A. LATAR BELAKANG Kabupaten Banjar merupakan salah satu wilayah di Propinsi Kalimantan Selatan yang kaya akan potensi daerahnya. Potensi daerah ini meliputi adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dan lain lain) yang sesuai dengan visi Kabupaten Banjar yaitu, “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Banjar yang Sejahtera, Mandiri, dan Islami”. Visi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Sejahtera; kesejahteraan rakyat yang mengandung keterpaduan dimensi material dan spiritual dalam wujud suasana kehidupan yang aman dan damai, (2) Mandiri; kemampuan dan ketahanan masyarakat untuk memenuhi setiap aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial maupun budaya, (3) Islami; bersifat keislaman (akhlak), untuk mewujudkan suasana kehidupan masyarakat madani, dan (4) Mandiri; Mandiri dalam Nuansa Kehidupan Islami, mengandung arti kehidupan masyakat Kabupaten Banjar yang terpenuhi kehidupan material dan spiritiual dan berbudaya serta terwujudnya masyarakat madani “Negeri yang baik dan diampuni Tuhan” (Bappeda Kabupaten Banjar, 2013). Atas pertimbangan tersebut, kemudian perlu dilakukan penelitian kurikulum muatan lokal di Kabupaten Banjar dalam rangka penyusunan kebijakan kurikulum muatan lokal yang mencerminkan keadaan dan kebutuhan daerah secara nyata. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) memberikan gambaran kesesuaian muatan lokal yang sudah diterapkan dijenjang pendidikan dasar dan menengah dalam menunjang visi misi Kabupaten Banjar, (2) menggali berbagai potensi daerah yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum muatan lokal di Kabupaten Banjar, dan (3) merumuskan desain kurikulum muatan lokal yang efektif untuk mewujudkan visi misi pemerintah kabupaten Banjar.
B. KAJIAN TEORI Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum
1
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masingmasing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Muatan
lokal
merupakan
mata
pelajaran
sehingga
satuan
pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar
(KD)
untuk
setiap
jenis
muatan
lokal
yang
diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dilakukan dalam dua tahap. 1. Tahap pertama akan dilakukan pengumpulan data sekunder berupa potensi daerah dari BPS dan data kurikulum muatan lokal dari Dinas Pendidikan
dan
Kebudayaan,
selanjutnya
dilakukan
untuk
menstratifikasi wilayah berdasarkan potensi wilayah bersangkutan. 2. Tahap pengumpulan data primer melalui penyebaran angket pada sampel penelitian untuk menggali gambaran muatan lokal yang diterapkan di sekolah. Selain itu dilakukan wawancara mendalam mendalam kepada Pejabat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
2
Pejabat Dinas Pariwisata, Pejabat Kementerian Agama, dan tokoh masyarakat sekitar untuk menggali potensi daerah yang dapat dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum muatan lokal.
D. TEMUAN PENELITIAN Kurikulum Muatan Lokal SD/MI dan SLTP/MTs di Kabupaten Banjar mulai dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2002. Pelaksanaan bertahap dimaksudkan untuk memudahkan proses sosialisasi dan pelaksanaan penilaian dalam implementasinya sekaligus memberikan kesempatan untuk melengkapi berbagai bahan sumber dan kajian yang berkenan dengan keberadaan kurikulum ini. Tahun pelajaran 2004/2005 kurikulum muatan lokal sudah dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Pengembangan kurikulum menyesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian yang ada sehingga dalam pelaksanaannya selalui ditinjau dan diselaraskan dengan tuntutan dan perkembangan kondisi daerah di Kabupaten Banjar. Pembinaan dan pengembangannya dapat meliputi kesesuaian isi, bahan pengajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan KBM. Progam pengajaran pada kurikulum muatan lokal merupakan susunan Mata Pelajaran, alokasi waktu, dan penyebaran di setiap kelas dan satuan pendidikan. Muatan lokal pada kurikulum sebelumnya secara umum terbagi dalam 5 kelompok, yaitu: 1. Bahasa Banjar Mata pelajaran Bahasa Banjar lebih difungsikan pada pengembangan kemampuan berkomunikasi, mengungkapkan pikiran, perasaan dan kemampuan bernalar serta membina keutuhan budaya. 2. Budaya Daerah Mata pelajaran Budaya Daerah meliputi permainan rakyat, seni vokal, seni tari, seni musik, seni sastra, seni teater dan etika budaya. Mata pelajaran Budaya Daerah berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai
3
budaya yang tumbuh berkembang di daerah yang lebih memiliki kekhasan serta mengandung kekayaan nilai-nilai. 3. Keterampilan Mata
pelajaran
keterampilan
meliputi
unsur-unsur
peternakan,
perikanan, perkebunan, kerajinan tangan, makanan khas dan tata busana. Mata pelajaran keterampilan ini berorientasi produktif sehingga lebih menekankan kepada bekal siswa untuk mampu berkarya dan mandiri dalam usaha. 4. Sejarah Banjar Mata pelajaran Sejarah Banjar yang mencakup pengetahuan tentang proses perkembangan masyarakat Banjar. 5. Nuansa Islami Mata pelajaran Nuansa Islami meliputi Membaca dan menulis Al Qur’an, Ilmu Tajwid, Kaligrafi dan Baca Tulis Arab Melayu. Dinamakan Nuansa Islami karena mata pelajaran ini memiliki khas memperkuat keimanan dan ketaqwaan terhadap Alah SWT. Pengajarannya lebih menekankan
kepada
pengamalan
dan
internalisasi
nilai-
nilai/pembiasaan kegiatan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu diperkaya dengan pengetahuan dan pengertian sederhana, dilanjutkan dengan praktik dan selanjutnya pendalaman dan perluasan sesuai dengan yang disyaratkan dalam GBPP yang ada. Berdasarkan gambaran pelaksanaan muatan lokal dan temuantemuan lapangan akan disajikan secara garis besar kendala pelaksanaan muatan lokal di Kabupaten Banjar beserta acuan kebijakan untuk mengatasi kendala tersebut:
Kendala
Acuan Kebijakan
Kebijakan Perda No.
Merevisi
3/2009 tentang
dengan memprioritaskan pendidikan
Pendidikan Al-Quran,
Al-Quran,
Perda 6/2009 tentang
serta sastra Banjar di setiap jenjang
kurikulum
Pemeliharaan Kesenian, pendidikan.
4
kesenian,
muatan
dan
lokal
bahasa
Perda 7/2009 tentang Bahasa dan Sastra Budaya Sekolah
Upaya menjadikan muatan lokal berbasis potensi
daerah
sebagai
salah
satu
keunggulan sekolah Kompetensi Guru
1. Diklat pendalaman materi muatan lokal berbasis potensi daerah 2. Pembinaan dan peningkatan kualitas KKG dan MGMP 3. Pendampingan
pelaksanaan
proses
pembelajaran muatan local Metodologi pelaksanaan Pengembangan perangkat pembelajaran muatan lokal berbasis potensi daerah (bahan ajar, media, penilaian) Sarana dan prasarana
Pengadaan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan terutama muatan lokal yang dijadikan unggulan sekolah
Kerjasama
Penyusunan
MOU
antara
Dinas
Pendidikan, Sekolah dan berbagai pihak terkait dengan prioritas muatan lokal yang dijadikan unggulan sekolah
E. Simpulan 1. Gambaran pelaksanaan muatan lokal di Kabupaten Banjar Gambaran muatan lokal dalam kurikulum sudah memperlihatkan segala potensi yang ada di daerah. Semua gambaran dalam muatan lokal tersebut mempresentasikan bagaimana kehidupan masyarakat Banjar sesungguhnya tampil secara apanya. Namun gambaran yang muncul dalam kurikulum muatan lokal tersebut tidak sepenuhnya terlaksana dengan sedemikian konkrit. Dari sekian gambaran yang ada, hanya baca tulis Al-Qur’an yang sudah dijalankan di sekolah,
5
sedangkan muatan lokal lainnya belum terlaksana akiba banyak faktor kendala. 2. Potensi daerah yang perlu dipertimbangkan pada kurikulum SD/MI: (1) budaya dan kesenian daerah, (2) kesenian, sumber daya alam, budaya, (3) pakaian daerah, makanan daerah, (4) kain sasirangan, madihin, tari japin banjar, (5) pertanian, perikanan, kerajinan, (6) kerajinan arguci. Kurikulum SMP/MTs: (1)
kesenian, madihin, (2)
membuat sasirangan, sulaman dari arguci, kaligrafi, kesenian daerah, madinin, drama, (3) kerajinan gosokan batu aji, pembuatan krapuk dari ikan patin, (4) kuliner, (5) kerajinan tangan, (6) budaya banjar, pakaian daerah, (7) membuat sasirangan, budaya tutuduhan orang bahari, (8) mendulang emas dan intan, (9) batu aji, arguci, masakan daerah, (10) bahasa
banjar,
keagamaan.
