ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DISMENORE PADA MAHASISWI DI AKADEMI KEBIDANAN MEULIGO MEULABOH TAHUN 2013 Wahyu Fitriana1, Rahmayani2 xi + 43 halaman, 8 tabel, 1 gambar, 12 lampiran Latar Belakang : Di Indonesia angka kejadian nyeri haid terdiri dari 54,89% nyeri haid primer dan 9,36% nyeri sekunder. Biasanya gejala tersebut pada wanita usia reproduktif 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama, dan pada wanita yang belum pernah hamil. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013 Metode Penelitian : Bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional dilakukan pada tanggal 2 – 7 September 2013. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 139 orang, dengan menggunakan rumus slovin didapatkan sampel berjumlah 58 responden. Hasil Penelitian : Ada pengaruh antara status gizi dengan kejadian dismenore primer terhadap mahasiswi di Akademi kebidanan meuligoe Meulaboh tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value (0,042) < α-value (0,05). Ada pengaruh antara umur menarche dengan kejadian dismenore primer terhadap mahasiswi di Akademi kebidanan meuligoe Meulaboh tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value (0,047) < α-value (0,05). Ada pengaruh antara Psikologis dengan kejadian dismenore primer terhadap mahasiswi di Akademi kebidanan meuligoe Meulaboh tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value (0,010) < α-value (0,05) Kesimpulan : Ada pengaruh antara status gizi, umur menarche dan psikologis dengan kejadian dismenore pada mahasiswi di Akademi kebidanan meuligoe Meulaboh tahun 2013.
Kata Kunci : Dismenore Primer, Status Gizi, Umur Merarche, Psikologis Daftar Pustaka : 20 buah buku, 3 internet, 4 Skripsi Mahasiswa STIKES U’Budiyah Indonesia Program Studi D-IV Kebidanan. Dosen Pembimbing STIKES U’Budiyah Indonesia Program Studi D-IV Kebidanan
1 2
ABSTRACT FACTORS AFFECTING THE RATE OF COMPLAINTS DYSMENORRHEA
1
AT THE ACADEMY MEULABOH MEULIGO MIDWIFERY YEAR 2013 Wahyu Fitriana1, Rahmayani2 xi + 43 pages, 8 tables, 1 images, 12 attachments Background : In Indonesia, the incidence of menstrual pain consists of menstrual pain 54.89% 9.36% primary and secondary pain. Usually these symptoms in women of reproductive age 3-5 years after a first period, and in women who have never been pregnant. Objective : To determine the factors that influence the occurrence of dysmenorrhoea on Meuligo Midwifery student at the Academy of Meulaboh in 2013 Methods : An analytical cross-sectional approach was conducted on 2 to 7 September 2013. Population in this study were 139 people, using Slovin formula obtained sample was 58 respondents. Results : The influence of nutritional status with incident primary dismenore against meuligoe midwifery student at the Academy of Meulaboh in 2013, marked by the pvalue (0.042) <α-value (0,05). The influence of age of menarche with incident primary dismenore against meuligoe midwifery student at the Academy of Meulaboh in 2013, marked by the p-value (0.047) <α-value (0,05). The influence of psychologist with primary dismenore incident on meuligoe midwifery student at the Academy of Meulaboh in 2013, marked by the p-value (0.010) <α-value (0.05). Conclusion : There is the effect of nutritional status, age of menarche and psychological with dysmenorrhea incidence of female college students in obstetrics meuligoe Meulaboh Academy in 2013.
Keywords: Dismenore Primer Status Gizi, Umur Merarche, Psikologis References: 20 books, 3 internet, 4 Thesis 1
Student STIKES U'Budiyah Indonesian Studies Program Midwifery D-IV. Dosen Advisors STIKES U'Budiyah Indonesian Studies Program Midwifery D-IV
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN
2
Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, 02 Desember 2013 Pembimbing
( RAHMAYANI, SKM, M. Kes )
MENGETAHUI KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH
( RAUDHATUN NUZUL, SST )
PERNYATAAN PERSETUJUAN
JUDUL
: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELUHAN DISMENOREA PRIMER
3
TERHADAP MAHASISWI DI AKADEMI KEBIDANAN MEULIGO MEULABOH TAHUN 2013 NAMA MAHASISWA
: WAHYU FITRIANA
NIM
: 121010210045
MENYETUJUI : PEMBIMBING
( RAHMAYANI, SKM, M. Kes )
PENGUJI I
PENGUJI II
( EVA PURWITA,. SST, M.Keb )
( ZAHRUL FUADI,. SKM, M.Kes )
MENYETUJUI KETUA STIKES U’BUDIYAH
MENGETAHUI KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN
(MARNIATI, M.Kes)
(RAUDHATUN NUZUL, SST)
Tanggal Lulus : 02 Desember 2013 KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW karena
4
dengan berkat dan karunia-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kejadian Dismenorea pada Mahasiswi Di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013”. Dalam penyelesaian Skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dedy Zefrizal, ST, selaku ketua Yayasan Pendidikan STIKes U’Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, SE, M.Kes, selaku ketua STIKes U’Budiyah Indonesia. 3. Ibu Raudhatun Nuzul, SST, selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan U’Budiyah Indonesia. 4. Ibu Rahmayani, SKM, M.Kes, selaku pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan arahan dalam penyusunan Skripsi ini. 5. Ibu Eva Purwita,. SST, M.Keb dan Bapak Zahrul Fuadi,. SKM. M.Kes selaku Penguji I dan Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan Skripsi ini. 6. Seluruh Staf Dosen Prodi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Indonesia 7. Teristimewa untuk ayah dan ibunda tercinta yang telah dengan sabar memberikan motivasi dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. 8. Serta sahabat-sahabat dan rekan seperjuangan Prodi D-IV Kebidanan U’Budiyah Indonesia Peneliti menyadari penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan di karenakan keterbatasan pengetahuan yang peneliti miliki. Untuk itu peneliti
5
sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini di masa yang akan datang. Akhirnya semoga jasa dan amal baik yang telah disumbangkan peneliti serahkan kepada Allah SWT untuk membalasnya. Harapan peneliti semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan pendidik ke arah yang lebih baik.
