UNIVERSITAS INDONESIA
EFEKTIFITAS TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH DAN PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH DI RW 03 DAN RW 11 KELURAHAN BARANANGSIANG BOGOR TIMUR
KARYA ILMIAH AKHIR
Abdul Gowi 0906594141
PROGRAM PENDIDIKAN PERAWAT SPESIALIS JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2012 i
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEKTIFITAS TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH DAN PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH DI RW 03 DAN RW 11 KELURAHAN BARANANGSIANG BOGOR TIMUR
KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Jiwa
Abdul Gowi 0906594141
PROGRAM PENDIDIKAN PERAWAT SPESIALIS JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2012
ii Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
DAFTAR SKEMA
Bagan 2.1.
Model Health Promotion .…………………………………. ……
59
Bagan 2.2.
Kerangka konsep manajemen asuhan keperawatan pada perkembangan anak usia sekolah dengan pendekatan Health Promotion ……………………………………………………… ..
60
xiv Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. : Modul terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah Lampiran 2. : Buku kerja terapi kelompok terapeutik stimulasi perkembangan anak usia sekolah Lampiran 3 : Buku evaluasi terapi kelompok terapeutik stimulasi perkembangan anak usia sekolah Lampiran 4 : Buku kerja pendampingan orang tua terapi kelompok terapeutik stimulasi perkembangan anak usia sekolah Lampiran 5 : Buku evaluasi pendampingan orang tua terapi kelompok terapeutik stimulasi perkembangan anak usia sekolah
xv Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga Karya Ilmiah Akhir dengan judul “Efektifitas terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga terhadap perkembangan anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Bogor Timur” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada yang terhormat : 1. Ibu Dewi Irawaty,M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia beserta seluruh jajarannya, yang telah memberikan kesempatan kembali untuk mengikuti studi di Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Prof. Achiryani S.Hamid, MN., DNSc. Selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dengan bijaksana serta memotivasi selama mengikuti Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 3. Prof. Dr. Budi Anna Keliat, M.App.Sc., selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah membimbing penulis dengan meluangkan waktu, sabar, bijaksana dan penuh ketelitian dalam memberikan masukan serta motivasi dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini. 4. Ibu Novy Helena.CD, SKp., MSc sebagai co-pembimbing yang membimbing penulis dengan sabar, bijaksana dan juga sangat cermat memberikan masukan serta motivasi dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini. 5. Seluruh dosen di Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama mengikuti Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 6. Ayah bundaku tercinta dan seluruh keluarga besarku yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis selama mengikuti Program Pendidikan Perawat
vii Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Spesialis
Jiwa pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia ” Terimakasih yang tak terhingga untuk untaian doadoamu di sepertiga malam untuk ananda, sehingga menguatkan perjalananku hingga saat ini, insya alloh yang terbaik untuk kita semua amin” 7. Istriku tersayang dan Qurrota’Ayun yang senantiasa penuh dengan keikhlasan dan kesabaran untuk kelancaranan studiku, ”maafkan sayang hari-harimu selalu kutinggalkan, do’a dan keikhlasanmu menjadi motivasi terindah dan selalu memberikan penguatan dalam perjalanan studiku hingga selesai. 8. Keluarga dan anak usia sekolah di RW 03 dan 11 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur yang telah berpartisipasi dan bekerjasama dalam kegiatan TKT dari awal hingga akhir, tanpa kesediaan mereka, Karya ilmiah akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan. 9. Kepala Puskesmas Bogor Timur, Posyandu Flamboyan dan Sedap Malam, para kader, Pak RW & RT yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan untuk memotivasi warga dalam kegiatan TKT dan psikoedukasi keluarga hingga Karya ilmiah akhir ini dapat terselesaikan. 10. Teman seperjuangan ” Bunda Tri, Hj. Heppy, Uni Linda, Umi Dian, Mba Ani, Mba Erti dan Mas Wahyu” yang selalu menguatkan dan memotivasi dalam menyelesaikan studi di Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa
di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 11. Rekan-rekan angkatan V Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa dan semua pihak yang telah memberikan dukungan selama penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini.
Semoga amal dan budi baik bapak dan ibu mendapat pahala yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Mudah-mudahan Karya Ilmiah Akhir ini bermanfaat bagi upaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan jiwa.
Akhirnya dengan terbuka penulis menerima masukan dan saran yang membangun untuk perbaikan Karya Ilmiah Akhir ini. Depok, 12 Juli 2012 Penulis
viii Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Abdul Gowi Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Efektifitas terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga terhadap perkembangan anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur xv + 138 hal + 10 tabel + 2 skema + 5 lampiran Perkembangan anak usia sekolah dikenal dengan fase industri dimana anak memasuki dunia sekolah, tumbuh rasa kemandirian anak, ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai dengan selesai. Jumlah anak usia sekolah yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga sebanyak 24 orang. Tujuan penulisan yaitu menggambarkan hasil pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik : anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga terhadap peningkatan perkembangan anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Bogor Timur. Metode penulisan adalah studi serial kasus dengan pemberian dua paket terapi. Evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan perkembangan anak usia sekolah melalui menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah. Rekomendasi laporan ini adalah dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa dan disosialisasikan pada seluruh tatanan pelayanan kesehatan di kmunitas. Selain itu, laporan ini menjadi data dasar dari penelitian selanjutnya. Kata kunci : Terapi kelompok terapeutik : anak usia sekolah, Psikoedukasi keluarga, Model Health Promotion. Daftar pustaka 70 (1971-2012)
ix Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
ABSTRACT
Name : Abdul Gowi Study Program : Nursing Science Title : Effectiveness of school aged therapeutic group therapy and family psychoeducation to school aged development at RW 03 and RW 11 Baranangsiang Village Bogor Timur District
School aged development known as industrial phase is a phase when the child entered the school environment, growth their independency, and wanted to involve tasks that can be done until it was finished by them. The amount of school aged child that was given therapeutic group therapy and family psychoeducation were twenty four child. The purpose of this report is to explain the results of school aged therapeutic group therapy and family psychoeducation to school aged development’s increase at RW 03 and RW 11 Baranangsiang village Bogor Timur district. The method of this report was serial case study using two therapy package. The result showed development increased in school aged child through growth and development stimulation. Based on the result, it’s important to recommended that community health nursing can be made standard of therapy of nursing specialist to client in the communty.
Key Words : Therapeutic group therapy, Family psychoeducation, Health Promotion Models.
x Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR ..................................................
v
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
Vi
ABSTRAK INDONESIA .........................................................................................................
Vii
ABSTRAK INGGRIS ............................................................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................................................. Ix DAFTAR TABEL .................................................................................................................... X DAFTAR SKEMA .................................................................................................................... Xi DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................
Xii
1. PENDAHULUAN ...........................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................
1
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................................
7
1.3 Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 7 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................
10
2.1 Anak Usia sekolah .........................................................................................................
10
2.1.1 Definisi Anak Usia Sekolah ........................................................................
10
2.1.2 Proses Perkembangan Anak Usia Sekolah ...................................................
11
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah ................
27
2.1.4 Perkembangan industri anak usia sekolah ...................................................
32
2.1.5 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................
39
2.1.6 Tindakan Keperawatan pada anak usia sekolah ..................................................
40
2.2 Konsep Model Asuhan keperawatan pada anak usia sekolah ..................................
56
2.2.1 Health Promotion.......................................................................................
56
2.2.2 Community Mental Health Nursing..................................................................
65
3. MANAJEMEN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN .…….......................
76
3.1 Profil Kecamatan Bogor Timur .................................................................................
76
3.2 Manajemen Pelayanan Kesehatan Jiwa di Wilayah Puskesmas Bogor Timur ...........
83
xi Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
4. PELAKSANAAN ....................................................................................................
94
4.1 Pengkajian Anak Usia Sekolah .................................................................................
94
4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................
105
4.3 Rencana Tindakan .................................................................................................
105
4.4 Pelaksanaan Tindakan...................................................................................................
107
4.5 Evaluasi Hasil .....................................................................................................
110
4.6 Rencana Tindak lanjut.........................................................................................
115
5. PEMBAHASAN ....................................................................................................
117
5.1 Karakteristik Anak Usia Sekolah .................................................................................
117
5.2 Efektifitas TKT : Anak usia sekolah dan Psikoedukasi Keluarga ........................
126
5.3 Implikasi terapi spesialis TKT : Anak usia sekolah ....................................................
128
6. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................
133
6.1 Simpulan ............................................................................................................
133
6.2 Saran .................................................................................................................
135
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
DAFTAR TABEL Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 4.9
Tabel 4.10.
Karakteristik anak usia sekolah di RW 03 & 11 Kelurahan Baranangsiang, Periode September 2011- April 2012…………...
95
Karakteristik ibu (caregiver) anak usia sekolah di RW 03 & 11 Kelurahan Baranangsiang, Periode September 2011- April 2012………………………… ................
96
Distribusi factor yang mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah di RW 03 & 11 Kelurahan Baranangsiang, Periode September 2011- April 2012………………………… ................
97
Distribusi kemampuan orang tua anak usia sekolah dalam mencapai fase industry di RW 03 & 11 Kelurahan Baranangsiang, Periode September 2011- April 2012..................
99
Distribusi perkembangan anak usia sekolah di RW 03 & 11 Kelurahan Baranangsiang, Periode September 2011- April 2012
101
Distribusi kemampuan industry anak usia sekolah di RW 03 & 11 Kelurahan Baranangsiang, Periode September 2011- April 2012………………………………………………………………
103
Daftar kelompok TKT anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga di RW 03 & 11 di Kelurahan Baranangsiang, Periode September 2011- April 2012 ………….. ……………………….
106
Rencana tindakan pelaksanaan TKT anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga di RW 03 & 11 Kelurahan Baranangsiang, Periode September 2011- April 2012.….. …….
107
Efektifitas terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga terhadap peningkatan perkembangan industry anak usia sekolah di RW 03 & 11 Kelurahan Baranangsiang, Periode September 2011- April 2012 ………………………………………………. Kemampuan industry anak usia sekolah setelah mendapat terapi di RW 03 & 11 Kelurahan Baranangsiang, Periode September 2011- April 2012………………………………………………..
.
xiii Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
111
114
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut Stuart (2009) adalah keadaan sejahtera yang ditandai
dengan
perasaan
bahagia,
keseimbangan,
merasa
puas,
pencapaian diri dan optimis. Kesehatan jiwa sendiri menurut Jahoda (1970 dalam Stuart & Laraia, 2005) mempunyai arti dimana seseorang dengan sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh dan berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan. WHO (2001) mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai kondisi sejahtera dimana individu menyadari kemampuan yang dimilikinya, dapat mengatasi stress dalam kehidupannya, dapat bekerja secara produktif dan mempunyai kontribusi dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah keadaan sejahtera dimana individu menyadari kemampuan yang dimiliki, dapat mengatasi stress dalam kehidupannya, memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan, memiliki aktualisasi diri dapat bekerja secara
produktif
dan
mempunyai
kontribusi
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Ciri – ciri sehat jiwa menurut Jahoda (1970 dalam Stuart & Laraia, 2005) adalah perilaku positif terhadap diri sendiri, mampu tumbuh dan berkembang dan mampu mencapai aktualisasi diri, mempunyai integritas diri, rasa otonomi yang positif, mampu mengekspresikan realita secara tepat dan mampu menguasai lingkungan yang berubah. Sedangkan ciri-ciri sehat jiwa menurut WHO (2001 dalam Towsend & Mary, 2009) adalah menyesuaikan diri secara konstruktif sesuai kenyataan, memperoleh kepuasan dari usahannya, merasa lebih puas memberi daripada menerima, saling tolong menolong dan memuaskan, menerima kekecewaan untuk
1
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
2
pelajaran yang akan datang, mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian masalah yang konstruktif dan mempunyai kasih sayang.
Masalah kesehatan jiwa saat ini menjadi prioritas masalah kesehatan global, dimana kondisi saat ini dengan adanya krisis global, perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta situasi politik yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan, perilaku kekerasan atau tindakan kriminalitas lainnya meningkat. Kondisi dan perubahan ini memerlukan proses penyesuaian sepanjang daur kehidupan untuk mengatasinya, sementara tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan tersebut. Kesehatan jiwa seseorang selalu berubah karena dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman seseorang dalam menghadapi masalah, cara mendapatkan dukungan, sehingga dapat hidup produktif
bagi diri sendiri maupun
masyarakat dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang sehat.
Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara simultan sepanjang daur kehidupan. Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu setiap tahap perkembangan yang merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya dan menjadi prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Anak usia sekolah dikenal dengan fase industri dimana anak memasuki dunia sekolah, tumbuh rasa kemandirian anak, ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai dengan selesai (Erikson,1950 dalam Wong,2009). Apabila
tugas perkembangan tersebut tidak
terpenuhi, maka individu akan mengalami kesulitan dalam memenuhi tugas perkembangan di tahap berikutnya (Yosep, 2007). Demikian pula pada anak usia sekolah, untuk dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, anak harus mampu melakukan tugas-tugas
perkembangan yang
diharapkan dapat dilaksanakannya, sehingga tidak akan mengalami kesulitan.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
3
Faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan pada anak usia sekolah meliputi faktor biologi, psikologi dan sosiolkultural. Selain itu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami perkembangan khususnya untuk anak usia sekolah adalah faktor kesehatan, lingkungan, sikap dan prilaku individu (Stuart, 2009). Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah meliputi keluarga,sekolah dan kelompok teman sebaya. Selain itu guru dan orang tua memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan anak dengan mendukung untuk bersosialisi, memberikan perasaan aman dan nyaman, bebas dari tekanan dan permasalahan dalam keluarga.
Upaya pemerintah terkait dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia sekolah yaitu memberikan pelayanan kesehatan non-formal, fasilitas pelayanan yang melaksanakan posyandu, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (Depkes, 1995).
Upaya mengoptimalkan perkembangan anak dengan
membimbing perkembangan intelektual anak, memberikan stimulasi anak berfikir kreatif dan menyelesaikan masalah (Wong et.al, 2008). Pemahaman yang baik tentang perkembangan anak bagi orang tua akan sangat membantu dalam memberikan stimulasi/rangsangan yang tepat terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah sehingga menciptakan perkembangan anak yang baik dan terhindar dari gangguan jiwa. Di samping itu pula pelayanan kesehatan jiwa yang memadai dapat memungkinkan anak usia sekolah untuk mendapat kesempatan tumbuhkembang semaksimal mungkin.
Upaya pencegahan yang dilakukan harus komprehensif. Pencegahan primer difokuskan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan dengan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa sesuai dengan kelompok umur dengan melibatkan keluarga dalam memelihara kesehatan anggotanya melalui program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, dan kegiatan pembinaan hidup sehat agar dapat hidup produktif dan harmonis secara mandiri.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
4
Keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan jiwa memegang peranan penting dalam upaya peningkatan perkembangan anak sesuai tugas perkembangan. Pelayanan kesehatan dalam keperawatan mulai diarahkan bukan hanya pada setting rumah sakit dan pelayanan kesehatan di masyarakat (Puskesmas) yang lebih berorientasi pada upaya promotif dan preventif. Pada setting komunitas, perawat Community Mental Health Nursing (CMHN) bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan jiwa komunitas pada kelompok keluarga yang sehat jiwa, keluarga yang berisiko mengalami gangguan jiwa serta keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (Keliat, Panjaitan & Riasmini, 2010). Perawat memberikan pelayanan bukan hanya di Puskesmas tetapi juga pada institusi umum yang ada di komunitas. Pelayanan kesehatan dalam keperawatan diberikan di samping melalui asuhan keperawatan juga dalam berbagai bentuk terapi baik bagi individu, keluarga dan kelompok.
Bentuk terapi yang diberikan perawat kepada anggota keluarga berupa terapi keluarga, terapi kelompok, psikoedukasi kelompok, terapi supportif, kelompok swabantu, dan terapi kelompok terapeutik. (Stuart & Laraia, 2005). Sedangkan untuk anak, terapi yang diberikan sesuai dengan tahap perkembangan anak, seperti, terapi bermain, terapi kelompok, terapi lingkungan (Hamid, 2010). Salah satu terapi yang diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan anak adalah terapi kelompok terapeutik.
Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stress (Townsend, 2005). Tujuan dari TKT adalah untuk mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan yang tidak diperkirakan sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara bertahap (Montgomery, 2002) Terapi kelompok terapeutik membantu anggotanya
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
5
mencegah masalah kesehatan,
mendidik dan mengembangkan potensi
anggota kelompok dan meningkatan kualitas antar anggota kelompok untuk mengatasi masalah dalam kehidupan (Keliat & Akemat, 2004). Terapi ini diberikan pada semua tingkat usia sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya dan dapat dilakukan secara berkelompok maupun indvidu dengan menstimulasi pertumbuhan dan perkembangannya.
Dalam penelitian Walter (2010) terhadap Perkembangan Industri Anak Usia Sekolah di Panti Sosial Asuhan Anak Kota Bandung ditemukan hasil adanya peningkatan secara bermakna terhadap antara perkembangan industri anak setelah mendapat Terapi Kelompok Terapeutik sebesar 58,6 %. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Istiana & Sunarto (2011) di sekolah, terhadap orang tua dan guru yang menunjukkan peningkatan pengetahuan sebesar 97%, kemampuan psikomotor 73% dan kemampuan industri sebesar 78%. Peran guru dan orang tua berpengaruh terhadap perkembangan mental anak usia sekolah, hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa faktor lingkungan yaitu orang tua dan guru sangat berperan penting dalam mengoptimalkan perkembangan mental, dengan melibatkan orang tua sebagai pendidik utama di rumah dan guru sebagai pendidik utama di sekolah dapat mengoptimalkan perkembangan mental anak usia sekolah.
Prevalensi orang yang sehat tetap harus dipertahankan dan ditingkatkan perkembangannya untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan jiwa baik gangguan jiwa ringan hingga berat melalui stimulasi pertumbuhan dan perkembangan yang baik
dengan melibatkan orang tua, guru di
sekolah, kader kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Karya ilmiah ini dibuat berdasarkan pelaksanaan kegiatan residensi di Kelurahan Baranangsiang Bogor Timur khususnya di RW 03 dan RW 11, dengan total jumlah penduduk ± 2006 jiwa dengan penduduk yang sehat ± 1801 jiwa, anak usia sekolah sebanyak 243 orang yang tersebar di RW
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
6
03 dan RW 11. Penulis melaksanakan kegiatan promosi kesehatan pada anak usia sekolah dilanjutkan dengan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi pada keluarga yang bekerja sama dengan KKJ RW 03 dan RW 11 mulai dari perencanaan kegiatan penyuluhan sampai pada pelaksanaan terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah untuk membentuk fase industri. Dari 243 anak usia sekolah yang ada, penulis telah melakukan manajemen asuhan keperawatan spesialis jiwa pada anak usia sekolah sebanyak 24 orang dengan menstimulasi pertumbuhan perkembangannya dan psikoedukasi keluarga.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan tidak terlepas dari peran KKJ yang terlibat langsung secara aktif dalam meningkatkan perkembangan anak usia sekolah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memberikan stimulasi pertumbuhan perkembangan pada anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga khususnya di tatanan komunitas secara tepat dan efektif untuk meningkatkan perkembangan karena anak usia sekolah merupakan usia yang sangat rentan terhadap permasalahan dan merupakan kelompok usia yang cukup besar untuk meletakkan dasar yang kuat dengan mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan melakukan interaksi dengan dunia luar dan mengadopsi beberapa perilaku dari lingkungan. Anak usia sekolah merupakan potensi dan modal yang sangat besar dalam pembangunan bangsa. Pada fase industri apabila tidak dilakukan stimulasi yang baik dari orang-orang yang ada di sekitarnya dapat menimbulkan perasaan rendah diri (inferioritas) yang berdampak terhadap kesehatan jiwa.
Berdasarkan hal itu maka penulis tertarik untuk melakukan studi ilmiah dalam bentuk penulisan Karya Ilmiah Akhir tentang manajemen asuhan dan manajemen pelayanan keperawatan pada anak usia sekolah dan keluarga yang diberikan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga menggunakan pendekatan Health Promotion Model di RW 03 dan 11 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
7
1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan umum Diketahuinya hasil pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik : anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga terhadap peningkatan perkembangan anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Bogor Timur. 1.2.2 Tujuan khusus a. Diketahuinya karakteristik anak usia sekolah seperti usia, jenis kelamin,
urutan kelahiran, jumlah saudara
kandung, status
pendidikan dan status ekonomi keluarga di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang. b. Diketahuinya hasil pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga terhadap perkembangan anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang. c. Diketahuinya manfaat Terapi Kelompok Terapeutik
anak usia
sekolah dan Psikoedukasi keluarga terhadap perkembangan anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang. d. Diketahuinya factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang.
1.1 Manfaat Karya Ilmiah Akhir 1.1.1 Manfaat Aplikatif a. Hasil Karya Tulis ini diharapkan dapat menjadi panduan perawat dalam melaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik pada Anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga di komunitas b. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan jiwa, khususnya kesehatan jiwa keluarga dan kesehatan jiwa anak usia sekolah. c. Meningkatkan dan mengembangkan berbagai strategi intervensi yang efektif dalam pencapaian fase industry anak usia sekolah di komunitas.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
8
1.1.2 Manfaat Keilmuan a. Hasil Karya Tulis ilmiah ini diharapkan dapat menggunakan hasil riset TKT anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga dalam mengatasi kesehatan anak usia sekolah. b. Masukan bagi pengelola program kesehatan jiwa masyarakat di dinas kesehatan Kota Bogor dalam merencanakan program-program yang lebih efektif dan dasar dalam merumuskan kebijakan dalam menangani kesehatan anak usia sekolah. c. Sebagai evidance based practice dalam praktek keperawatan jiwa, serta sebagai bahan dalam pembelajaran di area praktik pendidikan keperawatan. d. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat sebagai data dasar bagi penelitian
lanjutan
dalam
pengembangan
terapi
spesialis
keperawatan jiwa: terapi kelompok terapaeutik : anak usia sekolah.
1.1.3 Manfaat Metodologi a. Dapat menerapkan hasil riset dalam melaksanakan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah untuk mencapai fase industri. b. Memperoleh
gambaran
dalam
penerapan
ilmu
dan
konsep
keperawatan jiwa khususnya dalam menerapkan terapi spesialis pada kelompok anak usia sekolah dan memperoleh pengalaman dalam melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait. c. Sebagai tindak lanjut penelitian berikutnya untuk mengembangkan pelaksanaan terapi kelompok terapeutik
1.1.4 Manfaat Kehidupan Profesionalisme a. Dapat dijadikan data rujukan terkait dengan proses belajar mengajar yang melibatkan mahasiswa program pasca sarjana melalui manajemen asuhan keperawatan jiwa secara nyata di masyarakat. b. Memperoleh pengalaman dan lebih percaya diri sebagai perawat profesional dalam penerapan ilmu dan konsep keperawatan jiwa
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
9
khususnya dalam menerapkan terapi spesialis pada kelompok anak usia sekolah sehat. c. Memperoleh pengakuan kompetensi perawat spesialis dalam melaksanakan terapi kelompok terapeutik yang dapat digunakan secara terus menerus untuk pengembangan keilmuan. d. Sebagai pertimbangan bagi Dinas Kesehatan untuk menempatkan perawat spesialis keperawatan jiwa di unit pelayanan komunitas.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sebagai landasan dan rujukan dalam Karya Ilmiah Akhir, maka dalam bab ini akan dipaparkan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan perkembangan anak usia sekolah, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah dan upaya untuk mencapai perkembangan anak usia sekolah melalui terapi spesialis yang ditujukan untuk menstimulasi aspek-aspek perkembangan anak usia sekolah dengan pendekatan konsep Model Health Promotion.
2.1 Anak Usia Sekolah 2.1.1 Definisi Usia Sekolah Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. (Yusuf, 2009). Sifat anak pada masa ini adalah adanya hubungan yang positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi anak (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh). Menurut Erikson, anak usia sekolah adalah tahap perkembangana anak usia 6 – 12 tahun dimana pada usia ini merupakan masa tumbuhnya rasa industri. Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek fisik (motorik), emosi, kognitif dan psikososial. Pada masa ini anak akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat ketrampilan dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya, produktif belajar, kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan merasakan bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatu yang baik. Bisa membedakan sesuatu yang baik atau tidak dan dampak melakukan hal yang baik atau tidak. Pada usia 6 – 12 tahun ini, anak akan mulai belajar dan berperan serta dalam sebuah sistem belajar yang tersusun secara sistematis dalam jadwal yang ditetapkan oleh sekolah atau suatu lembaga pendidikan. Pada masa ini anak juga belajar menguasai kemampuan untuk bekerja dan mendapatkan
10
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
11
keterampilan dewasa. Anak belajar bahwa mereka mampu untuk menguasai dan menyelesaikan tugasnya. Jika ditekankan terlalu ketat pada aturan dan kaidah tertentu
maka anak akan mengembangkan perasaan bahwa
kewajiban secara alamiah bahkan berlebihan terhadap dorongan bekerja. Anak yang produktif belajar kenikmatan kompetisi kerja dan kebanggaan dalam melakukan sesuatu yang baik (Kaplan & Saddock, 1997). Anak akan belajar dari lingkungan tempat tinggal dan mengadakan adopsi perilaku dan membedakan mana yang baik dan tidak, dalam hal ini orang tua, lingkungan sekolah maupun tempat tinggal memberikan kontribusi yang besar untuk perkembangan anak usia sekolah.
Lingkungan yang baik akan mendorong anak ke nilai-nilai ketekunan dan produktifitas, gigih dalam usaha yang sulit merupakan hal yang akan sangat membantu anak menciptakan kreatifitas industri dalam dirinya. Namun sebaliknya bila anak tidak mendapatkan bimbingan yang semestinya dari orang dewasa yang memahami perkembangan psikososial sehat maka anak akan berkembang rasa inferior atau rendah diri dalam dirinya.
Perkembangan individu ini akan terus berlanjut dan merupakan proses yang berkelanjutan,
sistematis,
senantiasa
bersifat
progresif
dan
berkesinambungan dalam kehidupan individu sepanjang daur kehidupan manusia yang memberi kemampuan pada individu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2.1.2 Proses Perkembangan Anak Usia Sekolah Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik/jasmaniah maupun psikis / rohaniah. (Yusuf, 2010). Proses – proses dari perkembangan individu yang menjadi pola rangkaian
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
12
dalam pembentukan serta perkembangan secara keseluruhan yang dialami oleh setiap individu, yang meliputi perkembangan yang bersifat kualitatif dan berjalan secara stimultan dengan proses pertumbuhan yang bersifat kuantitatif yang berdampak pada kematangan seorang individu serta kecakapan dalam menjalani proses kehidupan dengan melakukan proses belajar yang menjadi salah satu rangkaian perkembangan dan merupakan salah satu dari tugas – tugas pekembangan. Proses perkembangan individu ini akan terus berlanjut dan merupakan proses yang sistematis, bersifat progresif dan berkesinambungan dalam kehidupan individu.(Walter,2010). Perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan yang tidak bisa dihentikan secara sadar yang berlangsung sepanjang daur kehidupan manusia
yang
bersifat
kualitatif
dalam
mendukung
fungsi
dari
pertumbuhan organ-organ secara jasmaniah yang dapat memberikan kemampuan pada individu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Usia sekolah disebut sabagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah (Yusuf, 2010). Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. (Hamid, 2009). Perkembangan anak usia sekolah meliputi perkembangan ketrampilan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan emosi, kepribadian, perkembangan
moral,
perkembangan
spiritual
dan
perkembangan
psikososial. 2.1.2.1 Motorik. Keterampilan motorik seseorang dipengaruhi oleh kematangan perkembangan sistem syaraf otak seseorang yang mengatur otot memungkinkan
berkembangnya
keterampilan
motorik
anak.
Keterampilan motorik ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu (1) keterampilan motorik kasar meliputi: berjalan, berlari, melompat
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
13
jauh, naik dan turun tangga, loncat tali, dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu, menggunakan alat-alat olah raga, baris-berbaris, sedangkan (2) keterampilan motorik halus meliputi menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan adanya pola atau objek, memotong
kertas
dengan
mengikuti
pola,
melempar,
dan
menangkap bola, serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Hurlock, 2008). Perkembangan kemampuan motorik anak kurang berarti dan tidak bisa meluas menjadi keterampilan psikomotor yang bermanfaat tanpa dukungan proses belajar atau usaha pendidikan pada umumnya. Gerakan motorik anak akan terus meningkat keanekaragaman, keseimbangan dan kekuatannya ketika ia menduduki SMP dan SMA (Syah, 2010). Hal ini merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan.
Hurlock
(2008)
mencatat
beberapa
alasan
tentang
fungsi
perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan individu, yaitu: a.
Keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
b.
Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang mandiri. Anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang lain dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
c.
Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia pra sekolah (TK)
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
14
atau usia kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris berbaris. d.
Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bergaul dengan teman sebanyanya, sedangkan anak yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucil atau menjadi anak yang terpinggirkan.
e.
Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.
Seiring dengan perkembangan motorik bagi anak usia sekolah, tepat sekali diajarkan dan dilatih tentang dasar-dasar keterampilan untuk menulis huruf sambung (arab/latin) dan menggambar, keterampilan berolahraga seperti senam atau menggunakan alat-alat olah raga, gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat, dan berlari, baris berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban (Santrock, 2007). Dengan berkembangnya perkembangan motorik, anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Pada tahap ini penting bagi anak untuk merasa diterima di lingkungan teman sebayanya. 2.1.2.2 Kognitif. Teori perkembangan kognitif anak menurut Piaget (dalam Hockenberry & Wilson, 2009) pada usia sekitar 7 tahun, anak-anak memasuki tahap operasional konkret, dimana mereka bisa menggunakan
berbagai
operasi
mental,
seperti
penalaran,
memecahkan masalah-masalah konkret/nyata, seperti mencari barang-barangnya yang hilang. Pada usia sekolah anak dapat berpikir dengan logis karena mereka tidak terlalu mementingkan diri sendiri dari sebelumnya dan dapat mempertimbangkan aspek
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
15
dari berbagai situasi. Anak usia sekolah telah mampu mengetahui dan mengkoordinasikan pandangannya sendiri dengan pandangan orang lain bahwa pandangannya merupakan salah satu pandangan dari sekian banyak pandangan orang (Syah, 2010). Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar. Anak berusaha untuk tampil lebih baik dari teman-temannya agar mendapatkan perhatian dari orang tua, guru dan teman dengan belajar lebih giat lagi.
Perkembangan kognitif usia sekolah menurut Yusuf (2010) anak sudah dapat merespon rangsangan intelektual yang menuntut kemampuan kognitif seperti: membaca, menulis dan menghitung. Pada periode ini anak mempunyai kemampuan/kecakapan baru yaitu
mengklasifikasikan/mengelompokkan,
menyusun,
atau
mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan angka, seperti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Disamping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah yang sederhana. Anak juga sudah bisa membedakan antara hayalan dan kenyataan, lebih efisien dalam membagun pengkodean dan strategi.
Kemampuan kognitif pada anak usia sekolah sudah cukup menjadi dasar untuk diberikannya berbagai macam kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis dan berhitung, juga diberikan pengetahuan tentang manusia, hewan, dan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
16
lingkungan alam sekitar. Untuk mengembangkan daya nalarnya, anak dilatih mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya dalam berbagai hal, baik yang dialami maupun peristiwa yang terjadi dilingkungannya. 2.1.2.3 Bahasa. Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan (Yusuf, 2010). Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, dapat berkomunikasi sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan agama.
Menurut Santrock (2007) bahasa adalah suatu bentuk komunikasi, apakah itu lisan, tulisan, atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem pada simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya. Sebagaimana kosa kata tumbuh, anak usia sekolah menggunakan kata kerja yang benar dan bertambah, untuk menggambarkan suatu tindakan dan belajar bahwa sebuah kata dapat memiliki lebih dari satu makna dan mengetahui konteks makna yang dimaksud.
Anak usia sekolah merupakan masa berkembangnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (Yusuf, 2010). Pada awal sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11 – 12 tahun) telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata. Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca, atau mendengarkan cerita
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
17
yang bersifat kritis tentang perjalanan/petualangan, riwayat para pahlawan. Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Kata tanya yang digunakan sebelumnya hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan: “dimana”, “dari mana”, “kemana”, “mengapa”, dan “bagaimana”.
Santrock (2007) dan Djamarah (2008) mengatakan bahwa faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, adalah : a.
Proses jadi matang, anak usia sekolah menjadi matang (organorgan suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
b.
Proses belajar, anak yang telah matang untuk berbicara kemudian mempelajari bahasa orang lain dengan mengimitasi atau meniru ucapan kata-kata yang didengarnya. Jika proses tersebut berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, maka pada saat anak memasuki usia sekolah dasar, anak dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, dapat membuat kalimat majemuk, menyusun dan mengajukan pertanyaan.
c.
Kemampuan bahasa anak dipengaruhi oleh umur, kondisi fisik, kesehatan, intelegensi, bahasa pertama, status sosial ekonomi keluarga, hubungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat. Kesulitan anak dalam merangkai kata-kata dan menyampaikan pesan kepada teman atau orang dewasa menghalangi usahanya
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
18
untuk berkomunikasi. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa kecewa dan mempengaruhi emosional anak. 2.1.2.4 Emosi. Emosi setiap orang mencerminkan keadaan jiwanya yang akan tampak secara nyata pada perubahan jasmaninya (Suseno, 2009). Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, kondisi biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan dalam bertindak (Hartono, 2009). Dari kedua pengertian tersebut, emosi tidak hanya diartikan dalam bentuk perasaan semata tapi juga perubahan-perubahan pada aksi dan tingkah laku sehari-hari.
Emosi pada tingkat usia sekolah mengalami peningkatan dan beraneka ragam respon yang ditimbulkan tergantung pada kemampuan anak dalam menghadapi stressor (Ibung, 2008). Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih halus karena anak harus mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa emosi yang menyenangkan.
Emosi merupakan faktor utama yang sangat mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk perilaku belajar. Orang tua dan guru sebaiknya memfokuskan dirinya pada emosi anak-anak mereka, yang mempengaruhi perilakunya karena emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk memfokuskan anak terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya apabila yang menyertai emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan, individu tidak dapat menusatkan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
19
perhatiannya, sehingga kemungkinan besar akan mengalami kegagalan dalam belajar. (Yusuf, 2010; Cluff, 2011). Ungkapan emosional pada masa usia sekolah merupakan ungkapan yang menyenangkan, anak tertawa genit atau terbahak-bahak, dan menunjukkan pelepasan dorongan yang tertahan. Tidak semua emosi pada usia ini menyenangkan. Banyak ledakan amarah terjadi dan anak menderita kekhawatiran dan perasaan kecewa.
Orang tua, lingkungan sekitar dan perawat harus mampu membantu meningkatkan
perkembangan
emosional
anak-anak
sehingga
mereka mampu mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang lain dan belajar bagaimana mengelola emosi secara efektif. Sejumlah penelitian terbaru menemukan bahwa faktor IQ hanya dianggap menyumbangkan 20% menentukan keberhasilan anak, sedangkan sisanya lebih dipengaruhi oleh kematangan anak dalam mengelola emosi. (Ramadhani,2008). Anak-anak yang memiliki kemampuan menguasai emosinya lebih percaya diri, lebih bahagia, popular, sukses di sekolahnya dan mampu menjalin hubungan dengan orang lain dengan baik.
Kuebli, Wintre, dan Vallance (1994, dalam Santrock, 2007) menyatakan terdapat perubahan yang penting dalam perkembangan emosi pada anak usia sekolah yaitu peningkatan kemampuan untuk memahami emosi kompleks, peningkatan pemahaman bahwa setiap orang dapat mengalami lebih dari satu emosi dalam situasi tertentu, peningkatan
kecenderungan
untuk
lebih
mempertimbangkan
kejadian yang menyebabkan reaksi emosi tertentu,
peningkatan
kemampuan untuk menekan reaksi emosional yang negatif, penggunaan strategi personal untuk mengalihkan perasaan tertentu,
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
20
seperti mengalihkan perhatian atau pikiran ketika mengalami emosi tertentu.
Ketika anak mencapai masa usia sekolah, anak menjadi lebih reflektif dan strategis dalam kehidupan emosionalnya, juga memiliki kemampuan empati yang tulus dan pemahaman emosional yang lebih tinggi dibandingkan masa sebelumnya. 2.1.2.5 Kepribadiaan. Kepribadian adalah cirri atau karakteristik dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir (Sjarkawi, 2006).
Perkembangan kepribadian dan
keterampilan kognitif berkembang dengan cara yang sama dengan pertumbuhan biologis-pencapaian baru terbentuk pada keterampilan yang sudah dikuasai sebelumnya (Wong, 2009). Menurut Hurlock (1986 dalam Yusuf, 2010) ciri kepribadian yang sehat antara lain mampu menilai diri secara realistik, mampu menilai situasi secara realistik, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik, menerima tanggung jawab, kemandirian, dapat mengontrol emosi, penerimaaan sosial, berbahagia.
Kepribadian dipengaruhi oleh banyak faktor, baik herediter maupun lingkungan; fisik, sosial, kebudayaan, spiritual (Hurlock, 2008): a.
Fisik.
Faktor
fisik
yang
mempengaruhi
perkembangan
kepribadian adalah postur tubuh, kecantikan, kesehatan, keutuhan tubuh dan keberfungsian organ tubuh. b.
Inteligensi. Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian. Individu yang memiliki intelegensi tinggi atau normal mampu menyesuaikan diri dengan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
21
lingkungan secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. c.
Keluarga. Iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dilingkungan keluarga yang harnomis dan agamis, orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan keluarga, maka perkembangan kepribadian anak cenderung positif. Jika sebaliknya, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri.
d.
Teman sebaya (peer group). Setelah anak masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebaya dan menjadi anggota dalam kelompoknya. Anak akan menerima dan meniru perilaku yang diberikan oleh teman sebaya dan belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok.
e.
Kebudayaan. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku bangsa) memiliki tradisi, adat, kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut cara berfikir, bersikap atau cara berperilaku.
Menurut Shiner (2005) anak yang lebih terbuka akan pengalaman maka anak tersebut termasuk anak yang cerdas, cepat untuk belajar, berpengetahuan luas, perseptif, imajinatif dan mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Hurlock (2008) mengemukakan bahwa anak usia sekolah yang berkepribadian sehat dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang ditandai dengan karakteristik mampu menilai diri, situasi dan prestasi yang diperoleh secara realistik, menerima tanggung jawab, dapat mengontrol emosi, berorientasi keluar,
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
22
secara sosial dapat menerima keadaan, memiliki filsafat hidup dan situasi kehidupan yang positif.
Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik mudah marah atau tersinggung, menunjukkan kekhawatiran yang berlebihan, sering merasa tertekan, bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang, ketidakmampuan menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum, mempunyai kebiasaan berbohong, hiperaktif, bersikap memusuhi semua bentuk otoritas, senang mengkritik atau mencemooh orang lain, sulit tidur, kurang memiliki rasa tanggung jawab.
Kelainan kepribadian berkembang pada umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang baik termasuk lingkungan sekolah dan keluarga. Oleh karena kelainan kepribadian berkembang pada umumnya disebabkan faktor lingkungan yang kurang baik, maka sebagai upaya pencegahan sebaiknya keluarga dan sekolah senantiasa bekerjasama menciptakan iklim lingkungan yang memfasilitasi
anak
mengembangkan
potensi
atau
tugas
perkembangannya secara optimal. 2.1.2.6 Moral. Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” yang berarti ada istiadat, kebiasaan, peraturan dan nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan menjalankan peraturan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral. (Yusuf,
2010).
Perkembangan
moral
memiliki
dimensi
intrapersonal, yang mengatur aktifitas seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
23
mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik (Santrock, 2007). Perkembangan moral melibatkan perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku mengenai benar dan salah.
Perkembangan moral anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungan terutama dari orang tua dan lingkungan keluarga. Anak belajar untuk mengenal nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Peran orang tua sangat penting dalam mengembangkan moral anak. Pada mulanya anak mungkin tidak mengerti akan konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar-salah/baikburuk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari. (Yusuf, 2010).
Anak usia sekolah sudah dapat mengikuti peraturan/tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia sekolah, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah. Anak memandang atau menilai perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan hal yang salah. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua, dan guru merupakan hal yang benar atau baik. 2.1.2.7 Spiritual. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
24
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya pada Tuhan (Carson, 1989, dalam Hamid, 2009). Perkembangan
kesadaran
beragama,
fitrah
(perasaan
dan
kemampuan) beragama merupakan kemampuan dasar
yang
mengandung atau berpeluang untuk berkembang, namun mengenai arah dan kualitas perkembangan beragama anak sangat bergantung kepada proses pendidikan yang diterimanya (Salaby, 1997) Pendidikan akhlak dan kasih sayang merupakan hal terpenting bagi kehidupan anak karena sebenarnya kasih sayang dan pendidikan akhlak yang baik akan mengarahkan anak pada pola hidup yang baik.
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai spiritual sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas spiritual anak, sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Disamping melakukan kegiatan ritual agama yang diyakini anak juga harus dibiasakan melakukan ibadah secara sosial, yakni menyangkut ahlak terhadap sesama manusia, seperti: hormat kepada orang tua, guru, dan orang lain, memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin, memelihara kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan bersikap amanah (Yusuf, 2010).
Menurut Taylor dkk (1997, dalam Hamid, 2009), faktor penting yang
dapat
mempengaruhi
spiritualias
seseorang
adalah
pertimbangan tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait dengan terapi, serta asuhan keperawatan yang kurang tepat.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
25
Menurut Syamsuddin (1996, dalam Yusuf, 2010), perkembangan penghayatan spiritual anak usia sekolah ditandai dengan sikap spiritual bersifat reseptif disertai dengan pengertian, pandangan dan faham ketuhanan diperoleh sacara rasional berdasarkan kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya, penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Aspek spiritual tersebut tidak hanya terkait dengan kegiatan keagamaan, bagaimana anak menjalankan ibadah agamanya, namum juga terkait dengan pola hidup, pandangan hidup seseorang, bagaimana seorang anak menghormati orang tua atau orang yang lebih tua darinya. Sikap jujur, adil dan menghargai orang lain terutama yang berbeda nilai dengan dirinya juga diperhatikan dalam nilai atau aspek spiritual.
Peran orang tua dalam mengembangkan aspek spiritual anak sekolah menurut Yusuf (2010) antara lain : 1. Memberikan contoh cara bersikap, berperilaku yang sesuai kaidah agama atau berakhlakul karimah (akhlak yang mulia) karena orang tua merupakan pembina pertama yang diterima oleh anak. 2. Memperlakukan anak dengan baik, sikap orang tua yang baik dengan memberi kasih sayang, menghargai anak, menerima anak sebagaimana biasanya, memaafkan kesalahan anak serta meluruskan kesalahan anak. 3. Memelihara hubungan yang harmonis antar anggota keluarga sehingga akan mengahsilkan perkembangan perilaku yang baik.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
26
4. Membimbing, mengajarkan atau melatih anak ajaran agama sejak kecil hingga dewasa. Keterlibatan orang tua, guru dan lingkungan sekitar memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan aspek spiritual anak usia sekolah untuk dapat berkembang secara optimal. 2.1.2.8 Psikososial. Perkembangan
psikososial
menurut
Yusuf
(2010)
adalah
pencapaian kematangan hubungan social dan atau sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak usia sekolah ditandai dengan adanya perluasan hubungan, baik dengan keluarga maupun dengan teman sebaya (peer group) sehingga ruang gerak hubungan sosialnya semakin luas.
Pada tahap industri versus inferiority pada usia sekolah memberikan kesempatan
pada
anak
untuk
mengambil
inisiatif
dalam
merencanakan dan menindaklanjuti berbagai proyek (Grace, 2010). Orangtua dan guru perlu memberikan umpan balik positif dalam membantu anak-anak merasa percaya diri dan mampu, karakteristik penting bagi kebahagiaan dan kesuksesan masa depan. Jika orang dewasa yang berada di sekitar kehidupan anak usia sekolah tidak berusaha untuk mendukung upaya anak, kemungkinan anak akan meragukan kemampuan dan gagal mencapai potensi secara penuh.
Menurut Harter (2007, dalam Hurlock, 2007) anak usia sekolah sudah mulai memasukkan aspek sosial, seperti kelompok sosial tertentu dalam gambaran dirinya. Anak akan membedakan dirinya dengan orang lain dengan menggunakan istilah yang comparatif dan tidak absolut. Oleh karena itu anak SD akan menggambarkan apa
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
27
yang dapat dilakukan jika dibandingkan dengan anak lain, evaluasi diri anak menjadi realistis, hal ini terjadi karena peningkatan perbandingan sosial dan persepsi. Seiring dengan perkembangan sosial anak telah mengenal nilai baik dan buruk (Salaby, 1997). Kelompok teman sebaya memberi hal penting dalam perkembangan anak sekolah. Melalui hubungan dengan teman sebaya anak belajar bagaimana menghadapi dominasi dan permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan serta menggali ide-ide dan lingkungan fisik (Wong et.al, 2009). Pergaulan anak dengan orang tua, orang dewasa lainnya dan teman sebaya mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku social anak dengan ciri-ciri antara lain pembangkang, agresi, berselisih, menggoda,
persaingan,
kerjasama,
tingkah
laku
berkuasa,
mementingkan diri sendiri, dan simpati.
Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya baik keluarga, teman sebaya, orang dewasa lainnya sehingga bila lingkungan tersebut tidak kondusif (orang tua yang kasar, acuh tak acuh, sering memarahi anak) cenderung akan akan menghasilkan anak dengan perilaku maladjusment yang memiliki karakteristik anak bersifat minder, senang mendominasi orang lain, bersifat egois, senang mengisolasi diri, kurang memiliki tenggang rasa, kurang memperdulikan norma dalam berperilaku (Yusuf, 2010). Peran orang tua, guru dan teman sebaya sangat penting sebagai lingkungan yang berperan dalam perkembangan sosial anak, oleh sebab itu guru dan orang tua sebaiknya memberikan bimbingan dalam mengenalkan berbagi aspek kehidupan sosial, norma-norma kehidupan serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menciptakan perkembangan sosial anak sekolah optimal. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
28
Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah meliputi tiga lingkungan yaitu lingkungan sekolah, keluarga dan teman sebaya. Ketiga lingkunga tersebut saling mempengaruhi dalam menciptakan perkembangan anak usia sekolah yang optimal. 2.1.3.1 Lingkungan Sekolah Sekolah dasar adalah sekolah pertama yang harus dijalani anak sebelum mengikuti pendidikan lebih tinggi. Pengertian sekolah dasar dapat dikatakan sebagai kegiatan mendasari tiga aspek dasar yaitu pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Ketiga aspek ini merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama dalam kehidupan (Anneira, 2007). Sekolah memegang peranan penting dalam perkembangan kepribadian anak karena siswa harus hadir di sekolah; sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa perkembangan konsep dirinya; anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah;
sekolah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk meraih sukses; sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuan secara realistik (Yusuf,
2010). Sekolah melakukan upaya untuk meningkatkan
kesehatan anak usia sekolah melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih, sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Masa sekolah merupakan masa yang sangat baik untuk membangun harapan anak. Pada usia ini anak belum mempunyai kekuatan untuk mengontrol diri dari keinginannya, karena itu anak-anak lebih mau
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
29
tunduk pada kekuasaan yang lebih kuat dari dirinya. Sekolah sebagai institusi yang lebih kuat dan diorganisir sedemikian rupa, hendaknya mampu memberikan disiplin yang tegas dengan mendorong anak agar menggunakan potensi dirinya berkembang ke arah yang lebih baik. Biasanya pada masa ini anak-anak senang sekali dengan sekolahnya, sangat mencintai gurunya, giat belajar dan patuh menjalankan kewajibannya.
Pengaruh pertama yang diterima oleh seorang anak dalam hidupnya ialah sosok-sosok yang berada di sekelilingnya. Di lingkungan rumah mereka adalah ayah dan keluarganya. Ketika beranjak besar, sedikit ia mulai bergaul dengan anak-anak usia sebayanya atau yang lebih tua darinya (Mahfuzh, 2009). Selanjutnya seorang anak mulai bersekolah dimana ia akan memperoleh pendidikan secara formal dari guru/pengajar/pendidik.
Guru mempunyai tanggung jawab utama yaitu menstimulasi dan membimbing
perkembangan
intelektual
anak
dan
bukan
memberikan kesejahteraan fisik anak di luar lingkungan sekolah (Wong et.al, 2009). Guru bersama-sama orang tua memberi pengaruh dalam menentukan sikap dan nilai anak. Guru yang membuat pernyataan pendukung yang meyakinkan dan memuji anak dengan menggunakan pernyataan yang dapat diterima dan jelas dapat membantu anak memperluas ide dan perasaannya serta memberi
bimbingan
yang
membantu
anak
memecahkan
masalahnya sendiri untuk memperluas dan mengembangkan konsep diri positif pada anak usia sekolah. 2.1.3.2 Lingkungan Keluarga Keluarga adalah sekelompok individu yang dihubungkan dengan ikatan darah dan emosional, merasa memiliki satu sama lain,
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
30
memberikan
dukungan,
melakukan
berbagai
fungsi
dasar,
memelihara pertumbuhan psikososial melalui pola interaksi dan relationship.
Lingkungan
keluarga
merupakan
lingkungan
pendidikan yang pertama bagi seorang anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan yang juga merupakan lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak merupakan bagian dari keluarga, kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga (Hidayat, 2005). Dengan bergesernya sebagian besar peri kehidupan anak dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah, seorang anak mulai merasakan hidup mandiri serta kemudian dengan pengaruh lingkungan di luar rumah ia akan membentuk wataknya sendiri (Salaby, 1997). Berubahnya perhatian dan minat anak ini sering menimbulkan kekesalan pada orang tua, sehingga bila masalah antara anak dan orang tua tidak segera diselesaikan mungkin akan terdapat kesulitan dalam penyesuaian diri anak dengan keadaan di luar rumah.
Tugas orang tua dengan anak usia adalah mempelajari bagaimana cara beradaptasi dengan perpisahan anak atau yang lebih sederhana melepaskan
anak,
salah
satu
tugas
orang
tua
dalam
mensosialisasikan anak-anak mereka termasuk meningkatkan prestasi
belajar
(Friedman,
Bowden
&
Jones,
2010).
Pertanggungan jawab yang besar dalam masa sekolah adalah timbulnya rasa percaya diri dan tanggung jawab terhadap tugas yang akan dilaksanakannya secara tuntas. Dalam hal ini mungkin saja orang tua atau anak sendiri akan sangat kecewa bila prestasi yang dicapai tidak seperti yang diharapkan. Seorang anak yang
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
31
tidak dapat mencapai tingkatan sosial yang memadai akan mulai merasakan suatu kegagalan, kemudian dapat menimbulkan reaksi berupa kemarahan atau kegelisahan (Salaby, 1997). Selanjutnya akibat tidak tercapainya keinginan, anak akan bereaksi dengan perilaku yang anti-sosial sebagai upaya mendapatkan kembali pengenalan diri yang tidak dapat dicapinya dengan cara baik.
Pemberian stimulasi secara dini adalah salah satu faktor yang berpengaruh dalam upaya pendidikan anak, karena pemberian stimulasi yang baik akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya (Wong et.al, 2009). Stimulasi adalah cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan anak. Stimulasi dapat dilakukan secara langsung oleh orang tua atau membuat lingkungan yang baik sehingga anak merasa nyaman mengeksplorasi diri terhadap lingkungannya. Dengan stimulasi, seluruh kemampuan anak, baik motorik kasar, motorik halus, bahasa, maupun personal sosial akan berkembang dengan baik. Sebagai seorang orang tua hendaknya mengetahui dan mampu memberikan stimulasi terhadap anak sesuai dengan tahap perkembangannya di lingkungan keluarganya.
2.1.3.3 Lingkungan Teman Sebaya Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi anak mempunyai peran bagi perkembangan kepribadiannya. Teman sebaya penting bagi perkembangan kematangan secara keseluruhan (fisik, intelektual/mental, sosial, seksual, moral dan emosional). Beberapa cara peningkatan sosialisasi anak sekolah melalui keanggotaan kelompok menurut Hurlock (2005), antara lain : belajar bekerja sama, belajar perilaku sosial yang baik, belajar bebas dari orang-orang dewasa, belajar kemampuan kelompok, belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
32
bermain dan olah raga, belajar turut berbagi rasa dengan orang yang dianiaya, belajar bersikap sportif, belajar bersaing dengan orang lain, belajar menerima dan melaksanakan tanggung jawab.
