A STATE OF THE ART : LITERATUR REVIEW DALAM BUDAYA KESELAMATAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI Rossy Armyn Machfudiyanto dan Yusuf Latief Fakultas Teknik, Universitas Indonesia email:
[email protected]
ABSTRACT This study reviews the literature on safety culture that focuses on research conducted from 2000 onwards. The term "culture" is defined as a characteristic that is applied to the safety organization and especially on the safety of the construction. Some explanations in the case of a positive safety culture, safety culture model, the level of aggregation and safety given by presenting empirical evidence and theoretical developments as appropriate. In general, so-called safety culture has influenced the behavior of workers and measures relating to occupational health and safety organizations that are carrying out the task. Given a few years now safety has been the center of much attention in all industries, including the construction, aimed lah implications for future research. Keywords: Safety Culture, Cultural Organization, Construction Accident, Safety Management Systems
PENDAHULUAN
setujuan mengenai bagaimana meng-
Dalam rangka berkontribusi untuk me-
gambarkan budaya dari sebuah organi-
ngurangi kecelakaan kerja, keselamat-
sasi (Guldenmund, 2000). Selebihnya,
an kerja telah diteliti dari sudut pan-
perdebatan tak terselesaikan bersikeras
dang yang berbeda (Silva, dkk; 2004).
apakah sebuah organisasi memiliki
Secara teknis maupun psikologi, sudut
budaya atau murupakan budaya itu
pandang tersebut menuntun naiknya
sendiri. Bertentangan dengan latar
budaya keselamatan yang positif –
belakang tersebut, tidak lah mengejut-
sebuah konsep yang dihubugkan secara
kan bahwa tidak ada model dari budaya
intrinsik pada budaya organisasi yang
keselamatan yang diterima. Oleh karena
telah menarik perhatian banyak kalangan
itu, tulisan ini mengulas literatur yang
industri. Meskipun peran utama dalam
ada mengenai budaya keselamatan dan
menentukan kesuksesan atau kegagal-
memberikan penjelasan mengenai pe-
an suatu organisasi terletak pada budaya
ngertian, bukti empiris dan perkem-
organisasi, nampaknya tidak ada per-
bangan teorinya. Berdasarkan ulasan 269
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol 2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506
kritis yang berhubungan dengan pene-
fleksikan tindakan, kepercayaan, peri-
litian yang sudah disebarluaskan (dari
laku dan nilai-nilai dengan melihat
2000 dan seterusnya), tulisan ini meng-
tujuan, fungsi dan prosedur keorgani-
analisis pemikiran dan pandangan dari
sasian”. Secara singkat, budaya keor-
beberapa tempat belajar yang berbeda
ganisasian adalah hubungan antara
dalam konteks keselamatan konstruksi.
organisasi dan individu dimana tindak-
Walaupun perkembangan dari model
an para pekerja bisa berubah melalui
budaya keselamatan diluar dari jang-
interaksi timbal balik.
kauan tulisan ini, sebuah model kon-
Guldenmund (2000) menyimpulkan
septual ditawarkan untuk menguji
bahwa budaya keorganisasian terdiri
budaya keselamatan secara umum dan
dari tujuh ciri-ciri berikut ini: (1)
sisi konstruksi secara khusus. Poin
konstruksi yang menyeluruh; (2) ke-
selanjutnya akan merangkum budaya
seimbangan; (3) multidimensi; (4)
organisasi sebagaimana sebuah ulasan
disebarluaskan oleh (budaya nasional,
dari budaya keselamatan bisa saja
budaya gabungan, budaya keorgani-
tidak lengkap tanpanya ketika operasi-
sasian, budaya kedepartemenan, buda-
nya dipengaruhi oleh karakteristik
ya klompok dan iklim psikologi); (5)
organisasi (Sawacha, dkk; 1999).
beragam aspek (budaya yang berbeda
Budaya Keorganisasian
atau budaya keselamatan); (6) latihan-
1.
Menurut
hal.192),
latihan (norma- norma dan nilai-nilai,
definisi Uttal (1983) mengenai budaya
ritual, tokoh utama dan simbol); dan (7)
keorganisasian diambil paling dekat
fungsional – cara kita bekerja disini.
dari intinya yaitu: “nilai-nilai (apa saja
Hofstede (1990) melihat budaya terdiri
yang penting) dan kepercayaan (bagai-
dari banyak lapisan, norma-norma dan
mana sesuatu bekerja) yang disebar-
nilai-nilai pada pusat intinya. Lapisan
luaskan
dengan
selanjutnya terdiri dari ritual, kemudian
perusahaan, struktur keorganisasian
para tokoh utama dan yang terluar
dan system kendali untuk meng-
adalah symbol-simbol. Menurut Hofstede,
hasilkan norma-norma perilaku (cara
hanya tiga lapisan – ritual, tokoh
kita bekerja disini)”. Cooper (2000)
utama dan simbol – yang secara
mendefinisikan budaya yang bekerja-
bersamaan disebut dengan penerapan,
sama
berhubungan dengan keorganisasian.
270
Reason
yang
(1997,
berinteraksi
sebagaimana
untuk
mere-
A state of the art: literatur review dalam budaya keselamatan kerja… (Rossy Armyn Machfudiyanto, dkk)
tersebut”.
Schein
Beliau menjelaskan bahwa borma dan
masalah-masalah
nilai telah dikulturasikan semenjak
(1992) menggunakan istilah budaya
masa kanank-kanak melalui asuhan
keorganisasian sebagai “ketetapan tin-
orang tua dan sekolah dan tetap seperti
dakan yang diamati ketika orang ber-
itu
manusia.
interaksi (Bahasa, adat, tradisi dan
merangkum
ritual) dengan norma-norma kelom-
sebagai
pok, nilai-nilai yang mendukung, filo-
tetap,
sofi formal, aturan main, iklim, ke-
multidimensi dan menyeluruh yang
terampilan yang masuk, kebiasaan
disebarluaskan
kelompok-
berpikir/model mental/paradigm linguis-
kelompok dari anggota keorganisasian
tik, makna-makna yang disebarluas-
yang memberikan kerangka acuan dan
kan, perumpamaan atau symbol per-
yang
paduan” yang menunjukkan kerumitan
sepanjang
Guldenmund budaya
hidup (2000)
keorganisasian
“sebuah
pemahaman
memaknai
oleh
dan
yang
atau
yang
diungkapkan khusus dalam penerapan
makna dari sebuah budaya.
tertentu”.
Tantangan dalam tulisan ini adalah
Menurut Hofstede (1990), budaya
mendefinisikan budaya keselamatan
keorganisasian dianggap sebagi bisnis
konstruksi. Oleh karena itu, penting
managemen yang tertinggi. Schein
untuk mencari dan memahami kesulit-
(1992) mendefinisikan budaya keor-
an-kesulitan
ganisasian merupakan sebuah “pola
mungkinan yang termasuk dalam bu-
dasar asumsi-asumsi yang ditanamkan,
daya keselamatan. Secara normal,
ditemukan dan dikembangkan oleh
orang dihubungkan dengan organisasi
kelompok yang ditentukan seagaimana
dengan derajat yang berbeda atau
kelompok tersebut belajar untuk me-
dengan sub satuan keorganisasian
ngatasi masalah-masalahnya dari adap-
seperti divisi, depertemen, profesi,
tasi luar dan integrasi dalam. Hal ter-
jenis kelamin, kelas, kelompok etnik
sebut berjalan cukup lancar dan pantas
atau negara, dll. Hal tersebut meng-
disebut valid, oleh karena itu hal
gambarkan bahwa budaya saling ber-
tersebut juga pantas diajarkan pada
tumpang tindih dengan pengaturan
para anggota baru sebagai cara yang
keorganisasian.
tepat dalam memandang, berfikir dan
(Richter dan Koch, 2004, hal. 710
merasakan hal yang berhubungan dengan
mengacu
dan
pada
kemungkinan-ke-
Beberapa
Alvesson,
penulis
2002;
271
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol 2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506
Guldenmund,
2000,
223)
rangka memahami budaya keselamatan
menyarankan analisis budaya harus
dengan lebih baik, sejumlah penelitian
spesifik pada konteks dan berkaitan
di masa lampau telah diuji. Tabel 1
dengan isu pokok yang mana kasus
mendaftar
kita adalah tentang isu keselamatan.
tentang
Richter dan Kotch (2004) berpendapat
dilakukan sejak tahun 2000. Hal
bahwa budaya keorganisasian merupa-
tersebut menunjukkan dua puluh tujuh
kan pemahaman yang tersebarluas oleh
penelitian yang terpilih sebagai ulasan
organisasi
kritis benar-benar mewakili konsep
yang
hal.
sudah
disepakati.
rangkuman budaya
penelitian
keselamatn
yang
Gledon dan Stanton (2000) mengung-
tersebut.
kapkan bahwa budaya keorganisasian
Kecelakaan Chernobyl pada bulan
tidak dimiliki oleh kelompok apapun,
April tahun 1986 memberikan bukti
naum diciptakan oleh semua anggota
kerawanan teknologi dan menekankan
organisasi tersebut.
kebutuhan
2.
Budaya Keselamatan
untuk
keselamatan
memahami
keorganisasian.
Konsep budaya keselamatan sering
budaya
kali disajikan terpisah dengan karak-
dikenalkan pada Summary Report on
teristik
lain
the Post-Accident Review Meeting on
seperti jadwal kerja, teknologi, strategi
the Chernobyl Accident INSAG yang
bisnis dan pengambilan keputusan
dipublikasikan
keuangan (Reiman dan Oedewald,
Safety Series No. 75-INSAG-1 tahun
2004). Reiman dan Oedewald (2004)
1986 dan diperluas dalam Basic Safety
mengungkapkan pemisahan konsep
Principles for Nuclear Power Plants,
budaya keselamatan ini mengurangi
Safety Series No. 75-INSAG-3 tahun
istilah yang hanya mengacu pada
1988
faktor0faktor
yang
INSAG-1 meminjam istilah budaya
berhubungan
dengan
keorganisasian
yang
sangat
jelas
keselamatan
dari
keselamatan
Istilah
oleh
(IAEA,
pada
pertama
IAEA
1991).
antropolog
kali
dalam
Meskipun
(Seorensen,
seperti keselamatan tingkah laku dan
2002), akan tetapi publikasi INSAG
nilai-nilai
tidak memberikan
konsep
keselamatan. telah
banyak
referensi untuk
literatur
dalam
bidang
apapun.
digunakan selama bertahun-tahun, hal
Faktanya
adalah
konsep
budaya
tersebut tidak begitu jelas. Dalam
keselamatan tidak berkembang secara
272
tersebut
Meskipun
A state of the art: literatur review dalam budaya keselamatan kerja… (Rossy Armyn Machfudiyanto, dkk)
teori
dari
budaya
keorganisasian.