Banda Aceh, 02 Desember 2013
Wahyu Fitriana
DAFTAR ISI
Halaman COVER LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
6
i ii iii iv v vii ix x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 5 6 6 6 6
B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus D. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dismenorea 1. Pengertian 2. Klasifikasi Dismenorea 3. Gejala 4. Ciri-ciri Dismenorea Primer 5. Tingkat Keluhan Dysmenorea 6. Pengobatan B. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dysmenorea 1. Status Gizi 2. Umur Menarche 3. Psikologis C. Kerangka Konsep D. Hipotesa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. C. D. E. F. G.
Populasi dan Sampel Tempat dan Waktu Teknik Pengumpulan Data Definisi Operasional Instrumen Penelitian Pengolahan Data
8 8 9 11 11 11 12 12 14 18 19 23 23
24 24 25 25 25 26 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat 2. Analisa Bivariat C. Pembahasan
31 31 31 33 36
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
42
7
B. Saran
43
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional
27
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenore Primer Terhadap Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013
31
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi terhadap Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013
32
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Menarche Terhadap Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013
32
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Psikologis Terhadap Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013
33
8
Tabel 4.5 Pengaruh Status Gizi dengan Kejadian Dismenore Primer terhadap Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meulaboh Tahun 2013
33
Tabel 4.6 Pengaruh Umur Menarche dengan Kejadian Dismenore Primer terhadap Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meulaboh Tahun 2013
34
Tabel 4.7 Pengaruh Psikologis dengan Kejadian Dismenore Primer terhadap Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meligoe Meulaboh Tahun 2013
37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
23
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengambilan Data Awal Lampiran 2 Surat Balasan Pengambilan Data Awal Lampiran 3 Surat Penelitian Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian Lampiran 5 Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 6 Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 7 Kuesioner Lampiran 8 Tabel Skor Lampiran 9 Master Tabel Lampiran 10 Hsil Pengolahan SPSS
10
Lampiran 11 Jadwal Kegiatan Lampiran 12 Lembar Konsul
11
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi remaja putri saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja putri tidak hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama untuk remaja putri diantaranya adalah perkembangan seks sekunder, yang meliputi suara lembut, payudara membesar, pembesaran daerah pinggul, dan menarche. Menarche atau terjadinya menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang wanita biasanya terdapat gangguan kram, nyeri dan ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan menstruasi disebut dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi, pada beberapa wanita hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman, sedangkan beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari – hari (Ema, 2010). Nyeri haid dalam istilah medis disebut dismenore, sebenarnya merupakan suatu kondisi yang umum dialami oleh kaum hawa yang sudah mendapatkan menstruasi. Saat menstruasi, di dalam tubuh setiap wanita terjadi peningkatan kadar Prostaglandin (suatu zat yang berkaitan antara lain dengan rangsangan nyeri pada tubuh manusia), kejang pada otot uterus menyebabkan terasa sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan kram pada punggung (Kristina, 2010) .
12
13
Dismenore adalah perasaan nyeri haid yang intens dan kram tergantung pada tingkat keparahan, dismenore dinyatakan sebagai dismenore primer atau dismenore sekunder. Gejala dismenore primer terasa dari awal periode menstruasi dan dirasakan seumur hidup. Karena kontraksi rahim abnormal akibat ketidakseimbangan kimia sehingga mengalami kram menstruasi berat. Dismenore sekunder dimulai pada tahap selanjutnya. Penyebabnya berbeda untuk dismenore primer dan sekunder. Dismenore sekunder bisa diakibatkan oleh kondisi medis seperti; endometriosis, fibroid rahim, penyakit radang panggul, tumor, infeksi, dan kehamilan yang abnormal dengan gejala-gejala seperti kram dan sakit perut bagian bawah, sakit pada punggung belakang bagian bawah, mual, diare, muntah, kelelahan, pingsan, kelemahan dan sakit kepala. Wanita yang kelebihan berat badan, merokok, dan sudah mengalami menstruasi sebelum berumur sebelas tahun berada pada resiko yang lebih tinggi mengalami dismenore dan wanita yang minum alkohol selama menstruasi mengalami nyeri haid yang berkepanjangan (Setiabudi, 2007). Masa remaja atau masa puber adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa diamana terjadi kematangan, pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik maupun psikologis. Perkembangan yang pesat ini berlangsung pada usia 11-16 tahun, dan anak perempuan lebih cepat dewasa dibandingkan anak laki- laki. Pada masa pubertas organ-organ reproduksi mulai berfungsi, misalnya pada remaja putri adalah mulai menstruasi. Datangnya menstruasi tidak sama pada setiap remaja putri, banyak
14
faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut, salah satunya adalah karena masalah gizi (Proverawati, 2009). Menarche pada remaja putri terjadi pada 10-16 tahun, menarche merupakan pertanda adanya suatu perubahan status sosial dari anak- anak ke dewasa, merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang wanita yang menunjukan adanya produksi hormon yang normal yang dibuat oleh hypothalamus dan kemudian diteruskan pada ovarium dan uterus (Proverawati, 2009). Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genital yang nyata. Nyeri ini timbul sejak menstruasi pertama biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah menarche dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya saat hormon tubuh lebih stabil atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan anak. Hampir 50% dari wanita muda atau yang baru mendapatkan menstruasi mengalami keluhan dismenore primer, gejalanya lebih parah setelah lima tahun setelah menstruasi pertama (Kristina, 2010). Hampir seluruh perempuan dan juga termasuk didalamnya remaja putri pasti pernah merasakan gangguan pada saat haid yaitu berupa nyeri haid (dysmenorrhea) dengan berbagai tingkat, mulai dari yang sekedar pegal- pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri
yang luar biasa sakitnya.
Umumnya nyeri yang biasa terjadi terasa dibawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua haid. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak (Proverawati 2009).
