STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN NEONATUS: STUDI PENGGUNAAN WAKTU BEKERJA BIDAN DESA DI KABUPATEN SORONG, PAPUA BARAT Sunarwan1), Ova Emilia2), Lutfan Lazuardi3), Guardian Yoki Sanjaya4).
ABSTRAK Latar Belakang : Sistem surveilans dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan pemanfaatan PWS KIA dapat membantu sistem pelayanan kesehatan yang ada. Bidan desa memiliki peran penting dalam monitoring kesehatan ibu dan anak diwilayah kerjanya. Bidan desa berdomisili didesa, bekerja 24 jam per hari untuk membantu pelayanan kesehatan khususnya kesehatn ibu dan Ibu dan Anak. Saat ini data menunjukan bahwa trend kematian ibu menurun, tetapi di satu sisi kematian bayi baru lahir (neonatus) masih cukup tinggi dan sedikit terabaikan. Tujuan :Untuk mendiskripsikan penggunaan waktu bekerja bidan desa dalam pelayanan kesehatan neonatus. Metodologi : Penelitian deskriptif dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong dengan melibatkan 34 bidan yang bekerja dan tinggal di desa. Sebuah log book dibagikan ke masing-masing bidan untuk diisi aktivitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidang selama 1 bulan penuh. Pencatatan yang dilakukan kemudian dikompilasi untuk dinilai seberapa besar aktivitasnya untuk kegiatan 1) Pelayanan KIA, 2).Pelayanan Non-KIA, 3).Kunjungan Rumah dan 4). Pencatatan dan Pelaporan yang dibandingkan dengan buku kunjungan pasien (triangulasi sumber). Analisis statistik dilakukan untuk mengukur hubungan penggunaan waktu bidan dengan cakupan pelayanan PWS KIA masing-masing bidan. Hasil dan Pembahasan: Dari 34 log book yang dicatat, rata-rata bidan mencatat aktivitas hariannya antara 14 sampai 30 hari dengan penggunaan waktu sebanyak 88.670 menit (rata-rata 2.607 menit) per orang. Waktu terbanyak digunakan untuk pelayanan KIA di Polindes sebanyak 51.275 menit (57,8%) dengan rata-rata 1.508 menit per orang, pelayanan kunjungan rumah pasca persalinan sebanyak 8.475 menit (16,5%), waktu untuk pelayanan medis non KIA sebanyak 32.550 menit (36,7%), dengan rata-rata 957 menit per orang dan waktu untuk dokumentasi kegiatan sebanyak 5.320 menit (6,0%) dengan jumlah waktu ratarata 156 menit per orang. Hasil analisis bivariat penggunaan waktu terhadap cakupan PWS KIA menunjukkan bahwa waktu kunjugan pasca persalinan mempunyai hubungan yang signifikan dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN), dan berhubungan secara signifikan dengan cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap. Kesimpulan: Kunjungan rumah pasca persalinan bertujuan untuk peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, dengan kondisi ini diharapkan dapat mempercepat upaya menurunkan angka kematian neonatus. Kata kunci : kunjungan pasca persalinan, surveilans kesehatan ibu dan anak, bidan desa, angka kematian neonatus 1) 2) 3) 4)
Mahasiswa Prodi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM Dosen Prodi S-2 Ilmu Pendidikan Kedokteran FK UGM Dosen Prodi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM Dosen Prodi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM
LATAR BELAKANG Berbagai faktor terkait resiko terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan serta cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih cukup tinggi. Setiap tahun terdapat kurang lebih 210 juta orang ibu hamil dan 30 juta orang diantaranya (15%) mengalami komplikasi yang berakibat lebih dari setengah juta orang diantaranya mengalami kematian akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (11). Data lain menyebutkan bahwa di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2008 terjadi kurang lebih 18.000 orang ibu meninggal akibat berbagai komplikasi kehamilan dan persalinan dan 400.000 anak dibawah usia 5 tahun meninggal dengan berbagai penyebab. Indonesia adalah salah satu negara dengan AKI dan AKB yang tinggi di kawasan ini(1). WHO dan UNICEF pada tahun 2009 telah membuat pernyataan bersama, dengan judul: kunjungan rumah pada bayi baru lahir, sebuah strategi untuk meningkatkan kelangsungan hidup neonatal. Ada 7 butir rekomendasi yang perlu diperhatikan oleh negara yang ingin menurunkan angka kematian neonatal. Setiap negara harus mengevaluasi program yang sedang berjalan dan melakukan penyesuaian (12). Sistem surveilans berbasis masyarakat dapat memberikan
hasil lebih
akurat dalam menilai penyebab kematian ibu dan bayi dibandingkan dengan sistem berbasis fasilitas kesehatan saja. Sistem surveilans berbasis masyarakat ini dapat membantu sistem pelayanan kesehatan(7). Bukti menunjukkan
bahwa
dengan upaya yang sederhana dengan berbasis masyarakat dapat menurunkan angka kematian maternal dan neonatal secara bermakna. Bidan desa merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis dalam upaya pelaksanaan monitoring dan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Keberadaan bidan desa dianggap strategis terutama ditujukan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi didaerah terpencil. Bidan desa memiliki peran penting dalam monitoring kesehatan ibu dan anak diwilayah kerjanya. Diketahui bahwa bentuk pencatatan dan pelaporan dasar yang dilakukan oleh puskesmas, khusus yang dilakukan oleh bidan desa sangat beragam. Bidan desa banyak berkutat dengan pengumpulan data namun
komponen data tersebut
jarang
1
dianalisa dan digunakan untuk tindak lanjut
(4)
. Akibat bidan desa sudah sibuk
dengan tugas sehari-hari melaksanakan pelayanan KIA dan pelayanan kesehatan lainnya. Kondisi ini mengakibatkan pelaksanaan sistem monitoring kesehatan ibu dan anak yang tidak dapat berjalan secara optimal (11).
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki tujuan secara umum untuk mendiskrisikan hubungan penggunaan waktu kunjungan rumah pasca bersalin dengan cakupan indikator Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat dilaksanakan Juli s/d September 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan keseluruhan sampel (exhaustive sampling) yaitu semua bidan desa dengan kategori sebagai penanggung jawab pada suatu desa/ Polindes. Metode ini dipilih karena sampel merupakan kelompok yang sama yaitu bidan desa dan dilakukan untuk menghindari persepsi diskriminasi (10). Responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 34 bidan desa. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian kuesioner dan log book aktivitas harian sebagai salah satu instrumen dalam penelitian ini. Log book dipilih oleh peneliti untuk pengumpulan data dengan pertimbangan lebih mudah dilakukan, responden dapat langsung mencatat tiap jenis aktivitas yang telah dilakukan. Sekalipun dengan pengamatan langsung (observasi) adalah pilihan terbaik namun dengan pertimbangan bidan desa dapat melakukan pekerjaan selama 24 jam perhari sehingga metode ini tidak dapat dilakukan. Observasi, telaah kearsipan yang dikembangkan berdasar hasil analisa dalam log book aktivitas bidan desa. Hal ini dilakukan untuk melakukan crosscek validasi catatan aktivitas harian yang ada dalam log book dan juga untuk mengidentifikasi lebih lanjut penggunaan waktu bekerja dan cukupan pelayanan kesehatan ibu dan anak diwilayah kerjanya.