Kesempatan bermain dengan teman sebaya membuat anak mengenali perbedaan antara anak laki-laki dengan perempuan. Juga pergaulan dengan teman sebaya, anak-anak belajar untuk mandiri dari orang tua : belajar bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, belajar mengontrol emosinya, belajar membuat aturan main dan mematuhinya, belajar membedakan salah dengan benar, dan belajar berkomunikasi timbal balik yang sejajar. Kelompok teman sebaya mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap perkembangan kepribadian anak usia sekolah. Namun disisi lain, tidak sedikit anak yang berperilaku menyimpang, karena pengaruh teman sebanyanya. Hubungan orang tua dan anak yang sehat dapat melindungi anak tersebut dari pengaruh teman sebaya yang tidak sehat (Yusuf, 2010). Pengaruh teman sebaya terhadap anak usia sekolah berkaitan dengan iklim keluarga. Anak yang memiliki hubungan baik dengan orang tua, cenderung dapat terhindar dari pengaruh negatif teman sebayanya, dibanding dengan anak yang hubungan dengan orang tuanya kurang baik. 2.1.4 Perkembangan industri Anak Usia Sekolah dan diagnosa keperawatan Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya (industri) vs rasa rendah diri (inferiority). Masa ini berada diantara usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki dunia sekolah yang lebih formal, pada anak usia sekolah tumbuh rasa kemandirian anak, anak ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai selesai, Erik Erikson (1950 dalam Wong et.al., 2009). Anak usia sekolah memiliki ciri-ciri mempunyai rasa bersaing, senang
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
33
berkelompok dengan teman sebaya, berperan dalam kegiatan kelompok, menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan (Keliat, Helena, & Farida, 2011). Tahap
perkembangan anak usia 6-12
tahun, anak
berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Anak belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan anak mulai senang untuk belajar bersama. Anakanak memperoleh kepuasan yang sangat besar dari perilaku mandiri dalam menggali dan memanipulasi lingkunganya termasuk sekolah dan interaksi dengan teman sebaya. Anak akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat ketrampilan dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya, produktif belajar, kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan merasakan bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatu yang baik. Bisa membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak melakukan hal yang baik/tidak.
Karakteristik kemampuan anak usia sekolah yang sudah mencapai fase industri adalah ; 1. Anak sangat menyukai kegiatan secara fisik atau kekuatan badan seperti berlari, kejar-kejaran dan lain-lain. 2. Mempunyai keinginan untuk bersaing dengan teman-teman dan memiliki keinginan untuk bertanding dengan teman sebaya. 3. Mampu membaca, menulis dan berhitung, senang menyelesaikan tugas sekolah dan tugas rumah. 4. Berpikir secara nyata dan senang berhayal dan berfantasi.
5. Mampu mengikuti aturan dalam permainan. 6. Mampu berkomunikasi/berbicara dua arah dengan orang baru. 7. Senang
berkelompok
dengan
teman
seusia
dan
menceritakan
pengalamannya dengan teman sebaya serta mempunyai sahabat akrab. 8. Mempunyai rasa tanggung jawab tinggi dan senang bekerja sama dengan orang lain.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
34
9. Mampu mengendalikan emosi seperti tidak muda marah dan menangis. 10. Mampu bersosialisasi atau bergaul dengan orang baru.
Tugas orang tua dengan anak usia adalah mempelajari bagaimana cara beradaptasi dengan perpisahan anak atau yang lebih sederhana melepaskan anak, salah satu tugas orang tua dalam menosialisasikan anak-anak mereka termasuk meningkatkan prestasi belajar (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Pertanggungan jawab yang besar dalam masa sekolah adalah timbulnya rasa percaya diri dan tanggung jawab terhadap tugas yang akan dilaksanakannya secara tuntas. Pemberian stimulasi secara dini merupakan faktor yang berpengaruh dalam upaya pendidikan anak, karena pemberian stimulasi yang baik akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya (Wong et.al, 2009). Dengan stimulasi ini, maka seluruh kemampuan anak, baik motorik kasar, motorik halus, bahasa, maupun psikososial akan berkembang dengan baik.
Tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya, 2009 adalah (1) kemampuan mengenal masalah kesehatan keluarga dengan anak usia sekolah. Tugas kritis keluarga dalam memahami tugas perkembangan anak usia sekolah adalah mensosialisasikan anak dengan meningkatkan prestasi sekolah dan membantu hubungan anak-anak yang sehat dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. (2) kemampuan mengambil keputusan yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan anggotanya dengan melakukan stimulasi perkembangan anak usia sekolah dengan baik. (3) kemampuan merawat anggota keluarga dengan anak usia sekolah melalui pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah yang sehat dengan deteksi dini, melakukan perawatan yang tepat agar anak usia sekolah terhindar dari masalah kesehatan. (4) kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang sehat bagi anak usia sekolah melalui
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
35
berbagai aktifitas yang menunjang kesehatan anak melalui praktik kesehatan yang baik seperti tidur yang cukup, olah raga teratur dan pemenuhan nutrisi yang adekuat. (5) kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk memantau perkembangan anak usia sekolah yang sesuai dengan tahapannya, melakukan konseling kesehatan untuk menangani kebutuhan kesehatan anak usia sekolah, dan membantu keluarga dalam melaksanakan koping sehingga meminimalkan dampak kerugian bagi anak.
Faktor-faktor yang mendukung atau bahkan berisiko tidak terpenuhinya pencapaian perkembangan anak usia sekolah dipengaruhi oleh biologis dan psikologis anak usia sekolah serta sosial budaya tempat anak usia sekolah tumbuh dan berkembang. Anak usia sekolah dengan latar belakang biologis, psikologi dan kemampuan sosial yang baik, adalah modal dasar bagi anak usia sekolah untuk naik ke jenjang berikutnya yaitu remaja. Kematangan pribadi anak usia sekolah menentukan keberhasilan secara sosial. Dalam hal ini sangat penting bagi anak usia sekolah untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Penting peran serta orangtua dan lingkungan dalam memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
Tercapainya atau tidaknya perkembangan anak usia sekolah tergantung pada banyaknya stimulus positif yang diterima anak usia sekolah ketika memasuki masa pertumbuhan dan perkembangan, seperti stimulus-stimulus perkembangan dan kesempatan berkembang yang diberikan lingkungan (keluarga, sekolah dan lingkungan tempat tinggal) untuk anak usia sekolah. Faktor presipitasi dapat dilihat dari 3 faktor yaitu biologis, psikologis dan sosiokultural.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
36
Pemahaman anak usia sekolah terhadap stimulus yang diberikan oleh lingkungan kepadanya dalam upaya kepuasan terhadap keberhasilan yang dicapai (Stuart & Laraia, 2005). Stimulus yang diberikan dipahami anak usia sekolah dalam bentuk respons kognitif, reaksi emosi, fisiologik, dan perilaku. Setelah anak usia sekolah diberi stimulus positif, anak usia sekolah mampu menilai kepuasan terhadap keberhasilan yang dicapai.
Perkembangan kognitif anak usia sekolah seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, kemapuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Jika
pada masa sebelumnya daya fikir anak masih
bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar. Secara kognitif anak usia sekolah memahami stimulus yang didapat, apakah anak usia sekolah akan menerima stimulus tersebut sebagai perubahan dirinya ke arah yang lebih baik atau justru menilainya sebagai suatu ancaman karena ketidakmampuan dirinya memenuhi tuntutan lingkungan.
Perilaku anak usia sekolah di masa lalu, kejadian, stimulus lingkungan yang diterima anak usia sekolah di masa kini, membentuk suatu pemahaman kognitif dan sikap anak usia sekolah dalam menyingkapi masalah– masalahnya (Pender, 1996). Serangkaian perjalanan panjang anak usia sekolah tersebut akan dimunculkan dalam bentuk perilaku, baik itu adaptif maupun maladaptif /perilaku menyimpang (Stuart, 2009). Perilaku yang dimunculkan tersebut adalah mekanisme koping anak usia sekolah untuk mempertahankan dirinya terhadap masalah-masalahnya (stressor).
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
37
Sumber koping adalah strategi yang membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Sumber koping didapat dari dalam diri dan dari luar anak usia sekolah. Sumber koping internal dihubungkan dengan kemampuan yang dimiliki anak usia sekolah dalam mengatasi masalah (Merry & Towsend, 2009). Sumber koping yang berasal dari dalam diri anak usia sekolah adalah kemampuan anak usia sekolah (personal ability) dan keyakinan positif terhadap pelayanan kesehatan, sedangkan sumber koping yang berasal dari luar diri anak usia sekolah adalah dukungan keluarga (social support) dan material asset.
Kemampuan personal adalah kemampuan yang dimiliki anak usia sekolah itu sendiri untuk mencapai pembentukan fase industri. anak usia sekolah harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang apa yang terjadi pada dirinya. Pengetahuan anak usia sekolah akan tumbuh kembang di usianya adalah kunci dari kesadaran diri akan perubahan – perubahan diri yang menuntutnya untuk bisa menyesuaikan diri dan memenuhi harapan lingkungan (Stuart, 2009). Pada perkembangan ini, anak usia sekolah dituntut untuk dapat mencari sumber-sumber informasi yang dapat membantunya menjadi lebih mengerti tentang perubahan pada dirinya, sehingga dibutuhkan self awareness tentang aspek-aspek positif yang dimilikinya untuk mencapai perkembangan diri yang maksimal.
Berbagai dukungan bisa didapatkan anak usia sekolah dari lingkungannya seperti keluarga (orang tua, saudara), sekolah (guru, teman) dan lingkungan sekitar tempat tinggal. Jika lingkungan sekitar anak usia sekolah mengetahui tentang perubahan-perubahan anak usia sekolah, akan lebih mudah untuk memahami masalah-masalah pada diri anak usia sekolah. Pengetahuan yang perlu dipahami oleh lingkungan adalah bagaimana cara menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, bagaimana cara memotivasi anak usia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
38
sekolah dan menumbuhkan rasa percaya diri dengan pujian yang realistis (Gunarsa, 2010). Fase anak usia sekolah adalah fase industri dimana anak mengembangkan kemampuan yang dimiliki karenanya keluarga dan guru dituntut untuk menjadi model peran bagi anak usia sekolah sehingga dapat menjadi sumber informasi dan sumber inspiratif bagi anak usia sekolah dengan cara menciptakan rasa nyaman dan memfasilitasi kebutuhan anak usia sekolah sehingga menjadi produktif.
Dukungan lainnya yang dapat diberikan pada anak usia sekolah dalam membentuk perkembangan yang produktif adalah material asset yang dapat mendukung kegiatan-kegiatan anak usia sekolah dalam mengembangkan bakat, kemampuan dirinya. Butuh biaya pendidikan yang cukup besar untuk bersekolah. Keluarga dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan anak usia sekolah dengan cara bekerja, mencari penghasilan, mencoba memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aset pribadi seperti rumah, tabungan, tanah/kebun sebagai pegangan keluarga yang sewaktu-waktu kiranya dapat digunakan untuk kepentingan anak usia sekolah. Dukungan kepada anak usia sekolah bisa juga berasal dari pelayanan kesehatan yang didapatkan dalam bentuk asuransi kesehatam, pelayanan kesehatan terdekat di lingkungannya seperti puskesmas, klinik pengobatan, bidan / dokter.
Persepsi yang baik terhadap pelayanan kesehatan dan selalu menggunakan pelayanan kesehatan jika anak usia sekolah mengalami masalah pada dirinya akibat perubahan-perubahan fisik anak usia sekolah akan membantu anak usia sekolah membentuk perkembangan dirinya. Jika anak usia sekolah terbiasa menggunakan pelayanan kesehatan dan percaya pada tenaga kesehatan, maka anak usia sekolah akan memperoleh informasi yang benar tentang perubahan-perubahan tubuhnya, sehingga anak usia sekolah dapat mengatasi masalahnya dengan tepat.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
39
Diagnosa keperawatan. Penetapan diagnosa keperawatan pada anak usia sekolah dilakukan berdasarkan analisa data yang diperoleh selama fase pengkajian sehingga ketepatan penegakan diagnosa keperawatan tergantung pada ketelitian dan kedalaman pengkajian (Fortinash & Worret, 2004). Analisa dan sintesa dilakukan mengacu pada data obyektif berupa data yang dapat diukur dengan menggunakan standar pengukuran dan data subyektif yang diperoleh dari pernyataan klien terhadap fungsi fisik, kognitif, afektif dan emosi.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian pada anak usia sekolah kemudian dianalisa lebih lanjut, apakah anak usia sekolah berada pada perkembangan yang normal yaitu pembentukan fase industri atau terjadi penyimpangan perkembangan. Diagnosa keperawatan Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia sekolah. Perkembangan anak usia 6-12 tahun akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat ketrampilan dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya, produktif belajar, kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan merasakan bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatu yang baik. Bisa membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak melakukan hal yang baik/tidak.
Untuk mencapai tugas perkembangan yang optimal, upaya untuk meningkatkan kemampuan anak usia sekolah terhadap kebutuhan kesehatan perkembangan anak usia sekolah adalah dengan melakukan terapi kelompok terapeutik (TKT) .yang dilakukan di komunitas sebagai lingkungan tempat tinggal anak usia sekolah. Untuk mempermudah pencapaian perilaku yang mengarah pada pencapaian perkembangan anak usia sekolah, maka penting bagi anak usia sekolah meningkatkan kesadaran dirinya (self awareness). Dengan demikian anak usia sekolah dapat mengambil keputusan apakah dirinya membutuhkan orang lain dan kegiatan-kegiatan positif lain yang
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
40
dapat mencapai tujuannya (Pender, 1996). Komitmen anak usia sekolah terhadap rencana tindakan yang diberikan oleh Perawat Spesialis Jiwa sebagai dasar berhasil atau tidaknya perilaku yang dipilih. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan pada orang tua adalah dengan psikoedukasi pada keluarga tentang stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah untuk mencapai perkembangan industri anak.
2.1.5 Tindakan keperawatan pada anak usia sekolah Tindakan keperawatan adalah serangkaian tindakan keperawatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah atau diagnosa keperawatan. Menurut Keliat dan Akemat (2005) tindakan keperawatan yang ditujukan pada sistem klien, baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan upaya yang menyeluruh dalam menyelesaikan masalah klien. Untuk mencapai tugas perkembangan anak usia sekolah yang optimal, diperlukan berbagai bentuk tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai individu, kelompok, keluarga, maupun komunitas, berupa terapi generalis dan terapi spesialis.
Terapi generalis ditujukan pada klien sebagai individu, keluarga, dan kelompok. Untuk anak, berbagai terapi juga bisa diberikan sesuai dengan tahap perkembangan anak, seperti terapi aktivitas kelompok, terapi bermain, terapi kelompok sebaya (peer therapy), psikoedukasi kelompok (Johnson, 1995). Pelayanan spesialis yang bisa diberikan perawat spesialis jiwa kepada anggota keluarga berupa terapi keluarga, terapi kelompok seperti edukasi kelompok, psikoedukasi kelompok, terapi supportif, kelompok swabantu, dan terapi kelompok terapeutik. (Stuart & Laraia, 2005). Berbagai terapi yang telah disebutkan bisa diberikan untuk membantu individu, keluarga, maupun kelompok yang mempunyai masalah psikologis terkait masalah pertumbuhan dan perkembangan anak sedangkan terapi kelompok terapeutik diberikan sebagai upaya peningkatan pertumbuhan dan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
41
perkembangan dalam setiap tahap perkembangan manusia (Townsend, 2009). Terapi yang diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan anak usia sekolah mencapai fase industry, ditujukan pada anak, orang tua, guru dan kader kesehatan. a. Anak Terapi generalis yang dapat diberikan pada anak berupa terapi bermain. Hubungan antara anak dengan therapis memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas. (Yusuf, 2009) Terapi bermain pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan. Selain itu juga berfungsi untuk menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat dikembalikan sebelumnya, berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari, berkomunikasi dengan orang lain, menggali dan mencoba belajar bagaimanan hubungan dengan diri sendiri, dunia luar dan orang lain, mencocokkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas. (Mahfuzh, 2009).
Terapi spesialis yang dapat diberikan pada anak dapat diberikan dalam bentuk individu maupun kelompok, diantaranya adalah terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah. Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stres. Kelompok terapeutik lebih berfokus pada hubungan didalam kelompok, interaksi antara anggota kelompok dan mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2009).
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
42
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan social anak. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan pengalaman social yang positif dalam lingkungan yang terkendali.
Terapi
kelompok
terapeutik
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan anak baik secara kognitif maupun psikomotor dalam melakukan stimulasi perkembangan pada masa anak usia sekolah. Terapi ini dilakukan pada kelompok anak usia sekolah yang tinggal di komunitas, dimana anak memiliki kebutuhan perkembangan anak usia sekolah sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya yang terdiri dari aspek motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial secara kognitif dan psikomotor.Terapi kelompok terapeutik dapat membantu mengatasi stres emosional yang diakibatkan karena terjadi penyimpangan perilaku anak karena tidak terpenuhinya kebutuhan perkembangan, serta penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial.
Kelompok terapeutik bertujuan untuk menurunkan rasa terisolasi, meningkatkan penyesuaian kembali dan juga hubungan bagi komunitas yang bermasalah serta meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (Gardner and Laselle, 1997 dalam Shives 1998).Terapi kelompok terapeutik bertujuan untuk menawarkan dukungan kepada pasien dari seseorang terapis selama periode kekacauan, atau dekompensasi sementara, memulihkan dan memperkuat pertahanan sementara serta mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu (Kaplan dkk 1996).
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
43
Terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah bertujuan untuk membantu anak mengatasi permasalahannya yang diselesaikan bersama dalam kelompok dan sharing pengalaman dalam memenuhi tugas perkembangan anak, sehingga anak mampu melampaui tahap-tahap perkembangan anak usia sekolah, dimana anak dalam hal ini mampu berjuang secara produktif untuk mencapai kompetensi baik individu maupun dalam kelompok.
Menurut Rockland (1989, dalam Trihadi, 2009), prinsip terapi kelompok terapeutik harus memperhatikan prinsip-prinsip : dengan segera menolong klien, melibatkan dukungan keluarga dan sistem sosial, berfokus pada kondisi sekarang, menurunkan stress dengan cara memberikan dukungan, menggunakan tehnik klarifikasi dan pemecahan masalah, membantu pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang akan datang dan secepatnya mencari pertolongan bila mengalami masalah.
Stimulasi yang dilakukan secara dini pada anak dengan kelompok umur sesuai dengan perkembangannya menjadi sangat penting, karena anak yang mendapat stimulasi yang sesuai dengan kelompok usianya akan menjadi anak yang aktif, dan tingkah lakunya terarah pada suatu tujuan perkembangan. Sebaliknya anak yang tidak pernah diberi stimulasi akan menjadi anak yang pasif, kurang industri dan kurang rasa ingin tahu terhadap keadaan sekeliling.
Karakteristik Terapi Kelompok Terapeutik berjumlah 7-10 orang, anak usia sekolah, berpartisipasi penuh, mempunyai otonomi, keanggotaan sukarela dan saling membantu untuk berbagi pengalaman dalam hal memenuhi tugas perkembangan anak usia sekolah. Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah kooperatif, menjaga keamanan dan keselamatan
kelompok,
mampu
mengekspresikan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
perasaan
dan
Universitas Indonesia
44
keinginan berbagi pengalaman, penggunaan waktu efektif dan efisien, menjaga kerahasiaan, mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat menerima satu sama lain, mendengarkan, mempunyai kebebasan, loyalitas, dan mempunyai kekuatan.
Waktu
pelaksanaan
terapi
kelompok
terapeutik
sesuai
dengan
kesepakatan kelompok atau dengan memanfaatkan waktu diluar jam belajar sekolah. Terapi kelompok terapeutik terdiri dari tujuh sesi yaitu sesi satu: konsep stimulasi industri, sesi dua: konsep stimulasi motorik, sesi tiga: konsep stimulasi kognitif dan bahasa, sesi empat: konsep stimulasi emosi dan kepribadian, sesi lima: konsep stimulasi moral dan spiritual, sesi enam: konsep stimulasi psikososial, sesi tujuh: sharing pengalaman. Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik dilaksanakan selam lima minggu dengan duabelas kali pertemuan, sesi satu dan sesi tujuh dilakukan sekali pertemuan, sesi dua sampai sesi enam dilakukan dua kali pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan empat puluh lima menit sampai enam puluh menit setiap pertemuan.
Dalam pelaksanaan TKT ini panduan dimodifikasi dengan mengadopsi tahapan terapi kelompok terapeutik oleh Mackenzie (1997, dalam Trihadi, 2009) terdiri dari dua tahap, yaitu pembentukan kelompok dan sharing, modifikasi dari Townsend (2009) berupa tiga langkah terapi kelompok terapeutik dan menurut Stuart and Laraia (2005) terdiri dari dua langkah dan Trihadi (2009) terdiri dari enam sesi yaitu sesi satu konsep stimulasi otonomi anak, sesi dua : stimulasi motorik, sesi tiga : stimulasi kognitif, sesi empat : stimulasi emosi, sesi lima : stimulasi psikososial, sesi enam : sharing pengalaman. Terapi kelompok terapeutik berisi stimulasi perkembangan dan aplikasi stimulasi perkembangan pada anak sehat. Setiap sesi menggunakan enam metode yaitu diskusi terkait pengalaman anak mengenai topik yang akan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
45
dibahas, penjelasan dari terapis tentang topik bahasan, role model oleh terapis terkait cara melakukan stimulasi, role play
oleh anak cara
melakukan stimulasi, feedback terkait cara melakukan stimulasi, tindak lanjut terkait tugas yang harus dilakukan oleh anak setelah terapi yaitu melakukan latihan dan mencatat dalam buku kerja.
Sesi Pertama: Konsep Stimulasi Industri. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mendiskusikan pengalaman yang dihadapi oleh anak yang memiliki usia sekolah dasar khususnya usia sekolah atau pada usia awal anak sekolah dasar, kebutuhan tahap tumbuh kembang anak usia sekolah, penyimpangan perilaku masa anak usia sekolah dan bagaimana selama ini kebutuhan perkembangannya diterima.
Sesi Kedua: Penerapan stimulasi aspek motorik. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek motorik pada anak usia sekolah yaitu usia diatas enam tahun, perkembangan motorik kasar meliputi : naik turun tangga, melompat jauh, loncat tali, berjingkrat, dan merubah arah dengan cepat, naik sepeda, berlari, dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu, senam, berenang, menggunakan alat-alat olah raga, baris-berbaris. Kemampuan motorik halus meliputi: menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan adanya pola atao objek, memotong kertas dengan mengikuti pola, melempar, menangkap bola, serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan.
Sesi Ketiga: Penerapan stimulasi pada aspek kognitif dan bahasa. Pada sesi ini kegiatan
yang dilakukan adalah mengajarkan stimulasi
perkembangan aspek kognitif dan bahasa kepada anak secara langsung. Aspek kognitif anak dengan usia sekolah adalah: anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, lebih efisien dalam membangun strategi
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
46
dan pengkodean, anak memahami sebab dan akibat, kemampuan dalam menilai dari berbagai sudut pandang meningkat, kemampuan dalam berhitung
semakin
meningkat,
seperti
menambah,
mengurangi,
mengalikan, membagi. Pada akhir tahap ini anak sudah memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang sederhana. Sedangkan untuk bahasa anak usia sekolah sudah mampu menguasai lebih dari 2.500 kata. Anak gemar membaca, mendengar cerita bersifat kritis tentang perjalanan, petualangan, atau riwayat pahlawan. Anak sudah mampu menanyakan soal waktu dan sebab akibat, anak sudah mampu menceritakan kembali alur cerita yang di dengar. Anak sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan perasaannya, memahami keterampilan (mengutarakan
mengolah pendapat
informasi dan
yang
diterimanya,
gagasannya),
berfikir
mengembangkan
kepribadiannya dan menyatakan sikap dan kepribadiannya.
Sesi Keempat: Penerapan stimulasi pada aspek emosi dan kepribadian. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek emosidan kepribadian. Aspek emosi dalam hal ini adalah anak mampu mengenal dan merasakan emosi sendiri,
mengenal
penyebab
perasaan
yang
timbul,
mampu
mengungkapkan perasaan marah, mampu mengendalikan perasaan perilaku agrasif yang merugikan diri sendiri dan orang lain, memiliki kemampuan untuk mengatasi stress, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki rasa tanggung jawab, mampu menerima sudut pandang orang lain, dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain, memiliki sikap bersahabat, bersikap demokratis bergaul dengan orang lain. Sedangkan aspek kepribadian meliputi: kemantapan gender tercapai, mampu menilai kekurangan dan kelebihan, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis,
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
47
mampu mengatasi kehidupan yang didahapi (tugas dan tanggung jawab), realistis dalam mencapai tujuan.
Sesi Kelima: Penerapan stimulasi pada aspek moral dan spiritual. Pada sesi
ini
kegiatan
yang
dilakukan
terapis
adalah
merangsang
perkembangan aspek moral dan spiritual terhadap anak usia sekolah. Aspek perkembangan moral meliputi: anak sudah mengenal konsep moral (mengenal benar atau salah, baik atau buruk), anak sudah dapat mengikiti peraturan dari orang tua, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya, agresi terutama jenis permusuhan sudah berkurang, penalaran moral semakin dipandu oleh rasa keadilan, anak ingin menjadi baik untuk memelihara tatanan sosial, agresi beralih kebuhungan. Sedangkan untuk aspek perkembangan spirituan adalah sikap keagamaan anak bersifat resertif disertai dengan pengertian, pandangan dan paham kebutuhan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika, penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral, dalam hal ini tidak juga hanya sebagai kegiatan keagamaan tapi menyangkut masalah spirituan seperti: hormat kepada orang tua atau orang yang lebih tua, guru dan teman, memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin, memelihata kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan bersikap bertanggung jawab.
Sesi Keenam: Penerapan stimulasi pasa aspek psikososial. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah mengajarkan stimulasi perkembangan aspek psikososial terhadap anak usia sekolah yang meliputi: anak usia sekolah biasanya mengalami konflik dengan saudara kandung, persahabatan semakin luas dan menjadi semakin intim, mulai membentuk
ikatan
baru
dengan
teman
sebaya,
kesanggupan
menyesuaikan diri terhadap orang lain atau dapat bekerja sama dengan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
48
orang lain. Berminat terhadap kegiatan teman sebaya bahkan sampai membentuk
kelompok
(gang)
sendiri.
Biasanya
anak
lebih
mementingkan teman dari pada keluarga.
Sesi Ketujuh: Sharing Pengalaman setelah dilatih untuk mandiri. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah menanyakan cara stimulasi yang telah diajarkan dan apa manfaatnya bagi anak serta berbagi pengalaman antar anggota mengenai stimulasi perkembangan yang telah dilakukan selama ini. Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah pada Karya Ilmiah Akhir ini menggunakan pedoman terapi kelompok terapeutik hasil Workshop kelompok keilmuan keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (2011). Pedoman ini ditetapkan setelah melalui riset yang dilakukan oleh Trihadi (2009); Walter (2010); Sunarto dan Istiana (2011).
b. Orang tua Pendidikan kesehatan yang diberikan pada orang tua dengan anak usia sekolah adalah dengan melibatkan semua anggota keluarga untuk membantu pencapaian fase industry anak usia sekolah. Orang tua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut menimbulkan gangguan pada anak. Oleh karena itu, perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga. (Depkes RI, 2006). Dalam proses pendidikan kesehatan diharapkan adanya transfer ilmu pengetahuan baik kognitif, afektif dan psikomotor terkait bagaimana cara melakukan stimulasi
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
49
tumbuh kembang anak usia sekolah, sehingga perkembangan anak optimal yang menghasilkan pencapain fase industry.
Pelaksanaan
kegiatan pendidikan kesehatan pada orang tua dalam
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah adalah sesi pertama penjelasan konsep stimulasi industri pada anak dengan mendiskusikan pengalaman yang dihadapi oleh orang tua dalam mengasuh anak usia sekolah, kebutuhan tahap tumbuh kembang anak usia sekolah, penyimpangan perilaku dan bagaimana selama ini memberikan kebutuhan perkembangannya. Sesi kedua penerapan stimulasi perkembangan aspek motorik dengan mengajarkan keluarga melakukan stimulasi perkembangan pada aspek motorik kasar dan halus anak. Sesi ketiga penerapan stimulasi pada aspek kognitif dan bahasa. Sesi keempat penerapan stimulasi pada aspek emosi dan kepribadian anak usia sekolah. Sesi kelima penerapan stimulasi pada aspek moral dan spiritual. Sesi keenam penerapan stimulasi perkembangan psikososial anak usia sekolah dan sesi ketujuh berbagi pengalaman setelah dilatih untuk memberikan stimulasi perkembangan pada anak terkait dengan aspek motorik, kognitif dan bahasa, emosi dan kepribadian, moral dan spiritual, dan psikososial.Pada kegiatan ini menanyakan cara stimulasi yang telah diajarkan dan apa manfaatnya bagi anak serta berbagi pengalaman antar anggota. Keluarga mempunyai komitmen untuk selalu memberikan stimulasi perkembangan pada anaknya.
Terapi spesialis yang dapat diberikan pada orang tua adalah psikoedukasi keluarga. Caregiveer pada anak usia sekolah dapat melaksanakan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah guna mencapai perkembangan yang optimal. Dalam hal ini semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
50
Orang tua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga. Salah satu terapi keluarga yang diberikan adalah psikoedukasi keluarga.
Keluarga merupakan salah satu sasaran dalam meningkatkan kesehatan mental, karena keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang berperan dalam meningkatkan kesehatan keluarganya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal baik secara fisik maupun mental. Keluarga didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional yang mengidentifikasikan
diri
mereka
sebagai
bagian
dari
keluarga
(Friedman, 2010).
Kesehatan keluarga terdiri dari kesehatan fisik dan mental keluarga yang saling ketergatungan. Kesehatan fisik dan mental tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi. Kesehatan fisik akan mempengaruhi kesehatan mental, begitu pula sebaliknya. Kesehatan mental keluarga, merupakan sebuah interaksi, kesehatan keluarga menunjukkan kepada keadaan, dimana terjadi proses internal atau dinamika, seperti hubungan interpersonal keluarga. Fokusnya terletak pada hubungan antara keluarga dan subsistem-subsistemnya, seperti subsistem orang tua atau keluarga dan para anggotanya (Friedman, 2010).
Kesehatan fisik
maupun kesehatan mental anggota keluarga dapat dipengaruhi oleh kesehatan yang ada dalam anggota keluarga.
Family Psychoeducation therapy adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan pada keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatik (Stuart &
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
51
Laraia, 2005 ). Prinsip psikoedukasi ini membantu anggota keluarga dalam
meningkatkan
pengetahuan
tentang
pertumbuhan
dan
perkembangan melalui pemberian informasi dan edukasi yang dapat mendukung terhadap pencegahan dan peningkatan dukungan kesehatan bagi anggota keluarga.
Terapi ini menunjukkan adanya peningkatan outcomes pada klien pertumbuhan dan perkembangan yang sehat (Anderson, 1983 dalam Levine, 2002). Tujuan utama dari terapi psikoedukasi keluarga adalah saling bertukar informasi tentang perawatan kesehatan mental terkait pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, membantu anggota keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah yang sehat, dan membantu pengobatan yang dibutuhkan untuk menurunkan gejala dan lainnya (Varcarolis, Carson and Shoemaker, 2006). Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya meningkatkan kemampuan hidup sehat sesuai dengan tahap perkembangannya, dan melatih keluarga untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan, bertukar pandangan antar anggota keluarga dan orang lain.
Indikasi psikoedukasi keluarga
adalah keluarga yang membutuhkan
latihan keterampilan komunikasi atau latihan menjadi orang tua yang efektif, keluarga yang mengalami stress dan krisis, Keluarga yang membutuhkan pembelajaran dalam rangka mempertahankan kesehatan mentalnya dengan latihan ketrampilan dan keluarga yang membutuhkan pendidikan dan dukungan dalam upaya preventif (pencegahan) timbulnya masalah kesehatan keluarga.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
52
Proses Pelaksanaan program Family Psyhcoeducation adalah bertemu keluarga berdasarkan pada kebutuhan, dan keluarga mendapat kesempatan untuk bertanya, bertukar pandangan dan bersosialisasi dengan anggota yang lain dan tenaga kesehatan jiwa profesional. Adapun proses kerja untuk melakukan psikoedukasi pada keluarga adalah mengidentifikasi dan seleksi keluarga yang membutuhkan psikoedukasi sesuai indikasi dan kriteria yang telah ditetapkan, menjelaskan tujuan dilaksanakan psikoedukasi keluarga, membuat kontrak waktu, bahwa terapi akan dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan dan anggota keluarga yang mengikuti keseluruhan pertemuan adalah orang yang sama yang tinggal serumah dengan klien. Berdasarkan
tujuan
yang
akan
dicapai
pada
terapi
Family
Psyhcoeducation dapat dilakukan dalam 4 sesi, yaitu :
Sesi pertama : Melakukan pengkajian terhadap keluarga dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah menanyakan tentang apa yang dirasakan keluarga selama ini dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, masalah pribadi dari anggota keluarga (caregiver) sendiri, masalah dalam dalam
menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, menanyakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk menyampaikan perubahan-
perubahan yang dialami dalam keluarga seperti perubahan peran dalam keluarga dan fungsi keluarga dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, menanyakan keinginan dan harapan keluarga selama mengikuti psikoedukasi keluarga.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
53
Sesi kedua : Melakukan perawatan/cara menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah mendiskusikan tentang cara menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, menyampaikan penjelasan tentang cara menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, memberikan kesempatan pada caregiver untuk menanyakan tentang cara menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah setelah diberikan penjelasan (hal yang kurang jelas setelah diberi penjelasan), dan memberikan reinforcement positif terhadap apa yang sudah disampaikan oleh caregiver.
Sesi ketiga : Manajemen stress dan beban keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah menanyakan
anggota keluarga (caregiver)
terkait cara menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, memberikan pujian/ penghargaan atas kemampuan anggota keluarga (caregiver) menyampaikan pendapat / perasaannya, menjelaskan ansietas yang dialami akibat ketidakmampuan dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan cara menurunkan ansietas, meminta anggota keluarga (caregiver) mengidentifikasi tanda dan gejala dan cara mengurangi ansietas dan beban sesuai dengan penjelasan terapis.memberikan pujian / penghargaan atas kemampuan anggota keluarga
(caregiver)
menyampaikan
pendapat
/
perasaannya,
mendemontrasikan cara mengurangi ansietas dan beban yang dialami oleh anggota keluarga (caregiver) yaitu relaksasi atau deep breathing dan meminta anggota keluarga untuk mendemontrasikan ulang cara menurunkan ansietas dan beban yaitu deep breathing.
Sesi keempat : Melakukan pemberdayaan masyarakat untuk membantu keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah menanyakan hambatan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
54
yang dirasakan keluarga (caregiver) dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan hambatan yang dirasakan oleh anggota keluarga (caregiver) sendiri, menanyakan pendapat anggota keluarga (caregiver) tentang peran setiap anggota keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, menjelaskan tentang cara berbagi peran dalam keluarga yang lain selama menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, memberi kesempatan pada keluarga (caregiver) menyebutkan kembali bagaimana membagi peran dalam keluarga selama menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, memberikan pujian/ penghargaan atas kemampuan anggota keluarga (caregiver) dalam memberikan pendapatnya, mendiskusikan bersama anggota keluarga (caregiver) cara mengatasi hambatan dan mencari solusi yang terbaik untuk caregiver dan anggota keluarga yang lain.
c. Kader kesehatan Tindakan keperawatan yang diberikan kepada kader kesehatan dengan melibatkan KKJ dan peran serta masyarakat yang merupakan sumber daya yang paling vital untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dimasyarakat. KKJ merupakan strategi yang terbaik untuk mencapai masyarakat yang sehat tetap sehat, yang berisiko dapat dicegah agar tidak terjadi gangguan, dan yang mengalami gangguan menjadi mandiri dan produktif kembali. Kegiatan kader dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah melaksanakan upaya promotif dan preventif melalui kegiatan deteksi dini keluarga dengan anak usia sekolah, menggerakkan keluarga untuk mengikuti kegiatan TKT stimulasi anak usia sekolah, mendampingi terapis selama pelaksanaan kegiatan TKT anak usia sekolah dan memotivasi anak dalam kegiatan TKT, melakukan kunjungan rumah dalam rangka memantau perkembangan anak usia sekolah, dan melakukan rujukan anak usia sekolah jika terjadi penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan ke perawat CMHN.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
55
d. Guru Tindakan yang diberikan pada guru dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah dengan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah yang merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam meningkatkan kualitas fisik anak yang tercermin dalam Tiga Program Pokok
Usaha
Kesehatan
Sekolah
(TRIAS
UKS)
meliputi
penyelenggaraan pendidikan kesehatan; pelayanan kesehatan di sekolah; pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat baik fisik, mental, sosial maupun lingkungan (Tim Pembina UKS, 2007). Upaya pemerintah tersebut tidak dapat berjalan dengan baik tanpa ditunjang oleh peran serta guru sebagai pendidik di sekolah dan orang tua sebagai pendidik di rumah.
Guru mempunyai tanggung jawab utama yaitu menstimulasi dan membimbing perkembangan intelektual anak dan bukan memberikan kesejahteraan fisik anak di luar lingkungan sekolah (Wong et.al, 2009). Guru bersama-sama orang tua memberi pengaruh dalam menentukan sikap dan nilai anak. Guru yang membuat pernyataan pendukung yang meyakinkan dan memuji anak dengan menggunakan pernyataan yang dapat diterima dan jelas dapat membantu anak memperluas ide dan perasaannya memecahkan
serta
memberibimbingan
masalahnya
sendiri
yang untuk
membantu
anak
memperluas
dan
mengembangkan konsep diri positif pada anak usia sekolah.
Upaya mengoptimalkan perkembangan anak bagi para pendidik yang berada di sekolah hendaknya guru mendidik atau membimbing anak/remaja agar mereka dapat mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin, orang tua atau siapa saja yang berkepentingan dalam pendidikan anak, perlu dan dianjurkan untuk memahami perkembangan anak.(Yusuf, 2009). Pemahaman yang baik tentang
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
56
perkembangan anak bagi pendidik dan orang tua akan sangat membantu dalam
memberikan
pertumbuhan
dan
stimulasi/rangsangan perkembangan
anak
yang usia
tepat
terhadap
sekolah
sehingga
menciptakan perkembangan anak yang baik dan terhindar dari masalah kesehatan. Di samping itu pula pelayanan kesehatan jiwa yang memadai dapat memungkinkan anak untuk mendapat kesempatan tumbuhkembang semaksimal mungkin.
2.2 Konsep model asuhan keperawatan anak usia sekolah Model praktik keperawatan merupakan kerangka bagi perawat dalam melakukan asuhannya. Model dapat membantu menjelaskan hubungan, memunculkan hipotesis dan memberikan perspektif akan adanya ide yang abstrak. Selain itu dapat menyediakan struktur untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi sesuatu yang dilihat (Alligood, 2006). Model tersebut menjelaskan kenapa individu berespon terhadap stressor dan membantu menyediakan pemahaman tentang proses dan tujuan yang diinginkan dari intervensi.
Perawat dapat meningkatkan kualitas asuhan jika tindakan didasarkan pada model praktik keperawatan yang inklusif, holistic dan relevan dengan kebutuhan klien, keluarga, kelompok dan komunitas. Model praktik keperawatan yang dipakai dalam memberikan asuhan keperawatan pada perkembangan anak usia sekolah dengan menggunakan Health Promotion Models yang bertujuan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada kondisi sehatanak usia sekolah. Kerangka konsep asuhan keperawatan pada perkembangan anak usia sekolah dengan menggunakan pendekatan Community Mental Health Nursing yang merupakan strategi pelaksanaan kesehatab jiwa di masyarakat.
2.2.1 Health Promotion Berdasarkan Model Promosi Kesehatan, perawat harus melakukan pengkajian komprehensif agar dapat mengembangkan rencana asuhan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
57
keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Health Promotion adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Health Promotion adalah tindakan yang mempromosikan kesehatan, keyakinan bahwa faktor pengalaman, persepsi / keyakinan yang berkaitan dengan individu dan faktor di luar individu untuk pembentukan fase industri anak usia sekolah. (Pender, 1996). Model Health Promotion mencoba menggambarkan bagaimana interaksi antara individu dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan yaitu sehat. Melalui perubahan perilaku yang awalnya tidak sehat menjadi sehat, dengan meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Sehat menurut WHO (2001 dalam Towsend, 2009) adalah menyesuaikan diri secara konstruktif sesuai pada kenyataan, memperoleh kepuasan dari usahannya, merasa lebih puas memberi daripada menerima, saling tolong menolong dan memuaskan, menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang, mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian masalah yang konstruktif dan mempunyai kasih sayang.
Health Promotion Models bertujuan untuk merubah kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor melalui promosi kesehatan. Hubungan Health Promotion Models anak sehat usia sekolah untuk meningkatkan kemampuan anak usia sekolah mencapai perkembangan industri. Paradigma upaya promotif dan preventif menempatkan perawat pada posisi kunci dalam peran dan fungsinya. Hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain yang dilakukan oleh perawat (Cohen, 1996). Perubahan peradigma pelayanan kesehatan dari kuratif kearah promotif dan peventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Pender yaitu Health Promotion Model, yang menggabungkan teori nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif social (social cognitive theory).
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
58
a. Fokus Sentral Model Health Promotion 1. Teori Pengharapan Nilai (Expectancy-ValueTheory ) Perilaku anak usia sekolah yang ditujukan untuk mencapai perkembangan industri yang sehat. Perilaku anak usia sekolah sesuai dengan Model Health Promotion diartikan sebagai perilaku yang rational dan ekonomis. Anak usia sekolah akan mempertahankan sikapnya jika hasil (outcome) dari perilakunya mengandung nilainilai yang positif, bermanfaat untuk dirinya dan sesuai dengan harapan dan keinginannya. Apabila suatu kegiatan dinilai memiliki manfaat yang kecil dan nilai yang negatif tidak akan dipilih anak usia sekolah untuk mencapai tujuannya, karena itu anak usia sekolah perlu informasi yang penting untuk perkembangan dirinya ke arah positif. 2. Teori Sosial Kognitif (Social Cognitive) Teori ini menyampaikan suatu model hubungan sebab akibat yaitu lingkungan, faktor individu (karakteristik) dan perilaku yang saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai kondisi sehat secara fisik dan jiwa, tergantung pada pengalaman masa lalu anak usia sekolah secara biologis, psikologis dan sosiokultural sebagai petunjuk untuk perilakunya di masa yang akan datang. Anak usia sekolah perlu merencanakan tujuan untuk mencapai keinginan dan harapannya, belajar dari pengalaman orang lain dan memiliki standard untuk memotivasi diri mencapai perkembangan industri anak usia sekolah yang positif (Pender, 1996). Yang digambarkan pada skema 2.1.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
59
Karakteristik dan
Perilaku spesifik
Pengalaman anak sekolah
Kognitif dan Afektif
Outcome : Perilaku
Persepsi tentang manfaat tindakan
Faktor individu 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. suku
Persepsi tentang hambatan tindakan
Efetktifitas tindakan
Sikap yang berhubungan dengan aktivitas
Perilaku sebelumnya 1. Biologis 2. Psikologis 3. Sosiokultural
Perilaku yg dipilih : Tuntutan (kontrol lemah) VS Alternative perilaku (kontrol kuat)
Komitmen rencana tindakan
PERILAKU SEHAT
Pengaruh interpersonal : norma, dukungan social, model. Sumber interpersonal: keluarga, teman, petugas kesehatan Pengaruh situasional Pilihan, karakteristik Situasi/lingkungan
Skema 2.1 Model Health Promotion (Pender, 1996)
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
60
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
61
Anak usia sekolah dalam perkembangannya tidak hanya fokus pada fisik saja tetapi juga jiwanya yang berkembang bersama-sama dan saling mempengaruhi. Seperti yang telah diuraikan di atas, seorang anak melalui masanya dengan tujuan tercapainya seluruh tugas dan perkembangan anak usia sekolah. Apabila tercapai keseluruhan tugas perkembangan, maka anak usia sekolah akan mencapai fase industri yang baik. Demikian sebaliknya, jika anak usia sekolah gagal memenuhi tugas tumbuh kembangnya karena adanya krisis perkembangan yang tidak terselesaikan dapat menyebabkan anak usia sekolah menjadi tidak percaya diri dalam menghadapi masa depan yaitu remaja. (Erickson, 1977 dalam Rosa, 2005).
Perilaku anak usia sekolah yang ditujukan untuk mencapai perkembangan fase industri yang sehat. Perilaku anak usia sekolah sesuai dengan Model Health Promotion diartikan sebagai perilaku yang rational dan ekonomis. Anak usia sekolah akan mempertahankan sikapnya jika hasil (outcome) dari perilakunya mengandung nilai-nilai yang positif, bermanfaat untuk dirinya dan sesuai dengan harapan dan keinginannya. Apabila suatu kegiatan dinilai memiliki manfaat yang kecil dan nilai yang negatif tidak akan dipilih anak usia sekolah untuk mencapai tujuannya. Karena itu anak usia sekolah perlu informasi yang penting untuk perkembangan dirinya ke arah positif.
Untuk mencapai kondisi sehat secara fisik dan jiwa, tergantung pada pengalaman masa lalu anak usia sekolah secara biologis, psikologis dan sosiokultural sebagai petunjuk untuk perilakunya di masa yang akan datang.(Pender, 1996). Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur, jika pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
62
Pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (Concrete operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit.dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya.
Karakteristik anak usia sekolah
yang dapat mempengaruhi perilakunya
dalam mencapai fase industri adalah usia anak
sekolah, jenis kelamin,
pendidikan, urutan kelahiran, jumlah saudara kandung dan status ekonomi keluarga. Perilaku sebelumnya di masa perkembangan yang lalu sebagai faktor predisposisi dalam menentukan pola perilaku sehat anak usia sekolah di masa datang meliputi aspek biologis (imunisasi lengkap, tidak mengalami sakit berat, tidak pernah merokok), aspek psikologis (kepribadian terbuka, punya cita-cita, tidak mengalami kehilangan orang terdekat, tidak mengalami kekerasan dalam rumah tangga, tidak pernah putus sekolah dan tidak takut dalam bercerita), aspek sosial (mudah bergaul, punya hobi yang sama dengan teman, memiliki teman lebih dari 2 orang, patuh pada aturan di rumah dan sekolah, mau menerima tugas dan tanggung jawab dan tidak ada pemberian cap negative).
Untuk mencapai fase industry anak usia sekolah, dibutuhkan beberapa sarana alat untuk menstimulasi pencapaian tugas perkembangan anak usia sekolah. Bentuk stimulasi pencapaian fase industry anak usia sekolah berasal dari tiga aspek yaitu biologis (latar belakang genetik, tidak mempunyai penyakit keturunan, status nutrisi, kondisi kesehatan secara umum, psikomotor aktif, tidak cacat fisik, tidak ada luka dan kelainan, sensitivitas biologi : tidak alergi, imunisasi lengkap, tidak sering sakit dan tidak sedang terpapar racun dan radioaktif).
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
63
Stimulasi aspek psikologis seperti anak usia sekolah intelegensi : kreatif, mampu menyelesaikan tugas sekolah/rumah, mengerti nilai mata uang, mampu menyelesaikan pekerjaan rumah sederhana, keterampilan verbal : bicara lancar, mampu bercerita, mengungkapkan dengan baik. moral : mengerti mana yang benar & salah . kepribadian : mampu berbagi, peka dengan lingkungan. pengalaman masa lalu : menyenangkan , konsep diri : mempunyai rasa bersaing, motivasi tinggi untuk belajar hal baru, memiliki hobby tertentu. pertahanan psikologi : bicara jujur tidak suka menyalahkan orang lain dan belajar menahan diri.
Stimulasi aspek sosial anak usia sekolah diberikan dalam berperan sesuai jenis kelamin, sesuai tingkat pendidikan, kemampuan membantu pekerjaan rumah sederhana, latar belakang budaya : mengerti adat istiadat, agama dan keyakinan : mengerti nilai, norma agama & sosial, pengalaman sosial : memilik teman sebaya unt. bermain, hubungan menyenangkan dan peran sosial : diterima sebagai bagian keluarga dan kelompok bermainnya. Menurut Pender (1996) dibutuhkan sarana aktifitas anak usia sekolah namun dengan keterbatasan yang ada, anak usia sekolah dituntut untuk bisa berpikir aktif dan kreatif menciptakan kegiatan yang menarik tapi manfaat tercapai.
Pemahaman terhadap stimulus yang diberikan dianalisa anak usia sekolah dari sisi manfaat terhadap munculnya perilaku sehat atau dipandang sebagai suatu ancaman oleh anak usia sekolah sehingga dianggap tindakan baru tidak membawa manfaat yang berarti bagi dirinya. Menurut Pender (1996) individu cenderung menghabiskan waktu dan uangnya dalam beraktifitas hanya untuk mendapatkan hasil yang positif. Anak usia sekolah dalam mengembangkan hobi, bakat dan kreativitasnya membutuhkan dukungan materi. Namun tidak semata-mata didapat dengan cara mengeluarkan sejumlah uang, tapi bisa menggunakan kreativitas anak usia sekolah dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungannya.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
64
Efektif tidaknya tindakan terapi kelompok terapeutik yang diberikan pada anak usia sekolah, tergantung pada pemahaman anak usia sekolah dan orang tua akan keuntungan mengikuti kegiatan tersebut, sejauh mana keuntungan dirasakan oleh anak usia sekolah dan orang tua, bagaimana partisipasi anak usia sekolah dan orang tua serta bagaimana upaya stimulasi antar anggota kelompok. Sikap positif berpengaruh terhadap perilaku yang ditujukan untuk mencapai fase industri anak usia sekolah. Perilaku yang memberi pengaruh positif akan sering diulang-ulang sedangkan perilaku yang berpengaruh negatif dibatasi atau dikurangi (Pender, 1996).
Pengaruh
hubungan (interpersonal) anak usia sekolah di kelompoknya tergantung pada pemahaman perilaku anak usia sekolah, kepercayaan atau sikap orang lain terhadap anak usia sekolah. Sumber pendukung anak usia sekolah berasal dari keluarga (orang tua, saudara) peer / kelompok dan pemberi pelayanan kesehatan. Pengaruh interpersonal terdiri dari norma (harapan orang lain), social support (instrumental dan dorongan emosional) dan model (belajar dari pengalaman orang lain).
Pengaruh hubungan anak usia sekolah dengan orang lain, perlu dilihat juga pengaruh situasional anak usia sekolah. Situasi dapat mempengaruhi perilaku anak usia sekolah dengan mengubah lingkungannya. Pengaruh situasional dapat menjadi kunci untuk pengembangan strategi efektif yang baru untuk memfasilitasi dan mempertahankan perilaku promosi kesehatan kepada anak usia sekolah. Kemudahan-kemudahan mendapat fasilitas pelayanan kesehatan seperti sarana, transportasi dan komunikasi pada lingkungan. Kader Kesehatan Jiwa merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang dapat diandalkan anak usia sekolah dalam mencapai fase industri.
Berdasarkan faktor-faktor diatas, anak usia sekolah berkomitmen untuk mau menerima suatu tindakan agar tercapainya tujuan yaitu fase industri anak
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
65
usia sekolah. Setelah melihat potensi diri dan sumber pendukung yang ada, anak usia sekolah diharapkan dapat menjalankan terapi sesuai dengan tahap perkembangannya. 2.2.2 Community Mental Health Nursing Keberhasilan pelaksanaan asuhan keperawatan tidak terlepas dari manajemen pelayanan keperawatan yang digunakan. Adanya keselarasan antara proses manajemen keperawatan dengan proses asuhan keperawatan diharapkan keduanya saling menopang dalam mewujudkan pelayanan keperawatan yang profesional.
