PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DAN REKREASI TEPI AIR , PURUS (RECREATIONAL WATERFRONT) Handhika Pratama , Sudirman Is , Ika Mutia Prodi Arsitektur , Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan , Universitas Bung Hatta Jln. Sumatra, Ulak Karang, Padang 25133, Indonesia E-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Purus Recreation Waterfront dirancang agar dapat menata kembali Kawasan Pantai Purus dan menjadikan Kawasan Pantai Purus sebagai Ikon baru Kota Padang. selain itu Purus Recreational Waterfront direncanakan agar dapat menciptakan sarana interaksi sosial yang diciptakan dalam sebuah ruang terbuka , kawasan ramah pejalan kaki , dan juga sebagai salah satu lokasi titik selther untuk evakuasi bencana alam. Dengan demikian kawasan wisata Pantai Purus dapat tertata dengan baik. Sehingga perencanaan kawasan mampu meningkatkan perekonomian dan menciptakan ruang publik yang memfasilitasi kegiatan masyarakat perkotaan dengan penataan ling kungan. Metode penelitian dalam mengolah data perancangan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu dengan menguraikan dan menjelaskan data kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan. Dengan langkah awal survey lokasi, pengumpulan data, studi literatur, dan studi banding. Konsep aksebilitas pada kawasan menggunakan konsep Street Market yang diterapkan di area LPC dan Seafood Resto Area. Street Market merupakan area perbelanjaan / area wisata kuliner yang mempunyai akses jalan khusus untuk pejalan kaki dan bebas kendaraan. Purus Recreational Waterfront dirancang dengan tema konsep Arsitektur Bioklimatik yaitu Arsitektur yang hemat pemakaian energi, ramah lingkungan serta dapat memanfaatkan keadaan iklim sekitar. Merancang bentuk fasade dengan memperhatikan dan memanfaatkan arah orientasi matahari dan arah angin , sehingga bentuk bangunan dapat beradaptasi dengan iklim sekitar. Kata kunci : Recreational Waterfront mix-use , Arsitektur Bioklimatik , ruang publik , Pantai Purus Padang .
PURUS RECREATIONAL WATERFRONT DEVELOPMENT Handhika Pratama , Sudirman Is , Ika Mutia Prodi Arsitektur , Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan , Universitas Bung Hatta Jln. Sumatra, Ulak Karang, Padang 25133, Indonesia E-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstract Purus recreation waterfront planned to make Pantai Purus Area as a new landmark of Padang City by re arrange this area. Purus Recreational Waterfront also planned to create social interaction media in an open space, pedestrian area, and also as one of evacuation shelter when catastrophe happens. Purus Recreational Waterfront is expected to increase economical income and create communal spaces as facilities for urban people. Research with descriptive method used to get data and analysis to create the final conclusion. The first step is site visit. And continue with collecting data and literature studies. Street Market is using for accessibility concept that applied into culinary area such a LPC area and Seafood Restaurant with pedestrian path design. Purus Recreational Waterfront planned with Bioclimatic Architecture. The meaning of Bioclimatic Architecture is an architecture that use environmental and climate as the priorities and saving energy. Sun path and wind direction used to façade design concept so create a building concept adapted with the climate around. Keywords : Recreational Waterfront Mix Use, Bioclimatic Architecture, Public Space, Purus Beach.
