SOPAN SANTUN BAHASA SEBAGAI DASAR PENGEMBANG KEPRIBADIAN TUNAS BANGSA Oleh:
RINIWATI S.A. ABSTRACT Indonesia Student represent the new generation of the nation and also owner walk stick the estafette of nation and stote responsibilily.
Indonesia Student which have personality
to have the decent
characteristic hqve language, responsibility, never give up, high minded, discipline. Can translqte the natural phenomenon and also science, can create the interaction vertically and also horizontal. Keyword : personality, ability have language, new generation of the nation.
A.
PENDAHULUAN Tulisan ini merupakan kebermaknaan bagi penulis ikut dalam Simposium Nasional IV Pendidikan Pengembang Kepribadian. Simposipm tersebut diselenggarakan oleh UPT MKU Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan tema " Mengantisipasi Krisis Jati Diri dan Kepribadian Bangsa serta Mansil
-
36
VoI.9, No. 19,Nopenber 2009 : j6-44
Tidar Magelang, maka penulis mengangkat sebuah judul Sopan Santun Bahasa sebagai Dasar Pengembang Kepribadian Tunas Bangsa". Dalam kehidupan manusia, bahasa sebagai
alat untuk
per&saaarL alat untuk mengekspresikan keinginan dan perbuatan, alat untuk mempengaruhi dan dipengaruhi, tanda yang jelas dari kepribadlan yang baik maupun yang buruk dan tanda yang
membentuk pikiran
dan
jelas dari keluarga dan bangsa
(Samsuri, 1983 : 4)
Bahasa menupakan cerminan kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang bisa dilihat dari bagaimana cara dia berbicara, kapan dia berbicara, dengan siapa dia berbicara, dengan siapa dia berbicara, di mana dia berbicara, apa yang dibicarakan. Isi pembicaraan harus jelas serta cara penyampaiannya juga harus jelas. Jika cara penyampaian informasi tidak jelas maka akan menimbulkan salah pengertian atanr salah tafsir.
B.
KEMAMPUAN BERBAHASA Sesuai dengan salah satu fungsi bahasa yaitu sebagai alat u,ntuk mengekpresikan keinginan dan perbuatan maka
dibutuhkan kemampuan. Dalam hal ini kemampuan berbahasa, yang terdiri dari menyimak, berbicara, membac4
dan menulis. Kemampuan berbahasa yang dimaksud adalah kemampuan yang, didasari dengan kedewasaan mental. Sehingga orarrg tersebut tidak hanya sekedar mendengarkan (menyimak) informasi belaka tetapi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu mampu menyimak situasi dan kondisi di sekeliling hidup dan kehidupannya. Yang akhirnya menjadi manusia yang peka terhadap lingkungannya. Demikian pula kemarnpuan berbicar4 dalam hal ini tidak hanya sekedar bisa 37
Sopan Sanfi.n Bahasa Sebagai Dasar Pengembang Kepribadian Tunas Bangsa (Riniwati SA)
mengungkapkan maksud hati semata tetapi paham betul saat yang tepat kapan harus berbicara dan kapan tidak harus berbicara. Bagaimana pernilihan diksinya, muatan ujarannya berkualitas atau tidak. Seperti pernyataan di atas bahwa bahasa merupakan tanda yarng jelas dari kepribadian yang baik rnaupun yang buruk. Ada peribahasa jawa yang dapat dijadikan sebagai pegangan dalam hidup bermasyarakat yaitu Ajining'diri soko lathi". Arti peribahasa Jawa tersebut bermakna harga diri seseorarag dapat dilihat dari bicaranya. Kata "Lathi" dalam bahasa Indonesia berarti bibir dan bibir di sini dimaksud cara berbicara seseorang. Kemampuan berbicara yang dimaksud, kemampuan mengungkapkan buah pikiran maupun perasaan kepada orang lain dan bermanfaat pula bagi orang lain. dengan kemampuan membaca Demikian di sini tidak hanya sekedar membaca seseorang. Kemampuan memb'aca s€cara harafiah tetapijuga r'nampu membaca secara tersirat, mampu membaca situasi, mampu memahami isi bacaan sehingga dapat cepat menyerap isi dan maknanya. Jika seseorang banyak membaca, maka dapat dipastikan memperoleh pengetahuan yang memadai. Hal tersebut dapat diketalhui orang lain jika diekspresikan secara lisan dan tertulis. Hasil tulisan seseorang menunjukan kemampuan menelaah, menyikapi.persoalan serta pemakaian bahasa yang tidak berbelit belit. Hasil tulisan seseorang, mengandung tujuan tertentu bagi pembaca. Apakah hanya sekedar memberi informasi, mempengaruhi pembaca, berargumentasi tertradap permasalahan, membujuk pembaca untuk melakukan sesuatu, ataukah berbentuk narasi. Dalam kehidupan sehari hari, kemampuan berbahasa seseorang, diperlukan untuk menyelesaikan persoalan. Suatu saat seseorang menggunakan dua atau tiga kemampuan
"
pula
-
-
38
Vol. 9,
No..