budaya keselamatan. Kebanyakan defi-
INSAG-3 (1988) menjelaskan bahwa
nisinya memiliki perspektif keperca-
“frasa ‘budaya keselamatan’ merupa-
yaan yang sama dengan setiap focus-
kan masalah yang sangat umum,
nya dan derajat yang berbeda-beda
dedikasi pribadi dan tanggung jawab
dalam bagaiman orang berpikir dan
seluruh individu yang terlibat dalam
bertingkah laku yang berhubungan
aktivitas
dengan keselamatan. Definisi-definisi
apapun
yang
memiliki
pengaruh pada keselamatan PLTN”.
tersebut
Akan tetapi, makna dari istilah tersebut
pandangan bahwa budaya keselamatan
dibiarkan terbuka untuk diinterpretasi-
lebih mengacu pada apa itu organisasi
kan dengan kurangnya panduan dalam
dari pada sesuatu yang organisasi
bagaimana ‘budaya keselamatan’ dapat
miliki. Definisi yang diambil oleh Hale
dinilai. Banyak definisi tentang budaya
(2000) dan Cooper (2000) merupakan
keselamatn yang ada dalam literatur
definisi yang paling utala sebagaimana
akademik dan contoh-contoh definisi
definisi- definisi tersebut menjabarkan
yang terpilih ditunjukkan dalam table
isi dari budaya keselamatan secara
2. Hanya delapan dari dua puluh tujuh
eksplisit.
cenderung
mencerminkan
penelitian yang terpilih mendefinisikan Tabel 1.Daftar dan Ringkasan dari literature reviews tentang Budaya Keselamatan Referensi Hale (2000) Pidgeon dan O’Leary (2000)
Rundmo (2000)
Lee dan Harrison (2000)
Ringkasan Penelitian Menguraikan aspek-aspek budaya keselamatan yang rumit dan menyarankan elemen-elemen dari budaya keselamatan yang baik Mengarah pada hasil kerja yang merupakan pelopor dari Barry Turner yang bukunya Man-made Disasters (Turner, 2978) merupakan buku pertama yang menarik perhatian pada proses keorganisasian yang dibutuhkan untuk mempelajari kejadian dan kesalahan masa lampau demi mencapai budaya keselamatan yang baik Menyajikan gambaran mental dari resiko dan hasil survey yang menunjukkan isu-isu seperti budaya keselamatan, perilaku pekerjapersepsi tentang resiko dan tindakan di kalangan para karyawan dalam perusahaan industri Norsk Hydro. Model yang disajikan menghubungkan faktor-faktor budaya keselamatan dengan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pengendalian resiko. Menunjukkan perilaku, persepsi dan tindakan yang telah dilaporkan. Penelitin tersebut menberikan skala pengukuran yang terpercaya da menguji isu-isu perbedaan budaya, tidak hanya antara organisasi tetapi juga sub populasi dalam organisasi tunggal
273
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol 2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506
McDonald, dkk. (2000) Glendon dan Stanton (2000)
Guldenmund (2000)
Clarke (2000)
Cooper (2000) Glendon dan Litherland (2001)
O’Toole (2002)
Mohamed (2002)
Mohamed (2003)
Silva, dkk. (2004)
Richter dan Koch (2004) Cooper dan Phillips (2004)dkk. (2006) Fang, Chinda (2007) Choudry dkk(2007) Moolenar (2009)
Biggs dkk (2012)
274
Menyelidiki hubungan dari aspek-aspek budaya keselamatan dan sistem managemen keselamatan yang berbeda dan menyajikan model sistem managemen keselamatan yang telah direvisi Menyajikan perbedaan yang bermanfaat antara proses top-down yang strategis, perspektif fungsionalis dan proses bottom-up berbasis data, pendekatan yang interpretif dengan budaya keselamatan Mengemukakan budaya sebagai obyek sentral dari budaya keorganisasian dan menyajikan ulasan luar biasa dari 15 penelitian yang mengindikasikan kerumitan konsep iklim keselamatan Menjelaskan istilah buaday keselamatan san mengusulkan model teori dimana budaya keselmatan mempengaruhi tindakan keselamatan dalam organisasi Menyajikan sebuah model timbal balik dari buadaya keselamatan untuk memahami sifatnya yang dinamis, multi sisi dan menyeluruh Menyajikan struktur faktor budaya keselamatan dan mengembangkan ukuran observasi tindakan dari kinerja keselamatan. Akan tetapi, penelitian ini gagal dalam mencari hubungan antara iklim keselamatan dan ukuran observasi tindakan dari kinerja keselamatan Mengidentifikasi budaya keselamatan sebagi faktor penting yang mengatur pola dari pentingnya keselamatan dalam sebuah organisasi Menyajikan sebuah model dimana tindakan kerja yang aman meruakan konsekuensi dari iklim keselamatan yang ada dalam lingkungan konstruksi Mempromosikan penggunaan rubric yang seimang untuk membandingkan dan mengukur budaya keorganisasian dengan sistem yang terbaik dalam penbangunan dan berpendapat bahwa memilih dan mengevaluasi pengukuran dalam empat perspektif, yaitu: managemen, operasional, pelanggan, dan pembelajaran memungkinkan organisasi menggapai kemajuan kinerja keselamatan Menguji keandalan dan validitas dari kuisioner OSCI (organization and safety climate inventory) untuk menunjukkan karakteristik iklim keorganisasian dan iklim keselamatan dalam 15 organisasi industri Mendiskusikan perspektif dari integrasi, perbedaan dan ketidakjelasan dalam budaya keselamatan Menentukan hubungan antara iklim dan tindakan keselamatan Mengidentifikasi dimensi iklim keselamatan untuk memperbaiki budaya keselamatan dalam konstruksi Menemukan dinamika budaya keselamatan kerja pada proyek konstruksi Mengembangkan model budaya keselamatan kerja berbasis perilaku, iklim keselamatan dan sistem pada industry konstruksi Mengidentifikasi karakteristik budaya keselamatan kerja sebagai pengaruh dari kinerja suatu perusahaan konstruksi yang diukur menggunakan EMR Mengetahui faktor kunci dan hambatan dalam membangun budaya keselamatan kerja yang harus dipahami oleh pemimpin perusahaan
A state of the art: literatur review dalam budaya keselamatan kerja… (Rossy Armyn Machfudiyanto, dkk)
Ismail dkk (2012) Fang (2013)
Zhang (2014)
Memahami faktor-faktor pembentuk budaya keselamatan kerja pada industry konstruksi di malaysia Integrasi antara pembentuk budaya keselamatan kerja dengan para pemain kunci pada proyek konstruksi meliputi owner, kontraktor dan sub kontraktor Mengetahui persepsi dari stakeholder akan kesesalamatan kerja dengan menganalisa bentuk fasad bangunan dengan Q metodologi
Pelopor penelitian seperti International
jelaskan bahwa budaya keselamatan
Atomic Energy Agency (IAEA, 1991)
kaitannya
terbitan Safety Culture: A Report by
individu merupakan sikap sebagai-
yhe
Safety
mana struktural dan menyangkut kebu-
Advisory Group (INSAH-4) mengam-
tuhan untuk memadukan semua isu
bangkan konsep budaya keselamatan
keselamatan dengan tindakan dan
secara detail. Pelopor tersebut men-
perepsi yang cocok”. Laporan tersebut
definisikan budaya keselamatan seba-
(INSAG-
gai “pertemuan antara karekteristik dan
4)
tingkah laku dalam organisasi dan
keselamatan’ merupakan istilah yang
individu yang menimbulkan suatu hal
biasa digunakan searang dan hal
seperti, sebuah prioritas utama, isu
tersebut merupakan nilai utama yang
tentang PLTN mendapatkan perhatian
penting
yang dibenarkan oleh kepentingan
tersebut. Sebuah lampiran yang terdiri
mereka”. Definisi tersebut menggaris-
dari 143 pertanyaan dimasukkan dalam
bawahi dua poin utama: (1) budaya
laporan tersebut yang meningkatkan
keselamatan selain merupakan tingkah
nilainya
laku
keselamatan yang baik, hal
diadili dalam situasi tertentu. Laporan
tersebut juga merupakan managemen
tersebut menyajikan konsep budaya
keselamatan yang baik yang dibangun
keselamatan kaitannya dengan organi-
oleh organisasi; (2) budaya keselamat-
sasi dan individu, akan tetapi laporan
an yang baik adalah yang menetapkan
tersebut tidak memberikan hubungan
prioritas tertingginya pada keselamat-
antara budaya keselamatan dan ukuran
an. Laporan tersebut kemudian men-
dari kinerja keselamatan.
International
Nuclear
dengan
menyimpulkan
biderikan
jika
organisasi
bahwa
untuk
budaya
dan
‘budaya
konsep
keselamatan
275
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol 2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506
Table 2 Definisi Budaya Keselamatan Referensi Kennedy dan Kirwan (1998)
Definisi Budaya Keselamatan Konsep abstrak yang didukung oleh penggabungan persepsi individu dan kelompok, proses berpikir, perasaan dan tindakan yang memberikan peningkatan secara bergantian pada cara tertentu dalam bekerja di organisasi. Definisi ini merupakan sub elemen dari seluruh budaya keorganisasian Hale (2000) Mengarah pada perilaku, kepercayaan dan persepsi yang disebarkan oleh kelompok asli yang mendefinisikan norma dan nilai yang menentukan bagaimana mereka bertindan dan bereaksi terkait dengan resiko dan sistem pengendali resiko Glendon dan Stanton Melibatkan perilaku, tindakan, norma dan nilai, tanggung jawab (2000) pribadi dan juga fitur sumber daya manusia seperti pelatihan dan pengembangan Guldenmund (2000) Aspek-aspek budaya keorganisasian yang akan memberikan dampak pada perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan meningkatkan dan menurunkan resiko Cooper (2000) Budaya merupakan “hasil dari interaksi yang memiliki banyak tujuan anatara manusia (psikologi), pekerjaan (tindakan), dan organisasi (situasi); sedangkan budaya keselamatan merupakan tingkat usaha yang dapat diamati yang mana semua anggota organisasi mengarahkan perhatian dan tindakan mereka pada meingkatkan keselamatan dalam sesuatu yang biasa dilakukan sehari-hari Mohamed (2003) Sub sisi dari budaya keorganisasian yang mempengaruhi perilaku dan tindakan para pekerja berkaita dengan kinerja keselamatan yang sedang berproses pada organisasi Ritcher dan Koch Membagikan dan mempelajari tentang makna, pengalaman, dan (2004) intepretasi dari pekerjaan dan keselamatan - yang sebagian diekspesikan menggunakan symbol-simbol – yang menuntun tindakan manusia terhadap resiko, kecelakaan dan pencegahan Gang, dkk. (2006) Serangkaian indicator umum, kepercayaan dan nilai yang organisasi meiliki dalam keselamatan
276
A state of the art: literatur review dalam budaya keselamatan kerja… (Rossy Armyn Machfudiyanto, dkk)
Lee dan Harrison (2000) mengungkap-
3.1 Model budaya keselamatan
kan bahwa pada dasarnya setiap sistem
Kelemahan
managemen keselamatan merupakan
model
sistem sosial yang seluruhnya bergan-
kurangnya integrasi dengan model-
tung pada karyawan yang meng-
model umum budaya keorganisasian.
operasikannya. Kesuksesannya ber-
Menurut
gantung pada tiga hal: cakupan sistem
keorganisasian
itu, apakah karyawan memiliki pe-
asusmsi yang sangat berakar dari sifat
ngetahuan tentang sistem tersebut; dan
manusia,
apakah mereka mau menjalakan sistem
hubungan sosial yang disebarkan oleh
tersebut. Konsep tersebut berkembang
anggota-anggota
untuk
membahas
ekspresi mereka dalam nilai-nilai, pola
fokus baru tersebut. Kaitannya dengan
tingkah laku, dan artefak yang ditentu-
hal tersebut, Advisory Committee on
kan dalam organisasi tersebut. Pada
the Safety of Nuclear Installations
kesempatan tertentu, model budaya
(ACSNI, 1993) mendefinisikan bahwa
keselamatan menyiratkan keselamatan
“budaya keselamatan dari satu organi-
dapat dipandang dan dipromosikan
sasi merupakan hasil dari nilai-nilai
sebagai sesuatu yang terlepas dari
individu dan kelompok, persepsi ting-
susunan system sosio- teknis. Menurut
kah laku, kompetensi dan pola tingkah
Grote dan Kunzler (2000) menyajkan
laku
sebuah sosio-teknis model budaya
membentuk
yang
dan
menentukan
komitmen
utama
budaya
sebagian
besar
keselamatan
adlah
Schein
(1992)
dipahami
kegiatan
budaya sebagai
manusia
organisasi
dan
untuk dan gaya serta kemampuan
keselamatan
kesehatan organisasi dan managemen
system
keselamatan”. Sebuah model budaya
keselamatan dengan struktur organisasi
keselamatan memeparkan sikap yang
umum. Akan tetapi, model tersebut
mana
keselamatan diduga
merupakan skema dan tidak memiliki
tertanam dalam ptaktik-praktik organi-
sarana untuk menilai secara objektif
sasi dan sistem-sistem managemen
bdaya keselamatan.
keselamatan. Sesi berikutnya mengulas
Geller (1994) mengedepankan sebuah
tentang model-model budaya kesela-
model yang membedakan tiga faktor
matan.
yang dinamis dan interaktif: manusia,
budaya
yang
dan
managemen
menghubungkan dan
budaya
tingkah laku, dan lingkungan. Beliau
277
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol 2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506
menyajikan
sepuluh
prinsip
yang
Cooper (2000) melihat keberadaan
membentuk pondasi untuk budaya
interaksi atai hubungan timbal balik
keselamatan
Sepuluh
antara faktor psikologi, situasi dan
prinsip tersebut untuk meraih budaya
tingkah laku dari budaya keselamatan.
keselamatan total dalam tempat kerja,
Cooper berpendapat budaya keorgani-
yaitu: karyawan didorong aturan dan
sasian merupakan hasil dari banyak
presedur
pendektan
interaksi yang diarahkan pada tujuan
berbasis tingkah laku; fokus pada
antara manusia (psikologi); pekerjaan
proses bukan hasil; pandangan tingkah
(tingkah laku); dan organisasi (situasi).
laku diarahkan oleh aktivator dan
Manusia tidak dapat dipastikan dapat
dimotivasi oleh konsekuensi; fokus
dikontrol melalui lingkungan dan tidak
pada meraih suskses bukan meng-
juga seluruhnya melalui penentuan
hindari
nasib
seluruhnya.
keselamatan;
kegagalan;
observasi
dan
sendiri,
tetapi
mereka
dan
umpan balik dalam praktik kerja;
lingkungan mereka saling mempe-
umpan
balik
yang
efektif
elalui
ngaruhi satu sama lain dalam sebuah
tingkah
laku;
interaksi dinamis yang abadi (Davies
sebagai
dan Powell, 1992). Cooper (2000)
aktivitas kunci; pentingnya penghar-
mengungkapkan sebuah model timbal
gaan diri; kepemilikan dan pember-
balik budaya keselamatan yang mana
dayaan
sebagai
perilaku dan persepsi dapat dinilau
prioritas dari pada sebuah nilai. Tiga
melalui kuisioner iklim keselamatan;
tahun kemudian, Geller (1997) menge-
tingkah laku nyata yang berhubungan
mukakan sebuah model Budaya Kese-
dengan
lamatan Total yang meliputi tiga
dengan daftar yang dikembangkan
rangkaian keselamatan dan melihat
sebagai bagian dari langkah awal
hubungan dinamis dan interaktif antara
tingkah laku keselamatan; dan perihal
manusia, lingkungan dan tingkah laku.
situasi dapat dinilai melalui pemerik-
Sekali
lagi, beiau mengemukakan
saan sistem managemen keselamatan.
sepuluh prinsip atau nilai yang mem-
Kerngka timbal balik ini berpotensi
0bentuk dasar dari budaya keselamatan
untuk mengukur budaya keselamatan
total.
sebagaimana kompenen yang terkait
Sebuah model yang disajikan oleh
dapat diukur secara mandiri atau dalam
pelatihan
berbasis
observasi
dan
278
dan
pelatihan
keselamatan
keselamatan
dapat
dinilai
A state of the art: literatur review dalam budaya keselamatan kerja… (Rossy Armyn Machfudiyanto, dkk)
sebuah
kombinasi.