PENDAHULUAN Dewasa ini, Kota Padang punya visi pembangunan pesisir, antara lain reklamasi pantai dengan Padang Bay City (PBC). Colombijn Freek (1994) di dalam disertasinya, Paco-Paco (Kota) Padang menjelaskan hasil penelaahannya tentang pertumbuhan dan perkembangan kota Padang dari tinjauan sejarah politik dan ekonomi sejak awal abad ke 17 hingga tahun 1906. Diskripsi tersebut mengutarakan bahwa kota Padang tumbuh dan berkembang dari permukiman komunitas nelayan dan pedagang hasil Bumi dan hasil tambang (emas). Pada bagian lain dijelaskan juga hal yang berkaitan dengan perencanaan kota dan pembangunan infrastruktur. Perkembangan jumlah dan sebaran penduduk yang berlangsung setelah masa kemerdekaan membawa implikasi terhadap perkembangan fisik kota, terutama ke arah utara dan timur. Sedangkan di bagian selatan dan barat terbentang Gunung Padang dan perairan laut yang merupakan kendala fisik bagi pengembangan kota. Pemerintah dan masyarakat menghadapi beberapa masalah di dalam penerapan rencana pembangunan kota sehingga masih relatif banyak bagian-bagian kota yang terbangun belum sesuai dengan peruntukan tanah yang ditetapkan di dalam rencana kota. Pengembangan ruang kota berdasarkan fungsi masing-masing kawasan pengembangan terus diupayakan oleh pemerintah, diantaranya pengembangan kawasan Pantai Padang. Baik di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) telah dinyatakan bahwa kawasan Pantai Padang akan dikembangkan sebagai kawasan wisata terpadu. Agar tidak membebani anggaran belanja pembangunan daerah (APBD) maka pengembangan kawasan ini akan dilaksanakan melalui pendekatan Public Participation Partnership (PPP).(Sumber : Pembangunan Padang By City). Untuk membantu program pemerintah dalam pengembangan kawasan tepi pantai yang akan direncanakan pemerintah Kota Padang direncanakan suatu fungsi yang dapat menyelesaikan permasalahan Arsitektural dan permasalahan Non Arsitektural , yaitu pengembangan Kawasan Tepi Pantai Purus Dengan Konsep Recreational Waterfront dengan Fungsi Mix-Use yang Menyediakan
sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi seperti taman, arena bermain anak, tempat pemancingan, dan Seafood Resto Area sebagai tempat relokasi rumah makan seafood yang sebelumnya telah dibongkar. Direncanakan agar dapat menjawab semua permasalahan dan mengembangkan potensi yang ada. Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Dan Rekreasi Tepi Air , Purus dengan perencanaan Purus Recreational Waterfront ini dapat mewujudka tercapainya tujuan pemberdayaan ekonomi dan Pemerintah Kota Padang dalam Pembangunan Padang By City . Rencana ini juga dapat mengurangi masalah sosial seperti kemiskinan, kriminal , dan konflik vertikal antara pedagang kaki lima dan pemerintah kota menyangkut masalah kebijaksanaan pemerintah kota untuk melakukan penertiban. Rumusan Masalah Penataan Kawasan Pantai Purus ini dibuat untuk menjawab pertanyaan mengenai permasalahan sebagai berikut : a) Non Arsitektural 1. Bagaimana solusi untuk merelokasikan Restoran Seafood yang sebelumnya telah dibongkar , yang ada disepanjang Tepi Pantai Purus ? 2. Bagaimana menciptakan Kawasan Pantai Purus Padang yang nyaman bagi pengunjung ? 3. Bagaimana menciptakan bangunan yang memberikan fasilitas lengkap tidak hanya masyarakat menengah keatas tetapi dari seluruh kalangan? 4. Bagaimana menciptakan ruang publik bagi masyarakat untuk dapat saling berinteraksi dan bersosialisasi? 5. Bagaimana mencipakan aksebilitas pejalan kaki dan pesepeda yang nyaman di Kawasan Pantai Purus ? b) Arsitektural 1. Bagaimana mengembangkaan Kawasan Pantai Purus dengan menggunakan konsep Rekreasi Kawasan Tepi Air (Recreational waterfront) yang dapat menjawab semua permasalahan di Pantai Purus dan mengembangkan potensi yang ada ? 2. Bagaimana desain dan konsep bangunan yang dapat memanfaatkan energi alam dan mendaur ulang hasil limbah buangan yang dapat digunakan
2
