ABSTRAK FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT GENERIK DI PUSKESMAS KAYU TANGI BANJARMASIN Endah Agustia Pratiwi 1 ; Noor Aisyah 2; Akhmad Fakhriadi 3 Obat generik adalah nama obat berdasarkan zat berkhasiat yang dikandungnya. Dalam lima tahun terakhir 2005-2010, pasar obat generik turun dari 14% menjadi 10% total penggunaan obat Nasional. Penurunan penggunaan obat generik terjadi karena rendahnya sumber informasi yang diperoleh masyarakat, serta kurangnya sosialisasi obat generik oleh pemerintah diberbagai daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, pekerjaan dan umur dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik di Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Sampel diambil dengan menggunakan metode accidental sampling, dengan jumlah sampel 83 orang. Dilaksanakan di Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik dengan kategori baik 25,30 %, kategori cukup 27,71 %, kategori kurang 46,99 %, terbukti bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik. Kata Kunci : Obat Generik,Masyarakat,Tingkat Pengetahuan, Hubungan
ABSTRACT FACTORS RELATING TO THE LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT GENERIC DRUGS IN THE PUBLIC HEALTH CENTER KAYU TANGI BANJARMASIN Endah Agustia Pratiwi 1 ; Noor Aisyah 2; Akhmad Fakhriadi 3 Generic drugs are efficacious drug names based on the substances they contain. In the five years 2005-2010, the generic drug market fell from 14% to 10% of total national drug use. Decreased use of generic drugs due to a low source of information obtained by the public, as well as the lack of socialization of generic drugs by the government in various areas. The purpose of this study was to determine the relationship of factors - factors that influence the level of knowledge about the public's knowledge of generic drugs in public health center Kayu Tangi Banjarmasin. This was a descriptive analytic cross sectional design. Samples were taken by using accidental sampling method, a sample of 83 people at the health center Kayu Tangi Banjarmasin. Retrieval of data by using questionnaires. The results showed that the level of public knowledge about generic drugs with good category 25.30%, moderate category 27.71%, and severe category 46.99%, there was a significant association between the factors influencing the knowledge level of public knowledge about generic drugs. Keywords: Generic drugs, society, the level of knowledge, relationships
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Dewasa ini banyak sekali masalah kesehatan masyarakat yang timbul di Indonesia
akibat perilaku masyarakat yang semakin kompleks. Peran pelayanan kesehatan dari pemerintah sangat menentukan pemecahan solusi yang tepat bagi penanganan permasalahan tersebut. Salah satu masalah kesehatan yang marak di Indonesia adalah masalah mengenai pengobatan, banyak sekali masyarakat di luar sana yang berkutat dengan penyakitnya, bahkan harus mengorbankan hidupnya hanya karena tidak mampu membeli obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Program obat generik merupakan salah satu terobosan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Program pemerintah tersebut tertuang secara
tegas
dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 berisi tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN ( International Non-proprietary Names) dari WHO untuk zat kimia yang dikandungnya. Nama generik ialah nama umum atau nama resmi yang dipakai dan dikenal di seluruh dunia. Tujuan pemberian nama generik ialah untuk memberikan pengertian yang sama pada semua orang terhadap suatu zat kimia tertentu sehingga beribu-ribu zat kimia dapat dibedakan dengan jelas. Dengan demikian, membedakan di antara obat- obat generik akan lebih mudah daripada membedakan obat-obat dengan nama dagang yang sangat banyak jumlahnya. (Anonim2009)
Menurut data Departemen Kesehatan RI (2010), peresepan obat generik oleh dokter di rumah sakit umum milik pemerintah baru 66 persen, sedangkan di rumah sakit swasta dan apotek hanya 49 persen. Ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan juga baru 69,7 persen dari target 95 persen, Dalam lima tahun terakhir 2005-2010, pasar obat generik turun dari Rp2.525 triliun atau 10 persen dari pasar nasional, menjadi Rp2.372 triliun atau 7.2 persen dari pasar nasional. Sementara, pasar obat nasional meningkat dari Rp23,59 triliun pada 2005 menjadi Rp32,93 triliun pada 2009. Hal itu antara lain dipengaruhi oleh tingkat penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan.
Ironis memang ketika ditemukan sejumlah bukti bahwa pelaksanaan program obat generik tidaklah semudah apa yang dicanangkan pemerintah selama ini. Banyak faktor yang justru menimbulkan masalah baru dalam pelaksanaan program obat generik. Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa itu obat generik, dan perbedaannya dengan obat yang lainnya. Padahal Pemerintah mencanangkan program obat generik tersebut dengan maksud untuk memberikan kemudahan dalam akses pelayanan kesehatan masyarakat, dan dari segi Farmakoekonomi bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat terhadap obat generik, karena telah disadari bahwa tingkat perekonomian dan daya beli masyarakat masih rendah. Di samping itu, tujuan dicanangkannya obat generik ialah untuk memberikan alternatif obat yang terjangkau dan berkualitas kepada masyarakat. (Mahabbah, 2011) Menurut Handayani (2007), permintaan dan kebutuhan masyarakat akan obat generik di rumah sakit bukan merupakan faktor rendahnya penggunaan obat generik, tetapi lebih disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tentang obat generik itu sendiri, hal inilah yang menyebabkan masyarakat cenderung mempercayakan pengobatan penyakitnya kepada dokter tanpa mempertanyakan jenis obat yang diberikan kepada mereka Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dimana pada sarana puskesmas tersebut hampir seluruh obat-obatan
yang diberikan kepada masyarakat adalah obat generik, oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin, agar akses untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik akan lebih mudah. Menurut Menteri Kesehatan RI, salah satu penyebab masih rendahnya pangsa pasar obat generik ini adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik sehingga opini yang berkembang obat generik merupakan obat kelas dua, kualitasnya tidak terjamin dan lain-lain. Padahal aturan untuk memproduksi dan memasarkan produk obat generik cukup ketat, diantaranya industri farmasi harus memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan melalui kontrol yang ketat dari Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM). Dalam menanggulangi masalah tentang pengetahuan mengenai obat generik pada suatu kelompok masyarakat, maka hal yang penting untuk dilakukan adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang obat generik itu sendiri, terutama faktor – faktor yang mempengaruhi secara internal, yaitu pendidikan, pekerjaan dan umur. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, merupakan salah satu langkah awal dalam membantu program pemerintah untuk mengatasi masalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang obat generik. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mencoba melakukan penelitian yang berjudul : “Faktor - faktor yang berhubungan dengan Tingkat pengetahuan masyarakat tentang Obat generik di Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin”, untuk menjawab sejauh manakah hubungan faktor-faktor tersebut dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik di Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin.