a. Penjelasan Umum 1. Bersumber dari ide atau gagasan kelompok mahasiswa 2. Isi PKM-GT menawarkan atau memberikan solusi yang mengacu pada isu aktual yang ada di masyarakat 3. Isu yang memerlukan solusi hasil karya pikir yang cerdas, unik, dan bermanfaat 4. Bersifat kreatif dan objektif, logis dan sistematis, serta berdasarkan telaah pustaka atau fiksi-sains b. Sistematika Proposal Kegiatan Proposal PKM-GT ditulis menggunakan huruf Times New Roman font ukuran 12 dengan jarak baris 1,15 spasi kecuali ringkasan satu spasi dan ukuran kertas A-4, margin kiri 4 cm, margin kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm, serta mengikuti sistematika sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4.
Struktur
Ringkasan
5. Bagian Inti Pendahuluan
Gagasan
Penjelasan Halaman Sampul Halaman Pengesahan Daftar Isi Ringkasan (bukan abstrak) gagasan tertulis disusun maksimum 1 halaman yang mencerminkan isi keseluruhan gagasan, mulai dari latar belakang, tujuan, landasan teori yang mendukung, metoda penulisan, pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi. Berisi latar belakang yang mengungkap uraian tentang alasan mengangkat gagasan menjadi karya tulis (dilengkapi dengan data atau informasi yang mendukung), dan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai. Berisi uraikan tentang: a. Kondisi kekinian pencetus gagasan (diperoleh dari bahan bacaan, wawancara, observasi, imajinasi yang relevan); b. Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya untuk memperbaiki keadaan pencetus gagasan; c. Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukan; d. Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan gagasan dan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
uraian peran atau kontribusi masingmasingnya; dan e. Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan sehingga tujuan atau perbaikan yang diharapkan dapat tercapai. Merupakan bagian akhir tulisan yang membawa pembaca keluar dari pembahasan. Secara umum kesimpulan mengungkap gagasan yang diajukan, teknik implementasi yang akan dilakukan, dan prediksi hasil yang akan diperoleh (manfaat dan dampak gagasan). Ditulis untuk memberi informasi sehingga pembaca dapat dengan mudah menemukan sumber yang disebutkan. Format perujukan pustaka mengikuti Harvard style. Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim
c. Contoh-contoh Judul PKM-GT 1. HUDY “Human and Disaster Harmony” Solusi Masa Depan Menjawab Konsekuensi Letak Geografis Yogyakarta (UGM) 2. JAKARTA SAHABAT AIR SEBAGAI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GUNA MENGATUR KESELARASAN ANTARA LANDUSE DAN HUMAN ACTIVITY (ITS) 3. Application of Jakarta Floating Farm and Fisheries (J3F) Concept as Future Urban-Coastal Livelihood Solution (UGM) 4. TRIPLE C (CENTRALIZED AND COMPREHENSIVE COCEPT) SEBAGAI USAHA STRATEGIS AKSELERASI E-MONEY INDONESIA (UI) 5. GREEN WATER FRONT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN BANJIR DAN TATA LINGKUNGAN KUMUH DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG (UNES) 6. UNDERGROUND FOREST: INOVASI HUTAN BAWAH TANAH SEBAGAI SOLUSI PENCEMARAN UDARA DAN BANJIR IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2025 (UNAIR) 7. JAKARTA SAHABAT AIR SEBAGAI KONSEP SUSTAINABLE DEVELOPMENT GUNA MENGATUR KESELARASAN ANTARA LANDUSE DAN HUMAN ACTIVITY (UGM) 8. NYAMUK SEBAGAI VACCINE DELIVERY HOST: SEBUAH PEMIKIRAN FUTURISTIK (UGM)
d. Penilaian PKM-GT Penilaian artikel PKM-GT dilakukan dengan mempertimbangkan kreativitas (rasionalitas, keunikan, dan manfaat) tulisan, kelayakan implementasi dan dampak yang ditimbulkannya. Berdasarkan hasil penilaian, artikel PKM-GT akan dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) ketegori sebagai berikut. 1. Tidak lolos seleksi: bagi proposal yang nilainya lebih rendah dari batas minimum untuk dinyatakan lolos seleksi. Batas nilai minimal ini sangat tergantung dari mutu artikel PKM-GT yang dinilai secara keseluruhan.
2. Lolos seleksi tapi tidak diundang ke PIMNAS: bagi proposal yang nilainya melebihi atau sama dengan batas minimal lolos seleksi akan tetapi nilainya masih di bawah batas nilai minimal untuk diikutsertakan ke PIMNAS. Proposal yang masuk kategori ini akan diberi insentif sebesar Rp3.000.000,- (tiga juta rupiah). 3. Lolos seleksi dan diikutsertakan di PIMNAS: bagi proposal yang nilainya lebih dari batas minimal nilai lolos seleksi dan nilai lolos ke PIMNAS. Proposal yang masuk kategori ini disamping diikutsertakan ke PIMNAS juga akan diberikan insentif sebesar Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah).
