PENCEGAHAN KEJAHATAN SECARA SITUASIONAL UNTUK MENCEGAH PENCURIAN DI RUMAH KOS DI KELURAHAN KUKUSAN KECAMATAN BEJI KOTA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN 3 TEKNIK DALAM INCREASING PERCEIVED EFFORT. Arifana
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini memfokuskan perhatian pada pencegahan kejahatan yang dilakukan oleh pemilik atau pengelola kos-kosan di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji, Kota Depok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pencegahan kejahatan dirumah kos-kosan dalam upaya untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya tindak kejahatan di wilayah tersebut secara akurat dan analisis ilmiah mengenai strategi pencegahan kejahatan secara situasional didaerah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Data diperoleh dengan wawancara mendalam terhadap informan sebagai korban dan terhadap pelaku kejahatan yang pernah melakukan kejahatan dirumah koskosan. Wawancara tersebut dimaksudkan guna mendapatkan informasi bagaimana pencegahan kejahatan yang telah dilakukan oleh pengelola dan penghuni kos-kosan, serta teknik yang dilakukan pelaku dalam menjalankan aksi kejahatannya. Pembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan 3 (tiga) teknik dari 16 teknik pengurangan kesempatan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ronald V. Clarke (1997) mengenai pencegahan kejahatan situasional yaitu target hardening, access control, dan deflecting offender. Rekomendasi dari penelitian ini adalah sebagai bahan kajian bagi pihak penegak hukum dalam hal ini kepolisian untuk menanggulangi tindak kejahatan yang terjadi diwilayah mayoritas terdapat banyak rumah koskosan. Kata Kunci : Kos-kosan, Kejahatan, Pencegahan Kejahatan, Situational Crime Prevention ABSTRACT This research tried to focus on crime prevention that have been done by the owner or manager of Boarding House located in Kukusan–Beji, Depok. The purposes of this research are to give an overview of Boarding House’s crime prevention in case to prevent or minimize the occurrence of crime and to analyze the situational crime prevention strategy in that area. This research was using a descriptive-qualitative method. The information and data are obtained from in-depth interviews with two informants, the victim and the criminal which already committed crimes in Boarding House. The main purposes of the in-depth interview are to analyze how the owner or the manager of Boarding House do the crime prevention, and to find out how the criminals committed their crime. The discussion in this research was using the sixteen technique of reducing crime opportunities theory from Ronald V. Clarke (1997) on situational crime prevention, but in this research, the researchers only focus on the first main part of the theory, Increasing Perceived Effort, which contain three technique; target hardening, access control, and deflecting offender. This research was recommended as a reference for the law enforcement in
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
Kukusan-Beji, Depok, especially the police, to overcome every crime that happens in the Boarding House area. Key Words : Boarding house, Crime, Crime Prevention, Situational Crime Prevention Usaha rumah kos, kontrakan, dan rumah petak di Kota Depok hampir ada di semua wilayah. Hal ini memungkinkan karena lokasi Kota Depok yang dekat dengan Jakarta. Usaha rumah kos bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Ini dikarenakan semakin majunya Kota Depok dan masyarakat yang ingin mengalihkan kesemrawutan dan kebisingan Ibukota serta ditambah dengan banyaknya kampus-kampus yang berdiri di Kota Depok. Ini terbukti di Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok. Gambaran paling jelas terlihat di Jalan H. Amat, Jalan Rawa Pule, dan Jalan Palakali. Di kawasan ini, bisnis rumah kosan semakin kreatif, mulai dari konsep rumah kosan sederhana sampai yang menyediakan fasilitas mirip hotel. Saat ini para pelaku usaha rumah kos memanfaatkan lokasi yang ada di sekitar kampus Universitas Indonesia (UI) di Kota Depok. Selain fasilitas, usaha ini juga dipengaruhi oleh lokasi. Semakin dekat dengan kawasan kampus, tarif kamar kos semakin tinggi. Pertumbuhan bisnis rumah kos di kawasan Beji membawa dampak melambungnya harga tanah. Era 1980-an, harga tanah di kawasan ini hanya Rp 100.000 per meter persegi. Namun, saat ini harga tanah mencapai Rp 4 juta per meter persegi. Menurut Kepala Bidang Pendapatan, Dinas Pengolahan Pendapatan Keuangan dan Aset Kota Depok, Ahmad Helmi mengatakan, usaha rumah kos di Depok terus tumbuh. Sampai Oktober 2011, pendapatan sektor rumah kos mencapai Rp 600 juta. Nilai pajak ini berasal dari pungutan rumah kos yang memiliki sepuluh kamar lebih. Helmi mengaku yakin, nilai pendapatan itu jauh lebih kecil daripada potensi yang sebenarnya ada, ujarnya. Dikarenakan besarnya potensi bisnis kos dan sejenisnya, Pemerintah Kota Depok berupaya menjaring pendapatan dari sektor ini dengan menerapkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. Perda ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Kini, dari semua wilayah yang ada, pertumbuhan usaha rumah kos paling tinggi ada di Kecamatan Beji. Kenyataan ini dikarenakan Beji berbatasan langsung dengan wilayah Jakarta Selatan. Wilayah ini juga berdekatan dengan stasiun kereta api, Jalan Margonda (jalan utama di Depok), Kampus Universitas Indonesia, BSI (Bina Sarana Informatika) dan Universitas Gunadarma.http://properti.kompas.com/read/2011/12/07/12330895/Melirik.Depok.Meraup.Untu ng.di.Rumah.Kos (diakses tanggal 25 Februari 2012 09.35 WIB) Dengan semakin berkembangnya rumah kosan, kontrakan, dan rumah petak di Kecamatan Beji terutama di sekitar lahan yang berdekatan dengan kampus dan Jalan utama Kota Depok ini, dibuktikan dari data tahun 2009 berjumlah 20 unit, semakin meningkat menjadi sebanyak 101 unit di tahun 2011 (berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Beji). Ini malah menjadi sasaran empuk para pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya. Tindakan kejahatan yang sering menimpa korban biasanya didorong oleh faktor kesempatan yang dimiliki oleh pelaku. Kesempatan ini dapat muncul kapan saja, terkait dengan waktu, tempat, serta situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk terjadinya kejahatan. Ini dikarenakan mayoritas penghuni kosan didominasi oleh para mahasiswa yang tentunya tidak terlepas dari barang-barang
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
berharga, misalnya laptop (notebook, dsb), handphone, kendaraan bermotor, dan sebagainya. Yang menarik perhatian bagi pelaku kejahatan juga tentunya didukung oleh ramainya situasi dan kondisi dilingkungan rumah kos. Akan tetapi pada hakekatnya masih banyak dilingkungan rumah kos yang kurang kesadarannya untuk memahami keadaan lingkungannya dan kurangnya pengendalian terhadap tindakan kejahatan yang akan terjadi dilingkungan dimana mereka tinggal. Berikut data korban kejahatan dilingkungan kost/kontrakan wilayah Kepolisian Sektor Beji Kota Depok dari bulan februari tahun 2011 sampai dengan bulan maret tahun 2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel data dibawah ini: DATA KORBAN KEJAHATAN DI LINGKUNGAN KOST/KONTRAKAN WILAYAH HUKUM POLSEK BEJI DARI BULAN FEBRUARI TAHUN 2011 S/D BULAN MARET TAHUN 2012
KELURAHAN BEJI NO 1.