Pelayanan Keperawatan atau intervensi keperawatan untuk penanganan masalah berdasarkan paradigma sehat yang lebih menekankan pada upaya preventif dan promotif yang komprehensif sepanjang daur kehidupan. Oleh karena itu pandangan hospital based bergeser menjadi community based. Paradigma ini dicanangkan dalam upaya untuk menurunkan treatment gap kasus gangguan jiwa yang terjadi dengan kasus gangguan jiwa yang mendapat layanan kesehatan jiwa sebagaimana yang terjadi secara global di semua negara (Kurniawan, 2011; World Federation for Mental Health, 2009). Melalui upaya ini diharapkan pelayanan kesehatan jiwa dapat merata dan terjangkau oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan melalui upaya komprehensif baik pada kelompok ganguan, resiko maupun yang sehat agar tetap dipertahankan dan ditingkatkan.
Program manajemen pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa di komunitas dilaksanakan melalui program CMHN. Menurut Stuart dan Laraia (2005) tujuan dari CMHN yaitu memberikan pelayanan, konsultasi, edukasi, dan informasi mengenai prinsip-prinsip kesehatan jiwa kepada masyarakat, menurunkan angka risiko terjadinya gangguan jiwa, dan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap praktik kesehatan jiwa.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
66
Townsend (2009) menyatakan terdapat tiga konsep yang dikembangan dalam pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan insiden gangguan jiwa di masyarakat, pencegahan sekunder bertujuan untuk meminimalkan gejala awal gangguan jiwa dan secara langsung menurunkan prevalensi dan lamanya ganguan jiwa. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk menurunkan gejala sisa yang berhubungan dengan gangguan jiwa (rehabilitasi).
Manajemen pelayanan CMHN yang dikembangkan saat ini (Keliat, Panjaitan & Riasmini, 2010) terdapat 4 pilar, yaitu manajemen pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, manajemen pemberdayaan masyarakat, kemitraan lintas sektor dan lintas program dan manajemen kasus kesehatan yang akan dilaksanakan oleh perawat CMHN dan kader kesehatan. a. Pilar I, Manajemen Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang
apa
yang
harus
dilakukan,
bagaimana
kegiatan
itu
dilaksanakan, di mana kegiatan itu dilakukan.
Kegiatan perencanaan yang digunakan dalam pelayanan keperawatan jiwa komunitas meliputi perencanaan yang akan dilaksanakan oleh Perawat CMHN dan kader kesehatan. Perencanaan bulanan perawat CMHN adalah melakukan kegiatan asuhan keperawatan pada kelompok anak usia sekolah dalam menstimulasi perkembangan anak usia sekolah sehingga tercapainya perkembangan fase industri yang optimal dan memberikan psikoedukasi keluarga tentang stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, diharapkan orang
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
67
tua
mampu
memberikan
stimulasi
sesuai
dengan
usia
perkembangannya. Rencana bulanan Kader Kesehatan Jiwa meliputi bersama orang tua anak usia sekolah membuat jadwal kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah sesuai dengan jadwal, mendampingi kegiatan perawat CMHN dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga, melakukan deteksi keluarga dengan anak usia sekolah, menggerakkan keluarga untuk mengikuti penyuluhan/stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, melakukan kunjungan rumah kepada keluarga untuk pemantauan stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan melakukan rujukan jika terjadi penyimpangan kepada Perawat CMHN dan mendokumentasikan semua kegiatan.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan di komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Perawat CMHN bertanggung jawab terhadap wilayah binaaan, toma dan kader bertanggung jawab terhadap keluarga yang mempunyai anak usia sekolah di setiap RW. Kader Kesehatan Jiwa bertanggung jawab terhadap masing-masing RW yang melakukan kegiatan Desa Siaga Sehat Jiwa.(IC-CMHN, 2006)
Wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur memiliki dua kelurahan yaitu Katulampa dan Baranangsiang. Untuk kelurahan Baranangsiang Perawat CMHN bertanggung jawab terhadap 14 RW yang ada, yang dikelola oleh mahasiswa residensi adalah RW 03 dan 11 yang masing-
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
68
masing RW dikembangkan menjadi RWSSJ dan perawat CMHN bersama Toma pada tingkat RW menetapkan calon Kader Kesehatan Jiwa. Untuk RW 03 terdapat 10 KKJ dan RW 11 terdapat 6 KKJ.
Dalam pengorganisasian KKJ membagi wilayah kerja dan tanggung jawab bersama KKJ yang lain dengan mengelompokkan keluarga sehat, resiko dan gangguan, melakukan deteksi keluarga dengan anak usia sekolah, menggerakkan keluarga dengan anak usia sekolah untuk mengikuti kegiatan TKT anak sekolah, mendampingi perawat CMHN dalam melakukan TKT, melakukan supervisi kepada keluarga dalam melakukan stimulasi tumbang anak sekolah dan merujuk kasus ke Perawat CMHN.
Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen, yaitu pelaksanaan perencanaan
kegiatan dalam bentuk tindakan untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain
yang
digunakan
sebagai
padanan
pengarahan
adalah
pengkoordinasian dan pengaktifan. (IC-CMHN, 2006)
Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas di Rw 03 dan 11 adalah menciptakan budaya motivasi, menerapkan manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan manajemen konflik, melakukan advokasi dan negosiasi.
Motivasi adalah perilaku yang ditunjukkan oleh individu untuk memuaskan kebutuhannya. Maka motivasi memiliki rentang yang sangat luas karena kebutuhan manusia bervariasi. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan salah satu cara memotivasi. Budaya
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
69
motivasi dapat ditumbuhkan di RWSSJ dengan memberikan harapan yang jelas kepada petugas (Perawat CMHN dan Kader Kesehatan), bersikap terbuka dan konsisten terhadap semua petugas yang terlibat, membuat keputusan yang bijaksana, menggunakan konsep kerja kelompok, mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan petugas dengan kebutuhan dan tujuan RW Siaga Sehat Jiwa, memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, melibatkan petugas dalam pengambilan keputusan, memastikan bahwa petugas mengetahui alasan di belakang semua keputusan dan tindakan, menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong sesama petugas, menjadi role model dan memberikan pujian sesering mungkin.
Pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di RW Siaga Sehat Jiwa penciptaan budaya motivasi ditujukan pada semua pelaksanaan kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Pemberian motivasi dapat dilakukan oleh perawat CMHN kepada kader kesehatan. Penciptaan budaya motivasi dapat dilakukan dengan membudayakan pemberian pujian positif ( reinforcement positif), melakukan pertemuan secara periodik antara perawat CMHN dengan semua kader kesehatan dan pihak lain yang terlibat (lintas program dan sektor), melakukan peningkatan kemampuan secara terencana/pelatihan berkelanjutan.
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dimiliki. Pada RW Siaga Sehat Jiwa manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kegiatan bulanan untuk perawat CMHN dan kader kesehatan Jiwa masyarakat.
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
70
dilaksanakan melalui proses: membuat rencana tugas yang perlu diselesaikan; mengidentifikasi kemampuan kader kesehatan yang akan melaksanakan
tugas;
memilih
kesehatan
kader
yang
mampu
melaksanakan tugas yang didelegasikan; mengkomunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya; membuat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas; jika kader kesehatan Jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, perawat CMHN harus bisa menjadi contoh peran dan menjadi narasumber
untuk
menyelesaikan
masalah
yang
dihadapi;
mengevaluasi kinerja setelah selesai tugas.
Supervisi adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Pada RW Siaga Sehat Jiwa, kegiatan supervisi dilaksanakan untuk menjamin kegiatan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Perawat CMHN melakukan supervisi terhadap kader kesehatan jiwa satu kali seminggu terkait kemampuan kader kesehatan dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek manajerial dan asuhan keperawatan.
Konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mungkin terjadi.
Untuk
mengantisipasi
terjadinya
konflik
maka
perlu
dibudayakan manajemen konflik. Penanganan konflik yang akan diterapkan di RW Siaga Sehat Jiwa adalah upaya yang sama-sama tidak dirugikan (win-win solution). Cara kolaborasi akan diterapkan di RWSSJ dalam menangani konflik. Pembudayaan kolaborasi antar pihak-pihak yang terlibat dalam RW Siaga Sehat Jiwa menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan RW Siaga Sehat Jiwa.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
71
Perawat CMHN diharapkan mampu melakukan advokasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan peningkatan pelayanan kesehatan jiwa sesuai kebutuhan masyarakat. Advokasi dalam RW Siaga Sehat Jiwa bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pihak-pihak penentu kebijakan bahwa RW Siaga Sehat Jiwa merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Pilar II, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat. Strategi pemberdayaan masyarakat bermanfaat untuk mengidentifikasi, mengatasi masalah dan mempertahankan kesehatan diwilayahnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan potensi baik pengetahuan atau keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Helvie,1998). Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial yang ada di masyarakat diharapkan mampu mendukung program CMHN yang diterapkan di masyarakat.
Kompetensi perawat CMHN dan kader kesehatan dalam pengelolaan RWSSJ
yang ada di
masyarakat
perlu ditingkatkan melalui
pemberdayaan sumber-sumber yang ada guna mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kompetensi kader kesehatan jiwa dalam melakukan kegiatan perlu dipertahankan, dikembangkan, dan ditingkatkan melalui manajemen pemberdayaan kader yang konsisten disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan kader digambarkan sebagai suatu proses pengelolaan motivasi staf sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan baik. Hal ini merupakan penghargaan bagi kader melalui manajemen SDM yang baik, kader mendapatkan penghargaan (compensatory reward) sesuai dengan apa yang telah dikerjakan.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
72
Manajemen pemberdayaan kader kesehatan Jiwa di RW Siaga Sehat Jiwa berfokus pada proses rekruitmen, seleksi,
orientasi, penilaian
kinerja, dan pengembangan kader. Rekruitmen
kader adalah suatu
proses pencarian dan pemikatan para calon kader yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa. Proses seleksi adalah serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah calon kader diterima atau tidak sebagai kader kesehatan. Proses seleksi ini penting, karena akan diperoleh sumber daya manusia yang mempunyai motivasi dan kemampuan yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan.
Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan melalui masa orientasi yaitu mengikuti sosialisasi Program CMHN dan pelatihan Kader Kesehatan Jiwa. Orientasi yang dilakukan mencakup informasi budaya kerja dan informasi umum tentang visi, misi, filosofi, dan kebijakan Desa Siaga Sehat Jiwa.
Penilaian kinerja Kader Kesehatan Jiwa dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi kemampuan kader dalam melaksanakan program kesehatan jiwa komunitas. Penilaian kinerja kader supervisi
langsung
(observasi)
atau
tidak
dengan cara
langsung
(melalui
dokumentasi laporan). Pengembangan kemampuan Kader Kesehatan Jiwa merupakan salah satu proses yang berhubungan dengan manajemen SDM yang bertujuan membantu kader mencapai kinerja sesuai dengan posisinya dan untuk penghargaan terhadap kinerja yang telah dicapai, melalui penyegaran kader atau pelatihan lanjutan. Kader Kesehatan Jiwa yang mempunyai kinerja baik dapat sebagai nara sumber bagi kader yang baru.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
73
c. Pilar III, Kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program. Kemitraan adalah membangun dan mempertahankan hubungan dengan profesional dan berbagai sektor lainnya terkait di masyarakat dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan program baru dan mempertahankan dukungan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Helvie, 1998). Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk strategi kemitraan lintas program dan lintas sektor yang terintegrasi atas prinsip kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan (Depkes R.I., 2000).
Bentuk kemitraan antara masyarakat dan professional dilakukan melalui
keputusan
yang
diambil
secara
bersama-sama
dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan kemitraan adalah semua sektor baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mampu menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan sesuai bidang, peran, kemampuan, dan kesepakatan bersama terhadap pelayanan kesehatan jiwa komunitas.
Pelaksanaan kemitraan tingkat kecamatan dan kelurahan diprakarsai oleh pihak puskesmas sebagia pemberi pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan bekerjasama dengan perawat CMHN untuk melakukan negosiasi dengan sektor terkait yaitu unsur kecamatan serta Lembaga/Organisasi yang ada di masyarakat (PKK, LKMD, dll) dalam rangka menggerakkan dukungan dana, sarana dan prasarana serta kebijakan terhadap pelaksanaan program CMHN. Dinas Kesehatan Kabupaten berperan sebagai pembina program secara keseluruhan sesuai dengan tanggung jawab sektor masing-masing. Pembinaan tersebut dapat dilakukan secara efektif dengan membentuk tim / penanggung jawab di tingkat kecamatan, kelurahan dan RW/RT.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
74
Untuk meningkatkan kerjasama lintas sektor maka perlu dilakukan pertemuan secara berkala berupa rapat koordinasi yang merupakan media komunikasi antara tim kesehatan dengan sektor terkait baik pemerintah maupun non pemerintah untuk membahas kebijakan dan berbagai dukungan yang diberikan pada kelompok anak usia sekolah.
Kemitraan lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dibangun antar tenaga kesehatan (multidisiplin) yaitu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas termasuk GP+, maupun di luar puskesmas seperti praktik tenaga kesehatan : dokter, perawat, bidan, psikolog klinik, psikiater dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran dan tanggung jawab masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan Lintas Program di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten adalah menggalang kerjasama dengan subdin. lain yang ada dinas kesehatan dalam mengintegrasikan program CMHN dengan program kesehatan yang ada di Dinkes terutama berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada anak usia sekolah, melakukan koordinasi dengan kepala sekolah berkaitan dengan kegiatan UKS dan seluruh kepala puskesmas tentang program CMHN yang diimplementaskan di wilayah kerja puskesmas masing-masing.
d. Pilar IV, Manajemen Kasus Kesehatan Jiwa. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas yang profesional mempunyai ciri praktek yang didasari oleh keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal. Pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang
meliputi
pengkajian,
menetapkan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
diagnosa
keperawatan,
Universitas Indonesia
75
perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi. Perawat CMHN bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan jiwa komunitas kepada kepada pasien, keluarga, kelompok dan komunitas secara sistematis dan terorganisir kepada kelompok keluarga yang sehat. (ICCMHN, 2006)
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat CMHN dibantu oleh kader kesehatan jiwa dalam memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Pemberian asuhan keperawatan oleh perawat CMHN dilakukan melalui pendekatan individual dengan menggunakan manajemen kasus, pendekatan kelompok dengan menggunakan
metode
pendidikan
kesehatan,
terapi
kelompok
terapeutik dan psikoedukasi keluarga dalam menstimulais tumbuh kembang anak.
Untuk kader kesehatan bertanggung jawab untuk menggerakkan anak usia sekolah dan orang tua mengikuti kegiatan stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, melakukan supervisi untuk memantau perkembangan anak usia sekolah dan orang tua dalam menstimulasi serta melakukan rujukan jika terjadi penyimpangan ke perawat CMHN dan mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
Skema 2.2 Kerangka konsep manajemen asuhan keperawatan pada perkembangan anak usia sekolah dengan pendekatan Teori Health Promotion (Pender, 1996) PERILAKU AWAL Perkembangan anak usia sekolah 1. Aspek motorik 2. Aspek Kognitif 3. Aspek bahasa 4. Aspek emosi 5. Aspek kepribadian 6. Aspek moral 7. Aspek spiritual 8. Aspek psikososial
PERILAKU SEHAT
STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH Perawat : - Terapi kelompok terapeutik - Terapi generalis Keluarga - Family Pschycoeducation - Pemantauan TKT Kader kesehatan - Pendampingan TKT
Perkembangan anak usia sekolah 1. Aspek motorik 2. Aspek Kognitif 3. Aspek bahasa 4. Aspek emosi 5. Aspek kepribadian 6. Aspek moral 7. Aspek spiritual 8. Aspek psikososial -
PERKEMBANGAN FASE INDUSTRI
PERKEMBANGAN FASE INDUSTRI : Anak usia sekolah
Kemampuan orang tua dalam mensitimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah 1. Mengidentifikasi kemampuan keluarga terhadap tumbang anak usia sekolah 2. Kemampuan dalam perawatan tumbang anak usia sekolah 3. Manajemen stress dan beban keluarga dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah 4. Pemberdayaan keluarga dan komunitas
anak usia sekolah
- Faktor individu : Usia Jenis kelamin Pendidikan Suku - Faktor predisposisi : Biologi Psikologis Sosiokultural
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Kemampuan orang tua dalam mensitimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah 1. Mengidentifikasi kemampuan keluarga terhadap tumbang anak usia sekolah 2. Kemampuan dalam perawatan tumbang anak usia sekolah 3. Manajemen stress dan beban keluarga dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah 4. Pemberdayaan keluarga dan komunitas
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
BAB 3 MANAJEMEN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang profil wilayah dan
pelaksanaan program
manajemen pelayanan Community Mental Health Nursing (CMHN) yang telah dilakukan, meliputi profil Kecamatan Bogor Timur terdiri dari profil pelayanan kesehatan jiwa di Kelurahan Baranangsiang, serta RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang yang menjadi lahan praktik spesialis keperawatan jiwa serta manajemen pelayanan kesehatan jiwa di wilayah Puskesmas Bogor Timur,
3.1 Profil Kecamatan Bogor Timur Kecamatan Bogor Timur
merupakan salah satu wilayah kecamatan di Kota
Bogor yang dipimpin oleh kepala pemerintahan tertinggi setingkat camat. Struktur jabatan yang ada di Wilayah Bogor Timur terdiri dari sekretaris dan beberapa seksi, meliputi sub bagian umum dan kepegawaian, sub bagian keuangan, seksi tata pemerintahan, seksi kemasyarakatan, seksi trantib, seksi perekonomian, dan seksi pengendalian dan pengembangan. Kecamatan Bogor Timur berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 2 Tahun 1995 dan Inmendagri No. 30 Tahun 1995 tanggal 24 Agustus 1995 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tk. II Bogor dan Kabupaten Daerah Tk. II Bogor, wilayah Kecamatan Bogor Timur dengan luas 1.015 Ha, terdiri dari dari 6 (enam) kelurahan yaitu Kelurahan Baranangsiang dengan luas 235 Ha, Kelurahan Sukasari dengan luas 48 Ha, Kelurahan Katulampa dengan luas 491 Ha, Kelurahan Tajur dengan luas 45 Ha, Kelurahan Sindangsari dengan luas 90 Ha dan Kelurahan Sindangrasa dengan luas 106 Ha, dengan 59 RW dan 318 RT. Jumlah penduduk kecamatan Bogor Timur sampai akhir bulan Desember 2010 adalah 88.619 jiwa dan jumlah kepala keluarga tercatat sebanyak 42.350 KK.
Kondisi penunjang pada pemerintahan Kecamatan Bogor Timur dapat teridentifikasi dari beberapa sarana dan prasarana pendukung, seperti sarana prasarana pendidikan, keagamaan, dan pelayanan kesehatan. Sarana pendidikan di Kecamatan Bogor Timur tersebar di 6 (enam) kelurahan secara merata, dengan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
77 perincian 18 TK, 36 sekolah dasar, 13 SMP, 12 SMA, dan 1 Perguruan Tinggi. Sarana keagamaan di Kecamatan Bogor timur teridentifikasi dalam jumlah tempat peribadatan dengan perincian 67 masjid, 127 musholla, dan 6 gereja. Sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Bogor Timur teridentifikasi dari jumlah pusat pelayanan kesehatan baik primer, sekunder, maupun tersier. Perincian dari sarana pelayanan kesehatan meliputi 1 buah Rumah Sakit, 1 Puskesmas, 68 Posyandu, 11 balai pengobatan, dan 5 apotek.
Berdasarkan uraian tentang kondisi wilayah Kecamatan Bogor Timur, dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Bogor Timur merupakan daerah yang strategis secara perekonomian, dimana berada di posisi sentral bisnis sebagai kota satelit yang dapat menunjang peningkatan kesejahteraan penduduknya. Peningkatan kesejahteraan penduduk ditunjang oleh ketersediaan sumber daya manusia, dengan indikator dasar besarnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk secara kuantitas belum tentu akan mempengaruhi secara kualitas, dimana kualitas penduduk yang ada justru mempengaruhi kualitas kesehatan. Oleh karena itu besarnya jumlah penduduk di Kota Bogor dapat menjadi peluang di sisi lain bisa menjadi ancaman menurunnya kualitas kesehatan.
Visi Kecamatan Bogor Timur adalah mewujudkan Kecamatan Bogor Timur sebagai wilayah permukiman & sentra ekonomi yang berwawasan lingkungan. Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, Kecamatan Bogor Timur memiliki misi sebagai berikut : 1. Penataan pusat-pusat perdagangan dan jasa serta kawasan permukiman yang tertib, tentram dan aman. 2. Memberikan pelayanan yang mudah, cepat dan efisien kepada masyarakat. 3. Pemanfaatan semaksimal mungkin terhadap potensi yang dimiliki demi lancarnya penyelenggaraan pemerintahan, tercapainya peningkatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. 4. Memelihara rasa persaudaraan dan kekeluargaan di dalam masyarakat sebagai syarat mutlak bagi terlaksananya program-program pembangunan.
Berdasarkan visi dan misi yang telah dirumuskan, dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Bogor Timur mendukung terhadap upaya peningkatan kesejahteraan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
78 penduduknya. Upaya peningkatan kesejahteraan tersebut dengan meningkatkan produktivitas penduduk, sehingga nantinya akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Pengembangan kegiatan residensi di wilayah kecamatan Bogor Timur untuk pelaksanaan kegiatan CMHN salah satunya adalah kelurahan Baranangsiang.
Kelurahan Baranangsiang merupakan salah satu kelurahan yang ada di wilayah kecamatan Bogor Timur. Luas lahan yang dimiliki oleh kelurahan Baranangsiang adalah 235 Ha dengan topografi dan bentang lahan daratan yang sebagian besar lahan dipergunakan untuk pertanian dan pemukiman penduduk. Batas-batas area kelurahan Baranangsiang yaitu sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Tegalega, batas selatan berbatasan dengan kelurahan Sukasari, batas barat berbatasan dengan kelurahan Babakan Pasar dan batas timur berbatasan dengan kelurahan Katulampa. Kondisi geografis terletak pada sekitar 300 m di atas permukaan laut, suhu udara rata–rata 23 derajat celcius, curah hujan berkisar 300 mm rata-rata per tahun. Jarak kelurahan dari pemerintahan kecamatan sekitar 0,5 km ; dari pemerintah kota sekitar 2 km ; dari propinsi 120 km dan dari Ibukota negara 60 km. Kelurahan Baranangsiang mempunyai 14 RW dengan 83 RT. Jumlah penduduk berdasarkan laporan sistem pendataan profil kelurahan Baranangsiang bulan Desember 2011 sebanyak 24.162 jiwa dengan 6608 KK.
Kelurahan Baranangsiang memiliki struktur organisasi yang terdiri dari lurah, bidang sekretariat,
kepala seksi pemerintahan, kepala seksi ekonomi
pembangunan, kepala seksi kemasyarakatan, kepala seksi ketentraman dan ketertiban. bidang kesehatan ada di bawah kepala seksi kemasyarakatan. Sumber daya manusia yang dimiliki kelurahan Baranangsiang keseluruhan berjumlah 15 orang, terdiri dari 11 orang PNS dan 4 orang tenaga sukarelawan dengan tingkat pendidikan, S2 sebanyak 1 orang, S1 sebanyak 2 orang, D III sebanyak 3 orang SMA 6 orang dan SMP 3 orang.
Sarana kesehatan yang dimiliki oleh kelurahan Baranangsiang adalah jumlah Rumah sakit 1 buah, Puskesmas 2 buah, Posyandu 20 buah, Posbindu 6 buah. Pelayanan kesehatan bekerja sama dengan Puskesmas Bogor Timur, yaitu melakukan upaya meningkatkan pelayanan posyandu dan pelaksanaan gerakan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
79 PSN & K3 dan membudayakan tim Jumantik. Sarana umum yang ada meliputi 17 masjid, 28 mushola dan 4 gereja. Sarana pendidikan baik negeri maupun swasta meliputi TK/RA 12 buah, SD/MI 16 buah, SMP/Tsanawiyah 5 buah, SMA/Aliyah/SMK 6 buah.
Berdasarkan uraian tentang kondisi wilayah di atas, dapat disimpulkan bahwa Kelurahan Baranangsiang berada dalam posisi strategis yang dapat mendukung kegiatan peningkatan kesejahteraan bagi penduduknya. Upaya peningkatan kesejahteraan ditunjang dengan beberapa sarana prasarana pendukung, seperti tempat pelayanan kesehatan, tempat peribadatan, dan sekolah.
Visi kelurahan Baranangsiang: Terwujudnya masyarakat Baranangsiang sehat jiwa untuk menyongsong masa depan masyarakat yang sehat. Misi kelurahan Baranangsiang; Membentuk Keluarga sehat jiwa merupakan kunci dari masyarakat sehat jiwa; Menciptakan masyarakat Baranangsiang sehat jiwa dengan meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan bersama; Melalui kader aktif kita tingkatkan perilaku masyarakat yang sehat dan bersih baik rohani maupun jasmani.
Filosofi kelurahan Baranangsiang adalah Masyarakat Baranangsiang tolong menolong dalam mewujudkan masyarakat sehat jiwa.
Pada program kerja
kelurahan Baranangsiang teridentifikasi masalah sosial yang harus diatasi di tahun 2012 yaitu semakin tingginya angkatan kerja yang menganggur dan makin banyaknya anak putus sekolah. Selain itu juga ditemukan masalah makin meningkatnya jumlah keluarga miskin (gakin) serta masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, kesehatan, dan kesusilaan.
Berdasarkan uraian tentang visi dan misi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemerintahan Kelurahan Baranangsiang mendukung terhadap upaya-upaya untuk peningkatan kesehatan penduduknya. Upaya-upaya tersebut telah tersirat dari pengambilan kebijakan dan penyusunan visi dan misi, sehingga wilayah Kelurahan Baranangsiang yang berjumlah 14 RW tepat untuk dijadikan wilayah pengembangan program pelayanan CMHN, diantaranya adalah RW 03 dan 11.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
80 Profil wilayah RW 03 sebelah utara berbatasan dengan RW 02, sebelah selatan berbatasan dengan RW 12, sebelah timur berbatasan dengan RW 04 dan sebelah barat berbatasan dengan RW 09. RW 03 merupakan wilayah di kelurahan Baranangsiang
yang terdiri atas 4 RT, dengan jumlah penduduk saat ini
sebanyak 133 KK yang terdiri dari 58 KK di RT 01, 21 KK di RT 02, 25 KK di RT 03, dan 29 KK di RT 04. Berdasarkan data yang didapatkan dari kader Posyandu didapatkan data bahwa jumlah bayi di RW 03 adalah sebanyak 14 orang, balita sebesar 40 orang, anak usia sekolah 84 orang, dan lanjut usia sebanyak 28 orang. Kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia dewasa tengah yaitu usia 24-65 tahun. Selain itu, data jumlah penduduk di RW 03 memiliki beragam status kesehatan yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok, 37 orang merupakan kelompok yang berisiko mengalami gangguan jiwa (memiliki masalah psikososial terkait dengan masalah kesehatan fisik, proses tumbuh kembang dan faktor lainnya), 2 orang meninggal akibat serangan jantung, 4 orang warga yang memiliki masalah gangguan jiwa dan sisanya merupakan kelompok sehat yang tetap harus mendapatkan perhatian untuk meningkatkan perkembangannya melalui upaya promotif dan preventif.
Penduduk RW 03 mayoritas beragama Islam, tingkat pendidikan rata-rata tamat SMA dan PT dan memiliki pekerjaan tetap (pegawai, pengusaha). RW 03 memiliki satu Posyandu Flamboyan yang memberikan pelayanan kepada warga RT 01, 02, 03 dan 04 setiap bulan sekali pada tanggal 10. Posyandu ini memiliki 10 orang kader yang aktif. Sarana umum yang dimiliki RW 03 berupa fasilitas ibadah yaitu 1 buah masjid Raya, 1 mushola, 1 buah gereja. Sedangkan sarana yang lain adalah kantor kelurahan, kantor KUA, kantor pertanian kabupaten dan 1 buah kantor RW sekaligus tempat pelaksanaan posyandu.
Perangkat RW 03 sangat terbuka dan kooperatif dengan praktik mahasiswa spesialis keperawatan jiwa, sehingga saat penyajian hasil pengkajian awal melalui musyawarah masyarakat RW (MMRW) I mereka dapat menerima data yang dikumpulkan oleh mahasiswa residensi dan menyambut baik rencana pembentukan RW 03 Siaga Sehat Jiwa. Pembentukan RW Siaga sehat jiwa ini dilakukan pada kegiatan residensi 1 yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan calon kader kesehatan jiwa. Pada saat kegiatan residensi II mahasiswa
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
81 melakukan pelatihan kader dengan metode pemberian materi di kelas dan praktik lapangan dan tiap kader dilakukan supervisi oleh mahasiswa. Dalam kegiatan residensi II mahasiswa melakukan evaluasi data baik dari kader kesehatan maupun dari tokoh masyarakat terkait pelaksanaan RW siaga sehat jiwa. Pada kegiatan resdiensi III melakukan updating data baik penduduk, jumlah penduduk yang sehat, resiko dan gangguan serta kegiatan yang telah dilaksanakan dan jumlah kader yang masih aktif dalam kegiatan RW 03 siaga sehat jiwa. Pengembangan kegiatan CMHN pada residensi III ini bertambah pengelolaannya yaitu di RW 11 Kelurahan Baranangsiang.
Profil wilayah RW 11 kelurahan Baranangsiang terdiri dari 5 (lima) RT. RW 11 merupakan RW yang menjadi RW Siaga Sehat Jiwa di Kelurahan Baranangsiang pada bulan Februari 2012 yang merupakan lahan baru untuk pengembangan RWSSJ berikutnya. Profil wilayah RW 11 sebelah utara berbatasan dengan RW 07, sebelah selatan berbatasan dengan RW 03, sebelah timur berbatasan dengan RW 14 dan sebelah barat berbatasan dengan RW 01. RW 11 merupakan wilayah di kelurahan Baranangsiang yang terdiri atas 5 RT, dengan jumlah penduduk saat ini sebanyak 350 KK yang terdiri dari 35 KK di RT 01, 160 KK di RT 02, 45 KK di RT 03, 40 KK di RT 04 dan 70 KK di RT 05. Berdasarkan data yang didapatkan dari kader Posyandu didapatkan data bahwa jumlah bayi di RW 11 adalah sebanyak 29 orang, balita sebesar 184 orang, anak usia sekolah 150 orang, dan lanjut usia sebanyak 77 orang. Kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia dewasa tengah yaitu usia 24-65 tahun.
Kader kesehatan Jiwa berjumlah 6 orang, sekaligus berperan sebagai kader posyandu. Kader kesehatan jiwa di RW 11 hanya berasal dari 2 RT yaitu Rt 01 dan 02 yang mewakili seluruh kader yang ada di RW 11 sedangkan RT yang lain tidak ada kader karena kesibukan dan tidak ada yang siap menjadi kader kesehatan (Komplek Villa Duta Raya, Perumahan IPB & LIPI).
Sarana dan prasarana umum di wilayah RW 11, terdapat masjid 1 buah dan mushola 2 buah terdapat di RT 02 dan 01. Terdapat 1 PAUD di RT 02. Mata pencaharian penduduk di RT 01 dan 02 rata-rata adalah buruh bangunan, buruh cuci/setrika dan berdagang sedangkan untuk RT 03 – RT 05 (komplek
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
82 perumahan) adalah wiraswasta, pegawai swasta dan pegawai negeri. Untuk tingkat pendidikan pun mengalami perbedaan untuk RT 01 dan RT 02 rata-rata SD, SLTP dan SMA sedangkan RT 03 – 05 minimal SLTA dan tertinggi S2.
Masalah kesehatan secara umum yang terbanyak adalah perkembangan bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa dan kelompok lansia. Kasus gangguan jiwa yang ditemukan adalah schizophrenia paranoid dan epilepsy 1 orang dengan masalah keperawatan terbanyak yang dialami halusinasi, isolasi social, harga diri rendah dan koping keluarga inefektif.
Secara umum wilayah RW 03 dan 11 yang berbatasan langsung dengan pagar komplek perumahan yang cukup mewah. Kondisi warga secara umum memiliki latar belakang pendidikan rendah (SD/tidak tamat SD), status sosial ekonomi rendah, serta kultur/pandangan masyarakat bahwa tidak perlu sekolah tinggi dan masih banyak ditemukan kasus menikah muda.
Berdasarkan profil wilayah Kelurahan Baranangsiang secara umum dan khususnya RW 03 dan 11 yang menjadi lahan atau wilayah dalam pembuatan Karya Ilmiah Akhir ini menunjukkan bahwa kondisi wilayah memungkinkan / potensial terjadinya peningkatan kesehatan. Penulis melakukan upaya Health Promotion pada 24 anak usia sekolah dari 243 orang dengan kondisi orang tua bercerai 4 orang, 35% orang tua mempunyai status ekonomi rendah dan sisanya ada di ekonomi menengah. Kegiatan Health Promotion
dilakukan penulis
dengan melibatkan peran serta kader kesehatan jiwa RW 03 sebanyak 10 orang kader dan RW 11 sebanyak 6 kader mulai dari perencanaan kegiatan penyuluhan dan pemberian intervensi baik terapi generalis maupun terapi spesialis, pengumpulan anak usia sekolah untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan anak usia sekolah dan pelaksanaan terapi spesialis sampai dengan supervisi kegiatan anak usia sekolah, dimana satu KKJ memantau dua orang anak usia sekolah dan keluarganya yang ada di sekitar wilayahnya.
Keterlibatan KKJ di RW 03 dan 11 merupakan pengaruh dari situasi lingkungan yang ada di sekitar anak sekolah sehingga dapat memberikan dukungan sosial kepada anak dan orang tua dalam berkomitmen terhadap program terapi spesialis
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
83 (TKT anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga) dalam menerapkan perilaku hidup sehat di lingkungan tempat tinggalnya dan dalam kelompok masyarakat yang lebih luas.
3.2 Manajemen Pelayanan Kesehatan Jiwa di wilayah Puskesmas Bogor Timur Puskesmas Bogor Timur berada di bawah wilayah kecamatan Bogor Timur dan membawahi 2 (dua) kelurahan, yaitu kelurahan Baranangsiang dan Katulampa. Letak wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur cukup strategis, mudah dijangkau dari pusat pemerintahan dan rumah sakit di Kota Bogor. Sarana kesehatan yang dimiliki oleh puskesmas Bogor Timur adalah puskesmas pembantu 2 buah, 60 buah posyandu, praktik dokter 4 buah, praktik bidan 3 buah, dan praktik dokter gigi 2 buah.
Pelayanan yang dilakukan oleh Puskesmas Bogor Timur meliputi pelayanan wajib, pelayanan pengembangan, dan pelayanan inovasi. Program layanan keperawatan kesehatan jiwa termasuk dalam program pelayanan kesehatan pengembangan dengan poli khusus untuk puskesmas Bogor Timur pada hari Kamis dan Jumat yang memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan jiwa dan terapi rehabilitasi untuk pasien yang sudah mandiri oleh perawat CMHN.
Puskesmas Bogor Timur tahun 2011 mempunyai visi sebagai Puskesmas PELITA (profesional, berkualitas, tanggap) dengan pelayanan yang bermutu dan terstandar serta menjadi motor utama dalam pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat sehat mandiri. Diharapkan akan tercapai dengan masyarakat hidup dalam lingkungan dan berperilaku hidup bersih dan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata yang terjangkau dan berkualitas serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya bagi masyarakat dapat tercapai. Sedangkan misi puskesmas Bogor Timur adalah: a) Meningkatkan profesionalisme petugas dalam melaksanakan tupoksi di bidang kesehatan. b) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
secara optimal kepada
masyarakat.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
84 c) Menjadi motor penggerak pemberdayaan masyarakat untuk tanggap dan peduli terhadap kesehatan menuju masyarakat sehat mandiri.
Puskesmas Bogor Timur juga memiliki motto dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat binaannya yaitu: “Senyummu, Bahagia kami” dan janji layanan “Kami ada untuk anda”.
Berdasarkan profil puskesmas Bogor Timur di atas menunjukkan bahwa puskesmas Bogor Timur berpotensi untuk mendukung pengembangan pelayanan CMHN.
Puskesmas
Bogor
Timur
telah
memiliki
program
pelayanan
pengembangan kesehatan jiwa dan memiliki perawat CMHN dan dokter yang bertanggung jawab terhadap program kesehatan jiwa.
Pengembangan pelayanan CMHN di puskesmas Bogor Timur dimulai pada Oktober 2010 melalui kerjasama Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor. Tahap awal pengembangan CMHN di wilayah kerja puskesmas Bogor Timur dilakukan di kelurahan Katulampa, kemudian pada September 2011 dikembangkan di kelurahan Baranangsiang yang meliputi 14 RW yaitu RW 01 - 14. Kondisi pengembangan program CMHN di Puskesmas Bogor Timur diuraikan sebagai berikut : a. Pilar I Manajemen Pelayanan CMHN Pendekatan manajemen pelayanan terdiri dari 4 (empat) kegiatan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Pada saat awal
pengkajian
yang dilakukan
pada
unsur
perencanaan
dengan
menggunakan pendekatan manajemen, Puskesmas Bogor Timur belum memiliki visi, misi, dan filosofi pelayanan kesehatan jiwa. Perawat CMHN juga belum memiliki rencana kerja bulanan dan tahunan.
Mahasiswa residensi melakukan sosialisasi pembuatan visi, misi, dan filosofi pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Bogor Timur dan sosialisasi pembuatan rencana bulanan dan rencana tahunan kepada perawat CMHN. Pembuatan rencana kegiatan bulanan dan tahunan disusun dengan memasukkan kegiatan pelayanan keperawatan kepada klien kelompok sehat anak usia sekolah.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
85 Hasil yang didapatkan dari kegiatan penulis yaitu, kemampuan kognitif perawat CMHN tentang penyusunan visi, misi, filososfi, rencana bulanan dan rencana tahunan meningkat, akan tetapi peningkatan kognitif tersebut belum diikuti oleh peningkatan psikomotor. Perawat CMHN bekerja sama dengan Kepala Puskesmas Bogor Timur belum merumuskan untuk menyusun visi, misi, dan filososfi pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Bogor Timur. Berdasarkan hasil evaluasi, telah terjadi peningkatan kemampuan kognitif tentang pembuatan rencana bulanan dan tahunan, akan tetapi perawat CMHN belum menyusunan perencanaan tersebut.
Hasil evaluasi perencanaan berdampak belum terlaksananya kegiatan di komunitas untuk kegiatan pada anak usia sekolah. Pelayanan yang diberikan di Puskesmas selama ini lebih menyoroti masalah fisik. Kondisi sehat pada anak usia sekolah sering terbaikan dan bukan prioritas dalam membuat suatu kebijakan program kesehatan.
Hasil pengkajian kegiatan pengorganisasian menunjukkan bahwa perawat CMHN belum menyusun struktur organisasi. Struktur organisasi yang ada di Puskesmas Bogor Timur baru mencakup pelayanan kesehatan secara umum. Hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa perawat CMHN belum menyusun daftar keluarga di desa siaga sehat jiwa. Daftar keluarga sehat, risiko, dan gangguan jiwa merupakan hasil deteksi dini kader kesehatan jiwa sebelumnya yang telah dilakukan di Kelurahan Baranangsiang. Perawat CMHN belum menyusun prioritas kunjungan rumah pada kelompok anak usia sekolah.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan perawat CMHN adalah dengan melakukan sosialisasi dan supervisi penyusunan struktur organisasi kelurahan siaga sehat jiwa. Daftar keluarga di desa siaga sehat jiwa, yang meliputi daftar keluarga sehat, resiko, dan gangguan di Kelurahan Baranangsiang, telah perawat CMHN peroleh dari hasil deteksi dini KKJ pada masing-masing RW.
Hasil evaluasi pengorganisasian pada perawat CMHN menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor dalam menyusun
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
86 struktur organisasi di desa siaga sehat jiwa. Perawat CMHN telah memperoleh daftar keluarga sehat, khususnya keluarga yang memiliki anak usia sekolah, akan tetapi perawat CMHN belum melakukan prioritas kegiatan kepada anak usia sekolah dan keluarga.
Hasil pengkajian fungsi pengarahan menunjukkan bahwa Perawat CMHN belum pernah memimpin rapat pertemuan desa dengan kader kesehatan jiwa, dan penghitungan KWSPM (Kewenangan Wajib Standar Pelayanan Minimum) di Puskesmas. Kegiatan supervisi kader kesehatan jiwa telah dilakukan kepada beberapa kader, akan tetapi kegiatan yang dilakukan lebih kepada kunjungan rumah pada klien gangguan. Kegiatan supervisi kader dalam melakukan kunjungan rumah kepada kelompok sehat anak usia sekolah belum dilakukan oleh perawat CMHN. Berdasarkan hasil pengkajian, perawat CMHN selalu menciptakan iklim motivasi dalam bekerja, baik kegiatan di dalam gedung atau di luar gedung. Kegiatan kolaborasi telah perawat CMHN lakukan, yaitu kerja sama lintas program dan lintas sektor. Kerja sama lintas program dilakukan bekerja sama dengan tenaga medis dan bidan untuk stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan perawat CMHN pada fungsi pengarahan adalah dengan melakukan sosialisasi manfaat dari rapat pertemuan desa dengan kader dan supervisi kader kesehatan jiwa. kegiatan supervisi perawat CMHN kepada kader menjadi prioritas agar dimasukkan dalam rencana bulanan perawat.
Hasil evaluasi pengembangan CMHN pada fungsi pengarahan yaitu peningkatan kemampuan perawat CMHN tentang rapat pertemuan desa dengan KKJ dan supervisi kader. Peningkatan kemampuan kognitif tidak diikuti dengan peningkatan kemampuan psikomotor. Perawat CMHN belum melaksanakan rapat pertemuan. Supervisi kader telah dilaksanakan, tetapi belum terjdawal dan belum didokumentasikan. Selain itu, supervisi yang dilakukan lebih kepada kemampuan kader dalam melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan. Supervisi kader untuk kegiatan kepada kelompok sehat dilakukan bersamaan dengan kegiatan posyandu.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
87 Hasil pengakajian untuk fungsi pengendalian menunjukkan bahwa perawat CMHN belum melakukan evaluasi indikator mutu kesehatan jiwa. Monitoring dan evaluasi terhadap kemampuan kader, klien, dan keluarga sudah pernah dilakukan, akan tetapi lebih diprioritaskan untuk klien gangguan jiwa.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatan fungsi
pengendalian adalah dengan melakukan sosialisasi dan sharing tentang pembuatan indikator mutu kesehatan jiwa dan kegiatan monitoring evaluasi kemampuan kader dan pasien. Sosialisasi untuk fungsi pengendalian baru dilakukan secara superfisial, khususnya pada aspek pembuatan indikator mutu kesehatan jiwa.
Hasil pengembangan CMHN menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pengetahuan perawat CMHN tentang pembuatan indikator kinerja mutu. Akan tetapi kegiatan ini belum dilakukan oleh perawat. Monitoring dan evaluasi untuk kemampuan kader dan kelompok sehat belum dilakukan.
Berdasarkan pendekatan manajemen, puskesmas Bogor Timur
sudah
memiliki visi, misi, dan filosofi pelayanan kesehatan jiwa. Perawat CMHN sudah
memiliki
rencana
kerja
bulanan
dan
tahunan.
Dari
aspek
pengorganisasian, puskesmas Bogor Timur sudah memiliki struktur organisasi, sedangkan daftar keluarga sehat, risiko, dan gangguan jiwa merupakan hasil deteksi dini kader kesehatan jiwa. Perawat CMHN sudah melakukan rapat pertemuan desa dengan kader kesehatan jiwa, melakukan supervisi kader kesehatan jiwa dan melakukan penghitungan KWSPM (Kewenangan Wajib Standar Pelayanan Minimum) di Puskesmas.
Untuk kelurahan Baranangsiang telah memiliki visi, misi, dan filosofi sebagai kelurahan Siaga Sehat Jiwa. Visi kelurahan Baranangsiang siaga sehat jiwa adalah terwujudnya masyarakat Kelurahan Baranangsiang sehat jiwa untuk menyongsong masa depan masyarakat yang sehat. Misi kelurahan Baranangsiang siaga sehat jiwa: 1. Membentuk keluarga sehat jiwa merupakan kunci dari masyarakat sehat jiwa
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
88 2. Menciptakan masyarakat Baranangsiang sehat jiwa dengan meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan bersama 3. Melalui kader aktif kita tingkatkan perilaku masyarakat yang sehat dan bersih baik rohani maupun jasmani.
Sedangkan Filosofi kelurahan Baranangsiang siaga sehat jiwa adalah masyarakat Baranangsiang tolong menolong dalam mewujudkan masyarakat sehat jiwa. Sesuai dengan visi, misi dan filosofi kelurahan Baranangsiang sudah sesuai dengan pengembangan kesehatan jiwa, yang perlu mendapat dukungan dan perhatian yang serius baik dari masyarakat maupun pemerintah daerah.
Dalam perencanaan yang diterapkan di kelurahan Baranangsiang adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan, bulanan dan tahunan. Rencana yang telah dilaksanakan oleh Perawat CMHN adalah melakukan supervisi KKJ yang ada di RW 03 dan 11 dan melakukan rapat/pertemuan terkait pelaksanaan RW Siaga sehat jiwa, melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga, dengan memberikan pendidikan kesehatan bagi kelompok sehat melalui stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, kelompok yang mengalami masalah psikososial setiap hari senin dan pada kelompok keluarga pasien gangguan jiwa pada hari rabu; dan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa dan kegiatan terapi aktifitas kelompok dan rehabilitasi untuk kelompok pasien yang mengalami gangguan jiwa setiap hari kamis dan jum,at di puskesmas Bogor Timur.
Untuk rencana bulanan Kader Kesehatan Jiwa yang ada di RW 03 dan 11 sudah mengidentifikasi melalui pendeteksian keluarga sehat dengan anak usia sekolah, melakukan pengelompokkan anak usia sekolah dan orang tua sesuai dengan RW dan RT masing-masing dengan kader sebagai penanggung jawab sehingga
memudahkan
dalam
melaksanakan
kegiatan.
Selain
itu
menggerakkan keluarga untuk mengikuti kegiatan TKT stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama. Melakukan supervisi pada keluarga dengan anak usia sekolah di RW 03 dan 11 dengan memantau pelaksanaan stimulasi tumbang anak usia sekolah
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
89 dan melakukan rujukan jika terjadi penyimpangan kepada perawat CMHN kemudian melakukan dokumentasi semua kegiatan.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan CMHN menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Perawat CMHN di Puskesmas Bogor Timur bertanggungjawab terhadap 14 RW yang menjadi binaan di Kelurahan Barangsiang, sedangkan untuk kader di RW 03 dan 11 bertanggung jawab terhadap 2006 warga. Untuk kegiatan pengarahan dengan menciptakan budaya motivasi, manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, supervisi dan komunikasi yang efektif, manajemen konflik, melakukan advokasi dan negosiasi yang dilakukan perawat CMHN pada KKJ di RW 03 dan 11.
b. Pilar II Pemberdayaan Masyarakat Pada awal pengkajian untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat belum ada perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa di Kelurahan Baranangsiang. Kegiatan rekruitmen dan pelatihan kader kesehatan jiwa, penilaian kinerja kader kesehatan jiwa belum dilakukan secara periodik dan belum dilakukan pengembangan kemampuan kader kesehatan jiwa serta penghargaan terhadap kinerja yang telah dicapai.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dengan mengikutsertakan pelatihan perawat CMHN tentang asuhan keperawatan kesehatan jiwa komunitas di Jakarta. Selain itu untuk pengembangan CMHN di Puskesmas Bogor Timur adalah dengan sosialisasi dan pelibatan perawat CMHN dari kegiatan, rekruitmen, seleksi, orientasi, dan pelatihan kader kesehatan jiwa. Sosialisasi penilaian kinerja kader dilakukan kepada perawat CMHN.
Kelurahan Baranangsiang bekerjasama dengan puskesmas Bogor Timur dan mahasiswa program Magister dan Spesialis Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia telah melakukan rekruitmen, pelatihan, dan orientasi terhadap 153 orang kader kesehatan jiwa (KKJ). Jumlah KKJ di RW 03 sebanyak 10 orang dan 06 orang di RW 11. Setiap kader sudah melalui masa orientasi yaitu mengikuti sosialisasi program CMHN dan
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
90 pelatihan kader. Orientasi yang dilakukan mencakup informasi budaya kerja dan informasi umum tentang visi, misi, filosofi, dan kebijakan Desa Siaga Sehat Jiwa. Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja kader dalam melaksanakan program CMHN di RW 03 dan 11. Kader kesehatan bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilaksanakan di masing-masing RW terkait dengan pelaksanaan TKT anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga. Perawat CMHN dan Kepala Puskesmas telah terlibat pada kegiatan pelatihan kader kesehatan jiwa di Kelurahan Baranangsiang.
Penilaian kinerja kader kesehatan dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi kemampuan kader dalam melaksanakan program CMHN dengan cara supervisi langsung (observasi) atau tidak langsung (melalui dokumentasi laporan). Kinerja kader di supervisi oleh mahasiswa residensi 1 kali/minggu disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan. Penilaian kinerja didasarkan pada standar kinerja yang ditentukan yaitu kemampuan kader dalam melaksanakan Program CMHN. Kader kesehatan jiwa di RW 03 dan 11 telah memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi dini, menggerakkan keluarga sehat untuk mengikuti TKT anak usia sekolah, melakukan kunjungan rumah untuk memantau pelaksanaan stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, dan melakukan rujukan jika terjadi penyimpangan kepada perawat CMHN serta melakukan dokumentasi setiap kegiatan.
Bentuk pengembangan kader kesehatan di RW 03 dan 11 siaga sehat jiwa belum dilaksanakan oleh puskesmas Bogor Timur hanya dilakukan mahasiswa
residensi
FIKUI
melalui
penyegaran
kader
oleh
dengan
memberdayakan kemampuan kader kesehatan jiwa yang mempunyai kinerja baik dijadikan sebagai nara sumber bagi kader yang lain atau baru.
Hasil pengembangan CMHN menunjukkan bahwa perawat CMHN telah terlibat aktif dalam kegiatan rekruitmen dan pelatihan kader jiwa di Kelurahan baranangsiang, akan tetapi penilaian kinerja kader belum sepenuhnya dilakukan oleh perawat CMHN. Penilaian kinerja kader selama ini dilakukan bekerja sama dengan mahasiswa FIK UI. Hasil evaluasi kinerja
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
91 kader yang telah dilakukan oleh mahasiswa, dilaporkan kepada perawat CMHN.
c. Pilar III Kemitraan Lintas Program dan Sektoral Kegiatan pengembangan CMHN, Puskesmas sudah melakukan kemitraan lintas sektoral dengan kelurahan Baranangsiang untuk membentuk kelurahan Siaga Sehat Jiwa. Kerjasama lintas sektoral yang telah dilakukan puskesmas Bogor Timur terkait dengan anak usia sekolah yaitu kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Bogor melalui kegiatan UKS dan pembinaan dokter kecil. Puskesmas Bogor Timur telah melakukan kemitraan lintas program dengan program terapi rumatan Metadon untuk kasus gangguan jiwa dengan riwayat penyalahgunaan NAPZA dan program Assertive Community Treatment (ACT) BLU RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor untuk penanganan pasien gangguan jiwa di kelurahan Baranangsiang.
Untuk meningkatkan kerjasama lintas sektor telah dilakukan pertemuan secara berkala berupa rapat koordinasi, yang bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang pengembangan program CMHN, menggali berbagai dukungan (dana, sarana & prasarana, kebijakan pemerintah setempat) dalam pelaksanaan program CMHN dan meningkatkan koordinasi diantara tim kesehatan dengan sektor terkait. Pelaksanaan kemitraan di Kelurahan Baranangsiang dengan berkoordinasi dengan puskesmas Bogor Timur untuk membantu warga memperoleh keringanan biaya (Surat keterangan tidak mampu dan Jamkesmas) serta melakukan upaya rujukan kasus gangguan jiwa di masyarakat kepada perawat CMHN Puskesmas Bogor Timur dan BLU RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
d. Pilar IV Manajemen Kasus Keperawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Bogor Timur memberikan pelayanan kesehatan jiwa dengan membuka poli khusus kesehatan jiwa setiap hari Kamis dan Jum’at di Puskesmas Bogor Timur. Manajemen kasus keperawatan kesehatan jiwa khususnya kelompok gangguan jiwa telah dilakukan oleh puskesmas Bogor Timur yang meliputi kegiatan dalam gedung dan luar gedung. Kegiatan dalam
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
92 gedung meliputi pemeriksaan klien gangguan jiwa di poli khusus kesehatan jiwa dan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok. Kegiatan di luar gedung yang telah dilakukan adalah kunjungan rumah oleh perawat CMHN ke wilayah kerja puskesmas Bogor Timur termasuk kelurahan Baranangsiang.
Manajemen kasus di kelurahan Baranangsiang khususnya di RW 03 dan 11 dilakukan bersama mahasiswa, perawat CMHN, dan KKJ. Pada kelompok gangguan di RW 03 terdapat 4 kasus, sedangkan di RW 11 terdapat 1 kasus gangguan jiwa. Pada kelompok klien gangguan jiwa ini telah dilakukan perawatan melalui kunjungan rumah dan rujukan atau follow up program pengobatan di Puskesmas Bogor Timur. Kegiatan rehabilitasi yang telah di selenggarakan di wilayah Kelurahan Baranangsiang tersentral di RW 03. Klien gangguan jiwa yang telah mandiri yang berada di RW 01-14 telah diikutsertakan pada kegiatan tersebut, yang bertujuan untuk kemandirian dan rehabilitasi klien.
Kegiatan untuk kelompok sehat telah dilaksanakan TKT pada semua kelompok usia. Focus kegiatan TKT yang ada di RW 03 dan 11 adalah TKT anak usia sekolah. Alasan dilakukan kegiatan tersebut mengingat jumlah anak usia sekolah yang cukup besar pada kedua RW tersebut, tujuannya untuk meningkatkan perkembangan anak usia sekolah (fase industry) secara optimal, yang diharapkan anak usia sekolah dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya yang merupakan generasi penerus bangsa yang mampu bersaing dengan globalisasi dan kemajuan tehnologi.
Kegiatan tersebut melibatkan KKJ berupa penyuluhan dan terapi spesialis pada anak usia sekolah untuk mengikuti kegiatan tersebut sampai dengan supervisi kegiatan stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, dimana satu KKJ memantau dua orang anak usia sekolah yang ada di sekitar wilayahnya. Keterlibatan dan peran serta aktif KKJ di RW 03 dan 11 merupakan pengaruh dari situasi lingkungan yang ada di sekitar anak usia sekolah sehingga dapat memberikan dukungan sosial kepada anak usia sekolah dalam berkomitmen terhadap kegiatan TKT anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga dalam
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
93 menerapkan perilaku hidup sehat di lingkungan tempat tinggalnya dan kelompok masyarakat yang lebih luas.
Berdasarkan uraian program pengembangan CMHN di atas, dapat dipahami bahwa belum semua pilar-pilar CMHN di Puskesmas Bogor Timur dan Kelurahan Baranangsiang telah diterapkan. Hal ini mengindikasikan diperlukannya upaya tindak lanjut melalui koordinasi lintas program dan lintas sektor, melalui pengoptimalan peran perawat CMHN, kader kesehatan, toma, toga dan unsur masyarakat yang lainnya untuk mewujudkan Kelurahan Baranangsiang Siaga Sehat Jiwa.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 4 PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN Selama menjalankan praktek residensi di wilayah kelurahan Baranangsiang Bogor Timur penulis bekerjasama dengan kader kesehatan jiwa (KKJ) RW 03 dan RW 11 selama kurang lebih 8 bulan mulai bulan September 2011 – April 2012 guna mengembangkan program CMHN dengan pendekatan Heatlh Promotion Model. Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai hasil pelaksanaan asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan asuhan keperawatan pada anak usia sekolah dengan pemberian terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga di RW 03 dan RW 11 kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur. Penulis akan mengemukakan terlebih dahulu pengkajian anak usia sekolah yang diberikan TKT anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga oleh penulis selama praktik residensi. Paparan pengkajian berupa karakteristik klien dan ibu (caregiver), factor yang mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah, respon terhadap perkembangan anak usia sekolah dan kemampuan industry anak usia sekolah dan kemampuan orang tua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah. Penulis selanjutnya akan memaparkan diagnosis keperawatan yang ditegakkan, tindakan keperawatan yang dilakukan dan hasil dari tindakan keperawatan terhadap respon perkembangan dan kemampuan industry anak usia sekolah.
4.1 Pengkajian Asuhan keperawatan yang diberikan pada anak usia sekolah dengan kesiapan peningkatan perkembangan industri dengan menggunakan pendekatan Health Promotion bagi anak usia sekolah. Asuhan keperawatan klien dengan anak usia sekolah dimulai sejak dilakukan deteksi anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang. Berikut dipaparkan hasil pengkajian yang meliputi karakteristik klien dan ibu (caregiver), factor yang mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah, respon terhadap perkembangan anak usia sekolah dan kemampuan industry anak usia sekolah dan kemampuan orang tua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah.
94
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
95
4.1.1 Karakteristik anak usia sekolah Karakteristik anak usia sekolah berdasarkan usia, jenis kelamin, urutan kelahiran dan jumlah saudara kandung, seperti yang terlihat di tabel 4.1.
Tabel 4.1 Karakteristik anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Periode September 2011 – April 2012 (n=24) No
Variabel
1
Usia Anak usia sekolah awal (06-08 tahun) Anak usia sekolah tengah (09-10 tahun) Anak usia sekolah akhir (11-12 thn) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Urutan kelahiran Anak pertama Anak tengah Anak bungsu Jumlah saudara kandung 2-3 orang 4-6 orang > 6 orang
2
3
4
Jumlah
Prosentase (%)
4
16,7
14
58,3
6
25
9 15
37,5 62,5
5 13 6
20,8 54,2 25
15 7 2
62,5 29,2 8,3
Usia anak usia sekolah terbanyak adalah anak usia sekolah tengah (0910 tahun) atau sekitar 58,3%, didominasi oleh anak usia sekolah putri sebanyak 62,5%. Anak usia sekolah yang bersekolah yaitu 100%. Sebesar 54,2% anak usia sekolah adalah anak tengah dengan jumlah saudara kandung terbanyak adalah 2-3 orang (62,5%).
4.1.2 Karakteristik ibu (caregiver) Karakteristik ibu (caregiver) anak usia sekolah berdasarkan usia, status pendidikan, dan status sosial ekonomi keluarga, seperti yang terlihat di tabel 4.2.
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
96
Tabel 4.2 Karakteristik ibu (caregiver) anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Periode September 2011 – April 2012 (n=24) No 1
2
3
Variabel Usia 25 – 40 tahun 41 – 56 tahun Tingkat Pendidikan SD SMP SMA PT Status ekonomi keluarga Ekonomi rendah Ekonomi menengah
Jumlah
Prosentase (%)
18 6
75 25
2 8 11 3
8,3 33,3 45,8 12,5
16 8
66,7 33,3
Usia ibu (caregiver) anak usia sekolah terbanyak adalah usia 25 - 40 tahun sekitar 75 %, sedangkan usia 41 – 56 tahun sebanyak 25%, dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 8,3%, SMP sebanyak 33,3%, SMA sebanyak 45,8% dan PT sebanyak 12,5%. Rata-rata ibu (caregiver) dengan status ekonomi rendah sebanyak 66,7% dan menengah sebanyak 33,3%.
4.1.3 Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah Perilaku anak usia sekolah di masa lalu meliputi factor biologi, psikologi dan sosiokultural akan mempengaruhi cara pandang anak usia sekolah akan perilaku sehat di masa yang akan datang, seperti yang terlihat di tabel 4.3.
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
97
Tabel 4.3 Faktor yang mempengaruhi perkembangan pada anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Periode September 2011 – April 2012 (n=24) No
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
1
Biologis Riwayat penyakit genetic dalam keluarga Imunisasi lengkap Pergerakan aktif Tidak pernah sakit fisik berat Tidak alergi Tidak cacat fisik Tidak terpapar racun, radioaktif Status nutrisi adekuat Rata-rata Psikologis Mampu menyelesaikan tugas sekolah/rumah Mampu bercerita dan mengungkapkan dengan baik. Mengerti mana yang benar dan salah Mampu berbagi dan peka dengan lingkungan, Pengalaman masa lalu menyenangkan Mempunyai rasa bersaing Mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar hal yang baru. Memiliki hobby tertentu Mampu bicara jujur, tidak suka menyalahkan orang lain Mampu belajar menahan diri
2
Rata-rata 3
Sosiokultural Berperan sesuai jenis kelamin Pendidikan : SD Belum mempunyai pendapatan Membantu pekerjaan rumah sederhana Memahami adat istiadat Mengerti nilai, norma agama & social Memiliki teman sebaya untk bermain Diterima sebagai bagian keluarga dan kelompok bermainnya. Rata-rata
Jumlah
Prosentase (%)
4 22 24 24 24 24 24 24
16,7 91,7 100 100 100 100 100 100
21,3
88,6
19
79,2
22
91,2
22
91,2
14
58,3
24 18 16
100 75 66,7
22 19
91,7 79,2
12 18,8
50 78,3
24 24 24 24 18 19
100 100 100 100 75 79,2
24 24
100 100
22,6
94,3
Diketahui diantara ketiga faktor tersebut, aspek sosiokultural yang paling banyak telah tercapai perilaku sehatnya (94,3%) diikuti oleh aspek biologis (88,6%) dan aspek psikologis (78,3%). Aspek biologis adalah bagaimana upaya pencapaian kesehatan anak usia sekolah di masa lalu.
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
98
Terdapat 100% anak usia sekolah mampu melakukan pergerakan aktif, tidak pernah sakit fisik berat, tidak cacat fisik, tidak terpapar racun & radioaktif dan tidak alergi serta mempunyai status nutrisi adekuat. telah diimunisasi lengkap (91,7%) dan mempunyai penyakit genetic dalam keluarga 16,7%.
Pada faktor psikologis 100% anak usia sekolah memiliki pengalaman masa lalu yang menyenangkan, 79,2 % mampu menyelesaikan tugas sekolah/rumah, 91,2% mampu bercerita dan mengungkapkan dengan baik serta mengerti mana yang salah dan benar, 58,3% mampu berbagi dan peka dengan lingkungan, 75% mempunyai rasa bersaing, 66,7% mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar hal yang baru, 91,7% memiliki hobby tertentu, 79,2% mampu bicara jujur &tidak suka menyalahkan orang lain dan 50% mampu belajar menahan diri.
Untuk aspek sosiokultural anak usia sekolah 100% mampu berperan sesuai dengan jenis kelamin, pendidikan : SD, belum mempunyai pendapatan, memiliki teman sebaya untuk bermain dan diterima sebagai bagian keluarga dan kelompok bermainnya serta membantu pekerjaan rumah sederhana. 75% memahami adat istiadat, 79,2 mengerti nilai, norma agama dan social.
4.1.4 Kemampuan orang tua anak usia sekolah dalam mencapai fase industri. Anak usia sekolah dalam perkembangannya tidak bisa terlepas dari lingkungan sosial seperti orang tua, keluarga, teman sebaya di lingkungan tempat tinggal dan sekolah. Lingkungan senantiasa memberikan
stimulus-stimulus
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan anak usia sekolah baik secara fisik, psikologis maupun psikososialnya. Apabila lingkungan sosialnya memberi kebebasan dan kesempatan luas pada anak usia sekolah untuk berkembang, maka
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
99
lingkungan membantu kelancaran mencapai fase industri. Berikut akan dijelaskan pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Kemampuan orang tua anak usia sekolah dalam mencapai fase industri di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Periode September 2011 – April 2012 (n=24) No
Kemampuan orang tua dalam mencapai fase industry anak usia sekolah
1
Biologis Imunisasi lengkap Makan makanan dengan gizi seimbang Latihan fisik/OR cukup Rata-rata Psikologis Diajari ketrampilan sederhana Diberi kesempatan bercerita, ikut perlombaan/kejuaraan Dilatih kedisiplinan terhadap tata tertib di sekolah dan rumah Diberikan fasilitas menyalurkan hobby tertentu Diberikan dukungan dan penghargaan
2
3
Rata-rata Sosiokultural Diberi kesempatan bermain dengan sebaya Diajari menanbung Diberikan tanggung jawab menyelesaikan tugas sekolah/rumah Diajari dan menerapkan nilai, adat istiadat, agama dan keyakinan Diterima sebagai bagian keluarga dan kelompok bermainnya. Rata-rata
Jumlah
Prosentase (%)
22 24 24 14,6
91,7 100 100 76,84
24 19
100 79,2
21
87,5
7 19
29,2 79,2
18
75,02
24 24
100 100
24
100
24
100
24
100
19
100
Kemampuan orang tua yang paling banyak berkontribusi terhadap pencapaian fase industry anak usia sekolah adalah faktor sosiokultural yaitu 100% anak usia sekolah telah diberi kesempatan bermain dengan teman
sebaya,
diajari
menabung,
diberikan
tanggung
jawab
menyelesaikan tugas sekolah /rumah, diajari dan menerapkan nilai, adat istiadat, agama dan keyakinan dan diterima sebagai bagian keluarga dan kelompok bermainnya. Pada faktor biologis, perilaku anak usia sekolah saat ini yang dapat mengarah pada pembentukan fase industry adalah
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
100
sebanyak 91,7% anak usia sekolah telah mendapatkan imunisasi lengkap, makan makanan dengan gizi seimbang dan latihan fisik/olah raga yang cukup sebesar 100%.
Sedangkan faktor psikologis yang dapat mengarah pada pencapaian fase industry adalah 100% anak usia sekolah mendapatkan erima perubahanperubahan fisik dirinya, 94,73% anak usia sekolah/diajari ketrampilan sederhana, diberi kesempatan untuk bercerita dan mengikuti perlombaan /kejuaraan serta diberikan dukungan dan penghargaan sebesar 79,2%. Anak dilatih kedisiplinan terhadap tata tertib di sekolah dan di rumah sebesar 87,5% dan diberikan fasilitas menyalurkan hobby tertentu sebesar 29,2%.
Setelah anak usia sekolah mendapatkan stimulus dari lingkungan sosialnya (orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat) memberikan pemahaman kepada anak usia sekolah akan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya sehingga meningkatkan kesadaran diri anak usia sekolah akan perilaku sehat. Anak usia sekolah juga menilai adanya hambatan-hambatan selama proses pengembangan dirinya seperti waktu yang tersedia, fasilitas (sarana dan prasarana) serta dana yang ada untuk mengembangkan kemampuan dirinya. Stimulus-stimulus positif ataupun negatif yang diterima oleh anak usia sekolah tergantung pada penilaian anak usia sekolah terhadap stressor tersebut, apakah akan membuat anak usia sekolah semakin terbuka pada masukan orang lain ataukah semakin tertutup atau menjauh.
4.1.5 Perkembangan anak usia sekolah Serangkaian perjalanan panjang anak usia sekolah dalam menerima stimulus di masa anak usia sekolah akan dimunculkan dalam bentuk perilaku, baik itu adaptif maupun maladaptif/perilaku menyimpang. Perilaku yang dimunculkan tersebut sesungguhnya adalah mekanisme koping anak usia sekolah untuk mempertahankan dirinya terhadap
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
101
stimulus-stimulus yang diterimanya. Berikut akan dijelaskan bagaimana perilaku anak usia sekolah dilihat dari 8 aspek perkembangan. Berikut akan dijelaskan pada tabel 4.5.
No 1
Tabel 4.5 Perkembangan anak usia sekolah di RW 03 & RW 11 di Kelurahan Baranangsiang Periode September 2011 – April 2012 (n=24) Variabel perkembangan anak usia sekolah Jumlah Prosentase (%) Aspek motorik Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melakukan kegiatan motorik di rumah
24 22 21 24 22,75
100 91,7 87,5 100 94,8
18
75
23
95,8
20 21
83,3 87,5
Rata-rata
20,5
89,9
Rata-rata
22 23 24 23
91,7 95,8 100 95,8
14
58,3
15 17 11
62,5 70,8 45,8
14,3
59,7
18 15 16 16,3
75 62,5 66,7 68,1
15
62,5
18 14 16 15,8
75 58,3 66,7 65,6
Rata-rata 2
3
4
Aspek kognitif Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masingmasing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Aspek Bahasa Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebukan nama buah atau binatang Aspek emosi Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pendapat dan keinginan Mengatasi masalah yang sedang dihadapi
Rata-rata 5
Aspek kepribadian Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Menyelesaikan tugas seorang diri
Rata-rata 6
Aspek moral Menyebutkan kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan Menepati janji Melaksanakan kewajiban Mengikuti peraturan
Rata-rata
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
102
7
Aspek spiritual Mengikuti kegiatan agama Berdo’a meminta pertolongan Membaca kitab suci
Rata-rata 8
Aspek Psikososial Menyebutkan kegiatan psikososial yang pernah dilakukan Bermain dengan teman Mengerjakan tugas kelompok Melakukan gotong-royong dan tolong-menolong Melaksanakan tanggung jawab dalam tugas kelompok Menghargai orang lain
Rata-rata
15 15 16 15,3
62,5 62,5 66,7 63,9
18 21 14 18 11 19 16,8
75 87,5 58,3 75 45,8 79,2 70,1
Kemampuan anak usia sekolah sebelum diberikan terapi paling maksimal adalah aspek bahasa yang sudah mencapai 95,8% diikuti aspek motorik yang sudah mencapai 94,8%, diikuti oleh kemampuan kognitif anak usia sekolah sebesar 89,9%, yang perlu ditingkatkan adalah kesadaran diri anak usia sekolah dalam kegiatan berfikir dan berbicara yang pernah dilakukan. Aspek psikososial sebesar 70,1%, aspek emosi sebesar 59,7% dan kepribadian sebelum terapi sebesar 68,1%. Dari aspek emosi dan kepribadian, anak usia sekolah yang sudah mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapi baru mencapai 45,8% perlu ditingkatkan untuk mencapai nilai 100%. Sedangkan aspek moral sebesar 65,6% dan spiritual sebesar 63,9%, hal ini yamg menjadi alasan mengapa perlu dilakukan penambahan
terapi
psikoedukasi
keluarga
untuk
meningkatkan
perkembangan anak usia sekolah mencapai fase industry secara optimal.
4.1.6 Kemampuan industry anak usia sekolah Sumber-sumber pendukung anak usia sekolah ada di sekitar anak usia sekolah terdiri dari kemampuan diri sendiri, keluarga, teman, guru, sumber dana / keuangan keluarga, pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan anak usia sekolah. Berikut akan dijelaskan pada tabel 4.6.
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
103
Tabel 4.6 Kemampuan industri anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 kelurahan Baranangsiang Periode September 2011 – April 2012 (n=24) No 1
2
Kemampuan indudtri anak usia sekolah Kemampuan personal Mencari informasi kepada orang tua, saudara, teman Dapat mengidentifikasi masalah Kesehatan dan energy : sehat Bergaul dengan teman sebaya Suka tantangan, kompetitif dan tidak takut kepada orang dewasa Mengerti nilai mata uang Mampu membaca dengan lancar Mengetahui hubungan sebab akibat Percaya diri Rata-rata
Jumlah
Prosentase (%)
19 11 21 18 14
79,2 45,8 87,5 75 58,3
24 19 12 14
100 79,2 50 58,3
16,9
70,4
21
87,5
16
66,7
13
54,2
12
50
13
54,2
15
62,5
12
50
19
79,2
22
92
15,9
66,3
Kemampuan Keluarga Mengenal pertumbuhan dan perkembangan anak Membantu anak memiliki teman / kelompok bermain Membantu mengidentifikasi tumbuh kembang anak usia sekolah Memotivasi anak usia sekolah untuk mengikuti kegiatan. Mengetahui harapan yang dimiliki anak Membantu anak membuat rencana untuk mewujudkan harapan Memotivasi klien untuk mengambil keputusan secara mandiri Memanfaatkan sumber informasi di sekitar anak untuk memberikan role model yang bermanfaat untuk orang lain Menggunakan pelayanan kesehatan Rata-rata
Berdasarkan tabel 4.6, hanya 11 orang dari 24 klien atau sekitar 45,8% yang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi masalah. Hasil pengkajian
terhadap
kemampuan
yang
kemampuan paling
banyak
keluarga
dapat
dimiliki
dilihat
adalah
bahwa
kemampuan
menggunakan pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 22 keluarga dari 24 keluarga (92%). Pelayanan kesehatan yang sering digunakan adalah puskesmas Bogor Timur. Kepercayaan yang positif terhadap pelayanan kesehatan dimana anak usia sekolah dan keluarga lebih percaya pada kinerja tim kesehatan dalam hal ini adalah perawat spesialis jiwa
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
104
ketimbang pengobatan tradisional atau alternatif. Hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa anak dan keluarga memiliki keyakinan untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal.
Selain kemampuan industry yang dimiliki oleh anak dan keluarga, penulis juga mengkaji aset materi dan keyakinan positif anak usia sekolah dan keluarga. Hasil yang didapatkan dari pengkajian dari aspek aset materi yang dimiliki oleh anak usia sekolah dan keluarga telah memiliki Jamkesmas sebesar 100%. Hal ini menunjukkan anak usia sekolah dan keluarga mempunyai dan mengetahui tentang jaminan kesehatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.
Kemampuan industry yang masih kurang berasal dari kemampuan anak usia sekolah sendiri dalam mengidentifikasi masalah yang baru mencapai 45,8%. Suka tantangan dan kompetitif 58,3%, anak usia sekolah telah mengetahui hubungan sebab akibat sebesar 50% dan 58,3% telah mempunyai kepercayaan diri. Kemampuan keluarga untuk memotivasi anak usia sekolah mengikuti kegiatan dan mengambil keputusan secara mandiri 50%, kemampuan mengidentifikasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan mengetahui harapan yang dimiliki anak 54,2%, kemampuan membantu anak membuat rencana untuk mewujudkan harapan 62,5%, kemampuan membantu anak memiliki teman/kelompok bermain 66,7% kemampuan memanfaatkan sumber informasi 79,2% dan kemampuan mengenal pertumbuhan dan perkembangan anak 87,5%.
Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan yang dimiliki anak usia sekolah dan keluarga sudah dapat membantu anak usia sekolah untuk mencapai fase industri. Hal ini tentu saja mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Hasil pengkajian perawat CMHN terhadap kemampuan pendukung anak usia sekolah dan keluarga akan menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
105
4.2 Diagnosa Keperawatan Untuk menegakkan diagnosa dari 24 anak usia sekolah yang ada di RW 03 dan RW 11, adalah diagnosa keperawatan sehat yaitu kesiapan peningkatan perkembangan industry anak usia sekolah.
4.3 Rencana Tindakan Penatalaksanaan pada anak usia sekolah untuk mencapai perkembangan industry meliputi pemberian tindakan keperawatan berupa terapi generalis dan spesialis. Untuk menentukan tindakan keperawatan, perawat CMHN perlu membuat tujuan keperawatan pada anak usia sekolah untuk mencapai perkembangan industry. Tujuan dari tindakan keperawatan untuk anak usia sekolah adalah agar anak mengetahui kebutuhan ciri-ciri perkembangan, penyimpangan, dan dapat melakukan stimulasi perkembangan dirinya.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk memenuhi tujuan tersebut dapat berupa tindakan keperawatan generalis dan spesialis. Tindakan keperawatan generalis yang dapat dilakukan adalah: bantu anak usia sekolah mengidentifikasi ciri-ciri perkembangan produktif dan tidak produktif anak usia sekolah, bantu anak usia sekolah mengidentifikasi ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah, bantu anak usia sekolah mengidentifikasi ciri-ciri perkembangan yang dimiliki dan bantu anak usia sekolah untuk menceritakan pengalaman dalam melaksanakan tugas perkembangan anak usia sekolah. Tindakan keperawatan spesialis yang bisa dilakukan adalah: terapi kelompok terapeutik stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah.
Tujuan dari tindakan keperawatan untuk keluarga adalah keluarga mampu mengetahui kebutuhan ciri-ciri perkembangan, penyimpangan anak usia sekolah, dan dapat melakukan stimulasi perkembangan pada anak usia sekolah di rumah. Selain itu, diharapkan keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif bagi perkembangan pada anak usia sekolah.
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
106
Tindakan keperawatan generalis yang dapat dilakukan kepada keluarga adalah: berikan edukasi tentang ciri-ciri perkembangan, penyimpangan anak usia sekolah, diskusikan cara melakukan stimulasi perkembangan pada anak usia sekolah dan masalah yang dihadapi dalam melakukan stimulasi perkembangan pada anak usia sekolah. serta berikan pendidikan kesehatan sesuai masalah yang dihadapi keluarga dalam melakukan stimulasi perkembangan pada anak usia sekolah. Terapi spesialis yang bisa dilakukan adalah psikoedukasi keluarga.
Dari 24 anak usia sekolah dapat diberikan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga. Terapi kelompok terapeutik diberikan secara kelompok dan terapi psikoedukasi keluarga diberikan secara individu untuk orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Pelaksanaan psikoedukasi keluarga dilakukan setelah TKT diberikan. Rencana tindakan dan daftar kelompok tergambar pada tabel 4.6 dan 4.7 dibawah ini :
Tabel 4.7 Daftar kelompok TKT anak usia sekolah + Psikoedukasi keluarga di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Bogor Timur Periode September 2011 – April 2012 (n = 24) No 1
Kelompok I
Jumlah 8
Posyandu Flamboyan
RW 03
2
II
8
Flamboyan
03
3
III
8
Sedap malam
11
PJ Kader Ny. Rina, Ny.Nurbanis, Ny. Yana, Ny.Yuni, Tn. Okta Ny. Eni, Nn. Sri, Ny. Hj.Nuri, Ny. Nining, Ny.Eva Ny. Yeni, Ny. Kartini, Ny. Imas, Ny. Asnawati, Ny.Ule
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
107
Tabel 4.8 Rencana Pelaksanaan TKT anak usia sekolah + Psikoedukasi keluarga di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Bogor Timur Periode September 2011 – April 2012 (n = 24) N o
1
2
3
4
5
Kelompok I II III
I II III
Terapi Kelompok Terapeutik Sesi I : penjelasan konsep stimulasi fase industri. Sesi II : Stimulasi perkembangan pada aspek motorik Sesi III : Stimulasi perkembangan kognitif dan bahasa.
Psikoedukasi Keluarga Sesi I dan II - Identifikasi masalah keluarga: dalam merawat klien dan masalah pribadi Care Giver - Perawatan klien oleh keluarga
Waktu 20 Feb 2012 22 Feb 2012 24 Feb 2012
Evaluasi sesi I dan II
27 Feb 2012 29 Feb 2012 2 Maret 2012
Sesi III dan IV -Manajemen stress oleh keluarga -Manajemen beban keluarga
5 Maret 2012 7 Maret 2012 9 Maret 2012
I II III
Sesi IV : Stimulasi perkembangan emosional dan kepribadian Sesi V : Stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual
Evaluasi sesi III dan IV
12 Maret 2012 14 Maret 2012 16 Maret 2012
I II III
Sesi VI : Stimulasi perkembangan pada aspek psikososial
Sesi V : Pemberdayaan Komunitas Membantu Keluarga.
19 Maret 2012 21 Maret 2012 23 Maret 2012
I II III
Sesi VII : Shering pengalaman
4.4 Pelaksanaan Terapi Spesialis Keperawatan Setelah anak usia sekolah dan orang tua memahami secara kognitif kebutuhan anak usia sekolah untuk dapat mencapai kemampuan industri yang optimal, orang tua dan anak berkomitmen untuk menerima dan menjalankan beberapa program terapi yang dilakukan dalam kelompok, dengan dibentuk 3 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 8 orang anak usia sekolah di posyandu Flamboyan untuk kelompok I, II dan kelompok III beranggotakan 8 anak usia sekolah di posyandu Sedap Malam.
Seluruh anak usia sekolah menerima terapi kelompok terapeutik, sebelum pelaksanaan, penulis memberikan terlebih dahulu penjelasan pada 24 anak
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
108
usia sekolah dan orang tua di dalam kelompok, kemudian diberikan format penilaian aspek-aspek perkembangan anak usia sekolah
dalam mencapai
perkembangan industri.
Tahap pelaksanaan diawali dengan kegiatan pre-test untuk mengumpulkan data perkembangan anak usia sekolah, identitas diri, karakteristik demografi, pola asuh keluarga dan hubungan sosial anak usia sekolah pada 3 kelompok. Pre-test dilakukan oleh penulis sebelum pelaksanaan terapi kelompok terapeutik didampingi oleh Kader. Kelompok I dan II didampingi oleh 10 orang kader, dan kelompok II didampingi 6 orang kader. Pelaksanaan terapi secara keseluruhan dilakukan selama kurang lebih lima minggu. Kegiatan terapi kelompok terapeutik dilakukan sesuai jadwal yang telah disepakati dan seluruhnya dilaksanakan pada siang hari setelah anak usia sekolah pulang sekolah sekitar pukul 14.00 - 15.00 WIB. TKT dilakukan sebanyak 5 pertemuan yang dilakukan dua kali setiap minggunya. Lama kegiatan ratarata berlangsung 60 menit / pertemuan. Anak usia sekolah dan orang tua pada umumnya berpartisipasi dengan baik pada kegiatan tersebut, karena dukungan kader kesehatan yang berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan TKT dan psikoedukasi. Kegiatan tersebut sebagai kegiatan belajar untuk membekali diri (orang tua) untuk kebaikan anaknya dimasa yang akan datang.
Kegiatan post-test dilakukan setelah pertemuan terakhir dari terapi kelompok terapeutik, untuk mengukur kembali sejauhmana pencapaian TKT dan psikoedukasi keluarga bagi perkembangan dan kemampuan industri anak sekolah dengan dibantu oleh kader kesehatan pada semua kelompok. Semua orang tua anak usia sekolah diberikan psikoedukasi keluarga yang diberikan secara kelompok/individu orang tua anak usia sekolah berselang satu hari atau sesuai kontrak waktu dengan keluarga, setelah pelaksanaan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah.
Pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah untuk tiap kelompok dilaksanakan selama 5 sesi, dimana setiap sesi pertemuan diberikan
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
109
sekitar 45 – 60 menit, namun pelaksanaan terkadang tidak sesuai dengan jadwal, karena tiap anak usia sekolah jam pulangnya ada
yang
berbeda/terlambat, biasanya kegiatan dilakukan setelah anak berkumpul semua.
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah dengan membantu anak usia sekolah mengidentifikasi ciri-ciri perkembangan produktif dan tidak produktif anak usia sekolah, membantu anak usia sekolah mengidentifikasi ciri-ciri perkembangan
anak
usia
sekolah,
membantu
anak
usia
sekolah
mengidentifikasi ciri-ciri perkembangan yang dimiliki dan bantu anak usia sekolah untuk menceritakan pengalaman dalam melaksanakan tugas perkembangan anak usia sekolah.
Proses pelaksanaan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah mengacu pada Modul TKT anak usia sekolah berdasarkan Workshop Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawaan FIK-UI (2011) yang telah melewati beberapa kali riset. Panduan pelaksanaan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah terdiri dari 5 sesi pertemuan, namun beberapa klien memerlukan pertemuan ulang sehingga rata-rata dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan.
Pelaksanaaan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah dilakukan sendiri oleh penulis pada 3 kelompok. Selama proses pelaksanaan terapi sebagian besar klien mampu mengikuti TKT dengan baik. Penerapan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah di tatanan komunitas lebih leluasa dan mudah dilakukan secara keseluruhan hingga pelibatan keluarga sebagai support system. Hal ini dikarenakan klien tinggal bersama dengan keluarga dan terapis langsung dapat bertemu dengan keluarga khususnya caregiver utama anak usia sekolah. Begitu juga dengan pelibatan kelompok pendukung lain di masyarakat seperti kader kesehatan jiwa sebagai social support anak usia sekolah. Kondisi yang demikian sangat membantu klien untuk meningkat status kesehatan menuju perkembangan industri yang optimal.
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
110
Kemampuan yang sudah dicapai oleh anak usia sekolah setelah diberikan TKT anak mampu menjelaskan konsep stimulasi fase industri dan kemampuan melakukan stimulasi perkembangan pada aspek motorik, aspek kognitif dan bahasa, aspek emosional dan kepribadian, aspek moral dan spiritual, aspek psikososial dan kemampuan sharing pengalaman dengan kelompok sebaya.
Penatalaksanaan tindakan keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah pada 24 keluarga dapat diselesaikan dalam rata-rata 2-3 hari. Hal ini dikarenakan keluarga yang merawat anak tinggal dalam satu rumah yang memudahkan dalam melatih psikomotor untuk stimulasi pada anak dan waktunya dapat disesuaikan dengan kegiatan keluarga, namun rata-rata keluarga ada setiap harinya di rumah terutama ibu. Tindakan keperawatan meliputi memberikan edukasi tentang ciri perkembangan anak usia sekolah, penyimpangan anak usia sekolah, mendiskusikan melakukan stimulasi perkembangan pada anak usia sekolah di rumah dan membantu manajemen stress dan beban keluarga dalam melakukan stimulasi perkembangan pada anak usia sekolah di rumah serta membantu keluarga melalui pemberdayaan masyarakat. Rata-rata keluarga dapat menyelesaikan kelima sesi yang sudah diberikan adalah 2-3 hari. Hanya ada dua keluarga yang menyelesaikan selama 4 hari dikarenakan jarang bertemu dengan perawat CMHN. Hasil akhir ratarata kemampuan keluarga meningkat untuk menjadi sumber dukungan bagi anak usia sekolah untuk mencapai fase industri yaitu keluarga memiliki kemampuan melakukan stimulasi perkembangan anak usia sekolah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang cukup efektif bagi anak.
4.5 Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi diperlukan untuk mengetahui keberhasilan dari suatu tindakan. Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan ketika proses tindakan berlangsung (evaluasi proses) dan setelah
tindakan selesai dilakukan (evaluasi hasil).
Evaluasi dilakukan baik oleh perawat CMHN. Evaluasi difokuskan pada perkembangan industry anak usia sekolah dan kemampuan anak usia sekolah dan keluarga dalam mencapai tugas perkembangan.
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
111
Evaluasi keperawatan dilakukan pada semua kelompok anak usia sekolah yang mendapatkan TKT dan psikoedukasi keluarga. Selain itu, evaluasi juga dilakukan dengan membandingkan kemampuan anak dan keluarga sebelum dan sesudah diberikan tindakan keperawatan. Outcome yang diharapkan setelah anak usia sekolah mengikuti program terapi kelompok terapeutik adalah perilaku sehat dilihat dari berbagai aspek perkembangan anak usia sekolah. 4.5.1 Terapi kelompok terapeutik+Psikoedukasi keluarga
Terapi ini diberikan pada anak usia sekolah yang berjumlah 24 orang yang didampingi oleh orang tua (ibu) , setelah dilakukan TKT selang sehari atau sesuai kontrak dengan keluarga dilakukan psikoedukasi keluarga karena tidak hanya ibu atau pengasuhnya saja yang akan memberikan stimulasi pada anak saat dirumah. Oleh karena itu potensi anggota keluarga yang lain harus diberdayakan guna meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah keluarga pada umumnya dan anak usia sekolah pada khususnya. Tabel 4.9 Efektifitas Terapi Kelompok Terapeutik dan Psikoedukasi keluarga Terhadap peningkatan perkembangan industri anak usia sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Bogor Timur Periode September 2011 – April 2012 (n = 24) No
Variabel perkembangan industri
1
Aspek motorik Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melakukan kegiatan motorik di rumah Rata-rata
Sebelum Jumlah %
Sesudah Jumlah %
24
100
24
100
22 21
91,7 87,5
24 24
100 100
24
100
24
100
22,75
94,8
24
100
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
112
2
3
4
5
6
Aspek kognitif Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
18
75
23
96
23
95,8
24
100
20 21
83,3 87,5
24 23
100 96
Rata-rata Aspek Bahasa Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebukan nama buah atau binatang Rata-rata Aspek emosi ` Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pendapat dan keinginan Mengatasi masalah yang sedang dihadapi
20,5
85,4
23,5
98
22 23 24 23
91,7 95,8 100 95,8
24 24 24 24
100 100 100 100
14
58,3
20
83
15 17
62,5 70,8
21 23
88 96
11
45,8
19
79
Rata-rata
14,3
59,7
20,8
18 15 16
75 62,5 66,7
22 22 21
92 92 88
16,3
68,1
21,7
91
15
62,5
20
83
18 14 16
75 58,3 66,7
22 18 20
92 75 83
15,8
65,6
20
83,3
15 15 16 15,3
62,5 62,5 66,7 63,9
20 20 22 20.7
83 83 92 86
18
75
22
92
21 14 18
88 58 75
24 19 22
100 79 92
11 19
46 79
16 22
67 92
16,8
70,2
20,8
87
Aspek kepribadian Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Menyelesaikan tugas seorang diri Rata-rata Aspek moral Menyebutkan kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan Menepati janji Melaksanakan kewajiban Mengikuti peraturan Rata-rata
7
8
Aspek spiritual Mengikuti kegiatan agama Berdo’a meminta pertolongan Membaca kitab suci Rata-rata Aspek Psikososial Menyebutkan kegiatan psikososial yang pernah dilakukan Bermain dengan teman Mengerjakan tugas kelompok Melakukan gotong-royong dan tolong-menolong Melaksanakan tanggung jawab dalam tugas kelompok Menghargai orang lain Rata-rata
86,5
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
113
Pada tabel 4.9 terlihat bahwa kemampuan anak usia sekolah
setelah
diberikan terapi kelompok terapeutik dengan nilai maksimal adalah aspek motorik dan bahasa sebesar 100% dan aspek kognitif sebesar
98%
sesudah diberikan terapi yang mengalami kenaikan artinya naik 5,2 poin dan 4,2 poin dan 12,6 poin, diikuti oleh aspek kepribadian sebesar 91% dari 68,1% sebelum diberikan terapi naik sebesar 22,9 poin. Kemudian aspek psikososial anak usia sekolah sebesar 87 % dari 70,2 % sebelum diberikan terapi naik 16,8 poin, selanjutnya adalah aspek emosi yang mengalami kenaikan dari 59,7% sebelum terapi menjadi 86,5% naik 26,8 poin. Untuk aspek spiritual mengalami peningkatan dari 63,9% menjadi 86% naik 22,1 poin, sedangkan untuk aspek moral yang mengalami kenaikan dari 65,6% sebelum terapi menjadi 83,3% naik 17,7 poin.
Semua kompetensi mengalami kenaikan setelah dilakukan TKT dan psikoedukasi keluarga, dengan kenaikan tertinggi pada aspek emosi sebanyak 26,8 poin sedangkan kenaikan terendah pada aspek kognitif sebesar 4,2 poin. Hal ini disebabkan poin sebelum diberikan terapi sudah cukup tinggi sehingga hanya memaksimalkan potensi/sumber daya yang dimiliki oleh anak usia sekolah.
4.5.2 Kemampuan industry anak usia sekolah setelah pemberian terapi Sumber pendukung anak usia sekolah yang ada di sekitarnya terdiri dari kemampuan diri sendiri, keluarga, teman, guru, sumber dana / keuangan keluarga, pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan anak usia sekolah setelah pemberian terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga. Berikut akan dijelaskan pada tabel 4.10
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
114
Tabel 4.10 Kemampuan industry anak usia sekolah setelah mendapat terapi di RW 03 dan RW 11 kelurahan Baranangsiang Periode September 2011 – April 2012 (n=24) No 1
Sumber Koping Kemampuan personal Mencari informasi kepada orang tua, saudara, teman Dapat mengidentifikasi masalah Kesehatan dan energy : sehat Bergaul dengan teman sebaya Suka tantangan, kompetitif dan tidak takut kepada orang dewasa Mengerti nilai mata uang Mampu membaca dengan lancar Mengetahui hubungan sebab akibat Percaya diri Rata-rata
2
Jumlah
Prosentase (%)
22 22 24 22
92 92 100 92
21
88
24 23 23 21 22,4
100 96 96 88 93,8
24 24
100 100
23
96
23
96
24
100
24
100
23
96
24
100
24
100
23,7
98,7
Kemampuan Keluarga Mengenal pertumbuhan dan perkembangan anak Membantu anak memiliki teman / kelompok bermain Membantu mengidentifikasi tumbuh kembang anak usia sekolah Memotivasi anak usia sekolah untuk mengikuti kegiatan. Mengetahui harapan yang dimiliki anak Membantu anak membuat rencana untuk mewujudkan harapan Memotivasi klien untuk mengambil keputusan secara mandiri Memanfaatkan sumber informasi di sekitar anak untuk memberikan role model yang bermanfaat untuk orang lain Menggunakan pelayanan kesehatan Rata-rata
Table 4.10 terlihat bahwa sumber koping yang berasal dari kemampuan personal anak usia sekolah sendiri dalam mengidentifikasi masalah 45,8% mengalami peningkatan setelah diberikan terapi menjadi 92%. Suka tantangan dan kompetitif 58,3% menjadi 88%, anak usia sekolah telah mengetahui hubungan sebab akibat sebesar 50% menjadi 96% dan telah mempunyai kepercayaan diri dari 58,3% menjadi 88%. Sumber koping yang merupakan kemampuan keluarga untuk memotivasi anak untuk mengikuti kegiatan dan mengambil keputusan secara mandiri 50% naik menjadi 96%, membantu
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
115
mengidentifikasi tumbuh kembang anak usia sekolah 54,2% naik menjadi 96%, kemampuan keluarga untuk mengenal pertumbuhan dan perkembangan anak, membantu anak memiliki teman / kelompok bermain, mengetahui harapan yang dimiliki anak, membantu anak membuat rencana untuk mewujudkan harapan, memanfaatkan sumber informasi di sekitar anak untuk memberikan role model yang bermanfaat untuk orang lain dan menggunakan pelayanan kesehatan naik menjadi 100%.
Kemampuan keluarga juga mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan keperawatan. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa semua kemampuan keluarga mengalami peningkatan dengan kemampuan anak usia sekolah secara signifikan dengan tingkat perkembangan yang dimiliki anak, hal ini tampak dari tingkat kemandiriannya dalam melakukan stimulasi perkembangan industry yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah.
4.6 Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga pada tiga kelompok anak usia sekolah dengan menggunakan pendekatan Model Health Promotion telah berhasil dilakukan secara tepat dan efektif, namun demikian masih
terdapat
beberapa
keterbatasan
karena
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pelaksanaan terapi tersebut, diantaranya: 4.6.1 Perawat spesialis keperawatan jiwa hendaknya dapat menjadikan terapi kelompok terapeutik sebagai dasar terapi dengan mengkombinasikan nya dengan terapi lain sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak usia sekolah. Terapi ini sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat spesialis jiwa dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa di tatanan komunitas. 4.6.2 Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah hendaknya dapat difasilitasi secara rutin dan berkesinambungan oleh perawat CMHN bekerja sama dengan pemegang program UKS di
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
116
Puskesmas Bogor Timur saat melaksanakan kegiatan kunjungan TKT anak usia sekolah di RW 03 dan 11. 4.6.3 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait efektifitas pelaksanaan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga terhadap anak usia sekolah yang beresiko tinggi mengalami penyakit fisik. 4.6.4 Perawat CMHN hendaknya dalam melaksanakan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga terhadap anak usia sekolah tetap melibatkan kader kesehatan yang ada di wilayahnya sesuai dengan pendekatan manajemen pelayanan CMHN. 4.6.5 Kader kesehatan jiwa terlibat dalam kegiatan kunjungan rumah untuk monitoring kegiatan stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah. 4.6.6 Keterlibatan aktif baik lintas program maupun sektoral bersama dengan perawat CMHN di puskesmas untuk melakukan terapi kelompok terapeutik pada kelompok usia yang berbeda dan follow up terhadap kelompok yang sudah berjalan.
Universitas Indonesia Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
BAB 5 PEMBAHASAN Pada Bab ini akan dibahas tentang adanya kesenjangan antara teori dengan hasil. Pembahasan menyangkut analisis karakteristik anak sekolah, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan
industri
anak
sekolah,
respon
terhadap
perkembangan anak usia sekolah dan kemampuan industry anak usia sekolah dan kemampuan orang tua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan analisis hasil penerapan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga.
5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan industri anak sekolah 5.1.1 Usia Usia Sekolah (6-8 tahun) berjumlah 4 orang anak (17 %), anak sekolah (9-10 tahun) berjumlah 14 orang anak (58 %) dan anak sekolah (11-12 tahun) berjumlah
6 orang (25 %) yang semuanya mendapat terapi
kelompok terapeutik anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga. Faktor usia ada hubungannya dengan tingkat kemampuan industri, dengan bertambahnya usia sekolah semakin meningkat cara berpikir anak yang menunjukkan kemampuan secara biologis maupun psikologis dapat dilihat dari perilaku yang semakin aktif melakukan pergerakan baik motorik kasar maupun halus, kreatif dalam menyelesaikan tugas sekolah/rumah, mampu mengungkapkan
dan bercerita dengan baik,
peka dengan lingkungan sekitar, mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar hal yang baru dan bersaing dengan teman sebaya, anak dapat belajar menahan diri dan mengerti mana yang baik dan salah. (Yusuf, 2009).
Sejalan dengan Kaplan & Saddock (1997) Pada masa ini anak juga belajar menguasai kemampuan untuk bekerja dan mendapatkan keterampilan dewasa.
Anak belajar bahwa mereka mampu untuk
menguasai dan menyelesaikan tugasnya. Anak yang produktif belajar
117
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
118
kenikmatan kompetisi kerja dan kebanggaan dalam melakukan sesuatu yang baik. Anak akan belajar dari lingkungan tempat tinggal dan mengadakan adopsi perilaku dan membedakan mana yang baik dan tidak, dalam hal ini orang tua, lingkungan sekolah maupun tempat tinggal memberikan kontribusi yang besar untuk perkembangan anak usia sekolah. Goleman (1998) menyatakan bahwa usia seseorang erat kaitannya dengan pengalaman dan ketrampilan yang semakin bertambah dalam menghadapi berbagai macam stressor, kemampuan memanfaatkan sumber dukungan dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah.
Semakin bertambahnya usia ibu (caregiver) semakin meningkat pula kedewasaan, menunjukkan kematangan kedewasaan secara psikologis, dilihat dari perilaku yang semakin bijaksana, mampu berfikir secara rasional, mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap orang lain (Nurjanah, 2008), yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah dalam mencapai fase industry.
5.1.2 Jenis Kelamin Anak usia sekolah yang mengikuti terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga berjumlah 24 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 11orang, sedangkan anak perempuan berjumlah 13 orang. Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi pola bermain anak sekolah
mencapai
kekuatan fisik dalam berupaya menggali potensi dirinya untuk mencapai perkembangan industri. Terdapat beberapa perbedaan antara anak usia sekolah laki-laki dan perempuan. Anak usia sekolah laki-laki mengalami perkembangan fisik lebih cepat dari anak sekolah perempuan. Biasanya tubuh anak laki-laki lebih besar namun untuk tugas ketrampilan secara praktis,
khususnya
motorik
halus,
anak
perempuan
lebih
terampil.(Patmonodewo,2003).
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi kematangan anak usia sekolah mencapai kedewasaan remaja dalam upaya menggali potensi dirinya
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
119
mencapai perkembangan industri yang positif. Dengan berkembangnya perkembangan motorik, anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Pada tahap ini penting bagi anak untuk merasa diterima di lingkungan teman sebayanya. (Santrock, 2007).
Emosi pada tingkat usia sekolah mengalami peningkatan dan beraneka ragam respon yang ditimbulkan tergantung pada kemampuan anak dalam menghadapi stressor (Ibung, 2008). Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih halus karena anak harus mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa emosi yang menyenangkan. Emosi merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk perilaku belajar.
Emosi pada tingkat usia sekolah mengalami peningkatan dan beraneka ragam respon yang ditimbulkan tergantung pada kemampuan anak dalam menghadapi stressor (Ibung, 2008). Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih halus karena anak harus mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa emosi yang menyenangkan.
Menurut Hurlock (2008) berkembangnya variasi emosi anak dipengaruhi oleh bagaimana reaksi sosial mengatasi perilaku emosi anak terutama pada saat anak menuntut dipenuhinya suatu kebutuhan dirinya. Jika ledakan emosi marah berhasil memenuhi kebutuhan anak, anak tidak hanya akan terus menggunakan perilaku tersebut untuk mencapai tujuan tetapi juga akan menambah ledakan marah untuk mencapai kembali tujuannya. Jadi, emosi pada anak sesungguhnya dapat dipelajari dan dibentuk oleh lingkungan sekitar anak tersebut.
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
120
Orang tua dan guru sebaiknya memfokuskan dirinya pada emosi anakanak mereka, yang mempengaruhi perilakunya karena emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk memfokuskan anak terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya apabila yang menyertai emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan
mengalami
hambatan,
individu
tidak
dapat
menusatkan
perhatiannya, sehingga kemungkinan besar akan mengalami kegagalan dalam belajar. (Yusuf, 2010; Cluff, 2011).
Pengelolaan emosi menjadi satu permasalahan yang sering dihadapi oleh siapapun terutama dalam situasi tertekan, sulit dan melibatkan emosi positif dan negatif. Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan individu untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi yang dialaminya. Kemampuan mengelola emosi ini khususnya yang negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam dan benci akan membuat anak
terbawa
dan
terpengaruh
secara
mendalam
sehingga
mengakibatkan tidak mampu lagi berpikir rasional (Ramadhani, 2008).
Ketika anak mengalami kemarahan, mampu menerima perasaan tersebut apa adanya dan tidak berusaha menolaknya namun berusaha untuk menyeimbangkannya secara konstruktif, maka ia mampu untuk meredakan rasa marah, kecewa tersebut sehingga tidak berlarut-larut berada dalam emosi negatif tersebut (Goleman, 2009). Seorang anak yang memiliki kecerdasan emosi tinggi pasti memiliki orang tua yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi pula. Anak belajar dan mencontoh orang tuanya sendiri dalam mengelola emosi.
Dengan kata lain, kecerdasan emosi diartikan sebagai kemampuan mengelola emosi melalui memonitor, mengenali dan memahami emosi
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
121
diri sendiri dan orang lain sehingga dapat digunakan sesuai situasi dan kondisi. Kecerdasan emosi menurut Goleman (2009) menentukan potensi anak untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan sosialnya, didasarkan pada komponen kesadaran diri, pengelolaan perasaan, motivasi, empati dan kecakapan membina hubungan dengan orang lain.
Selain ketrampilan orang tua dalam meningkatkan kemampuan mengelola emosi membutuhkan suatu sarana atau fasilitas untuk tercapainya kemampuan orang tua dalam melatih anak mengelola emosinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan ke orang tua seputar perkembangan emosi anak yaitu Psikoedukasi keluarga, terapi kelompok terapeutik (TKT) dan Terapi Kelompok Assertiveness Training (Towsend, 2009).
5.1.3 Status Pendidikan Status pendidikan anak usia sekolah yang dikelola sebanyak 24 orang (100 %) sudah bersekolah di SD. Lingkungan sekolah adalah lingkungan sosial yang jauh lebih luas daripada lingkungan sosial di rumah ataupun tempat tinggal. Lingkungan sekolah dengan cara-cara guru mengajar, sikap dan pandangannya tidak saja mempengaruhi perkembangan kognitif anak sekolah
tapi juga pekembangan fisik, bahasa dan
sosialnya, pendidikan anak usia dini dilakukan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Faktor pendidikan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, karena memiliki penalaran yang rasional dan bersikap kritis terhadap masalah yang dihadapinya, karena pendidikan sekolah
bertujuan mengembangkan tingkat
kecerdasan dan mental baik secara fisik dan rohani, serta membentuk karakter anak agar bisa mengatur perasaan emosi serta punya jiwa sosial yang tinggi, sehingga ketika mereka masuk pada tingkat pendidikan
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
122
dasar pertama, anak-anak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan lebih mandiri.
Perkembangan moral anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungan terutama dari orang tua dan lingkungan keluarga. Anak belajar untuk mengenal nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Peran orang tua sangat penting dalam mengembangkan moral anak. Pada mulanya anak mungkin tidak mengerti akan konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar-salah/baik-buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari. (Yusuf, 2010). Dalam penelitian Paterson (1992, dalam Ramadhani, 2008) juga menunjukkan bahwa peran orang tua dalam berkomunikasi positif sangat besar pengaruhnya, dimana orang tua mempunyai kemampuan dalam merespon secara cepat kebutuhan anaknya baik kebutuhan fisik, psikologis dan sosialnya.
Anak usia sekolah sudah dapat mengikuti peraturan/tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia sekolah, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah. Anak memandang atau menilai perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan hal yang salah. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua, dan guru merupakan hal yang benar atau baik.
Pada tahap industri versus inferiority pada usia sekolah memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil inisiatif dalam merencanakan dan menindaklanjuti berbagai proyek (Grace, 2010). Orangtua dan guru perlu memberikan umpan balik positif dalam membantu anak-anak merasa percaya diri dan mampu, karakteristik penting bagi kebahagiaan
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
123
dan kesuksesan masa depan. Jika orang dewasa yang berada di sekitar kehidupan anak usia sekolah tidak berusaha untuk mendukung upaya anak, kemungkinan anak akan
meragukan kemampuan dan gagal
mencapai potensi secara penuh.
Dikatakan oleh Lawrence (dalam Notoatmodjo, 2003) bahwa perubahan pada individu dilatarbelakangi oleh faktor pengetahuan, sikap dan keyakinan. Hal ini sebagai landasan bagi orang tua untuk benar-benar memahami gaya komunikasi asertif, apa manfaat jika diterapkan ke anak sejak dini. Pemahaman secara kognitif akan diikuti oleh perubahan sikap dan perilaku ibu. Notoatmojo (2003) mengatakan pendidikan formal ibu (caregiver) mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dipahami, semakin tinggi pendidikan ibu (caregiver) semakin tinggi pula kemampuan ibu (caregiver) menyerap informasi yang masuk.
Pendapat
lain
tentang
pendidikan
menurut
(Nurhalijah,
2003)
mengatakan bahwa proses berubah seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan non formal yang dapat diperoleh melalui media-media di masyarakat (televisi, majalah, koran, penyuluhan masyarakat, dll) dan juga terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga. Dengan bertambahnya pengetahuan ibu (caregiver) yang berasal dari pelatihan yang diikuti secara terus menerus, mampu membawa perubahan kemampuan ibu (caregiver) dalam menstimulasi perkembangan anak usia sekolah.
5.1.4 Urutan Kelahiran Dari 24 orang anak sekolah yang dikelola, paling banyak anak sekolah berada pada posisi anak kedua yaitu 14 orang (58 %). Sedangkan sisanya berada pada posisi pertama dan bungsu. Urutan kelahiran mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya sendiri. Dalam budaya, anak pertama dianggap sebagai pewaris keluarga, wibawa, kuasa, sedangkan
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
124
anak bungsu dianggap sebagai boneka yang menyenangkan atau justru sebagai pengganggu (Hurlock, 2004).
Pendapat yang sama dikatakan oleh Surbakti (2008) jika dikaitkan dengan budaya, orang tua terjebak diskriminasi cara memperlakukan anak sekolah sesuai urutan kelahiran. Misalnya anak pertama selalu dianggap lebih dewasa dan mendapat dukungan yang lebih banyak. Anak tengah sering dianggap kurang pendirian sedangkan anak terakhir selalu mendapat perlindungan yang berlebihan karena dianggap paling lemah.
5.1.5 Jumlah Saudara Kandung Keluarga tempat anak sekolah tinggal di RW 03 dan 11 Kelurahan Baranang Siang ini rata-rata mengikuti program Keluarga Berencana. Dari 24 orang anak sekolah , 17 orang (70, 8 %) yang memiliki 1-2 orang saudara kandung, sedangkan yang memiliki jumlah saudara > 2 orang sebanyak 7 orang (29,3 %).
Jumlah keluarga inti umumnya kecil, terdiri dari orang tua dan dua orang anak sesuai dengan program Keluarga Berencana dari pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar perhatian orang tua terhadap perkembangan anak dapat terpantau. Banyaknya anak dalam keluarga mengakibatkan berat nya beban dan tanggung jawab keluarga baik secara sosial maupun ekonomi yang selanjutnya tidak hanya berpengaruh pada kebutuhan fisik saja tapi juga psikologis berupa perhatian dan kasih sayang (Ibung, 2008). Anak di usia sekolah memiliki banyak masalah yang menuntut bantuan orang tua untuk menyelesaikannya. Namun, dengan banyaknya perhatian yang harus orang tua bagi ke anak-anak lain, orang tua tidak mampu
menangkap
dengan
baik
pertanyaan-pertanyaan
yang
disampaikan anak usia sekolah , padahal peran orang tua sebagai pendengar yang aktif yang dibutuhkan anak sekolah untuk mendapatkan jawaban yang masuk dilogikanya.
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
125
Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya baik keluarga, teman sebaya, orang dewasa lainnya sehingga bila lingkungan tersebut tidak kondusif (orang tua yang kasar, acuh tak acuh, sering memarahi anak) cenderung akan akan menghasilkan anak dengan perilaku maladjusment yang memiliki karakteristik anak bersifat minder, senang mendominasi orang lain, bersifat egois, senang mengisolasi diri, kurang memiliki tenggang rasa, kurang memperdulikan norma dalam berperilaku (Yusuf, 2010). Peran orang tua, guru dan teman sebaya sangat penting sebagai lingkungan yang berperan dalam perkembangan sosial anak, oleh sebab itu guru dan orang tua sebaiknya memberikan bimbingan dalam mengenalkan berbagi aspek kehidupan sosial, normanorma kehidupan serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menciptakan perkembangan sosial anak sekolah optimal.
5.1.6 Status Ekonomi Keluarga Anak usia sekolah
yang tinggal dengan orang tua dengan ekonomi
menengah sebanyak 18 orang dan sisanya 6 orang berada pada ekonomi rendah. Mayoritas anak usia sekolah
sehat dan tidak kurang gizi
sehingga tidak menambah pengeluaran keluarga untuk berobat. Friedman (2003) menyatakan bahwa fungsi ekonomi merupakan salah satu fungsi keluarga dalam menyediakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan mengalokasikan sumber-sumber tersebut secara efektif.
Pendapatan keluarga adalah semua penerimaan baik tunai maupun bukan tunai yang berasal dari hasil bekerja, berjualan dalam jangka waktu tertentu (Soekanto, 1983). Pendapatan yang diperoleh, dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Besarnya pendapatan akan memenuhi jumlah kebutuhan setiap anggotanya.
Dampak kondisi perekonomian, sering memicu konflik karena pendapatan tidak dapat memenuhi kebutuhan anggotanya (Hawari, 1996). Keluarga yang memiliki pekerjaaan dan pendapatan akan menjadi
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
126
sistem pendukung untuk kesehatan jiwa masing-masing anggotanya. Demikian sebaliknya jika jumlah pendapatan berkurang atau memang tidak mencukupi dalam setiap bulannya akan memunculkan stressor pada setiap anggotanya, terlihat pada gaya komunikasi orang tua ke anak yang terlihat lebih agresif atau pasif agresif (Ramadhani,2008). Berbeda pada anak usia sekolah di kelompok ini, mereka mampu melakukan kegiatan kreatif, seperti menggunakan barang-barang bekas membuat mainan dan mereka saling berinteraksi satu sama lain. Pada akhir pertemuan, anak usia sekolah saling bersalaman dan
mampu
menyebutkan satu persatu anggota kelompoknya dan menyebutkan ciri khas baik sifat, hobi, kebiasaan yang dimiliki oleh anggotanya.
5.2 Efektifitas Terapi Kelompok Terapeutik Sebelum diberikan terapi kelompok terapeutik, secara keseluruhan dari 24 orang tua dan anak sekolah , diberikan pretest mengenai tumbuh kembang anak sekolah , untuk aspek perkembangan yang paling kurang terpenuhi adalah aspek emosi dan kepribadian dengan rata-rata 63,1 % diikuti oleh aspek moral dan spiritual sebesar 64% dan aspek psikososial sebesar 70,2 %. Jika dikaitkan dengan kemampuan pada perkembangan sebelumnya, sebenarnya semua orang tua dan anak sekolah sudah menunjukkan perilaku yang baik dari aspek motorik sebesar 94,8% dan aspek kognitif dan bahasa sebesar 89,9%.
Berdasarkan hasil pengkajian awal tersebut, dapat dilihat bahwa anak usia sekolah yang kurang pada aspek emosi dan kepribadian kemungkinan nantinya akan mengalami masalah dalam mengungkapkan perasaan, menyampaikan pendapat dan keinginan serta kemampuan mengendalikan emosi dan kepribadian dengan baik dan benar. Untuk aspek moral dan spiritual yang kurang kemungkinan anak usia sekolah mengalami masalah dalam mentaati peraturan baik di rumah, lingkungan sekolah juga kelompok sebaya akan mengganggu dalam berinteraksi sehingga menghasilkan perilaku yang tidak diharapkan lingkungan
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
127
sekitar. Adapun untuk aspek psikososial yang kurang kemungkinan masalah
yang
muncul
adalah
kemampuan
berinteraksi
dengan
lingkungan teman sebaya, tanggung jawab dalam kelompok dan kemampuan
menghargai
orang
lain
kurang
sehingga
dapat
mengakibatkan minimnya kualitas interaksi sosial yang pada akhirnya menimbulkan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.
Tercapainya kemampuan anak sekolah mencapai perkembangan industri tak lepas dari pengaruh kader kesehatan jiwa (KKJ) yang memberikan motivasi, arahan dan dorongan akan pentingnya kegiatan tersebut bagi orang tua dan anak sekolah. Hubungan interpersonal yang kuat sebagai sumber koping anak usia sekolah selama menjalankan Health Promotion yang paling besar berasal dari orang tua, teman kelompok bermain dan lingkungan dalam hal ini adalah KKJ RW 03 dan 11. Pendekatan KKJ kepada pihak keluarga memberi hasil yang positif dalam pelaksanaan kegiatan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga. Disamping itu peranan guru di sekolah sangat besar dalam mengarahkan perilaku anak usia sekolah kearah yang positif dimana anak akan mudah mengadopsi dan melakukan suatu aktifitas/kegiatan berdasarkan figure yang didapatkan di sekolah melalui proses interaksi baik dengan guru maupun teman sebaya
Hambatan terbesar ketika seseorang menjalankan suatu kegiatan perilaku sehat adalah faktor sarana, prasarana, dana dan lingkungan. Untuk meningkatkan perilaku sehat, perlu mengembangkan hobi, kreatifitas yang pastinya membutuhkan dana besar. (Pender, 1996). Lain halnya dengan anak usia sekolah mengutamakan
kebersamaan
di RW 03 dan 11, orang tua lebih dalam
meningkatkan
stimulasi
perkembangan anak usia sekolah dengan melibatkan secara aktif anak usia sekolah mengikuti program-program kesehatan untuk meningkatkan kesehatannya mencapai fase industri. Hal ini dapat dilihat hasil kerja sama tersebut dengan anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
128
mampu meningkatkan kemampuan motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, psikososial, moral dan spiritual.
5.2.1 Efektifitas terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga terhadap pencapaian perkembangan industri anak usia sekolah. Kelompok orang tua dan anak usia sekolah yang diberi terapi kelompok terapeutik
dan psikoedukasi keluarga yang mencakup 8 aspek
kemampuan yang paling rendah sebelum diberikan terapi yaitu aspek emosi 59,7%, setelah lima minggu diberikan terapi meningkat menjadi 86,5% artinya naik 26,8%, sedangkan aspek spiritual masih rendah sebelum diberikan terapi yaitu 63,9%, setelah diberikan terapi meningkat menjadi 86%, naik 22,1%, aspek moral sebelum diberikan terapi yaitu 65,6%, setelah diberikan terapi meningkat menjadi 83,3%, naik 17,7%. Aspek kepribadian sebelum diberikan terapi 68,1%, setelah diberikan terapi meningkat menjadi 91% naik 22,9%. Namun demikian dengan aspek motorik, kognitif dan bahasa sudah tinggi sebelum diberikan terapi namun setelah diberikan terapi juga mengalami peningkatan sebesar 5,2 – 8,9%. Faktor pendukung tercapainya kemampuan anak usia sekolah adalah tidak terganggunya kondisi fisik anak usia sekolah, 100% anak usia sekolah dalam kondisi sehat sehingga anak mampu mengikuti dan menerima terapi dengan baik, di dukung dengan lingkungan yang kondusif baik dari orang tua, sekolah dan teman sebaya.
Untuk dapat merespon emosi orang lain dengan baik, terlebih dahulu anak mengenal dan merasakan emosi diri sendiri, memahami mengapa timbul emosi negatif dan positif. Dengan demikian anak akan mampu menghargai dirinya sendiri dalam mengambil suatu tindakan atau berespon terhadap suatu peristiwa. Pada usia anak, wajar jika seorang anak belum kenal betul dengan emosi-emosi yang dirasakannya. Anak sering kali mengungkapkan emosi mereka secara tidak langsung dan dengan cara-cara yang membingungkan orang tua. Pesan yang dimunculkan oleh anak tidak dapat ditangkap dan diartikan dengan baik
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
129
oleh orang tua sehingga menimbulkan kesalahpahaman orang tua pada anak. Akibatnya, orang tua menjadi mudah marah dan emosi dan anakpun tidak mampu mengenali emosinya sendiri.
Karena itulah,
dengan membantu anak menjadi “kaca” baginya. Ketika anak murung, orang tua membantu dengan mendeskripsikan wajah dan perasannya. Dengan demikan anak belajar mengenali bahwa apa yang ia rasakan.
Kemampuan untuk mengelola emosi erat kaitannya dengan kemampuan anak dalam menghadapi rasa marah, frustasi, sedih, kekecewaan. Kemampuan ini dapat menghindari anak terperangkap dalam suasana emosinya sendiri, dapat berpikir secara rasional dalam menghadapi masalah dan dapat mengungkapkan perasaan, pendapat secara positif. Orang tua dapat membantu untuk mengekspresikan perasaan anak. Berikan kesempatan anak untuk menangis ketika anak sedih atau kecewa, menjerit ketika anak takut, berteriak ketika anak marah. Kemampuan mengelola dan mengekspresikan perasaannya tidaklah tumbuh dengan sendirinya, membutuhkan peran serta dan bimbingan orang tua (Tridhonanto, 2002). Ciri lain dari kemampuan mengelola perasaannya menurut Suseno (2009) adalah anak mampu bersikap toleransi terhadap frustasi dan mampu mengelola amarah lebih baik, dapat mengendallikan perilaku agresif yang merusak diri sendiri dan orang lain, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki kemampuan mengatasi ketegangan dalam dirinya dan dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan.
Kemampuan yang dimiliki anak usia sekolah untuk mencapai pembentukan fase industry, anak usia sekolah harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang apa yang terjadi pada dirinya. Pengetahuan anak usia sekolah akan tumbuh kembang di usianya adalah kunci dari kesadaran diri akan perubahan – perubahan diri yang menuntutnya untuk bisa menyesuaikan diri dan memenuhi harapan lingkungan (Stuart, 2009). Pada perkembangan ini, anak usia sekolah
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
130
dituntut untuk dapat mencari sumber-sumber informasi yang dapat membantunya menjadi lebih mengerti tentang perubahan pada dirinya, sehingga dibutuhkan self awareness tentang aspek-aspek positif yang dimilikinya untuk mencapai perkembangan diri yang maksimal.
Berbagai
dukungan
bisa
didapatkan
anak
usia
sekolah
dari
lingkungannya seperti keluarga (orang tua, saudara), sekolah (guru, teman) dan lingkungan sekitar tempat tinggal. Jika lingkungan sekitar anak usia sekolah mengetahui tentang perubahan-perubahan anak usia sekolah, akan lebih mudah untuk memahami masalah-masalah pada diri anak usia sekolah. Pengetahuan yang perlu dipahami oleh lingkungan adalah bagaimana cara menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah,
bagaimana
cara
memotivasi
anak
usia
sekolah
dan
menumbuhkan rasa percaya diri dengan pujian yang realistis (Gunarsa, 2010). Fase anak usia sekolah adalah fase industri dimana anak mengembangkan kemampuan yang dimiliki karenanya keluarga dan guru dituntut untuk menjadi model peran bagi anak usia sekolah sehingga dapat menjadi sumber informasi dan sumber inspiratif bagi anak usia sekolah dengan cara menciptakan rasa nyaman dan memfasilitasi kebutuhan anak usia sekolah sehingga menjadi produktif.
Dukungan lainnya yang dapat diberikan pada anak usia sekolah dalam membentuk perkembangan yang produktif adalah material asset yang dapat mendukung kegiatan anak usia sekolah dalam mengembangkan bakat, kemampuan dirinya. Butuh biaya pendidikan yang cukup besar untuk bersekolah. Keluarga dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan anak usia sekolah dengan cara bekerja, mencari penghasilan, mencoba memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dukungan kepada anak usia sekolah bisa juga berasal dari pelayanan kesehatan yang didapatkan dalam bentuk
asuransi
kesehatam,
pelayanan
kesehatan
terdekat
di
lingkungannya seperti puskesmas, klinik pengobatan, bidan / dokter.
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
131
Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya baik keluarga, teman sebaya, orang dewasa lainnya sehingga bila lingkungan tersebut tidak kondusif (orang tua yang kasar, acuh tak acuh, sering memarahi anak) cenderung akan akan menghasilkan anak dengan perilaku maladjusment yang memiliki karakteristik anak bersifat minder, senang mendominasi orang lain, bersifat egois, senang mengisolasi diri, kurang memiliki tenggang rasa, kurang memperdulikan norma dalam berperilaku (Yusuf, 2010).
Kemampuan anak untuk membangun hubungan secara efektif dengan orang lain, mampu mempertahankan hubungan sosial tersebut dan mampu mengatasi konflik-konflik interpersonal secara efektif. Seorang anak yang mempunyai kemampuan ini akan mudah berinteraksi dengan orang lain dan senantiasa bersikap saling menghormati hak-hak orang lain. Untuk mencapai suatu tujuan yang baik sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak (orang tua dan anak misalnya) dalam memecahkan masalah, membutuhkan ketrampilan berbicara tegas dalam komunikasi, memberi kesempatan orang lain untuk mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan secara bersama-sama dan menjalankannya bersama-sama pula. Beberapa ciri lain menurut Gottman (2008) adalah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menganalisis hubungan dengan orang lain, memiliki sifat bersahabat dengan teman sebaya, memiliki sikap tenggang rasa dan perhatian terhadap orang lain, senang menolong orang lain dan bersikap demokratis dalam bergaul dengan orang lain.
Dalam penelitian Paterson (1992, dalam Ramadhani, 2008) juga menunjukkan bahwa peran orang tua dalam berkomunikasi positif sangat besar pengaruhnya, dimana orang tua mempunyai kemampuan dalam merespon secara cepat kebutuhan anaknya baik kebutuhan fisik, psikologis dan sosialnya. Peran orang tua, guru dan teman sebaya sangat penting sebagai lingkungan yang berperan dalam perkembangan sosial
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
132
anak, oleh sebab itu guru dan orang tua sebaiknya memberikan bimbingan dalam mengenalkan berbagi aspek kehidupan sosial, normanorma kehidupan serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menciptakan perkembangan sosial anak sekolah optimal.
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pelaksanaan terapi pada usia anak sekolah dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut: 6.1 Simpulan 6.1.1 Usia usia anak sekolah terbanyak adalah usia anak sekolah tengah (9-10 tahun) sekitar 58,3%, didominasi oleh usia anak sekolah putri, 62,5%. Sebanyak 54,2% usia anak sekolah adalah anak tengah dengan jumlah saudara kandung terbanyak berjumlah 2-3 orang (62,5%). 66,7% usia anak sekolah berada pada keluarga dengan status ekonomi yang rendah. 6.1.2 Terapi kelompok terapeutik diberikan secara berkelompok dan terapi psikoedukasi keluarga diberikan secara individu pada semua keluarga anak usia sekolah. Selain diberikan terapi kelompok terapeutik, ternyata psikoedukasi keluarga efektif diberikan secara individu, terlihat dari pencapaian semua aspek yang dapat mempengaruhi perkembangan industri anak usia sekolah mengalami peningkatan yaitu kemampuan anak usia sekolah setelah diberikan terapi kelompok terapeutik dengan nilai maksimal adalah aspek motorik dan bahasa sebesar 100% dan aspek kognitif sebesar 98% sesudah diberikan terapi, diikuti oleh aspek kepribadian sebesar 91% dari 68,1% sebelum diberikan terapi naik sebesar 22,9 poin. Kemudian aspek psikososial anak usia sekolah sebesar 87 % dari 70,2 % sebelum diberikan terapi naik 16,8 poin, selanjutnya adalah aspek emosi yang mengalami kenaikan dari 59,7% sebelum terapi menjadi 86,5% naik 26,8 poin. Untuk aspek spiritual mengalami peningkatan dari 63,9% menjadi 86% naik 22,1 poin, sedangkan untuk aspek moral yang mengalami kenaikan dari 65,6% sebelum terapi menjadi 83,3% naik 17,7 poin. 6.1.3 Semua kompetensi mengalami kenaikan setelah dilakukan TKT dan psikoedukasi keluarga, dengan kenaikan tertinggi pada aspek emosi sebanyak 26,8 poin sedangkan kenaikan terendah pada aspek kognitif sebesar 4,2 poin. Hal ini disebabkan poin sebelum diberikan terapi sudah
133
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
134
cukup tinggi sehingga hanya memaksimalkan potensi/sumber daya yang dimiliki oleh anak usia sekolah.Untuk aspek motorik, kognitif
dan
bahasa peningkatannya dibawah 10% hal ini disebabkan karena anak usia
sekolah
sudah
mampu
melakukan
aktifitas
yang
dapat
meningkatkan kemampuan aspek motorik dan anak dalam keadaan fisik yang baik. 6.1.4 Kemampuan kognitif dan bahasa anak usia sekolah sebelumnya sudah memiliki kemampuan yang baik dimana anak mampu menyebutkan kegiatan berfikir, jenis benda dan fungsinya. Anak usia sekolah telah mampu mengetahui dan mengkoordinasikan pandangannya sendiri dengan pandangan orang lain bahwa pandangannya merupakan salah satu pandangan dari sekian banyak pandangan orang (Syah, 2010). Anak berusaha
untuk
tampil
lebih
baik
dari
teman-temannya
agar
mendapatkan perhatian dari orang tua, guru dan teman dengan belajar lebih giat lagi. Kemampuan kognitif pada anak usia sekolah sudah cukup menjadi dasar untuk diberikannya berbagai macam kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis dan berhitung, juga diberikan pengetahuan tentang manusia, hewan, dan lingkungan alam sekitar. Untuk mengembangkan daya nalarnya, anak dilatih mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya dalam berbagai hal, baik yang dialami maupun peristiwa yang terjadi dilingkungannya. 6.1.5 Anak usia sekolah merupakan masa berkembangnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (Yusuf, 2010). Pada awal sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11 – 12 tahun) telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata. Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca, atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis tentang perjalanan/petualangan, riwayat para pahlawan. Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Proses belajar, anak yang telah matang untuk berbicara kemudian
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
135
mempelajari bahasa orang lain dengan mengimitasi atau meniru ucapan kata-kata yang didengarnya. Jika proses tersebut berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, maka pada saat anak memasuki usia sekolah dasar, anak dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, dapat membuat kalimat majemuk, menyusun dan mengajukan pertanyaan. 6.1.6 Kemampuan bahasa anak dipengaruhi oleh umur, kondisi fisik, kesehatan, intelegensi, bahasa pertama, status sosial ekonomi keluarga, hubungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat. Kesulitan anak dalam merangkai kata-kata dan menyampaikan pesan kepada teman atau orang dewasa menghalangi usahanya untuk berkomunikasi. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa kecewa dan mempengaruhi emosional anak.
6.2 Saran 6.2.1 Kementrian Kesehatan a. Ditetapkannya kebijakan oleh Kementrian Kesehatan RI di bidang pelayanan
kesehatan jiwa masyarakat sebagai salah satu upaya
menyehatkan jiwa generasi penerus bangsa dimulai dari kesehatan jiwa keluarga. Melalui pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa, melatih kemampuan perawat puskesmas dalam melakukan stimulasi anak usia sekolah mengingat masa anak sekolah merupakan fase industri yang menjadi kelanjutan perkembangan berikutnya. b. Kementrian Kesehatan RI menetapkan suatu kebijakan untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan pada kelompok sehat yang berbasis komunitas sesuai dengan issue kesehatan jiwa di dunia yaitu pemberdayaan masyarakat khususnya pada generasi penerus bangsa.
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
136
6.2.2 Dinas Kesehatan Kota Bogor a. Bekerja sama dengan mahasiswa Spesialis keperawatan jiwa dalam melatih
perawat
puskesmas
sebagai
perawat
CMHN
yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan jiwa di wilayah kerja masing-masing. b. Memfasilitasi jalannya program Community Mental Health Nursing dengan instansi lain seperti Dinas Pendidikan dan Puskesmas. c. Mengembangkan program CMHN di wilayah lain seperti Bogor Utara, Bogor Selatan dan Tanah Sereal. d. Memfasilitasi
pelaksanaan
penelitian
oleh
mahasiswa
S-2
Keperawatan Jiwa terhadap terapi-terapi spesialis keperawatan jiwa di area komunitas.
6.2.3 Puskesmas Bogor Timur a. Perawat CMHN tidak harus melakukan terapi spesialis terapi kelompok terapeutik tapi hanya memonitor perkembangan perilaku dari anak usia sekolah yang telah dilatih. b. Memberikan informasi dasar kepada kader kesehatan jiwa (KKJ) tentang tanda-tanda perilaku menyimpang pada anak usia sekolah sehingga dapat menginformasikannya kepada perawat CMHN di Puskesmas Bogor Timur dan bisa ditindaklanjuti. c. Perawat CMHN melakukan kerja sama antar program khususnya dengan pemegang program UKS perilaku
anak
perkembangan
sekolah dan
guna mendeteksi perilaku-
yang
atau
mengalami
mengalami
kemunduran
masalah
pada
perkembangannya, sehingga dapat menindaklanjuti ke perawat spesialis jiwa.
6.2.4 Program Spesialis Keperawatan Jiwa a. Pihak
pendidikan
mengembangkan
terapi
tinggi
keperawatan
kelompok
terapeutik
hendaknya yang
telah
dipadukan dengan terapi lain sesuai dengan kondisi anak sekolah
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
137
pada khususnya dan pada berbagai kelompok usia, menjadi salah satu kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa atau lulusan perawat yang melakukan praktek di komunitas. b. Hasil temuan pada Karya Ilmiah Akhir ini hendaknya digunakan sebagai evidence based dalam mengembangkan terapi kelompok terapeutik pada berbagai kelompok usia khususnya anak usia sekolah sehingga menjadi modalitas terapi keperawatan jiwa yang efektif dalam mencegah timbulnya masalah kesehatan jiwa dan meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat. c. Menjadikan hasil penerapan terapi sebagai dasar bagi penulis untuk ikut ambil bagian dalam mengembangkan program CMHN di wilayah lain yang dijadikan lahan praktek bagi mahasiswa S1 Keperawatan. d. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah melalui kegiatan UKS yang ada di sekolah untuk melakukan stimulasi perkembangan anak usia sekolah dan monitoring perkembangannya sehingga memudahkan dalam deteksi dini penyimpangan
perkembangan
anak
usia
sekolah
dan
melaksanakan rujukan untuk meminimalkan dampak yang kurang positif. e. Melibatkan secara aktif guru sekolah dan siswa untuk memantau perkembangan anak usia sekolah melalui berbagai aktifitas yang mendukung perkembangan yang optimal bagi anak usia sekolah.
6.2.5 Riset Keperawatan a. Perlunya pembuktian secara riset tentang pengaruh terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga dengan indikasi kurangnya
kemampuan
perkembangan kepribadian,
aspek moral,
keluarga
motorik, spiritual
dalam
kognitif, dan
menstimulasi bahasa,
psikososial
emosi, terhadap
pencapaian perkembangan industri anak.
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
138
b. Perlunya pembuktian melalui riset tentang pengaruh terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga pada anak usia sekolah yang telah tercapai 8 aspek kemampuan anak sekolah terhadap pencapaian perkembangan industri anak dengan menggunakan Health Promotion Models. c. Perlu dilakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan industri anak usia sekolah, salah satunya adalah faktor geografi, budaya, kebiasaan masyarakat setempat untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan berpengaruh terhadap perkembangan industri anak.
Universitas Indonesia
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA Arikunto.S (2009). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik. Edisi revisi VII. Jakarta : Rineka Cipta. Bower,M & Trowell,J.(1996). The emotional needs of young children and their families.1th edition. New York : Routledge. Boyd, M.A., & Nihart, M.A. (1998). Psychiatric nursing contemporary practice. Philadelphia: Lippincott. Burke,R & Herron,R. (2004). 18 kiat membesarkan anak dengan memanfaatkan kecerdasan emosional. Edisi 1. Jakarta : PT Interaksa Karisma. Brooker, C & Repper, J. (2001). Serious mental health problems in the community. Edisi 2. Edinburgh : Harcourt Publishers. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2001) Pola Mengasuh Anak Sejak Umur 3 Tahun Sampai 6 Tahun, Jakarta : Dep Kes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2003).Buku pedoman kesehatan jiwa. Jakarta : Depkes Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008).Riset Kesehatan Dasar 2007. http://www.litbang.depkes.go.id/Laporan RKD/IndonesiaNasional.pdf, diperoleh tanggal 27 Mei 21012 Dinas Kesehatan Kota Bogor. (2010).Profil Puskesmas Bogor Timur. Bogor Einon Dorothy, (2004), Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun, Jakarta : Penerbit Erlangga. Faber,A & Mazlish,E.(2009). Berbicara agar anak mau mendengar dan mendengar anak agar mau bicara. Edisi 2. Jakarta : IKAPI. Frank & Hobbs,P. (1992). Experiental training practical guidelines. Edisi 1. Tavistock: London & New York. Fortinash, K.M. & Holoday, P.A. (2004). Psychiatric mental health nursing. Third edition, St. Louis Missouri: Mosby – Year Book Inc. Friedman, Marilyn M (2010) Buku Ajar keperawatan keluarga : riset, teori dan praktik ; alih bahasa Achiryani S.Hamid et all. Jakarta : EGC Friedman. (2003) Family of Nursing : Theory and practice. Cnecticut: Appleton & Lange.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Gillies, D.A.(1994). Nursing Management : A System Approach. (3rd Edition) Philadelphia : W.B. Saunders Company. Gomma,A.B.(2006). Mendidik mentalitas anak, panduan orang tua menumbuhkan mentalitas luar biasa pada anak-anaknya. Edisi 1. Sukoharjo : Samudera. Gordon Thomas.(2009). Menjadi orang tua efektif mendidik anak agar bertanggung jawab. Edisi 13. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Gottman J & DeClaire J.(2008). Mengembangkan kecerdasan emosional anak. Edisi1. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Gunarsa. (2008). Psikologi praktis : Anak, remaja dan keluarga. Edisi 8. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia. Hamid, A.Y. (2009). Bunga Rampai. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: EGC. Hartono,A.(2009). Emotional quality parenting cara praktis menjadi orang tua pelatih emosi.edisi 1. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Hasan Maimunah, (2001), Membangun Kreativitas Anak Secara Islami, Yogyakarta : PT Bintang Cemerlang. Hasan,I.(2004). Analisis data penelitian dengan statistik. Edisi 2. Jakarta : PT Bumi Aksara. Hawadi, Akbar Reni, (2001), Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hawari,D.(1996). Ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jogjakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa. Hidayat,A.A.(2005).Pengantar Medika.Jakarta
Ilmu
Keperawatan
Anak
1.Salemba
Hurlock, E.(2008). Perkembangan anak jilid 1. Edisi 6. Jakarta : Erlangga. Hitchcock, J.E., Schubert,PE.,and Thomas, S.A.(1999).Community Health Nursing : Caring in action. USA: Delmar Publishers. Ibung D,S.(2008). Panduan praktis bagi orang tua dalam memahami dan mendampingi anak usia 6-12 tahun. Edisi 1. Jakarta:Flex Media Komapatindo
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
Kaplan, H.L., & Saddock, B. J. (1996). Comprensive text book of psychiatry Vol. 1. 6th ed. Baltimore : Williams & Wilkins. Kekhususan Keperawatan Jiwa FIK UI. (2009). Draft terapi spesialis keperawatn jiwa yang telah diriset. Jakarta: FIK UI. Tidak dipublikasikan. Keliat dan Akemat (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta: EGC. Keliat.B.A, Panjaitan.R.U, Riasmini,M. (2010).Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa Siaga (Intermediate Course).Jakarta:EGC Keliat.B.A, Helena.N, Farida.P. (2011) Manajemen keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa (Intermediate Course). Jakarta:EGC
Kneisl, C.R. dkk.(2004). Contemporary Psychiatric Mental Health Nursing. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Kumpulan makalah. Seminar Nasional Masalah Emosional Pada Anak dan Remaja.(2010).Asosiasi Kesehatan Jiwa dan Anak dan Remaja Indonesia.Jakarta Lazarus,R.S and Folkman,S. (1971). Stress, appraisal and coping. Edisi 1. Springer-Verlag : New York. Mahfuzh,J.M.(2009). Psikologi Kautsar.Jakarta
Anak
dan
Remaja
Muslim.Pustaka
Al-
Mubayidh Makmun.(2007). Kecerdasan dan kesehatan emosional anak. Edisi 2. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar. Nakita, (2005) Salah Asuh Anak Rapuh, Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama. NANDA (2012). Nursing diagnoses : definitions & classification, Philadelphia : AR Notoatmojo,S.(2003).Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Novianti, E (2010) Pengaruh terapi kelompok Assertiveness Training terhadap kemampuan komunikasi ibu dalam mengelola emosi anak usia sekolah (712 tahun) di Kelurahan Balumbang Jaya Kota Bogor tahun 2010. Tidak di publikasikan. Nurjanah.(2008). Mengembangkan kecerdasan emosi pada anak. Gifted Review jurnal keberbakatan dan kreatifitas, 02(01), 13-19.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
Nurhalijah, dkk.(1989). Peran orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Jakarta : BPK Gunung Mulia Olivia,F. (2002). Mendampingi anak belajar. Bebaskan anak dari stress dan depresi belajar. Jakarta : Media Komputindo. Pender, Nola.(1996). Health Promotion in Nursing Practice. Edisi 3. Appleton & Lange : Michigan. Paterson,G.Reid,J.and Dishion,T.(1992). Antisocial boys. (1th Ed). Castalia: Eugene,OR. Potter, P.A. & Perry,A.G. (2005). Fundamental of nursing : concept, process, and practice, Philadelphia : Mosby Years Book Inc. Ramadhani,S.(2008). The art of positive communicating, mengasah potensi dan kepribadian positif pada anak melalui komunikasi positif. Edisi 1. Yogyakarta: Book Marks. Rosa,S.(2005). Psikologi perkembangan. Edisi 1. Jakarta : Balai pustaka. Soetjiningsih, (1995), Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : Penerbit EGC. Santrock, J.W. (2007). Adolescence chapter 1. 11th Ed. Dalas : McGraw-Hill Companies Inc. Santrock, J.W. (2007). Adolescence chapter 2. 11th Ed. Dalas : McGraw-Hill Companies Inc. Stuart,G.W & Laraia, M.T (2005). Principles and Practice of psychiatric nursing. (8th edition). St Louis: Mosby Stuart,G.W (2009). Principles and Practice of psychiatric nursing. St Louis: Mosby Townsend&Mary (2009). Psychiatric Mental Health Nursing. (6th Ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company Tomay & Alligood (2006) Nursing Theory : utilization & application. St.Louis Missouri : Mosby Inc. Turkington, D & Kingdon, G.(2002). The case study guide to cognitive behaviour therapy of psychosis , England : john wiley & sons, ltd Wong, D.L, et all (2009) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta World Health Organization. (2002) The Millennium Development Goals for Health: A Review of The Indicators. Jakarta : Depkes RI.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
Willis,L & Daisley,J.(1995). The assertiveness trainer,A practical handbook on assertiveness for trainer and running assertiveness course. 3th edition. USA : Mc.Grow Hill Book Comapany. WHO (2003) Adolescence Mental Health Promotion. New Delhi : South East Asia Regional Office of the World Health Organization Yosep,I. (2007). Keperawatan jiwa. Cetakan pertama. Bandung: PT Refika Aditama. Yusuf, S (2009) Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Yusuf,S.LN & Nurihsan,A.J. (2008). Teori kepribadian. Edisi 2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Zhuo,G.(2008). How to make parenting and communication with your teenagers. Edisi 1. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
MODUL TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH
Tim Penyusun : Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp., M. App. Sc. Ns. Walter, M. Kep., Sp.Kep.J. Ns. Muhammad Sunarto, M.Kep. Ns. Dian Istiana, M.Kep.
Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
2
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
3
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNYA sehingga “Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah” ini bisa diselesaikan. Modul ini merupakan hasil dari pengembangan dari modul terdahulu yang telah dikembangkan pada tahun 2010 kemudian direvisi dan ditambahkan dengan pelaksanaan terapi kelompok terapeutik dengan melibatkan orang tua dan guru sebagai pendamping anak. Modul ini juga dilengkapi dengan buku kerja anak, buku evaluasi anak, buku kerja orang tua dan guru serta buku evaluasi orang tua dan guru. Buku-buku tersebut merupakan satu kesatuan dengan modul yang digunakan dalam melaksanakan terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah dengan melibatkan orang tua dan guru. Modul ini masih akan terus dikembangkan untuk disempurnakan dalam upaya pelaksanaan terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah dalam meningkatkan kemampuan stimulasi perkembangan industri anak, sehingga diharapkan masukan dan saran-saran dalam pengembangan selanjutnya. Semoga penyusunan modul ini memberikan manfaat bagi pengembangan dan pelaksanaan keperawatan jiwa di sekolah dan di masyarakat utamanya dalam pelaksanaan CMHN. Depok,
April 2011
Tim Penyusun
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
4
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................ 3 Daftar Isi ..................................................................................... 4
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................... 7 1.2 Tujuan .................................................................. 11 BAB 2 : PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK PADA ANAK USIA SEKOLAH 2.1 Pengertian ........................................................... 14 2.2 Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik .................... 15 2.3 Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik .................... 15 2.4 Karakteristik Terapi Kelompok Terapeutik ........... 16 2.5 Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik ......... 16 2.6 Keanggotaan ........................................................ 17 2.7 Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik . 17 2.8 Tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik 18 2.9 Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik ........... 18 BAB 3 : IMPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK PADA ANAK 3.1 SESI 1 : Penjelasan Konsep Stimulasi Industri Anak .................................................................... 24 3.2 SESI II : Stimulasi anak untuk merangsang aspek motorik ................................................................ 31
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
5
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.3 SESI III : Stimulasi Industri Anak untuk merangsang aspek kognitif dan bahasa .................................... 43 3.4 SESI IV : Stimulasi Industri Anak untuk merangsang aspek emosi dan kepribadian .............................. 54 3.5 SESI V : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek Moral dan Spiritual .................................... 66 3.6 SESI VI : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek Psikososial ................................................. 78 3.7 SESI VII : Sharing Persepsi tentang Stimulasi Anak yang telah dilakukan ............................................ 89 BAB 4 : IMPLEMENTASI PENGAMATAN DAN PENDAMPINGAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH PADA ORANG TUA DAN GURU 4.1 SESI 1 : Penjelasan Konsep Stimulasi Industri Anak .................................................................... 95 4.2 SESI II : Stimulasi anak untuk merangsang aspek motorik ............................................................... 103 4.3 SESI III : Stimulasi Industri Anak untuk merangsang aspek kognitif dan bahasa ................................... 109 4.4 SESI IV : Stimulasi Industri Anak untuk merangsang aspek emosi dan kepribadian ............................. 116 4.5 SESI V : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek Moral dan Spiritual ................................... 122 4.6 SESI VI : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek Psikososial ................................................ 129 4.7 SESI VII : Sharing Persepsi tentang Stimulasi Anak yang telah dilakukan ........................................... 135 Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
6
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
BAB 5 : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ........................................................ 141 5.2 Saran ................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
7
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar keadaan tanpa penyakit. Orang yang memiliki kesejahteraan emosional, fisik dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehari-hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri mereka sendiri.
Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Orang yang sehat jiwa dapat mempercayai orang lain dan senang menjadi bagian dari suatu kelompok (Depkes, 2003).
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
8
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Pembangunan
kesehatan
sebagai
bagian
dari
upaya
membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai usia remaja dalam kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya (Depkes, 2007)
Meningkatkan potensi yang dimiliki oleh anak, keluarga berpera penting sebagai pendidik pertama dan utama bagi anakanaknya. Sehingga setiap orang tua perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya. Keberhasilan setiap tahap perkembangan menjadi pondasi bagi tahap perkembangan selanjutnya. Baik buruknya pengalaman di masa kanak-kanak akan menentukan sikap mental anak tersebut setelah ia menjadi dewasa, karena itu keluarga perlu memperhatikan tingkah laku dan sikap mental ataupun kebiasaannya, agar dapat dihindarkan hal-hal yang tidak diinginkan. Memenuhi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, selain dari peran serta orang tua, peran serta anak sudah sangat besar, dimana anak dalam usia ini lebih mendengar perkataan teman sebaya dari pada orang tua, dan anak pada tahap usia ini ingin menonjolkan keberhasilannya dalam kelompok usia sebayanya. Untuk itu Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
9
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
diharapkan juga peran serta dan pengetahuan orang tua (orang tua kandung ataupun orang tua asuh) dalam memenuhi tugas perkembangan anak usia sekolah, walaupun hanya sebagai pendamping atau pengawas karena yang berperan utama adalah anak itu sendiri.
Perkembangan anak usia sekolah dipengaruhi beberapa faktor yang satu sama lain saling mempengaruhi, antara lain : stimulasi yang diterima anak sejak dalam kandungan, kematangan anak pada saat menerima stimulasi, sifat-sifat bawaan dari anak, sikap orang tua terhadap anak dan faktor lingkungan, baik lingkungan dimana anak tinggal, lingkungan sekolah, juga teman sebaya merupakan faktor yang berpengaruh dalam memenuhi perkembangan anak.
Stimulasi merupakan rangsangan yang diberikan kepada anak oleh lingkungan, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.
Stimulasi
dapat
diberikan
setiap
ada
kesempatan, untuk memberikan stimulasi pada anak usia sekolah, dapat diberikan lewat permainan, dimana dalam permainan itu terkandung aspek-aspek yang harus di miliki oleh anak anak usia sekolah (Feist & Feist, 2008).
Keperawatan memegang
sebagai peranan
bagian penting
dari dalam
pelayanan upaya
kesehatan peningkatan
perkembangan anak sesuai tugas perkembangan. Berbagai pelayanan kesehatan bisa diberikan oleh perawat baik bersifat Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
10
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
umum maupun pelayanan spesialis yang diberikan oleh perawat spesialis jiwa, untuk membantu meningkatkan perkembangan anak. Pelayanan pun mulai diarahkan bukan hanya pada setting rumah
sakit
dan
pelayanan
kesehatan
di
masyarakat
(Puskesmas) yang lebih berorientasi pada upaya kuratif tetapi pada semua tataran pelayanan terutama pada setting komunitas yang lebih berorientasi pada upaya promotif dan preventif. Pada setting komunitas, perawat memberikan pelayanan bukan hanya di Puskesmas tetapi juga pada institusi seperti pada tempat pelayanan panti sosial, sekolah atau bahkan di tempat-tempat penitipan anak-anak yang ada di komunitas. Pelayanan kesehatan bersifat umum yang diberikan berupa pendidikan
kesehatan
mengenai
pertumbuhan
dan
perkembangan anak dan deteksi dini tumbuh kembang anak.
Pelayanan spesialis yang bisa diberikan perawat spesialis jiwa kepada anggota keluarga berupa terapi keluarga, terapi kelompok seperti edukasi kelompok, psikoedukasi kelompok, terapi supportif, kelompok swa bantu, dan terapi kelompok terapeutik. (Stuart & Laraia, 2005). Sedangkan untuk anak, berbagai terapi juga bisa diberikan sesuai dengan tahap perkembangan anak, seperti terapi aktivitas kelompok, terapi bermain, terapi kelompok sebaya (peer therapy), psikoedukasi kelompok (Johnson, 1995).
Berbagai terapi yang telah disebutkan bisa diberikan untuk membantu
individu,
keluarga,
maupun
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
kelompok
yang
11
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
mempunyai masalah psikologis terkait masalah pertumbuhan dan perkembangan anak sedangkan terapi kelompok terapeutik diberikan sebagai upaya peningkatan pertumbuhan dan perkembangan dalam setiap tahap perkembangan manusia (Townsend, 2009).
Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) merupakan terapi yang dilakukan pada kelompok sehat yang meliputi semua kelompok usia, yakni; bayi, toddler, anak pra sekolah, anak sekolah, remaja, dewasa muda, dewasa tengah, dewasa akhir dan lanjut usia. Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik pada kelompok usia memiliki tujuan memberikan stimulasi perkembangan sesuai
dengan
kelompok
usia
masing-masing
untuk
memaksimalkan perkembangan kelompok usia tersebut.
Hasil dari Terapi kelompok terapeutik anak sekolah yang telah dilakukan pada anak sekolah, orang tua, dan guru menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik berpengaruh terhadap kemampuan pengetahuan anak usia sekolah tentang stimulasi perkembangan dan berpengaruh secara bermakna pada kelompok yang dilakukan terapi pada anak, orang tua dan guru sedangkan yang tidak dilakukan terapi kelompok terapeutik tidak berpengaruh terhadap kemampuan pengetahuan anak, begitupun juga pada kemampuan psikomotor anak usia sekolah tentang stimulasi perkembangan dan berpengaruh secara bermakna pada kelompok yang dilakukan terapi pada anak, orang tua dan guru sedangkan yang tidak dilakukan terapi Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
12
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
kelompok terapeutik tidak berpengaruh terhadap kemampuan psikomotor anak dan perkembangan industri anak usia sekolah dan berpengaruh secara bermakna pada kelompok yang dilakukan terapi pada anak, orang tua dan guru sedangkan yang tidak dilakukan terapi kelompok terapeutik tidak berpengaruh terhadap perkembangan industri anak.
Modul terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan anak dengan bantuan dan bimbingan serta dukungan dari orang tua di rumah dan guru di sekolah sehingga mencapai perkembangan anak usia sekolah sesuai dengan tugas perkembangan anak tersebut.
1.2 Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) dilakukan oleh perawat spesialis jiwa kepada kelompok anak usia sekolah agar anak mengetahui kebutuhan ciri-ciri perkembangan, penyimpangan, dan dapat melakukan stimulasi perkembangan dirinya.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
13
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
BAB 2 PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK PADA ANAK USIA SEKOLAH
Terapi Kelompok Terapeutik merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat dilakukan pada berbagai situasi dan kondisi diantaranya pada keluarga dengan anak usia bayi, keluarga dengan anak usia kanak-kanak, sampai pada individu dewasa, namun pada kesempatan ini akan dibahas khusus pada anak usia sekolah. Berikut ini akan disampaikan konsep terapi kelompok terapeutik.
2.1 Pengertian Pengertian kelompok dalam terapi kelompok terapeutik adalah individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2005). Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stres. Kelompok terapeutik lebih berfokus pada hubungan
didalam
kelompok,
interaksi
antara
anggota
kelompok dan mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2009).
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
14
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
2.2 Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik Kelompok terapeutik bertujuan untuk menurunkan rasa terisolasi,
meningkatkan
penyesuaian
kembali
dan
juga
hubungan bagi komunitas yang bermasalah serta meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (Gardner and Laselle, 1997 dalam Shives 1998). Terapi kelompok terapeutik bertujuan untuk menawarkan dukungan kepada pasien dari seseorang terapis
selama
sementara,
periode
memulihkan
kekacauan, dan
atau
memperkuat
dekompensasi pertahanan
sementara serta mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu (Kaplan dkk 1996).
Terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah bertujuan untuk membantu anak mengatasi permasalahannya yang diselesaikan bersama dalam kelompok dan sharing pengalaman dalam memenuhi tugas perkembangan anak, sehingga anak mampu melampaui tahap-tahap perkembangan anak usia sekolah, dimana anak dalam hal ini mampu berjuang secara produktif untuk mencapai kompetensi baik individu maupun dalam kelompok.
2.3 Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik Menurut Rockland (1989, dalam Trihadi, 2009), prinsip terapi kelompok terapeutik harus memperhatikan prinsip-prinsip : dengan segera menolong klien, melibatkan dukungan keluarga dan sistem sosial, berfokus pada kondisi sekarang, menurunkan stress dengan cara memberikan dukungan, menggunakan tehnik Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
15
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
klarifikasi dan pemecahan masalah, membantu pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang akan datang dan secepatnya mencari pertolongan bila mengalami masalah.
Stimulasi yang dilakukan secara dini pada anak dengan kelompok umur sesuai dengan perkembangannya menjadi sangat penting, karena anak yang mendapat stimulasi yang sesuai dengan kelompok usianya akan menjadi anak yang aktif, dan tingkah lakunya terarah pada suatu tujuan perkembangan. Sebaliknya anak yang tidak pernah diberi stimulasi akan menjadi anak yang pasif, kurang industri dan kurang rasa ingin tahu terhadap keadaan sekeliling.
2.4 Karakteristik Terapi Kelompok Terapeutik Kelompok kecil berjumlah tujuh sampai sepuluh orang, anak usia sekolah, berpartisipasi penuh, mempunyai otonomi, keanggotaan sukarela dan saling membantu untuk berbagi pengalaman dalam hal memenuhi tugas perkembangan anak usia sekolah.
2.5 Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah sebagai berikut : 2.5.1 Kooperatif. 2.5.2 Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok 2.5.3 Mampu
mengekspresikan
perasaan
dan
keinginan
berbagi pengalaman Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
16
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
2.5.4 Penggunaan waktu efektif dan efisien. 2.5.5 Menjaga kerahasiaan 2.5.6 Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat menerima satu sama lain, mendengarkan, mempunyai kebebasan, loyalitas, dan mempunyai kekuatan.
2.6 Keanggotaan Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi Kelompok Terapeutik ini adalah: 2.6.1 Anak dengan usia sekolah. 2.6.2 Bersedia untuk berpartisipasi penuh 2.6.3 Sukarela 2.6.4 Dapat membaca dan menulis 2.6.5 Tidak cacat fisik dan mental.
2.7 Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik Waktu pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan kelompok atau dengan memanfaatkan waktu diluar jam belajar sekolah. Terapi kelompok terapeutik terdiri dari tujuh sesi yaitu sesi satu: konsep stimulasi industri, sesi dua: konsep stimulasi motorik, sesi tiga: konsep stimulasi kognitif dan bahasa, sesi empat: konsep stimulasi emosi dan kepribadian, sesi lima: konsep stimulasi moral dan spiritual, sesi enam: konsep stimulasi psikososial, sesi tujuh: sharing pengalaman. Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik dilaksanakan selam lima minggu dengan duabelas kali pertemuan, sesi satu dan sesi tujuh dilakukan sekali pertemuan, sesi dua sampai sesi enam dilakukan dua kali Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
17
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan empat puluh lima menit sampai enam puluh menit setipa pertemuan.
2.8 Tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting salah satu ruangan yang ada di panti sosial asuhan anak, ataupun sarana lainnya yang tersedia di panti sosial asuhan anak tersebut, dapat juga dilakukan disekolah dan komunitas.
2.9 Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik Pada penelitian ini Terapi kelompok terapeutik dilakukan pada anak dengan usia sekolah. Tujuan yang diharapkan anak mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan tahap perkembangan anak usia sekolah baik secara kognitif maupun psikomotor. Dalam penelitian ini panduan dimodifikasi dengan mengadopsi
tahapan
terapi
kelompok
terapeutik
oleh
Mackenzie (1997, dalam Trihadi, 2009) terdiri dari dua tahap, yaitu pembentukan kelompok dan sharing, modifikasi dari Townsend (2009) berupa tiga langkah terapi kelompok terapeutik dan menurut Stuart and Laraia (2005) terdiri dari dua langkah dan Trihadi (2009) terdiri dari enam sesi yaitu sesi satu konsep stimulasi otonomi anak, sesi dua : stimulasi motorik, sesi tiga : stimulasi kognitif, sesi empat : stimulasi emosi, sesi lima : stimulasi psikososial, sesi enam : sharing pengalaman. Terapi kelompok terapeutik berisi stimulasi perkembangan dan aplikasi stimulasi perkembangan pada anak sehat.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
18
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Setiap sesi menggunakan enam metode yaitu diskusi terkait pengalaman anak mengenai topik yang akan dibahas, penjelasan dari terapis tentang topik bahasan, role model oleh terapis terkait cara melakukan stimulasi, role play
oleh anak cara
melakukan stimulasi, feedback terkait cara melakukan stimulasi, tindak lanjut terkait tugas yang harus dilakukan oleh anak setelah terapi yaitu melakukan latihan dan mencatat dalam buku kerja.
