TANGGAPAN ODHA, OHIDA KOTA PADANG DAN AKADEMISI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS TERHADAP NOVEL POSITIF KARYA MARIA SILVI (TINJAUAN RESEPSI SASTRA) Oleh : Yosefintia Sinta ABSTRAK Penelitian ini mengambil novel Positif karya Maria Silvi sebagai objeknya. Novel ini mengusung tema seputar HIV-AIDS, khususnya persoalan diskriminasi pihak medis terhadap ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap tanggapan pembaca, yang dalam penelitian ini terdiri atas tiga kelompok (kalangan) yakni ODHA,OHIDA dan akademisi (dosen) terhadap novel Positif. Peneliti menyimpulkan bahwa pembaca ODHA, OHIDA dan akademisi mempunyai sudut kritis yang berbeda. Pada kelompok ODHA dan OHIDA, muncul tanggapan-tanggapan yang mengarah pada persoalan isu (pesan) dan tidak terlalu banyak mengkritisi unsur pembangun karyanya. Sementara kelompok akademisi sangat mengkritisi unsur pembangun karya ini. Namun dari tanggapan ODHA, OHIDA dan akademisi, dari segi isi (pesan) dan keterwakilan isu penerimaan responden (pembaca) baik, muncul penerimaan yang positif, bahwa pada masanya (saat ini) novel Positif dianggap bernilai. Kata kunci : ODHA, OHIDA, Akademisi, Tanggapan dan Penerimaan 1.PENDAHULUAN Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan untuk menyelesaikan persoalan yang ada di tengah masyarakat, jika karya sastra dapat dimaknai secara dalam oleh pembacanya. Seperti halnya novel Positif karya Maria Silvi. Novel yang mengusung tema HIV-AIDS, tema ini mewakili salah satu persoalan medis (kedokteran) sekaligus sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia. HIV adalah singkatan dari Human Immonodeficiency Virus, sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrom. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih berat daripada biasanya (Murni, dkk 2009:7). Permasalahan HIV-AIDS tidak berhenti pada persoalan kesehatan, ia merembes pada ranah sosial. Muncul penolakan dari masyarakat terhadap mereka yang positif terinfeksi HIV karena melihat media penularan dan cara penularan HIV-AIDS. Mereka yang sudah terinfeksi HIV-AIDS dikenal dengan sebutan ODHA yakni singkatan dari Orang Dengan HIV-AIDS. Dikenal juga OHIDA yang merupakan singkatan dari Orang Hidup Dengan HIVAIDS. OHIDA adalah sebutan untuk orang-orang yang kesehariannya hidup bersama mereka yang positif (ODHA), seperti orangtua, saudara, pacar, dan teman atau sahabat dekat. Novel Positif ditulis oleh dr. Maria Silvia Merry dan diterbitkan tahun 2010. Ia merupakan dokter umum alumni Universitas Gajah Mada (UGM), yang memang fokus pada persoalan HIV-AIDS. Maria Silvia Merry yang lebih dikenal dengan nama Maria Silvi merupakan staff monitoring kesehatan Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM) Emergency Unit dengan peminatan utama program HIV-AIDS dan anggota
i
Yayasan AIDS Yogyakarta. Latar pengarang menguatkan fakta dengan bubuhan imajinasi yang disodorkan oleh pengarang dalam karyanya. Novel ini berceritakan tentang HIV-AIDS dan ODHA, memaparkan banyak informasi tentang HIV-AIDS; perilaku yang dapat menularkan, media penularan dan pengobatannya. Tokoh imajiner utama yang diceritakan pengarang dalam karyanya, bernama Glad. Seorang dokter yang awalnya bersikap diskriminasi terhadap ODHA, namun akhirnya pandangannya berubah dan ia menikah dengan seorang ODHA. Novel ini mewakili persoalan HIV-AIDS yang ada di Indonesia, bahkan dunia, dan penelitian ini diarahkan untuk melihat tangggapan pembaca terhadap novel ini. Digunakan pendekatan (tinjauan) resepsi sastra, yang menekankan objek kajiannya kepada pembaca. Pembaca yang dituju adalah pembaca yang dekat, paham dan punya tangggung jawab atas isu HIV-AIDS, yang diharapkan mampu memberikan tanggapan yang nantinya relevan dengan tekstual karya yang dibangun pengarang. 