Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
THE EVALUATION OF THE BACHELOR DEGREE PROGRAM IN DEVELOPED, RURAL, AND UNDEVELOPED AREAS IN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA HENDRO PRASETYONO* ABSTRACT This research was aimed to evaluating the degree program educates in leading regions, outermost and underdeveloped country at the University of Jakarta. This study uses CIPPO evaluation consisting of components Context, Input, Process, Product and Outcomes. This research using kuantitative methodology and data analysis technique used is descriptive by analyzing the data within each component method CIPPO collected from interviews, observations, questionnaires, study documents and photographs. Results of the study: (1) Background policy, objectives and targets of the program SM-3T whole aspect has demonstrated the Jakarta State University to meet the standards as LPTK organizers SM-3T; (2) The work program, qualified instructors and staff education and infrastructure have been met, while for the financing aspects LPTKs not meet the standards as program organizers SM-3T; (3) The implementation of preconditions in the field, and the implementation of programs in the field in accordance with the provisions of the guidelines of the program SM-3T while the program management of the sub-aspect cooperation with the other parties have not been successful; (4) Competence of graduates of the program and mark the graduation program have been met in full; (5) The impact is felt by participants of the program gives a lot of positive things but not give certainty about the fate of the program participants who have passed.
Keywords: Evaluation Programme, CIPPO,SM-3T PENDAHULUAN 8 Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam memajukan suatu daerah, seperti yang kita ketahui daerah yang tergolong terdepan, terluar, dan tertinggal. Pendidikan merupakan jalan utama agar daerah 3T dapat berkembang seperti kotakota besar pada umumnya. Secara umum permasalahan penyelenggaraan pendidikan di daerah 3T adalah permasalahan pendidik yang meliputi kekurangan jumlah pendidik, distribusi pendidik yang tidak seimbang, kualifikasi pendidik dibawah standar, pendidik kurang kompeten, dan Dosen UNINDRA PGRI Jakarta
ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu. Sebagai warga Negara Negara Kesatuan Republik Indonesia setiap warga mempunyai hak mendapatkan pendidikan sehingga peningkatan mutu pendidikan di daerah 3T perlu dikelola secara jujur. Sesuai dengan undang-undang, ilmu pendidikan, aturan daerah agar daerah 3T dapat segera maju bersama sejajar dengan daerah lain. Hal ini menjadi perhatian khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengingat daerah 3T memiliki peran strategis dalam memperkokoh ketahanan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1151
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
Program SM-3T sebagai salah satu Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia ditujukan kepada para Sarjana Pendidikan yang belum bertugas sebagai guru (PNS/GTY), untuk ditugaskan selama satu tahun di daerah 3T. Program SM-3T dimaksudkan untuk membantu mengatasi kekurangan guru, sekaligus mempersiapkan calon guru profesional yang tangguh, mandiri, dan memiliki sikap peduli terhadap sesama, serta memiliki jiwa untuk mencerdaskan anak bangsa, agar dapat maju bersama menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang maju dan makmur. Program yang baik ini ternyata tidak luput dari kekurangan. Pada tahun Winda Yulia, peserta Program Sarjana Mengajar di Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (SM-3T), gugur akibat terseret arus sungai di Aceh Timur, mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan evaluasi terhadap program tersebut terhadap seluruh prosedur dalam Program SM-3T, baik dari proses seleksi, pelatihan ketahanmalangan, hingga penempatan, demi perbaikan ke depan (http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/be rita/883). Program yang dimulai pada tahun 2008 sampai dengan saat ini telah bekerjasama dengan 12 universitas sebagai LPTK penyelenggara dan memiliki 20 kabupaten yang sebagai daerah sasaran program disebar pada 4 provinsi, yaitu Provinsi Aceh, NTT, Sulawesi Utara dan Papua. Antusiasme dari para calon peserta pun cukup tinggi, apalagi yang berasal dari luar Jawa. Salah satu LPTK penyelenggara program SM-3T adalah Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Lembaga yang tunjuk untuk sebagai pelaksana program program SM-3T di UNJ adalah Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) yang bertempat di gedung