NAMA Ayu Sulistiyawati
TKP
BARANG YANG DIAMBIL "Kost Putri” Jl. Boni.18 Rt.04/04 Kel. HP dan uang korban Beji, Kec. Beji, Kota Depok.
KELURAHAN BEJI TIMUR NO
NAMA
TKP
BARANG YANG DIAMBIL “Kost Wisma Indra” Jl. Ridwan Rais No. 1 unit Kendaraan 81 Kel. Beji Timur, Kec. Beji, Kota Bermotor Roda 2 (dua) Depok.
1.
Ronald Marth
2.
Reza Yuliana Putri
“Kost House of Nabila” Rt. 01/03 Kel. 1 unit Kendaraan Beji Timur, Kec. Beji, Kota Depok. Bermotor Roda 2 (dua)
3.
Nesa Gusfin
“Kost Pondok Assalam” Jl. Ridwan Rais 1 unit Kendaraan No. 112 Rt. 01/04 Kel. Beji Timur Kec. Bermotor Roda 2 (dua) Beji, Kota Depok.
4.
Dhirman Sarif
“Wisma Indra” Rt. 01/04 Kel. Beji Timur, 1 unit Kendaraan Kec. Beji, Kota Depok. Bermotor Roda 2 (dua)
5.
Deden Kurniawan
“Kost Ladifa” Jl. Bambon Raya No. 36 1 unit Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) Kel. Beji Timur, Kec. Beji, Kota Depok.
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
KELURAHAN PONDOK CINA NO
NAMA
1.
P. Connie Siahaan
2.
Faisal Rahman
3.
Ivan Razon
4.
TKP I. “Kost RM” Gg. Mangga Rt. 01/05 Kel. Pondok Cina, Kec. Beji, Kota Depok. “Kost” Jl. Mahali Rt. 01/04 Kel. Pondok Cina, Kec. Beji, Kota Depok.
“Kost Pondok Harahap” Jl. Margonda Raya Gg. Kober Rt. 05/03 Kel. Pondok Cina, Kec. Beji, kota Depok. Antonio Tumbur “Wisma Palem” Jl. Margonda raya Gg. Parulin Hutapea Bungur II No. 37 Rt. 01/02 Kel. Pondok Cina, Kec. Beji, Kota Depok.
BARANG YANG DIAMBIL 1 unit Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) Pelaku mengambil laptop tetapi diketahui oleh korban 1 unit Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) Laptop dan dompet berisi uang korban
5.
Ignatia Oktavia “Kost Wisma gardenis” Gg. Cengkeh No. 05 Pelaku mengambil Simorangkir Rt. 04/07 Kel. Pondok Cina, Kec. Beji, Kota laptop tetapi diketahui Depok. oleh korban
6.
Achmad Fauzi
“Kost Finsen” Jl. Kapuk Rt. 02/01 Kel. 1 unit Kendaraan Pondok Cina, Kec. Beji, Kota Depok. Bermotor Roda 2 (dua
7.
Muslihin
8.
Septian
“Kost Pondok Sentosa” Jl. M. Tohir Rt. 1 unit Kendaraan 01/02Kel. Pondok Cina, Kec. Beji, Depok Bermotor Roda 2 (dua) “Kost Pejantan” Jl. Yahya Nuih no. 24 Rt. 1 unit Kendaraan 01/01 Kel. Pondok Cina, Kec. Beji, Kota Bermotor Roda 2 Depok. (dua)
9.
R. Ahmad Ariadi “Griya Nafans Kedoya” Gg. Kapuk No.77 1 unit Kendaraan U Rt. 01/03 Kel. Pondok Cina Kec. Beji, Kota Bermotor Roda 2 Depok. (dua)
10.
Dadan Permadi
“Kost Gg. Madrasah” Rt. 04/03 Kel. Pondok 1 unit Kendaraan Cina, Kec. Beji, Kota Depok. Bermotor Roda 2 (dua)
KELURAHAN KEMIRI MUKA NO
NAMA
1.
Yuli Wulandari
2.
Nurina Listayani
TKP
BARANG YANG DIAMBIL “Kontrakan H. Hasan” Rt. 01/01 Kel. Notebook dan 3 HP Kemiri Muka, Kec. Beji, Kota Depok. “Kontrakan H. Hasan” Jl. Ciliwung Rt. 1
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
unit
Kendaraan
NO
NAMA
TKP 01/01 Kel. Kemiri Muka, Kec. Beji, Depok
BARANG YANG DIAMBIL Bermotor Roda 2 (dua)
KELURAHAN KUKUSAN NO 1. 2.
NAMA
BARANG YANG DIAMBIL Eko Hutajulu “Pondok Anes” Rt. 03/01 Kel. Kukusan, Pelaku mengambil Kec. Beji, Kota Depok laptop tetapi diketahui oleh korban Fransiscus Rosano Jl. Juragan Sinda No. 10 B Rt. 04/02 Kel. 1 unit Kendaraan A Kukusan, Kec. Beji, Kota Depok Bermotor Roda 2 (dua)
3.
Teguh Imam B
4.
Arief Irawan
5.
Rizki Pandu D
6.
Aries Wicaksono
7. 8.
TKP
“Kost Rumah” Jl. Masjid Al Faruq Rt. Pelaku mencoba masuk 01/10 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota kekamr korban dengan Depok. kunci palsu namun diketahui lalu ditangkap Jl. Baitusalam No.74 Rt. 08/04 Kel. 1 unit Kendaraan Kukusan, Kec. Beji, Kota Depok. Bermotor Roda 2 (dua) “Kost Pondok Kukusan” Jl. H. Ahmad Rt. 1 unit Kendaraan 01/03 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota Bermotor Roda 2 (dua) Depok.
“Kos Pondok Anai” Jl. KH. Ahmad II Rt. 03/03 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota Depok Andre Adi Noor “Kost Ubud” Jl. Masjid Al-Faruq Rt. Praditya 03/01 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota Depok. Hadi Muajdid “Kost Vina Busana” Jl. H. Boan Nisan Rt. Holidy 04/05 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota Depok.