15
Dahulu, dismenore disisihkan sebagai masalah psikologis atau aspek kewanitaaan yang tidak dapat dihindari. Wanita yang menderita nyeri haid hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus mengadu, keadaan itu diperburuk oleh orang disekitar mereka yang menganggap bahwa nyeri haid adalah rasa sakit yang wajar yang terlalu dibesar-besarkan dan dibuat-buat oleh wanita bahkan beberapa orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Saat ini, karena keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu pengetahuan anggapan seperti itu sudah mulai hilang (Isnaeni 2010). Dalam Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008 disebutkan dismenore banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat karena dismenore primer (Proverawati 2009). Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar, rata- rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72% sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia reproduktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi (Proverawati 2008). Menurut Nugraha (2008) di Indonesia angka kejadian nyeri haid terdiri dari 54,89% nyeri haid primer dan 9,36% nyeri sekunder. Biasanya
16
gejala tersebut pada wanita usia reproduktif 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama, dan pada wanita yang belum pernah hamil. Penelitian yang dilakukan oleh Kristina (2010) bertempat di 4 SLTP yang ada di Jakarta, didapatkan bahwa remaja putri yang mengalami dismenorea primer sebanyak 76,6% siswi tidak masuk sekolah karena nyeri yang dialaminya. Nyeri haid yang paling sering muncul pada usia 12 tahun (46,7%). Keluhan nyeri haid yang menyertai pusing (37,4%), sakit kepala (16,6%) dan mual (10,7%). Berdasarkan hasil wawancara sementara pada 12 mahasiswi, terdapat 5 orang yang mengalami dismenorea ringan dan 3 orang yang mengalami dismenorea sedang yang diakibatkan karena kurangnya asupan gizi dan faktor psikologis yang lemah. Gejala yang dialami saat mentruasi sering sakit pada perut bagian bawah namun hilang dengan sendirinya ketika diistirahatkan, sebagian dari mereka menyatakan harus minum obat terlebih dahulu lalu diistirahatkan agar nyeri perutnya bisa hilang. Dari 12 mahasiswi tersebut 8 diantaranya berusia 18 tahun dan 4 orang lainnya berusia 19 tahun. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013?
17
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh status gizi terhadap kejadian dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013 b. Untuk mengetahui pengaruh umur menarche terhadap kejadian dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013. c. Untuk mengetahui pengaruh faktor psikologis terhadap kejadian dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari atau menerapkan proses berfikir ilmiah dalam metode penelitian 2. Bagi Institusi Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi pustaka dan sebagai salah satu literature mahasiswi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
18
3. Bagi Peneliti Lainnya Dapat dijadikan acuan dalam mengadakan penelitian dimasa yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dismenorea 1. Pengertian Dismenorea adalah haid yang nyeri atau sulit. Yang ditandai oleh nyeri mirip kram yang terasa pada abdomen bagian bawah dan kadangkadang diikuti oleh sakit kepala, keadaan mudah tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah (Tiran, 2009). Menurut Ganong (2010) dismenorea adalah kram, nyeri dan ketidaknyamanan wanita yang dihubungkan dengan menstruasi. Dismenorea adalah menstruasi yang nyeri, kram, mentruasi yang berat sering terjadi pada wanita muda dan sering menghilang setelah kehamilan pertama. Dismenorea merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi dokter, puskesmas atau datang ke bidan. Hartono (2007) menyatakan dismenore atau dasar dari nyeri haid pada wanita merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit yang diakibatkan oleh hiperkontraktilitas uterus
yang disebabakan oleh
Prostaglandin. Prostaglandin hanya dapat menimbulkan rasa nyeri, itu terjadi bilamana kadar progesterone dalam darah rendah. Nyeri haid ini timbul akibat kontraksi distrimik miometrium yang menampilkan yang menampilkan satu atau lebih dari gelaja mulai dari nyeri ringan sampai berpat pada perut bagian bawah, bokong dan nyeri spasmodic pada sisi medial paha. Mengingat sebagian besar wanita mengalami beberapa derajat
19
20
pelvik selama haid, maka istilah dismenore hanya dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat sampai menyebabkan penderita terpaksa mencari pertolongan dokter atau pengobatan sendiri dengan analgesik. Yang dimaksud dismenore berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala dan bahkan kadang-kadang pingsan. 2. Klasifikasi Dismenorea a. Berdasarkan Jenis Nyeri 1) Dismenore Spasmodik Dismenore spasmodic adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai. Dismenore spasmodik dapat dialami oleh wanita berusia 40 tahun keatas. Sebagian wanita yang mengalami dismenore spasmodik, tidak dapat melakukan aktivitas. Gejala dismenore spasmodik, antara lain : pingsan, mual, muntah, dismenore spasmodik dapat diobati atau dikurangi dengan melahirkan bayi pertama, walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut (Hartono, 2007) 2) Dismenore Kongestif Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita diemenore kongestif akan merasa lebih baik. Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongstif, antara lain : pegal (pegal pada paha), sakit pada payudara, lelah, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan,
21
ceroboh, gangguan tidur, timbul memar di paha dan lengan atas (Nugraha, 2008). b. Berdasarkan Kelainan 1) Dismenorea Primer Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genetal yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa setelah menarche datang biasanya setelah 12 bulan atau lebih, umumnya anovulatoar yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar kearah pinggang dan paha, bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya (Prawirohardjo, 2007). 2) Dismenorea sekunder Dismenorea sekunder
adalah nyeri saat menstruasi yang
disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi pada wanita yang berusia diatas 25 tahun penyebab dari dismenorea sekunder antara lain infeksi, adenomiosis, mioma uteri, salpingitis kronis, stenosis, servisis uteri, kista ovarium, polip uteri dan lain-lain (Prawirohardjo, 2007).