budaya
Kurikulum
banjar,
(11)
SMA/MA/SMK:
pertanian, (1)
perkebunan,
peternakan
dan
pertambangan, (2) keragaman kuliner, (3) wisata, budaya daerah, dan pertanian/perkebunan, (4) kerajinan tangan, silat, (5) pengenalan budaya banjar, (6) bahasa daerah dan potensi kekayaan alam (kegiatan usaha), (7) agama, budaya dan kewirausahaan, (8) pariwisata daerah, kerajinan air guci, batu aji/permata, (9) bahasa daerah, adat istiadat, dan kesenian serta budaya lokal. 3. Desain kurikulum muatan lokal diharapkan memberikan prioritas pada: 1. Budaya lokal untuk SD/MI: (1) sejarah kerajaan banjar, (2) bacaan dengan tulisan arab melayu, (3) budaya bahasa banjar, (4) kesenian daerah, adat istiadat, (5) musik panting, maulid habsyi, (6) tarian baksa kipas. SMP/MTs: (1) kesenian banjar, (2) panting, habsyi, (3) musik panting / hadrah teater, (4) seni musik panting, mamanda, madihin, (5) upacara banjar, pakaian banjar, bahasa banjar, (6) permainan rakyat,. SMA: (1) hadrah, madihin, japin, (2) tarian banjar, (3) madihin, wayang, (4) bahasa daerah, (5) tari, puisi yang bernafaskan islam, dan drama tentang kerajaan banjar, (6) permainan banjar serta sejarah banjar, (7) musik panting, maulid habsyi, (8) bapantun bahasa banjar.
6
2. Pelajaran keterampilan: SD/MI: (1) merangkai bunga melati, (2) anyam-anyaman, (3) keterampilan mengolah bahan makanan dan kue khas banjar, (4) membuat rengge/ lunta, (5) memayat kain, membuat tas dari manik-manik, (6) memasak, menyulam, (7) anyaman kerajinan tangan batu aji, (8) kerajinan arguci, (9) seni ukir, (10) tata boga, (11) menyulam, (12) seni lukis dan kaligrafi, (13) seni tari, (14) menjahit. teknik
otomotif,
(3)
tata
SMP/MTs: (1) pertanian, (2) tani, boga,
mengaji/
tartil,
(4)
pertambangan/pertanian, (5) tata boga: kue-kue khas banjar, tata busana, (6) membuat tikar, (7) bercocok tanam untuk penghijauan, (8) kerajinan tangan, kuliner daerah, (9) kesenian daerah (seni tari, seni musik panting/japin), (10) batik sasirangan, (11) cara membuat anyaman yang terbuat dari bambu, (12) melukis/mengukir, (13) tik, pertukangan dan perbengkelan, (14) pengenalan dan pembuatan kue dan makanan daerah, (15) seni baca al-qur'an, (16) daur ulang, (17)
pembibitan
buah
khas
daerah,
(18)
memasak
dan
keterampilan tangan, massage, (19) membuat kain sasirangan, air guci dan kerajinan tangan, (20) keterampilan membuat jaring penangkap ikan. SMA/MA/SMK: (1) perkebunan, (2) tarian khas banjar, (3) menyanyi, tata boga, komputer dan kaligrafi, (4) pertanian dan perikanan, (5) seni kriya, (6) baca tulis al-qur'an, (7) adat banjar, (8) menjahit dan tata boga, (9) tata busana, (10) pembuatan sasirangan dan air guci, (11) memanfaatkan barang bekas menjadi suatu produk, (12) keterampilan tangan, tari, dan musik, (13) pembuatan anyaman, (14) kerajinan arguci. 