1 unit Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) 1 unit Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) 1 unit Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua)
9.
Yushak Moningca
“Kost Bu Nadia” Jl. Transmisi Rt. 01/01 1 buah laptop no. 41 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota sejumlah uang Depok.
10.
Eko Tyas Elastrina
“Griya Kukusan” Jl. M. Alif Gg. Samun 1 buah laptop dan 2 HP Rt.05/05 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota merk samsung Depok.
11.
Raisa Satya
“Kost Vila Soraya” Jl. R. Sanim Rt. 04/03 1 unit Kendaraan Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota Depok Bermotor Roda 2 (dua)
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
dan
NO
NAMA
TKP
BARANG YANG DIAMBIL “Kost Pondok Mahatma Putra” Jl. H. HP Blackberry Ridwan no. 05 Rt. 04/05 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota Depok.
12.
Bimanata
13.
Moh. Fairdian
14.
Fadlan Arfa
15.
Adhanto Kurnia
16.
M. Kamalsyah
“Wisma Widya” Jl. Tegangan Tinggi Rt. 04/05 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota Depok “Kost Elka” Jl. H. Amat No. 01 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota Depok
1 unit Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) 1 buah laptop dan 1 buah HP
“Kontrakan Juragan Sinda” Jl. Juragan 1 unit Kendaraan Sinda II No. 15 Rt. 04/01 Kel. Kukusan, Bermotor Roda 2 (dua) Kec. Beji, Depok
Abid “Kost Madani” Rt. 05/03 Kel. Kukusan, 1 buah laptop Kec. Beji, Kota Depok.
KELURAHAN TANAH BARU NO 1.
NAMA Antonius Halim
TKP
BARANG YANG DIAMBIL “Guru Lindah” Rt. 03/14 Kel. Tanah 1 unit Kendaraan Baru, Kec. Beji, Kota Depok Bermotor Roda 2 (dua)
Sumber: Berdasarkan Data dari Bagian Reskrim Polsek Beji Kota Depok Dari Bulan Februari Tahun 2011 s/d Bulan April 2012
Dari data diatas dapat dilihat mayoritas kejahatan terjadi di wilayah Kelurahan Kukusan yang memang didominasi oleh rumah kos yang juga didominasi oleh mahasiswa (yang tidak jauh dari barang-barang berharga) lebih banyak terjadi tindak kejahatan. Meskipun kebanyakan yang dicuri oleh para pelaku kejahatan yaitu Kendaraan Roda 2 (dua) yang diparkir dihalaman parkir rumah kos korban tanpa menggunakan kunci ganda dan alarm motor untuk lebih mencegah terjadinya kejahatan sehingga memudahkan pelaku untuk menjangkau barang-barang berharga milik mereka. Kebanyakan kasus pencurian kendaraan bermotor terjadi dimalam hari. Pernyataan ini diperkuat juga oleh Kabagops Polres Depok Kompol Suratno, bahwa kasus curanmor memang marak terjadi di Kota Depok, masalah ini terjadi dimalam hari hingga sebelum subuh atau dini hari, terutama di wilayah Kecamatan Cimanggis (299 Kasus) dan Kecamatan Beji (261 kasus). http://news.okezone.com/read/2012/01/19/338/559977/kasuscuranmor bersenpi-marak-di-depok (Diakses tanggal 25 Maret 2012 Jam 08.54 WIB) Wilayah Kelurahan Kukusan merupakan wilayah yang padat oleh mahasiswa yang menempati kos. Aktivitas mahasiwa yang bahkan masih dilakukan hingga lewat tengah malam adalah hal biasa dan tidak terlalu menjadi perhatian. Keadaan seperti ini membuka peluang yang
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
besar untuk terjadinya kejahatan. selain itu, tingkat kewaspadaan masyarakat dan mahasiswa sendiri yang sangat kurang di kelurahan kukusan dalam menjaga keamanannya. Kasus-kasus kejahatan yang pernah terjadi didaerah tersebut mayoritas tindakan pencurian, terus menyebar keseluruh warga masyarakat dan mahasiswa di wilayah tersebut. Seperti kasus pencurian kendaraan bermotor Roda 2 (dua) di rumah kos “Y” Jl. Masjid Al-Faruq No. 27C Rt. 03/01 Kel. Kukusan, Kec. Beji, Kota Depok, pelaku mencuri Honda Tiger Revo milik salah satu penghuni rumah kontrakan yang ternyata merupakan mahasiswa FE UI-Jurusan Manajemen 2009. Kasus tersebut peneliti dapatkan berdasarkan data dari Polsek Beji Kota Depok dan dari hasil wawancara dengan informan (korban). Memang pada saat kejadian korban lengah terhadap motornya dan pada saat kejadian juga posisi pagar kontrakan terbuka lebar. Sehingga memudahkan pelaku untuk melakukan aksi kejahatannya. Kejahatan sebagai suatu fenomena sosial yang dihadapi masyarakat berkaitan dengan lingkungan sosial dimana masyarakat itu berada, tidak terkecuali dilingkungan yang mayoritas terdapat banyak kos. Masalah kejahatan ini tidak dapat dihindari dan selalu ada, sehingga wajar bila menimbulkan keresahan, karena kejahatan bersifat merugikan dan terdapat ancaman didalamnya. Perlu adanya reaksi masyarakat dan mahasiswa sebagai penghuni kosan terhadap kejahatan dengan tujuan agar pelaku kejahatan tidak mengulangi perbuatannya.Upaya terbaik ialah dengan menggalang segenap potensi yang ada dilingkungan rumah kos. Dari sejumlah kejadian di atas, kita dapat mencermati bahwa ancaman kejahatan berada tak jauh dari keberadaan kita, yaitu di kosan kita sendiri. Dari sisi akademis, isu ini dapat ditinjau dan dikaji lebih jauh sehingga nantinya turut memberikan kontribusi dan melengkapi upaya-upaya yang sifatnya praktis. Karena kejahatan dapat terjadi dari beberapa macam sebab dan membutuhkan pengkajian dari tingkat dan sudut pandang yang berbeda-beda, apalagi, menurut Tuck, yang dikutip oleh M. Kemal Dermawan dalam bukunya menyatakan bahwa pencegahan kejahatan itu sendiri masih merupakan suatu konsep yang belum dilahirkan, maka beberapa kali memutuskan untuk mengelompokkan pencegahan kejahatan menjadi tiga macam pendekatan, yaitu pencegahan kejahatan melalui pendekatan social (Social Crime Prevention), pencegahan kejahatan melalui pendekatan situsional (Situsional Crime Prevention), dan pencegahan kejahatan melalui pendekatan kemasyarakatan (Community Based Crime Prevention). (M. Kemal Dermawan, 1994, hal. 