FORMAT 15%
GAGASAN 40%
Penilaian PKM GT
KESIMPULAN 20%
SUMBER INFORMASI 25%
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
LANGKAH JITU SWASEMBADA KEDELAI MELALUI KONVERSI LAHAN TEMBAKAU DAN TUMPANG SARI DENGAN PEREMAJAAN TANAMAN KERAS
Bidang Kegiatan: PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan Oleh:
Wegit Triantoro
1106011581
Teknik Industri 2011
Melly Meliyawati
1106009311
Ilmu Ekonomi 2011
Pyan Putro Surya A M
1206255854
Ilmu Ekonomi 2012
UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014
PENGESAHAN PKM-GAGASAN TERTULIS 1. Judul Kegiatan
2. Bidang Kegiatan 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas/Institut/Politeknik e. Alamat Rumah dan No. HP f. Alamat e-mail 4. Anggota Pelaksana Kegiatan 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIDN c. Alamat Rumah dan No. HP
: Langkah Jitu Swasembada Kedelai melalui Konversi Lahan Tembakau dan Tumpang Sari dengan Peremajaan Tanaman Keras : PKM GT : Wegit Triantoro : 1106011581 : Teknik Industri : Universitas Indonesia : Jl. Pekapuran 88 Sukatani, Tapos, Depok / 081284124048 :
[email protected] : 2 orang : Pribadi Setiyanto, SE, MA : 0022055705 : Vila Cendana B-16 Jl. WR Supratman Kampung Utan Ciputat, 15412
Depok, 21 Maret 2014 Menyetujui, Kepala Departemen Ilmu Ekonomi UI
Ketua Pelaksana Kegiatan
Teguh Dartanto, S.E., M.Ec., Ph.D NUP/NIK. 060603297 Direktur Kemahasiswaan
Wegit Triantoro NIM. 1106011581 Dosen Pembimbing
Arman Nefi, S.H., M.M.. NUP.0508050277
Pribadi Setiyanto, SE, MA NUP.195705221987031002
ii
DAFTAR ISI Halaman Judul
i
Halaman Pengesahan
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Gambar dan Tabel
iv
Ringkasan
v
1. PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan dan Manfaat
2
2. GAGASAN
5
Kondisi Kekinian
5
Solusi Terdahulu
5
Solusi yang Ditawarkan
6
Konversi Lahan Tembakau menjadi Lahan Kedelai
6
Pemanfaatan lahan melalui Tumpang Sari dengan Pembuatan Badan Usaha Pertanian
6
Alur langkah-langkah strategis
9
3. KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
iii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Perkembangan Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Kedelai Indonesia
3
Gambar 2 : Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Impor kedelai Indonesia
3
Gambar 3. Skema Alur Pembentukan BUP Kedelai
10
DAFTAR TABEL Tabel 1. Data Kedelai Indonesia (Sumber: Badan Pusat Statistik)
4
iv
RINGKASAN Banyaknya komoditas impor yang masuk ke Indonesia dirasa sangat meresahkan produksi dalam negeri. Terutama impor yang termasuk komoditas pangan nasional. Tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia yang masih bergantung pada komoditas sumber nabati ini sangat tinggi membuat produksi kedelai sangat potensial. Namun, sayangnya jumlah produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan dalam negeri karena ketidakmampuan dalam pemenuhan permintaan pasar. Ketidakmampuan produksi inilah yang sering ditutupi oleh impor dalam jumlah besar. Adanya impor bukan solusi yang indah bagi semua pihak terutama bagi para petani kedelai dalam negeri yang mulai ditinggalkan. Beberapa tahun belakangan ini, produksi kedelai dalam negeri cenderung tetap atau bahkan mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan oleh adanya alih fungsi lahan. Sebagian alih lahan itu terjadi karena menganggap bahwa menanam kedelai kini bukan lagi hal yang menguntungkan. Selain itu kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi dirasa belum optimal dalam menghasilkan produksi kedelai dalam negeri. Dari permasalahan yang terjadi, muncul gagasan untuk memberikan solusi melalui upaya meningkatkan produksi kedelai dalam negeri guna mencapai ketahan pangan nasional. Mewujudkan swasembada kedelai dengan dua solusi yaitu konversi lahan tembakau menjadi lahan kedelai dan tumpang sari dengan peremajaan tanaman keras melalui pembuatan badan usaha pertanian (BUP). Langkah jitu implementasi dari konversi lahan tembakau dan tumpang sari diwujudkan dengan cara pendirian badan hukum oleh pemerintah yang dinaungi oleh BUMN agar badan ini memiliki payung hukum yang pasti guna menstimulus pemerintah yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap badan usaha pertanian ini.
v
1
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dikutip dari data Balitbang Kementrian Pertanian (Kementan) mengenai Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai pada sekitaran September lalu, bahwa total kebutuhan konsumsi kedelai terus meningkat dari 2,02 juta ton pada tahun 2003 menjadi 2,7 juta ton pada tahun 2005 dan dieprkirakan 3,35 juta ton pada tahun
2025. Akan tetapi, hal tersebut
menjadi tantangan bagaimana mencapai areal tanam yang cukup untuk memenuhi target itu, setidaknya menurut Batlibang Kementan diperlukan areal produksi yang mampu menghasilkan 8 ton/Ha. (Hendra, 2013) Dari data yang diperoleh melalui jurnal “Dampak Impor terhadap Produksi Kedelai Nasional” tampak bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia untuk kebutuhan kedelai tiap tahunnya sangat tinggi, yaitu rata-rata sekitar 20.000 ton/tahun. Untuk konsumsi ini ada kekurangan pasokan dalam negeri yang terutama diakibatkan oleh keterbatasan lahan panen yang ada; bahkan luas panen cenderung menurun sejak tahun 1996. Apakah kondisi ini dikarenakan kebijakan impor Indonesia yang menyebabkan banyak masyarakat yang beralih pada produk impor dibandingkan dengan produk dalam negeri? Tentu kebijakan impor tak sepenuhnya dapat disalahkan dari menurunnya produksi kedelai petani dalam negeri. Gagasan ini lahir dari kekhawatiran akan ketahanan pangan nasional yang terganggu karena ketidakmampuan petani memproduksi kedelai dalam jumlah cukup serta maraknya kedelai impor di pasar Indonesia. Sasaran dari gagasan tertulis ini adalah komoditas kedelai, disebabkan keberadaan komoditas ini merupakan komoditas yang strategis namun seringkali bertentangan dengan sistem usahatani Indonesia. Kebutuhan kedelai terus meningkat karena pertambahan penduduk, juga meningkatnya konsumsi per kapita terutama dalam bentuk olahan dan tumbuhnya industri pakan ternak (Siregar, 2003). Lebih lanjut tujuan dari gagasan tertulis ini adalah untuk menolong industri lokal dari tekanan impor dengan melakukan upaya untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dengan cara pengalihan konversi lahan dan tumpang sari.
Tujuan dan Manfaat Penulisan ini memiliki tujuan untuk: Memaparkan alternatif solusi memanfaatkan lahan tanaman keras Mengetahui langkah-langkah strategis menuju swasembada pangan pada komoditas kedelai Mengetahui peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi Adapun manfaat dari tulisan ini adalah: Memberikan masukan kepada pemerintah dalam bentuk kebijakan konversi lahan sebagai solusi untuk meningkatkan produksi kedelai dalam mencapai swasembada pangan Memberikan solusi jangka pendek dan jangka menengah yang dapat diimplementasikan pemerintah dengan membuat badan usaha pertanian dalam mencapai swasembada pangan
2. GAGASAN Kondisi Kekinian Kebutuhan konsumsi kedelai dalam negeri Indonesia yang dahulu disebut dengan negara agraris pada tahun 2010 menduduki peringkat ke-12 pada produksi kedelai dunia kalah oleh USA, Brazil, Canada, Uruguay, India. Produksi kedelai Indonesia yang rendah tersebut berbanding terbalik degan tingkat kebutuhan konsumsi . Seperti dapat dilihat pada Grafik 2 Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Impor kedelai Indonesia dapat dilihat bahwa konsumsi kedelai dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan (Grafik 2). Dari sisi Produksi Indonesia pernah mengalami puncaknya pada tahun 1992. Pada saat itu Indonesia bisa mengekspor kedelainya ke berbagai negara di dunia. Namun, setelah tahun 1992, tingkat produksi Indonesia menunjukkan kecenderungan terus mengalami penurunan (Gambar 1). Besaran tingkat konsumsi dan produksi memperlihatkan adanya gap antara tingkat konsumsi yang tinggi dan tingkat produksi yang hanya mampu dicapai oleh produksi dalam negeri yang cenderung rendah sehingga kekosongan tersebut diisi oleh impor. Berdasarkan data dari deptan.go.id volume kedelai impor sampai dengan Juli 2013 mencapai 1,1 juta ton dari total kebutuhan konsumsi 2,5 juta ton per tahun.
3
Sumber: deptan.go.id Gambar 1. Perkembangan Produksi, Luas Panen&Produktivitas Kedelai
Sumber: deptan.go.id Gambar 2 : Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Impor kedelai Indonesia
Kondisi Lahan, Produktivitas dan Produksi Kedelai Salah satu faktor terpenting dari penurunan jumlah produksi kedelai dari tahun ke tahun adalah akibat dari terjadinya penurunan jumlah luas lahan kedelai. Penurunan ini diakibatkan oleh lahan kedelai yang digantikan menjadi lahan tembakau, anggapan yang terjadi bahwa tembakau memilki nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada kedelai, sebagai bukti saja bahwa daerah penghasil kedelai di Jawa adalah daerah yang sama menghasilkan tembakau terbesar. Berdasarkan data BPS dari tahun 2000 hingga tahun 2013 (Tabel 1) tercatat tahun 2000 jumlah luas lahan kedelai Indonesia sebesar 824 ribu hektar sedangkan tahun 2013 luas lahan kedelai tahun 2013 hanya sebesar 571 hektar. Jika dilihat dari Tabel 1 Data Kedelai Indonesia juga terjadi penurunan jumlah produksi yang cukup signifikan dari tahun 2000 sebesar 1,01 juta ton per tahun sedangkan pada tahun 2013 sebesar 847ribu ton per tahun. Salah satu pemicu hal tersebut adalah masuknya kedelai impor dengan harga murah, adanya kemudahan impor kedelai serta bea masuk impor nol persen(0%) yang dimulai pada tahun 1998 yang mendisinsentif petani untuk bertani kedelai lebih banyak sehingga menurunkan jumlah produksi kedelai setiap tahunnya. Tidak hanya itu penurunan jumlah luas lahan pun dipicu oleh tingginya pembangunan yang terjadi di Indonesia sehingga perlu adanya lahan lain yang dapat menggantikan lahan yang hilang guna memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan kedelai ini sebagai upaya dari kemandirian ketahanan pangan.
4
Tabel 1. Data Kedelai Indonesia (Sumber: Badan Pusat Statistik) Tahun
Luas lahan
Produktivitas (ku/ha)
(ha)
Produksi (ton)
2000
824484
12,34
1017634
2001
678848
12,18
826932
2002
544522
12,36
673056
2003
526796
12,75
671600
2004
565155
12,8
723483
2005
621541
13,01
808353
2006
580534
12,88
747611
2007
459116
12,91
592534
2008
590956
13,13
775710
2009
722791
13,48
974512
2010
660823
13,73
907031
2011
622254
13,68
851286
2012
567624
14,85
843153
2013
571564
14,82
847157
Solusi Terdahulu Rendahnya produksi kedelai dalam negeri membuat pemerintah mengambil langkah untuk mengatasinya. Kebijakan pengendalian jumlah produksi kedelai dalam negeri dilakukan melalui dua cara yakni intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian kedelai. Intensifikasi pertanian kedelai dilakukan dilakukan dengan cara memberikan insentif kepada petani berupa subsidi benih dan pupuk. Insentif yang diberikan pemerintah ini bertujuan agar lahan pertanian yang ada menjadi lebih produktif agar menghasilkan hasil panen yang lebih banyak. Sedangkan ekstensifikasi adalah upaya penambahan produksi dengan membuka lahan baru. Ekstensifikasi dilakukan dalam upaya menambah jumlah produksi kedelai dalam negeri. Namun, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah belum optimal.Menurut BPS, terjadi penyusutan pada lahan pertanian sebesar 12,6 ribu hektar di pulau Jawa, sedangkan secara nasional lahan pertanian mengalami penyusutan sebesar 27 ribu hektar. Berbeda dengan tahun 2009, menurut Badan Ketahanan Pangan Nasional telah terjadi alih fungsi lahan yang mencapai 110 ribu hektar. Karena hal tersebut, hingga saat ini jumlah produksi kedelai masih belum dapat memenuhi konsumsi dalam negeri sehingga perlu adanya upaya ektsra untuk menambah jumlah produksi dalam negeri.
5
Solusi yang Ditawarkan Solusi yang kami tawarkan untuk mengatasi jumlah produksi kedelai dalam negeri untuk mencapai ketahanan pangan melalui dua alternatif solusi. Dua alternatif tersebut yaitu melakukan konversi lahan dan pembuatan badan usaha pertanian. Konversi Lahan Tembakau menjadi Lahan Kedelai Konversi lahan atau sering alih fungsi lahan adalah perubahan peralihan penggunaan lahan tertentu menjadi lahan lainnya dari fungsi tertentu menjadi fungsi lainnya. Konversi lahan ini dilakukan dalam upaya menggantikan jumlah lahan kedelai yang mengalami penyusutan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Konversi sangat penting dilakukan karena jumlah lahan pertanian di Indonesia saat ini telah terbatas jumlahnya. Lahan-lahan pertanian yang semula digunakan untuk produksi tanaman pangan menjadi lokasi pembangunan dan sangat sulit dikembalikan seperti semula. Oleh karena itu, hal yang dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan lahan pertanian yang tersedia. Konversi pun hadir sebagai alternatif solusi. Konversi dilakukan dengan mengubah fungsi lahan yang semula ditanami tembakau menjadi lahan kedelai. Tembakau digunakan sebagai objek konversi karena tembakau tergolong tanaman sekunder sedangkan kedelai adalah tanaman pangan. Tanaman pangan memiliki peranan sentral dalam perekonomian dan stabilitas negara. Ketika harga pangan dan kuantititas pangan nasional tergantung pada luar negeri, rakyat yang akan merasakan dampaknya terutama kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Padahal, tugas dari suatu negara adalah menyejahterakan rakyatnya. Meskipun tembakau lebih menguntungkan jika dilihat dari segi profit, akan tetapi tembakau lebih penting karena tergolong tanaman pangan. Kepentingan rakyat secara keseluruhan lebih utama diatas kepentingan materi (keuntungan). Pemanfaatan lahan melalui Tumpang Sari dengan Pembuatan Badan Usaha Pertanian Dalam upaya mengatasi masalah ketahanan pangan, khususnya di sisi supply kebutuhan domestik kedelai kami menawarkan 2 solusi utama. Solusi pertama yaitu usaha konversi lahan tanaman tembakau menjadi lahan tanaman kedelai dengan memfokuskan pada aspek cost-benefit dampak yang ditimbulkan dari usaha konversi tersebut. Solusi kedua adalah sistem tanam tumpang sari
6
yakni sistem bercocok tanam dua jenis bibit tanaman dalam satu lahan tertentu yang bisa dilakukan dalam waktu bersamaan ataupun berbeda. Sistem tanam tumpang sari untuk jenis kedelai dan pasangannya cukup fleksibel dan mudah diterapkan, karena jenis tanah yang dibutuhkan cukup mudah ditemukan dengan tipe tanah kering dengan suhu rata-rata 25-28o C, sehingga lokasi pengelolaan kedelai dengan sistem tumpang sari bisa dipasangkan dengan tanaman jenis perkebunan seperti sawit, karet, kakao yang banyak tersebar di daerah pulau sumatera dan tanaman jenis pangan seperti ubi, kayu, jagung. Selain fleksibilitas dalam melakukan tumpang sari, ada beberapa manfaat dan kemudahaannya, di antaranya adalah mencegah dan mengurangi pengangguran musim karena pada beberapa jenis tanaman, tenaga kerja banyak dibutuhkan pada musim tanam dan musim panen saja, Akibatnya banyak pengangguran di sela-sela musim tanam dengan musim panen. Pada tumpangsari, tanaman yang diusahakan lebih beragam. Perawatan yang dilakukan untuk setiap jenis tanaman kebanyakan juga tidak dalam waktu yang sama. Selain itu tumpang sari dapat meningkatkan produktivitas lahan. Secara kuantitas Tumpangsari memang menurunkan hasil untuk masing-masing komoditas yang ditumpangsarikan karena adanya pengaruh kompetisi, tetapi, berdasarkan nilai nisbah kesetaraan lahan (NKL), berkurangnya hasil tiap-tiap komoditas masih berada di dalam kondisi yang menguntungkan. Contoh tumpangsari yang mampu meningkatkan produktivitas lahan adalah tumpangsari jagung dengan kedelai. Manfaat ekonomis yang di dapat dari tumpang sari kedelai ini adalah peningkatan aktivitas ekonomi dari sektor basis pertanian seperti daerah biereun di Provinsi Aceh, Jambi, jawa tengah dan jawa timur, dan di daerah lainnya Pada tahun 2007 pemerintah melalui Dirjen Perkebunan pernah merencanakan program peningkatan produksi kedelai yang akan ditumpang sarikan dengan menyediakan lahan panen seluas 760 ribu ha dengan proyeksi peningkatan produktivitas 17,10 ku/ha. Program tersebut juga mendapat dukungan penuh oleh PT. Perkebunan Nusantara. Namun hingga 2009 program tersebut belum terlaksana karena tidak ada “willing” dari pemerintah untuk menginisiasi program ini. Padahal dengan program tersebut, proyeksi yang diperkirakan dapat mencapai tambahan produksi sebesar 1,3 juta ton. Untuk menghindari kemungkinan di abaikannya program tumpang sari yang kami tawarkan kami merekomendasikan untuk dibentuk satu badan hukum berupa Badan Usaha Perkebunan (BUP) Kedelai yang di supervisi oleh PT.Perkebunan Nusantara. Tujuannya adalah agar mendapat kejelasan secara hukum sehingga bisa menjadi prioritas dalam program pemerintah yang dalam hal ini adalah PT.Perkebunan Nusantara sebagai penanggung jawab. Selain itu, badan ini kami tempatkan di
7
bawah institusi pemerintahan agar nantinya dapat bertugas memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait evaluasi kebijakan impor kedelai, sehingga antara upaya meningkatkan produktivitas kedelai berkorelasi positif terhadap penurunan impor kedelai. Dalam menjalankan program tumpang sari yang kami tawarkan, lahan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan utama yakni output produksi yang mencukupi kebutuhan domestik kedelai tidak cukup jika hanya mengandalkan lahan milik pemerintah saat ini yang luasnya hanya sekitar 571564 ha (BPS,2013) oleh karena itu perlu dukungan dari masyarakat untuk dalam upaya perluasan lahan di areal perkebunan dan areal hutan tanaman industry (HTI) serta dukungan berupa pola kemitraan dari stake holder terkait seperti Bulog, INKOPTI, swasta, BUMN dan perbankan Dalam menjalankan fungsinya, Badan Usaha Pertanian (BUP) kedelai ini bertugas melakukan mobilisasi petani di daerah-daerah yang memilik lahan yang akan ditumpangsarikan kedelai agar ketika habis masa peremajaan kedelai di daerah tersebut, petani yang bekerja di daerah tersebut dapat berpindah lokasi ke daerah potensial lainnya. Sehingga biaya pemeliharaan tanaman dapat ditekan serendah-rendahnya dengan membentuk susunan kebun yang baik, di sisi lain juga dapat mengefisiensi waktu dan tenaga karena petani yang bekerja di lahan yang masa peremajaan telah habis (produktivitas rendah dan bernilai ekonomis rendah) dengan demikian dapat mengalihkan tenaga dan waktu para petani tersebut ke daerah lain yang bisa di garap lahannya. tujuan lain dari mobilisasi petani ini adalah agar dapat menjaga kelestarian dan menghindari eksploitasi lahan dengan prinsip “ladang berpindah, dan tidak menjarah” sehingga lahan tersebut masih dapat digunakan untuk pembudidayaan jenis tanaman lain. Tujuan ekonomi dari BUP kedelai ini adalah untuk kepastian hukum bagi kesejahteraan petani kedelai, baik petani kedelai tulen maupun petani tembakau yang dipekerjakan untuk penggarapan lahan tumpang sari kedelai sehingga Pemerintah dapat mengkompesasi petani tersebut atas kerugian yang dialami akibat beralih ke usaha pembudidayaan tanaman kedelai. Berikut mekanisme, kondisi lahan dan varietas kedelai tumpang sari. Mekanisme Tumpang Sari Tumpang sari merupakan metode bercocok tanam dengan mengombinasikan penanaman dua atau lebih jenis bibit tertentu pada lahan yang sama dan pada waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan. Kedelai adalah salah satu tanaman yang dapat ditanam dengan metode tumpang sari. Mekanisme pelaksanaan tumpang sari diawali dengan mempersiapkan lahan. Tanah pada lahan yang akan ditanami harus digemburkan untuk memperbaiki sistem aerasi.
8
Lahan yang belum pernah ditanami kedelai harus diberi rizhobium yang berasal dari bintil akar kedelai atau dicampuri dengan tanah yang pernah ditanami kedelai. Kondisi Lahan Kedelai merupakan jenis tanaman yang mudah ditanam karena tidak memerlukan jenis media tanam dan perawatan yang khusus. Kedelai dapat tumbuh pada jenis tanah dengan tata air dan tata udara tanah yang baik. Tanah tersebut juga harus mengandung air dalam jumlah sedang. Kedelai dapat tumbuh subur pada tanah pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan optimal 100–200 mm/bulan. Jenis media tanam yang cocok meliputi jenis tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, atau landosol selama tanah tersebut mengandung unsur hara berupa (N, P2O5, K2O, Ca, Mg) yang cocok atau sesuai adalah tinggi sampai sedang. Kondisi ini juga bisa didapat dari lahan tanaman keras sehingga terdapat kesesuaian untuk dijadikan tumpang sari. Lahan yang akan digunakan untuk tumpang sari memiliki sistem berpindah lokasi. Lokasi yang digunakan adalah lahan tanaman keras yang sedang diremajakan yaitu tanaman yang berusia 0 hingga 4 tahun. Varietas Kedelai Kedelai memiliki bermacam varietas; terdapat varietas yang mampu beradaptasi di tanah sawah pada musim kemarau pertama atau kedua, dan ada yang mampu beradaptasi di tanah tegal. Varietas kedelai yang unggul adalah varietas yang mampu bertahan pada tiga kondisi tersebut. Dengan keunggulan tersebut varietas yang mampu bertahan di tiga kondisi tersebut yang dijadikan varietas kedelai untuk tumpang sari di lahan tanaman keras. Tanaman keras adalah tanaman yang memiliki masa manfaat 20 tahun atau lebih, misal kelapa sawit, karet, kakao. Ditekankan kembali bahwa keuntungan dari solusi tumpang sari antara kedelai dan tanaman keras bukan hanya terletak pada PT Perkebunan tetapi juga pada BUP. PT Perkebunan tidak lagi harus mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan lahan yang tidak terpakai saat peremajaan tanah dan tanaman serta pihak BUP juga mendapat keuntungan dari biaya sewa lahan yang nol rupiah. Keuntungan yang paling utama adalah keuntungan dari kemandirian pangan atau swasembada pangan untuk seluruh rakyat Indonesia.
9
Skema Alur Langkah-langkah Strategis
Pembuatan visi misi serta tujuan didirikannya anak perusahaan di bawah BUMN serta urgensi nya.
Penilaian proyeksi kinerja dan manfaat perusahaan oleh pemerintah (mentri BUMN) yang nantinya akan dijalankan oleh dewan direks
Penarikan modal(saham) dari perusahaan induk (PT.PN) minimum sebesar 90% dan selebihnya saham yang dimiliki masyarakat
Peresmian berdirinya anak perusahaan sebagai sayap bisnis BUMN oleh mentri BUMN
Penyetujuan nama-nama direksi dan dewan komisaris oleh mentri BUMN yang seterusnya mentri mengeluarkan SK pengangkatan
Pengajuan nama calon direksi oleh direksi perusahaan induk kepada Mentri BUMN untuk dilakukan Fit and proper test oleh Pemerintah dan lembaga profesional
Menjalankan fungsi teknis di daerah-daerah dan fungsi koordinasi perusahaan di pusat (sebagai anak perusahaan, BUP juga memiliki hak koordinasi dan saham di daerah)
Gambar 3. Skema Alur Pembentukan BUP Kedelai
3. KESIMPULAN Perlunya diadakan suatu penelitian yang mampu mengidentifikasi permasalahan mengenai ketersediaan kedelai dalam negeri yang lebih lanjut tujuannya agar ketahan pangan nasional dapat lebih banyak disokong oleh kedelai dalam negeri daripada harus mengimpor dengan jumlah yang besar. Melalui metode analisis perbandingan usaha tani diupayakan tingkat produktivitas dalam negeri meningkat, setelah sekian tahun produktivitas kedelai dalam negeri malah mengalami penurunan diakibatkan lahan yang ada kini mulai tergantikan, menganggap bahwa menanam kedelai kini bukan lagi hal yang menguntungkan. Kemudian salah satu peralatan yang mungkin bisa menjadi solusi dari permasalahan yang tadi adalah konversi lahan temabakau untuk dijadikan komoditas kedelai. Pemilihan lahan tembakau dikarenakan dalam perkembangannya tanaman tembakau justru mengambil jatah lahan tanaman kedelai karena dianggap bahwa tanaman tembakau lebih menguntungkan daripada kedelai. Hanya saja dampaknya penurunan produksi kedelai dalam negeri berdampak terhadap terancamnya ketahanan pangan nasional. Sehingga studi kelayakan yang berkebalikan dengan fenomena saat ini pun dibutuhkan agar dapat mengembalikan luas lahan kedelai yang terjarah sebelumnya dan menjadi penyebab utama rendahnya produksi kedelai dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 2012. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Tanaman Kedelai. Diakses pada 16 Januari 2014. Tersedia di:
Gomez A.A. and A.K. Gomez, 1983. Multiple Cropping in the Humid Tropics of Asia. Canada: IDRC hlm 248. Harsono, Budi. 2009. Sejarah Pembentukan Undang-Undang Agraria. Jakarta: Djambatan hal 46. J , Vandermeer. 1989. The Ecology on Intercropping. New York: Cambridge University Press hlm 89. Kusuma, Hendra. 2013. Permintaan Kedelai Vs Produksi Dalam Negeri. [Online] Diakses pada 25 Oktober 2013. Tersedia di: Soeprapto, Maria Farida Indrati. 2009. Ilmu Perundang-Undangan. Yogyakarta: Kanisius hal 181. Suastika et.al, I Wayan. Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut, Proyek Penelitian pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tanya, Bernard L. et.al. 2011. Teori Hukum: Strategi Lintas Generasi. Jakarta: Genta hal.24. Turmudi, Edhi. 2002. Kajian Pertumbuhan dan Hasil Tanaman dalam Sistem Tumpangsari Jagung dengan Empat Kultivar Kedelai pada Berbagai Waktu Tanam. hlm. 89-96. Tersedia di: Zakiah. 2011, Dampak Impor Terhadap Produksi edelai Nasional. Diakses pada 22 Oktober 2013. Tersedia di: <Jurnal.unsyah.ac.id/agriset/article/view/213>
11
LAMPIRAN Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing 1. Biodata Ketua Kelompok A. Identitas Diri 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Lengkap Jenis Kelamin Program Studi NIM Tempat dan Tanggal Lahir e-mail No. Telepon/HP
Wegit Triantoro Laki-laki Teknik Industri 1106011581 Jakarta, 27 Juni 1993 [email protected] 089639500530
B. Riwayat Pendidikan Nama Institusi Jurusan Tahun masuk-lulus
SD SDN Curug 02
SMP SMPN 103 Jaktim
1999-2005
2005-2008
SMA SMAN 39 Jaktim IPA 2008-2011
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No.
Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir No. 1
2
3 4
Institusi Pemberi Penghargaan Juara 3 kategori PKM – KC “Filter portabel DIKTI untuk menghasilkan air baku saat musim kemarau dan musim hujan” Juara 2 Poster PKM – KC “Filter portabel DIKTI untuk menghasilkan air baku saat musim kemarau dan musim hujan” Best Essay Category on OKK (Orientasi DIKTI Kehidupan Kampus) UI 2011 DIKTI Berhasil mendapatkan dana hibah DIKTI sebesar 50 juta rupiah bersama dengan Prof. Dr. Ir. Bondan T. Sofyan M.Si. The project has tittle “Pengembangan Depok Bersih dan Hijau Terpadu Berbasis Komunitas: Kawasan Percontohan di Kelurahan Rangkepan Jaya” Jenis Penghargaan
Tempat Universitas Mataram, Lombok Universitas Mataram, Lombok Kampus UI, Depok Kampus UI, Depok
12
5
Siswa terbaik nomor 3 untuk Ujian Nasional di SMAN 39 Jakarta
SMAN 39
Jakarta
6
Juara 1 siswa terbaik kategori IPA SMAN 39 Jakarta Timur
SMAN 39
Jakarta
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan program kreativitas mahasiswa-penelitian Depok, 22 September 2014 Pengusul,
Wegit Triantoro NIM. 1106011581 2. Biodata Anggota Kelompok 2.1 Biodata Anggota Kelompok ke-1 A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
Pyan Putro Surya Amin Muchtar
2. Jenis Kelamin
Laki-laki
3. Program Studi
Ilmu Ekonomi
4. NIM
1206255854
5. Tempat dan Tanggal
Lamongan, 10 April 1994
Lahir 6. e-mail
[email protected]
7. No. Telepon/HP
081515553302
B. Riwayat Pendidikan SD
SMP
SMA
MI Sunan Drajat
MTs Amanatul
MAN Insan
Institusi
lamongan
Ummah Surabaya
Cendekia Serpong
Jurusan
-
-
IPA
Tahun
2000-2006
2007-2009
2009-2012
Nama
masuk-lulus
13
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No.
Nama Pertemuan
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
Intellectual
Peningkatan Keamanan Teritorial
19-21 September 2013,
Dialogue of
Kelautan Indonesia sebagai
Universitas Brawijaya
Economy XII
Upaya Penyejahteraan Nelayan
Malang
Konferensi
BIMASTER (Bimbingan Belajar
Maret 2014, Austrlia
Internasional
Masjid Terminal) An Enforcing
Nastional University,
Pelajar Indonesia
Effort on Incrising Homeless
Canberra. Australia
2014,
Children Participation in High
Ilmiah/Seminar 1.
2.
Level Education D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir No.
JenisPenghargaan
InstitusiPemberiPenghargaan
Tempat
1.
The Most Potential Student 2012
FEUI
Depok
2.
Medali Perak Olimpiade Sains
Kemendiknas
Manado
Bursa Efek Indonesia
Tangerang
Nasional 3.