22
3. Gejala a. Dismenorea Primer Dismenorea primer adalah nyeri haid yang timbul sejak haid pertama (menarche) biasanya timbul pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama haid. Dan terjadi pada usia antara 15-25 tahun, kemudian hilang pada usia 2-an atau awal 30-an tanpai dijumpai adanya kelainan pada alat-alat kandungannya (Nasution, 2008) Nyeri abdomen dapat dimulai beberapa jam sampai 1 hari mendahului keluarnya darah haid, saat pelepasan endometrium masksimal. Nyeri cenderung bersifat tajam dan kolik biasanya dirasakan di daerah supra pubis (Taber, 2004) 4. Ciri – ciri dismenore primer Ciri- ciri dismenore primer yaitu sebagai berikut : a. Sering ditemukan pada usia muda b. Nyeri sering timbul segera setelah dimulai haid teratur c. Nyeri sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala d. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid e. Jarang ditemukan kelainan genetalia pada pemeriksaan ginekologis f. Cepat
memberikan
respon
terhadap
pengobatan
medikamentosa
(Manuaba, 2008) 5. Tingkat keluhan dismenorea Menurut
Manuaba
(2008)
dismenorea terjadi atas tiga, yakni :
berdasarkan
tingkat
keluhannya
23
a. Ringan yaitu dismenorea berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari. b. Sedang yaitu membutuhkan obat penghilang rasa nyeri atanpa perlu meninggalkan pekerjaannya. c. Berat yaitu perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, sakit pinggang, diare bahkan sampai pingsan. 6. Pengobatan Menurut Thaniez (2009) ada beberapa cara pengobatan di bawah ini dapat menghilangkan atau minimal membantu mengurangi rasa nyeri haid yang menggangu. Cara tersebut antara lain : a. Pengobatan Wanita dengan dismenorea primer banyak yang dibantu dengan mengkonsumsi obat anti peradangan bukan steroid yang menghambat produksi dan kerja prostaglandin. Obat itu termasuk aspirin, formula ibuprofen yang dijual bebas dan naproksen. Beberapa Dokter meresepkan pil KB untuk meredakan dismenorea, tetapi hal itu tidak dinggap sebagai penggunaan yang tepat. Namun hal itu dapat menjadi pengobatan yang sesuai bagi awanita yang ingin menggunakan alat KB berupa PIL. b. Rileksasi Dalam kondisi rileks tubuh juga menghentikan produksi hormone adrenalin dan semua hormone yang diperlukan saat kita stress. Karena hormone esterogen dan progesteron serta hormone adrenalin diproduksi dari blok kimiawi yang sama, ketika kita mengurangi stress
24
kita juga telah mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut. Jadi dapat kita lihat perlunya rileksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormone yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri. Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram menstruasi. Salah satunya adalah peregangan kucing. Sebuah latihan yang dirancang untuk meningkatkan kondisi otot berguna juga untuk mengatasi nyeri saat haid. c. Hipnoterapi Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola fikir dari negative ke positif. Pendekatan yang umumnya dilakukan adalah memunculkan pikiran bawah sadar agar latar belakang permasalahan dapat diketahui dengan tepat. Caranya adalah saat menstruasi belum datang, rilekskan tubuh dalam posisi terlantang di tempat tidur dengan kedua tangan berada disamping tubuh. Nonaktifkan pikiran, dengan mata yang terpejam, sadari kondisi saat itu. Setelah benar-benar rileks dan nyaman, pelan-pelan instruksikan pada diri sendiri sebuah perintah yang berbunyi “rasa sakit yang biasanya datang saat haid, hilang”. Ucapkan klaimat itu berulang-ulang dalam hati sembari meyakini bahwa hal itu pasti akan terjadi. Sekitar 15 menit kemudian, buka mata. d. Alternatif Pengobatan Selain pemakaian obat penawar rasa sakit tanpa resep, relaksasi dan hipnoterapi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri haid.
25
1) Suhu panas. Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres handuk atau botol berisi air panas di perut dan punggung bawah serta minuman yang hangat. Mandi air hangat juga dapat membantu. 2) Tidur dan istirahat yang cukup, serta olah raga, yang tidak hanya mengurangi stress tapi juga meningkatkan produksi endorphin otak, penawar sakit alami tubuh. Tidak pembatasan aktivitas selama haid. 3) Pada kasus yang sangat jarang dan ekstrim, kadang diperlukan eksisi pada saraf uterus. 4) Sebuah terapi alternative, yaitu visualisasi konsentrasi pada warna sakit sampai mencapai penguasaan atasnya dapat membantu mengurangi nyeri haid. 5) Sebagai tambahan, aroma terapi dan pemijatan juga dapat mengurangi rasa nyeri. Pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan telunjuk pada perut bagian bawah akan membantu mengurangi nyeri haid. Mendengarkan music, membaca buku atau menonton film juga dapat menolong.
B. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dismenorea primer Beberapa Faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenore primer yaitu : 1. Status Gizi a. Pengertian Status Gizi Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Status gizi merupakan keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Gizi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang
26
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, tranfortasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Thaniez, 2009). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tersebut (Setiabudi, 2007). b. Peran gizi pada pertumbuhan wanita Pada remaja perempuan saat memasuki masa pubertas berat badan mencapai kira-kira 60% berat badan dewasa. Mencapai puncak kecepatan berat badan sekitar 8 kg/tahun. Pertumbuhan otot terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh tinggi berat badan dan otot. Rata-rata kecepatan pertumbuhan berat badan sekitar 9 kg/tahun. Butrisi menentukan pertumbuhan berat badan. Bila asupan nutrisi dalam jumlah yang kurang optimal akan berdampak pada perlambatan proses pertumbuhan
dan
perkembangan
maturasi/pematangan
seksual.
Sebaliknya bila asupan nutrisi terlalu berlebih akan terjadi percepatan proses pertumbuhan perkembangan seksual. Remaja membutuhkan nutrisi lebih dibandingkan dengan waktu anak-anak. Kebutuhna nutrisi mencapai puncaknya terutama pada saat pacu tumbuh mencapai maksimal (Setiabudi, 2007). Status gizi dikatakan baik, apabila nutrisi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, maupun air digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan (Paath, 2008).
