MA’RIFAH DALAM PANDANGAN TASAWUF IBN ‘ATHÂ ’ALLÂH
By MOH. RIFAUDDIN 205142002
Under the supervision of : Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, MA
A master’s thesis submitted to the the Islamic College Jakarta and Paramadina University In partial fulfillment of the requirements for the Master of Arts degree
Master’s Course of Islamic Mysticism Islamic College - Paramadina University Jakarta, February 2011
ABSTRACT Title : Ma’rifah in The Su sm of Ibn Ath All h al Sakandari Author : Moh. Rifauddin Degree : Master Degree This research intents to uncover and study the concept of ma’rifah according to Ibn Ath All h From this research inferential that for Ibn Ath All h ma rifah means recognize the essence dan attribute of God truthfully. There are two kinds of ma rifah : ma rifah 'ammah and ma rifah khâshah. Ma rifah mmah means know God and recognize His existence and also sanctifies Him from everything other then Him. Ma rifah Kh shah is ma’rifah reached by sufi through his inner heart (musyâhadah) concerning His essence, His attribute, His name and also His deed. According to him, ma rifah is one of the intention of tasawuf which is obtainable by two ways, i.e Mawâhib and Makâsib. Mawâhib (a gift from God). God gives servant directly without any efforts. He Himself chooses servants who will be given the godsend. Then, Makâsib. This way reached sufi by serious efforts through riyâdhah, mulâzamah al-dzikr, al juhd, tadharru, ihtirāq al nafs, Inâbah, shabr, syukr, ridha and others. This thesis also supports the research finding of John Renard Knowledge of God in Classical Sufism: Foundation of Islamic Mystical Theology (Paulist Press, 2004), Seyyed Hossein Nasr and William C. Chittick, World Spirituality : Manifestations (Crossroad Publishing Company, 1991), Said Aqil Siraj, Ma rifatullah andangan gama-Agama Tradisi dan Filsafat, (Elsas. 2003) Asmaran, Konsep Ma’rifah Menurut al Ghazali: Sebuah Kajian Epistiomologi, (Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga, 1990). This is a study based-library research which collected the data based on the object of study. The steps was rst collecting data from primar resources some books written b Ibn Ath All h) such as : Miftâh Al Falah wa Misbâh al Arwâh, Lath ’if al Minan fi Man qib al Syaykh bi al bb s al Mursî wa Syaykh al Syâdzilî Abî al Hasan, al Hikam, Al Qash al Mujarrad fi Ma'rifah fi al Islam al Mufrad, al Tanwîr fi Isqâth al Tadbîr, as well as some literatures written by the other schoolars and intellectuals related to this study, as the following : Taftâzâni (1968), Ibn th ll h al Sakandari wa al Tashawwufuhu. (Published Maktabah al Angl al Mishri ah Ibn jibah, Iqâzh al Himâm fâ Syarh al Hikam. (Published: Musthafâ al Bâb al Halabî wa Awlâduh), Muhammad Sa’id Ramadhân al B thī Al Hikam al- tha’iyyah : al Syarh wa al Takhlil (Published Dar Fikr Damsik, 2003) and others. Second, the available data processed and classified into parts of themes and then systematically compiled. Next it is analysed based on the applied analysis method, a descriptive-analytical method, to understand and analyze deeeply his ma’rifah concept.
Kata Pengantar Segala puji bagi Allah Tuhan yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Sehingga, Al-hamdulillâh penulis akhirnya bisa merampungkan thesis yang berjudul Ma’rifah dalam andangan Tasawuf Ibn
th
ll h al Sakandari . Tesis ini diajukan untuk memenuhi syara
meraih gelar Master Ushuluddin. Bagaimapun, penulis juga menyadari bahwa tesis ini bisa selesai berkat sumbangsih yang diberikan oleh berbagi pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang sedalamdalamnya terutama kepada : 1.
Direktur Islamic College-Jakarta, Prof. Dr. Seyyed Ahmad Fazeli, MA dan Rektor Universitas Paramadina Jakarta, Dr. Anies Baswedan, MA, juga mantan Direktur Islamic College ; Dr. Seyyed Mohsen Miri, MA dan Dr. Seyyed Mohsen Thabathabae, MA, yang telah memberikan kesempatan yang baik kepada saya untuk menimba ilmu di Islamic College.
2.
Wakil Direktur Bidang Pendidikan Islamic Collage Jakarta Dr. Kholid al Walid yang telah memberikan motivasi dalam merampungkan penelitian ini.
3.
Pembimbing saya, Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, yang telah banyak memberikan ilmu, saran dan juga meluangkan waktunya
dalam
penulisan tesis ini. 4. Para dosen The Islamic College-Jakarta yang telah memberikan kuliah tentang filsafat dan tasawuf kepada saya, yaitu Dr. Seyyed Mohsen Miri, MA, Prof. Dr. Mulyadi Kertanegara, Dr. Haidar Bagir, MA, Prof. Dr. Musavi, Prof. Dr. Hamid Parsania, Prof. Dr. Jalaluddin Rahmat, MA, Prof. Dr. Abdul Hadi, MA, Prof. Dr. Toety MA, Ir. Hussen Heryanto, M.Hum, Dr. Hussein Shahab, MA, Geraldate, MA, Muhammad Baqir, M.A.
5.
Para penguji yang telah banyak memberikan kritik dan sarannya.
6. Kepala Manajemen Tesis Islamic Collage, Mr. Basrir Hamdani, MA, yang telah banyak memberikan support dalam penggapan tesis ini. 7.
Dan juga terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, keluarga, yang telah banyak memberikan dukungan dan do’an a Semogga Allah selalu melindungi meridhai dan memberikan yang terbaik kepadanya.
8. Tidak lupa juga kepada teman-teman kelas angkatan 2005, yaitu KH. Ahmad Sajid, Kang Aos, Kang Arif Mulyadi, Kang Rudy Suharto, Ust. Ikin AS. Semua teman-teman di Islamic Collage : Kang Wahyu Fajar, Kang Suryana, Kang Juni Dahlan, Ibu Endang, Kang Hadi, Mas Humaidi, Mas Fathur Rossi, Neng Sri dan juga temen-temen yang tidak penulis sebutkan disini satu persatu. Juga seluruh staf di Islamic College Jakarta, yang telah membantu dalam merampungkan tesis ini. 9. Direktur Perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta atas semua bantuan dan kesempatannya untuk membantu penelitian penulis. 10. Ketua Yayasan Boediardjo Hj. Ennie Boediarjo Satoto, Mr. Kresno Wiyoso, Direktur Eksekutif Sekolah Tanah Tingal Mr. Jaya di Kusumah, S.Dp, semua teman-teman di Tanah Tingal dan Sekolah Tanah Tingal. Terima kasih juga penulis sampaikan khususnya untuk calon istriku yang telah banyak memberikan dukungan. Akhirnya, dengan penuh harapan, semoga tesis ini bisa memberikan sedikit sumbangsih, manfaat untuk kemajuan penelitian selanjutnya. Dan sebagai kata akhir, penulis sangat menantikan kritik dan saran dari para pembaca sekalian.
Jakarta, 14 Februari, 2011
Daftar Isi
Abstrak … ……………………………………………………………………… .........................
i
Daftar Isi …………………………………………………………
ii
Sambutan
.........................
……………………………………………………
Transliterasi
……………………………………………………
Bab I Pendahuluan …………………………………………………
...................
iii
...................
v
..................
1
A Latar Belakang ………………………
........
1
B Rumusan Masalah ……………………………………………………………
6
B. Tujuan Penelitian………………………………………………
6
C Manfaat Penelitian ……………………………………………
7
D Tinjauan Pustaka …………………………………………
7
E. Metodoligi Penelitian ………………………………………
10
F Sistematika Penulisan …………………………
10
Bab II Kehiduapan dan Karya-karyanya … A Kehidupan
…………
12
………………………………………………………
12
B. Karya-kar an a ……………………………………
18
Bab III Wacana Ma rifah dalam Tasawuf … ………………… A. Pengertian ma rifah
.
.……
20
........
20
....
27
C. Ma rifah sebagi tujuan tasawuf …………………………………………
32
D. Ma rifah dalam pandangan para sufi ………………………………
35
E. Ma rifah sebagai pengetahuan mukâsyafah ………………………
43
F. Tingkatan ma rifah …………………
46
B. Ma rifah dalam qur’an dan sunnah …………………………
............
Bab IV Ma rifah dalam tasawuf ibn Ath All h ….……………… A. Pengertian ma rifah B. Dua jenis ma rifah .……
..…………………………………
52 52 53
C. Jalan menuju ma rifah
Bab V
Bab VI
..…………………………………
56
D. Qalb sebagai organ spiritual ..............................................
62
E. Ilm dan amal ............................................................................
71
F. Mujâhadah dan Riyâdhah ……………
76
G. Mulâzamah al dhikr....................................................................
88
H. Maqamat dan Ahwal ……………
...........................
92
I. Tawhid dan Ma’rifah ……………
...........................
144
Ma rifah ibn Ath All h diantara para sufi ..................................
152
A. Fase perkembangan tasawuf dalam Islam ............................
155
B. Ibn Ath All h diantara sliran tasawuf ……………
.......
157
C. Ma rifah ibn Ath All h dalam aliran tasawuf ……………
.......
169
Kesimpulan
Bibliograpi …………………………… Lampiran 1… Lampiran ll
…………………………………………
...............
…………………………………………………………
…………………………………………………………… ……………………………………………………………
149 150 150 150
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam ajaran Islam ada beragam metode untuk memahami dan mengetahui bahwa Tuhan itu ada, bahkan kehadiran-Nya mampu dirasakan, seperti dengan pendekatan demonstratif1 atau pendekatan rasional sebagaimana ditempuh para filusuf, dan juga pendekatan intuitif2 atau pendekatan spiritual sebagaimana yang dilakukan para sufi. Kendati dua pola pendekatan tersebut berbeda,
namun dalam konteks ilmu
pengetahuan semua itu sah-sah saja. Sejatinya, seorang hamba Tuhan yang baik seharusnya tidak cukup hanya menjelaskan eksistensi Tuhan, tetapi harus mampu mendekati-Nya dengan berbagai cara. Seperti dengan berfikir, beribadah, berdzikir, berdo’a,3 dan lain sebagainya. Namun ada juga yang berusaha mendekati Tuhan dengan cara yang paling pribadi, sehingga pola hubungan yang diciptakan antara keduanya (hamba-Tuhan) tidak sekedar hubungan secara fisik, namun melibatkan seluruh jiwa raganya. Cara inilah yang seringkali dilakukan para sufi. Ketika membahas tentang sufi, tentu tidak bisa dilepaskan dari tasawuf. Dalam tasawuf ada pembahasan tentang ajaran maqâmât dan ahwal yang di dalamnya mengupas teori dan praktek yang ditunjukkan para 1
Lihat Muhammad Tâqî Misbâh Yazdî, Philosophical Instructions : An Introduction to Contemporary Islamic Philosophy, (New York : Global Publications Binghamton University , 1999), hal. 494-496, lihat penjelasan Mulyadi Kertanegara, Gerbang Kearifan Sebuah Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta : Lentera Hati, 2006), hal .78-93, 2 Dalam bahasa al Ghâzâli, pendekatan dan metode yang digunakan para sufi adalah metode citra rasa khusus ( dzawq khas) yaitu pemahaman intuitif langsung ( direct intuitive understanding). Lihat penjelasan Abû Wafâ al Ghanîmî al Taftâzânî, Madkhal ilâ al Tasawwâf al Islâmî, (Kairo : Dar Al Saqafah li Tiba’ah wa al Nas r 1979), hal. 172. Llihat Leonard Lewisohn (editor), The Heritage of Sufism, Classical Persian Sufism from its Origins to Rumi, jilid l (USA : Khaniqahi Nimatullahi Publications, 1999), hal. 498. 3 Lihat Michael A. Sell dan Carl W. Ernest, Early Islamic Mysticism : sufi, Qur’an, mi’raj, and theological writings, ( New York: Paulist Press, 1996), hal 12-13.
sufi. Mereka senantiasa menjalani latihan-latihan spiritual melalui beberapa tahapan tertentu, hingga mereka mampu mencapai pengalaman spiritual bersama Tuhannya. Dari uraian tersebut, penulis tertarik mengurai lebih dalam tentang puncak pengalaman spiritual yang dicapai para sufi dengan Tuhannya4. Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam kalam dan fiqih kita menemukan adanya berbagai madzhab, dalam tasawuf pun ternyata ditemukan beberapa aliran terutama menyangkut pemahaman ketuhanan yang dicapai melalaui pengalaman spiritual yang dicapai sufi dengan Tuhannya. Dari pengalaman para sufi itulah kemudian muncul beberapa istilah populer dalam tasawuf, seperti Mahabbah, Hulûl, Ittihâd, Fanâ, Ma rifah. dan Wahdat al Wujûd, Wahdat al Syuhûd dan lain sebagainya. Diantara beberapa istilah tersebut, penulis hanya akan membahas tentang ma rifah. Kalau dilihat dari sejarahnya, orang pertama yang memperkenalkan istilah ma rifah adalah Ma ruf al Karkhî (M. 200 H/ 815 M). kemudian tokoh lain yang juga membincangkan adalah Abû Sulaîman al Darâni (M. 21 H/830 M). Namun, yang paling menonjol karena pembahasannya secara teoritis dan rinci adalah Dzû al Nûn al Misrî (M. 245/861 M); dan dari dialah kaum sufi sesudahnya sering menisbahkan teori tersebut. Boleh jadi, karena itulah dia dipandang sebagai bapak paham ma rifah.5 Secara bahasa, ma rifah berasal
dari
kata kerja
arafa,
ya
irfân, ma rifah yang berarti pengetahuan atau pengalaman,6 atau
rifu, 4
Para ulama memang sepakat bahwa tasawuf merupakan bagian dari perkembangan ilmu-ilmu Islam, Ia selalu menjadi perbincangan hangat dalam setiap fase seiring dengan perjalanan sejarah umat Islam itu sendiri. Selama itu pula banyak yang menaruh empati terhadapnya, meskipun disisi lain juga banyak yang tidak simpati, bahkan menentang keras ajaran tasawauf. 5 Abû Wafâ al Ghanîmî al Taftâzânî, Madkhal ilâ al Tasawwuf al Islâmî, hal. 100103. Lihat Harun Nasution, Filsafat & Mistisisme dalam Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1973), hal. 76. 6 Solihin & Rosihan Anwar, Kamus Tasawuf, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 127.
mengetahui sesuatu.7 Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa ma rifah adalah mengenal Allah pada saat seorang sufi mencapai maqâm tertentu dalam tasawuf. Al-Ghazâlî menjelaskan ma’rifah adalah terbukanya rahasiarahasia ketuhanan dan tersingkapnya hukum-hukum Tuhan yang meliputi segala yang ada.8 Dia juga mengatakan ma rifah adalah ilmu tanpa keraguan,9 yaitu pengetahuan yang kokoh dan tidak tergoyahkan oleh siapapun dan apapun, karena ia adalah pengetahuan yang telah mencapai tingkat haqq al-yaqîn. Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa obyek ma rifah dalam ajaran tasawuf tidak hanya terbatas pada pengenalan tentang Tuhan, tetapi juga mencakup pengenalan tentang segala hukum-hukum-Nya yang terdapat pada semua ciptaan-Nya (makhluk). Lebih jauh, dapat pula diartikan bahwa orang yang telah mencapai ma rifah akan mampu mengenal hukum-hukum Allah dan sunnah-Nya. Karena itu, para sufi ada yang mengalami peristiwa-peristiwa “luar biasa” seperti karâmah, kasyf dan lain sebagainya, yang sebenarnya tidaklah keluar dari sunnah Allah dalam arti yang luas, karena mereka memiliki kemampuan untuk menjangkau sunnah-Nya yang tak dapat dilihat oleh orang biasa. Oleh karena itu, dapat dikatakan, bahwa obyek ma rifah mencakup pengenalan terhadap hakikat dari segala realitas yang ada. Dalam pandangan Ibn Ath All h ma rifah adalah mengenal sesuatu dalam Dzat dan sifat-sifat-Nya.10 Dengan demikian ma rifahullah 7
470.
Fuad Ifram Bustami, Munjid al-Thullâb, Dâr al-Masyriq Sarl, (Beirut, 1956), hal.
8
Abu Hamid Al-Ghâzâli, Ihyâ ’Ulûm al Dîn, Indonesia : Dar al Kutub al ’Arabi ah Vol. 1) p. 100. Lihat Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam ( Jakarta: Bulan Bintang, 2004), hal. 67-68. 9 Abu Hamid Al-Ghâzâli, Rawdlâh al-Thâlibîn wa 'Umdat al-Sâlikîn, dalam Majmu'at Rasâil al-Imam Al-Ghâzâli, (Biirut : Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1986), hal. 36. 10 Ibn Ath Allâh Al Sakandari, Miftâh al falâh wa Misbâh al Arwâh, (Kairo : Maktabah wa Mathba’ah Muhammad Alî Shubih wa Awlâduh),hal .46.
املعرفة هي ادرك الشئ فى ذاته وصفاته عمى ما هو به
adalah mengetahui Allah dalam Dzat dan sifat-sifat-Nya. Ma rifatullah merupakan harapan yang ingin dicapai setiap sâlik. hamba yang telah dibukakan anugerah ma rifah, ia akan mendapatkan ketenangan dalam ma rifah itu. Karena di dalamnya akan dijumpai kenikmatan rohani, sehingga ia merasakan ingin selalu dekat dengan Allah. Menurutnya, orang yang berjalan menuju ma rifatullah terbagi kedalam dua kelompok, yaitu perjalanan dari atas menuju ke bawah (majdzûb) dan sebaliknya, dari bawah menuju ke atas (sâlik). Majdzûb adalah
orang
yang
langsung
dibukakan
Allah
untuk
mengenal
kesempurnaan Dzat-Nya, kemudian menurun melihat kepada sifat-sifatNya lalu bersandar (ta’alûq) kepada asamâ-Nya; baru kemudian turun melihat makhluk ciptaan-Nya. Sedangkan sâlik adalah orang yang memulai perjalanan spiritualnya dari bawah ke atas dalam rangka menuju Allah. Ia memulai perjalanannya dengan mengenal alam ciptaan-Nya, kemudian mengenal nama-nama-Nya (al asma’), selanjutnya mengenal sifat-sifat-Nya dan pada akhirnya ia mengenal dan menyaksikan Dzat yang menciptakan alam semesta ini.11 Dari dua model penempuh jalan ma rifatullah tersebut (majdzûb dan sâlik), nampaknya Ibn Ath All h lebih memilih jalannya majdzûb. Hal ini karena sejak awal perjalanannya sudah mendapatkan al-kasyf. Seorang Majdzûb merupakan pilihan Allah, dan dikehendaki oleh-Nya. Hal ini dapat dilihat dari penjelasannya yang mengatakan andaikan al-kâinât (segala sesuatu yang wujud) dapat mengantarkan pada tingkatan ma rifatullah, maka bukan berarti yang dapat mengantarkannya itu adalah al kâinât itu sendiri, melainkan Allah sendiri sebagai al mukawwîn (Dzat yang Maha Wujud). Demikian halnya dengan sâlik yang sampai kepada ma’rifatullah, sebenarnya hal ini bukan karena perjuangan dan latihan spiritual sang
11
Taftâzâni, Ibn
th
ll h al Sakandari wa Tashawûfuh, hal. 278.