16-17). Strategi Pencegahan Kejahatan dengan pendekatan situasional menurut Mohammad Kemal Dermawan adalah strategi pencegahan kejahatan yang dilakukan melalui usaha-usaha pengurangan kesempatan bagi kemungkinan dilakukannya kejahatan oleh seseorang. Pusat perhatian dari pendekatan situasional ini adalah pengembangan langkah jangka pendek untuk mencegah yang lebih khusus. (M. Kemal Dermawan, Strategi Pencegahan Kejahatan, 1994 hal. 68). Widiyanti Ninik dan Yulius Waskita (1987, hal. 154), menjelaskan ada beberapa alasan mengapa kita seharusnya mencurahkan perhatian yang lebih besar terhadap usaha-usaha pencegahan kejahatan dan perbuatan penyimpangan lainya, yaitu: Pertama, Tindakan pencegahan adalah lebih baik dari pada tindakan represif dan koreksi. Kedua, usaha pencegahan kejahatan tidak perlu menimbulkan akibat-akibat yang negatif seperti: stigmatisasi, pengasingan, penderitaan, dsbnya. Ketiga, usaha pencegahan dapat pula mempererat kerukunan, meningkatkan rasa tanggung jawab tehadap sesama anggota masyarakat. Rumah Kos merupakan tempat tinggal sementara dipilih oleh individu yang memang membutuhkan tempat tinggal dengan sejumlah bayaran tertentu setiap periodenya. Kemudahan
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
akses, praktis, dan privat inilah yang biasanya dipilih para mahasiswa atau para pekerja yang memilih untuk tinggal rumah kos. Harga bukan faktor satu satunya dalam pemilihan rumah kos, lokasi (dekat dengan tempat kerja, kampus, dsb), keamanan dan kenyamanan juga penting. (http://rumahkos.com/index.php diakses tanggal 02 April 2012 16.25 WIB). Rumah kos yang tidak jauh berbeda dengan bentuk rumah biasa di perumahan atau rumah warga dan perbedaannya hanya terletak pada jumlah kamar yang berada didalamnya, diperlukan juga pengamanan yang efektif dalam mencegah terjadinya kejahatan. Mulai dari keamanan yang harus dilakukan dengan cara menggunakan halangan fisik seperti adanya pagar yang tinggi dan dipasangnya kunci ganda pada pintu pagar kosan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memberikan gambaran mengenai pencegahan kejahatan di rumah kos dalam upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya tindak kejahatan di wilayah tersebut secara akurat dengan menggunakan 3 (tiga) teknik dalam Increasing Preceived Effort yaitu target hardening, access control, dan deflecting offender. Dalam meneliti mengenai strategi pencegahan kejahatan dirumah kos di Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji Kota Depok peneliti menggunakan pencegahan kejahatan secara situasional. Pencegahan kejahatan yang bersifat situasional atau dapat pula diartikan sebagai pencegahan kejahatan yang dilakukan melalui usaha-usaha pengurangan kesempatan bagi kemungkinan dilakukannya kejahatan oleh seseorang. Teori-teori situasional lebih berguna untuk menjelaskan perbuatan jahat oleh orang-orang yang biasanya bertingkah laku rasional, tetapi berada dalam tekanan-tekanan khusus dan cenderung untuk mempergunakan kesempatan. Pada umumnya situasi yang memberi kesempatan untuk dilakukannya suatu perbuatan akan diisi kejahatan-kejahatan yang tergolong licik dan serakah, seperti pencurian dengan pembongkaran ditempat tinggal, pengutilan dan vandalism, atau juga kejahatan kekerasan yang tentunya membutuhkan kesempatan yang lebih khusus lagi. Situasional crime prevention (pencegahan kejahatan dengan pendekatan situasional) adalah teknik untuk mengurangi kesempatan dilakukannya kejahatan: (Ronald V. Clarke (ed.), 1997, hal. 4) 1. Directed at highly specific forms of crime 2. Involve the management, design or manipulation of the immediate environment in as systematic and permanent way as possible 3. Make crime more difficult or risky, or less rewarding and excusable as judged by a wide range of offenders Terjemahan bebasnya: 1. Ditujukan pada jenis kejahatan yang spesifik 2. Meliputi manajemen, desain atau manipulasi dari lingkungan yang ada dengan cara yang sistematis dan sepermanen mungkin 3. Membuat kejahatan lebih sulit dan lebih beresiko bila dilakukan atau kurang menguntungkan bila dilihat dari kacamata sebagian besar pelaku kejahatan. Dengan demikian, menurut Clarke, teori pencegahan kejahatan situasional merupakan strategi yang di tujukan untuk pencegahan satu jenis kejahatan saja dan memiliki tujuan untuk mengubah situasi yang menguntungkan bagi pelaku menjadi situasi yang tidak menguntungkan. Oleh sebab itu, peneliti mencoba melakukan wawancara terhadap pelaku untuk menganalisis tindakan kejahatan yang terjadi dirumah kos dimana setiap pelaku dalam melakukan aksinya karena adanya kesempatan dan peluang serta kelengahan korbannya, sehingga pelaku kejahatan
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
berhasil dalam melakukan aksinya karena telah memperhitungkan terlebih dahulu resiko dan hambatan yang mungkin terjadi saat pelaku melakukan kejahatan. Terdapat 16 teknik pengurangan kesempatan oleh Ronald V.Clarke (1997) dengan judul Situasional Crime Prevention; Successful Case Studies, Second Edition, peneliti hanya memilih 3 (tiga) teknik dalam Increasing Perceived Effort yaitu target hardening, access control, deflecting offender. Alasan peneliti menggunakan 3 (tiga) teknik tersebut dikarenakan disesuaikan dengan observasi dan keadaan 3 (tiga) rumah kos serta temuan data yang diperoleh peneliti. Berikut penjelasannya analisis peneliti dengan menggunakan ketiga teknik tersebut: Target hardening dilakukan melalui peningkatan standar keamanan untuk mempersulit pelaku dengan melakukan penguatan terhadap sasaran kejahatan. Misalnya dengan menggunakan kunci dan pintu pagar rumah kos yang lebih kuat, memasang alarm, selalu mengunci pintu dan jendela