27
c. Pengukuran status gizi Antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh akan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Menurut Sulistyowati (2009) status gizi seseorang ditentukan oleh terpenuhi atau tidaknya kebutuhan akan zat-zat gizi. Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi menentukan kriteria status gizi seseorang dan merupakan gambaran tentang apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Cara yang sederhana untuk menentukan status gizi dewasa adalah dengan menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh). Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Indeks masa tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai indicator yang baik untuk menentukan status gizi remaja (Thaniez, 2009). Rumus pengukuran IMT adalah sebagai berikut : IMT =
BB TBxTB
Keterangan : IMT : Indeks Masa Tubuh BB
: Berat Badan (Kg)
TB
: Tinggi Badan (Meter)
28
Rumus ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia antara 19 – 70 tahun, berstruktur tulang belakang normal, bukan wanita hamil atau menyusui (Arisman, 2007). Tabel 2.1 Kategori Indeks Masa Tubuh (IMT) IMT KATEGORI < 18,5 Berat badan kurang 18,5 – 22,9 Berat badan normal ≥ 23,0 Kelebihan berat badan 23,0 – 24,9 Beresiko menjadi obesitas 25,0 – 29,9 Obesitas I ≥ 30,0 Obesitas II Sumber : Centre of obesitas Research and Education (Paath , 2007) d. Hubungan status gizi obesitas dengan nyeri haid Masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konstitusi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Remaja putri sering melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik sebagai kudapan maupun “makan besar” (Kristina, 2010). Menurut Sudjana (2005) menyatakan semakin banyak lemak semakin
banyak
pula
prostaglandin
yang
dibentuk,
sedangkan
peningkatan kadar prostaglandin dalam sirkulasi darah diduga sebagai penyebab dismenore. Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf terminal rangsangan nyeri. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebih ke dalam peredaran darah, maka selain dismenore timbul pula diare, mual dan muntah.
29
e. Hubungan status gizi kurang dengan nyeri haid Faktor konstitusi merupakan penyebab nyeri haid. Faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore (Nugraha, 2008). Masalah status gizi makro dan mikro menyebabkan tubuh menjadi kurus, berat badan turun, anemia dan mudah sakit. Status gizi merupakan gambaran secara makro akan zat gizi tubuh kita. Termasuk salah satunya adalah zat besi, bila status gizi tidak normal dikhawatirkan status zat besi dalam tubuh juga tidak baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya anemia (Kristina, 2010). 2. Umur menarche a. Pengertian Menarche adalah haid yang pertama terjadi, yang merupakan ciri khas kedewasaan seseorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Paath, 2008). Menarche menurut Hincliff (2003) adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada pubertas seorang wanita. Menarce merupakan pertanda adanya sesuatu perubahan status sosial dari anak-anak ke dewasa.
30
b. Umur saat menarche Mentruasi pertama dalam bahasa kedokterannya menarche yang berasal dari bahasa yunan yang berarti “Permulaan Bulan”. Berlaku pada kisaran umur 12 tahun atau bahasa agama akil baligh. Pendarahan (mentruasi) untuk pertama kali disebut menarche pada umur 12 – 13 tahun (Proverawati, 2009). Menarche merupakan menstruasi pertama lakinya mendapat haid, bervariasi lebar yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-rata usia 12 – 13 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarce dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umur (Sudjana, 2005). Proses menstruasi bermula sekitar umur 12 atau 13 tahun walaupun ada yang lebih cepat sekitar umur 9 tahun dan selambatlambatnya umur 16 tahun. Salah satu faktor resiko terjadinya dismenore primer adalah menstruasi pertama pada usia amat dini (earlier age at menarche). Telah mencatat faktor resiko pada dismenore primer antara lain usia saat mentruasi pertama < 12 tahun (Sulistyowati, 2009). 3. Psikologis a. Pengertian Stress dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya (Tery, 2005). Stress adalah reaksi non spesifik manusia terhadap rangsangan atau tekanan. Stress merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat individual, sehingga suatu stress bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya
31
bagi orang lain, hal ini dipengaruhi oleh tingkat kematangan berfikir, tingkat pendidikan dan kemampuan adaptasi seseorang terhadap lingkungannya. Stressor akan membebani individu dan mengakibatkan gangguan keseimbangan fisik ataupun psikis (Hartono, 2007). Ada tiga faktor psikologis yang terlibat disini, yaitu : 1) Perceived control, yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai stressor itu sendiri 2) Learned helplessness, yaitu reaksi tidak berdaya akibat seringnya mengalami peristiwa yang berada di luar kendalinya. Produk akhirnya adalah motivational deficit (menyimpulkan bahwa semua upaya adalah sia-sia), cognitive deficit (kesulitan mempelajari respon-respon yang dapat membawa hasil yang positif), dan emotional deficit (rasa tertekan karena melihat bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa dan situasinya tak terkendalikan lagi) 3) Hadriness, yaitu keberanian dan ketangguhan yang terdiri dari tiga karakteristik : a) Keyakinan
bahwa
seseorang
dapat
mengendalikan
atau
mempengaruhi apa yang terjadi padanya b) Komitmen, keterlibatan dan makna pada apa yang dilakukan dari hari demi hari c) Fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, seolaholah perubahan merupakan tantangan untuk pertumbuhannya (Nasution, 2008).
32
b. Hubungan stress dengan dismenore Respon stress dikoordinasikan dengan upaya tubuh oleh sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis. Dismenore timbul oleh ketidakseimbangan pengadilan syaraf otonom terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi rangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis segingga serabut-serabut sirkuler pada istimus dan istium uteri internum menjadi hipertonik. Tubuh yang bereaksi saat mengalami stress, faktor stress ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukkan keadaan stress adalah adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh hormon stress yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh dan pernafasan meningkat (Isnaeni, 2010). Disisi lain saat stress, tubuh akan memproduksi hormone adrenalin, esterogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Esterogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan peningkatan progesterone bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika mentruasi (Isnaeni, 2010).
33
c. Pengukuran Stress Untuk mengetahui derajat stress pada diri seseorang, dipakai alat ukur stress menurut Tery dan Gredson. Penilaian ini berisi 20 pertanyaan, pertanyaan yang digunakan antara lain: 1) Mudah tersinggung oleh orang lain atau hal-hal remeh 2) Merasa tidak sabar 3) Merasa tidak mampu mengatasi 4) Merasa gagal 5) Sulit mengambil keputusan 6) Tidak tertarik pada orang 7) Merasa tidak menemukan seseorang yang bisa diajak bicara tentang masalah-masalah anda 8) Sulit berkonsentrasi 9) Merasa terabaikan sama sekali 10)
Gagal dalam menyelesaikan tugas/pekerjaan sebelum melakukan
tugas/pekerjaan berikutnya, dengan meninggalkan pekerjaan itu tidak selesai 11)
Mencoba melakukan banyak hal sekaligus
12)
Merasa cemas atau tertekan
13)
Tanpa sadar agresif
14)
Merasa bosan
15)
Mengubah pola minum, merokok atau makan
16)
Mengubah tingkat aktivitas sosial
17)
Menangis atau ingin menangis
34
18)
Merasa selalu kecapean
19)
Mengalami hal-hal berikut lebih sering :nyeri punggung dan leher,
pusing myeri otot, kram dan kejang urat, sembelit, diare, hilang selera makan, rasa panas dalam perut,gangguan pencernaan dan nausea 20)
Melakukan dua hal berikut : menggigit kuku, mengapalkan tangan,
mengetok jari, menggertakan gigi, membungkukkan bahu, menginjakinjakkan kaki, sulit tidur (Isnaeni, 2010)
C. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka pada pembahasan diatas maka banyak faktor yang dapat menyebabkan masyarakat kita belum mengadopsi ini sebagian sebuah perilaku kesehatan. Oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka peneliti hanya meneliti 3 Variabel saja, yaitu : V. Independen
V. Dependen
Status Gizi Kejadian Dismenorea
Umur Menarche Psikologis Gambar 3.1 Kerangka Konsep
D. Hipotesa Dari kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : a. Ada pengaruh antara status gizi dengan kejadian dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh tahun 2013
35
b. Ada pengaruh antara umur menarche dengan kejadian dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh tahun 2013 c. Ada pengaruh antara Psikologis dengan kejadian dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh tahun 2013
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan metode cross sectional. Yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada waktu penelitian sedang berlangsung (Notoatmodjo, 2003).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi tingkat 1, 2, dan
3 yang pernah mengalami dismenore di Akademi
Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013 sebanyak 139 orang. 2. Sampel Menurut Notoatmodjo, (2010) Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut : n=
N 1 + N (d2)
36
37
Keterangan : N : Besar Populasi n : Besar Sampel d : Tingkat Kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 90%
n=
N 1 + N (d2)
n=
139 1 + 139 (0,12)
n=
139 1 + 139 (0,01)
n=
139 1 + 1,39
n=
139 2,39
= 58, 159
Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 58 orang Dengan kriteria sebagai berikut : a. Bersedia menjadi responden b. Berumur 17 – 21 tahun c. Remaja putri yang mengalmi dismenore C. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan 2 – 7 September 2013 di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer di peroleh dengan cara memberikan kuisioner kepada responden.
38
2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
1 Variabel Depenen 1. Kejadian Dismenorea
Definisi Operasional 2 Nyeri yang ditimbulkan akibat menstruasi
Cara ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
3
4
5
Membagikan kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan kriteria
Kuisioner
-Primer
Skala Ukur 6 Ordinal
-Sekunder
Primer, jika jawaban benar x ≥ 4,1 Sekunder, jika jawaban benar x < 4,1 Variabel Independen 1. Status Gizi Pengukuran asupan gizi seseorang yang dinyatakan dengan Indeks Masa Tubuh 2
Umur Menarche
Usia remaja pertama kali mentruasi
Mengukur IMT dengan Kriteria Normal bila IMT 18,5– 22,9
Wawancara
-Baik
Ordinal
-Kurang
Tidak Normal bila IMT bukan 18,5-22,9 Membagikan kuisioner yang terdiri dari 1 pertanyaan dengan kriteria ≤ 12 tahun bila jawaban pertama kali menstruasi dibawah 12 tahun > 12 tahun bila jawaban pertama kali menstruasi diatas 12 tahun
Kuisioner
≤ 12 tahun > 12 tahun
Ordinal
39
.No 3.
Variabel Psikologis
Definisi Operasional Stress yang dirasakan seseorang yang menyebabkan terjadinya dismenore
Cara Ukur Membagikan kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan kriteria
Alat Ukur Kuesioner
Hasil Ukur Mempengaruhi
Skala Ukur Ordinal
-Tidak Mempengaruhi
Mempengaruhi, bila jawaban benar x ≥ 3,8 Tidak mempengaruhi, bila jawaban benar x < 3,8
F. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 11 pertanyaan. 5 pertanyaan untuk dismenorea dengan jawaban terpimpin. 1 pertanyaan untuk usia menarche dan 5 pertanyaan untuk psikologis masingmasing dengan jawaban terpimpin.
G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah data terkumpul melalui angket atau kuisioner, maka dilakukan pengolahan data yang melalui berupa tahapan sebagai berikut: a. Seleksi data (Editing) Dimana peneliti akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.
40
b. Pemberian kode (Coding) Setelah dilakukan editing, selanjutnya peneliti memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data. c. Pengelompokkan data (Tabulating) Pada
tahap
ini,
jawaban-jawaban
responden
yang sama
dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel (Budiarto, 2002). 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi dari tiap variable (Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel data frekuensi (Sudjana, 2005), analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut: P
f x100% n
Keterangan : P = Persentase f = frekuensi yang diamati n = jumlah responden yang menjadi sampel (Budiarto, 2004). b. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variable-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variable terkait. Analisa data yang digunakan adalah tabel silang. Untuk menguji hipotesa
41
dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Khi Kuadrat (ChiSquare) pada tingkat kemaknaan 95% (p < 0,05) sehingga dapat diketahui ada tidaknya pengaruh yang bermakna secara statistik menggunakan program SPSS for windows very 16.00. Melalui perhitungan Khi Kuadrat (Chi-square) tes selanjutnya ditarik kesimpulan bila P lebih kecil dari alpha (P < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan adanya pengaruh bermakna antara variable dependen dan independen dan jika P lebih besar dari alpha (P > 0.05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara variable dependen dan independen. Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut : 1) Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2) Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction. 3) Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square. 4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi table Contingency 2x2 (Arikunto, 2006)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh berbatasan dengan : a. Bagian Utara berbatasan dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah b. Bagian Selatan berbatasan dengan Jalan Raya c. Bagian barat berbatasan dengan Sekolah Dasar (SD) Negeri 54 d. Bagian Timur berbatasan dengan Panti Asuhan B. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 2 – 7 September Tahun 2013. Dari data yang dikumpulkan terdapat 58 mahasiswi dari populasi seluruh mahasiswi yang kuliah di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh. Data dikumpulkan melalui kuesioner, data dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut: 1. Analisa Univariat a. Kejadian Dismenore Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenore pada Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013 No 1. 2.