hamba dalam melakukan amal saleh, melainkan karena semata-mata iradâh –Nya.12 Ini artinya riyâdhah yang dilakukan sâlik untuk memperoleh al kasyf dan selanjutnya mencapai derajat ma rifatullah, hanyalah sebagai persiapan sâlik. Upaya tersebut bisa berpeluang berhasil atau juga gagal. Karena semuanya tergantung atas kehendak dan anugerah Allah Swt yang memiliki otoritas penuh. Dari pemaparan singkat tersebut, ada banyak hal yang bisa dielaborasi menyangkut persoalan ma rifah, baik yang berkaitan dengan definisi, langkah-langkah untuk mencapainya, media untuk meraih ma rifah dan lain sebaginya. Penelitian ini juga akan menjadi penting, karena masih ada sebagian orang atau kelompok tertentu yang meragukan adanya mukâsyafah atau ma’rifah ini. Kemudian, ma rifah sebagai salah satu ajaran Islam khususnya ajaran tasawuf memiliki segi yang menarik untuk dikaji dan dianalisis. Karena untuk kepentingan peningkatkan kualitas hidup dan keimanan sang hamba dihadapan Allah, bahkan untuk mengatasi berbagai persoalan hidup, krisis spiritual, krisis moral dan lain sebagainya. Ma rifah mampu menghadirkan kekuatan baru yang terpendam dalam diri hamba. Ma rifah merupakan energi baru yang mampu mensuplai kekuatan esoterik manusia. Bukan hanya itu saja, ma rifah juga akan mampu memberikan banyak kontribusi
dalam
berbagai
dimensi,
termasuk
menjawab
problem
psikologis, krisis moral dan lain sebagainya. Ma rifah memiliki peran yang sangat signifikan dalam memahami ajaran Islam. Namun dalam kenyataan masih banyak umat Islam yang belum menyadari akan pentingnya ma rifah. Bahkan, acapkali ma rifah dipahami secara sempit, hanyalah merupakan tuntutan agama berupa 12
Ibn Ath All h, Lathâ’if al Minan, ditahqiq. Abd Halîm Mahmûd, (Kairo: Mathba’ah Hassan), hal. 93. Taftâzâni. Ibn th ll h al Sakandari wa Tashawwûfuh. hal.276-277.
ibadah untuk sekedar meraih pahala akhirat. Sementara itu, potensi ma rifah dalam upaya mengatasi persoalan psikologis, krisis moral, penanaman akhlak masih kurang disadari kehadirannya. Keadaan yang demikian merupakan hal yang perlu diupayakan, agar mampu memberikan pencerahan kepada masyarakat. Karena ma rifah benar-benar akan memberi pengaruh positif dalam pembinaan iman dan akhlak, baik untuk kepentingan saat ini, maupun untuk kepentingan mendatang. Sehingga pentingnya pemahaman ma rifah mampu dirasakan manfaatnya oleh sang hamba. Dari gambaran tersebut, penelitian ini akan memberikan jawaban alternatif atas segala persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah Dari pemaparan singkat tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang persoalan ma rifah terutama dalam tasawuf Ibn Ath All h. Persoalan yang ingin dielaborasi disini adalah Bagaimana Sesungguhnya Pandangan Ibn Atha’Allah tentang ma rifah ? Berdasarkan pertanyaan pokok tersebut, ada beberapa pertanyaan penting yang bisa diajukan, diantaranya : 1. Apa pengertian ma rifah menurut pendangan Ibn Ath All h ? 2. Bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh untuk meraih anugerah ma rifah itu sendiri? 3. Bagaimana posisi pemikiran ma rifah Ibn Ath All h dengan para sufi lainnya?
C. Tujuan Penelitian Dari rumusan di atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, diantaranya adalah mengetahui secara mendalam bagaimana sebenarnya pemikiran Ibn Ath All h tentang ma rifah baik secara definisi,
langkah-langkah dan tingkatan untuk meraih anugerah ma rifah, media yang digunakan untuk mencapainya, sehingga bisa menemukan secara jelas konstruksi pemikiran tasawuf Ibn Ath All h. Lalu, meyakinkan pembaca bahwa siapapun memiliki kesempatan untuk mencapai pengalaman spiritual dengan Tuhan-Nya, termasuk pada tingkatan tertinggi sekalipun. Tentunya dengan kesungguhan dan melakukan beberapa tahapan penting yang harus dilalui. Kemudian, untuk meyakinkan pembaca bahwa ajaranajaran tasawuf Ibn Ath All h bisa memberikan pencerahan spiritual dalam hidup. Disamping tujuan di atas, penulis juga berharap penelitian ini bisa memberikan sedikit sumbangsih pemikiran, khususnya seputar isu tasawuf. Terakhir,
secara
akademik
penelitian
ini
merupakan
kelanjutan
perkembangan dari kajian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya.
D. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini, yaitu secara teoritis dapat bermanfaat baik untuk para akademisi, pendidik, psikolog maupun masayarakat secara luas akan pentingnya dan hakikat ma rifah. Secara praktis, penelitian ini juga akan sangat membantu pembaca dalam memahami ma'rifah terutama dalam pandangan Ibn Ath All h, sehingga mampu membawa pengaruh positif dan pentingnya memiliki kesadaran spiritual yang bisa melahirkan kedamaian hati, kemantapan iman, rindu selalu akan kehadiran –Nya dalam segala kesempatan.
E. Tinjauan Pustaka Dalam sejarah perkembangan tasawuf, Ibn Ath All h adalah sosok fenomenal dan populis khususnya dikalangan Sunni, karena dia adalah seorang guru sufi dari Tharîqât Syâdziliyyah. Dia juga tokoh yang memiliki peran penting dalam tarekat tersebut. Dia adalah tokoh pertama yang
meletakkan aturan dan prinsip dasar tentang ajaran-ajaran Tarekat Syâdziliyyah. Oleh karena itu, ajaran-ajaran tarekatnya mampu terpelihara dengan baik bahkan hingga sekarang, yang tersebar di beberapa wilayah termasuk di Indonesia. Sejujurnya, penelitan dan kajian terhadap tokoh tersebut
telah
dilakukan oleh beberapa cendekiawan baik luar maupun dalam negeri, beberapa kajian penelitian tersebut adalah : 1.
Beberapa ulama yang juga memberikan komentar terhadap kar a Ibn Ath All h aitu kitab al-Hikam adalah Ibn Abb d al Naf Hikam al
al Rand , Al
th iyyah; Ahmad ibn Muhammad Ibn Âjibah al Hasani
Iqâdh al Himâm fi Syrh al-Hikam, diterbitkan oleh D r al Ma’arif; Muhammad Sa îd Ramadhân al Bûthî (2003), Al Hikam al- Ath iyyah : Syrh wa al Takhlîl yang diterbitkan oleh Dâr al Fikr al Ma’âshir (2000); Ahmad Zurrûq, Syrh al Hikam, diterbitkan oleh Dâr al S a’b (1985); Muhammad Hayat al-Sindi, Syrh al-Hikam al- Athâ'iyyah, diterbitkan oleh Dâr Al Maktabah al Ma’ârif, Beirut Libanon, Nûr al Dîn al-Barifkâni Syrh al-Hikam al-Athâ'iyyah. Di samping itu, penulis juga menemukan ada banyak karya ulama lain yang mengomentari kitab al- Hikam. 2.
Fadhlalla Haeri telah menulis sebuah buku yang berjudul The Book of Al Hikam. Buku ini merupakan hasil terjemahan dari Kitab al Hikam. Dalam buku tersebut Haeri juga memberikan ulasan pada setiap kalam hikmah kitab al hikam.
3.
Kitab yang penting dicatat disini adalah kitab yang ditulis Abu al Wafâ’ al Ghanîmi al Taftâzâni, yang berjudul Ibn
th
ll h al Sakandari wa
Tashawwûfuh (1979). Kitab tersebut memuat pembahasan yang sangat penting dan sistematis tenatang ajaran-ajaran tasawuf Ibn Ath All h. 4. Victor Danner telah mengalih bahasakan kitab al Hikam ke dalam bahasa Inggris, yaitu Ibn
th
ll h’s Sufi Aphorisms (Book of Al
Hikam). Buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
oleh Raudhan, yang diterbitkan Risalah Gusti Surabaya. Buku tersebut disamping memuat ulasan kalam hikmah Ibn Ath All h, juga membahas beberapa istilah penting dan riwayat hidupnya. 5.
Mailul Anshor, telah melakukan kajian tentang, Kebalaghahan Kitab al Hikam al Âtha iyyah (Kajian Bayân Kitab al Hikam)¸ penelitian ini lebih memfokuskan pada kajian kebahasaan kitab al Hikam al
tha’iyyah,
terutama pada sisi bayân. Penelitian ini merupakan penelitian tesis magisternya di Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2004. 6. Zainul Maarif telah melakukan kajian tentang Konsep Tawhid Ibn th
ll h. Penelitian tersebut merupakan tesis magister Pasca Sarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2004. Oleh karenanya, penelitian lebih lanjut tentang pemikiran dan ajaran-ajaran Ibn
Ath All h masih relevan dan tetap dibutuhkan,
khususnya kajian yang terfokus pada ajaran dan pemikiran tasawufnya. Penelitian tentang pemikiran Ibn Ath All h ini menjadi penting mengingat ia adalah seorang guru sufi dan seorang penulis produktif yang memiliki banyak karya. Disamping itu, penelitian yang ada sering kali terfokus pada pemikiran tasawufnya yang termuat dalam kitab al-Hikam, dan belum ada yang membahas tentang pemikiran ma rifah-nya. Sedangkan penelitian penulis terhadap pemikiran ma’rifah Ibn Ath All h ini, tidak hanya merujuk pada kitab al-Hikam saja, tetapi juga pada karya-karyanya yang lain. Di samping itu, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya terletak pada fokus kajiannya yang secara spesifik haya pada persoalan pemikiran ma’rifah-nya. Kemudian penelitian ini juga akan menyingkap kebenaran pencapaian puncak pengalaman spiritual ma rifah, sebagaimana dialami para sufi.
F. Metode Penelitian Sejalan dengan persoalan di atas, maka penelitian ini merupakan penelitiaan kepustakaan (library research), yakni penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang sesuai dengan objek penelitian. Tahapan –tahapan penelitian tersebut adalah mengumpulkan data-data dari sumber primer (yaitu karya-karya yang ditulis oleh Ibn Ath All h sendiri) dan juga merujuk pada sumber sekunder, yaitu beberapa literatur pendukung yang ditulis oleh ilmuan, cendekiawan dan intelektual yang berkaitan dengan persoalan penelitian ini. Lalu kemudian, penulis mengolah data-data yang tersedia tersebut dengan mengklasifikasikannnya ke dalam sub tema,
lalu menyusunnya secara sistematis. Kemudian
dianalisis berdasarkan metode yang digunakan. Karena penelitian ini mengkaji tentang pemikiran tokoh, maka metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif – analisis.13 Deskriptif berarti berusaha untuk menginvestigasi dan menjelaskan konsep pemikiran ma’rifah dalam tasawufnya Ibn Ath All h. Analisis berarti berusaha untuk memahami dan menkaji secara mendalam tentang konsep pemikiran ma’rifah-nya. G. Sistematika Penelitian Tesis ini memuat enam pokok bahasan, yaitu : Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan, tujuan, manfaat, tinjauan pustaka, metode dan sistematika penelitian. Bab kedua membahas sekelumit tentang kehidupan dan karya-karya Ibn Ath All h. Kemudian, pada bab tiga membahas tentang wacana ma’rifah dalam tasawuf. Ada enam sub pokok bahasan, diantaranya : pengertian ma rifah, ma rifah dalam al
13
Jenis metode penelitian ini berupaya untuk menginvestigasi dan mengklasifikasi beberapa phenomena atau konsepsi pertanyaan melalui proses analisis dan kritik. Lexy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya 2003), hal. 35.
Qur’an dan Sunnah ma rifah sebagai tujuan tasawuf, ma rifah dalam pandangan para sufi, ma rifah sebagai pengetahuan mukâsyafah, dan tingkatan ma rifah. Bab keempat merupakan bab inti dari penelitian ini, dalam bab ini membahas ma’rifah dalam tasawuf Ibn Ath All h, yang di dalamnya memuat sembilan sub pokok bahasan, yaitu : pengertian ma’rifah, dua jenis ma’rifah, Jalan untuk meraih ma’rifah,
Qalb sebagai media komunikasi
spiritual, Ilm dan amal, riyâdhah dan mujâhadah, mulâzamah al dzikr, Maqâmât dan Ahwal, dan pembahasan tawhid dan ma rifah Pada bab kelima penulis menguraikan tentang posisi pemikiran ma’rifah
Ibn
Ath All h,
yang
diawali
dengan
pembahasan
fase
perkembangan tasawuf dalam Islam, Ibn Ath All h diatara dua aliran tasawuf dan posisi pemikiran ma’rifah Ibn Ath All h dalam blantika tasawuf. Selanjutnya, bab keenam merupakan bab pamungkas yang memuat tentang kesimpulan dari temuan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ansor, Mailul. Kebalagahan Kitab al hikam al tha’iyyah Kajian Bayan Kitab al Hikam. (Jakarta : Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah. 2004). Azam,
Rafiq. Musthalâhat al tasawwuf al islami, Libanan Nasirun. 1999)
(Bairut : Maktabah
Danner, Victor. Sufisme Ibn tha’illah, Kajian Kitab al hikam. (Surabaya: Risalah Gusti. 2003). Departemen Agama. Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT. Syaamil Cipta Media, 2005). Dimyati. Ajaran- jaran Tasawuf Ibn tha’illah al sakandari : Sebuah Studi terhadap Kitab al hikam, (Jakarta : Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarifhidayatullah. 2000). Ghâzâli, Abû Hamid Muhammad ibn Muhammad al-. Ihya’ Ulum al- Dîn. (Baerut : Dar Fikr, 1976). ------------. Al Munqiz min al Dhalal. Penyunting. Musthaf Ab (Baerut : Dar al fikr).
Al Ala
------------. Misykatul Anwar (The Light for Light). Penerjemah W.h.t. Gairner. (New Delhi: Lahoti Fine Art Press. 1981). ------------. Raudhah al Thalibin wa umdah al Salikin. (Kairo : Matba’ah al Sa’adah 1924). Hilal, Muhammad Taqiuddin dan Muhammad Muhsin Khan. Interpretation of the Meaning of the Noble Qur’an, (Riyadh. Arab Saudi : Darussalam publishers. 1996). Hujw r Al ibn Utsm n al-. The Kasful Mahjub. Tr. R.A. Nicholson ( Leiden : F-J Brill, 1970). Ibn
jibah, Ahmad ibn Muhammad. Iqâzh al Himam fi Syarh al hikam. Kairo : Musthafâ al Bâb al Halabî wa Awlâduh.1972.
Sakandari, Tâj al Dîn Ahmad ibn Muhammad Abd al Kar m Ibn Ath All h Al-. Miftâh al Falâh wa misbâh al arwah, ditahiq Abd Halîm Mahmûd (Kairo : Maktabah wa Mathba’ah Muhammad Ali Shubih wa Awladuh). ------------. Lathâ’if al Minan. ditahqiq. Abd Halîm Mahmûd. (Kairo: Mathba’ah Hassan).
------------. al Qashd al Mujarrâd fî Ma'rifah fî al Islam al mufrâd, (Kairo : Maktabah wa Mathba’ah Muhammad Ali Shubih wa Awladuh.1974). ------------. al Tanwîr fi Isqâth al Tadbîr, (Beirut : Maktabah al S a’bi ah). ------------. Taj al rus al Hawi Li Tadzhib al Nufus.ditahqiq Syaikh Yusuf ibn Muhmud al Haj Ahmad. (Beirut : Maktabah al Ilm al Hadits. 2000). ------------. Al Hikam al tha’iyyah wa Munajah al Ilahiyyah. Ditashih Hasan al Samahi Suwaydan. (Damaskus. 1998). Ibn Khaldûn, Muqaddimah Ibn Khaldun. (Beirut : Dar al Fikr). Ibn Manzûr. Jamâl al Dîn Muhammad ibn Mukarram al Anshârî. Lisân al râb. ( Beirut: D r al Ma rif, 1996). Isa, Ahmad. Tokoh- Tokoh Sufi : Tauladan Kehidupan yang Shaleh. (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2001) Kalâbazi, Abû Bakr Muhammad al. l Ta’ ruf Li Madzhab hli Tasawwuf. Ditahqiq. Abd Halîm Mahmûd Kairo : Maktabah Diniyah Tsaqofah. 2003. Kamus. Fathurrahman li Thalab Dahlan).
yat al Qur’an. (Indonesia : Maktabah
Kertanegara, Mulyadi. Gerbang Kearifan Sebuah Pengantar Filsafat Islam. (Jakarta : Lentera Hati. 2006). Lewisohn, Leonard. The Heritage of Sufism, Classical Persian Sufism from its Origins to Rumi. Vol. l (USA : Khaniqahi Nimatullahi Publications. 1999). Randi, Muhammad ibn Ibrâhim Ibn Abbâd al Nafazi al.- Syarh al hikam : al hikam al thiyyah li Ibn th ll h Al sakandari. (Bandung : S irkah al Ma’ârif). Rahman, Fazlul, Islam & Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition. (Chicago : The University of Chicago Press. 1984).
Sulami, Abû Abd al Rahman al-. Thabaqât al Shûfiyyah. Penyunting. Mustafa Abd. Qadir Atha, (Libanon Baerut : Dar al kutub al Ilmiyah, 2003). Taftâzâni, Abû al Wafâ al Ghanîmi al.- Madkhal ilâ al tasawwuf al islâmî, (Kairo : Dâr al tsaqafah li tiba’âh wa al Nasyr. 1979). -------------. Ibn th ll h al sakandari wa tashawwufuhu. (Kairo : Maktabah al Anglû al Mishriyah. 1968).
Qusyairî, Abû al Qâsim al-. Risâlah al Qusyariyah (Bairut : Dar Al Khair 2003). Mahjudin. Ahlak Tasawuf, Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma’rifah Sufi. Jakarta : Kalam Mulia. 2009. Ma’arif Zainul Konsep Tawhid dalam Tasawuf Ibn tha’illah al Sakandari. Jakarta : Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarifhidayatullah. 2004. Mahmūd
Abd al-Halīm Qadiyyah al-Taşawwuf Shādhiliyyah (Kairo: Dār al-Ma’ārif 1119).
Ma’luf Luwis l Munjid fi al Lughah wa al Kutsulaykah).
al-Madrasah
al-
’lam. (Beirut: al Mathba’ah al
Munawir, Ahmad Warson, Al Munawwir : Kamus Arab Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997). Mansur, Laily. Ajaran dan Teladan Para Sufi.(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2002). Mutahari, Murtadha. Understanding Islamic Sciences : Philosophy Theology, Mysticism, Morality, Jurisprudence. (London : ICAS Press. 2002). Nasution, Harun Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. (Jakarta : Bulan Bintang , 2004). Nasr, Sayyed Husain LivingSufism, penerjemah Abdul Hadi MW. (Jakarta : Pusataka Firdaus). Nicholson, Reynold Alleyne. The Mystic of Islam. (London : G. Bell and Sons. 2002) Noegraha, Ridjaluddin Fadjar. Kehidupan Sufistik Versi al Ghazali dan Responnya Terhadap Dinamika Perkembngan Tasawuf. (Jakarta : Lembaga Pengembngan Studi Islam. ( LIPSI), 2008). Rachman, Budhy Munawar (Editor:) Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Jakarta : Penerbit Yayasan Paramadina. Sarraj, Abû Nashr al Thûsi al.- Al Luma. Penyunting. Abd al Halim Mahmud dan Thaha Surur. (Surabaya : Risalah Gusti. 2002). Schimmel, Annemarie. Mystical Dimension of Islam (USA : The University of Nort Carolina Press. 1978). Sell, Michael A. dan Carl W. Ernest. Early Islamic Mysticism : Sufi, Qur’an, Mi’raj and Theological Writings. (New York : Paulist Press. 1996). Siraj, Said Aqil. Ma’rifatullah: andangan gama-agama. Tradisi dan Filsafat. (Jakarta : Elsas. 2003).
Siregar, Rivay. Tasawuf dari klasik ke Neo-Sufism. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1999). Smit, Margaret, Pemikiran dan Doktrin Mistik Imam al Ghazali. Penerjemah: Amroun. (Jakarta: Riora Cipta. 2000) Solihin, Tasawuf Tematik: Membedah Tema-Tema Penting Tasawuf, (Bandung : Pustaka Setia, 2003). Solikhin, Muhammad. jaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar : anduan Menuju Kemenyatuan dengan Allah, Refleksi dan Penghayatan Syekh Siti Jenar. ( Jakarta : Narasi. 2007). Sulam Abu Abd al Rahman. Al Thabaqât al Shûfiyyah.( Kairo : Maktabah al Khanjî. 1969). Syadziliyah, Tarekat, Iman, Islam dan Ikhsan. http://syadziliyah.web.id di akses. 04 November. 2009 Syamhoedie, Noegraha Tasawuf Kehidupan al Ghaazali : Refleksi Petualangan Intelektual dari Teolog, Filosof hingga Sufi, (Jakarta: Putra Harapan, 1999). Yazdi,
Muhammad Taqi Misbah, Philosophical Instructions : An Introduction to Contemporary Islamic Philosophy. (New York : Global Publications Binghamton University. 1999).
Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. (Surabaya : Bina Ilmu 1991).