Pusat Studi dan Sertifikasi Guru Universitas Negeri Jakarta. Lembaga Pengembangan Pendidikan adalah perangkat organisasi UNJ yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk mempercepat pencapaian visi UNJ di bidang akademik dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Negeri Jakarta Nomor: 877/SP/2011 yang Diperbarui dengan Surat Keputusan Rektor Nomor 862/SP/2014. LPP UNJ menaungi 4 Pusat, yaitu: Pusat Pengembangan Akademik, Pusat Pendidikan Profesi dan Sertifikasi, Pusat Sumber Belajar dan Pusat PPL dan PKL. Permasalahan yang muncul di UNJ sehingga layak untuk dijadikan objek penelitian adalah sedikitnya jumlah peserta yang mendaftar ikut dalam program SM-3T di UNJ. Hal ini diungkapkan oleh rektor UNJ Bedjo Sujanto, bahwa peminat program SM-3T yang berasal dari kampus di perkotaan sepi peminat (http://www.jpnn.com/read/2013/07/24/1833 46/Peminat-Sarjana-MengajarKemendikbud-Sepi). Penyebab hal tersebut dapat berasal dari beragam faktor dan perlu adanya suatu penelitian mendalam untuk mendapatkan jawaban tersebut. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya suatu kajian yang komprehensif mengevaluasi program SM3T yang sedang berjalan di UNJ. Kajian tersebut diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan efektivitas program. Berdasarkan hasil uraian grand tour dan data di atas maka perlunya suatu kajian evaluasi mendalam mengenai pelaksanaan program SM-3T terutama di UNJ. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Evaluasi Program Sarjana Mendidik Di Daerah Terdepan, Terluar Dan Tertinggal (SM-3T) Di Universitas Negeri Jakarta.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1152
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
Dengan demikian, secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Program Sarjana Mendidik Di Daerah Terdepan, Terluar Dan Tertinggal (SM-3T) Di Universitas Negeri Jakarta. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dengan komponen; (1) context yang terdiri atas latar belakang kebijakan, tujuan dan sasaran program SM-3T di Universitas Negeri Jakarta, (2) input yang terdiri atas sumberdaya yang tersedia pada pelaksanaan program SM-3T di Universitas Negeri Jakarta yang meliputi program kerja, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta pembiayaan, (3) komponen Process yang terdiri atas proses pelaksanaan program kerja yang meliputi pendidikan dan program kemasyarakatan program SM-3T di Universitas Negeri Jakarta, (4) komponen Product yang terdiri atas hasil pelaksanaan program yang meliputi kompetensi lulusan program SM-3T di Universitas Negeri Jakarta, (5) komponen Outcomes yang terdiri atas dampak pelaksanaan program yang dirasakan oleh peserta setelah mengikuti program SM-3T. METODE Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Robert Bogdan dan Steven J.Taylor : 1992, 21). Model evaluasi program yang digunakan pada penelitian ini adalah model CIPPO. Model CIPPO merupakan pengembangan dari model CIPP yang diperkenalkan oleh Stufflebeam (2007:333) yang terdiri atas 4 komponen, yaitu context, input, process, and product. Akan tetapi peneliti menambahkan komponen dampak dalam mengevaluasi program SM-3T. komponen dampak
