyak siswa yang protes ketika lebih duluan
angkat
tangan
tetapi
tidak
disuruh
menjawab.
Hal
itu
menyebabkan pada fase ini pengelolaan kelas menjadi sesuatu yang sangat penting dilakukan agar siswa tidak ribut dan tetap memperhatikan pelajaran. Untuk perbaikan proses pembelajaran guru menyarankan agar nomor diberi tangkai sehingga memudahkan guru dalam melihat nomor siswa. Secara umum guru menganggap pelaksanaan pembelajaran dengan NHT ini mudah dilaksanakan dan membuat guru lebih mudah dalam memberikan materi sistem gerak yang selama ini dianggap sukar untuk diajarkan.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil penelitian menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas XI IPA 1 Negeri 11 Banjarmasin pada konsep sistem gerak dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Dari 9 parameter yang diamati aktivitasnya, ada 5 aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dan 3 diantaranya tergolong baik yaitu parameter 2, 5 dan 6. 2. Aktivitas guru mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2. Dari 7 parameter pengamatan terhadap aktivitas guru ada 4 parameter yang
108 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
mengalami penurunan dan 3 diantaranya tergolong baik yaitu parameter 1, 2 dan 4. 3. Hasil selama proses pembelajaran dilihat dari LKS yang tergolong pengetahuan terjadi peningkatan dari 68,47% dengan kategori cukup baik pada siklus 1 menjadi 80,83% dengan kategori baik pada siklus 2. Sedangkan untuk proses terjadi penurunan dari 86,25% dengan kategori baik pada siklus 1 menjadi 73,61% dengan kategori cukup baik pada siklus 2. Hasil tanya jawab menunjukkan peningkatan dari 81,25% pada siklus 1 menjadi 100% pada siklus 2. 4. Hasil belajar siswa mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2. Hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus 1 maupun siklus 2 masih belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan karena nilai ketuntasan klasikalnya 72% pada siklus 1 dan menurun menjadi 53,85% pada siklus 2. 5. Respon siswa adalah baik sebab sebagian besar siswa memilih jawaban yang menunjukkan respon yang baik pada setiap soal angket respon siswa. Siswa juga secara subjektif menuliskan respon yang positif terhadap kegiatan pembelajaran pada angket respon siswa. 6. Respon guru adalah baik sebab jawaban guru menunjukkan respon yang baik pada setiap soal angket respon guru.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Hasil selama proses pembelajaran berupa proses dari kategori baik menjadi sedang, oleh karena itu proses pembelajaran agar dibuat sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh siswa sehingga hasil pada proses tidak mengalami penurunan. 2. Hasil belajar siswa belum mencapai batas ketuntasan klasikal sejak siklus 1
oleh karena itu perlu perbaikan pada soal-soal tes atau
membedakan bobot nilai berdasarkan tingkat kesukaran agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik dari siklus 1 ke siklus 2.
109 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
3. Pendekatan kooperatif tipe NHT tetap dapat dijadikan pilihan untuk mengajarkan materi seperti sistem gerak pada vertebrata maupun materi lain yang sejenis dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Beberapa tujuan dalam penelitian yang tidak mencapai indikator keberhasilan semata-mata diakibatkan oleh kekurangan peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian. 4. Agar analisis data aktivitas siswa dan aktivitas guru berupa data kualitatif sebaiknya digunakan lembar observasi selain Borich, seperti menggunakan lembar observasi yang di adapatasi dari Hopkins. 5. Pembelajaran menggunakan NHT dalam penelitian ini terlihat seperti lebih menekankan pembelajaran konsep. Oleh karena itu, sebaiknya memakai sintaks NHT lain yang lebih mengarah pada penekananan proses sehingga proses dan hasil belajar siswa dapat meningkat. 6. Pembelajaran
dengan
NHT
agar
lebih
mengarah
ke
proses,
pemanggilan nomor sebaiknya tidak hanya dilakukan pada saat tanya jawab tetapi dapat juga dilakukan guru saat diskusi kelas dan bentuk pertanyaan pada pembelajaran bersifat menggali proses berpikir siswa. 7. Penunujukan siswa yang wajib menjawab dari soal yang diajukan guru didasarkan pada kriteria siswa yang duluan angkat tangan.
DAFTAR PUSTAKA Arifuddin, Nur. 2009. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Konsep Jamur Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-HeadTogether Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Gebog. http://begawanafif. blogspot.com/2009/02/meningkatkan-hasil-belajar-biologi.html. Diakses pada tanggal 29 September 2009. Arbayah. 2009. Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar pada Konsep Sistem Pencernaan Makanan Siswa Kelas VIII.E SMP Negeri 17 Banjarmasin Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Number Head Together (NHT). FKIP UNLAM. Banjarmasin. Skripsi Sarjana Tidak dipublikasikan. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
110 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Yogyakarta. Corebima, duran. dkk. 2002. Modul Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi Pembelajaran Kooperatif. Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta. Diknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Diknas. Jakarta. Hamzah. 2009. Teori Belajar Konstruktivisme. http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/08/20/teori-belajar-konstruktivisme/. Diakses pada tanggal 29 September 2009. Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya University Press: Surabaya.
Universitas
Negeri
Khomariyah. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 2 Batu. http://karyailmiah. um.ac.id/index.php/ biologi/article/view/2083. Diakses pada tanggal 26 Desember 2009. Napisah. 2009. Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Bunyi pada Siswa Kelas IV SDN Landasan Ulin Barat 4 dengan Pendekatan Kooperatif tipe NHT. UT. Banjarmasin. Laporan PTK tidak dipublikasikan. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta. Sari, Ice Rosina. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi. http://pustakailmiah. Unila.ac.id/2009/07/16/penerapan-pembelajaran-kooperatif-tekniknumbered-head-together-nht-untuk-meningkatkan-aktivitas-danpenguasaan-konsep-reaksi-oksidasi-reduksi-ptk-pada-siswa-kelasx4-sman-3-bandarlampung-t-p-200/. Diakses pada tanggal 26 Desember 2009. Supramono. 2005. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penerapannya dalam KBM dengan Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar &
111 Jurnal Wahana-Bio Volume V Juni 2011
Keterampilan Berpikir Siswa SD. Universitas Negeri Malang (Disertasi tidak dipublikasikan). Sutarsih, Heni. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Pangkur Kabupaten Ngawi. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/ article/view/3358. Diakses pada tanggal 26 Desember 2009. Tim Revisi. 2007. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah Edisi IV. Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin.