Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
KONTRIBUSI TERNAK DALAM SISTIM USAHATANI DI LAHAN GAMBUT (STUDI KASUS DI KELURAHAN KALAMPANGAN, PALANGKA RAYA) (Contribution of Animal in the Peat Soil Agriculture : A case study in Kalampangan village, Palangka Raya) ERMIN WIDJAJA dan ANANG FIRMANSYAH
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah
ABSTRACT A case study was conducted in Kalampangan village, sub district of Pahandut as one of gambut area in Central Kalimantan. The location was also known as center of cattle and horticultural production . Famers in those area already applied integrated farming system between cattle/poultry and horticulture although in traditionally managed . The objective of this study to know the role oflivestock to give contribution in gambut are farming system. Based on PRA method showed that contribution of cattle achieve to Rp 920 .000/2 heads/8 month/household (11,3%) . Where as raising kampung chicken and horticulture farming gave contribution in respectivelly Rp 172.000/10heads/year/household (2,1%) and Rp 7.051.980/ 0,7 5 ha/planting season/household (86,6%). R/C ratio for cattle, kampung chicken and horticulture financial analysis were 1,11 ; 1,26 and 2,68 respectivelly and those farming system were properly . Key words : Cattle, Kampung chicken, Horticulture, Contribution PENDAHULUAN
METODOLOGI
Lahan gambut kesuburannya rendah (BRADY, 1990; Tim IPB, 1976) hal ini dikarenakan kandungan organik sangat tinggi, keasaman tinggi, miskin mineral dan kejenuhan basa yang rendah sehingga memerlukan tambahan unsur K, Ca, Mg, P, Cu, Zn dan Mn. Untuk mengatasi hal tersebut diterapkan penggunaan bahan campuran abu serbuk gergajian, abu bakaran gambut, abu kotoran ternak, bakaran sekam padi yang mengandung K, Ca, Mg, S dan Mo (ISMUNAJI, 1984 dalam SETIADI dan KOMARUDIN, 1997) serta unsur mikro Fe, Mn, Cu dan Zn (SOEPARDI, 1990). Meskipun demikian lahan gambut berpotensi sebagai lahan pertanian di Indonesia dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai komoditi (SETIADI, 1996). Pada umumnya petani lahan gambut di Kalampangan dalam mengusahakan usahataninya telah menerapkan sistim usahatani terpadu antara tanaman hortikultura (sayuran) dan ternak meskipun masih secara tradisional sehingga sinergisme antara kedua komponen usahatani tersebut belum maksimal . Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Pahandut, Palangka Raya yang merupakan sentra pengembangan ternak sapi potong yang sekaligus sentra usahatani sayuran. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi usahatani ternak di dalam sistim usahatani sayuran di lahan gambut.
Studi kasus ini dilaksanakan dengan metode survei di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, Propinsi Kalimantan Tengah. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Kalampangan merupakan sentra ternak sapi sekaligus sentra hortikultura (sayuran) yang memasok kebutuhan sayuran bagi penduduk Kota Palangka Raya. Pengumpulan data dilakukan dengan PRA (Participatory Rural Appraisal) melalui diskusi kelompok secara partisipatif, wawancara individu dengan informan kunci dan transek desa. Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari dinas yang terkait dianalisis secara deskriptif Sedangkan aspek finansialnya dilakukan analisis R/C ratio guna melihat kelayakan usahatani . HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Agroekosistem Sumber Daya Bioftsik Luas Kelurahan Kalampangan adalah 7 .000 ha, memiliki jenis tanah gambut (Histosol), dan merupakan katagori gambut pedalaman dengan Tipe luapan D yaitu
107
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
tidak dipengaruhi pasang besar maupun pasang kecil dan memiliki tinggi permukaan air tanah di bawah 0,5 m. Berdasarkan Zona Agroekologi, maka tanah gambut di Desa Kalampangan dengan ketebalan tinggi > 10 m, cocok diusahakan tanaman sayuran (hortikultura) . Tata guna lahan terbagi dalam 3 golongan besar, yaitu lahan pekarangan 200 ha, lahan kebun 1 .000 ha dan jalur hijau 50 ha. Kondisi curah hujan cukup tinggi yaitu rata-rata 2.830 mm/tahun, dengan suhu udara maksimum 34°C dan minimum 24°C. Kelembaban udara maksimum 97% dan minimum 79%. Ditinjau dari sektor peternakan, populasi ternak besar dan kecil di Kelurahan Kalampangan cukup menggembirakan antara lain, sapi potong sebanyak 957 ekor, kambing 206 ekor, babi 18 ekor, dan ayam buras 6.026 ekor. Sedangkan pola usahatani yang digunakan adalah : Tanam I (palawija/sayuran), Tanam II (palawija/sayuran), kemudian Tanam III (sayuran) . Jenis sayuran dan palawija serta buah-buahan yang umumnya diusahakan adalah kacang panjang, kangkung, mentimun, terong, bayam, cabai, seledri, sawi, jagung, ubi kayu, juga buah-buahan terutama nenas dan rambutan.
Jenis sapi yang dipelihara umumnya sapi bali dan merupakan sapi bantuan pemerintah. Temak sapi pada umumnya dipelihara secara semi intensif. Pada pagi hari jam 8-11 sapi dikeluarkan untuk merumput di pekarangan, kemudian dimasukkan kandang. Pakan yang diberikan hanya rumput alam atau limbah hortikultura saja jika musim panen. Pemberian obat cacing tidak dilakukan . Oleh karena perkawinannya hanya mengandalkan kawin alam saja dimana jumlah pejantan sangat terbatas dan dengan jarak beranak lebih dari satu tahun, mengakibatkan perkembangan populasinya lambat. Untuk mengawinkan temaknya petani harus membayar Rp 10.000 untuk sekali kawin dan rata-rata diperlukan 2 kali mengawinkan agar dapat bunting. Selain itu untuk menjaga kebersihan kandang, mereka membersihkannya seminggu sekali .
Sumber Daya Manusia
Teknik pemeliharaan ayam buras
Jumlah penduduk Kalampangan 2.767 jiwa terbagi dalam jenis kelamin perempuan 1.342 jiwa (48,5%) dan laki-laki 1 .425 jiwa (51,5°/x) . Rasio jenis kelamin penduduk menunjukkan angka diatas 100, hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Bila dikaitkan dengan kelompok umur, maka terlihat perbedaan mencolok pada 41-59 tahun sebesar 158 dan >60 tahun sebesar 168 . Ditinjau dari kepadatan penduduk dengan luas wilayah 7.000 ha (70 km) dan penduduk sebesar 2.767 jiwa diperoleh kepadatan sebesar 39,5 jiwa/km2 (0,395 jiwa/ha) dan apabila ditinjau dari penguasaan lahan setiap jiwa seluas 2,52 ha. Guna melihat kepadatan agrarisnya luas lahan untuk sektor pertanian seluas 1 .200 ha terdiri 200 ha pekarangan dan 1.000 ha kebun, maka diperoleh angka sebesar 2,3 jiwa/ha atau dengan tingkat penguasaan per jiwa seluas 0,43 ha. Mata pencaharian penduduk terbesar adalah petani pemilik 980 jiwa (65,122%), disusul buruh 210 jiwa (13,95%) dan PNS 98 jiwa (6,51%) . Besarnya mata pencaharian petani pemilik berhubungan dengan latar belakang pendidikannya yaitu SD atau sederajat yang mencapai 45,39%, sedangkan yang berpendidikan Perguruan Tinggi atau sederajat hanya 1,86%. Di Kelurahan Kalampangan selain matapencaharian utama usahatani sayuran juga rata-rata memiliki ternak sapi minimal 2 ekor/KK dan ayam buras 3-15 ekor/KK. 108
Dengan demikian tingkat penerapan teknologi terbagi 2 yaitu untuk komoditas peternakan dan sayuran . Budidaya Pertanian Teknik pemeliharaan ternak sapi
Ayam buras dipelihara secara tradisional atau ekstensif dan merupakan usaha sambilan seperti halnya pemeliharaan ternak sapi. Ayam dilepas pada pagi hari dan dikandangkan pada sore hari . Anak ayam umur 030 hari diberi pakan komersial, dan setelah lebih dari sebulan diberi pakan dedak 1 kg/10 ekor/hari dan sisa nasi. Pakan diberikan pada pagi clan sore hari. Produksi telur rata-rata 70 butir/ekor/tahun, dimana 50% ditetaskan, 30% dijual dan sisanya 20% dikonsumsi. Tingkat kematian anak ayam umur 1-30 hari 10-60% . Penyakit yang sering menyerang adalah ND, karena tidak dilakukan vaksinasi terhadap penyakit ini . Teknik usahatanijagung manis dan sayuran Walaupun petani memiliki sapi namun ternak tersebut tidak dapat digunakan sebagai tenaga kerja mengolah lahan pertanian mereka, karena tanah gambut tidak mampu menahan berat badan sapi sehingga sering kali kakinya terjerembab ke dalam gambut. Pengolahan lahan yang pertama kali dilakukan adalah mengupas rumput secara manual dengan arit kemudian ditumpuk menjadi gundukan dan setelah kering dibakar. Abu rumput dicampur dengan kotoran ternak diolah sebagai pupuk. Kompos ini mutlak harus diberikan sebagai pupuk di lahan mereka, meskipun mereka juga menambahkan pupuk kimia. Benih sayuran dan buah diperoleh dari 6 buah kios saprodi yang ada meskipun
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
jenis dan mutu sama namun harga bervariasi. Khusus benih jagung manis dan kacang panjang petani menggunakan benih dari penangkaran sendiri yang hasilnya lebih baik daripada benih yang dijual di kios saprodi akhir-akhir ini . Pupuk kompos kering diberikan sebanyak '/4-1 kg per lobang tanarn, sedangkan pembelian pupuk kimia untuk semua jems sayuran adalah sama yaitu urea, SP 36, KCI, NPK masingmasing sebanyak 1 kg dicampur jadi satu kemudian dilarutkan dalam 400 liter air untuk luas lahan 10x50 m2. Pemupukannya dengan cara disiramkan pada kanan kiri perakaran tanarnan. Petani belum melakukan terpadu tetapi hanya pemberantasan hama menggunakan insektisida pada saat tanam yaitu Furadan 3/4 kg/0,25 ha, serta pernbasmi ulat dengan Curacron serta Regent 500 ml/0,25 ha. Panen dan pascapanen dilakukan secara tradisional . Pola tanam petani sayur Kalampangan terbagi dalam 2 lokasi, yaitu lokasi pekarangan seluas 800 m2 atau 1/3 dari luas pekarangan selebihnya untuk penggunaan non pertanian, lokasi ke dua adalah lahan usaha dirnana petani memiliki luasan 1,75 ha yang terbagi dalam lahan usaha I seluas 0,75 ha dan lahan usaha II seluas 1 ha. Kondisi lahan usaha I umumnya sudah diusahakan, sedangkan lahan usaha II saat ini masih menjadi lahan tidur. Untuk memperjelas pola penanaman pada lahan usaha dapat dilihat pada gambar 1. Kacang panjang 750 m2 Tomat 750 m2
Jagung manis ditumpangsarikan dengan sayur manis/sawi (2500 m)
Mentimun (2500 m2)
Kangkung cabut 750 m2 Gambar 1. Pola pertanaman di Lahan Usaha I seluas 7.500 m2 Pola tanam terutama jagung manis ditumpangsarikan dengan sawi dengan cara menanam sawi terlebih dahulu serninggu, kemudian jagung manis. Pada saat sawi dipanen umur 25 hari, maka hanya tinggal jagung manis yang dipanen pada umur 75 hari. Pada petak lainnya diusahakan berbagai jenis sayuran dengan rata-rata panen umur 50 hari. Dengan demikian, untuk jagung dapat ditanam sebanyak 3 kali per tahun, sedangkan sayuran jenis lainnya dapat ditanam 6 kali. Komoditas sayuran dipasarkan dalam bentuk segar baik dijual ke pasar pagi di Palangka Raya, dibeli
langsung oleh pembeli asal Palangka Raya di lahan, atau dijajakan di kios sepanjang jalan raya Palangka Raya-Banjarmasin. Pembelian langsung di lahan, umumnya diawali dengan kesepakatan antara pembeli dan petani tentang harga . Khusus untuk tanaman jagung manis memiliki cara sendiri, yaitu pembelian secara bertahap. Tahap pertama jagung dihargai lebih tinggi rata-rata Rp 1 .500/tongkol sebab pada tahap ini pembeli bisa memilih ukuran jagung yang lebih besar . Pada tahap 2 dan 3 harga menurun berturut-turut Rp1 .250 dan Rp 1.000 dengan selang waktu pembelian 2 hari oleh pembeli yang sama. Analisa biaya dan pendapatan Usaha ternak sapi dapat dijual dengan mudah melalui blantik sapi apabila petani sewaktu waktu membeukan uang tunai untuk memenuhi kebutuhannya . Harga beli sapi jantan umur <1 tahun rata-rata Rp 2.500.000/eko r dan setelah dipelihara selarna 8 bulan laku dijual seharga Rp 4.500.000,/ekor. Seekor sapi dapat menghasilkan kompos 2 ton/tahun dengan harga Rp 250/kg. Kompos yang dihasilkan ini digunakan sebagai pupuk tanaman hortikultura yang diusahakan petani dan ini sangat penting karena dari beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa pembelian kompos pada tanaman dapat memberikan hasil yang signifrkan dibandingkan tanarnan yang tidak diberi kompos (TRINY et al., 2001) serta dapat menekan input dari luar (SUHARTO, 2000). Pakan yang diberikan berupa rumput alam atau limbah tanaman hortikultura ±30 kg/hari/ekor dengan harga beli Rp 200/kg. Tenaga kerja yang digunakan untuk memelihara 2 ekor sapi sekitar 1,5 jam/hari, sehingga dalam 8 bulan diperlukan sekitar 60 HOK dengan upah Rp 10 .000/HOK. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja keluarga. Tabel 1 menunjukkan bahwa usaha ternak sapi memberikan keuntungan Rp 920.000/2 ekor/8 bulan dengan R/C ratio 1,11 . Pada usaha ternak ayam marnpu memberikan kontribusi keuntungan sebesar Rp 172 .000/10 ekor/ tahun dengan R/C ratio 1,26 (Tabel 2). Produksi telur dari 8 ekor ayam adalah 560 butir, ditetaskan menghasilkan DOC 140 ekor dengan harga Rp 5 .000/ekor, dan 168 butir dijual dengan harga Rp 750/butir. Pakan yang diberikan selama 1 tahun sebanyak 365 kg dengan harga Rp 800/kg. Tenaga kerja keluarga yang diperlukan untuk memelihara ayam 0,25 jam/hari, dalam 1 tahun diperlukan 15,2 HOK dengan upah sebesar Rp 10.000/HOK . Nilai R/C 1 .26 ini berarti pemeliharaan ayam buras layak untuk diusahakan.
109
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
Tabel 1 . Analisa biaya dan pendapatan pada pemeliharaan 2 ekor sapi selama 8 bulan di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Pahandut, Palangka Raya tahun 2002 Uraian
Fisik (Rp)
Penerimaan penjualan Penjualan sapi Penjualan kompos Biaya total Sapi bakalan Rumput alam/limbah sayuran Tenaga kerja Pendapatan R/C
Usahatani ternak sapi
2 ekor 1200 kg 2 ekor 7200 kg 60 HOK
merupakan usaha Usaha petemakan yang sampingan diperuntukkan sebagai tabungan yang dapat dijual sewaktu waktu apabila petani memerlukan uang tunai. Ternak sapi digunakan sebagai tabungan untuk mengatasi keperluan uang dalam jumlah besar seperti pulang ke Jawa, membangun rumah, membeli motor, mempunyai hajat, menyekolahkan anak selain itu juga sebagai sumber penghasil pupuk. Sedangkan ternak ayam sebagai simpanan untuk mengatasi keperluan sehari-hari dan sebagai sumber protein. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian AR-RizA dan LANDE (1989) bahwa pengembangan ternak dalam sistim usahatani mempunyai peran penting karena dapat dijadikan sumber uang tunai, sumber tenaga kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani.
Nilai (Rp) 9.600 .000 9.000 .000 600.000 8.680 .000
5.000.000 1 .440.000 600.000 920.000 1,11
Komoditas sayuran yang dianalisis adalah komoditas sayuran di lahan usaha I seluas 0,75 ha. Pola tanam lahan I adalah campuran dan tumpang sari terutama pada komoditas jagung manis + sawi (tumpang sari) (2500 M), kacang panjang (750 m), timun (2500 m2), tomat (750 m) dan kangkung cabut (750 m2). Analisis biaya dan pendapatan usahatani ini dihitung pada satu kali panen nada komoditas yang diusahakan. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa usahatani jagung manis memerukan pendapatan tertinggi yaitu Rp 7.500.000 kemudian berturut turut timun Rp 2.000.000, tomat Rp 600 .000, sawi Rp 555 .000, kangkung Rp 375 .000, kacang panjang Rp 213 .750. Dengan nilai R/C 2,68 (Tabel 3), maka usahatani sayuran tersebut layak diusahakan.
Tabel 2. Analisis biaya dan pendapatan usaha pemeliharaan 10 ekor ayam burns (8 betina 2 jantan) di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Pahandut, Palangka Raya, tahun 2002 Uraian Penerimaan penjualan Penjualan anak ayam Penjualan telur Biaya total Bibit betina Bibitjantan Pakan Tenaga kerja Pendapatan R/C
Fisik (Rp) 140 ekor 168 butir 8 ekor 2 ekor 365 kg 15,2 HOK
Usahatani ternak ayam buras
Nilai (Rp) 826.000 700.000 126.000 654.000 160.000 50 .000 292.000 152.000 172.000 1,26
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
Tabel 3. Analisis biaya dan pendapatan usaha tani sayuran di Kalampangan per MT seluas 0,75 ha Uraian A. Komponen biaya Sarana produksi -benih jagung manis -benih sawi -benih kacang panjang -benih timun -benih tomat -benih kangkung cabut Pupuk dan insektisida - urea - SP 36 - KCl - NPK majemuk -pupuk kandang - abu pembakaran - gandasil B - furadan - curacron Upah - pengupasan rumput -pencangkulan +merata - pembuatan lobang tan - pemupukan I - pemupukan II - pemupukan III - panen Lain-lain: Turus B. Bunga modal 6% (1+2+3+4) C. Total biaya (A+B) D. Komponen pendapatan -jagung manis - sawi - kacang panjang - timun - tomat -kangkung cabut E. Total penerimaan F. Keuntungan (E-C) G. R/CRatio 2,68 B/C Ratio 1,68
Kebutuhan
Harga satuan
Jumlah (Rp)
5 kg 0,3 kg 1,5 kg 7,5 kg 0,3 kg 0,75 kg
7.500 20.000 50 .000 50.000 2.000 10 .000
37 .500 6.000 75 .000 375.000 6.000 7.500
15 kg 15 kg 15 kg 15 kg 1,2 ton 6,25 ton 15 bks 3 kg 1,5 liter
1.500 2.000 2.000 7.500 250 330 4.000 20 .000 97 .000
22 .500 30.000 30.000 112.500 300.000 2.062.500 60 .000 60 .000 145.000
9 HOK 9 HOK 2 HOK 1 HOK 1 HOK 1 HOK 2 HOK 162.500 bh
25 .000 25 .000 25 .000 25 .000 25 .000 25 .000 25 .000 100
225.000 225.000 50 .000 25 .000 25 .000 25 .000 50 .000 270.850 237.270
Pada diversifikasi sistim usahatani sayuran dan ternak dilahan gambut, ternyata kontribusi ternak sapi dan ayam buras mencapai 13,4% (Tabel 4), ini fdak berbeda dengan hasil penelitian MAAMUN dan RINA (1995) bahwa kontribusi ternak terhadap pendapatan
Hasil panen
Harga satuan
10.000 tkl 555 ikt 285 kg 1 ton 240 kg 750 ikt
750 1 .000 750 2.000 2.500 500
Jumlah
4.191 .770 7.500.000 555.000 213.750 2.000.000 600.000 375 .000 11 .243 .750 7.051 .980
petani adalah 14,5% namun lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian YANTI et al. (1995) sebesar 22,5%. Sedangkan usahatani sayuran dan jagung memberikan kontribusi terbesar dalam pendapatan petani sebesar 86,6%.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 Tabel 4. Biaya dan pendapatan usahatani di lahan gambut Kelurahan Kalampangan; Kecamatan Pahandut, Palangka Raya tahun 2002 Komoditas Temak Sapi (2 ekor) Ayam (10 ekor) Sayuran danjagung Jumlah
Penerimaan (Rp)
Biaya (Rp)
Pendapatan (Rp)
Persentase (%)
9.600 .000 826.000 11 .243 .750
8.680 .000 654.000 4.191 .770
920.000 172.000 7.051 .980
11,3 2,1 86,6
21 .669.750
13.525.770
8.143 .980
100
KESIMPULAN Usaha temak sapi yang dipelihara pada sistim usahatani sayuran di lahan gambut memberikan sumbangan pendapatan sebesar Rp 920.000/2 ekor/8 bulan/KK (11,3%), ayam buras kontribusinya lebih rendah yaitu hanya Rp 172.000/10 ekor/tahun/KK (2,1%) . Sedangkan sumbangan pendapatan terbesar berasal dari usahatani jagung dan sayuran yaitu Rp 7.051 .980/0,7 5 ha/ musim tanam/KK (86,6%)
DAFTAR PUSTAKA AR-RIZA, 1. dan M. LANDE. 1990 . Peranan temak dalam usahatani terpadu di lahan pasang surut dan rawa. Pros . Temu Tugas dan Temu Lapang Penelitian dan Pengembangan Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru 22-23 Maret 1989 . p.110-118 . BRADY, NYLE C. 1990 . The nature and properties of soil . 10`" edition. Macmillan Publishing Co . New York . Laporan Tahunan Kelurahan Kalampangan . 2001 Laporan Tahunan BPP Kalampangan. 2001 MAAMUN, M.Y. dan YANTI RINA . 1995 . Kontribusi Trnak terhadap pendapatan pertanian di Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan . Balitnak, Ciawi.
SETIADI, B. 1996 . Getra agronomi prospek dan kendala pengembangan lahan gambut untuk tanaman pangan . Seminar Nasional Perancangan Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan Pada Lahan Gambut . Peringatan Setengah Abad Fak. Pertanian UGM. 25-26 September 1996 . SETIADI, B. dan KOMARuDIm 1997. Penyuburan Gambut, Aspek Strategis Pembukaan Lahan Gambut Sejuta Hektar .Jakarta .1997. SOEPARDI, GOESWONO. 1990 . Debu dan pasir Kelud, petaka dan berkah . Kompas . 5 April 1990. SUHARTO. 2000 . Pelatihan Integrated Farming System. C.V. Lembah Hijau Multifarm Solo . TIM IPB. 1976. Final Report Test Farm P4S Delta Berbak Sub P4S Jambi. Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P4S). Direktorat Jendral Pengairan. Dep. Pekerjaan Umum & Listrik dan IPB. TRINY, S.K ., A. DJATIHARTI., A. GUSWARA., SUSANTO., S. KARTAATMAJA dan ANISCHAN GAM. 2001 . Pengelolaan tanaman terpadu di BALITPA. Laporan Hasil Penelitian BALITPA. Sukamandi. YANTI RINA, D., N. FAUZIATI dan M. THAMRIN. 1995 . Kontribusi Ternak Ayam Bukan Ras Dalam Sistim Usahatani Di Lahan Tadah Hujan. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Petemakan. Balitnak, Ciawi.