ketika saat meninggalkan kamar kos. Target Hardening Rumah Kos “Y”, Rumah Kos “Y” Rt. 05/ Rw. 05, Gang Sainun, Jalan Moh. Alif, Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok. Rumah Kos “Y” setelah mengalami kejadian pencurian disalah satu kamar kosnya melakukan langkah target hardening sebagai berikut: 1. Rumah Kos “Y” melakukan kunci gembok setiap keluar-masuk, disetiap harinya baik dari pagi, siang, sore dan malam hari. Seperti yang dipaparkan oleh informan: “Pagernya selalu dikunci kok…soalnya kita kan dikasih kunci masing-masing…klo masalah pengawasan dikosan ini sih ga da, soalnya penjaga kosannya kan kerja…datengnya juga malem…”(Hasil wawancara dengan informan Ekotyas, hari Selasa tanggal 22 Mei 2012, pada pukul 14.57 wib) 2. Menggunakan pagar yang tinggi dan melakukan penguncian pagar dan pagar bagian dalam baru ditinggiin satu minggu setelah kejadian dan dipasangnya kawat berduri dibagaian atas pagar dan pada posisi pagar yang dilompati oleh pelaku. “…terus dibawahnya dikasih tambahan kawat berduri dan besi tajem-tajem biar pencurinya sulit masuk dan turun klo masih maksa masuk.”(Hasil wawancara dengan informan Ekotyas, hari Selasa tanggal 22 Mei 2012, pada pukul 14.57 wib) 3. Pemberian fiber di pagar bagian dalam sehingga ini membuat halangan pemantauan atau penglihatan keadaan didalam pagar atau halaman rumah kosan dan mempersulit pelaku untuk mengetahui aktivitas yang sedang dilakukan di dalam atau kamar kosan. 4. Terdapat 2 buah pintu utama yang selalu terkunci sebelum masuk kearea depan rumah kosan. Semua penghuni kosan diberikan kunci duplikatnya oleh penjaga kosan. Sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah masuk kerumah kosan. Upaya ini berkaitan dengan teknik access control, dimana keluar-masuk rumah kosan dapat dikendalikan. 5. Lampu sorot digunakan untuk membantu menerangi tembok yang dilewati si pencuri, lampu sorot tersebut juga membantu menerangi bagian bawah lampu yang merupakan parkiran motor. Sesui dengan penjelasan Lyons dalam Gallery (1986, hal. 235) bahwa
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
“security lighting is provided to aid the defense of premises, property, and persons against night attack.” (Terjemahan bebas: “penerangan dengan keamanan disediakan untuk membantu bertahan dari alasan harta benda dan orang diserang pada malam hari”). Posisi letak lampu sorot berada pas didepan kamar informan dan diikat diatap besi untuk parkir motor. 6. Dan Rumah Kos “Y” semua penghuninya diberikan kunci duplikat, Akan tetapi, kosan ini memiliki kekurangan. Tembok bagian luar inilah yang menjadi kekurangan pada rumah kosan ini. Tembok yang tidak terlalu tinggi dapat dijangkau oleh pelaku kejahatan untuk memasuki area bagian sisa lahan tanah kosong kosan ini, sehingga dapat dikatakan bahwa pagar bagian luar tidak berfungsi secara maksimal. Kasus kejahatan pencurian yang menimpa informan yaitu pelaku mengambil laptop dan hp informan dengan memasuki kosan dengan cara melompat. Dan analisis peneliti, mengapa sampai pelaku memasuki bagian dalam kosan yaitu dengan membawa alat yang dapat meminimalisir tajamnya kawat berduri yang dipasang pada pagar bagian dalam dan ini didukung oleh situasi disekitar rumah kosan yang sepi dan kurangnya penerangan didaerah tersebut sehingga pelaku sangat leluasa apabila masuk kerumah kosan ini apalagi ditambah dengan adanya kesempatan untuk melakukan kejahatannya tersebut melihat korbannya sedang lengah tertidur pulas dengan kondisi pintu jendela terbuka dan kunci masih menggantung di pintu bagian dalam kamar kosan. Seperti yang dijelaskan oleh Ronald V. Clarke (1995) dalam jurnal Situastional Crime Prevention bahwa pelaku kejahatan bisa saja menciptakan kesempatan melakukan kejahatan berdasarkan situasi yang dialaminya serta penilaiannya terhadap resiko, usaha serta nilai dari tindak kejahatannya. Persepsi dan penilaian mereka mengenai resiko, usaha serta hasil yang didapat merupakan bagian penting dalam mendefinisikan struktur kesempatan. Dijelaskan pula oleh Fredaadler. at. All (1991) bahwa seseorang akan melakukan kejahatan setelah berfikir dan memutuskan secara rasional, pelaku akan mengukur resiko dan keuntungan dari tindakannya dan akan memilih usaha-usaha tertentu sesuai dengan kondisi targetnya. Target Hardening Rumah Kos “E”, Rumah Kos “E” berada di Jalan Tegangan Tinggi No. 3 dan masuk diwilayah Rt. 04/ Rw. 05 Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji Kota Depok. Setelah mengalami kejadian pencurian disalah satu kamar kos, melakukan langkah target hardening sebagai berikut: 1. Rumah Kos “E” memiliki penerangan yang cukup pada malam hari tetapi didepan rumah kosan penerangan sangat kurang dan memang selalu sepi pada saat menjelang malam sampai dini hari. Penejelasan peneliti diperkuat oleh penjaga dan informan: “Cukup bagus, cukup memadai kok, tapi klo didepan kosan agak gelap, sedikit sekali penerangannya..”(Hasil wawancara dengan informan Fairdian, hari Rabu tanggal 23 Mei 2012, pada pukul 12.45 wib) “Terang…terang banget…kalo didalem kosan ini…didepan pintu pager itu da lampu…dibelakang juga ada lampu…disini paling terang ini…kalo disepanjang jalan depan kosan ini emang agak gelap…” (Hasil wawancara dengan Pak Edi Penjaga kosan “E”, hari Selasa tanggal 24 Mei 2012, pada pukul 16.30 wib)
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