(outcomes) menurut Bridgman & Davis dalam Badjuri dan Yuwono (2002: 138) adalah Indikator dampak menfokuskan diri pada pertanyaan dampak yang diterima oleh masyarakat luas atau pihak yang terkena program. Teknik analisis data yang digunakan dalam peneltiian ini adalah menganalisa hasil temuan setiap komponen dari model CIPPO secara deskripstif kemudian dibandingkan dengan literatur yang ada untuk kemudian digeneralisasikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data yang sudah dikumpulkan, baik melalui pengamatan, wawancara maupun analisis dokumen, kemudian ditabulasi dan dilakukan analisis data. Pembahasan mengenai temuan hasil penelitian evaluasi program SM-3T di Universitas Negeri Jakarta akan dikemukakan berdasarkan komponen evaluasi model CIPPO, yaitu Context, Input, Process, Product dan Outcomes. Berdasarkan pada temuan dan analisa data yang sudah dilakukan, hasil penelitian ini adalah: Temuan komponen context (latar belakang kebijakan, tujuan, ruang lingkup dan sasaran program). Pertama, latar belakang kebijakan : UNJ telah mengimplementasi Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 64/DIKTI/Kep/2011 dan Kepmendiknas Nomor 126/P/2010 tentang Penetapan LPTK Penyelenggara PPG bagi Guru Dalam Jabatan. Hal ini terlihat dalam kebijakan yang tertuang pada renstra UNJ 2006-2017 sebagai LPTK dan Surat Keputusan Rektor Universitas Negeri Jakarta Nomor: 877/SP/2011 yang Diperbarui dengan Surat Keputusan Rektor Nomor 862/SP/2014 yang isinya mengenai UNJ sebagai LPTK
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1153
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
penyelenggara Pendidikan Profesi dan Sertifikasi guru. Sedangkan ketentuan dari program tersebut adalah dipilihnya Universitas Negeri Jakarta sebagai salah satu LPTK penyelenggara program SM-3T berlandaskan dalam peraturan perundangundang dan peraturan sebagai berikut : Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 17g/DIKTI/Kep/2013 Tentang Penetapan Perguran Tinggi Penyelenggara Rintisan Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan. Dengan munculnya surat keputusan rektor tersebut berarti menjadi sebuah landasan kebijakan bagi UNJ menjadi LPTK pelaksana program SM-3T. Kedua, tujuan program. UNJ memiliki tujuan untuk mengatasi permasalahan kekurangan tenaga pendidik, pengabdian masyarakat dan mempersiapkan calon pendidik sebelum mengikuti PPG. Data ini tertuang dalam Renstra UNJ 2006-2017. Sedangkan adapun tujuan dari program SM3T ini adalah sebagai berikut; (1) mengatasi permasalahan pendidikan terutama kekurangan tenaga pendidik, (2) pengabdian sarjana pendidikan sehingga terbentuk sikap profesional, cinta tanah air, bela negara, peduli, empati, terampil memecahkan masalah kependidikan, dan bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa, serta memiliki jiwa ketahanmalangan dalam mengembangkan pendidikan, (3) mempersiapkan calon pendidik profesional sebelum mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Setelah membandingkan temuan data tersebut dan tujuan program SM-3T berarti tujuan UNJ sebagai LPTK penyelenggara dengan tujuan program SM-3T selaras. Ketiga, ruang lingkup program. Misi UNJ yang tertuang dalam Renstra UNJ 2006-2017 dan misi LPP memberikan
informasi bahwa menjadi lulusan UNJ menjadi individu yang menguasai pembelajaran pada setiap satuan pendidikan, kegiatan untuk menciptakan inovasi, kegiatan ekstrakurikuler, tenaga kependidikan dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan Ruang lingkup dari program SM-3T, yaitu (1) melaksanakan tugas pembelajaran pada satuan pendidikan yang dilakukan pada sekolah bersangkutan dan sesuai dengan bidang keahlian dan tuntutan kondisi kultur setempat, (2) mendorong kegiatan inovasi pembelajaran di sekolah, (3) melakukan kegiatan ekstrakurikuler dan OSIS, (4) membantu tugas-tugas yang terkait dengan manajemen pendidikan di sekolah, (5) melakukan tugas sosial dan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung program pembangunan pendidikan dan kebudayaan. Pada sub aspek disini pula terjadi kesamaan ruang lingkup program dengan misi UNJ dan LPP sebagai pelaksana program. Keempat, sasaran program. Kabupaten Kepulauan Bintan (Provinsi Kepulauan Riau) sebanyak 11 peserta. Provinsi NTT ada di Kabupaten Kupang sebanyak 20, dan di Kabupaten Flores Timur 10 peserta. Kabupaten Talaud (Provinsi Sulawesi Utara) sebanyak 13 peserta. Di Provinsi Papua Barat Di Kabupaten Biak sebanyak 14 peserta, Kabupaten Tamraw 7 peserta, Kabupaten Raja Ampat 9 peserta dan Kabupaten Fakfak 12 peserta. Jika dibandingkan dengan sasaran dari program SM-3T yaitu 5 provinsi yang termasuk dalam kategori 3T dan telah memberikan respon terhadap Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. Meskipun berdasarkan temuan di lapangan memperlihatkan ada provinsi yang belum dijangkau oleh UNJ dalam mengirimkan peserta program, akan tetapi telah memenuhi 4 provinsi dari 5 provinsi yang ada.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1154
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
Menurut Daniel L. Stufflebeam and Geogrge F, Madaus (2002:279) Evaluasi context mengukur kebutuhan, berdasarkan tujuan dan prioritas dan menilai hasil secara signifikan. Sedangkan kegiatan evaluasi konteks pada program SM-3T yaitu menentukan situasi dan latarbelakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan strategi yang akan dikembangkan dalam sistem tersebut. Secara umum permasalahan penyelenggaraan pendidikan di daerah 3T adalah permasalahan pendidik yang meliputi kekurangan jumlah pendidik, distribusi pendidik yang tidak seimbang, kualifikasi pendidik di bawah standar, pendidik kurang kompeten, dan ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu. Komponen context pada pelaksanaan program SM-3T di Universitas Negeri Jakarta hampir seluruh aspeknya sudah menunjukkan Universitas Negeri Jakarta memenuhi standar sebagai LPTK penyelenggara SM-3T. Temuan komponen input (program kerja, kualifikasi pendidikan sebagai instruktur dan tenaga kependidikan, sarana prasarana dan pembiayaan). Pertama, program kerja. Peneliti tidak menemukan adanya dokumen rancangan kegiatan melaksanakan pendampingan belajar siswa di luar jam belajar, Melakukan pengawasan kebersihan kelas dan lingkungan sekolah, Melakukan penataan lingkungan sekolah dan membuat berbagai fasilitas sekolah yang belum ada. Berdasarkan temuan di lapangan peneliti berkesimpulan kurang lengkap. Karena ada beberapa komponen yang tidak ada seperti poin I, j, k, dan m dalam program kerja di lapangan. Masih di aspek program kerja untuk sub aspek rancangan kegiatan program kerja
di lapangan pada bidang kemasyarakatan temuan di lapangan peneliti berkesimpulan kurang lengkap. Karena ada beberapa komponen yang tidak ada seperti poin c, d, e dan f dalam program kerja di lapangan. Hal ini berarti dapat disimpulkan jika aspek program kerja SM-3T untuk rancangan pra kondisi di lapangan dan rancangan kegiatan Program Kerja di Lapangan terpenuhi sekitar 80% telah tersusun. Angka 80% telah terpenuhi ini di dapat dari total rancangan pra kondisi di lapangan sebesar 100% dan rancangan kegiatan Program Kerja Di Lapangan sebesar 60% dijumlahkan lalu dibagi 2. Kedua, Kualifikasi Akademik Instruktur dan tenaga kependidikan. Jumlah instruktur pada kegiatan Pra Kondisi SM-3T adalah 37 orang dengan latar belakang pendidikan 10 orang yang memiliki kualifikasi pendidikan S3, 11 orang yang memiliki kualifikasi pendidikan S2, 4 orang yang memiliki kualifikasi pendidikan S1, 1 kapten, 2 mayor, 6 lettu dan 3 orang letda. Jumlah tenaga kependidikan di LPP UNJ berjumlah 13 orang dengan komposisi 7 orang pendidikan S1 dan 6 orang masih berstatuskan mahasiswa S1. Sedangkan apabila membandingkan dengan ketentuan yang berlaku perlu dianalisa kembali. Pada segi SDM yang ditunjuk sebagai pendidik atau pelatih untuk pembekalan materi dan keterampilan terbagai atas pendidik dan tenaga kependidikan. Mengacu kepada PP No. 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 31 ayat 1,2 dan 3, maka kualifikasi pendidik di pendidikan tinggi adalah sebagai berikut; (1) pendidik pada pendidikan tinggi kualifikasinya pendidikan minimun adalah program Magister (S2) untuk program sarjana, (2) selain kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) butir a, pendidik pada program vokasi harus
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1155