2
Data cakupan indikator pelayanan kesehatan ibu dan anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cakupan pelayanan KIA tahun 2011 pada masingmasing bidan desa/ Polindes. Digunakannya data tahun 2011 berhubung penelitian ini dilakukan pertengahan tahun 2012 sehingga data tahun 2012 belum dapat digunakan. Pertimbangan yang lain adalah bahwa berdasarkan data cakupan pada tahun 2009 s/d 2011 menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna ditiap indikator pelayanan.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil tabulasi data catatan penggunaan waktu bekerja responden yang tercatat dalam log book aktivitas harian, diperoleh informasi penggunaan waktu bekerja bidan desa secara umum dikelompokan: 1. Waktu untuk pelayanan KIA (pelayanan di Polindes/ Pustu dan pelayanan kunjungan rumah), 2. Waktu untuk pelayanan kesehatan non KIA dan, 3. Waktu untuk pendokumentasian kegiatan. Distribusi dan proporsi penggunaan waktu bekerja yang tercatat dalam log book tersaji dalam tabel berikut: Tabel 1. Proporsi penggunaan waktu bekerja responden Variabel
Penggunaan waktu bekerja yang tercatat dalam Log Book aktivitas harian menit ( ' )
re-rata ( ' )
%
Total waktu bekerja tercatat dalam Log Book
88670
2607
100
Waktu untuk pelayanan KIA Pelayanan KIA di Polindes/ Pustu* Kunjungan rumah *
51275 42810 8465
1508 1261 249
57,8 84,5 16,5
Waktu untuk pelayanan non KIA
32550
957
36,7
Dokumentasi kegiatan
5230
156
6,0
* waktu pelayanan KIA di Polindes dan kunjungan rumah (tercatat kunjungan rumah post partum) adalah bagian dari waktu pelayanan KIA.
Penggunaan waktu bekerja tersebut sebagian besar untuk pelayanan KIA 51.275 menit (57,8%) dengan rata-rata tiap responden menggunakan waktu untuk
3
pelayanan KIA sebesar 1.508 menit perbulan. Responden yang menggunakan waktu untuk pelayanan KIA tertinggi sebesar 2.790 menit dan terendah 460 menit. Adapun dari 34 responden sebagian besar memiliki proporsi waktu untuk pelayanan KIA > non KIA, sebanyak 20 responden (64,7% ) dengan penggunaan waktu sebesar 39.410 menit
dan rata-rata 1.791 menit. Responden yang
menggunakan waktu bekerja tertinggi adalah 4.315 menit dam terendah sebesar 1.355 menit. Di dalam pelayanan KIA bidan desa melakukan pelayanan secara umum dilaksanakan di Polindes atau Puskesmas Pembantu. Diperoleh data bahwa penggunaan waktu pelayanan KIA dalam gedung sebesar 42.860 menit (84,5%) dengan rata-rata tiap responden menggunakan waktu untuk pelayanan KIA dalam gedung ini sebesar 1.261 menit. Selain pelayanan di Polindes/ Pustu dalam pelayanan KIA oleh bidan desa juga menggunakan waktu untuk melakukan kunjungan rumah baik pada ibu pasca bersalin/ masa nifas dan bayi baru lahir. Diperoleh data bahwa penggunaan waktu kunjungan rumah sebesar 8.475 menit (16,5%) dengan rata-rata tiap responden menggunakan waktu untuk kunjungan rumah sebesar 249 menit. Responden yang menggunakan waktu kunjungan rumah tertinggi sebesar 510 menit dan terendah 90 menit. Adapun dari 34 responden terdapat 17 responden (50,0%) memiliki waktu kunjungan rumah ≥16,5% dari total waktu pelayanan KIA yang dilakukan dengan waktu yang digunakan sebesar 5.055 menit rata-rata responden menggunakan waktu sebesar 297 menit. Aktivitas lain yang dilakukan bidan desa selain pelayanan KIA bidan desa juga melakukan pelayanan kesehatan non KIA bagi orang sakit yang dilaksanakan di Polindes atau Puskesmas Pembantu. Diperoleh data bahwa penggunaan waktu pelayanan non KIA sebesar 32.550 menit (36,7%) dari total waktu yang digunakan untuk bekerja yang tercatat dalam log book aktivitas harian responden. Berdasarkan hasil analisis bivariat untuk menilai hubungan penggunaan waktu pelayanan KIA cakupan kunjungan antenatal care (K1 ibu hamil dan K4 ibu hamil) dan cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap, dapat dilihat dalam hasil dan pembahasan berikut:
4
1. Hubungan proporsi penggunaan waktu bekerja bidan desa dengan cakupan kunjungan antenatal care ( kunjungan K1 ibu hamil dan K4 ibu hamil) Hubungan penggunaan waktu bekerja bidan desa dengan cakupan kunjungan K1 dan K4 ibu hamil dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Hubungan penggunaan waktu pelayanan KIA, waktu kunjungan rumah dan waktu dokumentasi kegiatan dengan cakupan kunjungan K1 ibu hamil Cakupan K1Ibu Hamil Variabel
Tinggi
Rendah
P
RR
95% CI
n
%
n
%
Banyak Sedikit Waktu Kunjungan Rumah Baik
10 13
50,0 92,9
10 1
50,0 7,1
0,01*
0,54
0,34-0,85
12
70,6
5
29,4
0,71
1,10
0,68-1,74
Kurang Waktu dokumentasi kegiatan Baik Kurang
11
64,7
6
35,3
6 17
60,0 70,8
4 7
40,0 29,2
0,54
0,85
0,48-1,49
Waktu Pelayanan KIA
Ket: * : Signifikan (p<:0,05)
Tabel diatas menunjukan bahwa pada variabel waktu pelayanan KIA diketahui dari 20 responden yang memiliki pelayanan KIA besar (>waktu pelayanan non KIA), terdapat 10 responden (50%) memiliki cakupan kunjungan K1 ibu hamil tinggi. Nilai RR sebesar 0,54 menyimpulkan bahwa responden yang memiliki waktu untuk pelayanan KIA lebih banyak (> waktu untuk pelayanan non KIA memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan cakupan K1 ibu hamil tinggi dibandingkan dengan responden dengan proporsi waktu pelayanan KIA sedikit. Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pelayanan KIA dengan cakupan kunjungan K1 ibu hamil (p=0,01). Waktu kunjungan rumah, merupakan bagian dari waktu pelayanan KIA. Diketahui dari 17 responden yang memiliki waktu kunjungan rumah baik (≥16,5%) terdapat 12 responden (70,6%) memiliki cakupan kunjungan K1 ibu hamil tinggi. Nilai RR sebesar 1,10 menyimpulkan bahwa responden yang
5
memiliki proporsi waktu kunjungan rumah baik berpeluang lebih besar mendapatkan cakupan kunjungan K1 tinggi, namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara waktu kunjungan rumah dengan cakupan kunjungan K1 ibu hamil (p=0,71). Penelitian ini juga menunjukan variabel waktu
pelayanan KIA
diketahui dari 20 responden yang memiliki pelayanan KIA banyak (>waktu pelayanan non KIA), hanya terdapat 8 responden (40,0%) memiliki cakupan kunjungan K4 ibu hamil tinggi. Nilai RR sebesar 0,56 menyimpulkan bahwa responden yang memiliki waktu untuk pelayanan KIA lebih banyak (> waktu untuk pelayanan non KIA memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan cakupan K4 ibu hamil tinggi dibandingkan dengan responden dengan proporsi waktu pelayanan KIA sedikit. Namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pelayanan KIA dengan cakupan kunjungan K4 ibu hamil (p=0,07). 2. Hubungan proporsi penggunaan waktu bekerja bidan desa, proporsi waktu kunjungan rumah dengan cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap Hubungan penggunaan waktu bekerja bidan desa dengan cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Hubungan penggunaan waktu pelayanan KIA, waktu kunjungan rumah dan waktu dokumentasi kegiatan dengan Kunjungan Neonatus (KN) lengkap Cakupan KN Lengkap Variabel
Tinggi
Rendah
p
RR
95% CI
n
%
n
%
10 9
50,0 64,3
10 5
50,0 35,7
0,41
0,78
0,43-1,40
13
76,5
4
23,5
0,02*
2,17
1,08-4,34
6
35,3
11
64,7
6 13
60,0 54,2
4 11
40,0 46,8
0,76
1,11
0,59-2,07
Waktu kunjungan KIA Banyak Sedikit Waktu kunjungan rumah Baik Kurang Waktu dokumentasi dan pelaporan Baik Kurang Ket: * : Signifikan (p<:0,05)
6
