PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V DI SD NEGERI 217/III TALANG KEMUNING KABUPATEN KERINCI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL INKUIRI Vivi Haryanti, Zulfa Amrina, Rona Taula Sari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected]
Abstract This research is low thingking ability of mathematic students learning in the five class SDN 217/III Talang Kemuning Kabupaten Kerinci. The direction this observation describes the description of increasing ability thingking of mathematic students at five class SDN 217/III Talang Kemuning Kabupaten Kerinci by using Inkuiri model. The kind of this research is action research class. This research is done in two methods. The data of students in class five 217/III Talang Kemuning Kabupaten Kerinci is now 11 students. The instrument that is used for the activities of teacher and thingking ability of student test. Based out the analisys of ability thingking of students percentage of student by him self increase the ability. First 63,33% increase to 73,66%. From these data that is gotten, we can conclude the ability students of mathematic in class five 217/III Talang Kemuning Kabupaten Kerinci, after using Inkuiri model. The use of Inkuiri model can be used for studying is more interesting in order to get the maximum result. Word keys: Critic Thingking, Inkuiri Model. A. PENDAHULUAN
pada
Menengah
Pendidikan merupakan salah satu
Tinggi.
pelaksanaan dari kurikulum sekolah. salah
untuk kehidupan di masa yang akan datang.
satu materi yang harus dipelajari pada
mutu pendidikan
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan sistem
Perguruan
bentuk proses mengajar yang merupakan
kearah yang lebih baik dan diperlukan
terhadap
Sekolah
selanjutnya. Pendidikan dilaksanakan dalam
selalu mengupayakan kehidupan manusia
perbaikan
maupun
Dasar,
paling utama untuk suksesnya pendidikan
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan
meningkatkan
Sekolah
Pendidikan di SD merupakan pondasi yang
faktor penentu dalam upaya meningkatkan
Dalam
tingkat
pendidikan
pendidikan
dasar
adalah
Matematika
merupakan
matematika.
mata pelajaran
wajib yang perlu dikuasai oleh setiap
dalam meningkatkan mutu pendidikan, baik 1
jenjang pendidikan, baik Sekolah Dasar
rumus mencari selisih harga yaitu harga
(SD) maupun Sekolah Menengah Pertama
akhir dikurang dengan harga awal maka
dan Sekolah Menengah Atas. Penguasaan
dapatlah selisih harga, siswa hanya diam
matematika di SD harus mendapat perhatian
tidak memberikan tanggapan. Akibatnya
yang serius dari guru dan orang tua, karena
siswa kesulitan dalam merumuskan masalah
penguasaan
ketika
matematika
yang
baik
mengerjakan
latihan
tentang
merupakan modal dasar untuk mempelajari
menentukan selisih kenaikan harga, siswa
satu mata pelajaran lainnya. Pemahaman
kesulitan dalam menyeleksi informasi untuk
yang salah dari pelajaran matematika di SD
menyelesaikan soal dengan jawaban yang
akan menghambat kelancaran memahami
benar, siswa juga kesulitan menyimpulkan
pelajaran di tingkat pendidikan yang lebih
dan mengambil tindakan masih kurang
tinggi. Penanaman konsep yang baik akan
tepat.
mempermudah
kemampuan berpikir kritis siswa.
matematika.
siswa
Konsep
untuk
nyata
berdampak
pada
atau
Berdasarkan permasalahan tersebut,
konkrit juga sangat penting dalam proses
maka peneliti berupaya untuk menerapkan
belajar siswa, karena kecenderungan belajar
pembelajaran tersebut dengan Penelitian
anak SD yaitu belajar konkrit. Konkrit
Tindakan
mengandung makna proses belajar dimulai
“Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
dari hal-hal konkrit yakni dapat dilihat,
Siswa Kelas V di SDN 217/III Talang
didengar,
Kemuning
diraba,
yang
belajar
Sehingga
diotak-atik,
dengan
Kelas
(PTK)
Kabupaten
dengan
Kerinci
judul
Pada
Pembelajaran Matematika Melalui Model”
penekanan pada proses belajar melalui lingkungan.