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi, (3) selain kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) butir b, pendidik pada program profesi harus memiliki sertifikat kompetensi setelah sarjana sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi. Sedangkan kriteria untuk tenaga kependidikan di lembaga pendidikan tinggi adalah sebagai berikut: Tenaga Kependidikan pada pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi sesuai dengan bidang tugasnya. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan (1) ditetapkan dengan Peraturan Menteri (PP No. 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 36). Sehingga dapat disimpulkan pada aspek kualifikasi akademik instruktur 100% terpenuhi sedangkan untuk sub aspek tenaga kependidikan sekitar 54% yang memenuhi standar kualifikasi pendidikan dan sekitar 46% yang belum memenuhi standar pendidikan. Ketiga, kondisi sarana dan prasarana. Ruang kelas yang digunakan untuk belajar terdapat 5 lantai dari total 9 lantai yang ada yaitu lantai 3, 4, 5, 7 dan 8 dengan jumlah setiap lantai adalah 6 ruang kelas. Jadi totalnya ada 30 ruang kelas. Setiap kelas ukurannya adalah 6x8 m dengan kapasitas sebesar 25 orang. Setiap kelas dilengkapi dengan infokus, AC, cahaya yang cukup, whiteboard, alat pembelajaran (pernakpernik anak untuk jurusan PAUD) dan kursi meja yang masih seluruhnya layak pakai. Perpustakaan terletak di lantai 6. Meskipun tidak begitu besar dan lengkap namun
peneliti rasa sudah cukup membantu peserta sebagai fasilitas penunjang akademik. Sedangkan apabila mengacu peraturan yang berlaku ketentuannya berdasarkan standar minimal sarana dan prasarana yang harus dimiliki perguruan tinggi sebagai LPTK menurut PP No. 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 adalah sebagai berikut; (1) setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, (2) setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, (3) standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia, (4) standar jumlah peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan per peserta didik. Berdasarkan seluruh temuan di atas maka peneliti menyimpulkan kondisi sarana prasarana UNJ sebagai LPTK penyelenggara SM-3T sangatlah layak. Kelima, pembiayaan. Program SM-3T didanai oleh pemerintah pusat dalam hal ini
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1156
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
adalah Kemristek Dikti. Seluruh dana ini dialokasikan untuk pemeliharaan sarana, pembiayaan pendidik dan tenaga kependidikan, pengembangan program kerja dan keperluan peserta program SM-3T Penyusunan anggaran diawali dengan rapat usulan biaya yang dibutuhkan selama 6 bulan ke depan. Pihak yang terlibat seluruh pihak mulai dari ketua, sekretaris, Ka.Bag. TU LPP, Kasubag Umum dan semua ketua pusat studi Kemudian laporan pertanggungjawaban dilakukan oleh ketua langsung kepada pemerintah. Hal ini berarti pada sisi aspek pembiayaan belum sesuai dengan standar dari program SM-3T karena tidak transparan. Komponen input evaluasi program SM-3T di Universitas Negeri Jakarta yang terdiri atas program kerja, kualifikasi pendidikan instruktur dan tenaga kependidikan dan sarana prasarana telah terpenuhi, sedangkan untuk aspek pembiayaan belum memenuhi standar selaku LPTK penyelenggara program SM-3T. Temuan komponen Process (pelaksanaan kegiatan prakondisi dan pelaksanaan program kerja di lapangan serta kemampuan mengelola program SM-3T). Pertama, pelaksanaan kegiatan prakondisi di lapangan. Seluruh kegiatan prakondisi berlangsung sesuai dengan jadwal. Dimulai dengan pembukaan di Gedung Pusat Studi dan Sertifikasi Guru di lantai 9 yang kemudian dilanjutkan dengan Pelaksanaan orientasi dilakukan di gedung Sergur lantai yang berisi informasi Informasi tentang kondisi sosial, budaya, infrastruktur, dan pendidikan di daerah 3T. setelah itu langsung diberangkatkan menuju Depo Pendidikan dan Latihan Tempur (DODIKLATPUR) Resimen Induk Militer Kodam (RINDAM) III Siliwangi, Ciuyah, Lebak Banten.