Berdasarkan tabel 15, variabel waktu pelayanan KIA diketahui dari 20 responden yang memiliki pelayanan KIA besar (>waktu pelayanan non KIA), terdapat 10 responden (50,0%) yang memiliki cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap tinggi. Nilai RR sebesar 0,78 menyimpulkan bahwa responden yang memiliki waktu untuk pelayanan KIA lebih banyak (> waktu untuk pelayanan non KIA) memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap tinggi dibandingkan dengan responden dengan proporsi waktu pelayanan KIA sedikit. Namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pelayanan KIA dengan cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap (p=0,41). Waktu kunjungan rumah, diketahui dari 17 responden yang memiliki waktu kunjungan rumah baik (≥16,5%) terdapat 13 responden (76,5%) memiliki cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap tinggi. Nilai RR sebesar 2,17 menyimpulkan bahwa responden yang memiliki proporsi waktu kunjungan rumah pasca bersalin baik memiliki peluang 2 kali lebih besar untuk mendapatkan cakupan kunjungan neonatus (KN) tinggi dibandingkan responden yang memiliki waktu kunjungan rumah pasca bersalin kurang. Diketahui secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara waktu kunjungan rumah pasca bersalin dengan cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap (p=0,02).
PEMBAHASAN Tercatat dalam log book aktivitas responden pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) meliputi pemeriksaan kehamilan/ antenatal care, pertolongan persalinan, perawatan masa nifas dan bayi baru lahir, pelayanan KB, pelayanan bayi/ balita sakit, kunjungan rumah pada ibu hamil dan ibu nifas, posyandu, pelaksanaan supervisi fasilitatif dan pertemuan bidan. Adapun pelayanan kunjungan pasien umum dengan berbagai jenis keluhan penyakit yang meliputi kegiatan anamnese, pemberian obat maupun penanganan perawatan. Tercatat pula aktivitas pembuatan dokumentasi kegiatan yang meliputi pembuatan laporan rutin bulanan, validasi register kunjungan ibu hamil, ibu bersalin dan register
7
kunjungan bayi. Selain itu juga terdapat catatan aktivitas pembuatan/ monitoring kantong persalinan dan validasi peta wilayah kerja. Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukan bahwa variabel waktu pelayanan KIA diperoleh nilai RR = 0,54 (95% CI; 0,34-0,85) dan p=0,01. Hal ini secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pelayanan KIA dengan cakupan kunjungan K1 ibu hami. Dengan ini dalam penelitian ini disimpulkan bahwa responden yang memiliki waktu untuk pelayanan KIA lebih banyak (> waktu untuk pelayanan non KIA memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan cakupan K1 ibu hamil tinggi dibandingkan dengan responden dengan proporsi waktu pelayanan KIA sedikit. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa untuk variabel waktu kunjungan rumah pasca bersalin, variabel ini secara statistik berhubungan secara signifikan dengan cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap. Hasil analisis bivariat diperoleh nilai RR sebesar 2,17 (95% CI; 1,08-4,34) dan p = 0,02. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki proporsi waktu kunjungan rumah baik (≥16,5%) memiliki peluang 2 kali lebih besar untuk mendapatkan cakupan kunjungan neonatus (KN) tinggi dibandingkan responden yang memiliki waktu kunjungan rumah kurang. Hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong melalui Multiple Indicators Cluster Survey (MICS) tahun 2011 menyebutkan bahwa di Kabupaten Sorong persentase penolong kelahiran oleh nakes: 75,3% namun persentase kelahiran di fasilitas kesehatan hanya sebesar 21,8 %, angka persalinan remaja perempuan (15-19 tahun): 53 per 1000 remaja, terbesar di daerah pedesaan. (BPS Kab Sorong, 2011). Hal tersebut senada dengan yang disebutkan World Health Organization (WHO) bahwa lebih dari dua-pertiga dari kelahiran di Indonesia dibantu oleh bidan terlatih, yang secara substansial sebagian besar dilakukan oleh bidan desa. Untuk itu bidan diberi kewenangan untuk menyediakan perawatan ibu dan bayi baru lahir melalui tindak lanjut berupa kunjungan rumah (13). Mengingat persalinan sebagaian besar bukan difasilitas kesehatan namun dirumah,