Model
Geller
Model terbaru dari budaya keselamat-
(1997) sama dengan model timbal balik
an
Cooper, perbedaannya hanyalah pada
Interaction (SCI). Pada model SCI ini,
istilah linkungan yang digunakan dari
Interaksi antara pemilik, kontraktor
pada istilah situasi. Menurut Maloney
dan subkontraktor berjalan dengan
dan Smith (2003), pengaruh timbal
seimbang sebagai pemegang peran
balik tidak bekerja secara serempak
penting atau pemain utama dalam
dan tidak juga perlu kekuatan yang
membangun
sama. Ada suatu proses aksi reaksi
untuk proyek konstruksi dengan ruang
atau yang disebut dengan ‘interaksi
lingkup
dinamis yang abadi’ (Cooper, 2000).
perilaku (Fang,2013) . Dimana pemain
Alhasil, hubungan antara budaya, iklim
utama ini menangani atribut tenaga
dan
kerja, manajemen dari proyek budaya
kinerja
keselamatan
diteliti
kerja
yaitu
Safety
budaya
lingkungan,
keselamatan
persepsi
dan
(Gledon dan Litherland, 2001; Neal
keselamatan.
dkk., 2000). Fokus dari model-model
menggunakan metode survei iklim
tersebut adalah pada tingkah laku –
kerja
kerelaan dan pastisipasi. Setiap orang
Safety) yang artinya perilaku berbasis
dalam
keselamatan yang digunakan untuk
sebuah
organisasi
berhak
Pada
Culture
model
ini
dan BBS (Behavior Based
memulih untuk patuh atau tidak, untuk
mengevaluasi
berpartisipasi atau tidak. Akan tetapi,
yang
memahami faktor psikologi dalam sisi
merupakan model budaya keselamatan
pekerjaan dan kinerja keselamatan
yang perlu dikembangkan untuk me-
dapat mempermudah perkembangan
ningkatkan interaksi stakeholder budaya
strategi untuk belajar, desain ulang
keselamatan pada proyek konstruksi.
terjadi..
budaya
keselamatan
Sehingga
SCI
ini
pekerjaan dan pelatihan yang akan mengurangi aspek pekerjaan yang menimbulkan tekanan, yang mana hal tersebut akan memperbaiki tingkah laku keselamatan. Secara ringkas, lebih banyak penelitian dibutuhkan untuk mengenal sebuah model budaya keselamatan yang memuaskan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Mengembangkan dan mempertahankan budaya keselamatan yang positif bisa saja menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan
keselamatan
dalam
organisasi apapun (Vecchio-Sudus dan Griffiths, 2004). Tantangannya adalah
279
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol 2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506
mengembangkan sebuah budaya yang
diukur. Pandangan para penulis me-
baik menuju kinerja keselamatan yang
nyatakan bahwa bagian dari komitmen
baik pula. Hale (2000) telah mendaftar
managemen terhadap keselamatan me-
sejumlah
budaya
libatkan tekanan pengelolaan produksi
keselamatan yang baik, elemen tersebut
dimana karyawan seharusnya tidak
adalah pentingnya keselamatan, keter-
ditekan untuk mengambil jalan pintas
libatan pekerja pada semua tingkatan,
dan bekerja secara tidak aman.
elemen
tentang
peran staf keselamatan, kepedulian (bahwa semua pihak memiliki mata
KESIMPULAN DAN
selalu waspada dan tangan yang siap
REKOMENDASI
membantu untuk mengatasi kesalahan
Studi literature pada budaya kesela-
kecil dan kekeliruan yang terelakkan),
matan kerja memberikan klarifikasi
keterbukaan dalam komunikasi, ke-
yang penting dalam mengembangkan
percayaan akan meningkatnya kese-
teori yang sudah ada baik model,
lamatan, dan integrasi keselamatan
tingkat pengukuran budaya maupun
dalam organisasi. Budaya keselamatan
dalam membangun budaya kesela-
sangat krusial untuk konstruksi (Gang,
matan yang positif di lingkungan indus-
dkk. 2006), khususnya bagi industri
tri konstruksi. Dari studi ini men-
konstruksi yang buruk catatan kese-
dapatkan kesimpulan bahwa banyak
lamatannya (Mohamed, 2002). Cons-
organisasi
truction Industry Review Committee
konstruksi di seluruh dunia menun-
(CIRC, 2001) yang dilaksanakan oleh
jukkan
Hong Kong SAR (wilayah adminis-
konsep membangun budaya kesela-
trative
merekomendasikan
matan sebagai cara untuk menang-
sejumlah strategi membangun dengan
gulangi potensi tingkat kecelakaan
baik dimana salah satu dari strategi
baik bencana, insiden atau kejadian
utamanya memperhatikan kebutuhan
yang berpotensi terjadinya kecelakaan
penting untuk mengembangkan budaya
kerja di lingkungan kerja konstruksi.