2. Dengan ditambahkannya pengait untuk memberikan gembok ganda pada pintu pagar kosan diharapkan oleh penjaga kosan dapat mempersulit pelaku kejahatan untuk memasuki rumah kosan ini. “Setelah kejadian ini baru dipasang gembok baru dibawah itu…jadi kalo malingnya mau buka pintu itu…malingnya harus loncat dulu…makanya saya akalin…kalo yang di slot itu gemboknya masih bisa dibuka diluar…kalo yang dibawah kan sulit..” (Hasil wawancara dengan Pak Edi Penjaga kosan “E”, hari Selasa tanggal 24 Mei 2012, pada pukul 16.30 wib) Rumah Kos “E” tidak belajar dari pengalaman pencurian kendaraan bermotor yang menimpa informan (Fairdian) salah satu penghuni kamar kos. Pihak penjaga kosan tidak melakukan evaluasi dan pembenahan dari segi meningkatkan keamanan dalam mencegah terjadinya kejahatan yang mungkin akan muncul kembali dikosan tersebut. Target Hardening Rumah Kos “S”, Rumah Kos “S” berada dijalan Masjid Al Faruq dan masuk diwilayah Rt. 03 Rw. 01 kelurahan kukusan, kecamatan beji kota depok. setelah mengalami kejadian pencurian disalah satu kamar kos, melakukan langkah target hardening sebagai berikut: 1. Rumah Kos “S” melakukan kunci gembok setiap keluar-masuk, disetiap harinya baik dari pagi, siang, sore dan malam hari. 2. Menambahkan tiang besi sepanjang 1 meter dengan ujung yang tajam satu minggu setelah kejadian dan melakukan penguncian pagar serta pagar yang tinggi tersebut ditambahkan fiber didinding besinya. 3. Pagar kosan yang didesain baru untuk lebih menguatkan lagi keamanan dirumah kosan tersebut. Menggunakan slot (untuk tangan masuk supaya dapat membuka kunci dari luar pagar kosan) yang dapat dibuka dan ditutup dan ditambah satu lagi slot pengunci pintu pagar untuk diberikan kunci gembok ganda, sangat ideal untuk sebuah rumah kosan dalam mencegah terjadinya kejahatan dirumah kosan tersebut. 4. Setiap penghuni diberikan kunci cadangan, tetapi pada saat jam 12 malam pintu pagar dikunci ganda oleh pengelola kosan dan lubang untuk tangan masuk membuka-melepas kunci ditutup dan juga slot jadi semua orang termasuk pelaku kejahatan tidak akan dapat membuka pagar dari luar. “setiap penghuni saya kasih kunci masing-masing…tapi tetep saya pakek kunci ganda sekarang…jadi yang punya kunci cuma saya…dan slotnya ditutup dan dikunci juga…kosan sini saya kunci kalo udah jam 12 malem…terus kunci gandanya dibuka lagi jam 5 pagi..pas saya selesai solat subuh” (Hasil wawancara dengan Mas Adam Pengelola Kosan “S”, hari kamis tanggal 24 Mei 2012, pada pukul 15.35 wib) “pagernya langsung ditinggiin, terus dipasangin slotnya…buat nutupin lobang kecil biar tangan ga bisa masuk…dan dikunci juga…ada jam malemnya juga…dulu sih ga ada…karena kita juga dikasih kunci gemboknya…jadi setelah jam 1 malem kalo mas Adam mau tidur kunci pagernya itu jadi ganda…yang
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
punya hanya dia kuncinya…jadi udah ga bisa dibuka lagi” (Hasil wawancara dengan Andre Penghuni Kosan “S”, hari Jumat tanggal 25 Mei 2012, pada pukul 10.35 wib) Upaya ini berkaitan dengan teknik access control, dimana keluar-masuk rumah kosan dapat dikendalikan, seperti halnya rumah kos “Y”. Dari 3 (tiga) rumah kos yang peneliti lakukan observasi atau pengamatan langsung ternyata hanya 2 (dua) rumah kos yaitu rumah kos “S” dan rumah kos “Y” melakukan kunci gembok setiap keluar-masuk, disetiap harinya baik dari pagi, siang, sore dan malam hari dan rumah kos “E” tidak melakukan hal tersebut. Rumah Kos “S” dan Rumah Kos “Y” semua penghuninya diberikan kunci duplikat dan rumah kos “E” tidak melakukan itu kepada para penghuninya. Akan tetapi, pengelola rumah kos “S” menerapkan gembok ganda (dan kuncinya hanya dia yang memilikinya) pada malam hari setelah jam 12 malam. Dengan adanya pagar yang tinggi ini menjadi suatu halangan fisik yang efisien, termasuk juga sebagai langkah-langkah sekuriti untuk membuat sulit dilakukannya kejahatan dirumah kos. Access Control Rumah Kos “Y” , Setelah peneliti lakukan observasi atau pengamatan langsung, peneliti mendapatkan informasi bahwa rumah kos “Y” melakukan access control cukup efektif dalam mencegah terjadinya kejahatan. Terbukti dari pemaparan informan sebagai berikut: “Pagernya selalu dikunci kok…soalnya kita kan dikasih kunci masing-masing…klo masalah pengawasan dikosan ini sih ga da, soalnya penjaga kosannya kan kerja…datengnya juga malem…”(Hasil wawancara dengan informan Ekotyas, hari Selasa tanggal 22 Mei 2012, pada pukul 14.57 wib) Membuat pagar menjadi lebih tinggi dan memasang kawat berduri diatas pagar penjaga kosan. Selain itu juga posisi pintu yang selalu terkunci setiap penghuni kosan keluar-masuk rumah kosan karena para penghuni diberi kunci masing-masing oleh penjaga kosan. Meskipun para penghuni kosan masing-masing diberi kunci duplikatnya, tetapi masalah mengenai penghuni kosan membawa teman dan saudara yang berkunjung ketempat kosan menjadi tanggung jawab penghuni yang membawa teman/saudara tersebut.. Ini dikarenakan yang mengekos di rumah kos “Y” tersebut adalah mahasiswi semua dan dengan pintu selalu terkunci tentunya tidak semua orang dapat mengakses masuk ke area bagian dalam kosan. Access Control Rumah Kos “E”, Rumah Kos “E” terdapat penjaga/pengelolanya, sehingga pengawasan terhadap keadaaan area kosan dapat selalu diawasi. Namun rumah kos “E” pintu pagar tidak pernah dikunci (hanya terkunci dari jam 24.00 s/d 05.00 wib), slot pintu pagar selalu dalam keadaan tidak terkunci sehingga semua orang baik penghuni rumah kos, teman/saudara penghuni bahkan orang lain dapat dengan mudah masuk ke area halaman rumah kosan. Pihak penjaga kosan selalu menanyakan apabila setiap orang asing selain penghuni kosan memasuki area rumah kosan dan menghimbau semua penghuni kosan apabila membawa teman untuk memberitahukan kepada penjaga kosan. Tetapi,tidak menutup kemungkinan disaat lengah pelaku kejahatan dapat memanfaatkan kelengahan tersebut. “makanya sekarang saya lebih waspada, masuk bawa temen harus lapor ama saya..kasih tau saya…biar kejadiannya ga seperti ini…”(Hasil wawancara dengan Pak Edi Penjaga kosan Widya, hari Selasa tanggal 24 Mei 2012, pada pukul 16.30 wib)