l9, Nopenber 2009 : 3644
- sama. Sebagai contoh : pada saat $eseorang menerima undangan. Dia akan nnembaca undangan tersebut dan kemungkinan akan menanyakan kepada salah seorang yang dia kenal, siapa yang menyampaikan undangan tersebut. Setelah mengetahui, dia membaca sekali lagi isi undangan dan mencatat isi undangan dalam buku agendanya. Dalam contoh tersebut menunjukan bahwa kemampuan membaca, berbicara, dan menulis dilakukan dalam satu permasalahan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih fl<eterampilan berpikir. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula dalam pikirannya ( Tarigan, 1984 : I ). berbahasanya secara benama
C.
SOPAN SANTUN BAHASA Bahasa fawa mengenal adanya istilah undo usuk atau dalam Bahasa Indbnesia disebut etika bahasa. Undo usuk dalam Bahasa Jawa terdiri dari kromo inggil, biasanya dipakai oleh orang nn"rda kepada orang yang lebih tua, atau orang yang dituakan, komo madio, biasanya dipakai oleh orang yang sejajar dalam usia, pangkat maupun jabatan dan ngoko dipakai oleh orang tua atau dituakan kepad,a orang muda. Jika orang tidak mampu atau memahami undo usuk tersebut maka dianggap bahwa orang yang tidak punya tatakrama bahasa (sopan santun berbahasa). Hal hal yang kiranya dapat berkairtan dengan etika berbahasa memberikan wawasan untuk pembentukan kepribadian. Dengan kemampuan berbahasa yang baik, seseorang seharusnya dapat berbahasa lebih terampil, dalam arti tidak menyakitkan hati orang lain, tidak menimbulkan salah pengertian, dan tidak kacau pernyataannya (Waluyo, 2009 :
ini
4). 39
-
Sopan Santun Bahasa Sebagai Dasar PengembangKepribadian
Tunas Bangsa (Riniwati
SA)
Sopan santuri berbahasa tidak hanya dilakukan dan dijalankan di dalam keluarga tetapi juga dalam lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan perglrrruan iinggi tidak hanya mengembangkan dari segi kognitif dan psikomotorik mahasiswa saja tetapi juga dari segi afektifnya. Pengernbangan dua segi yang pertama jika tidak drimbangi dengan segi afektif maka akan menciptakan manusia robot. Mereka tidak man:rpu memahami makna nilai - nilai yang terlkandung dalam kehidupan. Dan karena telah menghayati nilai tertentu maka rnereka berperilaku konsisten terhadap nilai tersebut dalam segala situasi. Segi kognitif, afektif dan psikornotorik harus sinergis, sebagai upaya menghadapi era globalisasi dan derasnya arus teknologi informasi. Dalam lembaga pendidikan perguruan tinggi, pemilihan model, strategi, pendekatan, dan metode pernbelajaran tidak hanya sekedar untuk menciptakan interaksi antara mahasiswa, dosen dan sumber belajar tetapi juga untuk mengembangkan selurukr potensi diri mahasiswa. Pada saat sekarang ini, mahasiswa betul - betul harus dipersiapkan baik dari segi
mentall maupun dari segi keilmuan. Namun dalam kenyataannya belum seperti yang diharapkan. Potensi mahasiswa baru pada taraf mampu menyerap ilmu belum mampu untuk memberdayakan ilmu untuk manfat diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut tercermin dalam sebuah kegiatan. Mahasiswa belum mampu untuk mengkoordinir teman - teman bekeria secara kooperatif. Dalam arti masih ada unsur atau sifat bergantung terhadap teman yang lain.
Pada dasarnya untuk mengembangkan kedewasaan pribadi dapat dilakukan dalam kegiatan kemahasiswaan.
Dalam kegiatan tersebut terjadi proses interkasi masing masing pribadi yang berlainan latar belakang sosial budayanya. Kepribadian yang matang akan teruji di sana. 40
VoL9, No.. i,9, Nopember
2A8: j644
Tanggung jawab kepedulian, kebersarnaan, kedekatarL rendah hati serta santun benbahasa merupakan unsur pembentuk
kepribadian seseorang.
D.
KEPRIBADIAN
Kata "Kepribadian" dalam KBBI ( 1997 : 788 ), mempurlyai arti sifat hakiki yang tercermin dalam sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari
orang atau bangsa lain. Ada istilah lain yang hampir sama dengan kepribadian yaitu l<arakter dan jati diri. Kata "Karakter" datlam KBBI (1997'.444), mempunyai arti sifat sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watah sedang kata "Jati diri" dalam KBBI (1997 4A4 ), mempunyai arti airi ciri, gambaran, atau keadaan khusus seeorang, identitas. Dengan demikian ketiga istilah tersebut berkaitan dengan potensi dalam diri manusia dan akan tampak dalam keseluruhan sikap perilaku j ika menghadapi berbagai permasalahan. Mengacu pada Soeprapto (2009 : 3) bahwa kepribadian merupakan kualitas yang mendukung diakuinya seseorang dalam hubungan dengan pihak lain, sebagai suatu entitas yang utuh {an mandiri, serta bertanggung jawab. Kepribadian merupakan karakter yang telah membaku dalam diri seseorang. Kepribadian akan mernberikan corak dan warna seseorang dalam menghadapi permasalahan dan dalam
-
.
berhubungan dengan
-
pihak lain. Kepribadian
akan
menentukan keberhasilan seseorang membawa diri dalam mencapai cita - cita hidupnya. Dengan memiliki jatidiri dan menerapkan secara konsisten maka seseorang tidak akan mudah terombang ambing, terhasut oleh perkataan orang lain. Ia akan tetap teguh pada pendiriannya yang positif.
-
4l
Sopan Santw Bahasa Sebagai Dasar PengembangKepribadian
Tunas Bangsa
lRiniwati SA)
Disamping itu juga jika bisa mendudukan manusia sesuai harkat dan martabatnya mato merupakan suatu tindakan moral yang terpuji. Mahasiswa sebagai tunas bangsa merupalran subjek sasaran pendidikan. Karena pemegang tongkat estafet tanggung jawab berbangsa dan bernegara harus mempunyai kepribadian Indonesia. Mahasiswa yang berkepribadian Indionesia'mempunyai ciri, mempunyai karakter yang berisi nilai - nilai atau norrna, mempunyai prinsip yang tercermin dalam pola pikir, sikap dan perilaku yang terpuji, mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan yang mengandung kemaslahatan bagi diri sendiri maupun orangLlain secara lisan maupun tertulis, mampu mengontrol emosi dan ambisi dalam segala situasi dan kondisi. Untuk itu ,semua dibutuhkan figur
pengajarl dosen yang berakhlak moral
Pancasila,
komunikatif, cerdas, tanggap serta rnempunyai sifat kasih sayang. Jauh dari sifat membedakan dari mahasiswa yang satu dengan yang lainnya. Figur pengajar / dosen yang SMART.
f,.
KESIMPULAN
1.
Kesimpulan
Mahasiswa seb4gai generasi muda, membutuhkan bekal baik dari academic skill maupun dari soft skill. Bekal tersebut digunakan untuk menghadapi kelak pada saat terjun di masyarakat. Mereka mampu menggunakan kepandaiannya untuk menghadapi dunia teknologi tetapi jika tidak didukung oleh budi bahasa yang baik maka akan menjadi manusia yang arogan. Mereka akan berjiwa kebarat - baratan, karena terlalu menjunjung teknologi asing. Lama kelamaan akan luntur dengan kepribadian Indonesia. Tidak lagi mengenal budaya 42
VoL 9, No.. 19,Nopember
2009: 36'14
Indbnesia. Demikian pula sebaliknya jika mahasiswa kurang mampu mengetrapkan keahliannya maka akan ketinggalan lajunya arus iptelk dewasa ini. Di samping faktor perkembangarn kepribadian mahasiswa tidak terjadi dengan sendirinya tetapi pengaruh lingkungan di mana dia belajar. Lingkungan belajar mereka mengkondisikan untuk terciptanya sebuah kedewasaan mental atau tidak. Hal tersebut bergantung dari figur pengelola lembaga pendidikan perguruan yang berkualitas dan berkepribadian
itu
tinggi
Indionesia.
2.
Saran Mahasiswa Indonesia mampu berpikir secara cerdas dan jernih, mampu mengharmoniskan potensi dengan kegiat,an kehidupan Mahasiswa Indonesia mampu berkreativitas menciptakan rnobilitas sosial budaya, politik dan ekonomi yang bersifat vertikal dan horisontal. Mahasiswa Indonesia mempunyai kesadaran untuk berwawasan luas dan selalu menawarkan paradigma-yang segar dan baru.
diri
DAFTAR PUSTAKA Samsuri, 1983. Analisis Bahasa '. Menmhanti Bahasa Secara
Ilniah.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Suprapto, MED.,2009. Pengembcrngan Kepribadian Maltasiswa Indonesia Berbasis Nilai Nilai Pancasila di Tengah Tengah Perkembangan IPTEK. Simnas IV LfNS (Makalah)
-
43
Sopan Santun Bahasa Sebagai Dasar PengembangKepribadian
Tarigan,
Tunas Bangsa
Dr. Hary Guntur. 1984. Menyimak
Keterampilan
:
Einivati SA)
Sebagai Suatu
Berbahaw. Bandung : Angkasa.
Waluyo, Herman n., 2009. Kontribusi MPK Bahasa Indonesia dalam Pembentukan Kepr;ibadian Indonesia. Simnas IV UNS (Makalah)
44