maka strategi yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan
8
kuantitas serta kualitas pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir adalah melalui kunjungan rumah. Intervensi yang dilalukan berbasis perawatan bayi baru lahir dapat mencegah 30-60% kematian bayi baru lahir dalam menurunkan angka kematian bayi. Oleh karena itu, WHO dan UNICEF telah merekomendasikan kunjungan rumah di minggu pertama bayi lahir hidup untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi yang baru lahir. Adapun Asmanidar (2011), menyebutkan ada hubungan yang bermakna antara kunjungan rumah pada neonatus dengan penurunan risiko kematian bayi. Lebih lanjut disebutkan bahwa penurunan risiko kematian bayi lebih tinggi/ baik, terjadi pada neonatus yang mendapatkan kunjungan rumah dibandingkan dengan neonatus yang tidak mendapatkan kunjungan rumah (2) .
KESIMPULAN Waktu untuk pelayanan KIA yang dilakukan bidan desa berimplikasi pada cakupan kunjungan antenatal care, dimana bidan desa yang memiliki proporsi waktu bekerja untuk KIA lebih besar dari non KIA memiliki cakupan kunjungan K1 ibu hamil. Lebih kanjt diketahui bahwa kunjungan rumah pasca bersalin yang dilaksanakan oleh bidan desa memiliki kontribusi besar dalam pencapaian cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap qiwilayah kerja bidan tersebut.
KEPUSTAKAAN 1.
Acuin, C.S., Khorr, G.R., Liabsuetrakul, T., Achadi, E.L., Htay, T.T., Firestone, R. & Abhuta. A. (2011) Maternal, Neonatal and Child Healh in Souteast: Towards Greater Regional Collaboration
2.
Asmanidar. (2011) Pengaruh kunjungan rumah pada neonatus terhadap penurunan resiko kematian bayi dia Aceh Sealatan. Tesis, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
3.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong (2012) Multiple Indicators Cluster Survey (MICS) 2012. Kabupaten Sorong.
4.
Departemen Kesehatan RI (2009), Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta
9
5.
Departemen Kesehatan RI (2003) Rencana strategis nasional Making Pregnancy Safer ( MPS ) di Indonesia 2001-2010. Jakarta
6.
Freedman, L.P., Graham, J.W., Brazier, E., Smith, J.M., Ensor, T., Fauveau, V & Agarwal, K. (2007) Practical lessons from global safe motherhood initiatives: time for a new focus on implementation, Lancet 2007; 370:1383– 91.
7.
Kilonzo, A., Kouletio, M., Whitehead, S.J., Curtis K.M. & McCarthy B.J. (2001) Improving Surveillance for Maternal and Perinatal Health in 2 Districts of Rural Tanzania: American Journal of Public Health 2001 October; 91(10): 1636–1640.
8.
Lippeveld, T., Sauerborn, R., & Bodart, C. (2000) Design and implementation of health information system, WHO Genewa
9.
Murniati, (2007) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil di Kabupaten Aceh Tenggara. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan
10. Murti, B. (2006) Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan: Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 11. Sutarman (2011) Evaluasi system informasi manajemenkesehatan ibu dan anak (SIM KIA) di Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Tesis, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 12. Tweheyo, R., Lule, J.K., Tumwesigye, N.M., Sekandi, J.N. (2010), Male partner attendance of skilled antenatal care in peri-urban Gulu district, Northern Uganda. BMC Pregnancy and Chilbird. 13. World Health Organization (2009) Home visits for the newborn child:a strategy to improve survival. WHO/UNICEF Joint Statement. Jenewa
10