keselamatan dalam industri pada semua
Model budaya keselamatan kerja yang
tingkat. Penelitian baru-baru ini sangat-
dibahas menunjukan dinamis, abadi,
lah penting untuk melihat bagaimana
multi asset dan sifat holistic dalam
budaya keselamatan dibangun dan
menilai dan meningkatkan kinerja
280
khusus)
khususnya
peningkatan
perusahaan
minat
dalam
A state of the art: literatur review dalam budaya keselamatan kerja… (Rossy Armyn Machfudiyanto, dkk)
keselamatan pada proyek konstruksi. Akan tetapi untuk mencapai level zero accident para peneliti harus lebih memperhatikan konsep budaya keselamatan sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan bukan hanya berupa gagasan atau ide. Penulis merekomendasikan hubungan antara stakeholder sebagai bagian dari suatu sistem manajemen keselamatan konstruksi harus terbangun dengan ideal. Sehingga untuk penelitian yang akan dating model budaya keselamatan kerja model
dapat
diintegrasikan dengan
stakeholder
sebagai
satu
kesatuan dalam membentuk Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. DAFTAR PUSTAKA Advisory Committee on the Safety of Nuclear Installations (ACSNI), 1993. Study Group on Human Factors, Third report: Organizing for safety, HMSO, London. Biggs, Sarah E., et al. "Safety leaders’ perceptions of safety culture in a large Australasian construction organisation." Safety science 52 (2013): 3- 12. Choudhry, M.R., 2002. Management of change for organizations. Science Technology and Development 21 (4), 51–55. Choudhry, M.R., Fang, D.P., 2005. The nature of safety culture: a survey of the state-of-the-art and improveing a positive safety cul-ture. In: Proceedings of the 1st Inter-
national Conference on Construction Engineering and Management, 16–19 October, Seoul, Korea, 480–485. Choudhry, M.R., Fang, D.P., Mohammed S., submitted for publiccation. Developing a model of construction safety culture. Journal of Management in Engineering. Chinda, Thanwadee, and Sherif Mohamed. "Structural equation model of construction safety culture." Engineering, Construction and Architectural Management 15.2 (2008): 114-131. Construction Industry Review Committee (CIRC), 2001. Report on: Construct for Excellence, Hong Kong SAR, 207 p. Clarke, S., 2000. Safety culture: underspeciWed and overrated? International Journal of Management Review 2 (1), 65–90. Cooper, M.D., 2000. Towards a model of safety culture. Safety Science 36, 111–136. Cooper, M.D., Phillips, R.A., 2004. Exploratory analysis of the safety climate and safety behavior relationships. Journal of Safety Research 35, 497–512. Davies, G.F., Powell, W.W., 1992. Organization – environment relations. In: Dunnette, M.D., and Hough, L.M. (Eds.), Handbook of Industrial and Organizational Psychology, 315–375. Fang, Dongping, and Haojie Wu. "Development of a Safety Culture Interaction (SCI) model for construction projects." Safety science 57 (2013): 138-149. Fang, D.P., Chen, Y., Louisa, W., 2006. 281
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol 2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506
Safety climate in construction industry: a case study in Hong Kong. Journal of Construction Engineering and Management 132 (6), 573–584. Geller, E.S., 1994. Ten principles for achieving a Total Safety Culture. Professional Safety (September), 18–24. Geller, E.S., 1997. The Psychology of Safety: How to Improve Behaviors and Attitudes on the Job. CRC Press, LLC, Florida. Glendon, A.I., Litherland, D.K., 2001. Safety climate factors, group diVerences and safety behavior in road construction. Safety Science 39, 157– 188. Glendon, A.I., Stanton, N.A., 2000. Perspectives on safety culture. Safety Science 34, 193–214. Grote, G., Kunzler, C., 2000. Diagnosis of safety culture in safety management audits. Safety Science 34, 131–150. Guldenmund, F.W., 2000. The nature of safety culture: a review of theory and research. Safety Science 34, 215–257. Hale, A.R., 2000. Editorial: culture’s confusions. Safety Science 34, 1– 14. Hale, A.R., 2004. Letters to the editor. Safety Science 42, 979–983. Health and Safety Executive, 1999. Health and Safety Climate Survey Tool, HSE Books, UK. Hinze, J.W., 1997. Construction Safety. Prentice-Hall Inc., Upper Saddle River, New Jersey. Hinze, J.W., 2000. Incurring the costs
282
of injuries versus investing in safety. In: Coble, R.J., Hinze, J.W., Haupt, T.C. (Eds.), Construction Safety and Health Management. Prentice Hall, Princeton, New Jersey (Chapter 2). Hinze, J.W., 2005. A paradigm shift: leading to safety. In: Proceedings of the CIB W 99, 4th Triennial International Conference: Rethinking and Revitalizing Construction Safety, Health, Environment and Quality, 17–20 May, Port Elizabeth, South Africa, 01– 11. Hofstede, G., 1990. Cultures and Organization: Software of the Mind. McGraw-Hill, London. International Atomic Energy Agency (IAEA), 1991. Safety Cultures (Safety Series No. 75-INSAG-4), A Report by the International Nuclear Safety Advisory Group, Vienna. International Nuclear Safety Advisory Group (INSAG), 1988. Basic Safety Principles for Nuclear Power Plants (Safety Series No 75-INSAG-3). International Atomic Energy Agency, Vienna. Ismail, Faridah, et al. "Assessing the Behavioural Factors’ of Safety Culture for the Malaysian Construction Companies." ProcediaSocial and Behavioral Sciences 36 (2012): 573-582. Johnson, H.M., Singh, A., Young, R., 1998. Fall protection analysis for workers on residential roofs. Journal of Construction Engi-
A state of the art: literatur review dalam budaya keselamatan kerja… (Rossy Armyn Machfudiyanto, dkk)
neering and Management 124 (5), 418–428. Kennedy, R., Kirwan, B., 1998. Development of a hazard and operability-based method for identifying safety management vulnerabilities in high risk systems. Safety Science 30, 249–274. Langford, D., Rowlinson, S., Sawacha, E., 2000. Safety behavior and safety management: its inXuence on the attitudes in the UK construction industry. Engineering Construction and Architectural Management Journal 7 (1), 133–140. Lee, S., Halpin, D.W., 2003. Predictive tool for estimating accident risk. Journal of Construction Engineering and Management 129 (4), 431–436. Lee, T., Harrison, K., 2000. Assessing safety culture in nuclear power stations. Safety Science 34, 61–97. Lingard, H., Holmes, N., 2001. Understanding of occupational health and safety risk control in small business construction Wrms: barriers to implementing technological controls. Construction Management and Economics 19 (2), 217–226. Maloney, W.F., Smith, G.R., 2003. Reciprocal determinism model of safety, In: Proceedings of Construction Research Congress, March 19–21, Honolulu, Hawaii, USA. Martin, J., 1992. Cultures in Organization: Three Perspectives. Oxford University Press, New York.