Kejadian Dismenore Primer Sekunder Jumlah
Frekuensi 46 12 58
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
42
(%) 79,3 20,7 100,0
43
Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 58 responden yang diteliti ditemukan mayoritas menderita dismenore primer, yaitu sebanyak 46 responden (79,3%). b. Status Gizi Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013 No 1. 2.
Status Gizi Baik Kurang Jumlah
Frekuensi 20 38 58
(%) 34,5 65,5 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 58 responden yang diteliti ditemukan mayoritas mengalami status gizi yang tidak normal, yaitu sebanyak 38 responden (65,5%). c. Umur Menarce Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Menarche pada Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013 No 1. 2.
Umur Menarce < 12 tahun > 12 tahun Jumlah
Frekuensi 35 23 58
(%) 60,3 39,7 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 58 responden yang diteliti ditemukan mayoritas mengalami menarce pada umur < 12 tahun, yaitu sebanyak 35 responden (60,3%).
44
d. Psikologis Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Psikologis pada Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013 No 1. 2.
Psikologis Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Jumlah
Frekuensi 34 24 58
(%) 58,6 41,4 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 58 responden
yang
diteliti
ditemukan
mayoritas
terpengaruh
oleh
psikologis, yaitu sebanyak 34 responden (58,6%). 2. Analisa Bivariat a. Pengaruh Status Gizi terhadap Kejadian Dismenore Adapaun hasil tabulasi silang antara status gizi dengan kejadian dismenore primer terhadap mahasiswi di Akademi Kebidanan Meulogoe Meulaboh Tahun 2013, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Pengaruh Status Gizi terhadap Kejadian Dismenore pada Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013 N o
Status Gizi
1 Baik 2 Kurang
Kejadian Dismenore Primer Sekunder f % f % 19 95,0 1 5,0 27 71,1 11 28,9
Jumlah f 20 38
% 100 100
Uji Statistik p-value
α-value
P = 0,042
0,05
Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan bahwa kejadian dismenore primer lebih besar didapatkan pada remaja dengan status gizi normal yaitu 95% dibandingkan remaja dengan status gizi tidak mormal yaitu 71,1%. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh antara status gizi dengan kejadian dismenore.
45
b. Pengaruh Umur Menarche terhadap Kejadian Dismenore Tabel 4.6 Pengaruh Umur Menarce terhadap Kejadian Dismenore pada Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013 N o
Umur Menarche
1 2
< 12 tahun > 12 tahun
Kejadian Dismenore Primer Sekunder f % f % 31 88,6 4 11,4 15 65,2 8 34,8
Jumlah f 35 23
% 100 100
Uji Statistik p-value
α-value
p = 0,047
0,05
Berdasarkan tabel 4.6, menunjukkan bahwa kejadian dismenore primer lebih besar terjadi pada remaja umur < 12 tahun yaitu 88,6% dibandingkan dengan remaja umur > 12 tahun yaitu 65,2%. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh antara umur menarche dengan kejadian dismenore. c. Pengaruh Psikologis terhadap Kejadian Dismenore Tabel 4.7 Pengaruh Psikologis terhadap Kejadian Dismenore pada Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013 N o
Psikologis
1
Mempengaruhi
2
Tidak Mempengaruhi
Kejadian Dismenore Primer Sekunder f % f % 23 67,6 11 32,4
f 34
% 100
23
24
100
95,8
1
4,2
Jumlah
Uji Statistik p-value
α-value
P = 0,010
0,05
Berdasarkan tabel 4.7, menunjukkan bahwa kejadian dismenore primer lebih besar didapatkan pada remaja yang tidak terpengaruh oleh psikologis yaitu 95,8% dibandingkan remaja yang terpengaruh oleh psikologis yaitu 67,6%. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh antara psikologis dengan kejadian dismenore.
46
C. Pembahasan 1. Pengaruh Status Gizi dengan Kejadian Dismenore pada mahasiswi Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer terhadap mahasiswi Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.5 diatas, menunjukkan bahwa kejadian dismenore primer lebih besar didapatkan pada remaja dengan status gizi normal yaitu 95% dibandingkan remaja dengan status gizi tidak mormal yaitu 71,1%. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh antara status gizi dengan kejadian dismenore. Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Status gizi merupakan keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Gizi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, tranfortasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organorgan, serta menghasilkan energi (Thaniez, 2009). Masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konstitusi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Remaja putri sering melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik sebagai kudapan maupun “makan besar” (Kristina, 2010).