kembali melalui pendekatan Konsep Bioclimatic Architecture ? 3. Bagaimana menciptakan bukaan pada bangunan yang berada di Kawasan Pantai Purus yang memiliki potensi angin laut yang cukup tinggi ? 4. Bagaimana merancang jalur sirkulasi dan aksebilitas yang baik dan nyaman bagi manusia didalam maupun diluar bangunan? 5. Bagaimana mengorientasikan bangunan untuk memanfaatkan dan menciptakan view yang baik? METODE PENELITIAN Metode penelitian dilakukan dengan metode deskriptif , Yaitu dengan menguraikan dan menjelaskan data kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan. a) Pengumpulan Data 1) Survey Site Melakukan survey terhadap site yang dipilih, baik secara fisik maupun nonfisik. Survey dilakukan terhadap kondisi yang ada sekarang dan pengembangannya. 2) Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara langsung dengan pelaku aktifitas. Selain itu juga dilakukan observasi lapangan dengan mengadakan pengamatan dan pendataan langsung di lokasi. 3) Studi literatur Melakukan studi literatur dan studi pustaka melalui media cetak seperti buku, majalah, dan koran maupun media elektronik dari internet mengenai penataan kawasan dengan Konsep Recreational Waterfront serta pendekatan Arsitektural yang dipakai. 4) Studi banding Melakukan studi tentang kawasan dengan fungsi dan tema yang sama yang sudah ada sebelumnya diluar Kota Padang. HASIL DAN PEMBAHASAN Site berlokasi di Jln. Samudera , Purus yang merupakan salah satu jalan utama yang menghubungkan pusat kota , letak Jln. Samudera berada di tepian Pantai Padang dengan tipe jalan Jalan Kolektor Sekunder yang berfungsi menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Di dalam rencana struktur ruang Kota Padang,
Gambar 1. Orientasi Kawasan Pantai Purus , Jln. Samudera Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Batasan kawasan : Utara :RTH Muaro Lasak , pemukiman penduduk / nelayan. Selatan :Jln. Purus 3 Barat :Samudera Hindia Timur :Perum. Penduduk , Jln.Purus 4
Gambar 2. Ukuran dan tata wilayah Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Ukuran / luasan kawasan : a) Zona ruang public dan pusat rekreasi : 65014.8485 m² b) Zona bangunan : 35414.75 m² c) danau chimpago : 25795.68 m² d) Jln.samudera : 680.14m e) Luas total : 136131.98 m² f) Klas jalan : kolektor primer
3
U
B
T
Gambar 3. Tautan Lingkungan Sumber : analisis penulis, thn. 2016
S
Gambar 4. Foto Tautan Lingkungan Sumber : analisis penulis, thn. 2016
4
Potensi site : a) Merupakan salah satu tempat wisata pantai yang digemari dan ramai dikunjungi. b) Dekat dengan pusat keramaian lainya , seperti pasar raya , pusat perbelanjaan , museum adityawarman dan kota tua pondok. c) View yang dihasilkan site sangat bagus. d) Terdapat danau buatan yaitu danau chimpago. e) Akses menuju kawasan sangat mudah. .
c) Tingginya itensitas angin dari laut, memberikan efek pada perancangan bangunan, atau dalam hal maintenance bangunan seperti korosi bangunan dan lainnya. d) Tingkat kebisingan yang cukup tinggi. e) Kawasan berada pada posisi zona merah. Untuk menekan tingkat kepadatan pada jln.Samudera yang disebabkan oleh aktifitas manusia pada area LPC, maka 1 jalur kendaraan pada Jln. Samudera , yang awalnya merupakan 2 jalur, maka 1 jalur dialihkan menjadi jalur khusus pejalan kaki dengan menerapkan konsep street market untuk area LPC. Dan penambahan etalase jalan kearah bibir pantai untuk jalur kendaraan baru.
Gambar 7. Konsep Aksebilitas kendaraan dan manusia pada zona ruang publik Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Gambar 5. Akses menuju kawasan Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Permasalahan Kawasan a) Site berada pada tingkat lalu lintas yang padat pada waktu tertentu , terutama pada akhir pecan , dan sering terjadi kemacetan karena lokasi berada di kawasan wisata pantai.
Pada zona ruang public dan pusat rekreasi didesain ruang publik , aksebilitas pejalan kaki , area drop off , dan area trek sepeda. Bangunan yang direncanakan adalah Area Restoran Seafood. Pada area tersebut , sirkulasi kendaraan dikhususkan disisi timur site yang berbatasan dengan sungai sekaligus merupakan batasan dari site. Sedangkan jalur pejalan kaki dikhususkan disisi Danau Cimpago . Sehingga tidak terjadi persilangan sirkulasi antara sirkulasi manusia dan sirkulasi kendaraan pada Seafood Resto Area tersebut.
Gambar 6. Aktifitas Manusia Dan Kendaraan Yang Padat Sumber : data survey, thn. 2016
b) Dimensi jalan yang cukup minim di berapa titik karena terjadi penyempitan jalan oleh tingkat keramaian pada LPC, yang juga memicu kemacetan.
5
Faktor penarik ini bisa berupa elemenelemen Arsitektur kota seperti relief bangunan, perkerasan, penataan lampu, pedestrian, penataan lampu, penataan tanaman, penataan tempat duduk dan sebagainya. Selain aspek fisik, aktivitas yang ada di sepanjang pedestrian juga mampu menjadi pendorong dan meningkatkan fungsi pedestrian. Untuk kenyamanan pejalan kaki titik – titik Anchor memiliki jarak tempuh maksimal 400m tanpa membawa barang bawaan , dan 300m dengan barang bawaan.
Gambar 8. Konsep Aksebilitas kendaraan dan manusia pada zona bangunan Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Sebagaimana sistem sirkulasi pada kawasan ,aktivitas pedestrian akan terjadi jika ada kegiatan yang dihubungkan oleh area tersebut. Kegiatan utama yang mendorong orang berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain sebagai pusat kegiatan biasa disebut dengan istilah magnet atau anchor. Magnet bisa berupa pusat perbelanjaan, perkantoran, pelayanan umum seperti perpustakaan, museum, gedung bioskop dan sebagainya.
Gambar 10. Anchor Yang Berada Dikawasan Purus Recreational Waterfront Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Gambar 9. Keberadaan Anchor mendorong orang untuk melakukan pergerakan pada area pedestrian dan meningkatkan fungsi dari pedestrian Sumber : analisis penulis, thn. 2016
6
Gambar 11. Blok Plan Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Gambar 12. Master Plan Sumber : analisis penulis, thn. 2016
7
Gambar 13.Tampak Seafood Resto Area Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Gambar 14. Tampak Masjid Sumber : analisis penulis, thn. 2016
8
Gambar 15. Potongan Kawasan Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Gambar 16. Perspektif Sumber : analisis penulis, thn. 2016
9
Gambar 17. Perspektif Kawasan Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Gambar 18. Konsep Matahari Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Gambar 19. Konsep Kebisingan Sumber : analisis penulis, thn. 2016
10
Gambar 20. Konsep Penghawaan Sumber : analisis penulis, thn. 2016
Gambar 21. Konsep View Sumber : analisis penulis, thn. 2016
11
Gambar 22. Detail Arsitektur Sumber : analisis penulis, thn. 2016
KESIMPULAN Setelah dilakukan evaluasi baik itu konsep maupun disain yang dikaitkan dengan skripsi dan gambar pra rencana, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut: a) Kawasan Wisata Pantai Padang banyak mengandung potensi alam yang dapat dikembangkan kembali dengan proses perancangan dengan menerapkan konsep Recreational Waterfront. b) Arsitektur Bioklimatik dapat menghemat pemakaian energy dengan memanfaatkan keadaan iklim sekitar.
c) Dengan menerapkan konsep Street Market pada kawasan dapat menekan jumlah kemacetan yang disebabkan oleh persilangan sirkulasi manusia dengan kendaraan. d) Anchor pada kawasan sangat penting , untuk mendorong orang berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain sebagai pusat kegiatan.
12
DAFTAR PUSTAKA id.wikipedia.org/wiki/Kota_Padang. Diakses 02 Maret 2016 Amelia Roza , 2010 . Perencanaan Waterfront dan rest area di Kawasan Siak ,Pekanbaru Surakarta :Universitas Sebelas Maret.hlm 2328 Nissachairun , 2007. Pengembangan Potensi Alam di Banjarmasin.Surakarta :Universitas Sebelas Maret.hlm 105 – 125 Pendit, Nyoman S.,2007. Pengertian Wisata Air Tepi Laut Ilmu Pariwisata. Jakarta :Bumi Aksara.hlm.1 – 25
Student Of Architecture , University Of Miami , 2012 . On The Waterfront Dikjen Cipta Karya Dan Permen RI No. 47 , 1997 BAPPEDA Kota Padang , 2014
T. White, Edward., 1994. Susunan ruang D.K. Ching, Francis, 1996. Architecture Form, Space, and Order. www.astudioarchitect.com. Portland Pedestrian Design Guide,1998.
Harsokryonotri , 2010 . Green Architecture. Jakarta :rajawali pers.hlm.140-149
European commission , guide to low enery building
http://1000warnaindonesia.blogspot.co.id Diakses 01 Maret 2016 http://www.greenbuillding.com.au/aboutnabers. Diakses 01 Maret 2016 http://bappeda.padang.go.id. Diakses 02 Maret 2016 http://isnglobal.blogspot.com. Diakses06 Mei 2016 http://ngasih.com. Diakses 08 Mei 2016 http://satujam.com. Diakses 08 Mei 2016 http://ilmupengetahuan.com. Diakses 08 Mei 2016 http://smartwoman.hotnews.com. Diakses 06 Mei 2016 http://lifestyle.liputan6.com. Diakses 06 Mei 2016 www.koranarsitektur.com. Diakses 15 Februari 2016 http://setiapermana.wordpress.com. .Diakses 22 Mei 2016 http://pinterest.com. Diakses 25 september 2016
13