2.TEORI RESEPSI SASTRA Resepsi sastra adalah sebuah pendekatan yang dititik beratkan pada peranan pembaca yang memperlihatkan karya sastra sebagai sebuah nilai yang selalu berubah. Selain itu resepsi sastra dimaksudkan bagaimana pembaca memberi makna terhadap karya sastra yang dibacanya, sehingga dapat memberikan reaksi pada tanggapan terhadap karya itu. Menurut Junus (1985:33) Hans Robert Jauss dan Wolfgang Iser dianggap memberikan dasar teoritis dan metodologi untuk resepsi sastra. Hans Rober Jauss lebih menumpukan perhatiannya kepada bagaimana suatu karya dapat diterima pada masa tertentu, berdasarkan pada horizon penerimaan tertentu. Menurut Jauss dalam Atmazaki (1990:71) interpretasi seorang pembaca terhadap sebuah teks sastra ditentukan oleh horizon penerimaan, yang akan mempengaruhi dan mengarahkan kesan pembaca serta tanggapan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra. Setiap pembaca akan mempunyai horizon penerimaan yang mungkin berbeda dan mungkin pula sama. Horizon penerimaan disebut juga horizon harapan. Diterangkan dalam Atmazaki (1990:71) horison penerimaan yang kadang-kadang disebut horizon harapan pembaca, terbagi kepada dua: yang bersifat estetik atau yang ada di dalam teks sastra dan yang tidak bersifat estetik atau yang tidak dalam teks sastra tetapi sesuatu yang melekat pada pembaca. Horizon penerimaan yang bersifat estetik adalah segala sesuatu yang membangun sebuah teks sastra; alur, penokohan, perwatakan, waktu, tempat, teknik penceritaan, gaya bahasa, dialog dalam drama, bunyi, pola-pola sajak, dan lainnya yang merupakan unsur pembangun karya sastra. Sedangkan horizon penerimaan yang melekat pada pembaca, diterangkan Junus (1985: 57−58) : 1. Hakikat yang ada di sekitar diri pembaca yang berhubungan dengan seks, pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal, dan agama. 2. Sikap dan nilai yang ada pada pembaca. 3. Kompetensi atau kesanggupan bahasa dan sastra pembaca. 4. Pengalaman analisanya yang memungkinkan mempertanyakan teks. 5. Situasi penerimaan seorang pembaca. 3.TANGGAPAN TERHADAP NOVEL POSITIF Pembaca dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelompok yang berbeda, yakni ODHA, OHIDA dan Akademisi. Dari segi usia responden sangat beragam, begitupun dengan pekerjaan. Rata-rata responden ODHA memiki latar pendidikan tamatan SMA, responden OHIDA banyak diantaranya mahasiswa yang sedang menjalani studi S1, sementara pembaca ii
akademisi merupakan tenaga pendidik dengan latar pendidikan tamatan S1 dan S2. Hal ini secara sederhana, memperlihatkan keberagaman responden atau pembaca yang memberi tanggapan dalam penelitian ini. Latar sosial lainnyapun juga beragam. 3.1 Tanggapan Responden Terhadap Unsur Instrinsik Karya Untuk melihat tangggapan pembaca terhadap unsur instrinsik novel Positif dimunculkan pertanyaan yang menuntut jawaban responden tentang kejelasan unsur-unsur instrinsik karya yang dibangun pengarang. Muncul pertanyaan seperti kejelasan isi novel yang merujuk pada tema dan bahasa yang disajikan oleh pengarang, kejelasan latar waktu dan tempat, kejelasan alur, dan juga beberapa pertanyaan lainnya. Tanggapan kritis responden terhadap unsur instrinsik novel Positif lebih banyak muncul dari kelompok akademisi, jika dibandingkan dengan pembaca ODHA dan OHIDA. Secara keseluruhan, tanggapan yang muncul tentang tema, watak, alur, bahasa,dan pesan tidak jauh berbeda, hampir keseluruhan responden dari tiga kelompok pembaca ini menyatakan unsur ini tersampaikan dengan jelas atau baik. Salah satu unsur yang dikritisi oleh tiga kelompok pembaca adalah tentang latar dan waktu yang tidak jelas, muncul di setiap kelompok responden, baik ODHA, OHIDA dan juga akademisi. Latar waktu novel ini memang tidak terlalu kuat, tidak terlalu banyak teks yang menerangkan latar waktu dari peristiwa-peristiwa imajiner yang terjadi dalam novel Positif, latar waktu diungkapkan secara implisit oleh pengarang, namun tidak latar tempat. Banyak teks yang menerangkan latar tempat dari peristiwa imajiner secara eksplisit atau jelas. Selain persoalan latar, yang cukup menjadi perhatian pembaca adalah alur novel Positif, banyak tanggapan muncul bahwa alur dari novel ini menjadikan Positif menjadi karya yang gampang ditebak. Namun, penjelasan kritis tersebut, banyak muncul