Kegiatan dilanjutkan dengan Workshop Pengembangan perangkat pembelajaran: silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan instrumen penilaian dilaksanakan pada hari ke-4. Selanjutnya kegiatan Workshop Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian K-13 (untuk Kelas Reguler, Kelas Rangkap, dan Multisubjek). Kemudian pada hari ke 8 dilanjutkan dengan materi Kecepatan beradaptasi (sosioantropologi dan komunikasi sosial) dan Pemberdayaan masyarakat dan keluarga (berbasis budaya ekonomi, keluarga, dan teknologi tepat guna). Pada hari ke 8 dan 10 dilanjutkan dengan kegiatan kepramukaan dengan dengan memanggil instruktur khusus pramuka dengan materi Kepramukaan (Tata Upacara, Baris-berbaris, dan Pembinaan Sederhana). Pada hari ke ke 12 dan 13 dipimpin langsung oleh instruktur Rindam 3 Siliwangi dilaksanakan kegiatan pembinaan mental dan pelatihan ketahanmalangan. Pembinaan mental dimaksudkan untuk membangun karakter para peserta agar memiliki karakter tangguh dan peduli terhadap sesama, serta memiliki jiwa ketahanmalangan dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi persoalan hidup di daearah sasaran. Materi pembinaan ini meliputi pemberian motivasi, penyampaian wawasan, dan contoh-contoh nyata kelompok masyarakat dalam keadaan terbatas tetapi mampu bertahan hidup. Dilanjutkan praktek di lapangan yang dapat berupa outbond dan pemberian pengalaman hidup yang penuh rintangan. Nara sumber kegiatan ini adalah dosen LPTK atau dapat berasal dari institusi/masyarakat yang memiliki pengalaman dan wawasan yang relevan dengan kegiatan ini. Seluruh kegiatan pelaksanaan pra kondisi di atas sesuai dengan ketentuan pedoman pelaksanaan SM-3T (Direktorat
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1157
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
Pendidik dan Tenaga Kependidikan :2012) , yaitu Program prakondisi meliputi lima kegiatan, yaitu; (1) workshop pengembangan perangkat pembelajaran dan evaluasi, (2) pelatihan melaksanakan tugas kependidikan pada kondisi khusus/tertentu (contoh: mengajar kelas rangkap), (3) pembinaan mental dan ketahanmalangan, (4) pelatihan keterampilan sosial kemasyarakatan, yang terdiri atas (a) kecepatan beradaptasi (sosioantropologi dan kemampuan komunikasi sosial), (b) pemberdayaan masyarakat dan keluarga (berbasis budaya, ekonomi, dan ekologi), (c) kepemimpinan; dan (5) kursus Mahir Dasar Kepramukaan, Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara. Kedua, pelaksanaan program kerja di lapangan. Seluruh kegiatan bidang kependidikan dilaksanakan oleh peserta program. Hanya saja ditemukan permasalahan antara lain media pembelajaran yang masih terbatas, jumlah guru mata pelajaran yang masih terbatas jadi sering ada guru yang mengajar rangkap dan kondisi siswa yang belum siap menghadapi materi pada satuan pendidikan menengah. Sehingga para peserta program harus lebih kreatif dalam menyikapi hal ini dengan cara membuat berbagai alat bantu media pembelajaran sendiri. Seluruh kegiatan bidang kemasyarakatan dilaksanakan oleh peserta program. Namun ditemukan beberapa hambatan juga seperti masih sulitnya untuk beradaptasi. Ketiga, kemampuan mengelola program SM-3T. Tidak ditemukan adanya bentuk kerja sama yang bersifat berkesinambungan yang terjadi antara peserta program atau pihak LPP UNJ dengan masyarakat sekitar. Jumlah peserta mengalami penurunan dan kemudian peningkatan yang drastis.
Evaluasi process mencakup implementasi dari perencanaan untuk memandu kegiatan untuk membantu menjelaskan hasil (Daniel L. Stufflebeam and Geogrge F, Madaus: 2002, 279). Sehingga dapat disimpulkan jika komponen proses pada evaluasi program SM-3T di Universitas Negeri Jakarta yang terdiri dari pelaksanaan kegiatan prakondisi di lapangan, dan pelaksanaan program di lapangan telah sesuai dengan ketentuan pedoman pelaksanaan program SM-3T sedangkan pengelolaan program dari sisi sub aspek menjalin kerjasama dengan pihak lain belum berhasil. Temuan komponen product (kompetensi lulusan program dan tanda kelulusan program) Pertama, kompetensi lulusan. Seluruh peserta memiliki kualifikasi akademik guru yang profesional. Hal ini dapat dibuktikan dengan kualifikasi pendidikan formal dan pengalaman yang didapatkan selama menjadi peserta SM-3T di daerah. Selain itu juga Seluruh peserta memliki standar kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Kedua, tanda kelulusan. Tidak mendapatkan ijazah kelulusan program SM3T. Peserta akan dapat ijazah kelulusan setelah lulus PPG karena SM-3T dan PPG itu merupakan suatu satu kesatuan. Peserta akan mendapatkan tanda kelulusan jika telah selesai SM-3T dan menyelesaikan PPG selama 1 tahun. Barulah dikatakan dengan memiliki sertifikat guru yang profesional. Komponen product pada evaluasi program SM-3T di Universitas Negeri Jakarta kompetensi lulusan program dan tanda kelulusan program telah terpenuhi seluruhnya.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1158