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
Langkah yang dilakukan oleh penjaga/pengelola rumah kos”Y” masih kurang maksimal meskipun dapat selalu mengawasi keadaan rumah kosan, namun penjaga/pengelola rumah kosan “E” masih kurang dalam mengontrol akses keluar-masuk ini dikarenakan penjaga kosan tidak melakukan kunci pagar selama 24 jam, sehingga tentunya semua orang dapat masuk kedalam rumah kosan. Access Control Rumah Kos “S”, Rumah Kosan “S” ini melakukan kunci pagar selama keluarmasuk rumah (karena para informan diberi kunci duplikat masing-masing oleh penjaga/ pengelola kosan) lebih efektif dalam mencegah terjadinya kejahatan daripada Kosan “E”. Mengenai menanyakan keperluan masuk ke rumah kosan oleh penjaga/pengelola kos tentunya hanya kosan yang penjaga/pengelolanya selalu ada dirumah kosan, apabila rumah kos yang tidak memiliki penjaga/pengelola atau penjaganya tidak selalu standby menjaga rumah kosannya tentunya itu sangat memungkinkan kurangnya kontrol terhadap terhadap kejahatan sehingga membuat peluang terjadinya tindak kejahatan yang lebih besar. Dimana dijelaskan oleh Jeffery (1977) dalam buku Crime Prevention Through Environmental Design mendefinisikan pencegahan kejahatan yaitu segala aktivitas yang diambil sebelum sebuah kejahatan dilakukan yang akan mengurangi atau menghilangkan kesempatan terjadinya kejahatan. Meskipun selalu menanyakan apabila penghuni membawa teman maupun orang asing yang bukan penghuni kosan memasuki area kosan hal itu masih belum cukup dalam mencegah terjadinya kejahatan dirumah kos. Berikut penuturan penjaga dan pengelola rumah kosan; “siang malem pintu kan dikunci…jadi yang ketok-ketok pintu saya tanyain mau cari sapa…..kalo temennya penghuni sih…biasanya temen kosannya yang bukain…”(Hasil wawancara dengan Mas Adam Pengelola Kosan “S” , hari kamis tanggal 24 Mei 2012, pada pukul 15.35 wib) “setiap penghuni saya kasih kunci masing-masing….tapi tetep…saya pakek kunci ganda sekarang.,..jadi yang punya kunci hanya saya…dan slotnya ditutup dan dikunci juga…kosan sini saya kunci kalo udah jam 12 malem…terus buka lagi kunci gandanya jam 5 pagi…pas saya selesai solat subuh…”(Hasil wawancara dengan Mas Adam Pengelola Kosan “S”, hari kamis tanggal 24 Mei 2012, pada pukul 15.35 wib) Dijelaskan juga dalam Rational Choice Theory dikemukakan bahwa pelaku atau penjahat telah memikirkan untuk melakukan kejahatan sebelum memutuskan untuk melakukan kejahatan. Dengan kata lain, orang tidak akan melakukan kejahatan bila ia tidak merasa ada keuntungan dari dilakukannya kejahatan itu, dan pelaku telah berpikir tidak akan tertangkap karena melakukan kejahatan tersebut. Dari pernyataan narapidana “MA” terungkap bahwa pada saat ia melakukan aksinya itu dalam keadaan sepi sehingga niat melakukan tindakan kejahatan itu muncul, kemudian asas kebutuhan menjadi faktor pendukung terjadinya tindak kejahatan tersebut. ”saya memanfaatkan kelengahan penghuni kosan dan suasana yang sepi aja mas …lalu saya masuk…saya ambil yang bisa saya ambil yang mudah dibawa aja mas…”(Wawancara dengan pelaku tanggal 17 Mei 2013, pukul 14.10-15.45, Ruang Tahanan Polsek Metro Mampang, Jakarta Selatan)
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
”yaa pada saat itu pikiran saya udah gelap mas…namanya juga pengen dapet uang cepet…ya dah ga mikirin takut lagi…”(Wawancara dengan pelaku tanggal 17 Mei 2013, pukul 14.10-15.45, Ruang Tahanan Polsek Metro Mampang, Jakarta Selatan) Dari ketiga rumah kosan yang telah peneliti jelaskan diatas ternyata yang paling efektif dalam menerapkan teknik access control yaitu Rumah Kos “S”. ini dikarenakan dari faktor pengawasan yang cukup baik dalam mengawasi orang asing yang akan masuk ke rumah kos tersebut. Dan ditambahkan lagi dengan keadaan pintu pagar kosan yang selaltu tertutup sehingga setiap orang asing mau masuk akan terdekteksi dan diketahui perihal keinginannya untuk masuk krumah kosan. Bila diurutkan berdasarkan keefektifan menerapkan teknik access control dengan membuat halangan fisik untuk mengawasi jalan masuk pelaku kejahatan, dan penghalang nyata maupun simbolik, pengaruh lingkungan tertentu yang kuat, serta peningkatan kesempatan untuk pengawasan yang dikombinasikan untuk menciptakan lingkungan dibawah pengawasan dari penghuninya yaitu rumah kos “S” menjadi yang paling relevan dan paling cocok, dilanjutkan dengan rumah kos “Y” dan terakhir rumah kos “E”. Deflecting Offender; Menjauhkan pelaku kejahatan dari target kejahatan. Maisalnya, dengan cara melakukan patroli, mengawasi agar paling tidak orang-orang yang dapat berpotensi melakukan kejahatan jauh dari sasaran kejahatan. Adanya patroli juga sangat perlu dilakukan oleh pihak keamanan setempat terutama diwaktu-waktu yang rawan dari tindak kejahatan agar dapat mewujudkan keadaan yang aman, nyaman dan terkendali ataupun dengan cara memberi jarak antara sasaran kejahatan dengan pelaku. Kesimpulannya dari 3 (tiga) informan penghuni rumah kos ternyata semuanya mengatakan bahwa tidak ada patroli keamanan (hansip) dan siskamling baik di siang maupun di malam hari di sekitar rumah kosan yang mereka tempati. Hal ini dikuatkan juga oleh penjaga dan pengelola kosan serta ketua RT dan RW, berikut penuturan para informan; “Keamanan hanya dari kerja sama antar warga aja…karena penjaga keamanan dan hansipnya ga ada…soalnya ga ada yang mau…jadi masing-masing warga saling mendukung…saling kerja samalah..soalnya terhalang oleh dana juga..jadi mereka pada ga mau…jadi jaganya rame-reme aja” (Hasil wawancara dengan ketua RT Bapak Supriyono pada tanggal 01 Juni 2012 Pukul 16.15 wib) Hanya kesadaran aja…klo yang berminat ya nongkrong…memang tidak ada patroli rutin, cuman kalo keamanan ada” (Hasil wawancara denga ketua RW Bapak Mohammad Yasin pada tanggal 01 Juni 2012 Pukul 16.45 wib)