3. Pelajaran kesenian SD/MTs: (1) tari-tarian banjar, (2) musik panting dan terbang, (3) rebana/ maulid habsyi, lagu daerah, (4) seni tari seni musik kesenian islami. SMP/MTs: (1) maulid habsyi, madihin, (2) tarian daerah, rebana, (3) seni hadrah, seni drama/teater, seni maulid habsyi, (4) musik panting, sinoman hadrah, (5) kaligrafi, (6) seni lamut, madihin, wayang, (7) maulid habsyi, hadrah, dan rudat, (8) tari banjar dan mamanda, panting. SMA/SMK/MA: (1) tari
7
daerah banjar, habsyi, hadrah, qoshidah, (2)
bamadihin,
badandang/layang-layang bakuntan, (3) teater banjar, (4) lagu dan tarian daerah serta tilawatil qur'an, sinuman, (5) seni musik dan tari.
F. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka berikut ini merupakan rekomendasi penelitian sebagaimana tergambar sebagai berikut: Tabel 5.1 Rekomendasi Pengembangan Kurikulum Bermuatan Lokal No
Indikator Kinerja Kebijakan (%)
1
Baseline 2013
2014
Asumsi 2015
Peningkatan Pemahaman Kurikulum Bermuatan Lokal 1) Program
Program sosialisasi
Sosialisasi Perda
searah dengan
No. 3/2009 tentang
tujuan pelaksanaan
Pendidikan AlQuran, Perda 6/2009 tentang
muatan lokal 30
50
20
berdasarkan Permendiknas No.
Pemeliharaan
22 Tahun 2006 dan
Kesenian, Perda
Permendiknas No.
7/2009 tentang
81A Tahun 2013
Bahasa dan Sastra
Program sosialisasi 2) Program sosialisasi
searah dengan 30
50
20
tujuan pelaksanaan
kurikulum muatan
kurikulum muatan
lokal
lokal di daerah
2
Budaya Sekolah 1) Program Lokakarya perumusan
Program lokakarya 15
60
25
searah dengan keunggulan sekolah
keunggulan
8
sekolah berbasis potensi daerah
3
Peningkatan Kompetensi Guru Mulok 1) Diklat
Progam Diklat
pendalaman materi muatan lokal
30
50
20
berbasis potensi
2) Pembinaan dan
kualitas KKG dan
tujuan kompetensi guru mulok
daerah
peningkatan
searah dengan
Program pembinaan 30
50
20
MGMP
searah dengan fungsi KKG dan MGMP Program
3) Pendampingan pelaksanaan proses
pendampingan 15
60
25
searah dengan tujuan keberhasilan
pembelajaran
implimentasi muatan
muatan lokal
lokal
4
Metodologi Pelaksanaan 1) Diklat pengembangan perangkat
Program Diklat
pembelajaran muatan lokal
10
70
20
berbasis potensi
tujuan pembelajaran muatan lokal
daerah (bahan ajar, media, penilaian) 5
searah dengan
Sarana dan Prasarana
9
1) Program pengadaan sarana
Program pengadaan
dan prasarana
sarana dan
sesuai kebutuhan terutama muatan
10
70
20
prasarana searah dengan kebutuhan
lokal yang
pelaksanaan muatan
dijadikan unggulan
lokal
sekolah 6
Kerjasama 1) Penyusunan MoU antara
Dinas
Pendidikan,
Program
Sekolah dan berbagai pihak terkait dengan
penyusunan MoU 0
50
50
searah dengan visi misi pemerintah
prioritas muatan
daerah
lokal yang dijadikan unggulan sekolah
10