McDonald, N., Corrigan, S., Daly, C., Cromie, S., 2000. Safety management systems and safety culture in aircraft maintenance organizations. Safety Science 34, 151– 176. Mearns, K., Whitaker, S., Flin, R., 2001. Benchmarking safety climate in hazardous environ-ments: a longitudinal, inter-organizational approach. Risk Analysis 21 (4), 771–786. Mohamed, S., 2002. Safety climate in construction site environments. Journal of Construction Engineering and Management 128 (5), 375–384. Mohamed, S., 2003. Scorecard approach to benchmarking organizational safety culture in construction. Journal of Construction Engineering and Management 129 (1), 80–88. Molenaar, Keith R., Jeong-Il Park, and Simon Washington. "Framework for measuring corporate safety culture and its impact on construction safety performance." Journal of Construction Engineering and Management 135.6 (2009): 488-496.
Neal, A., GriYn, M.A., 2002. Safety climate and safety behavior. Australian Journal of Management, Vol. 27 Special Issue, 67–75. Neal, A., GriYn, M.A., Hart, P.M., 2000. The impact of organizational climate on safety climate and individual behavior. Safety Science 34, 99– 109. O’Toole, M., 2002. The relationship between employees’ perceptions
283
PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol 2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506
of safety and organizational culture. Journal of Safety Research 33, 231–243. Pidgeon, N., 1998. Safety culture: key theoretical issues. Work and Stress 12, 202–216. Pidgeon, N., O’Leary, M., 2000. Manmade disasters: why technology and organizations (sometimes) fail. Safety Science 34, 15–30. Reason, J.T., 1997. Managing the Risks of Organizational Accidents. Ashgate, Alder shot. Reiman, T., Oedewald, P., 2004. Measuring maintenance culture and maintenance core task with CULTURE questionnaire – a case study in the power industry. Safety Science 42, 859–889. Richter, A., Koch, C., 2004. Integration, diVerentiation and ambiguity in safety cultures. Safety Science 42, 703–722. Rundmo, T., 2000. Safety climate, attitudes and risk perception in Norsk Hydro. Safety Science 34, 47–59. Sawacha, E., Naoum, S., Fong, D., 1999. Factors aVecting safety performance on construction sites. International Journal of Project Management 17 (5), 309–315. Schein, E.H., 1992. Organizational Culture and Leadership, second ed. Jossey-Bass, San Francisco. Schein, E.H., 1996. Three cultures of management: the key to organizational learning. Sloan Management, Fall, 9–20. Schein, E.H., 2004. Organizational Culture and Leadership, third ed. Jossey-Bass, San Francisco. Silva, S., Lima, M.L., Baptista, C., 2004. OSCI: an organizational and safety climate inventory. Safety Science 42, 205–220. Sorensen, J.N., 2002. Safety culture: a survey of the state284
of-the-art. Reliability Engineering and System Safety 76, 189–204. StrickoV, R.S., 2000. Safety performance measurement: identifying prospective indicators with high validity. Professional Safety, 45. Thompson, R.C., Hilton, T.F., Witt, L.A., 1998. Where the safety rubber meets the shop Xoor: a conWrmatory model of management inXuence on workplace safety. Journal of Safety Research 29 (1), 15–24. Uttal, B., 1983. The corporate culture vultures. Fortune (Oct. 17), 66–72. Van Maanen, J., Barley, S.R., 1985. Cultural organizations, fragments of a theory. In: Frost, P.J. (Ed.), Organizational Cultures. Sage, Beverly Hills. Vecchio-Sudus, A.M., GriYths, S., 2004. Marketing strategies for enhancing safety culture. Safety Science 42, 601– 619. Zhang, Peihua, et al. "Work-health and safety-risk perceptions of construction-industry stakeholders using photograph-based Q metho-dology." Journal of Construction Engineering and Management 141.5 (2014): 04014093. Zohar, D., 2000. A group-level model of safety climate: testing the eVect of group climate on microaccidents in manufacturing job. Journal of Applied Psychology 85 (4), 587–596.