Secara
Berdasarkan observasi yang peneliti
bertujuan
umum untuk
penelitian
ini
mendeskripsikan
lakukan di kelas V SDN 217/III Talang
peningkatan kemampuan berpikir kritis
Kemuning Kabupaten Kerinci yaitu pada
siswa kelas V melalui model inkuiri di SDN
tanggal 2 Oktober 2014, dijumpai proses
217/III
pembelajaran berpusat pada guru. Siswa
Kerinci pada pembelajaran matematika.
hanya fokus mendengarkan guru selama 15 menit.
Guru
tentang langsung
selisih saja
menerangkan kenaikan membuat
rumus
jalan
penyelesaiannya,
Kabupaten
1. Pembelajaran Matematika di SD
guru
Susanto
untuk
(2014:186),
menyatakan
bahwa: “pembelajaran matematika adalah
menyelesaikan soal cerita tersebut lengkap dengan
Kemuning
B. KERANGKA TEORETIS
soal cerita harga,
Talang
suatu
dimana
proses
belajar
mengajar
yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan 2
kreativitas
berpikir
siswa
yang
dapat
memecahkan
masalah.
meningkatkan kemampuan berpikir siswa
orientasi
serta
kemampuan
sangat penting.keberhasilan strategi ini
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai
sangat tergantung pada kemampuan
upaya meningkatkan penguasa yang baik
siswa untuk beraktivitas menggunakan
terhadap materi matematika”.
kemampuannya
dapat
meningkatkan
merupakan
Langkah
masalah,
bahwa
dalam
tanpa
yang
memecahkan
kemauan
dan
kemampuan itu tak mungkin proses
2. Model Inkuiri Istarani
langkah
(2012:132)
inkuiri
mengatakan
adalah
suatu
pembelajaran akan berjalan dengan
cara
lancar.
penyampaian pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis,
2) Merumuskan Masalah
analitis, dan argumentatif (ilmiah) dengan
Merumuskan
menggunakan
langkah membawa siswa pada suatu
langkah-langkah
tertentu
menuju suatu kesimpulan.
langkah-langkah
pembelajaran tahapan
inkuiri
kegiatan
Persoalan
model
melalui
sebagai
merupakan
persoalan yang mengandung teka-teki.
Menurut Hosnan (2014:342), secara umum
masalah
yang
disajikan
adalah
persoalan yang menantang siswa untuk
tahapan-
berfikir
memecahkan
teki-teki
itu.
berikut:“(1)
Dikatakan teki-teki dalam rumusan
orientasi, (2) merumuskan masalah, (3)
masalah yang ingin dikaji disebabkan
merumuskan hipotesis, (4) mengumpulkan
masalah itu tentu ada jawaban yang
data, (5) menguji hipotesis, (6) merumuskan
tepat. proses mencari jawaban itulah
kesimpulan”.
yang
sangat
penting
dalam
pembelajaran inkuiri. Oleh sebab itu,
Adapun penjabaran dari langkah-
melalui proses tersebut, siswa akan
langkah inkuiri adalah sebagai berikut :
mengembangkan mental melalui proses 1) Orientasi
berpikir.
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina
suasana
atau
3) Merumuskan Hipotesis
iklim
Hipotesis adalah jawaban sementara
pembelajaran yang responsive. Pada
dari suatu permasalahan yang sedang
langkah ini, pendidik mengondisikan
dikaji
agar siswa siap melaksanakan proses
hipotesis perlu diuji kebenarannya.
pembelajaran. Pendidik merasngsang
Perkiraan
dan mengajak siswa untu berfikir
sembarang 3
sebagai
jawaban
sebagai
semetara,
hipotesis
perkiraan,
tetapi
bukan harus
memiliki landasan berpikir yang kokoh,
yang akurat sebaiknya guru mampu
sehingga hipotesis yang dimunculkan
menunjukkan pada siswa data yang
itu bersifat rasional dan logis.
relevan
4) Mengumpulkan Data
3.
Mengumpulkan data adalah aktifitas
Menurut
menjaring informasi yang dibutuhkan
pembelajaran
atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang
mental yang sangat penting dalam
pengumpulan
intelektual. data
bukan
dipaparkan”.
Proses
tetapi
ketekunan
juga
kritis adalah proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal
membutuhkan
dan
mengenai yang dipercayai dan dikerjakan”.
kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya.
Berdasarkan kedua pendapat di atas
5) Menguji Hipotesis Menguji
hipotesis
Turohmah,
Selanjutnya,
(2014:10), berpendapat bahwa “berpikir
hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar,
(2014:121),
kegiatan melalui cara berpikir tentang ide
inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses
pengembangan
Susanto
menyatakan “berpikir kritis adalah suatu
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam
Berpikir Kritis
dapat disimpulkan, bahwa berpikir kritis adalah
proses
merupakan bentuk berpikir yang perlu
menentukan jawaban yang dianggap
dikembangkan dalam rangka memecahkan
diterima
masalah,
sesuai dengan
data
atau
merumuskan
kesimpulan,
informasi yang diperoleh berdasarkan
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan
pengumpulan data. Menguji hipotesis
membuat keputusan untuk mendapatkan
juga
penyelesaian.
berarti
mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya,
Selanjutnya, menurut Dressel &
kebenaran jawaban yang diberikan
Mayhew
bukan hanya berdasarkan argumentasi,
menyatakan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan
komite
bahwa:
(2013:103),
indikator-indikator
berpikir
kritis
(Intercollege
Committee on Critical Thingking) meliputi
6) Merumuskan Kesimpulan
kemampuan-kemampuan
Merumuskan kesimpulan adalah proses temuan
Jufri
berpikir kritis yang dikembangkan oleh
dapat
dipertanggungjawabkan.
mendeskripsikan
dalam
seperti:
(1)
merumuskan masalah dan hipotesis, (2)
yang
menyelesaikan informasi dan data untuk
diperoleh berdasarkan hasil pengujian
menyelesaikan
hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan 4
masalah,
(3)
mengenali
asumsi-asumsi, dan (4) menarik kesimpulan
pembelajaran berlangsung.
Kemudian
dan mengambil tindakan.
data tersebut dianalisis dengan teknik persentase. 2. Teknik analisis data yang digunakan
C. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah
untuk
mengetahui
skor
penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut
berpikir
Arikunto, (2012:2), “Penelitian Tindakan
menggunakan tes pada akhir siklus. Hasil
Kelas
pekerjaan
(PTK)
penelitian
adalah
yang
sebuah
dilakukan
kegiatan
di
kelas”.
kritis
kemampuan
siswa
siswa
pada
adalah
tes
tersebut
masing-masing diberi skor sesuai dengan
Arikunto, (2012:60), “PTK ini bertujuan
pedoman
untuk
berpikir kritis, kemudian untuk masing-
memperbaiki
berbagai persoalan
atau
rubrik
nyata dan praktis dalam peningkatan mutu
masing
pembelajaran
kemampuan berpikir kritis dari skor
langsung
di
dalam
kelas
yang
interaksi
dialami
antara
guru
seluruh
dengan siswa yang sedang belajar”
indikator
kemampuan
siswa
dijumlah
Penelitian dilaksanakan dua siklus,
dan
yang diteliti dari
yang
mengikuti
ditentukan
tes
persentase
skornya.
dimana masing-masing siklus terdiri dari 2
Indikator keberhasilan dalam proses
kali pertemuan dan diakhiri dengan ujian.
pembelajaran
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN
adalah kemampuan berpikir kritis siswa
217/III
Kabupaten
kelas V SDN 217/III Talang Kemuning
Kerinci pada semester genap tahun ajaran
Kabupaten Kerinci yang akan dicapai pada
2014/2015.
kriteria sedang, atau > 64%
Data dengan
Talang
Kemuning
penelitian menggunakan
ini
dikumpulkan
data
kritis
siswa.
Untuk
dalam
penelitian
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
observasi
aktivitas guru dan data rubrik kemampuan berpikir
diukur
Siklus I.
masing-
Perencanaan
masingnya akan diuraikan sebagai berikut:
dilakukan
sesuai
1. Data observasi aktivitas guru adalah data
dengan langkah-langkah yang telah di
hasil observasi kegiatan guru yang
tetapkan yang dimulai dari menyusun
digunakan untuk melihat proses dan
materi sampai menyusun soal tes akhir
perkembangan guru dalam mengelola
siklus.
pembelajaran
yang
terjadi
selama
dilakukan sesuai dengan rencana, yang
pembelajaran
yang
terjadi
selama
mana satu siklus terdiri dari 2 kali
Selanjutnya,
pelaksanaan
ini
pertemuan. Kegiatan awal dilakukan dengan 5
mempersiapkan siswa agar mengikuti
pelajaran
dan
lebih siap
sepenuhnya maksimal. Hal ini menandakan
memberikan
bahwa guru belum terbiasa menggunakan
gambaran permasalahan untuk dipecahkan
model inkuiri..
oleh siswa. Kegiatan inti dilakukan sesuai
b. Data Hasil Penilaian Kemampuan
dengan
langkah-langkah
Kegiatan
akhir
model
adalah
inkuiri
Berpikir Kritis Siswa Siklus I
melakukan
Data
peninjauan kembali pemahaman siswa dan melaksanakan dilakukan kemampuan
penilaian.
untuk berpikir
kritis
siswa.
dan
Pada
siklus
I
ini
persentase
kemampuan berpikir kritis siswa secara
aktivitas guru di kelas. Selanjutnya refleksi dilakukan untuk melihat
kemampuan
lembar rubrik kemampuan berpikir kritis
proses
siswa
penilaian
berpikir kritis siswa ini didapatkan melalui
Pengamatan
mengetahui
hasil
keseluruhan yang diperoleh adalah 63,33%.
apakah hasil
masih tergolong ke dalam kriteria rendah.
pengamatan memerlukan tindak lanjut atau Tabel
Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I Siklus I Indikat Total Skor Persent or Skor Maksimum ase 1 74 120 61,66% 2 74 120 61,66% 3 69 120 57,5% 4 94 120 78,33% 5 69 120 57,33% 63,33% Rata-rata 10 Siswa hadir Keterangan indikator:
tidak. a. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pada
siklus
I
ini,
peneliti
mendapatkan rata-rata dengan persentase 57,59% dengan kategori cukup baik. Tabel 1: Persentase Aktivitas Guru Pada Siklus I Jumlah Pertemuan Presentase skor 1 14 58,33% 2 16 66,66% 62,49% Rata-rata
1 2 3
Dari tabel tersebut, dapat diketahui persentase aktivitas guru dalam mengelola
4 5
pembelajaran memiliki rata-rata persentase 62,49%. Tergolong dalam kategori cukup baik, tetap belum sampai pada kategori
2
:
: Merumuskan masalah : Merumuskan hipotesis : Menyeleksi informasi dan data untuk menyelesaikan masalah : Mengenali asumsi-asumsi : Menarik kesimpulan dan mengambil tindakan Tabel 4 dapat diketahui bahwa
baik. Peneliti berupaya untuk menerapkan
persentase masing-masing indikator berpikir
dan melaksanakan pembelajaran sesuai
kritis siswa pada siklus I termasuk dalam
dengan rencana pembelajaran yang telah
kategori rendah dengan persentase rata-rata
direncanakan, tetapi pelaksanaan belum 6
sebesar 63,33%. Akan tetapi pada indikator
Guru
akan
mengenali asumsi-asumsi termasuk dalam
siswa
dengan
kategori sedang, hal ini dikarenakan siswa
memberikan kesempatan kepada siswa
sudah
memberikan asumsi-asumsi
maju kedepan kelas untuk mengerjakan
terhadap soal cerita yang diberikan oleh
soal cerita sehingga siswa akan lebih
guru.
termotivasi
bisa
2. Deskripsi
Kegiatan
b.
Pembelajaran
dan
soal
membiasakan cerita
lebih
dengan
bersemangat
dalam pembelajaran, sehingga siswa
Siklus II
tidak mengalami kesulitan lagi dalam mengerjakan soal cerita yang diberikan
Dari hasil refleksi siklus I diperoleh
guru.
kesimpulan bahwa pembelajaran belum berjalan
berusaha
dengan
efektif.
1) Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Permasalahan
terjadi karena peneliti belum terampil dalam Aktivitas guru pada siklus II sudah
mengendalikan kelas, sehingga siswa yang belum
terfokus
pembelajaran,
untuk
siswa
tergolong
mengikuti
kesulitan
menyelesaikan
merumuskan
masalah
kesimpulan.
kategori
baik
dengan
persentase 77,08%.
dalam
merumuskan masalah, mengumpulkan data untuk
pada
Tabel 4: Persentase Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II Jumlah Pertemuan Presentase skor 1 18 75% 2 19 79,16%
dan
Berdasarkan
kelemahan yang diperoleh pada siklus I maka direncanakan perbaikan terhadap
77,08%
Rata-rata
tindakan yang akan direncanakan pada siklus II, yaitu:
Dari analisis data tersebut dapat a.
Guru
akan
berusaha
menjalankan
diketahui persentase aktivitas guru setiap
model inkuiri dengan sebaik mungkin,
pertemuan mengalami peningkatan dan
guru menekankan kepada siswa agar
tergolong
dapat
menandakan ada perbaikan dari siklus I.
memfokuskan
diri
untuk
mengikuti proses pembelajaran dengan
yang ingin dicapai dapat terlaksana mengoptimalkan
kategori
baik,
ini
2) Data Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Siklus II
baik sehingga tujuan pembelajaran
serta
pdalam
Data hasil penilaian kemampuan
penggunaan
berpikir kritis siswa ini didapatkan melalui
waktu sebaik mungkin agar tujuan
lembar rubrik kemampuan berpikir kritis
pembelajaran tercapai sesuai waktu
siswa.
yang telah ditetapkan. 7
Pada
siklus
I
ini
persentase
kemampuan berpikir kritis siswa secara
keseluruhan persentase skor kemampuan
keseluruhan yang diperoleh adalah 73,66%
berpikir kritis siswa mengalami peningkatan
sudah tergolong ke dalam kriteria sedang
dan sudah sesuai dengan target yang
sesuai dengan target yang ingin dicapai,
diharapkan, yaitu tergolong dalam kriteria
yaitu > 64%.
sedang atau > 64%. Persentase skor kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh yaitu 73,66%.
E. Pembahasan Siklus I dan Siklus II
Tabel 5:Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Siklus II Siklus II Indikat Skor Total Persenta or Maksim Skor se um 1 93 120 77,5% 2 80 120 66,66% 3 98 120 81,66% 4 100 120 83,33% 5 72 120 60% Rata-rata 73,33% Siswa hadir 10 Keterangan indikator: 1 2 3 4 5
1.
Pelaksanaan Guru
Pembelajaran
Oleh
Berdasarkan hasil data observasi guru
pada
proses
pembelajaran
menggunakan model inkuiri diperoleh data pada siklus I bahwa skor yang diperoleh guru masih tergolong dalam kategori cukup baik dengan persentase sebesar 62,49%.. Hal ini disebabkan guru belum terbiasa melaksanakanpembelajaran
: Merumuskan masalah : Merumuskan hipotesis : Menyeleksi informasi dan data untuk menyelesaikan masalah : Mengenali asumsi-asumsi : Menarik kesimpulan dan mengambil tindakan
menggunakan
model inkuri, sehingga masih ada langkahlangkah pembelajaran yang tidak terlaksana seperti melakukan orientasi, dimana pada tahap orientasi guru tidak memberikan gambaran masalah kepada siswa serta
Dari tabel 5 terlihat bahwa setiap
alokasi waktu yang tidak sesuai dengan
indikator berpikir kritis siswa pada siklus II
perencanaan yang telah disiapkan.
sudah meningkat, tapi ada satu indikator menarik tindakan
kesimpulan belum
dan
Selanjutnya pada siklus II skor yang
mengambil
mencapai
diperoleh guru telah mencapai kategori baik
kriteria
dengan persentase sebesar 77,08%. Hal ini
keberhasilan yang ditargetkan. Hal ini
disebabkan karena guru telah merefleksi diri
dikarenakan siswa menarik kesimpulan kurang tepat dan lengkap,
terhadap permasalahan yang ditemukan
tapi secara 8
pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Guru sudah
bisa
pembelajaran
melakasanakan melalui
proses
langkah-langkah
model inkuiri walaupun masih ada salah satu langkah dari model inkuiri yang tidak terlaksana, masih dengan langkah yang sama pada siklus I, yaitu tahap orientasi, dimana guru tidak memberikan gambaran Gambar 1 : Grafik Persentase Kemampuan
permasalahan terhadap siswa. akan tetapi
Berpikir Kritis Siswa Pada Siklus I ke Siklus II
guru sudah bisa menyesuaikan alokasi waktu yang telah direncanakan sehingga
Berdasarkan diagram digambarkan
pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran tercapai. 2.
bahwa setiap indikator berpikir kritis siswa dari siklus I ke siklus II sudah meningkat,
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
tapi ada satu indikator menarik kesimpulan
Berdasarkan hasil penilaian kemampuan berpikir kritis siswa terhadap pembelajaran matematika dapat diperoleh gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa selama diterapkannya model inkuiri. Indikator yang digunakan yaitu: a b c
d e
dan mengambil tindakan belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditargetkan. Hal ini dikarenakan siswa menarik kesimpulan kurang tepat dan lengkap, tapi secara keseluruhan persentase skor kemampuan
Siswa merumuskan masalah dengan tepat. Siswa merumuskan hipotesis dengan tepat. Siswa menyeleksi informasi dan data untuk menyelesaiakan masalah dengan tepat. Siswa mengenali asumsi-asumsi dengan tepat. Siswa menarik kesimpulan dan mengambil tindakan dengan tepat.
berpikir kritis siswa mengalami peningkatan
Dalam pembelajaran siswa sudah
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa
dan sudah sesuai dengan target yang diharapkan, yaitu tergolong dalam kriteria sedang atau > 64%. Berdasarkan data diatas, persentase skor kemampuan berpikir kritis siswa juga meningkat sebesar 10,56% dari siklus I 63,33% ke siklus II 73,66%. Dari uraian diatas dapat dikatakan
untuk
meningkat dari siklus I ke siklus II, hal ini
mendengarkan/memperhatikan guru dalam
terjadi karena siswa dapat memahami
proses pembelajaran dengan baik.
konsep materi pembelajaran yang telah
menunjukan
adanya
keinginan
disampaikan guru sehingga pada saat pemberian 9
latihan
siswa
mampu
menyelesaikan soal yang diberikan dengan
indikator
hasil yang baik. Hal ini sejalan menurut
mengambil tindakan terjadi peningkatan
Hosnan
“inkuiri
sebesar 2,5% dari siklus I 57,5% ke siklus II
menekankan kepada proses mencari dan
60%, serta persentase skor kemampuan
menemukan” jadi ketika siswa menemukan
berpikir kritis siswa meningkat sebesar
sesuatu yang dicari maka daya ingat siswa
10,56% dari siklus I 63,33% ke siklus II
akan lebih melekat dibandingkan dengan
73,66%.
(2014:341),
bahwa
menarik
kesimpulan
dan
orang lain yang menemukannya.
F. Penutup 1. Kesimpulan
2. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang
yang diperoleh, maka peneliti memberikan
diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa
saran dalam pelaksanaan pembelajaran
Persentase kemampuan berpikir kritis siswa
sebagai berikut:
pada indikator merumuskan masalah terjadi peningkatan sebesar 15,84% dari siklus I
a.
Model inkuiri merupakan salah satu
61,66% ke siklus II 77,5%, persentase
alternative yang dapat digunakan oleh
kemampuan berpikir kritis siswa pada
guru untuk meningkatkan kemampuan
indikator merumuskan hipotesis terjadi
berpikir kritis siswa dan keberhasilan
peningkatan sebesar 5% dari siklus I
dalam
61,66% ke siklus II 66,66%, persentase
pembelajaran.
kemampuan berpikir kritis siswa pada
b.
pelaksanaan
Berhubung
proses
penelitian
ini
hanya
indikator menyeleksi informasi dan data
dilakukan
untuk
matematika khususnya pada materi
menyelesaikan
masalah
terjadi
pada
mata
pelajaran
peningkatan sebesar 24,16% dari siklus I
penjumlahan
57,5% ke siklus II 81,66%, persentase
sama dan penjumlahan berpenyebut
kemampuan berpikir kritis siswa pada
berbeda,
indikator mengenali asumsi-asumsi menarik
penelitian ini juga dapat dilakukan pada
terjadi peningkatan sebesar 5% dari siklus I
mata pelajaran lain yang sesuai dengan
78,33 ke siklus II 83,33%, dan persentase
model inkuiri.
kemampuan berpikir kritis siswa pada 10
pecahan
peneliti
berpenyebut
menyarankan
DAFTAR KEPUSTAKAAN Arikunto, Suharsimi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara. Jufri
Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran SAINS. Mataram: Pustaka Reka Cipta.
Hosnan.M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta:Ghalia Indonesia. Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada. Susanto.
2014. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Turohmah, Nur Azizah. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Oped Ended. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
11