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
Kesimpulan dari analisis yang peneliti lakukan terhadap 3 (tiga) rumah kos dengan menggunakan 3 teknik dalam Increasing Perceived Effrot . Tabel Hasil dari Penerapan Strategi Pencegahan Kejahatan Situasional dengan 3 Teknik dalam Increasing Perceived Effort Terhadap Ketiga Rumah Kosan No. Increasing Perceived Effort 1. Target Hardening Pagar selalu dalam keadaan terkunci Pemberian fiber Menggunakan slot dan kunci tambahan Tinggi pagar memadai Pagar tebuat dari besi 2. Access Control Pintu pagar selalu terkunci Tidak dapat dimasuki sembarang orang Penjaga selalu berada dikosan 3. Deflecting Offender Adanya pos penjagaan Terdapat siskamling/ patrol keamanan Menjauhkan sasaran kejahatan
Rumah Kos “Y”
Rumah Kos “E”
Rumah Kos “S”
IYA
TIDAK
IYA
IYA IYA
TIDAK IYA
IYA IYA
IYA IYA
IYA IYA
IYA IYA
IYA
TIDAK
IYA
IYA
TIDAK
IYA
TIDAK
IYA
IYA
TIDAK TIDAK
TIDAK TIDAK
TIDAK TIDAK
IYA
TIDAK
IYA
Target Hardening pada rumah kos “S” yaitu telah melakukan perubahan fisik untuk mencegah kejahatan. Mulai dari penambahan pagar yang lebih tinggi dengan ujung yang runcing, pemasangan fiber, memberikan slot tambahan pada pintu pagarnya, dan menggunakan kunci ganda terhadap pagar rumah kosnya serta posisi pintu pagar yang selalu terkunci. Lain halnya dengan rumah kos “Y” dari segi pencahayaan kurang memadai disekitar kosannya, dan tembok dinding disebelah rumah belum diberi penghalang seperti pemberian kawat berduri atau pecahan kaca dibagian atas dindingnya sehingga pelaku masih dapat melakukan tindak kejahatan pencurian. Namun, hal yang sama telah dilakukan yaitu memasang fiber dibalik pintu pagar bagian dalam, dan penambahan kawat berduri melilit di atas pagar bagian dalam rumah kos ini. Bila melihat Rumah kos “E” hanya memberikan tambahan slot untuk memasang tambahan gembok dibagian pintunya, akan tetapi pada pintu rumah kos ini tidak pernah dikunci pada saat rentang waktu dari jam 05.00 s/d 24.00 wib setiap harinya. Access Control pada rumah kos misalnya dengan penjagaan pada pintu masuk dan keluar kosan dengan cara menanyakan keperluan masuk kerumah kos oleh penjaga dan pengelola kosan. Peneliti menyimpulkan hanya kos yang selalu ada penjaganya dapat menerapkan teknik ini ternyata didapatkan dari hasil analisis dan temuan data lapangan bahwa hanya rumah kos “S” dan rumah kos “E” yang selalu ada penjaganya dan selalu standby 24 jam berada dalam rumah
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013
kosnya untuk mengamati apabila ada teman/kerabat penghuni berkunjung kekamar kos masingmasing penghuni. Akan tetapi, meskipun rumah kos “Y” tidak selalu ada penjaganya yang berjaga di rumah kos tersebut, penghalangan untuk akses keluar-masuk kosan lebih dipertimbangkan dengan cara selalu mengunci pagar rumah kosan pada setiap waktunya; baik pagi, siang maupun dimalam hari. Deflecting Offender dilakukan untuk mejauhkan pelaku kejahatan dari sasarannya; seperti dilakukannya patroli oleh pihak keamanan (hansip) dan siskamling dilingkungan rumah kos pada tempat-tempat yang dianggap rawan akan kejahatan. Dan hasil dari temuan data lapangan dan analisis yang dilakukan peneliti bahwa faktanya memang tidak ada patroli keamanan, misalnya hansip atau siskamling disekitar ketiga rumah kos tersebut. Wajar saja ketiga rumah kos tersebut pernah mengalami tindak kejahatan pencurian, mulai dari pencurian kendaraan bermotor roda 2 (dua), handpone, dan laptop. Daftar Pustaka Abdulsyani. (1987). Sosio-Kriminologi. Bandung: Remadja Karya CV. Akers, Ronald L. and Edward Sagarin. (1972). Editors “Crime Prevention and Social Control”, New York Praenger Phublishers. Buku I Pedoman Dasar BIMMASPOL, Departemen Pertahanan Keamanan Markas Besar Kepolisian RI, 31 Oktober 1980. Burhan Bungin. (2001) “Metodologi Penelitian Sosial : Format-format Kuantitatif dan Kualitatif”. Surabaya : Airlangga University Press. Clarke, Ronald V and John Eck. (2003) Become A Problem Solving Crime Analysis. London: Jill Dando Institute of Crime. Clarke, Ronald V. (ed.), (1997). Situasional Crime Prevention: Succesful Case Studies, Harrow & Heston Publishers, Guilderland, New York. Crawford, Adam. (1998) Crime Prevention and Community Safety: Politic, Policies, and Practices, Longman, London and New York. Creswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California. Dermawan. Moh. Kemal. (1994). Strategi Pencegahan Kejahatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Felson, Marcus. (1998). Crime and Everyday Life, Pine Forge Press. Fennely, Lawrence J. (Ed.). (2004). Handbook of Loss Prevention and Crime Prevention (4th ed.). Massachusets & Oxford: Elsevier inc. Fredaadler, At. All. (1991). Criminology, Mc Gran-Hill. Inc; New York. Frank E. Hagan. (1978). “Introduction to Criminology: Theories, Methods, and Criminal Behavior,” Nelson –Hall Inc Publisher, Chicago. Shari Mendelson. Galerry. (1986). Physical Security Reading from Security Management Magazine. Stoneham, MA: Butterworth Publisher. Gosita, Arif. (1983). Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Akademika Pressindo. Gwynn Nettler. (1982). Lying, Cheating, Stealing, Cincinnati, Ohio: Anderson Publishing Company. Haskell, Martin R. & Lewis Yablonsky. (1974). Criminology: Crime and Criminality. Chicago: Rand Mcnally College Publishing Company. Widiyanti Ninik Dra & Yulius Waskita, SH. (1987). “Kejahatan dalam Masyarakat dan Pencegahannya” Bina Aksara Jakarta.
Pencegahan kejahatan…, Arifana, FISIP UI, 2013