di responden akademisi, muncul beberapa tanggapan, salah satunya seperti : Cerita mudah ditebak (dari segi cerita tidak menarik). Slogan dan propoganda (dari segi misi mungkin cukup berhasil) (Anonim, kuesioner, 17 Mei 2012). Tanggapan kontras yang muncul dari kelompok akademisi adalah persoalan menarik atau tidak menariknya novel ini, kelompok akademisi memunculkan dua tanggapan berbeda tentang novel ini sebelum mereka membaca (melihat judul dan sampul novel), ada lima (5) responden akademisi menyatakan novel ini tidak menarik sebelum mereka membaca Hal ini memang berbeda jauh dengan tanggapan ODHA dan OHIDA. Hampir keseluruhan responden ODHA dan OHIDA menyatakan novel ini menarik dan sangat menarik. Pembaca ODHA dan OHIDA memang agaknya sudah bisa menangkap dari awal maksud novel ini melalui lambang pita peduli yang sudah mereka ketahui maknanya. Sementara pembaca akademisi tidak menangkap penuh makna dari lambang pita berwarna merah yang diletakkan sebagai lambang utama dan satu-satunya pada sampul novel ini. Pada sampul depan novel Positif pita peduli mendominasi, hampir setengah sampul depan novel Positif dipenuhi lambang pita peduli. Lambang itu diterima dengan baik oleh responden ODHA dan OHIDA. Di awal mereka sudah diarahkan pada isi novel ini. Selain pita peduli, judul novel juga mempengaruhi ketertarikan responden ODHA dan OHIDA terhadap novel Positif, kata ‘positif’ sudah merujuk pada kondisi ODHA. Salah satu unsur instrinsik yang banyak dikritisi baik oleh pembaca akademisi, yang tidak banyak dikritisi oleh pembaca ODHA dan OHIDA adalah bahasa. Muncul banyak tanggapan tentang bahasa oleh pembaca akademisi, diantaranya : Bahasa yang digunakan jelas. Ceritanya mudah dipahami (Anonim, 25 April 2012). iii
Novel ini menyenangkan dan mudah dimengerti, bahasanya sederhana (Anonim, 5 Mei 2012). Meskipun bercerita tentang kesehatan, tetapi pembaca mudah memahami yang dimaksud penulis novel tersebut, karena kalimatnya sangat bagus dan alur penceritaannya sangat logis (Anonim,14 Mei 2012). Atau tanggapan yang juga menyangkut beberapa unsur yang dikritis di atas, seperti : Bahasanya biasa, ceritanya kurang memancing emosi pembaca sehingga saya tidak bisa masuk dalam situasi yang diberikan novel. Harapan saya pada novel ini, adanya shock ending, tetapi isi novel mudah ditebak. Tetapi hal positif yang ditemukan dalam bacaan ini yaitu menambah wawasan pembaca yang awam terhadap HIV dan tentang bahasa-bahasa medis (Anonim, kuesioner, 14 April 2012). Persoalan isu atau pesan dari novel ini, tanggapan yang muncul pada tiga kelompok ini hampir sama, banyak responden yang menyatakan bahwa novel ini sangat mengedukasi dan baik secara isi atau pesan dan informasinya. Berikut beberapa tanggapan yang muncul dari kelompok ODHA : Buku yang kaya informasi tentang HIV-AIDS. Jadi orang awam yang membaca bisa meningkatkan pengetahuan mereka tentang HIV-AIDS (Anonim, 13 April 2012). Novel sederhana yang memberikan informasi tentang HIV-AIDS dan dikemas dengan cerita romansa antara dokter dengan ODHA dan hal ini memunculkan bahwa sebenarnya orang dengan HIV bisa menikah dengan siapa saja (Anonim, 4 Mei 2012). Tanggapan yang muncul dapat mengindikasikan bahwa novel ini layak ditawarkan pada pembaca, melihat keterwakilan dan kesegaran pandangan (penulis) terhadap isu HIV-AIDS. Hal ini diperkuat dengan tanggapan responden akademisi di bawah ini : Positif juga merupakan novel edukasi terhadap masyarakat. Edukasi mengenai kesehatan dan juga mengenai moral (Anonim, 14 Mei 2012). ...Bagus untuk sosialisasi persoalan HIV-AIDS, wawasan terbuka (Anonim, 12 April 2012). Mengenai informasi yang diberikan cukup informastif, sebagai media yang memberikan informasi tentang HIV-AIDS dan cara penularannya (Anonim, 25 April 2012). Sebagai kampanye penting pengetahuan sekaligus menghilangkan bias HIV-AIDS novel ini sangat bagus, karena kenyataan di lapangan masih banyak deskriminasi (Anonim, 23 Mei 2012). 3.3 Tanggapan yang Menggambarkan Sikap Pembaca Pada penelitian ini juga dirancang pertanyaan yang mengungkap tanggapan/kesan/pendapat/reaksi pembaca terhadap tindakan tokoh dan bagian cerita yang diarahkan untuk melihat sikap pembaca. Jawaban yang merupakan tanggapan responden akan mencermikan pendirian dan keyakinan yang ada pada masing-masing responden. Pada penelitian ini juga dirancang pertanyaan yang mengungkap tanggapan/kesan/pendapat/reaksi pembaca terhadap tindakan tokoh dan bagian cerita yang