2.9.1 Sesi Pertama: Konsep Stimulasi Industri Konsep Stimulasi industri anak: Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mendiskusikan pengalaman yang dihadapi oleh anak yang memiliki usia sekolah dasar khususnya usia sekolah atau pada usia awal anak sekolah dasar, kebutuhan tahap tumbuh kembang anak usia sekolah, penyimpangan perilaku masa anak usia sekolah dan bagaimana selama ini kebutuhan perkembangannya diterima.
2.9.2 Sesi Kedua: Konsep Stimulasi Motorik Penerapan stimulasi pada aspek motorik : Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek motorik pada anak usia sekolah yaitu usia diatas enam tahun, perkembangan motorik kasar meliputi : naik turun tangga, melompat jauh, loncat tali, berjingkrat, dan merubah arah dengan cepat, naik sepeda, berlari, dapat mengenakan pakaian Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
19
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
tanpa dibantu, senam, berenang, menggunakan alat-alat olah raga, baris-berbaris. Kemampuan motorik halus meliputi: menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan adanya pola atao objek, memotong kertas dengan mengikuti pola, melempar, menangkap bola, serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan.
2.9.3 Sesi Ketiga: Konsep Stimulasi Kognitif dan bahasa Penerapan stimulasi pada aspek kognitif dan bahasa: Pada sesi ini kegiatan
yang dilakukan adalah mengajarkan
stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa kepada anak secara langsung. Aspek kognitif anak dengan usia sekolah adalah: anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, lebih efisien dalam membangun strategi dan pengkodean, anak memahami sebab dan akibat, kemampuan dalam menilai dari berbagai sudut pandang
meningkat,
kemampuan
dalam
berhitung
semakin meningkat, seperti menambah, mengurangi, mengalikan, membagi. Pada akhir tahap ini anak sudah memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang sederhana. Sedangkan untuk bahasa anak usia sekolah sudah mampu menguasai lebih dari 2.500 kata. Anak gemar membaca, mendengar cerita bersifat kritis tentang perjalanan, petualangan, atau riwayat pahlawan. Anak sudah mampu menanyakan soal waktu dan sebab akibat, anak sudah mampu menceritakan kembali alur cerita yang di dengar. Anak sudah mampu berkomunikasi dengan Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
20
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
orang
lain,
menyatakan
perasaannya,
memahami
keterampilan mengolah informasi yang diterimanya, berfikir (mengutarakan pendapat dan gagasannya), mengembangkan kepribadiannya dan menyatakan sikap dan kepribadiannya.
2.9.4 Sesi Keempat: Emosi dan Kepribadian Penerapan stimulasi pada aspek emosi dan kepribadian: Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek emosidan kepribadian. Aspek emosi dalam hal ini adalah anak mampu
mengenal
dan
merasakan
emosi
sendiri,
mengenal penyebab perasaan yang timbul, mampu mengungkapkan perasaan marah, mampu mengendalikan perasaan perilaku agrasif yang merugikan diri sendiri dan orang lain, memiliki kemampuan untuk mengatasi stress, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga,
memiliki
menerima
sudut
rasa
tanggung
pandang
orang
jawab, lain,
mampu dapat
menyelesaikan konflik dengan orang lain, memiliki sikap bersahabat, bersikap demokratis bergaul dengan orang lain. Sedangkan aspek kepribadian meliputi: kemantapan gender tercapai, mampu menilai kekurangan dan kelebihan, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, mampu mengatasi kehidupan yang didahapi (tugas dan tanggung jawab), realistis dalam mencapai tujuan. Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
21
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
2.9.5 Sesi Kelima: Moral dan Spiritual Penerapan stimulasi pada aspek moral dan spiritual: pada sesi
ini
kegiatan
yang
dilakukan
terapis
adalah
merangsang perkembangan aspek moral dan spiritual terhadap anak usia sekolah. Aspek perkembangan moral meliputi: anak sudah mengenal konsep moral (mengenal benar atau salah, baik atau buruk), anak sudah dapat mengikiti peraturan dari orang tua, sekolah, dan lingkungan
sosial
lainnya,
agresi
terutama
jenis
permusuhan sudah berkurang, penalaran moral semakin dipandu oleh rasa keadilan, anak ingin menjadi baik untuk memelihara tatanan sosial, agresi beralih kebuhungan. Sedangkan untuk aspek perkembangan spirituan adalah sikap keagamaan anak bersifat resertif disertai dengan pengertian,
pandangan
dan
paham
kebutuhan
diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika, penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan
kegiatan
ritual
diterimanya
sebagai
keharusan moral, dalam hal ini tidak juga hanya sebagai kegiatan keagamaan tapi menyangkut masalah spirituan seperti: hormat kepada orang tua atau orang yang lebih tua, guru dan teman, memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin, memelihata kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan bersikap bertanggung jawab.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
22
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
2.9.6 Sesi Keenam: Psikososial Penerapan stimulasi pasa aspek psikososial: pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah mengajarkan stimulasi perkembangan aspek psikososial terhadap anak usia sekolah yang meliputi: anak usia sekolah biasanya mengalami
konflik
dengan
saudara
kandung,
persahabatan semakin luas dan menjadi semakin intim, mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, kesanggupan menyesuaikan diri terhadap orang lain atau dapat bekerja sama dengan orang lain. Berminat terhadap kegiatan teman sebaya bahkan sampai membentuk kelompok
(gang)
sendiri.
Biasanya
anak
lebih
mementingkan teman dari pada keluarga.
2.9.7 Sesi Ketujuh: Sharing Pengalaman Sharing Pengalaman setelah dilatih untuk mandiri : Pada sesi
ini
kegiatan
yang
dilakukan
terapis
adalah
menanyakan cara stimulasi yang telah diajarkan dan apa manfaatnya bagi anak serta berbagi pengalaman antar anggota mengenai stimulasi perkembangan yang telah dilakukan selama ini.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
23
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
BAB 3 IMPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK PADA ANAK
Bab tiga ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok terpeutik pada masing – masing sesi dan bagaimana melakukannya.
3.1 SESI 1 : Penjelasan Konsep Stimulasi Industri Anak 3.1.1 Pengertian Fase Industri Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya (industri) vs rasa rendah diri (inferiority). Masa ini berada diantara usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki dunia sekolah yang lebih formal, pada anak usia sekolah tumbuh rasa kemandirian anak, anak ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai selesai, Erik Erikson (1950 dalam Wong et.al., 2009). Anak usia sekolah memiliki ciri-ciri mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan teman sebaya, berperan dalam kegiatan kelompok, menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan (Keliat, Helena, & Farida, 2011). Pada tahap ini anak berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Anak belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan anak mulai senang untuk belajar bersama. Anak-anak memperoleh kepuasan yang sangat besar dari perilaku mandiri dalam menggali
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
24
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
dan memanipulasi lingkunganya termasuk sekolah dan interaksi dengan teman sebaya.
Erikson (1968, dalam Faist & Faist, 2008) menyatakan bahwa anak usia sekolah, dalam usia ini dunia sosial anakanak berkembang melampaui keluarga hingga mencakup teman-teman sebaya, Orang Tua dan orang dewasa lainnya. Bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka untuk mengetahui sesuatu menjadi bertambah kuat dan terkait
erat
dengan
perjuangan
dasar
mencakup
kompetensi. Dalam perkembangan yang normal, anakanak berjuang secara produktif untuk bisa membaca dan menulis dan permainan yang dilakukan oleh orang dewasa seperti
berburu,
menangkap
ikan
atau
belajar
kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh budaya mereka. Usia sekolah bukan berarti sekolah-sekolah secara formal.
3.1.2 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah Yang Memiliki Produktif
Lebih memilih aktifitas secara fisik atau kekuatan badan
Mempunyai rasa bersaing (kompetisi) yang tinggi.
Senang menyelesaikan tugas sekolah dan tugas rumah.
Berpikir secara nyata
Senang berhayal dan berfantasi.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
25
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Mampu membaca, menulis dan berhitung.
Mampu mengikuti peraturan dalam permainan.
Mampu berkomunikasi dua arah dengan orang baru.
Senang bercerita pengalamannya dengan teman sebaya.
Senang berkelompok dengan teman sebaya
Mempunyai sahabat akrab
Rasa tanggung jawab tinggi
Senang bekerja sama
Mampu mengendalikan emosi.
Mampu bersosialisasi dengan orang baru
Memiliki keinginan untuk bertanding dengan teman sebaya.
3.1.3 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah yang Tidak Memiliki Produktif
Tidak suka melakukan aktifitas secara fisik atau kekuatan badan
Tidak ada kemauan untuk bersaing, terkesan malas
Tidak mau mengerjakan pekerjaan sekolah
Melawan pada Orang Tua
Belum mampu membaca, menulis dan berhitung, atau salah satu.
Tidak mampu mengikuti aturan dalam permainan.
Takut pada orang baru
Tidak mau bercerita dengan orang lain, terkesan diam.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
26
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
Tidak mempunyai teman akrab.
Tidak ada rasa tanggung jawab
Lebih senang bekerja sendiri
Tidak mampu mengendalikan emosi.
3.1.4 Tujuan Anak mampu menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki.
3.1.5 Setting 3.1.5.1 Terapis anak duduk bersama secara melingkar 3.1.5.2 Tempat yang nyaman dan tenang
3.1.6 Alat Buku kerja dan buku evaluasi
3.1.7 Metode Metode dalam sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab. 3.1.8 Langkah Kegiatan 3.1.8.1 Persiapan a. Melakukan seleksi peserta di sekolah b. Membuat kontrak dengan anak. c. Mempersiapkan alat dan tempat untuk melakukan stimulasi perkembangan
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
27
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.1.8.2 Orientasi a. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada anak Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai papan nama) Menanyakan nama dan nama panggilan anak b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan anak saat ini Menanyakan
pengalaman
dalam
melaksanakan tugas perkembangan anak usia sekolah. c. Kontrak Menjelaskan memberikan pengalaman
tujuan
kegiatan,
informasi antar
dan
anggota
yaitu berbagi
kelompok
tentang cara menstimulasi kemampuan perkembangan anak usia sekolah. Terapi ini terdiri dari tujuh sesi, duabelas kali pertemuan, lama kegiatan 45 menit. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada
anak
kelompok
yang harus
ingin
meninggalkan
meminta
ijin
pada
fasilitator (terapis), setiap anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
28
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.1.8.3 Tahap Kerja a. Jelaskan
pada
anak
tentang
tugas
perkembangan industri yang harus dicapai. b. Beri
kesempatan
pada
anak
untuk
mencontreng atau memberikan tanda benar pada tugas perkembangan yang telah dicapai. c. Berikan kesempatan kepada anak untuk bertanya hal-hal yang tidak jelas. d. Berikan penjelasan cara mencapai tugas perkembangan industri dengan melakukan stimulasi perkembangan pada anak yang mencakup aspek pergerakan, aspek berpikir, berbicara, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan aspek psikososial. Semua aspek ini akan dijelaskan satu persatu pada sesi-sesi yang akan datang. e. Berikan pujian akan kemampuan anak dalam mencapai tugas perkembangannya.
3.1.8.4 Tahap Terminasi a. Evaluasi Terapis menanyakan perasaan anak setelah mengikuti kegiatan Terapis
memberikan
pujian
kepada
kelompok
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
29
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
b. Tindak Lanjut Buku dibaca dirumah lalu di cek apakah ada yang berubah atau bertambah ciri yang sudah didapat. c. Kontrak akan datang Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu cara melatih motorik atau gerakan perkembangan anak pada aspek motorik.
3.1.9 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan anak sesuai dengan tujuan, yaitu dapat menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki dan melakukan dokumentasi pada buku evaluasi anak.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
30
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.2 SESI II : Stimulasi anak untuk merangsang aspek motorik 3.2.1 Pengertian Aspek Motorik Keterampilan
motorik
seseorang
dipengaruhi
oleh
kematangan perkembangan sistem syaraf otak seseorang yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi
atau
keterampilan
motorik
anak.
Keterampilan motorik ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu (a) keterampilan atau gerakan kasar meliputi: berjalan, berlari, melompat jauh, naik dan turun tangga, loncat tali, dapat mengenakan pakayan tanpa dibantu, menggunakan alat-alat
olah
keterampilan
raga,
baris-berbaris,
motorik
halus
sedangkan
atau
(b)
keterampilan
memanipulasi, seperti menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan adanya pola atau objek, memotong kertas dengan mengikuti pola, melempar, dan menangkap bola, serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Hurlock, 2008).
3.2.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Motorik Anak Usia Sekolah Kemampuan motorik kasar : naik turun tangga, melompat jauh, loncat tali, berjingkrak dan merubah arah dengan cepat, naik sepeda, berlari, dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu, senam, berenang, menggunakan alat-alat olah raga, baris berbaris.
Kemampuan motorik halus : menulis dengan tulisan sambung,
menggambar
dengan
pola
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
atau
objek,
31
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
memotong kertas dengan mengikuti pola, menggambar atau melukis dengan pensil warna.
3.2.3 Tujuan 3.2.3.1 Anak
mampu
menyebutkan
stimulasi
perkembangan yang sudah dilakukan oleh anak untuk merangsang aspek motorik. 3.2.3.2 Anak
mampu
mempraktekkan
stimulasi
perkembangan aspek motorik.
3.2.4 Setting 3.2.4.1 Terapis dan anak duduk bersama. 3.2.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
3.2.5 Alat 3.2.5.1 Lompat tali atau karet: alat yang digunakan adalah tali dan atau beberapa karet gelang yang sudah di ikat menjadi satu. 3.2.5.2 Permainan engklek: alat yang di gunakan adalah spidol whiteboard, untuk membuat lingkaran atau kotak yang akan digunakan
sebagai
lompatan anak. 3.2.5.3 Permainan menangkap dan melempar bola: alat yang digunakan adalah bola kecil. 3.2.5.4 Latihan menulis tulisan sambung: alat yang digunakan adalah buku tulis bergaris dan pencil.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
32
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.2.5.5 Permainan memotong kertas bergambar: alat yang digunakan adalah gunting dan kertas gambar yang sudah berpola. 3.2.5.6 Menggambar atau melukis: alat yang digunakan adalah buku gambar dan pencil warna. 3.2.5.7 Buku evaluasi. 3.2.5.8 Buku kerja.
3.2.6 Metode yang digunakan Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab
3.2.7 Langkah Kegiatan. 3.2.7.1 Persiapan Mempersiapkan alat yang akan dipakai dan tempat stimulasi 3.2.7.2 Orientasi a. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada anak atau peserta. b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan anak. Meminta anak bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan apakah ada tambahan tugas perkembangan industri yang sudah dicapai anak pada pertemuan sesi satu.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
33
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
c. Kontrak Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan motorik atau gerakan yang menggunakan badan agar anak mampu bergerak kesegala arah,
melatih
keseimbangan berlomba
otot
untuk
bergerak
dan
supaya
mampu
dalam
kelompok.
Anak
membuka buku kerja dan melihat kegiatan yang akan di latih peda pertemuan sesi dua ini. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika ada
anak
kelompok
yang harus
ingin
meninggalkan
meminta
ijin
pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit setiap anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. 3.2.7.3 Tahap Kerja. a. Diskusikan
dengan
anak
tentang
ciri
perkembangan yang sudah didapat tambahan dari pertemuan sebelumnya dan minta anak untuk mengisi ke dalam buku kerja dan berikan kesempatan kepada anak untuk berbagi pengalaman dengan apa yang sudah dilakukan atau jika masih ada yang belum di mengerti
dari
pertemuan
sebelumnya
mengenai ciri perkembangan anak usia sekolah. Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
34
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
b. Mendiskusikan kegiatan motorik yang sudah pernah dikakukan anak seperti: lompat tali, main engklek, menangkap dan melempar bola, menulis tulisan sambung, menggungting kertas berpola, menggambar dan melukis. c. Permainan Lompat tali atau karet. Jelaskan kepada anak cara melakukan lompat tali atau karet, tujuan dari lompat tali adalah untuk melatih gerak badan secara keseluruhan dan melalukan kerja sama antara badan dan pikiran, supaya anak dapat menghasilkan kemenangan. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara melakukan lompat tali atau lompat karet. Pertama bagi anak dalam dua kelompok, kelompok pertama menjadi pemaain pertama, kemudian kelompok ke dua yang menjadi pemegang karet dua orang,
dimana
kelompok
pertama
melompati karet terlebih dahulu, juka tidak dapat melompoti karet maka akan kalah, dan siapa yang paling tinggi melompati karet
kelompok
tersebut
yang
akan
menang.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
35
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis dalam kelompok. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan d. Permainan engklek. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan engklek yaitu dengan melompat pada kotak yang sudah tersedia, melompat dengan cara membuka dan menutup kaki dengan sempurna, dan melompat dengan satu kaki. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara melakukan permainan engklek. Bagi anak
dalam
dua
lompok,
kelompok
pertama yang akan menjaga garis, dan kelompok dua menjadi pemain pertama. Kemudian buat beberapa kotak sesuai permaian. Jika ada yang mengenai garis maka akan berganti pemain, siapa yang
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
36
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
pertama mencapai petak paling ujung kelompok tersebut yang akan menang. Permainan ini menggunakan alat berupa batu berukuran lima kali lima centimeter sebagai alat yang digunakan dan dilempar sesuai kotak yang diinginkan. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis dalam kelompok. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil melakukan Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan e. Permainan menangkap dan melempar bola. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan menangkap dan melempar bola yaitu dengan menangkap bola terlebih dahulu kemudian melempar bola kepada lawan
yang
ada
didepan,
dengan
menggunakan setting melingkar. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara melakukan permainan menangkap
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
37
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
dan melempar bola yaitu pertama-tama terapis membentuk dua kelompok dan saling berhadapan antara kelompok yang satu dengan yang lain dengan jarak menyesuaikan dengan kondisi tempat bermain, terapis berada ditengah kedua kelompok, kemudian terapi melempar bola kepada salah satu anak, dan anak tersebut melanjutkan melempar kepada anak yang lain sampai semua anak mendapat giliran. Bola dilempar dengan menggunakan atau menggerakkan kedua tangan, bila bola tidak dapat di tangkap maka nilai atau poin akan bertambah pada pihak lawan, dan bila bola dilempar tidak sampai pada pihak lawan maka nilai akan bertambah pada lawan main. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis dalam kelompok. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil melakukan Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
38
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
f. Permainan tulisan sambung. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan tulisan sambung yaitu dengan mengikuti garis yang sudah ada dan menulis didalam batas garis dengan tulisan sambung. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara melakukan permainan menulis tulisan sambung. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan dengan baik dan dengan tulisan yang rapi, kemudian berikan nilai pada masing-masing anak sesuai dengan hasil yang dicapai menurut terapis. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan semangat dan kemauan anak dalam melaksanakan tugasnya. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil melakukan Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011 Efektifitas terapi..., Abdul Gowi, FIK UI, 2012
39
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
g. Permainan menggungting kertas dengan mengikuti pola. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan menggungting kertas dengan mengikuti pola yang ada, menggunting kertas dengan mengikuti garis. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara melakukan permainan menggunting kertas yang sudah ada. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil melakukan Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan h. Permainan melukis atau menggambar. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan melukis atau menggambar sesuai dengan keinginan anak Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
40
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan contoh kepada anak bagaimana cara melakukan permainan melukis atau menggambar. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan nilai pada masing-masing anak sesuai dengan hasil yang dicapai menurut terapis, dan usahakan memberikan nilai yang baik. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil melakukan. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan i.
Berikan
kesimpulan
tentang
stimulasi
perkembangan pada aspek motorik yang telah dibahas.
3.2.7.4 Tahap Terminasi a. Evaluasi Tanyakan perasaan anak setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kembali kegiatan motorik yang sudah dilakukan kemudian isi ke dalam buku kerja.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
41
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan pujian kepada kelompok. b. Tindak Lanjut Menganjurkan pada anak untuk mencoba melakukan dengan teman satu kelompok di sekolah atau di rumah. Memotivasi anak untuk terus mencoba melakukan latihan gerakan tubuh. Mencatat kegiatan motorik atau gerakan tubuh yang dilakukan di rumah. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri perkembangan yang dicapai dirumah. c. Kontrak akan datang. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu latihan cara berpikir dan berbicara dengan baik.
3.2.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan anak sesuai dengan tujuan, yaitu anak mampu
melakukan
stimulasi
aspek
motorik
dan
melakukan pendokumentasian pada buku evaluasi anak oleh terapis.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
42
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.3 SESI III : Stimulasi Industri Anak untuk merangsang aspek kognitif dan bahasa 3.3.1 Pengertian Teori perkembangan kognitif anak operasional konkret menurut Piaget (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009) pada sekitar usia 7 tahun, anak-anak memasuki tahap operasional konkret, dimana mereka bisa menggunakan berbagai operasi mental, seperti penalaran, memecahkan masalah-masalah konkret (nyata), seperti dimana harus mencari sarung tangan yang hilang. Anak-anak pada usia ini dapat berpikir dengan logis karena mereka tidak terlalu egosentris
dari
sebelumnya
dan
dapat
mempertimbangkan aspek dari berbagai situasi. Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan (Yusuf, 2009). Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, dapat berkomunikasi sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan atau agama.
3.3.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Kognitif Dan Bahasa Aspek kognitif anak dengan usia sekolah adalah: anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, lebih efisien dalam membangun strategi dan pengkodean, anak Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
43
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
memahami sebab dan akibat, kemampuan dalam menilai dari berbagai sudut pandang meningkat, kemampuan dalam berhitung semakin meningkat, seperti menambah, mengurangi, mengalikan, membagi. Pada akhir tahap ini anak sudah memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang sederhana.
Sedangkan untuk bahasa anak usia sekolah sudah mampu menguasai lebih dari 2.500 kata. Anak gemar membaca, mendengar cerita bersifat kritis tentang perjalanan, petualangan, atau riwayat pahlawan. Anak sudah mampu menanyakan soal waktu dan sebab akibat, anak sudah mampu menceritakan kembali alur cerita yang di dengar. Anak sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan mengolah
perasaannya, informasi
(mengutarakan
memahami
yang
keterampilan
diterimanya,
pendapat
dan
berfikir
gagasannya),
mengembangkan kepribadiannya dan menyatakan sikap dan kepribadiannya.
3.3.3 Tujuan 3.3.3.1 Anak
mampu
menyebutkan
stimulasi
perkembangan yang diberikan untuk merangsang aspek kognitif dan bahasa. 3.3.3.2 Anak mampu menstimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
44
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.3.4 Setting 3.3.4.1 Terapis dan anak duduk bersama 3.3.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
3.3.5 Alat 3.3.5.1 Beberapa bentuk benda seperti lingkaran, kotak, segitiga. 3.3.5.2 Buku kerja dan buku evaluasi 3.3.5.3 Cerita pendek yang telah disusun oleh terapis. 3.3.5.4 Teka-teki silang yang di modifikasi oleh terapis.
3.3.6 Metode Metode yang digunakan dalam sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi, tanya jawab dan role play.
3.3.7 Langkah Kegiatan 3.3.7.1 Persiapan a. Membuat kontrak dengan anak. b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi 3.3.7.2 Orientasi a. Salam terapeutik : Salam dari terapis kepada anak b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan anak. Membuka buku kerja, cek kembali apa yang sudah dilakukan selama dirumah. Apakah Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
sudah
ada
tambahan
yang
45
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
dilakukan oleh anak terkait dengan sesi satu dan sesi dua yaitu ciri perkembangan dan pergerakan tubuh sesuai dengan sesi dua. Berikan pujian kepada anak yang sudah melakukan di rumah. Beri motivasi kepada anak yang belum mampu melakukan. c. Kontrak Menjelaskan
tujuan
stimulasi
kegiatan,
perkembangan
yaitu untuk
merangsang perkembangan aspek berpikir dan berbicara. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika ada
anak
kelompok
yang harus
fasilitator/terapis,
ingin
meninggalkan
meminta lama
ijin
pada
kegiatan
empatpuluh lima menit.
3.3.7.3 Tahap Kerja. a. Diskusikan
dengan
anak
tentang
ciri
perkembangan yang sudah didapat tambahan dari pertemuan sebelumnya (aspek motorik), minta anak untuk mengisi kedalam buku kerja ciri perkembangan yang sudah dilakukan dan kegiatan motorik lompat tali, main engklek,
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
46
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
menangkap
dan
melempar
bola,
menggunting kertas yang sudah berpola, menggambar dan melukis, kemudian isi kedalam buku kerja. Berikan kesempatan kepada anak untuk berbagi pengalaman apa yang sudah dilakukan, jika ada yang belum di mengerti berikan kesempatan untuk bertanya b. Diskusikan dengan anak apakah kegiatan berpikir
dan
berbicara
sudah
pernah
dilakukan, seperti: menyebutkan beberapa bentuk benda, menjawab pertanyaan sebab akibat,
menyelesaikan
beberapa
soal
penjumlahan, memperkenalkan diri didepan kelas, menceritakan kembali cerita pendek yang pernah di dengar dan menyebutkan nama buah atau binatang mulai dari huruf A. c. Permainan menyebutkan beberapa bentuk benda beserta fungsinya. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan menyebutkan bentuk benda beserta fungsinya. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak dengan menyebutkan satu buah benda beserta kegunaannyanya.
Contoh,
terapis
mengambil satu buah benda mainan dari Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
47
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
plastik
yaitu
sebuah
sisir,
terapis
menyebutkan nama benda adalah sisir dan kegunaan dari sisir adalah untuk menyisir atau merapikan rambut, supaya tampak rapi dan bersih. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan d. Permainan menjawab pertanyaan sebab akibat. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan menjawab pertanyaan sebab akibat. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak dengan menjawab satu buah pertanyaan sebab akibat. Contoh, jika tidak belajar dengan rajin akan mendapat nilai merah, jika terlambat bagun akan terlambat sampai disekolah.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
48
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan e. Permainan menyelesaikan soal penjumlahan Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan
menyelesaikan
soal
penjumlahan. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak dengan menjawab satu soal penjumlahan. Contoh seratus di kalikan empat sama dengan empatratus. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
49
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
f. Permainan memperkenalkan diri didepan kelompok. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan memperkenalkan diri didepan kelompok. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan
contoh
kepada
anak
cara
memperkenalkan diri didepan kelompok. Contoh,
nama
saya
Walter,
senang
dipanggil Walter, asal dari Bandung, duduk dikelas tiga, olahraga kesukaan renang, dan suka makan sayur. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan g. Permainan
menceritakan
kembali
cerita
pendek yang dibaca didepan kelompok. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan menceritakan kembali cerita pendek yang telah dibaca.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
50
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan
contoh
kepada
anak
cara
menceritakan kembali cerita pendek yang telah dibaca. Membaca sebuah cerita pendek dan menceritakan kembali di depan kelas, jika belum dapat giliran maka akan dilanjutkan di rumah. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan h. Permainan menyebutkan nama buah atau binatang dimulai dari huruf A. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya menyebutkan nama buah atau binatang dimulai dari huruf A. Berikan
contoh
kepada
anak
cara
menyebutkan nama buah atau binatang dimulai dari huruf A
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
51
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan i.
Berikan
kesimpulan
tentang
stimulasi
perkembangan pada aspek berpikir dan berbicara yang telah dibahas. 3.3.7.4 Tahap Terminasi a. Evaluasi Tanyakan perasaan anak setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kembali kegiatan yang sudah dilakukan dan masukkan kedalam buku kerja. Berikan pujian kepada kelompok. b. Tindak Lanjut Menganjurkan pada anak untuk mencoba melakukan dengan teman satu kelompok atau dengan teman-teman di rumah. Memotivasi anak untuk terus mencoba melakukan latihan stimulasi berpikir dan
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
52
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
berbicara, serta minta anak mencatat ke dalam buku kerja, dan mengulagi di rumah. Mencatat kegiatan berpikir dan berbicara dan catat ke dalam buku kerja. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri perkembangan yang dicapai di rumah. c. Kontrak akan datang. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu latihan cara mengendalikan
emosi
dan
belajar
kepribadian. 3.3.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan anak sesuai dengan tujuan dan terapis melakukan pendokumentasian pada buku evaluasi anak.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
53
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.4 SESI IV : Stimulasi Industri Anak untuk merangsang aspek emosi dan kepribadian 3.4.1 Pengertian Menurut Santrock (2007) emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama well-being dirinya. Emosi diwakili oleh perilaku
yang
mengekpresikan
kenyamanan
atau
ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Emosi bisa berbentuk sesuatu yang spesifik seperti rasa senang, takut, marah, tergantung dari interaksi yang dialami.
Seorang ahli psikologi individu, Allport (1939, dalam Feist & Feist, 2008) mendefinisikan kepribadian adalah sebagai pengorganisasian dinamis dalam diri individu dimana sistem psikofisisnya menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
3.4.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Emosi Dan Kepribadian Anak Usia Sekolah Aspek emosi dalam hal ini adalah anak mampu mengenal dan merasakan emosi sendiri, mengenal penyebab perasaan yang timbul, mampu mengungkapkan perasaan marah, mampu mengendalikan perasaan perilaku agrasif yang merugikan diri sendiri dan orang lain, memiliki Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
54
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
kemampuan untuk mengatasi stress, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki rasa tanggung jawab, mampu menerima sudut pandang orang lain, dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain, memiliki sikap bersahabat, bersikap demokratis bergaul dengan orang lain.
Aspek kepribadian meliputi: kemantapan gender tercapai, mampu menilai kekurangan dan kelebihan, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, mampu mengatasi kehidupan yang didahapi (tugas dan tanggung jawab), realistis dalam mencapai tujuan.
3.4.3 Tujuan 3.4.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi yang diberikan pada anak untuk merangsang aspek emosi dan kepribadian. 3.4.3.2 Anak mampu melatih stimulasi perkembangan emosi dan kepribadian usia anak sekolah.
3.4.4 Setting 3.4.4.1 Terapis dan anak duduk bersama 3.4.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
3.4.5 Alat Alat yang dipergunakan dalam sesi ini adalah buku kerja dan buku evaluasi Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
55
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.4.6 Metode Metode yang digunakan pada sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi, tanya jawab, role play
3.4.7 Langkah Kegiatan 3.4.7.1 Persiapan a. Membuat kontrak dengan anak. b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi. 3.4.7.2 Orientasi a. Salam terapeutik yaitu salam dari terapis kepada anak b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan anak Membuka buku kerja, cek kembali apa yang sudah dilakukan selama di rumah. Apakah
sudah
ada
tambahan
yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu dan sesi dua yaitu ciri perkembangan, pergerakan tubuh, berpikir dan berbicara. Jika sudah ada isi kembali ke dalam buku kerja. Berikan pujian pada anak yang sudah melakukan. Berikan motivasi untuk mengulang pada anak yang belum bisa melakukan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
56
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
c. Kontrak Menjelaskan
tujuan
kegiatan,
yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek emosi dan kepribadian. Menjelaskan peraturan terapi: Jika ada anak yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada terapis, lama kegiatan 45 menit.
3.4.7.3 Tahap Kerja. a. Diskusikan
dengan
anak
tentang
ciri
perkembangan yang sudah didapat yaitu ciri perkembangan anak usia sekolah, motorik, berpikir, berbicara. Minta anak untuk mengisi kedalam buku kerja yang sudah dicapai dan berikan kesempatan kepada anak untuk berbagi pengalaman dengan apa yang sudah dilakukan atau jika masih ada yang belum di mengerti
dari
pertemuan
sebelumnya
mengenai ciri perkembangan motorik atau gerakan anak usia sekolah, berpikir, dan berbicara. Berikan pujian bagi anak yang sudah melaksanakan dan berikan motivasi bagi anak yang belum bisa melaksanakan. b. Diskusikan dengan anak apakah kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian sudah pernah dilakukan seperti: menyampaikan Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
57
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
perasaan
marah,
senang
menyampaikan masalah,
pendapat,
menceritakan
pendek,
dan
mengerjakan
tugas
dan
mengatasi
kembali
mengungkapkan
sedih,
cerita
kesalahan,
stimulasi
yang
diberikan. c. Permainan mengungkapkan perasaan marah, senang, takut, sedih. Jelaskan kepada anak cara menyampaikan perasaan marah, senang, takut dan sedih. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan
contoh
kepada
anak
cara
menyampaikan perasaan marah, senang dan sedih. Contoh perasaan marah, ketika diganggu oleh teman yang lain anak berani mengatakan, kenapa dia di ganggu, apa yang menyebabka dia diganggu, dan anak barani
untuk
menanyakan
sebabnya.
Perasaan senang, anak berani mengatakan perasaan senangnya ketika mendapat hadiah, anak mengatakan: saya senang hari ini karena mendapat hadiah pensil dari bapak upah dari menyapu halaman. Anak dapat menyatakan perasaan sedih: saya sedih hari ini karena orang tua tidak datang berkunjung. Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
58
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan.
d. Permainan cara menyampaikan pendapat dan keinginan. Jelaskan kepada anak cara menyampaikan perasaan marah, senang, takut dan sedih. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan
contoh
kepada
anak
cara
menyampaikan pendapat dan keinginan. Contoh: ketika temannya menyampaikan cerita
anak
berani
menyampaikan
pendapatnya, menurud saya ceritanya tidak seperti itu tapi seperti ini, anak berani menceritakan. mengungkapkan
Anak
berani
keinginannya,
contoh:
anak berani mengungkapkan keinginan untuk memiliki tas yang pernah dilihat di pasar: saya senang dengan tas warna hitam
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
59
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
itu, kalau saya punya uang saya akan membelikannya. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan e. Permainan cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan
contoh
kepada
anak
cara
mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Contoh: ketika berselisih pendapat dengan temannya, anak berani menyelesaikan dengan temannya tersebut, Andi maaf tadi waktu dikelas saya tidak sengaja menginjak buku kamu, sehingga kamu marah, saya tidak bermaksut menginjak buku tersebut
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
60
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
dan saya tidak sengaja. Saya minta maaf ya karena membuat kamu kesal. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan f. Permainan menceritakan kembali kebaikan yang pernah dilakukan. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan memperkenalkan diri didepan kelompok. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan
contoh
kepada
anak
cara
menceritakan kebaikan yang pernah di lakukan. Contoh: saya waktu itu sedang berjalan menuju sekolah, ketika saya melihat anak kecim menangis karena makanannya
jatuh
ketanah,
saya
memberikan makanan yang saya punya untuk anak itu, dan anak itu makan kue saya, saya senang waktu itu.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
61
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan g. Permainan mengungkapkan kesalahan yang dilakukan. Jelaskan kepada anak cara mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan secara jujur. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan
contoh
kepada
anak
cara
mengungkapkan kesalahan secara jujur. Contoh: Bapak saya minta maaf karena telah memecahkan piring waktu saya mengantar
piring
bekas
makan
saya
kedapur, saya akan berhati-hati lain kali kalau
membawa
barang-barang,
saya
mohon dimaafkan. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
62
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan. h. Permainan menyelesaikan tugas seorang diri. Jelaskan kepada anak cara menyelesaikan tugas seorang diri yaitu tugas pribadi. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan
contoh
kepada
anak
cara
menyelesaikan tugas sendiri. Contoh: tugas menyapu
halaman,
harus
dikerjakan
sendiri tanpa meminta bantuan orang lain, atau pekerjaan rumah harus dikerjakan seorang diri dan tidak bisa menyontek dari teman apalagi membayar teman untuk mengerjakan tugas sendiri. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
63
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan kesimpulan i.
Berikan
kesimpulan
tentang
stimulasi
perkembangan pada aspek pikiran dan bicara yang telah dibahas. 3.4.7.4 Tahap Terminasi a. Evaluasi Tanyakan perasaan anak setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kembali kegiatan yang sudah dilakukan dan masukkan kedalam buku kerja. Berikan pujian kepada kelompok. b. Tindak Lanjut Menganjurkan pada anak untuk mencoba melakukan dengan teman satu kelompok di rumah yaitu kegiatan motorik, berpikir, berbicara,
mengendalikan
emosi
dan
kepribadian. Mencatat kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang dilakukan di rumah. Memotivasi anak untuk terus mencoba melakukan latihan stimulasi emosi dan kepribadian. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri perkembangan yang dicapai di rumah.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
64
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
c. Kontrak akan datang. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu aspek moral dan spiritual.
3.4.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan anak sesuai dengan tujuan dan terapis melakukan pendokumentasian pada buku evaluasi anak.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
65
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.5 SESI V : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek Moral dan Spiritual. 3.5.1 Pengertian Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” yang berarti ada istiadat, kebiasaan, peraturan dan nilai-nilai atau tata cara
kehidupan.
Sedangkan
moralitas
merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral. Dimana nilai moral tersebut seperti: (a) seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, (b) larangan mencuri, membunuh, minum-minuman keras, berjudi (Yusuf, 2009).
Spiritualitas
adalah
keyakinan
dalam
hubungannya
dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 2009). Menurut Burkhardt (1993, dalam Hamid, 2009) spiritualitas
meliputi
aspek
sebagai
berikut:
(1)
berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui ketidakpastian dalam kehidupan, (2) menemukan arti dan tujuan
hidup,
(3)
menyadari
kemampuan
untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, (4) mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Tuhan Yang Maha Tinggi.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
66
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.5.2 Ciri Perkembangan Moral Dan Spiritual Anak Usia Sekolah Aspek perkembangan moral meliputi: anak sudah mengenal konsep moral (mengenal benar atau salah, baik atau buruk), anak sudah dapat mengikiti peraturan dari Orang Tua, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya, agresi terutama jenis permusuhan sudah berkurang, penalaran moral semakin dipandu oleh rasa keadilan, anak ingin menjadi baik untuk memelihara tatanan sosial, agresi beralih kebuhungan.
Aspek perkembangan spirituan adalah sikap keagamaan anak
bersifat resertif
disertai
dengan
pengertian,
pandangan dan paham kebutuhan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika, penghayatan secara
rohaniah
semakin
mendalam,
pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral, dalam hal ini tidak juga hanya sebagai kegiatan keagamaan tapi menyangkut masalah spirituaL seperti: hormat kepada Orang Tua atau orang yang lebih tua, Orang Tua dan teman, memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin, memelihata kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan bersikap bertanggung jawab.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
67
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.5.3 Tujuan. 3.5.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi yang diberikan pada anak untuk merangsang aspek moral dan spiritual. 3.5.3.2 Anak mampu melatih stimulasi perkembangan moral dan spiritual usia anak sekolah.
3.5.4 Setting 3.5.4.1 Terapis dan anak duduk bersama 3.5.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
3.5.5 Alat Metode yang digunakan adalah buku kerja dan buku evaluasi, dan kitab suci.
3.5.6 Metode Metode dalam sesi ini adalah : dinamika kelompok, diskusi, tanya jawab dan role play.
3.5.7 Langkah Kegiatan 3.5.7.1 Persiapan a. Membuat kontrak dengan anak. b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi. 3.5.7.2 Orientasi a. Salam terapeutik yaitu salam dari terapis kepada anak.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
68
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan anak. Membuka buku kerja, cek kembali apa yang sudah dilakukan selama di rumah. Apakah
sudah
ada
tambahan
yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu dan sesi dua, sesi tiga dan sesi empat yaitu ciri perkembangan, pergerakan tubuh, berpikir dan berbicara, mengendalikan emosi dan kepribadian. Jika sudah ada isi kembali kedalam buku kerja. Berikan pujian pada anak yang sudah melakukan. Berikan motivasi untuk mengulang pada anak yang belum bisa melakukan. c. Kontrak. Menjelaskan
tujuan
kegiatan,
yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek moral dan spiritual. Menjelaskan peraturan terapi: jika ada anak yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
69
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.5.7.3 Tahap Kerja a. Diskusikan
dengan
anak
tentang
ciri
perkembangan yang sudah didapat yaitu ciri perkembangan anak usia sekolah, motorik, berpikir, berbicara, mengendalikan emosi, dan kepribadian. Minta anak untuk mengisi kedalam buku kerja yang sudah dicapai dan berikan kesempatan kepada anak untuk berbagi
pengalaman
apa
yang
sudah
dilakukan. Jika masih ada yang belum di mengerti
dari
pertemuan
sebelumnya
mengenai ciri perkembangan motorik atau gerakan anak usia sekolah, berpikir, dan berbicara,
mengendalikan
emosi
dan
kepribadian. Berikan pujian bagi anak yang sudah melaksanakan dan berikan motivasi bagi anak yang belum bisa melaksanakan. b. Diskusikan dengan anak apakah kegiatan aspek moral dan spirituan sudah pernah dilakukan seperti: menepati janji kepda teman, melakukan kewajiban, mengikuti peraturan, mengikuti ibadah agama, berdoa, membaca kitab suci. c. Diskusikan
dengan
perkembangan
yang
anak
tentang
sudah
ciri
didapat,
tambahan dari pertemuan sebelumnya yaitu ciri anak usia sekolah, motorik, pikiran, dan Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
70
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
bicara, moral dan spiritual. Minta anak untuk mengisi kedalam buku kerja tambahan yang sudah dicapai dan berikan kesempatan kepada anak untuk berbagi pengalaman dengan apa yang sudah dilakukan dan jika masih ada yang belum di mengerti dari pertemuan
sebelumnya
mengenai
ciri
perkembangan anak usia sekolah. d. Permainan melakukan menepati janji dalam kelompok. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan menepati janji dalam kelompok. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak kegiatan menepati janji. Contoh: Andi berjanji dengan temannya untuk mengerjakan tugas sekolah jam empat dirumah Asep, maka Andi harus berangkat kerumah Asep sebelum
jam
empat,
supaya
sampai
dirumah Asep jam empat atau sebelum jam empat lebih baik. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
71
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan. e. Permainan
melakukan
kewajiban
dalam
kelompok. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan melakukan kewajiban dalam kelompok. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak kegiatan melakukan kewajiban dalam kelompok. Contoh: Andi ditugaskan membawa piring dari rumah sebanyak enam buah untuk kegiatan kemping minggu depan, maka Andi harus membawa piring tersebut saat kemping, kalau tidak kelompoknya tidak bisa makan pake piring. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
72
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan kesimpulan f. Permainan
mengikuti
peraturan
dalam
kelompok. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan mengikuti peraturan dalam kelompok. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak kegiatan mengikuti peraturan dalam kelompok. Contoh: tidak boleh curang dalam bermain kelompok, tidak boleh menembak kepala, mata
wajah
saat
bermain
tembak-
tembakan. Tidak boleh menendang kaki lawan saat bermain bola kali. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan g. Permainan mengikuti kegiatan ibadah agama. Jelaskan
kepada
anak
pentingnya
mengikuti kegiatan agama.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
73
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak dengan menyebutkan contoh kegiatan agama yang harus diikuti oleh anak. Contoh: mengikuti sholat kumat setiap hari jumat, mengikuti ibadah puasa pada bulan Ramadan. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan. h. Berdoa
kepada
Tuhan
untuk
meminta
pertolongan. Jelaskan kepada anak bahwa berdoa sangat penting. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak sebuah doa kepada Tuhan. Contoh: berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan, supaya pada saat ujian Tuhan menyertai dan melindungi dan memberikan kesehatan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
74
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan. i.
Mambaca Kitab Suci, secara kelompok. Jelaskan kepada anak pentingnya belajar membaca kitab suci. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara membaca kita suci yang baik atau bisa dibantu
oleh
orang
yang
lebih
berpengalaman. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
75
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
j.
Berikan
kesimpulan
tentang
stimulasi
perkembangan pada aspek pikiran dan bicara yang telah dibahas.
3.5.7.4 Tahap Terminasi a. Evaluasi Tanyakan perasaan anak setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kembali kegiatan moral dan spiritual
yang
sudah
dilakukan
dan
masukkan kedalam buku kerja. Berikan pujian kepada kelompok. b. Tindak Lanjut Menganjurkan pada anak untuk mencoba melakukan dengan teman satu kelompok kalau ada waktu apa yang sudah diajarkan. Memotivasi anak untuk terus mencoba melakukan latihan gerakan tubuh. Mencatat kegiatan moral dan spiritual yang dilakukan di rumah. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri perkembangan yang dicapai, motorik,
kognitif,
bahasa,
emosi,
kepribadian, moral, spiritual.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
76
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
c. Kontrak akan datang. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu hubungan dengan orang lain atau psikososial.
3.5.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan anak sesuai dengan tujuan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
77
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.6 SESI VI : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek Psikososial 3.6.1 Pengertian Perkembangan psikososial menurut Yusuf (2009) adalah pencapaian kematangan hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya semakin luas. Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan
diri-sendiri
(egosentris),
kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
3.6.2 Ciri Perkembangan Aspek Psikososial Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah biasanya mengalami konflik dengan saudara kandung, persahabatan semakin luas dan menjadi semakin intim, mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, kesanggupan menyesuaikan diri terhadap Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
78
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
orang lain atau dapat bekerja sama dengan orang lain. Berminat terhadap kegiatan teman sebaya bahkan sampai membentuk kelompok (gang) sendiri. Biasanya anak lebih mementingkan teman dari pada keluarga.
3.6.3 Tujuan 3.6.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi yang dilakukan untuk merangsang perkembangan aspek psikososial 3.6.3.2 Anak
mampu
mempraktekkan
stimulasi
perkembangan aspek psikososial pada anak yang lain. 3.6.4 Setting 3.6.4.1 Terapis serta anak duduk bersama 3.6.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang.
3.6.5 Alat Alat yang dipergunakan adalah buku kerja dan buku evaluasi
3.6.6 Metode Metode yang digunakan adalah dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, role plays
3.6.7 Langkah Kegiatan Persiapan adalah membuat kontrak dengan anak dan mempersiapkan alat dan tempat stimulasi Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
79
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.6.7.1 Orientasi a. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada anak b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan anak. Membuka buku kerja, cek kembali apa yang sudah dilakukan selama di rumah. Apakah
sudah
ada
tambahan
yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu, sesi dua, sesi tiga, sesi empat dan sesi lima yaitu ciri perkembangan, pergerakan tubuh, berpikir dan
berbicara,
mengendalikan
emosi,
kepribadian, moran dan spiritual. Jika sudah ada isi kembali kedalam buku kerja. Berikan pujian pada anak yang sudah melakukan. Berikan motivasi untuk mengulang pada anak yang belum bisa melakukan. c. Kontrak Menjelaskan stimulasi
tujuan
kegiatan,
perkembangan
pada
yaitu aspek
psikososial atau hubungan dengan orang lain. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : jika ada
anak
yang
ingin
meninggalkan
kelompok, harus meminta ijin pada terapis,
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
80
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
lama kegiatan 45 menit, setiap anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3.6.7.2 Tahap Kerja a. Diskusikan
dengan
anak
tentang
ciri
perkembangan yang sudah didapat yaitu ciri perkembangan anak usia sekolah, motorik, berpikir, berbicara, mengendalikan emosi, kepribadian, moral dan spiritual. Minta anak untuk mengisi kedalam buku kerja yang sudah dicapai dan berikan kesempatan kepada anak untuk berbagi pengalaman apa yang sudah dilakukan. Jika masih ada yang belum
di
mengerti
dari
pertemuan
sebelumnya mengenai ciri perkembangan motorik atau gerakan anak usia sekolah, berpikir,
dan
berbicara,
mengendalikan
emosi, kepribadian, moral dan spiritual. Berikan
pujian
bagi
anak
yang
sudah
melaksanakan dan berikan motivasi bagi anak yang belum bisa melaksanakan. b. Diskusikan dengan anak apakah kegiatan aspek psikososial atau hubungan dengan orang lain seperti: bermain dalam bentuk kelompok, mengerjakan tugas kelompok, gotong royong, bercerita dengan teman Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
81
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
akrab, bertanggung jawab dalam tugas kelompok, menghargai orang lain. c. Permainan dalam bentuk kelompok. Jelaskan kepada anak pentingnya bermain bersama kelompok sebaya. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Membagi anak dalam dua kelompok. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara bermain dalam kelompok. Contoh: bermain tebak-tebakan, binatang yang belalainya panjang apakah itu?, buah yang bersisik
adalah
buah....?,
Presiden
indonesia pertama adalah.....? Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan d. Permainan mengerjakan tugas kelompok bersama. Jelaskan kepada anak cara mengerjakan tugas kelompok secara bersamaan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
82
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara mengerjakan tugas secara bersamaan dalam kelompok. Memberikan satu buah teka-teki silang, dan dikerjakan secara bersama
dalam
memberikan
soal
kelompok,
atau
matematika
dan
dikerjakan secara kelompok Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis dalam kelompok. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan e. Permainan
gotong
royong
dan
tolong
menolong. Jelaskan kepada anak cara melakukan gotong royong dan tolong menolong. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya.
Dan
membagi
dalam
dua
kelompok.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
83
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan contoh kepada anak bagaimana cara melakukan kerja gotong royong dan tolong menolong. Contoh: memberikan satu buah puzzel, kemudian anak-anak bergotong royong untuk menyelesaikan. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis dalam kelompok. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan. f. Permainan bercerita dengan teman akrab. Jelaskan kepada
anak cara
bercerita
dengan teman akrab. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara
bercerita
dengan
teman
akrab.
Contoh: Andi teman akrabnya Asep, pada saat Andi diundang untuk menghadiri ulang tahun Cecep, andi makan kue yang enak, mendapat
hadiah
dan
bisa
bertemu
dengan banyak orang, sesampainya Andi di
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
84
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
rumah, Andi menceritakan pengalamannya kepada Asep, apa yang dia lakukan dipesta dan apa yang dia makan, karena Asep tidak ikut ke acara tersebut. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis dalam kelompok. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan. g. Permainan bertanggung jawab dalam tugas kelompok. Jelaskan kepada anak cara melakukan tanggung jawab dalam tugas kelompok. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara melakukan tanggung jawab dalam tugas
kelompok.
mengerjakan
Contoh:
tugas
pada
kelompok
saat Andi
bertanggung jawab untuk mengerjakan soal tugas nomor satu sampai lima, maka Andi harus mengerjakan tugas tersebut
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
85
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
dan temannya yang lain mengerjakan soal yang lainnya. Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis dalam kelompok. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan. h. Permainan menghargai orang. Jelaskan kepada anak cara melakukan permainan
menghargai
orang
yang
berbeda dengan kita. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Berikan contoh kepada anak bagaimana cara menghargai orang yang berbeda dengan kita. Contoh: pada saat Andi berpuasa, Asep harus mengharhai dengan cara tidak makan atau minim didepan Andi. Pada saat Asep pergi ke Pura, maka Asep tidak boleh mengganggu atau mengajak Asep untuk bermain.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
86
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Minta anak satu persatu untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh terapis dalam kelompok. Berikan pujian bagi anak yang berhasil melakukan. Berikan dorongan bagi anak yang belum berhasil. Berikan umpan balik. Berikan kesimpulan i. Berikan
kesimpulan
tentang
stimulasi
perkembangan pada aspek pikiran dan bicara yang telah dibahas 3.6.7.3 Tahap Terminasi a. Evaluasi Tanyakan perasaan anak setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kegiatan yang sudah dilakukan dan masukkan kedalam buku kerja. Berikan pujian kepada kelompok. b. Tindak Lanjut Menganjurkan pada anak untuk mencoba melakukan dengan teman satu kelompok kalau ada waktu apa yang sudah diajarkan. Memotivasi anak untuk terus mencoba melakukan latihan gerakan tubuh.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
87
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Mencatat kegiatan psikososial yang sudah dilakukan di rumah. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri perkembangan yang dicapai, motorik,
kognitif,
bahasa,
emosi,
kepribadian, moral, spiritual. c. Kontrak akan datang. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu sharing atau berbagi pengalaman dengan kelompok.
3.6.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan anak sesuai dengan tujuan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
88
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.7 SESI VII : Sharing Persepsi tentang Stimulasi Anak yang telah dilakukan 3.7.1 Pengertian Sharing Pengalaman merupakan kegiatan untuk berbagi pengalaman yang telah didapat selama melakukan kegiatan.