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
Temuan komponen Outcomes (dampak yang dirasakan oleh peserta selama mengikuti program). Dampak yang diukur dalam penelitian ini adalah apakah membawa dampak positif atau negatif? Jika positif, seperti apa dampaknya dan seberapa besar? Apabila berdampak negatif, seperti apa dampaknya? Seberapa besar dampak negatif tersebut? Apakah dapat memberikan perubahan positif bagi peserta untuk masa depannya ? Sehingga dapat menjadi suatu kesimpulan untuk perbaikan program selanjutnya. Dampak Positif, Peserta mendapatkan banyak sekali ilmu, pengalaman, relasi dan suatu kebanggan bisa menjadi guru di daerah. Dampak negatif, Kangen dengan keluarga, agak khawatir karena di daerah pedalaman dan memerlukan adaptasi baru, perlu kejelasan akan nasib peserta setelah mengikuti program ini dan mayoritas peserta tidak ingin kembali ke daerah 3T jika benar sudah diangkat menjadi guru PNS. Indikator dampak menfokuskan diri pada pertanyaan dampak yang diterima oleh masyarakat luas atau pihak yang terkena program. Jadi dampak atau outcomes (O), yaitu bagaimana keberhasilan lulusan baik di masyarakat ataupun di tempat kerjanya. Ternyata baru 80% peserta SM-3T yang baru diangkat menjadi guru garis depan dan diangkat menjadi guru PNS. Komponen outcomes pada evaluasi program SM-3T di Universitas Negeri Jakarta telah memberikan banyak positif terhadap peserta program akan tetapi belum memberikan kepastian mengenai kondisi nasib mereka di masa depan, karena peserta yang telah lulus SM-3T dan PPG tidak otomatis diangkat menjadi guru PNS meskipun telah melalui proses yang panjang.
KESIMPULAN Berdasarkan dengan fokus, sub fokus, hasil dan pembahasan penelitian pada bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut; (1) latar belakang kebijakan, tujuan dan sasaran program SM-3T seluruh aspeknya sudah menunjukkan Universitas Negeri Jakarta memenuhi standar sebagai LPTK penyelenggara SM-3T, (2) program kerja, kualifikasi pendidikan instruktur dan tenaga kependidikan dan sarana prasarana telah terpenuhi, sedangkan untuk aspek pembiayaan belum memenuhi standar selaku LPTK penyelenggara program SM-3T, (3) pelaksanaan kegiatan prakondisi di lapangan, dan pelaksanaan program di lapangan telah sesuai dengan ketentuan pedoman pelaksanaan program SM-3T sedangkan pengelolaan program dari sisi sub aspek menjalin kerjasama dengan pihak lain belum berhasil, (4) kompetensi lulusan program dan tanda kelulusan program telah terpenuhi seluruhnya, (5) dampak yang dirasakan oleh peserta program memberikan banyak hal positif akan tetapi belum memberikan kepastian mengenai nasib para peserta program yang telah lulus. Mengacu kepada hal tersebut di atas maka dapat ditegaskan program SM-3T yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Jakarta setelah dievaluasi dinyatakan memenuhi standar sebagai LPTK penyelenggara program SM-3T dan program SM-3T dilanjutkan dengan melakukan beberapa perbaikan. DAFTAR PUSTAKA Badjuri dan Yuwono, Kebijakan Publik: Konsep & Strategi, UNDIP Press, Semarang, 2002. Daniel L. Stufflebeam, Geogrge F, Madaus and Thomas Kellaghan. Evaluation
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1159
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
Models Viewpoints on Education And Human Services Evaluation Second Editions. Boston : Kluwer academic publisher, 2002. Robert
Bogdan dan Steven J.Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Penerjemah Arif Furhan. Surabaya: Usaha Nasional, 1992
Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pedoman Pelaksanaan Program Sarjana Mendidk Di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T), (Jakarta : Direktorat Jendral Pendidkan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012). Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 31 ayat 1,2 dan 3 Republik Indonesia http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/ber ita/883. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 http://www.jpnn.com/read/2013/07/24/1833 46/Peminat-Sarjana-MengajarKemendikbud-Sepi. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1160