47
Masalah status gizi makro dan mikro menyebabkan tubuh menjadi kurus, berat badan turun, anemia dan mudah sakit. Status gizi merupakan gambaran secara makro akan zat gizi tubuh kita. Termasuk salah satunya adalah zat besi, bila status gizi tidak normal dikhawatirkan status zat besi dalam tubuh juga tidak baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya anemia (Kristina, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana Larasati (2009), tentang hubungan pengetahuan, pendidikan dan status gizi dengan dismenore primer pada siswi SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore pada siswi SMA. Nilai p-value yang diperoleh adalah p = 0,0025 (p < 0,01). Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore primer. Hal tersebut dikarenakan masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, misalnya remaja yang terlalu banyak makan junk food. Apabila status gizi tidak normal maka zat besi dalam tubuh pun tidak normal dan akan berpengaruh pada saat ia menstruasi. 2. Pengaruh Umur menarce dengan Kejadian Dismenore Primer terhadap mahasiswi Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa umur menarce merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer terhadap mahasiswi Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6, menunjukkan bahwa kejadian dismenore primer lebih besar terjadi pada remaja umur < 12
48
tahun yaitu 88,6% dibandingkan dengan remaja umur > 12 tahun yaitu 65,2%. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh antara umur menarche dengan kejadian dismenore. Menarche menurut Hincliff (2003) adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada pubertas seorang wanita. Menarce merupakan pertanda adanya sesuatu perubahan status sosial dari anak-anak ke dewasa. Menarche merupakan menstruasi pertama lakinya mendapat haid, bervariasi lebar yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-rata usia 12 – 13 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarce dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umur (Sudjana, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Farida Aisyah (2010) tentang pengaruh pengetahuan dan umur menarche terhadap terhadap terjadinya dismenore pada siswi di SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang umur menarche terlalu dini memiliki pengaruh penting terhadap terjadinya dismenore. Nilai p-value 0,003 (p < 0,01). Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa umur menarche merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore, hal tersebut dikarenakan umur menarche yang terlalu dini berpengaruh terhadap proses pendewasaan seseorang, jika organ tubuh orang tersebut dewasa pada saat belum cukup umur atau < 12 tahun maka akan terjadi ketidaksiapan mental bagi orang tersebut dan lebih besar resiko terkena dismenore bila dibandingkan dengan orang yang mengalami menarche > 12 tahun. 3. Pengaruh Psikologis dengan Kejadian Dismenore Primer terhadap mahasiswi
49
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa psikologis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer terhadap mahasiswi Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.7, menunjukkan bahwa kejadian dismenore primer lebih besar didapatkan pada remaja yang tidak terpengaruh oleh psikologis yaitu 95,8% dibandingkan remaja yang terpengaruh oleh psikologis yaitu 67,6%. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh antara psikologis dengan kejadian dismenore. Stress adalah reaksi non spesifik manusia terhadap rangsangan atau tekanan. Stress merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat individual, sehingga suatu stress bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya bagi orang lain, hal ini dipengaruhi oleh tingkat kematangan berfikir, tingkat pendidikan dan kemampuan adaptasi seseorang terhadap lingkungannya. Stressor akan membebani individu dan mengakibatkan gangguan keseimbangan fisik ataupun psikis (Hartono, 2007). Disisi lain saat stress, tubuh akan memproduksi hormone adrenalin, esterogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Esterogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan peningkatan progesterone bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika mentruasi (Isnaeni, 2010).
50
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Intan Ayu (2011) tentang pengaruh pengetahuan, umur menarche dan psikologis terhadap kejadian dismenore pada siswi di SMA. Penelitian ini menunjukkan bahwa psikologis seseorang mempengaruhi kejadian dismenore. Nilai p-value 0,005 (p < 0,01). Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa psikologis merupakan salah satu faktor yang mempenagruhi terjadinya dismenore primer, hal tersebut karena keadaan psikologis yang terganggu akan mengeluarkan hormon adrenalin, esterogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Esterogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, maka orang yang stress lebih besar resiko terjadinya dismenore.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB sebelumnya, peneliti membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh antara status gizi dengan kejadian dismenore pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meulogoe Meulaboh Tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value (0,042) < dari α-value (0,05) 2. Ada pengaruh antara umur menarce dengan kejadian dismenore pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meulogoe Meulaboh Tahun 2013,, ditandai dengan nilai p-value (0,047) < dari α-value (0,05) 3. Ada pengaruh antara Psikologis dengan kejadian dismenore pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meulogoe Meulaboh Tahun 2013,, ditandai dengan nilai p-value (0,010) < dari α-value (0,05).
B. Saran 1. Bagi Responden Agar
dapat
menambah
pengetahuan
mengenai
kejadian
dismenore, agar responden dapat mengetahui ciri-ciri dismenore primer dan dismenore sekunder serta dapat melakukan pertolongan pertama bila dirinya megalami dismenore.
2. Bagi Institusi Agar dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi pustaka dan sebagai salah satu literature mahasiswi dalam melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Peneliti Lainnya Agar dapat dijadikan acuan dalam mengadakan penelitian dimasa yang akan datang mengenai kejadian dismenore pada mahasiswi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Farida. 2010. Pengaruh pengetahuan dan umur menarche terhadap terjadinya dismemore primer pada siswi SMP. Skripsi Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC Ayu, Intan. 2011. Pengaruh pengetahuan, umur menarche dan psikologis terhadap kejadian dismenore pada siswi di SMA. Skripsi. Budiarto, E. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Ema, Hewari. 2008. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Paath, dkk. 2008. Development Psychology: A Life Span Approach. 5th Edition. New York : Mcgraw-Hill Kogakusha Ltd Hartono. 2007. Stress dan Diemenore. http:// Indonesiaindonesia.com/ diakses tanggal 28 Januari 2013 Hincliff et al. Essesnsial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC Isnaeni, Susi. 2010. Faktor-faktor Yang Berkaitan Terjadinya Dismenorea Pada Remaja Putri. Skripsi Psikologi. USU Kristina. 2010. Dismenore primer. Jakarta : Balai Pustaka Larasati, Diana. 2009. Hubungan pengetahuan, pendidikan, dan status gizi dengan dismenore primer pada siswi SMA. Skripsi Manuaba, I.G.B, 2008. Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : Hipokrates
Nugraha, M. 2008. Perawatan Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi. Medan :Gramiko Pustaka Raya Nasution. 2008. Merokok Pada Remaja Masa Kini. http://infokes.blogspot.com/ diakses tanggal 28 Januari 2013 Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta __________________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Poverawati, Atikah. 2009. Menarche. Yogyakarta : Nuha Medika Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-Sp Setiabudi. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : SKMUI Sulistyowati. 2009. Rahasia Sehat dan Cantik Sampai Usila. Yogyakarta : C.V ANDI Sudjana, C. 2005. Buku Kuliah 2 Kesehatan Reproduksi. Jakarta : SKMUI Taber, Ben-zion, M.D. 2004. Kapita Selekta Kedaruratan Observasi dan Ginekologi. Jakarta : EGC Terry. 2005. Psikologis pada wanita. http://Theo.blogspot.com/ diakses tanggal 28 Januari 2013 Thaniez et al,. 2009. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates Tiran, Denise. 2009. Kamus Saku Bidan. Jakarta : EGC