iv
diarahkan untuk melihat sikap pembaca. Jawaban yang merupakan tanggapan responden akan mencermikan pendirian dan keyakinan yang ada pada masing-masing responden. Pada pertanyaan apakah menurut pembaca sikap diskriminasi Glad (tokoh utama/dokter) wajar dan dapat diterima (benci kepada ODHA dan menolak menangani pasien yang positif HIV) muncul jawaban dominan, banyak responden OHDA dan OHIDA yang menanggapi ini dengan pilihan jawaban tidak wajar. Tentunya bagi mereka yang kerap menerima sikap diskriminasi di lapangan, akan memandang bahwa diskriminasi tidak wajar. Mereka membawa nilai individu (subjektif) untuk memandang sikap diskriminasi, khususnya diskriminasi dari pihak medis. Begitupun dengan responden OHIDA dalam penelitian ini adalah mereka yang melakukan pergerakan untuk isi HIV-AIDS. Sehingga tangggapantangggapan yang sekaligus mewakili harapan mereka tidak jauh berbeda dengan tanggapan ODHA. Sementara pada kelompok pembaca akademisi, lebih banyak pembaca yang menyataan sikap diskriminasi Glad wajar Sebagai seorang akademisi yang kerap menawarkan nilai-nilai kebaikan kepada didikannya tentunya, akan sangat banyak nilai yang kemudian mengikatnya ketika memandang sesuatu, berbeda tentunya dengan ODHA dan OHIDA yang menyatakan tidak wajar atau sangat tidak wajar, hal ini tentunya sudah dipengaruhi oleh hal pribadi (subjektif) yang ada dalam dirinya. Untuk hal lainnya tanggapan dari tiga kelompok pembaca ini tidak terlalu berlawanan, hampir semua tanggapan sesuai dengan citraan atau hal yang ingin disampaikan pengarang dalam karyanya.
4.KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis tanggapan-tanggapan terhadap novel Positif karya Maria Silvi disimpulkan bahwa penerimaan terhadap novel ini baik pada tiga kelompok responden dalam penelitian ini, yakni ODHA, OHIDA dan akademisi, meski masing-masingnya mempunyai sudut kritis yang berbeda. Pada kelompok ODHA dan OHIDA, muncul tanggapan-tanggapan yang mengarah pada persoalan isu (pesan) dan tidak terlalu banyak mengkritisi unsur pembangun karyanya. Sementara kelompok akademisi mengkritisi unsur pembangun karya ini. Dapat dilihat bagaimana resepsi sastra bekerja pada sebuah teks sastra. Siapa pembaca berpengaruh pada tanggapan dan penerimaan mereka terhadap sebuah teks. Horison penerimaan yang bersifat estetik dan horison penerimaan yang melekat pada pembaca memunculkan tanggapan yang berbeda, meski pada satu teks yang sama. Namun dari tanggapan ODHA, OHIDA dan akademisi, dari segi isi (pesan) dan keterwakilan isu penerimaan responden (pembaca) baik, muncul penerimaan yang positif, bahwa pada masanya (saat ini) novel Positif dianggap bernilai. DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki. 1990. Ilmu Sastra : Teori dan Terapan. Padang : Angkasa Raya Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang : Yayasan Citra Budaya Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta : MedPress Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
v
Murni, Suzana, dkk.2009.Hidup dengan HIV/AIDS. Jakarta : Yayasan Spititia Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka Salden, Raman.1989. Panduan Pembaca; Teori Kesusastraan Sezaman. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka. Semi, Atar, 1989. Kritik Sastra.Bandung: Angkasa Bandung Semi, Atar, 1993. Metode Penelitian Sastra. Jakarta : Gramedia Silvi, Maria.2010.Positif. Yogyakarta : Jogya Bangkit Publisher Staf Pengajar UGM, dkk. 1994. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta : Masyarakat Poetika Indonesia
Teeuw. A.1984.Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta : Gramedia
vi