3.7.2 Tindakan yang Dilakukan 3.7.2.1 Berbagi
pengalaman
dalam
melaksanakan
stimulasi perkembangan yang telah di pelajari bersama. 3.7.2.2 Berbagi
pengalaman
tentang
pentingnya
stimulasi untuk perkembangan anak usia sekolah. 3.7.2.3 Berbagi
pengalaman
tentang
tehnik–tehnik
dalam melaksanakan stimulasi perkembangan. 3.7.2.4 Mendapat pujian dari kelompok. 3.7.2.5 Memberikan pujian kepada anggota kelompok lain yang memberikan pendapat.
3.7.3 Tujuan 3.7.3.1 Anggota
kelompok
pengalaman
dalam
mampu
untuk
memberikan
berbagi stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari selama sesi 1–6. 3.7.3.2 Anak
mampu
memahami
stimulasi
perkembangan pada usia anak sekolah.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
89
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
3.7.4 Setting Terapis dan anak duduk bersama, tempat yang nyaman dan tenang
3.7.5 Alat Alat yang digunakan dalan sesi ini adalah buku kerja dan buku evaluasi.
3.7.6 Metode Metode diskusi dalan sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab.
3.7.7 Langkah Kegiatan 3.7.7.1 Persiapan Membuat
kontrak
dengan
anak
dan
mempersiapkan alat dan tempat stimulasi a. Orientasi Salam terapeutik dari terapis kepada anak. b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan anak Membuka buku kerja, cek kembali apa yang sudah dilakukan selama di rumah. Apakah
sudah
ada
tambahan
yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu, sesi dua, sesi tiga, sesi empat, sesi lima dan sesi enam yaitu ciri perkembangan, pergerakan tubuh, Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
berpikir
dan
berbicara,
90
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
mengendalikan emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial. Jika sudah ada isi kembali ke dalam buku kerja. Berikan pujian pada anak yang sudah melakukan. Berikan motivasi untuk mengulang pada anak yang belum bisa melakukan. c. Kontrak Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi pengalaman tentang cara memberikan stimulasi
perkembangan
dipelajari
yaitu
motorik,
ciri
yang
telah
perkembangan,
berpikir,
berbicara,
mengendalikan emosi, kepribadian, moral, spiritual, dan psikososial. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada
anak
kelompok
yang harus
ingin
meninggalkan
meminta
ijin
pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. 3.7.7.2 Tahap Kerja. a. Diskusikan
dengan
anak
tentang
ciri
perkembangan yang sudah didapat yaitu ciri perkembangan anak usia sekolah, motorik, berpikir, berbicara, mengendalikan emosi,
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
91
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
kepribadian, moral, spiritual dan psikososial. Minta anak untuk mengisi kedalam buku kerja yang sudah dicapai dan berikan kesempatan kepada anak untuk berbagi pengalaman apa yang sudah dilakukan. Jika masih ada yang belum di mengerti dari pertemuan
sebelumnya
mengenai
ciri
perkembangan motorik atau gerakan anak usia
sekolah,
berpikir,
dan
berbicara,
mengendalikan emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial. Berikan pujian bagi anak yang sudah melaksanakan dan berikan motivasi
bagi
anak
yang
belum
bisa
melaksanakan b. Beri
kesempatan
mengungkapkan
pada
anak
pendapat
untuk
mengenai
stimulasi perkembangan yang dipelajari. c. Tanyakan
pada
anak
tentang
stimulasi
perkembangan yang telah dilakukan. d. Berikan kesempatan pada anak untuk berbagi pengalaman
tentang
manfaat
yang
didapatkan setelah mencoba memberikan stimulasi perkembangan pada anak. e. Berikan
kesempatan
pada
anak
untuk
bertanya tentang hal hal yang masih belum dipahami
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
92
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
f. Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk menyampaikan dampak jika tidak melakukan stimulasi perkembangan anak usia sekolah. g. Beri pujian/penghargaan atas kemampuan anggota kelompok dalam menjawab dan berbagi pengalaman h. Berikan
kesimpulan
tentang
stimulasi
perkembangan yang telah dibahas dan motivasi anggota kelompok untuk saling memberikan stimulasi perkembangan pada anaknya. 3.7.7.3 Tahap Terminasi a. Evaluasi Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan masukkan kedalam buku kerja. Terapis
memberikan
pujian
kepada
kelompok. b. Tindak Lanjut Menganjurkan pada anak untuk selalu melaksanakan
stimulasi
yang
telah
dipelajari bersama kelompok.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
93
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Mencatat kegiatan aspek
yang sudah
dilakukan. Mengajak anak lain yang berusia anak sekolah untuk melaksanakan stimulasi perkembangan bersama kelompok. c. Kontrak akan datang Mengakhiri kontrak pertemuan, dan semua sesi
sudah
Kesepakatan
dilakukan akan
dibuat
dengan kembali
anak. jika
diperlukan.
3.7.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan anak sesuai dengan tujuan dan kemampuan keseluruhan mulai dari sesi pertama sampai sesi yang ke enam.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
94
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
BAB 4 IMPLEMENTASI PENGAMATAN DAN PENDAMPINGAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH PADA ORANG TUA DAN GURU
Bab empat ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok terpeutik pada masing – masing sesi dan bagaimana melakukannya pada orang tua dan guru dalam melakukan pengamatan dan pendampingan anak.
4.1 SESI 1 : Penjelasan Konsep Stimulasi Industri Anak 4.1.1 Pengertian Fase Industri Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya (industri) vs rasa rendah diri (inferiority). Masa ini berada diantara usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki dunia sekolah yang lebih formal, pada anak usia sekolah tumbuh rasa kemandirian anak, anak ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai selesai, Erik Erikson (1950 dalam Wong et.al., 2009). Anak usia sekolah memiliki ciri-ciri mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan teman sebaya, berperan dalam kegiatan kelompok, menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan (Keliat, Helena, & Farida, 2011). Pada tahap ini anak berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Anak belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
95
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
tanggung jawab mulai timbul, dan anak mulai senang untuk belajar bersama. Anak-anak memperoleh kepuasan yang sangat besar dari perilaku mandiri dalam menggali dan memanipulasi lingkunganya termasuk sekolah dan interaksi dengan teman sebaya.
Erikson (1968, dalam Faist & Faist, 2008) menyatakan bahwa anak usia sekolah, dalam usia ini dunia sosial anakanak berkembang melampaui keluarga hingga mencakup teman-teman sebaya, Orang Tua dan orang dewasa lainnya. Bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka untuk mengetahui sesuatu menjadi bertambah kuat dan terkait
erat
dengan
perjuangan
dasar
mencakup
kompetensi. Dalam perkembangan yang normal, anakanak berjuang secara produktif untuk bisa membaca dan menulis dan permainan yang dilakukan oleh orang dewasa seperti
berburu,
menangkap
ikan
atau
belajar
kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh budaya mereka. Usia sekolah bukan berarti sekolah-sekolah secara formal.
4.1.2 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah Yang Memiliki Produktif
Lebih memilih aktifitas secara fisik atau kekuatan badan
Mempunyai rasa bersaing (kompetisi) yang tinggi.
Senang menyelesaikan tugas sekolah dan tugas rumah.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
96
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berpikir secara nyata
Senang berhayal dan berfantasi.
Mampu membaca, menulis dan berhitung.
Mampu mengikuti peraturan dalam permainan.
Mampu berkomunikasi dua arah dengan orang baru.
Senang bercerita pengalamannya dengan teman sebaya.
Senang berkelompok dengan teman sebaya
Mempunyai sahabat akrab
Rasa tanggung jawab tinggi
Senang bekerja sama
Mampu mengendalikan emosi.
Mampu bersosialisasi dengan orang baru
Memiliki keinginan untuk bertanding dengan teman sebaya.
4.1.3 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah yang Tidak Memiliki Produktif
Tidak suka melakukan aktifitas secara fisik atau kekuatan badan
Tidak ada kemauan untuk bersaing, terkesan malas
Tidak mau mengerjakan pekerjaan sekolah
Melawan pada Orang Tua
Belum mampu membaca, menulis dan berhitung, atau salah satu.
Tidak mampu mengikuti aturan dalam permainan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
97
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Takut pada orang baru
Tidak mau bercerita dengan orang lain, terkesan diam.
Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
Tidak mempunyai teman akrab.
Tidak ada rasa tanggung jawab
Lebih senang bekerja sendiri
Tidak mampu mengendalikan emosi.
4.1.4 Tujuan Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi anak dalam menstimulasi ciri perkembangan yang dimiliki anak.
4.1.5 Setting 4.1.5.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama secara melingkar. 4.1.5.2 Tempat yang nyaman dan tenang
4.1.6 Alat Buku kerja dan buku evaluasi orang tua dan guru.
4.1.7 Metode Metode dalam sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
98
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.1.8 Langkah Kegiatan 4.1.8.1 Persiapan a. Melakukan seleksi peserta (anak, orang tua dan guru) di sekolah b. Membuat kontrak dengan orang tua dan guru. c. Mempersiapkan alat dan tempat untuk melakukan stimulasi perkembangan.
4.1.8.2 Orientasi a. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada orang tua dan anak. Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai papan nama) Menanyakan nama dan nama panggilan orang tua dan guru. b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan orang tua dan guru saat ini Menanyakan
pengalaman
dalam
menstimulasi tugas perkembangan anak usia sekolah. c. Kontrak Menjelaskan memberikan
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
tujuan informasi
kegiatan, dan
yaitu berbagi
99
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
pengalaman
antar
anggota
kelompok
tentang cara menstimulasi kemampuan perkembangan anak usia sekolah. Terapi ini terdiri dari tujuh sesi, duabelas kali pertemuan, lama kegiatan 45 menit. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada orang tua dan guru yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada fasilitator (terapis), setiap orang tua dan guru mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4.1.8.3 Tahap Kerja a. Jelaskan pada orang tua dan guru tentang tugas perkembangan industri yang harus dicapai anak. b. Beri kesempatan pada orang tua dan guru untuk mencontreng atau memberikan tanda benar pada tugas perkembangan yang telah dicapai oleh anak. c. Berikan kesempatan kepada orang tua dan guru untuk bertanya hal-hal yang tidak jelas. d. Berikan penjelasan cara mencapai tugas perkembangan industri dengan melakukan stimulasi perkembangan pada anak yang mencakup aspek pergerakan, aspek berpikir, berbicara, emosi, kepribadian, moral, spiritual Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
100
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
dan aspek psikososial. Semua aspek ini akan dijelaskan satu persatu pada sesi-sesi yang akan datang. e. Berikan pujian akan kemampuan orang tua dan
guru
dalam
mencapai
tugas
perkembangannya.
4.1.8.4 Tahap Terminasi a. Evaluasi Terapis menanyakan perasaan orang tua dan guru setelah mengikuti kegiatan Terapis
memberikan
pujian
kepada
kelompok. b. Tindak Lanjut Buku dibaca di rumah lalu di cek apakah ada yang berubah atau bertambah ciri yang sudah didapatkan oleh anak. c. Kontrak akan datang Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu cara melatih motorik atau gerakan perkembangan anak pada aspek motorik.
4.1.9 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
101
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan, yaitu dapat menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki oleh anak, orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak
dalam
menstimulasi
ciri
perkembangan yang dimiliki anak dan melakukan dokumentasi pada buku evaluasi pendampingan orang tua dan guru.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
102
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.2 SESI II : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Motorik 4.2.1 Pengertian Aspek Motorik Keterampilan
motorik
seseorang
dipengaruhi
oleh
kematangan perkembangan sistem syaraf otak seseorang yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi
atau
keterampilan
motorik
anak.
Keterampilan motorik ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu (a) keterampilan atau gerakan kasar meliputi: berjalan, berlari, melompat jauh, naik dan turun tangga, loncat tali, dapat mengenakan pakayan tanpa dibantu, menggunakan alat-alat
olah
keterampilan
raga,
baris-berbaris,
motorik
halus
sedangkan
atau
(b)
keterampilan
memanipulasi, seperti menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan adanya pola atau objek, memotong kertas dengan mengikuti pola, melempar, dan menangkap bola, serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Hurlock, 2008).
4.2.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Motorik Anak Usia Sekolah Kemampuan motorik kasar : naik turun tangga, melompat jauh, loncat tali, berjingkrak dan merubah arah dengan cepat, naik sepeda, berlari, dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu, senam, berenang, menggunakan alat-alat olah raga, baris berbaris.
Kemampuan motorik halus : menulis dengan tulisan sambung,
menggambar
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
dengan
pola
atau
objek,
103
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
memotong kertas dengan mengikuti pola, menggambar atau melukis dengan pensil warna.
4.2.3 Tujuan 4.2.3.1 Orang tua dan guru mampu menyebutkan, stimulasi perkembangan yang sudah dilakukan oleh anak untuk merangsang aspek motorik. 4.2.3.2 Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak
dalam
stimulasi
perkembangan oleh anak untuk merangsang aspek motorik.
4.2.4 Setting 4.2.4.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama. 4.2.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang.
4.2.5 Alat 4.2.5.1 Buku evaluasi orang tua dan guru. 4.2.5.2 Buku kerja orang tua dan guru.
4.2.6 Metode yang digunakan Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab
4.2.7 Langkah Kegiatan. 4.2.7.1 Persiapan Mempersiapkan alat yang akan dipakai dan tempat stimulasi Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
104
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.2.7.2 Orientasi a. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada orang tua dan guru atau peserta. b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan orang tua dan guru . Meminta orang tua dan guru bersamasama
membuka
buku
kerja
dan
menanyakan apakah ada tambahan tugas perkembangan industri yang sudah dicapai anak pada pertemuan sesi satu. c. Kontrak Menjelaskan mengamati motorik
tujuan dan
atau
kegiatan,
mendampingi gerakan
anak
yaitu latihan yang
menggunakan badan agar anak mampu bergerak ke segala arah, melatih otot untuk bergerak keseimbangan dan supaya mampu berlomba dalam kelompok. Orang tua dan guru membuka buku kerja dan melihat kegiatan yang akan di latih pada pertemuan sesi dua ini. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika ada orang tua dan guru yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada fasilitator/terapis, lama kegiatan
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
105
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
45 menit setiap orang tua dan guru mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. 4.2.7.3 Tahap Kerja. a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang ciri perkembangan yang sudah didapat
tambahan
dari
pertemuan
sebelumnya dan minta orang tua dan guru untuk mengisi ke dalam buku kerja dan berikan kesempatan kepada orang tua dan guru untuk berbagi pengalaman dengan apa yang sudah dilakukan atau jika masih ada yang belum di mengerti dari pertemuan sebelumnya mengenai ciri perkembangan anak usia sekolah. b. Diskusikan dengan orang tua dan guru hasil pengamatan orang tua dan guru terhadap kegiatan
motorik
yang
sudah
pernah
dikakukan anak seperti: lompat tali, main engklek, menangkap dan melempar bola, menulis tulisan sambung, menggungting kertas berpola, menggambar dan melukis. c. Beri kesempatan pada orang tua dan guru hal-hal yang tidak dipahami d. Diskusikan dengan Orang tua dan guru hasil pendampingan
dalam
mencapai
perkembangan aspek motorik anak Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
106
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.2.7.4 Tahap Terminasi a. Evaluasi Tanyakan perasaan orang tua dan guru setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kembali kegiatan yang sudah dilakukan kemudian isi ke dalam buku kerja. Berikan pujian kepada kelompok. b. Tindak Lanjut Memotivasi orang tua dan guru untuk terus mengamati dan mendampingi anak untuk melakukan latihan gerakan tubuh. Mencatat kegiatan motorik atau gerakan tubuh yang dilakukan anak di rumah. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri perkembangan anak yang dicapai di rumah. c. Kontrak akan datang. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu latihan mengamati dan mendampingi anak cara berpikir dan berbicara dengan baik. 4.2.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
107
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan, yaitu orang tua dan guru mampu melakukan stimulasi aspek
motorik
pada
anak
dan
melakukan
pendokumentasian pada buku evaluasi orang tua dan guru.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
108
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.3 SESI III : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek Kognitif dan Bahasa 4.3.1 Pengertian Teori perkembangan kognitif anak operasional konkret menurut Piaget (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009) pada sekitar usia 7 tahun, anak-anak memasuki tahap operasional konkret, dimana mereka bisa menggunakan berbagai operasi mental, seperti penalaran, memecahkan masalah-masalah konkret (nyata), seperti dimana harus mencari sarung tangan yang hilang. Anak-anak pada usia ini dapat berpikir dengan logis karena mereka tidak terlalu egosentris
dari
sebelumnya
dan
dapat
mempertimbangkan aspek dari berbagai situasi. Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan (Yusuf, 2009). Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, dapat berkomunikasi sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan atau agama.
4.3.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Kognitif Dan Bahasa Aspek kognitif anak dengan usia sekolah adalah: anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, lebih efisien dalam membangun strategi dan pengkodean, anak Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
109
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
memahami sebab dan akibat, kemampuan dalam menilai dari berbagai sudut pandang meningkat, kemampuan dalam berhitung semakin meningkat, seperti menambah, mengurangi, mengalikan, membagi. Pada akhir tahap ini anak sudah memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang sederhana.
Sedangkan untuk bahasa anak usia sekolah sudah mampu menguasai lebih dari 2.500 kata. Anak gemar membaca, mendengar cerita bersifat kritis tentang perjalanan, petualangan, atau riwayat pahlawan. Anak sudah mampu menanyakan soal waktu dan sebab akibat, anak sudah mampu menceritakan kembali alur cerita yang di dengar. Anak sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan mengolah
perasaannya, informasi
(mengutarakan
memahami
yang
pendapat
keterampilan
diterimanya, dan
berfikir
gagasannya),
mengembangkan kepribadiannya dan menyatakan sikap dan kepribadiannya.
4.3.3 Tujuan Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi anak dalam menstimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa anak.
4.3.4 Setting 4.3.4.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
110
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.3.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
4.3.5 Alat Buku kerja dan buku evaluasi
4.3.6 Metode Metode yang digunakan dalam sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab.
4.3.7 Langkah Kegiatan 4.3.7.1 Persiapan a. Membuat kontrak dengan orang tua dan guru. b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi 4.3.7.2 Orientasi a. Salam terapeutik : Salam dari terapis kepada orang tua dan guru b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan orang tua dan guru. Membuka buku kerja, cek kembali apa yang sudah dilakukan selama di rumah dan di sekolah. Apakah sudah ada tambahan yang dilakukan oleh anak terkait dengan sesi
satu
dan
sesi
dua
yaitu
ciri
perkembangan dan pergerakan tubuh sesuai dengan sesi dua.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
111
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berikan pujian kepada orang tua dan guru yang sudah mengisi buku kerja Beri motivasi kepada orang tua dan guru yang belum mampu melakukan. c. Kontrak Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu orang tua dan guru mampu mangamati dan mendampingi
stimulasi
perkembangan
untuk merangsang perkembangan aspek berpikir dan berbicara. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika ada orang tua dan guru yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada fasilitator/terapis, lama kegiatan empat puluh lima menit.
4.3.7.3 Tahap Kerja. a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang ciri perkembangan yang sudah ditambahkan dari pertemuan sebelumnya (aspek motorik), minta orang tua dan guru untuk mengisi ke dalam buku kerja ciri perkembangan yang sudah dilakukan dan kegiatan motorik lompat tali, main engklek, menangkap
dan
melempar
bola,
menggunting kertas yang sudah berpola,
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
112
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
menggambar dan melukis, kemudian isi ke dalam buku kerja. Berikan kesempatan kepada orang tua dan guru untuk berbagi pengalaman apa yang sudah dilakukan, jika ada
yang
belum
di
mengerti
berikan
kesempatan untuk bertanya b. Diskusikan dengan orang tua dan guru hasil pengamatan dan pendampingan kegiatan berpikir dan berbicara yang sudah pernah dilakukan beberapa
anak,
seperti:
bentuk
benda,
menyebutkan menjawab
pertanyaan sebab akibat, menyelesaikan beberapa
soal
memperkenalkan
diri
penjumlahan, didepan
kelas,
menceritakan kembali cerita pendek yang pernah di dengar dan menyebutkan nama buah atau binatang mulai dari huruf A. c. Beri kesempatan pada orang tua dan guru hal-hal yang tidak dipahami d. Diskusikan dengan Orang tua dan guru hasil pengamatan
dan
pendampingan
dalam
mencapai perkembangan aspek berbicara dan bahasa anak 4.3.7.4 Tahap Terminasi a. Evaluasi Tanyakan perasaan orang tua dan guru setelah mengikuti kegiatan. Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
113
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tanyakan kembali kegiatan yang sudah dilakukan dan masukkan ke dalam buku kerja. Berikan pujian kepada kelompok. b. Tindak Lanjut Memotivasi orang tua dan guru untuk terus mencoba melakukan pengamatan dan pendampingan latihan stimulasi berpikir dan berbicara, serta minta orang tua dan guru mencatat kegiatan yang telah dicapai ke dalam buku kerja. Mencatat kegiatan berpikir dan berbicara dan catat ke dalam buku kerja. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri perkembangan yang dicapai di rumah. c. Kontrak akan datang. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu mengamati dan mendampingi latihan cara mengendalikan emosi dan belajar kepribadian. 4.3.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan dan
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
114
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
terapis melakukan pendokumentasian pada buku evaluasi anak.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
115
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.4 SESI IV : Stimulasi Industri Anak untuk merangsang aspek emosi dan kepribadian 4.4.1 Pengertian Menurut Santrock (2007) emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama well-being dirinya. Emosi diwakili oleh perilaku
yang
mengekpresikan
kenyamanan
atau
ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Emosi bisa berbentuk sesuatu yang spesifik seperti rasa senang, takut, marah, tergantung dari interaksi yang dialami.
Seorang ahli psikologi individu, Allport (1939, dalam Feist & Feist, 2008) mendefinisikan kepribadian adalah sebagai pengorganisasian dinamis dalam diri individu dimana sistem psikofisisnya menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
4.4.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Emosi Dan Kepribadian Anak Usia Sekolah Aspek emosi dalam hal ini adalah anak mampu mengenal dan merasakan emosi sendiri, mengenal penyebab perasaan yang timbul, mampu mengungkapkan perasaan marah, mampu mengendalikan perasaan perilaku agrasif yang merugikan diri sendiri dan orang lain, memiliki Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
116
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
kemampuan untuk mengatasi stress, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki rasa tanggung jawab, mampu menerima sudut pandang orang lain, dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain, memiliki sikap bersahabat, bersikap demokratis bergaul dengan orang lain.
Aspek kepribadian meliputi: kemantapan gender tercapai, mampu menilai kekurangan dan kelebihan, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, mampu mengatasi kehidupan yang didahapi (tugas dan tanggung jawab), realistis dalam mencapai tujuan.
4.4.3 Tujuan Orang
tua
mendampingi
dan
guru
anak
mampu dalam
mengamati
dan
menstimulasi
ciri
perkembangan aspek emosi dan kepribadian. 4.4.4 Setting 4.4.4.1 Terapis orang tua dan guru duduk bersama 4.4.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
4.4.5 Alat Buku kerja dan buku evaluasi orang tua dan guru 4.4.6 Metode Metode yang digunakan pada sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
117
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.4.7 Langkah Kegiatan 4.4.7.1 Persiapan a. Membuat kontrak dengan orang tua dan guru. b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi. 4.4.7.2 Orientasi a. Salam terapeutik yaitu salam dari terapis kepada orang tua dan guru b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan orang tua dan guru Membuka buku kerja, cek kembali apa yang sudah dilakukan selama di rumah. Apakah
sudah
ada
tambahan
yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu dan sesi dua yaitu ciri perkembangan, pergerakan tubuh, berpikir dan berbicara. Jika sudah ada isi kembali ke dalam buku kerja. Berikan pujian pada orang tua dan guru yang sudah melakukan. Berikan motivasi untuk mengulang pada orang tua dan guru yang belum bisa melakukan. c. Kontrak Menjelaskan
tujuan
kegiatan,
yaitu
pengamatan dan pendampingan stimulasi
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
118
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
perkembangan pada aspek emosi dan kepribadian. Menjelaskan peraturan terapi: Jika ada orang
tua
dan
guru
yang
ingin
meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada terapis, lama kegiatan 45 menit.
4.4.7.3 Tahap Kerja. a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang ciri perkembangan yang sudah didapat yaitu ciri perkembangan anak usia sekolah, motorik, berpikir, berbicara. Minta orang tua dan guru untuk mengisi ke dalam buku kerja yang sudah dicapai dan berikan kesempatan kepada orang tua dan guru untuk berbagi pengalaman dengan apa yang sudah dilakukan atau jika masih ada yang belum
di
mengerti
dari
pertemuan
sebelumnya mengenai ciri perkembangan motorik atau gerakan anak usia sekolah, berpikir, dan berbicara. b. Diskusikan dengan orang tua dan guru hasil pengamatan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian sudah pernah dilakukan anak seperti: menyampaikan perasaan marah, senang dan sedih, menyampaikan pendapat, mengatasi masalah, menceritakan kembali Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
119
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
cerita pendek, mengungkapkan kesalahan, mengerjakan
tugas
dan
stimulasi
yang
diberikan. c. Beri kesempatan pada orang tua dan guru hal-hal yang tidak dipahami d. Diskusikan dengan Orang tua dan guru hasil pengamatan
dan
pendampingan
dalam
mencapai perkembangan aspek emosi dan kepribadian
4.4.7.4 Tahap Terminasi a. Evaluasi Tanyakan perasaan orang tua dan guru setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kembali kegiatan yang sudah dilakukan dan masukkan ke dalam buku kerja. Berikan pujian kepada kelompok. b. Tindak Lanjut Mencatat kegiatan yang telah dilakukan orang tua dan guru dalam mengamati dan mendampingin
anak
dalam
latihan
mengendalikan emosi dan kepribadian yang dilakukan di rumah/ sekolah. Memotivasi orang tua dan guru untuk terus mencoba mengamati dan mendampingi
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
120
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
anak dalam latihan stimulasi emosi dan kepribadian. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri perkembangan yang dicapai di rumah/sekolah. c. Kontrak akan datang. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu aspek moral dan spiritual.
4.4.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan dan terapis melakukan pendokumentasian pada buku evaluasi orang tua dan guru.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
121
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.5 SESI V : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek Moral dan Spiritual. 4.5.1 Pengertian Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” yang berarti ada istiadat, kebiasaan, peraturan dan nilai-nilai atau tata cara
kehidupan.
Sedangkan
moralitas
merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral. Dimana nilai moral tersebut seperti: (a) seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, (b) larangan mencuri, membunuh, minum-minuman keras, berjudi (Yusuf, 2009).
Spiritualitas
adalah
keyakinan
dalam
hubungannya
dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 2009). Menurut Burkhardt (1993, dalam Hamid, 2009) spiritualitas
meliputi
aspek
sebagai
berikut:
(1)
berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui ketidakpastian dalam kehidupan, (2) menemukan arti dan tujuan
hidup,
(3)
menyadari
kemampuan
untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, (4) mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Tuhan Yang Maha Tinggi.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
122
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.5.2 Ciri Perkembangan Moral Dan Spiritual Anak Usia Sekolah Aspek perkembangan moral meliputi: anak sudah mengenal konsep moral (mengenal benar atau salah, baik atau buruk), anak sudah dapat mengikiti peraturan dari Orang Tua, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya, agresi terutama jenis permusuhan sudah berkurang, penalaran moral semakin dipandu oleh rasa keadilan, anak ingin menjadi baik untuk memelihara tatanan sosial, agresi beralih kebuhungan.
Aspek perkembangan spirituan adalah sikap keagamaan anak
bersifat resertif
disertai
dengan
pengertian,
pandangan dan paham kebutuhan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika, penghayatan secara
rohaniah
semakin
mendalam,
pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral, dalam hal ini tidak juga hanya sebagai kegiatan keagamaan tapi menyangkut masalah spirituaL seperti: hormat kepada Orang Tua atau orang yang lebih tua, Orang Tua dan teman, memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin, memelihata kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan bersikap bertanggung jawab.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
123
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.5.3 Tujuan. Orang
tua
dan
guru
mampu
mengamati
dan
mendampingi anak dalam menstimulasi aspek moral dan spiritual. 4.5.4 Setting 4.5.4.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama 4.5.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
4.5.5 Alat Metode yang digunakan adalah buku kerja dan buku evaluasi.
4.5.6 Metode Metode dalam sesi ini adalah : dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab.
4.5.7 Langkah Kegiatan 4.5.7.1 Persiapan a. Membuat kontrak dengan orang tua dan guru. b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi. 4.5.7.2 Orientasi a. Salam terapeutik yaitu salam dari terapis kepada orang tua dan guru.
b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan orang tua dan guru. Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
124
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Membuka buku kerja, cek kembali apa yang
sudah
dilakukan
rumah/sekolah.
Apakah
selama sudah
di ada
tambahan yang dilakukan untuk mengisi sesi satu dan sesi dua, sesi tiga dan sesi empat
yaitu
ciri
perkembangan,
pergerakan tubuh, berpikir dan berbicara, mengendalikan emosi dan kepribadian. Jika sudah ada isi kembali ke dalam buku kerja. Berikan pujian pada orang tua dan guru yang sudah melakukan. c. Kontrak. Menjelaskan
tujuan
kegiatan,
yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek moral dan spiritual. Menjelaskan peraturan terapi: jika ada orang
tua
dan
guru
yang
ingin
meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4.5.7.3 Tahap Kerja a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang ciri perkembangan yang sudah didapat yaitu ciri perkembangan anak usia
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
125
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
sekolah,
motorik,
mengendalikan
berpikir,
emosi,
dan
berbicara, kepribadian.
Minta orang tua dan guru untuk mengisi ke dalam buku kerja yang sudah dicapai orang tua dan guru dan berikan kesempatan kepada mereka untuk berbagi pengalaman apa yang sudah dilakukan. Jika masih ada yang belum di mengerti dari pertemuan sebelumnya mengenai ciri perkembangan motorik atau gerakan anak usia sekolah, berpikir, dan berbicara,
mengendalikan
emosi
dan
kepribadian. Berikan pujian bagi orang tua dan guru yang sudah melaksanakan dan berikan motivasi bagi orang tua dan guru yang belum bisa melaksanakan. b. Diskusikan dengan orang tua dan guru hasil pengamatan dan pendampingan terhadap anak apakah kegiatan aspek moral dan spiritual sudah pernah dilakukan seperti: menepati janji kepda teman, melakukan kewajiban, mengikuti peraturan, mengikuti ibadah agama, berdoa, membaca kitab suci. c. Beri kesempatan pada orang tua dan guru hal-hal yang tidak dipahami d. Diskusikan dengan Orang tua dan guru hasil pengamatan
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
dan
pendampingan
dalam
126
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
mencapai perkembangan aspek moral dan spiritual anak.
4.5.7.4 Tahap Terminasi a. Evaluasi Tanyakan perasaan orang tua dan guru setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kembali kegiatan moral dan spiritual anak yang sudah dilakukan orang tua dan guru, masukkan kedalam buku kerja. Berikan pujian kepada kelompok. b. Tindak Lanjut Memotivasi orang tua dan guru untuk terus mengamati dan mendampingi anak dalam mencapai perkembangan aspek moral dan spiritual anak. Mencatat kegiatan moral dan spiritual yang dilakukan di rumah/sekolah. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri perkembangan yang dicapai, motorik,
kognitif,
bahasa,
emosi,
kepribadian, moral, spiritual.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
127
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
c. Kontrak akan datang. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu hubungan dengan orang lain atau psikososial.
4.5.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
128
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.6 SESI VI : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek Psikososial 4.6.1 Pengertian Perkembangan psikososial menurut Yusuf (2009) adalah pencapaian kematangan hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya semakin luas. Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan
diri-sendiri
(egosentris),
kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
4.6.2 Ciri Perkembangan Aspek Psikososial Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah biasanya mengalami konflik dengan saudara kandung, persahabatan semakin luas dan menjadi semakin intim, mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, kesanggupan menyesuaikan diri terhadap Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
129
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
orang lain atau dapat bekerja sama dengan orang lain. Berminat terhadap kegiatan teman sebaya bahkan sampai membentuk kelompok (gang) sendiri. Biasanya anak lebih mementingkan teman dari pada keluarga.
4.6.3 Tujuan Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi anak
dalam
menstimulasi
perkembangan
aspek
psikososial pada anak. 4.6.4 Setting 4.6.4.1 Terapis serta orang tua dan guru duduk bersama 4.6.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang.
4.6.5 Alat Alat yang dipergunakan adalah buku kerja dan buku evaluasi.
4.6.6 Metode Metode yang digunakan adalah dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab
4.6.7 Langkah Kegiatan Persiapan adalah membuat kontrak dengan orang tua dan guru dan mempersiapkan alat dan tempat stimulasi 4.6.7.1 Orientasi a. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada orang tua dan guru Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
130
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan orang tua dan guru. Membuka buku kerja, cek kembali apa yang
sudah
dilakukan
dirumah/sekolah.
Apakah
selama
sudah
ada
tambahan yang dilakukan untuk mengisi sesi satu, sesi dua, sesi tiga, sesi empat dan sesi
lima
yaitu
ciri
perkembangan,
pergerakan tubuh, berpikir dan berbicara, mengendalikan emosi, kepribadian, moral dan spiritual. Jika sudah ada isi kembali ke dalam buku kerja. Berikan pujian pada orang tua dan guru yang sudah melakukan. Berikan motivasi untuk mengulang pada orang tua dan guru yang belum bisa melakukan. c. Kontrak Menjelaskan stimulasi
tujuan
kegiatan,
perkembangan
pada
yaitu aspek
psikososial atau hubungan dengan orang lain. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : jika ada orang tua dan guru yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada terapis, lama kegiatan 45 menit,
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
131
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
setiap anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4.6.7.2 Tahap Kerja a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang ciri perkembangan yang sudah didapat anak yaitu ciri perkembangan anak usia sekolah, motorik, berpikir, berbicara, mengendalikan emosi, kepribadian, moral dan spiritual. Minta orang tua dan guru untuk mengisi ke dalam buku kerja yang sudah dicapai dan berikan kesempatan kepada orang
tua
dan
guru
untuk
berbagi
pengalaman apa yang sudah dilakukan. Jika masih ada yang belum di mengerti dari pertemuan
sebelumnya
mengenai
ciri
perkembangan motorik atau gerakan anak usia
sekolah,
berpikir,
dan
berbicara,
mengendalikan emosi, kepribadian, moral dan spiritual. Berikan pujian bagi orang tua dan guru yang sudah melaksanakan dan berikan motivasi bagi orang tua dan guru yang belum bisa melaksanakan. b. Diskusikan dengan orang tua dan guru hasil pengamatan dan pendampingan terhadap anak apakah kegiatan aspek psikososial atau hubungan dengan orang lain seperti: bermain Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
132
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
dalam bentuk kelompok, mengerjakan tugas kelompok, gotong royong, bercerita dengan teman akrab, bertanggung jawab dalam tugas kelompok, menghargai orang lain. c. Beri kesempatan pada orang tua dan guru hal-hal yang tidak dipahami d. Diskusikan dengan Orang tua dan guru hasil pendampingan
dalam
mencapai
perkembangan aspek psikososial anak 4.6.7.3 Tahap Terminasi a. Evaluasi Tanyakan perasaan orang tua dan guru setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kegiatan yang sudah dilakukan dan masukkan ke dalam buku kerja. Berikan pujian kepada kelompok. b. Tindak Lanjut Memotivasi
orang
tua
dan
guru
mendampingi anak dalam menstimulasi perkembangan aspek psikososial. Mencatat kegiatan psikososial yang sudah dilakukan di rumah/sekolah. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri perkembangan yang dicapai, motorik,
kognitif,
bahasa,
emosi,
kepribadian, moral, spiritual.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
133
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
c. Kontrak akan datang. Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu sharing atau berbagi pengalaman dengan kelompok.
4.6.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
134
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.7 SESI VII : Sharing Persepsi tentang Stimulasi Anak yang telah dilakukan 4.7.1 Pengertian Sharing Pengalaman merupakan kegiatan untuk berbagi pengalaman yang telah didapat selama melakukan kegiatan.
4.7.2 Tindakan yang Dilakukan 4.7.2.1 Berbagi
pengalaman
dalam
melaksanakan
stimulasi perkembangan yang telah di pelajari bersama. 4.7.2.2 Berbagi
pengalaman
tentang
pentingnya
stimulasi untuk perkembangan anak usia sekolah. 4.7.2.3 Berbagi
pengalaman
tentang
tehnik–tehnik
dalam melaksanakan stimulasi perkembangan. 4.7.2.4 Mendapat pujian dari kelompok. 4.7.2.5 Memberikan pujian kepada anggota kelompok lain yang memberikan pendapat.
4.7.3 Tujuan 4.7.3.1 Anggota
kelompok
pengalaman
dalam
mampu
untuk
memberikan
berbagi stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari selama sesi 1–6. 4.7.3.2 Orang tua dan guru mampu memahami stimulasi perkembangan pada anak usia sekolah.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
135
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.7.4 Setting Terapis, orang tua dan guru duduk bersama, tempat yang nyaman dan tenang
4.7.5 Alat Alat yang digunakan dalan sesi ini adalah buku kerja dan buku evaluasi.
4.7.6 Metode Metode diskusi dalan sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab.
4.7.7 Langkah Kegiatan 4.7.7.1 Persiapan Membuat kontrak dengan orang tua dan guru dan mempersiapkan alat dan tempat stimulasi a. Orientasi Salam terapeutik dari terapis kepada orang tua dan guru. b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan orang tua dan guru Membuka buku kerja, cek kembali apa yang
sudah
rumah/sekolah.
dilakukan Apakah
selama sudah
di ada
tambahan yang dilakukan untuk mengisi sesi satu, sesi dua, sesi tiga, sesi empat, sesi lima dan sesi enam yaitu ciri Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
136
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
perkembangan, pergerakan tubuh, berpikir dan
berbicara,
kepribadian,
mengendalikan moral,
spiritual
emosi, dan
psikososial. Jika sudah ada isi kembali ke dalam buku kerja. Berikan pujian pada orang tua dan guru yang sudah melakukan. Berikan motivasi untuk mengulang pada orang tua dan guru yang belum bisa melakukan. c. Kontrak Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi pengalaman tentang cara memberikan stimulasi
perkembangan
dipelajari
yaitu
motorik,
ciri
berpikir,
yang
telah
perkembangan, berbicara,
mengendalikan emosi, kepribadian, moral, spiritual, dan psikososial. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada orang tua dan guru yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
137
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4.7.7.2 Tahap Kerja. a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang ciri perkembangan anak yang sudah didapat yaitu ciri perkembangan anak usia sekolah,
motorik,
berpikir,
berbicara,
mengendalikan emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial. Minta orang tua dan guru untuk mengisi ke dalam buku kerja yang sudah dicapai dan berikan kesempatan kepada anak untuk berbagi pengalaman apa yang sudah dilakukan. Jika masih ada yang belum
di
mengerti
dari
pertemuan
sebelumnya mengenai ciri perkembangan motorik atau gerakan anak usia sekolah, berpikir,
dan
berbicara,
mengendalikan
emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial. Berikan pujian bagi orang tua dan guru yang sudah melaksanakan dan berikan motivasi bagi orang tua dan guru yang belum bisa melaksanakan b. Beri kesempatan pada orang tua dan guru untuk mengungkapkan pendapat mengenai stimulasi perkembangan yang dipelajari. c. Tanyakan pada orang tua dan guru tentang stimulasi
perkembangan
yang
telah
dilakukan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
138
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
d. Berikan kesempatan pada orang tua dan guru untuk berbagi pengalaman tentang manfaat yang
didapatkan
setelah
mencoba
memberikan stimulasi perkembangan pada anak. e. Berikan kesempatan pada orang tua dan guru untuk bertanya tentang hal-hal yang masih belum dipahami f. Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk menyampaikan dampak jika tidak melakukan stimulasi perkembangan anak usia sekolah. g. Beri pujian/penghargaan atas kemampuan anggota kelompok dalam menjawab dan berbagi pengalaman h. Berikan
kesimpulan
tentang
stimulasi
perkembangan yang telah dibahas dan motivasi anggota kelompok untuk saling memberikan stimulasi perkembangan pada anaknya. 4.7.7.3 Tahap Terminasi a. Evaluasi Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan. Tanyakan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan masukkan ke dalam buku kerja. Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
139
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Terapis
memberikan
pujian
kepada
kelompok. b. Tindak Lanjut Menganjurkan pada orang tua untuk selalu melaksanakan
stimulasi
yang
telah
dipelajari bersama kelompok. Mencatat kegiatan aspek
yang sudah
dilakukan. c. Kontrak akan datang Mengakhiri kontrak pertemuan, dan semua sesi sudah dilakukan dengan orang tua dan guru. Kesepakatan akan dibuat kembali jika diperlukan.
4.7.8 Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan dan kemampuan keseluruhan mulai dari sesi pertama sampai sesi yang ke enam.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
140
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Setiap waktu manusia tidak pernah lepas dari belajar. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menetap sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Latihan atau pengalaman yang di peroleh anak tidak hanya dari buku-buku atau sekolah saja, tetapi dipelajari pula dari tingkah laku kehidupan seharihari. Dan kebiasaan tingkah laku ini dipengaruhi oleh pola asuh yang berlaku dalam suatu keluarga dan stimulus yang diterima oleh anak.
Menurut Yusuf (2009) masa anak usia sekolah sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Dimana sifat anak pada masa ini adalah adanya hubungan yang positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi anak (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh). Pada masa ini anak juga bersikap tunduk pada peraturan-peraturan permainan yang tradisional, adanya kecenderungan memuji diri sendiri, suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain, pada masa ini juga anak menghendaki nilai yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Erikson (1968, dalam Faist & Faist, 2008) menyatakan bahwa anak usia sekolah mencakup antara 6 tahun sampai kira-kira 12Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
141
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
13 tahun, dalam usia ini dunia sosial anak-anak berkembang melampaui keluarga hingga mencakup teman-teman sebaya, guru dan orang dewasa lainnya. Bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka untuk mengetahui sesuatu menjadi bertambah kuat dan terkait erat dengan perjuangan dasar mencakup kompetensi. Dalam perkembangan yang normal, anak-anak berjuang secara produktif untuk bisa membaca dan menulis dan permainan yang dilakukan oleh orang dewasa seperti berburu, menangkap ikan atau belajar kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh budaya mereka. Usia sekolah bukan berarti sekolah-sekolah secara formal.
Stimulasi yang diberikan pada anak sedini mungkin adalah sangat baik dan bermanfaat bagi keberlangsunan intelektual anak dimana yang akan datang, dan juga sebagai bekal anak menuju masa depan yang cemerlang. Stimulasi yang diberikan berupa permainan adalah salah satu cara anak usia sekolah untuk belajar. Salah satu cara paling mudah untuk memastikan mereka belajar adalah dengan memastikan tubuh dan pikirannya terlibat. Pelatihan, penjelasan, perbaikan, atau demonstrasi sebanyak apapun tidak akan memperkaya si anak, kecuali bila pengalaman atau hal itu terjadi. Untuk mewujudkan hal tersebut, stimulasi merupakan suatu objek yang akan memberi reaksi tertentu pada anak dengan kelompok umur tertentu pula.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
142
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Keterlibatan orang tua dalam melakukan stimulasi pada anak dengan kelompok umur sesuai dengan perkembangannya menjadi sangat penting, karena anak yang sering mendapat stimulasi yang sesuai dengan kelompok usianya akan menjadi anak yang aktif, agresif, dan tingkah lakunya terarah pada suatu tujuan tertentu. Sebaliknya anak yang tidak pernah diberi stimulasi akan menjadi anak yang pasif, kurang industri dan kurang rasa ingin tahu terhadap keadaan sekeliling.
Jenis stimulasi yang dilakukan sesuai dengan perkembangan usia anak. Untuk anak sekolah jenis-jenis terapi stimulasi ini bervariasi, tergantung dari tujuan yang akan dicapai oleh terapis. Demikian pula dengan pemilihan permainan yang akan diberikan harus sesuai dengan tujuan
perkembangan anak
pada kelompok usianya. Peran perawat dalam hal ini, sebagai terapis
dapat
membantu
anak
dan
keluarga
untuk
mempersiapkan dan melakukan terapi stimulasi perkembangan sesuai dengan usia anak.
5.2 Saran 5.2.1 Berdasarkan
uraian-uaraian
diatas,
terapi
stimulasi
sebaiknya dilakukan sesuai dengan perkembangan usia anak, dan memberikan stimulasi terhadap anak sedini mungkin dengan memperhartikan alat permainan yang digunakan serta cara bermainnya. 5.2.2 Kerjasama antara terapis, anak, orang tua dan guru harus berkesinambungan guna memantau tumbuh kembang Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
143
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
anak
agar
optimal
dan
sesuai
dengan
tahap
perkembangannya.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
144
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2003).Buku pedoman kesehatan jiwa. Jakarta : Depkes Depkes RI. (2006) Stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta DepKes RI., Pola Mengasuh Anak Sejak Umur 1 Tahun Sampai 6 Tahun, Jakarta Einon Dorothy, (2004), Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun, Penerbit Erlangga, Jakarta. Feist, J and Feist,J.G. (2008). Theories of Personality (6th ed). The McGraw Hill Companies, Inc., 1221 Aveneu of the Americas, New York. Hawadi, Akbar Reni, (2001), Psikologi Perkembangan Anak, Penerbit PT Gramedia, Jakarta Hasan Maimunah, (2001), Membangun Kreativitas Anak Secara Islami, Penerbit Bintang Cemerlang, Yogyakarta. Kaplan, H.L., and Saddock, B. J. (1995). Comprensive text book of psychiatry. (Vol. 1. 6th ed), Baltimore: Williams & Wilkins. Kaplan, H.L., Saddock, B.J., and Grebb, S.A. (1996). Synopsis of psychiatry behavioural sciences clinical psychiatry. (7th ed), Baltimore: Williams & Wilkins.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
145
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Nakita, (2005), Salah Asuh Anak Rapuh, Penerbit PT Gramedia, Jakarta Shives, L.R. (1998). Basic concepts of psychiatric-mental health nursing. (4th ed), Philadelphia: Lippincott. Soetjiningsih, (1998), Tumbuh Kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta Stuart, G.W and Laraia, M.T (2005). Principles and Practice of psychiatric nursing. (7th edition). St Louis: Mosby. Townsend, C.M. (2005). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing. (3th Ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company Trihadi, Keliat dan Hastono. (2009). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik
Terhadap
Kemampuan
Keluarga
Dalam
Memberikan Stimulasi Perkembangan Dini Usia Kanak - Kanak Di Kelurahan Bubulak Kota Bogor
Tahun 2009. Tidak di
publikasikan.
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
146
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah, 2011
147
BUKU KERJA Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
TIM PENYUSUN : Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. Kp., M. App. Sc. Ns. Muhammad Sunarto, M. Kep. Ns. Dian Istiana, M. Kep.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
2
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
BUKU KERJA TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH
Nama Anak
: ..................................................
Nama Orang Tua/Guru : .................................................. Kelompok
: ..................................................
Kelas
: ..................................................
Sekolah
: ..................................................
TIM PENYUSUN
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp., M.App.Sc. Ns. Muhammad Sunarto, M.Kep. Ns. Dian Istiana, M.Kep.
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
3
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
KATA PENGANTAR
Buku kerja ini adalah buku penyerta Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah. Buku ini terdiri dari 7 bagian sesuai dengan 7 sesi pertemuan pada modul. Untuk tiap-tiap bagian, berisi informasi kegiatan cara menstimulasi perkembangan anak usia sekolah. Anak-anak diharapkan dapat menuliskan tindakan apa yang dilakukan dalam aktivitas tersebut baik di sekolah maupun di rumah, terkait dengan kegiatan menstimulasi perkembangan anak usia sekolah.
Dengan demikian, buku ini dapat digunakan oleh Anak sebagai panduan untuk melaksanakan stimulasi perkembangan anak usia sekolah di sekolah/rumah.
Depok,
Maret 2011
Tim Penyusun
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
4
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................
4
Daftar Isi .................................................................................
5
Sesi 1 : Menyebutkan Ciri-Ciri perkembangan Anak Usia Sekolah ....................................................
6
Sesi 2 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Perkembangan Aspek Gerakan Motorik ...........................................
13
Sesi 3 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Perkembangan Aspek Kognitif dan Bahasa ........................................
19
Sesi 4 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Perkembangan Aspek Emosi dan Kepribadian ...................................
29
Sesi 5 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Perkembangan Aspek Moral dan Spiritual .........................................
39
Sesi 6 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Perkembangan Aspek Psikososial .....................................................
49
Sesi 7 : Sharing Pengalaman ................................................
57
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
5
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 1 : Menyebutkan Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah
Mendengarkan :
Kamu terlebih dahulu dengarkan dengan cermat penjelasan dari Perawat tentang topik pada Sesi 1 ini!
Setelah mendapatkan penjelasan dari Perawat pada sesi 1 ini, kamu kembali baca dan kenali diri kamu tentang ciri-ciri anak produktif dan tidak produktif di bawah ini ; Membaca: Bacalah dengan cermat ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah di bawah ini!
Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah Yang Memiliki Produktif :
Anak sangat menyukai kegiatan secara fisik atau kekuatan badan seperti berlari, kejar-kejaran dan lain-lain.
Mempunyai keinginan untuk bersaing dengan teman-teman.
Senang menyelesaikan tugas sekolah dan tugas rumah.
Berpikir secara nyata.
Senang berhayal dan berfantasi.
Mampu membaca, menulis dan berhitung.
Mampu mengikuti aturan dalam permainan.
Mampu berkomunikasi/berbicara dua arah dengan orang baru.
Senang menceritakan pengalamannya dengan teman sebaya.
Senang berkelompok dengan teman seusia.
Mempunyai sahabat akrab.
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
6
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Mempunyai rasa tanggung jawab tinggi.
Senang bekerja sama dengan orang lain.
Mampu mengendalikan emosi seperti tidak muda marah dan menangis.
Mampu bersosialisasi atau bergaul dengan orang baru.
Memiliki keinginan untuk bertanding dengan teman sebaya.
Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah yang Tidak Memiliki Produktif :
Anak tidak menyukai kegiatan secara fisik atau kekuatan badan seperti berlari, kejar-kejaran dan lain-lain.
Tidak ada kemauan untuk bersaing, terkesan malas.
Tidak mau mengerjakan pekerjaan sekolah.
Melawan pada orang tua.
Belum mampu membaca, menulis dan berhitung, atau salah satu.
Tidak mampu mengikuti aturan dalam permainan.
Takut pada orang baru.
Tidak mau bercerita dengan orang lain, terkesan diam.
Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok.
Tidak mempunyai teman akrab.
Tidak ada rasa tanggung jawab.
Lebih senang bekerja sendiri.
Tidak mampu mengendalikan emosi atau terlihat seperti anak yang mudah marah dan cengeng.
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
7
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berlatih : Setelah kamu baca dengan cermat ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah tersebut di atas, sekarang kamu melatih diri untuk mengenali diri sendiri!
Latihan yang dapat dilakukan pada sesi 1 adalah : a. Menyebutkan ciri-ciri perkembangan produktif anak usia sekolah b. Menyebutkan ciri-ciri perkembangan tidak produktif anak usia sekolah c. Menyebutkan ciri-ciri perkembangan yang dimiliki. d. Menceritakan
pengalaman
dalam
melaksanakan
tugas
perkembangan anak usia sekolah
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
8
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Sekarang tugas kamu adalah menuliskan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif tapi usahakan tidak melihat catatan di atas yah!
Tanggal No
Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah yang Produktif
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
9
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Sekarang tuliskan lagi ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif tapi usahakan tidak melihat catatan di atas yah!
Tanggal No
Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah yang Tidak Produktif
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
10
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Kamu sudah tahu tentang ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif dan tidak produktif, sekarang tuliskan ciriciri perkembangan kamu sendiri!
Tanggal No
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Ciri-Ciri Perkembangan yang Dimiliki
11
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Kamu sudah tahu ciri-ciri perkembangan kamu sendiri, sekarang tuliskan pengalaman kamu dalam melaksanakannya!
Tanggal No
Pengalaman Dalam Melaksanakan tugas Perkembangan Usia Sekolah
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
12
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 2 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Perkembangan Aspek Gerakan Motorik
Mendengarkan :
Kamu terlebih dahulu dengarkan dengan cermat penjelasan dari Perawat tentang topik pada Sesi 2 ini!