Juara 2 Olimpiade Pasar Modal tingkat profinsi
4.
Juara 1 Kompetisi Ekonomi
Selatan Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Universitas Brawijaya
Malang
SMA Al-Azhar BSD
Tangerang
Nasional “Budiono Cup” 5.
Juara 1 Essay Competition “Intellectual Dialogue of Economics”
6.
Juara 1 Economics Competition “ALSEACE”
7.
Penyaji Karya PKM-GT dalam
Selatan Dikti Kemendiknas
Mataram
FOSSEI Jabodetabek
Depok
Humanitarian Affair, UK
Manila,
PIMNAS XXVI 8.
Delegasi UI dalam Temu Ilmiah Regional Jabodetabek
9.
Delegasi Indonesia dalam University Scholars Leadership
Filipina
14
Symposium.
10.
Delegasi Indonesia dalam
Persatuan Pelajar Indonesisa
Canberra,
Konferensi Internasional Pelajar
– Australia
Australia
Indonesia 2014
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan program kreativitas mahasiswa-penelitian Depok, 22 September 2014 Pengusul,
Pyan Putro Surya Amin M. NIM. 1206255854 2.2 Biodata Anggota Kelompok ke-2 A. Identitas Diri 1.
Nama Lengkap
Melly Meliyawati
2.
Jenis Kelamin
P
3.
Program Studi
Ilmu Ekonomi
4.
NIM
1106009311
5.
Bandung, 14 Oktober 1992
6.
Tempat dan Tanggal Lahir e-mail
7.
No. Telepon/HP
08562047208
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan Nama Institusi
SD SD YAS 1 Bandung
SMP SMP YAS Bandung
SMA SMAN 5 Bandung
15
Jurusan
IPS
Tahun masuklulus
1999-2005
2005-2008
2008-2011
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No.
Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir No. 1.
Jenis Penghargaan Juara 1 Provinsi Jabar Debat APBN
Institusi Pemberi Penghargaan Dirjen Pajak
tingkat SMA 2.
Finalis Debat APBN tingkat Nasional
Dirjen Pajak
Sangga Kerja Peran Saka Daerah Jawa Barat
4.
Juara 2 siswa terbaik kategori IPS
Kwartir Daerah Jabar SMAN 5 Bandung
SMAN5 Bandung
BEM FEUI
FEUI
SMAN 5 Bandung 5.
Best Staf Entrepreneurship and
TVRI Bandung Direktorat Jendral Pajak Buper Kiara Payung
2010 3.
Tempat
Leadership Department BEM FEUI 2012 Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan program kreativitas mahasiswa-penelitian Depok, 22 September 2014 Pengusul,
Melly Meliyawati NIM. 1106009311
16
3. Biodata Dosen Pembimbing A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
Pribadi Setyanto, SE, MA
2. Jenis Kelamin
Laki-laki
3. Program Studi
Ilmu Ekonomi
4. NIDN
0022055705
5. Tempat dan Tanggal Lahir
Jakarta, 22 Mei 1957
6. e-mail
[email protected]
7. No. Telepon/HP
08121061072
B. Riwayat Pendidikan SD
SMP
SMA
Nama Institusi Jurusan Tahun masuk-lulus C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No.
Nama Pertemuan
Judul Artikel
Ilmiah/Seminar
Ilmiah
Waktu dan Tempat
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir No.
Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi Penghargaan
Tempat
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam
pengajuan
program
kreativitas
mahasiswa-pengabdian
masyarakat. Depok, 21 September 2014 Pembimbing,
Pribadi Setyanto, SE, MA NIDN. 0022055705
17
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas No.
Nama/NIM
Program Studi
Bidang Ilmu
1
Wegit Triantoro
Teknik Industri
Sistem manufaktur, proses produksi, aliran material
2
Melly Meliyawati
Ilmu Ekonomi
Ekonomi
3
Justisia Avila Veda
Ilmu Hukum
Hukum Pidana
Alokasi Uraian tugas Waktu 12jam/minggu Mengurus Peijininan, Analisis data berkaitan dengan alur produksi. Menyusun mekanisme budi daya. Menganalisis data berdasarkan pada analisis biologi tanaman. 14jam/minggu Keskretariatan dalam tim, Menganalisis data berdasarkan pada analisis ekonomi. 12jam/minggu Mencari data yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah yang mendukung sentra tembakau dan tumpang sari(legalitas). Menganalisis data berdasarkan pada analisis ekonomi dan benefit secara ekonomi untuk penggunaan lahan tembakau dan tanaman keras.
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Wegit Triantoro
NIM
: 1106011581
Program Studi
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknik
Dengan ini menyatakan bahwa usulan PKM-GT saya dengan judul : Langkah Jitu Swasembada Kedelai melalui Konversi Lahan Tembakau dan Tumpang Sari dengan Peremajaan Tanaman Keras yang diusulkan untuk tahun anggaran 2015 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain. Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya gagasan tertulis yang sudah diterima ke kas negara. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenarbenarnya. Depok, 21 Januari 2015 Mengetahui, Direktur Kemahasiswaan
Yang menyatakan,
Arman Nefi, S.H., M.M.. NIP/NRK. 0508050277
Wegit Triantoro NIM. 1106011581