Setelah mendapatkan penjelasan dari Perawat pada sesi 2 ini, kamu kembali baca dan kenali diri kamu tentang keterampilan gerakan di bawah ini ; Membaca: Bacalah dengan cermat keterampilan gerakan anak usia sekolah di bawah ini!
Keterampilan gerakan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Keterampilan atau gerakan kasar, meliputi ; a. Berjalan, b. Berlari, c. Melompat jauh, d. Naik dan turun tangga, e. Loncat tali, f. Dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu, g. Menggunakan alat-alat olah raga, h. Baris-berbaris 2. Keterampilan gerakan halus, meliputi ; a. Menulis dengan tulisan sambung, b. Menggambar dengan adanya pola atau objek, c. Memotong kertas dengan mengikuti pola, Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
13
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
d. Menggambar atau melukis dengan pensil warna. Berlatih : Setelah kamu baca dengan cermat keterampilan gerakan anak usia sekolah tersebut di atas, sekarang kamu melatih diri pada kegiatan tersebut di bawah ini!
Latihan yang dapat dilakukan dalam merangsang perkembangan gerakan anak usia sekolah adalah : a. Menyebutkan jenis-jenis kegiatan gerakan kasar dan halus. b. Menyebutkan kegiatan gerakan yang pernah dilakukan. c. Melakukan praktek gerakan kasar dan gerakan halus d. Melatih kegiatan gerakan di rumah.
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
14
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Setelah kamu membaca, sekarang tuliskan jenis-jenis kegiatan gerakan tersebut di bawah ini!
Tanggal No
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Jenis-Jenis Kegiatan Gerakan
15
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Setelah kamu mengetahui jenisjenis kegiatan gerakan, sekarang kamu tuliskan gerakan yang pernah dilakukan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Kegiatan Gerakan yang Pernah Dilakukan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Dengan Siapa Teman/ Orang Sendiri Saudara tua
16
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Setelah kamu menuliskan kegiatan gerakan yang pernah kamu lakukan, sekarang lakukan kegiatan tersebut lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Praktek Kegiatan Gerakan Kasar dan Gerakan Halus
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Latihan Teman/ Orang Sendiri Saudara tua
17
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Setelah kamu menuliskan kegiatan gerakan yang kamu praktekkan, sekarang latihlah kegiatan tersebut lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Latihan Kegiatan Gerakan Di Rumah
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Latihan Teman/ Orang Sendiri Saudara Tua
18
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 3 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Perkembangan Aspek Kognitif dan Bahasa
Mendengarkan :
Kamu terlebih dahulu dengarkan dengan cermat penjelasan dari Perawat tentang topik pada Sesi 3 ini!
Setelah mendapatkan penjelasan dari Perawat pada sesi 3 ini, kamu kembali
baca
dan
kenali
diri
kamu
tentang
kemampuan
perkembangan aspek kognitif/pengetahuan dan bahasa kamu di bawah ini ; Membaca: Bacalah dengan cermat kemampuan perkembangan aspek kognitif/pengetahuan dan bahasa anak usia sekolah di bawah ini!
1. Perkembangan Aspek Kognitif Aspek kognitif anak dengan usia sekolah meliputi ; a. Anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, b. Anak bisa lebih efisien dalam membangun strategi dan pengkodean, c. Anak memahami sebab dan akibat, d. Mampu menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang/hal, e. Kemampuan dalam berhitung semakin meningkat, seperti menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. f. Pada akhir tahap ini anak sudah memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang sederhana.
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
19
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
2. Perkembangan Aspek Bahasa Aspek bahasa anak usia sekolah meliputi ; a. Mampu menguasai lebih dari 2.500 kata, b. Anak gemar membaca, c. Mendengar
cerita
bersifat
kritis
tentang
perjalanan,
petualangan, atau riwayat pahlawan. d. Anak sudah mampu menanyakan soal waktu dan sebab akibat, e. Anak sudah mampu menceritakan kembali alur cerita yang di dengar. Anak sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain, f. Menyatakan perasaannya, g. Memahami
keterampilan
mengolah
informasi
yang
diterimanya, h. Berfikir (mengutarakan pendapat dan gagasannya), i.
Mengembangkan kepribadiannya,
j.
Menyatakan sikap dan kepribadiannya.
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
20
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berlatih : Setelah kamu baca dengan cermat perkembangan kognitif dan bahasa anak usia sekolah tersebut di atas, sekarang kamu melatih diri pada kegiatan tersebut di bawah ini!
Latihan yang dapat dilakukan dalam merangsang perkembangan kognitif dan bahasa anak usia sekolah adalah : a. Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan. b. Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masingmasing c. Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat d. Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian e. Memperkenalkan diri di depan kelompok/teman-teman atau orang baru. f. Menceritakan cerita pendek g. Menyebukan nama buah atau binatang
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
21
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Setelah kamu mendengarkan penjelasan dan membaca perkembangan aspek kognitif dan bahasa, lalu tuliskan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah kamu lakukan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Kegiatan Berpikir dan Berbicara yang Pernah Dilakukan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Latihan Teman/ Orang Sendiri Saudara Tua
22
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Nama benda yang kamu ketahui dan sebutkan fungsi masingmasing benda tersebut pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Nama Benda
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Fungsi
23
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Buatlah pertanyaan sebab-akibat dan jawabannya pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Pertanyaan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Jawaban
24
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Latihlah diri kamu dengan menuliskan soal dan jawaban matematika mulai penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Penjumlahan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Latihan Pengurangan Perkalian
Pembagian
25
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Latihlah diri kamu berkenalan dan memperkenalkan diri dan tuliskan pada kolom di bawah ini!
Latihan Menyebutkan Tanggal No
Nama dan Asal
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Kelas
Hobi
Kepada Siapa
26
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Latihlah diri kamu dengan membaca cerita dan ceritakan kembali pada orang lain lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Bacaan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Topik
Diceritakan Kepada Siapa
27
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Latihlah diri kamu dengan menyebutkan nama buah dan binatang mulai dari huruf A sampai Z lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Nama Buah
Binatang
28
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 4 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Perkembangan Aspek Emosi dan Kepribadian
Mendengarkan :
Kamu terlebih dahulu dengarkan dengan cermat penjelasan dari Perawat tentang topik pada Sesi 4 ini!
Setelah mendapatkan penjelasan dari Perawat pada sesi 4 ini, kamu kembali
baca
dan
kenali
diri
kamu
tentang
kemampuan
perkembangan aspek emosi dan kepribadian kamu di bawah ini ; Membaca: Bacalah dengan cermat kemampuan perkembangan aspek emosi dan kepribadian anak usia sekolah di bawah ini!
1. Perkembangan Aspek Emosi Aspek emosi dalam hal ini meliputi ; a. Anak mampu mengenal dan merasakan emosi sendiri, b. Mengenal penyebab perasaan yang timbul, c. Mampu mengungkapkan perasaan marah, d. Mampu mengendalikan perasaan perilaku marah yang merugikan diri sendiri dan orang lain, e. Memiliki kemampuan untuk mengatasi stress, f. Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, g. Memiliki rasa tanggung jawab, h. Mampu menerima sudut pandang orang lain, Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
29
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
i.
Anak dapat menyelesaikan konflik/perselisihan dengan orang lain,
j.
Memiliki sikap bersahabat,
k. Bersikap dapat menerima pergaulan dengan orang lain. 2. Aspek kepribadian Aspek kepribadian meliputi ; a. Mampu memahami perbedaan jenis kelamin dengan baik, b. Mampu menilai kekurangan dan kelebihan, c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh sesuai kenyataan, d. Mampu mengatasi kehidupan yang dihadapi (tugas dan tanggung jawab), e. Dapat mencapai tujuan sesuai dengan kenyataan.
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
30
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berlatih : Setelah kamu baca dengan cermat perkembangan emosi dan kepribadian anak usia sekolah tersebut di atas, sekarang kamu melatih diri pada kegiatan tersebut di bawah ini!
Latihan yang dapat dilakukan dalam merangsang perkembangan emosi dan kepribadian anak usia sekolah adalah : a. Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan b. Mengungkapkan perasaan c. Menyampaikan pendapat dan keinginan d. Mengatasi masalah yang sedang dihadapi e. Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan f. Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan g. Menyelesaikan tugas seorang diri
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
31
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menuliskan jenis emosi yang muncul pada dirimu dan cara mengatasinya lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Emosi
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Hal yang Dilakukan untuk Mengatasi
32
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara mengungkapkan jenis perasaanmu dan cara mengungkapkan lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Perasaan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Mengungkapkan
33
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menyampaikan pendapat dan keinginanmu serta cara menyampaikan lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Pendapat dan Keinginan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Menyampaikan
34
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menuliskan masalahmu sekarang dan cara mengatasinya lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Masalah yang Sedang Dihadapi
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Mengatasi
35
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menceritakan kebaikan yang pernah kamu lakukan dan kepada siapa lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Kebaikan yang Pernah Dilakukan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Kepada Siapa
36
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menceritakan kesalahan yang pernah kamu lakukan dan kepada siapa lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Kesalahan yang Pernah Dilakukan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Kepada Siapa
37
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menceritakan tugas yang pernah kamu kerjakan tanpa bantuan dan hal kamu lakukan lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Tugas
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Hal yang Dilakukan
38
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 5 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Perkembangan Aspek Moral dan Spiritual
Mendengarkan :
Kamu terlebih dahulu dengarkan dengan cermat penjelasan dari Perawat tentang topik pada Sesi 5 ini!
Setelah mendapatkan penjelasan dari Perawat pada sesi 5 ini, kamu kembali
baca
dan
kenali
diri
kamu
tentang
kemampuan
perkembangan aspek moral dan spiritual kamu di bawah ini ; Membaca: Bacalah dengan cermat kemampuan perkembangan aspek moral dan spiritual anak usia sekolah di bawah ini!
1. Aspek Perkembangan Moral Aspek perkembangan moral meliputi ; a. Anak sudah mengenal konsep moral (mengenal benar atau salah, baik atau buruk), b. Anak sudah dapat mengikuti peraturan dari orang tua, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya, c. Kemarahan terutama jenis permusuhan sudah berkurang, d. Kemampuan daya nalar moral semakin dipandu oleh rasa keadilan, e. Anak ingin menjadi baik untuk memelihara tatanan sosial.
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
39
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
2. Aspek Perkembangan Spiritual Aspek perkembangan spiritual adalah sikap keagamaan anak bersifat resertif disertai dengan pengertian, pandangan dan paham kebutuhan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika, penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral, dalam hal ini tidak juga hanya sebagai kegiatan keagamaan tapi menyangkut masalah spiritual
Aspek perkembangan spiritual meliputi ; a. Hormat kepada orang tua atau orang yang lebih tua, guru dan teman, b. Memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan, c. Menyayangi fakir miskin, d. Memelihata kebersihan dan kesehatan, e. Bersikap jujur f. Bersikap bertanggung jawab.
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
40
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berlatih : Setelah kamu baca dengan cermat perkembangan moral dan spiritual anak usia sekolah tersebut di atas, sekarang kamu melatih diri pada kegiatan tersebut di bawah ini!
Latihan yang dapat dilakukan dalam merangsang perkembangan moral dan spiritual anak usia sekolah adalah : a. Menyebutkan kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan b. Menepati janji c. Melaksanakan kewajiban d. Mengikuti peraturan e. Mengikuti kegiatan agama f. Berdo’a meminta pertolongan g. Membaca kitab suci
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
41
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Jenis kegiatan moral dan spiritual yang pernah kamu lakukan dan cara melakukannya!
Tanggal No
Jenis Kegiatan Moral dan Spiritual yang Pernah Dilakukan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Melakukan
42
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menyebutkan jenis janji yang pernah kamu lakukan dan cara menepatinya serta berjanji kepada siapa lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Janji
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Menepati
Janji Kepada Siapa
43
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menyebutkan jenis kewajiban yang pernah kamu lakukan dan cara melaksanakan kewajiban tersebut lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Kewajiban
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Melaksanakan Kewajiban
44
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menyebutkan jenis peraturan yang pernah kamu ikuti dan cara menjalankan peraturan tersebut lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Peraturan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Menjalankan Peraturan
45
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menyebutkan jenis kegiatan agama yang pernah kamu ikuti dan cara melaksanakannya lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Kegiatan Agama
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Melaksanakan Kegiatan Agama
46
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menyebutkan jenis do’a yang pernah kamu panjatkan dan cara berdo’a lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Do’a
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Berdo’a
47
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dengan cara menyebutkan nama surah atau ayat yang kamu pernah baca dan dilakukan dengan siapa lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Nama Surah
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Dilakukan dengan Saudara/ Orang Sendiri Teman Tua
48
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 6 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Perkembangan Aspek Psikososial
Mendengarkan :
Kamu terlebih dahulu dengarkan dengan cermat penjelasan dari Perawat tentang topik pada Sesi 6 ini!
Setelah mendapatkan penjelasan dari Perawat pada sesi 6 ini, kamu kembali
baca
dan
kenali
diri
kamu
tentang
kemampuan
perkembangan aspek psikososial kamu di bawah ini ; Membaca: Bacalah dengan cermat kemampuan perkembangan aspek psikososial anak usia sekolah di bawah ini!
Perkembangan aspek psikososial anak usia sekolah meliputi ; 1. Anak usia sekolah biasanya mengalami konflik/perselisihan dengan saudara kandung, 2. Persahabatan semakin luas dan menjadi semakin akrab, 3. Mulai membentuk ikatan baru dengan teman seusia, 4. Sanggup menyesuaikan diri terhadap orang lain atau dapat bekerja sama dengan orang lain. 5. Berminat terhadap kegiatan teman seusia bahkan sampai membentuk kelompok sendiri. 6. Anak lebih mementingkan teman dari pada keluarga.
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
49
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Berlatih : Setelah kamu baca dengan cermat perkembangan psikososial anak usia sekolah tersebut di atas, sekarang kamu melatih diri pada kegiatan tersebut di bawah ini!
Latihan yang dapat dilakukan dalam merangsang psikososial anak usia sekolah adalah : a. Menyebutkan kegiatan psikososial yang pernah dilakukan b. Bermain dengan teman c. Mengerjakan tugas kelompok d. Melakukan gotong-royong dan tolong-menolong e. Melaksanakan tanggung jawab dalam tugas kelompok f. Menghargai orang lain
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
50
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tuliskan : Jenis kegiatan psikososial yang pernah kamu lakukan dan cara melakukannya pada kolom di bawah ini!
Jenis Kegiatan Tanggal No Psikososial yang Pernah Dilakukan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Melakukan
51
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dalam jenis permainan yang kamu lakukan dan cara melakukannya serta nama teman atau orang yang kamu ajak bermain lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Permainan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Melakukan
Nama Teman
52
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dalam mengerjakan tugas kelompok dengan menyebutkan jenis tugas kelompok dan cara mengerjakan tugas kelompok tersebut serta siapa nama teman yang kamu ajak mengerjakan tugas kelompok tersebut lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Tugas Kelompok
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Mengerjakan
Nama Teman
53
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dalam melakukan kegiatan gotong royong dan tolongmenolong dengan teman dan orang lain dan cara melakukannya serta nama teman atau orang lain yang kamu ajak lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Kegiatan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Melakukan
Nama Teman
54
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dalam melaksanakan tanggung jawabmu dalam melaksanakan tugas kelompok, jenis tugas kelompok dan jenis tanggung jawabmu serta nama teman yang diajak lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Tugas Kelompok
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Jenis Tanggung Jawab
Nama Teman
55
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Latihan : Latihlah diri kamu dalam menghargai teman atau orang lain dan cara menghargainya lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No Nama Teman/Orang Lain
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Cara Menghargai
56
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 7 : Sharing Pengalaman
Sharing Pengalaman merupakan kegiatan untuk berbagi pengalaman yang telah didapat selama melakukan kegiatan.
Mendengarkan :
Kamu terlebih dahulu dengarkan dengan cermat penjelasan dari Perawat tentang topik pada Sesi 7 ini!
Setelah mendapatkan penjelasan dari Perawat pada sesi 7 ini, sebelum kamu melakukan tukar pengalaman (sharing) dengan teman-teman, sebaiknya coba ingat kembali apa saja yang telah kamu lakukan. Berlatih : Setelah kamu mendapatkan penjelasan tentang sesi 7 ini, sekarang kamu melatih diri pada kegiatan tersebut di bawah ini!
Latihan yang dapat dilakukan dalam melakukan sharing pengalaman anak usia sekolah adalah : a. Mengungkapkan pendapat dan perasaan tentang stimulasi perkembangan yang telah dipelajari b. Mengungkapkan jenis-jenis stimulasi perkembangan yang telah dilakukan c. Mengungkapkan pengalaman dan manfaat kegiatan yang telah dilakukan d. Mengungkapkan komitmen yang akan dilakukan
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
57
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Ungkapkan : Pendapat dan perasaan kamu dalam melakukan kegiatan ini lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pendapat
Perasaan
58
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Ungkapkan : Jenis-jenis stimulasi yang kamu lakukan dan seberapa sering kamu lakukan lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Jenis Stimulasi
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Frekuensi
59
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Ungkapkan : Pengalaman dan manfaat dalam melakukan kegiatan ini lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Pengalaman
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Manfaat
60
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Ungkapkan : Komitmen kamu dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut pada masa yang akan datang lalu tuliskan pada kolom di bawah ini!
Tanggal No
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
Komitmen
61
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
62
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Kerja: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
63
BUKU EVALUASI Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Sekolah
TIM PENYUSUN : Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. Kp., M. App. Sc. Ns. Walter, M.Kep., Sp.Kep.J. Ns. Muhammad Sunarto, M. Kep. Ns. Dian Istiana, M. Kep.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
2
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
BUKU EVALUASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH
Nama Kelompok
: ..................................................
Kelas
: ..................................................
Sekolah
: ..................................................
TIM PENYUSUN
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp., M.App.Sc. Ns. Walter, M.Kep., Sp.Kep.J. Ns. Muhammad Sunarto, M.Kep. Ns. Dian Istiana, M.Kep.
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
3
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
4
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 1 Sesi 1 : Konsep Stimulasi Industri Anak Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 1 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
5
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
Kelompok : ......................... 1
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
5
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 2 Sesi 1 : Konsep Stimulasi Industri Anak Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 1 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
5
: ................................
Kelompok : .........................
Kemampuan yang Dinilai
1
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
Sesi 2 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Motorik Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 2 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Kelompok : ......................... 1
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
6
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 3 Sesi 1 : Konsep Stimulasi Industri Anak Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 1 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
5
: ................................
Kelompok : .........................
Kemampuan yang Dinilai
1
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
Sesi 2 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Motorik Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 2 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Kelompok : ......................... 1
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
7
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 3 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Kognitif dan Bahasa Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 3 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4 5 6 7
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebukan nama buah atau binatang
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
Kelompok : ......................... 1
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
8
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 4 Sesi 1 : Konsep Stimulasi Industri Anak Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 1 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
5
: ................................
Kelompok : .........................
Kemampuan yang Dinilai
1
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
Sesi 2 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Motorik Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 2 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Kelompok : ......................... 1
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
9
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 3 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Kognitif dan Bahasa Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 3 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4 5 6 7
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebukan nama buah atau binatang
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
Kelompok : ......................... 1
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
10
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 4 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Emosi dan Kepribadian Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 4 dalam Kelompok Tanggal No 1
2 3 4 5 6 7
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pendapat dan keinginan Mengatasi masalah yang sedang dihadapi Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Menyelesaikan tugas seorang diri
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
Kelompok : ......................... 1
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
11
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 5 Sesi 1 : Konsep Stimulasi Industri Anak Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 1 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
5
: ................................
Kelompok : .........................
Kemampuan yang Dinilai
1
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
Sesi 2 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Motorik Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 2 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Kelompok : ......................... 1
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
12
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 3 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Kognitif dan Bahasa Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 3 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4 5 6 7
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebukan nama buah atau binatang
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
Kelompok : ......................... 1
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
13
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 4 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Emosi dan Kepribadian Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 4 dalam Kelompok Tanggal No 1
2 3 4 5 6 7
: ................................
Kelompok : .........................
Kemampuan yang Dinilai
1
Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pendapat dan keinginan Mengatasi masalah yang sedang dihadapi Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Menyelesaikan tugas seorang diri
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
Sesi 5 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Moral dan Spiritual Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 5 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4 5 6 7
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan Menepati janji Melaksanakan kewajiban Mengikuti peraturan Mengikuti kegiatan agama Berdo’a meminta pertolongan Membaca kitab suci
Kelompok : ......................... 1
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
14
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 6 Sesi 1 : Konsep Stimulasi Industri Anak Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 1 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
5
: ................................
Kelompok : .........................
Kemampuan yang Dinilai
1
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
Sesi 2 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Motorik Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 2 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Kelompok : ......................... 1
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
15
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 3 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Kognitif dan Bahasa Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 3 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4 5 6 7
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebukan nama buah atau binatang
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
Kelompok : ......................... 1
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
16
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 4 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Emosi dan Kepribadian Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 4 dalam Kelompok Tanggal No 1
2 3 4 5 6 7
: ................................
Kelompok : .........................
Kemampuan yang Dinilai
1
Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pendapat dan keinginan Mengatasi masalah yang sedang dihadapi Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Menyelesaikan tugas seorang diri
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
Sesi 5 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Moral dan Spiritual Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 5 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4 5 6 7
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan Menepati janji Melaksanakan kewajiban Mengikuti peraturan Mengikuti kegiatan agama Berdo’a meminta pertolongan Membaca kitab suci
Kelompok : ......................... 1
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
17
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 6 : Stimulasi
Anak
untuk
Merangsang
Aspek
Psikososial Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 6 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4 5 6
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan psikososial yang pernah dilakukan Bermain dengan teman Mengerjakan tugas kelompok Melakukan gotong-royong dan tolong-menolong Melaksanakan tanggung jawab dalam tugas kelompok Menghargai orang lain
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
Kelompok : ......................... 1
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
18
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 7 Sesi 1 : Konsep Stimulasi Industri Anak Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 1 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
5
: ................................
Kelompok : .........................
Kemampuan yang Dinilai
1
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
Sesi 2 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Motorik Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 2 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Kelompok : ......................... 1
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
19
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 3 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Kognitif dan Bahasa Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 3 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4 5 6 7
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebukan nama buah atau binatang
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
Kelompok : ......................... 1
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
20
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 4 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Emosi dan Kepribadian Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 4 dalam Kelompok Tanggal No 1
2 3 4 5 6 7
: ................................
Kelompok : .........................
Kemampuan yang Dinilai
1
Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pendapat dan keinginan Mengatasi masalah yang sedang dihadapi Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Menyelesaikan tugas seorang diri
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
Sesi 5 : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Moral dan Spiritual Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 5 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4 5 6 7
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Menyebutkan kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan Menepati janji Melaksanakan kewajiban Mengikuti peraturan Mengikuti kegiatan agama Berdo’a meminta pertolongan Membaca kitab suci
Kelompok : ......................... 1
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
21
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Sesi 6 : Stimulasi
Anak
untuk
Merangsang
Aspek
Psikososial Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 6 dalam Kelompok Tanggal No 1 2 3 4 5 6
: ................................
Kelompok : .........................
Kemampuan yang Dinilai
1
Menyebutkan kegiatan psikososial yang pernah dilakukan Bermain dengan teman Mengerjakan tugas kelompok Melakukan gotong-royong dan tolong-menolong Melaksanakan tanggung jawab dalam tugas kelompok Menghargai orang lain
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
Sesi 7 : Sharing Pengalaman Evaluasi Kemampuan Saat Melakukan Kegiatan Sesi 7 dalam Kelompok Tanggal No 1
2 3
4
: ................................
Kemampuan yang Dinilai Mengungkapkan pendapat dan perasaan tentang stimulasi perkembangan yang telah dipelajari Mengungkapkan jenis-jenis stimulasi perkembangan yang telah dilakukan Mengungkapkan pengalaman dan manfaat kegiatan yang telah dilakukan Mengungkapkan komitmen yang akan dilakukan
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
Kelompok : ......................... 1
2
3
Kode peserta 4 5 6 7 8
9
10
22
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
23
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Evaluasi: Terapi Kelompok Terapeutik Stimulasi PerkembanganAnak Usia Sekolah
24
PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH
TIM PENYUSUN : Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. Kp., M. App. Sc. Ns. Muhammad Sunarto, M. Kep. Ns. Dian Istiana, M. Kep.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
2
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
BUKU KERJA PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH
Nama Orang Tua/Guru : .................................................. Nama Anak
: ..................................................
Kelompok
: ..................................................
Kelas
: ..................................................
Sekolah
: ..................................................
TIM PENYUSUN : Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. Kp., M. App. Sc. Ns. Muhammad Sunarto, M. Kep. Ns. Dian Istiana, M. Kep.
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
3
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
KATA PENGANTAR
Buku kerja ini adalah buku penyerta Modul Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah. Buku ini terdiri dari 7 bagian sesuai dengan 7 sesi pertemuan pada modul. Untuk tiap-tiap bagian,
berisi
informasi
kegiatan
cara
menstimulasi
perkembangan anak usia sekolah. Orang Tua dan Guru diharapkan dapat menuliskan tindakan apa yang dilakukan oleh Orang Tua dan Guru di sekolah, terkait dengan kegiatan menstimulasi perkembangan anak usia sekolah.
Dengan demikian, buku ini dapat digunakan oleh Orang Tua dan Guru sebagai panduan untuk melaksanakan stimulasi perkembangan anak usia sekolah di sekolah/rumah.
Depok,
Maret 2011
Tim Penyusun
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
4
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................... 4 Daftar Isi ............................................................................. 5
Sesi 1 : Stimulasi Perkembangan Industri Anak Usia Sekolah .................................................................. 6 Sesi 2 : Stimulasi Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah .................................................................. 12 Sesi 3 : Stimulasi Perkembangan Kognitif dan Bahasa Anak Usia Sekolah ................................................. 15 Sesi 4 : Stimulasi Perkembangan Emosi dan Kepribadian Anak Usia Sekolah .................................................. 20 Sesi 5 : Stimulasi Perkembangan Moral Dan Spiritual Anak Usia Sekolah .................................................. 24 Sesi 6 : Stimulasi Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah .................................................................. 28 Sesi 7 : Sharing Pengalaman .............................................. 32
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
5
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI I STIMULASI PERKEMBANGAN INDUSTRI ANAK USIA SEKOLAH
A. Pengertian Fase Industri Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya (industri) vs rasa rendah diri (inferiority). Masa ini berada diantara usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki dunia sekolah yang lebih formal, pada anak usia sekolah tumbuh rasa kemandirian anak, anak ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai selesai, Erik Erikson (1950 dalam Wong et.al., 2009). Anak usia sekolah memiliki ciriciri mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan
teman
sebaya,
berperan
dalam
kegiatan
kelompok, menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan (Keliat, Helena, & Farida, 2011). Pada tahap ini anak berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Anak belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan anak mulai senang untuk belajar bersama. Anak-anak memperoleh kepuasan yang sangat besar dari perilaku mandiri dalam menggali dan memanipulasi Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
6
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
lingkunganya termasuk sekolah dan interaksi dengan teman sebaya.
Erikson (1968, dalam Faist & Faist, 2008) menyatakan bahwa anak usia sekolah, dalam usia ini dunia sosial anakanak berkembang melampaui keluarga hingga mencakup teman-teman sebaya, Orang Tua dan orang dewasa lainnya. Bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka untuk mengetahui sesuatu menjadi bertambah kuat dan terkait
erat
dengan
perjuangan
dasar
mencakup
kompetensi. Dalam perkembangan yang normal, anakanak berjuang secara produktif untuk bisa membaca dan menulis dan permainan yang dilakukan oleh orang dewasa seperti
berburu,
menangkap
ikan
atau
belajar
kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh budaya mereka. Usia sekolah bukan berarti sekolah-sekolah secara formal.
B. Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah yang Memiliki Produktif Lebih memilih aktifitas secara fisik atau kekuatan badan Mempunyai rasa bersaing (kompetisi) yang tinggi. Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
7
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Senang menyelesaikan tugas sekolah dan tugas rumah. Berpikir secara nyata Senang berhayal dan berfantasi. Mampu membaca, menulis dan berhitung. Mampu mengikuti peraturan dalam permainan. Mampu berkomunikasi dua arah dengan orang baru. Senang
bercerita
pengalamannya
dengan
teman
sebaya. Senang berkelompok dengan teman sebaya Mempunyai sahabat akrab Rasa tanggung jawab tinggi Senang bekerja sama Mampu mengendalikan emosi. Mampu bersosialisasi dengan orang baru Memiliki keinginan untuk bertanding dengan teman sebaya.
C. Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah yang Tidak Memiliki Produktif Tidak suka melakukan aktifitas secara fisik atau kekuatan badan Tidak ada kemauan untuk bersaing, terkesan malas Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
8
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Tidak mau mengerjakan pekerjaan sekolah Melawan pada Orang Tua Belum mampu membaca, menulis dan berhitung, atau salah satu. Tidak mampu mengikuti aturan dalam permainan. Takut pada orang baru Tidak mau bercerita dengan orang lain, terkesan diam. Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok Tidak mempunyai teman akrab. Tidak ada rasa tanggung jawab Lebih senang bekerja sendiri Tidak mampu mengendalikan emosi.
D. Pengamatan Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia Sekolah Berdasarkan pengamatan Orang Tua dan Guru terhadap perkembangan anak usia sekolah, berilah ceklist pada tabel yang sesuai dengan perkembangan yang dimiliki anak pada tabel di bawah ini :
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
9
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 1, pada tabel di bawah ini : No
Kemampuan yang Diamati
1
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
2 3 4
5
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
10
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
E.
Pendampingan yang Dilakukan Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia Sekolah Bantu anak melakukan kegiatan-kegiatan berikut, jika Orang Tua dan Guru telah melakukannya berilah tanda pada tabel di bawah ini.
No 1 2 3 4
Kemampuan yang Didampingi Menanyakan kegiatan motorik yang pernah dilakukan menanyakan jenis kegiatan motorik Meminta anak melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Mengamati kegiatan anak dalam latihan kegiatan motorik di rumah
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
11
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 2 STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA SEKOLAH
A. Pengertian Aspek Motorik Keterampilan
motorik
seseorang
dipengaruhi
oleh
kematangan perkembangan sistem syaraf otak seseorang yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak. Keterampilan motorik ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu (a) keterampilan atau gerakan kasar meliputi: berjalan, berlari, melompat jauh, naik dan turun tangga, loncat tali, dapat mengenakan pakayan tanpa dibantu, menggunakan alat-alat olah raga, baris-berbaris, sedangkan (b) keterampilan motorik halus atau keterampilan memanipulasi, seperti menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan adanya pola atau objek,
memotong
kertas
dengan
mengikuti
pola,
melempar, dan menangkap bola, serta memainkan bendabenda atau alat-alat mainan (Hurlock, 2008).
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
12
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
B. Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Motorik Anak Usia Sekolah Kemampuan motorik kasar : naik turun tangga, melompat jauh, loncat tali, berjingkrak dan merubah arah dengan cepat, naik sepeda, berlari, dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu, senam, berenang, menggunakan alat-alat olah raga, baris berbaris. Kemampuan motorik halus : menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan pola atau objek, memotong kertas dengan mengikuti pola, menggambar atau melukis dengan pensil warna.
C. Pengamatan Orang Tua dalam Menstimulasi Gerakan Motorik Anak Usia Sekolah Berdasarkan pengamatan Orang Tua dan Guru terhadap kemampuan gerakan motorik anak, berilah tanda ceklist pada tabel di bawah ini yang sesuai dengan perkembangan anak.
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
13
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 2 No
Kemampuan yang Diamati
1
Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
2 3 4
Tanggal
D. Pendampingan Orang Tua dalam Menstimulasi Gerakan Motorik Anak Usia Sekolah Bantu anak melakukan kegiatan-kegiatan berikut, jika Orang Tua dan Guru telah melakukannya berilah tanda pada tabel di bawah ini : No 1 2 3 4
Kemampuan yang Didampingi Menanyakan kegiatan motorik yang pernah dilakukan menanyakan jenis kegiatan motorik Meminta anak melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Mengamati kegiatan anak dalam latihan kegiatan motorik di rumah
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
14
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 3 STIMULASI PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA ANAK USIA SEKOLAH
A. Pengertian Teori perkembangan kognitif anak operasional konkret menurut Piaget (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009) pada sekitar usia 7 tahun, anak-anak memasuki tahap operasional konkret, dimana mereka bisa menggunakan berbagai operasi mental, seperti penalaran, memecahkan masalah-masalah konkret (nyata), seperti dimana harus mencari sarung tangan yang hilang. Anak-anak pada usia ini dapat berpikir dengan logis karena mereka tidak terlalu egosentris dari sebelumnya dan dapat mempertimbangkan aspek dari berbagai situasi.
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
15
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
atau lukisan (Yusuf, 2009). Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, dapat berkomunikasi sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan atau agama.
B. Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Kognitif dan Bahasa Aspek kognitif anak dengan usia sekolah adalah: anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, lebih
efisien
dalam
membangun
strategi
dan
pengkodean, anak memahami sebab dan akibat, kemampuan dalam menilai dari berbagai sudut pandang meningkat, kemampuan dalam berhitung semakin meningkat, seperti menambah, mengurangi, mengalikan, membagi. Pada akhir tahap ini anak sudah memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang sederhana. Sedangkan untuk bahasa anak usia sekolah sudah mampu menguasai lebih dari 2.500 kata. Anak gemar membaca, mendengar cerita bersifat kritis tentang perjalanan, petualangan, atau riwayat pahlawan. Anak sudah mampu menanyakan soal waktu dan sebab Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
16
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
akibat, anak sudah mampu menceritakan kembali alur cerita
yang
di
dengar.
berkomunikasi
dengan
perasaannya,
memahami
Anak
orang
sudah lain,
mampu
menyatakan
keterampilan
mengolah
informasi yang diterimanya, berfikir (mengutarakan pendapat
dan
kepribadiannya
gagasannya), dan
mengembangkan
menyatakan
sikap
dan
kepribadiannya.
C. Pengamatan
Orang
Tua
dalam
Menstimulasi
Perkembangan Kognitif dan Bahasa Anak Usia Sekolah Berdasarkan pengamatan Orang Tua dan Guru berilah ceklist pada tabel di bawah ini :
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
17
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 3 No
Kemampuan yang Diamati
1
Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebutkan nama buah atau binatang
2 3 4 5 6 7
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
18
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
D. Pendampingan
Orang
Tua
dalam
Menstimulasi
Perkembangan Kognitif dan Bahasa Anak Usia Sekolah Bantu anak melakukan kegiatan-kegiatan berikut, jika Orang Tua dan Guru telah melakukannya berilah tanda pada tabel di bawah ini : No 1 2 3 4
5 6 7
Kemampuan yang Didampingi Menanyakan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menanyakan anak beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Menanyakan anak cara membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menanyakan anak cara menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Meminta anak cara melakukan perkenalan diri di depan kelompok Meminta anak menceritakan cerita pendek Meminta anak menyebutkan nama buah atau binatang
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
19
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 4 STIMULASI PERKEMBANGAN EMOSI DAN KEPRIBADIAN ANAK USIA SEKOLAH
A. Pengertian Menurut Santrock (2007) emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama well-being dirinya. Emosi diwakili oleh perilaku
yang
mengekpresikan
kenyamanan
atau
ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Emosi bisa berbentuk sesuatu yang spesifik seperti rasa senang, takut, marah, tergantung dari interaksi yang dialami.
Seorang ahli psikologi individu, Allport (1939, dalam Feist & Feist, 2008) mendefinisikan kepribadian adalah sebagai pengorganisasian dinamis dalam diri individu dimana sistem psikofisisnya menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
20
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
B. Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Emosi dan Kepribadian Anak Usia Sekolah Aspek emosi dalam hal ini adalah anak mampu mengenal dan merasakan emosi sendiri, mengenal penyebab perasaan yang timbul, mampu mengungkapkan perasaan marah, mampu mengendalikan perasaan perilaku agrasif yang merugikan diri sendiri dan orang lain, memiliki kemampuan untuk mengatasi stress, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki rasa tanggung jawab, mampu menerima sudut pandang orang lain, dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain, memiliki sikap bersahabat, bersikap demokratis bergaul dengan orang lain.
Aspek kepribadian meliputi: kemantapan gender tercapai, mampu menilai kekurangan dan kelebihan, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, mampu mengatasi kehidupan yang didahapi (tugas dan tanggung jawab), realistis dalam mencapai tujuan.
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
21
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
C. Pengamatan Orang Tua terhadap Perkembangan Aspek Emosi dan Kepribadian Anak Usia Sekolah Berdasarkan
pengamatan
Orang
Tua
terhadap
perkembangan aspek emosi dan kepribadian anak, berilah ceklist pada table di bawah ini yang sesuai dimiliki anak : No
Kemampuan yang Diamati
1
Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pendapat dan keinginan Mengatasi masalah yang sedang dihadapi Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Menyelesaikan tugas seorang diri
2 3 4 5 6 7
D. Pendampingan
Orang
Tanggal
Tua
dalam
Menstimulasi
Perkembangan Aspek Emosi dan Kepribadian Anak Usia Sekolah Bantu anak melakukan kegiatan-kegiatan berikut, jika Orang Tua dan Guru telah melakukannya berilah tanda ceklist pada tabel di bawah ini :
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
22
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
No 1
2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Didampingi Menanyakan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Menanyakan cara mengungkapkan perasaan Menanyakan cara menyampaikan pendapat dan keinginan Menanyakan cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi Meminta anak menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Menanyakan cara mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Meminta anak menyelesaikan tugas seorang diri
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
23
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 5 STIMULASI PERKEMBANGAN MORAL DAN SPIRITUAL ANAK USIA SEKOLAH
A. Pengertian Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” yang berarti ada istiadat, kebiasaan, peraturan dan nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral. Dimana nilai moral tersebut seperti: (a) seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara
ketertiban
dan
keamanan,
memelihara
kebersihan dan memelihara hak orang lain, (b) larangan mencuri, membunuh, minum-minuman keras, berjudi (Yusuf, 2009).
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 2009). Menurut spiritualitas
Burkhardt meliputi
(1993, aspek
dalam sebagai
Hamid, berikut:
2009) (1)
berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
24
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
ketidakpastian dalam kehidupan, (2) menemukan arti dan tujuan
hidup,
(3)
menyadari
kemampuan
untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, (4) mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Tuhan Yang Maha Tinggi.
B. Ciri Perkembangan Moral dan Spiritual Anak Usia Sekolah Aspek
perkembangan
moral
meliputi:
anak
sudah
mengenal konsep moral (mengenal benar atau salah, baik atau buruk), anak sudah dapat mengikiti peraturan dari Orang Tua, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya, agresi terutama jenis permusuhan sudah berkurang, penalaran moral semakin dipandu oleh rasa keadilan, anak ingin menjadi baik untuk memelihara tatanan sosial, agresi beralih kebuhungan.
Aspek perkembangan spirituan adalah sikap keagamaan anak
bersifat
resertif
disertai
dengan
pengertian,
pandangan dan paham kebutuhan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika, penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
25
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
ritual diterimanya sebagai keharusan moral, dalam hal ini tidak juga hanya sebagai kegiatan keagamaan tapi menyangkut masalah spirituaL seperti: hormat kepada Orang Tua atau orang yang lebih tua, Orang Tua dan teman,
memberikan
bantuan
kepada
orang
yang
membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin, memelihata kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan bersikap bertanggung jawab.
C. Pengamatan Orang Tua terhadap Perkembangan Aspek Moral dan Spiritual Anak Usia Sekolah Berdasarkan
pengamatan
Orang
Tua
terhadap
perkembangan aspek emosi dan kepribadian anak, berilah ceklist pada table di bawah ini yang sesuai dimiliki anak : No
Kemampuan yang Diamati
1
Menyebutkan kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan Menepati janji Melaksanakan kewajiban Mengikuti peraturan Mengikuti kegiatan agama Berdo’a meminta pertolongan Membaca kitab suci
2 3 4 5 6 7
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
26
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
D. Pendampingan
Orang
Tua
dalam
Menstimulasi
Perkembangan Aspek Moral dan Spiritual Anak Usia Sekolah Bantu anak melakukan kegiatan-kegiatan berikut, jika Orang Tua dan Guru telah melakukannya berilah tanda ceklist pada tabel di bawah ini : No 1 2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Didampingi Menanyakan anak kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan Menanyakan anak cara menepati janji Menanykan anak cara melaksanakan kewajiban Menanyakan anak cara mengikuti peraturan Menanyakan aanak cara mengikuti kegiatan agama Meminta anak berdo’a meminta pertolongan Meminta anak membaca kitab suci
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
27
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 6 STIMULASI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK USIA SEKOLAH
A. Pengertian Perkembangan psikososial menurut Yusuf (2009) adalah pencapaian kematangan hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya semakin luas. Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris), kepada sikap yang kooperatif
(bekerja
sama)
atau
sosiosentris
(mau
memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
28
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
B. Ciri Perkembangan Aspek Psikososial Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah biasanya mengalami konflik dengan saudara kandung, persahabatan semakin luas dan menjadi semakin intim, mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, kesanggupan menyesuaikan diri terhadap orang lain atau dapat bekerja sama dengan orang lain. Berminat terhadap kegiatan teman sebaya bahkan sampai membentuk kelompok (gang) sendiri. Biasanya anak lebih mementingkan teman dari pada keluarga.
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
29
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
C. Pengamatan Orang Tua terhadap Perkembangan Aspek Psikososial Anak Usia Sekolah Berdasarkan
pengamatan
Orang
Tua
terhadap
perkembangan aspek emosi dan kepribadian anak, berilah ceklist pada table di bawah ini yang sesuai dimiliki anak : No
Kemampuan yang Diamati
1
Menyebutkan kegiatan psikososial yang pernah dilakukan Bermain dengan teman Mengerjakan tugas kelompok Melakukan gotong-royong dan tolong-menolong Melaksanakan tanggung jawab dalam tugas kelompok Menghargai orang lain
2 3 4 5 6
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
30
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
D. Pendampingan Orang Tua dalam Menstimulasi Aspek Psikososial Anak Usia Sekolah Bantu anak melakukan kegiatan-kegiatan berikut, jika Orang Tua dan Guru telah melakukannya berilah tanda ceklist pada tabel di bawah ini : No 1 2 3 4 5
6
Kemampuan yang Didampingi Menanyakan kegiatan psikososial yang pernah dilakukan Meminta anak bermain dengan teman Menanyakan cara mengerjakan tugas kelompok Menanyakan cara melakukan gotong-royong dan tolong-menolong Menanyakan cara melaksanakan tanggung jawab dalam tugas kelompok Menanyakan cara menghargai orang lain
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
31
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 7 SHARING PENGALAMAN
A. Pengertian Sharing Pengalaman merupakan kegiatan untuk berbagi pengalaman yang telah didapat selama melakukan kegiatan.
B. Tindakan yang Dilakukan Berbagi pengalaman dalam melaksanakan stimulasi perkembangan yang telah di pelajari bersama Berbagi pengalaman tentang pentingnya stimulasi untuk perkembangan anak usia sekolah Berbagi pengalaman tentang tehnik–tehnik dalam melaksanakan stimulasi perkembangan. Mendapat pujian dari kelompok Memberikan pujian kepada anggota kelompok lain yang memberikan pendapat
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
32
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Orang Tua dan Guru berbagi pengalaman selama mendampingi anak dalam stimulasi perkembangan anak usia sekolah dana mencatat dalam buku kerja berikut : No
Kemampuan yang Diamati
1
Berbagi pengalaman dalam melaksanakan stimulasi perkembangan yang telah di pelajari bersama Berbagi pengalaman tentang pentingnya stimulasi untuk perkembangan anak usia sekolah Berbagi pengalaman tentang tehnik – tehnik dalam melaksanakan stimulasi perkembangan. Mendapat pujian dari kelompok Memberikan pujian kepada anggota kelompok lain yang memberikan pendapat Berbagi pengalaman dalam melaksanakan stimulasi perkembangan yang telah di pelajari bersama
2
3
4 5
6
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
Tanggal
33
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
34
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Kerja: Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok terapeutik Anak Usia Sekolah
35
PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH
TIM PENYUSUN : Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. Kp., M. App. Sc. Ns. Muhammad Sunarto, M. Kep. Ns. Dian Istiana, M. Kep.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
2
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
BUKU EVALUASI PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH
Nama Kelompok
: ..................................................
Kelas
: ..................................................
Sekolah
: ..................................................
TIM PENYUSUN : Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. Kp., M. App. Sc. Ns. Muhammad Sunarto, M. Kep. Ns. Dian Istiana, M. Kep.
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
3
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 1 SESI 1 : PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI INDUSTRI Orang tua dan guru melakukan pendampingan pada anak untuk melakukan kegiatan di bawah ini : No 1 2 3 4
5
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menanyakan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menanyakan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menanyakan ciri perkembangan yang dimiliki Meminta anak menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Melihat /memeriksa buku kerja anak terkait dengan ciri-ciri perkembangan yang dimiliki oleh anak.
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
4
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 2 SESI 1 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI INDUSTRI Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 1 No 1 2 3 4
5
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
5
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 2 : PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI ANAK UNTUK STIMULASI GERAKAN MOTORIK Orang tua dan guru melakukan pendampingan pada anak untuk melakukan kegiatan di bawah ini : No 1 2 3 4
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menanyakan kegiatan motorik yang pernah dilakukan menanyakan jenis kegiatan motorik Meminta anak melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Mengamati kegiatan anak dalam latihan kegiatan motorik di rumah
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
6
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 3 SESI 1 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI INDUSTRI Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 1 No 1 2 3 4
5
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
SESI 2 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI ANAK UNTUK STIMULASI GERAKAN MOTORIK Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 2 No 1 2 3 4
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
7
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 3 : PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI KOGNITIF DAN BAHASA Orang tua dan guru melakukan pendampingan pada anak untuk melakukan kegiatan di bawah ini : No 1 2 3 4
5 6 7
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menanyakan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menanyakan anak beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Menanyakan anak cara membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menanyakan anak cara menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Meminta anak cara melakukan perkenalan diri di depan kelompok Meminta anak menceritakan cerita pendek Meminta anak menyebutkan nama buah atau binatang
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
8
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 4 SESI 1 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI INDUSTRI Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 1 No 1 2 3 4
5
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
SESI 2 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI ANAK UNTUK STIMULASI GERAKAN MOTORIK Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 2 No 1 2 3 4
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
9
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 3 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI KOGNITIF DAN BAHASA Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 3 No 1 2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebutkan nama buah atau binatang
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
10
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 4 : PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI EMOSI DAN KEPRIBADIAN Orang tua dan guru melakukan pendampingan pada anak untuk melakukan kegiatan di bawah ini : No 1
2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menanyakan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Menanyakan cara mengungkapkan perasaan Menanyakan cara menyampaikan pendapat dan keinginan Menanyakan cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi Meminta anak menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Menanyakan cara mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Meminta anak menyelesaikan tugas seorang diri
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
11
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 5 SESI 1 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI INDUSTRI Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 1 No 1 2 3 4
5
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
SESI 2 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI ANAK UNTUK STIMULASI GERAKAN MOTORIK Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 2 No 1 2 3 4
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
12
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 3 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI KOGNITIF DAN BAHASA Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 3 No 1 2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebutkan nama buah atau binatang
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
13
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 4 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI EMOSI DAN KEPRIBADIAN Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 4 No 1
2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pendapat dan keinginan Mengatasi masalah yang sedang dihadapi Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Menyelesaikan tugas seorang diri
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
14
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 5 : PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI MORAL DAN SPIRITUAL Orang tua dan guru melakukan pendampingan pada anak untuk melakukan kegiatan di bawah ini : No 1 2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menanyakan anak kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan Menanyakan anak cara menepati janji Menanykan anak cara melaksanakan kewajiban Menanyakan anak cara mengikuti peraturan Menanyakan aanak cara mengikuti kegiatan agama Meminta anak berdo’a meminta pertolongan Meminta anak membaca kitab suci
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
15
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 6 SESI 1 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI INDUSTRI Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 1 No 1 2 3 4
5
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
SESI 2 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI ANAK UNTUK STIMULASI GERAKAN MOTORIK Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 2 No 1 2 3 4
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
16
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 3 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI KOGNITIF DAN BAHASA Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 3 No 1 2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebutkan nama buah atau binatang
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
17
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 4 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI EMOSI DAN KEPRIBADIAN Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 4 No 1
2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pendapat dan keinginan Mengatasi masalah yang sedang dihadapi Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Menyelesaikan tugas seorang diri
SESI 5 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI MORAL DAN SPIRITUAL Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 5 Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
No 1 Menyebutkan kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan 2 Menepati janji 3 Melaksanakan kewajiban 4 Mengikuti peraturan 5 Mengikuti kegiatan agama 6 Berdo’a meminta pertolongan 7 Membaca kitab suci
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
18
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 6 : PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI PSIKOSOSIAL Orang tua dan guru melakukan pendampingan pada anak untuk melakukan kegiatan di bawah ini : No 1 2 3 4 5
6
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menanyakan kegiatan psikososial yang pernah dilakukan Meminta anak bermain dengan teman Menanyakan cara mengerjakan tugas kelompok Menanyakan cara melakukan gotong-royong dan tolong-menolong Menanyakan cara melaksanakan tanggung jawab dalam tugas kelompok Menanyakan cara menghargai orang lain
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
19
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
PERTEMUAN 7
SESI 1 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI INDUSTRI Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 1 No 1 2 3 4
5
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang produktif Menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah yang tidak produktif Menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan tugas perkembangan usia sekolah Menuliskan ciri-ciri perkembangannya pada buku kerja masing-masing anak.
SESI 2 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI ANAK UNTUK STIMULASI GERAKAN MOTORIK Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 2 No 1 2 3 4
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan motorik yang pernah dilakukan Menyebutkan jenis kegiatan motorik Melakukan praktek kegiatan motorik kasar dan halus Melatih kegiatan motorik di rumah
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
20
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 3 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI KOGNITIF DAN BAHASA Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 3 No 1 2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan berpikir dan berbicara yang pernah dilakukan Menyebutkan beberapa jenis benda dan fungsinya masing-masing Membuat dan menjawab pertanyaan sebab akibat Menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian Memperkenalkan diri di depan kelompok Menceritakan cerita pendek Menyebutkan nama buah atau binatang
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
21
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 4 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI EMOSI DAN KEPRIBADIAN Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 4 No 1
2 3 4 5 6 7
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menyebutkan kegiatan mengendalikan emosi dan kepribadian yang pernah dilakukan Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pendapat dan keinginan Mengatasi masalah yang sedang dihadapi Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan Mengungkapkan kesalahan yang pernah dilakukan Menyelesaikan tugas seorang diri
SESI 5 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI MORAL DAN SPIRITUAL Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 5 Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
No 1 Menyebutkan kegiatan moral dan spiritual yang pernah dilakukan 2 Menepati janji 3 Melaksanakan kewajiban 4 Mengikuti peraturan 5 Mengikuti kegiatan agama 6 Berdo’a meminta pertolongan 7 Membaca kitab suci
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
22
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 6 : PENGAMATAN ORANG TUA DAN GURU DALAM STIMULASI PSIKOSOSIAL Evaluasi kemampuan anak saat melakukan kegiatan sesi 6 No 1 2 3 4 5
6
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Menanyakan kegiatan psikososial yang pernah dilakukan Meminta anak bermain dengan teman Menanyakan cara mengerjakan tugas kelompok Menanyakan cara melakukan gotong-royong dan tolong-menolong Menanyakan cara melaksanakan tanggung jawab dalam tugas kelompok Menanyakan cara menghargai orang lain
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
23
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
SESI 7 : PENDAMPINGAN ORANG TUA DAN GURU DALAM SHARING PENGALAMAN Orang tua dan guru melakukan pendampingan pada anak untuk melakukan kegiatan di bawah ini : No 1
2
3
4 5
Kemampuan yang Dinilai
Tanggal
Berbagi pengalaman dalam melaksanakan stimulasi perkembangan yang telah di pelajari bersama Berbagi pengalaman tentang pentingnya stimulasi untuk perkembangan anak usia sekolah Berbagi pengalaman tentang tehnik – tehnik dalam melaksanakan stimulasi perkembangan. Mendapat pujian dari kelompok Memberikan pujian kepada anggota kelompok lain yang memberikan pendapat
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
24
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Buku Evaluasi Pendampingan Orang Tua dan Guru Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia sekolah
25