•
•
•
a{
:J.3
man
: I;~
•
•
•
• •
•
•
Keberlangsungan tenun dan tenun ikat yang memiliki rag am hias khas itu terancam sulitnya bahan baku dan regenerasi penenun.
BINTANG KAISANTI ------~~-.--~.....,....---.,
•
tifa dan suara drum yang menghentak meramaikan Museum Tekstil, Jakarta Pusat, Rabu (19/9) malam. Atraksi musik di lobi gedung warisan era koionial itu kemudian disusul dengan keluarnya gadis-gadis mud a dengan busana berdetail tentin. Garis-garis tenun dalam warna eksotis berpadu indah dalam gaun-gaun a-line selutut berwarna mencolok, seperti fuschia, biru stabilo, dan kuning kunyit. Ada pula tenun yang tampil penuh sebagai bolero hingga aksesori seperti ikat kepala. Sekilas peragaan busana ini hanya seperti riak dalam gelombang tren tenun saat ini. Namun, koleksi Nina Jusuf tersebut bukan sekadar memanfaatkan pasar dalam negeri yang sedang gemar kain adati. Nina yang juga CEO Yayasan Toraia Melo mengatakan misi besarnya adalah memperkenalkan tekstil tenun Toraja dan mernbawanya ke kehidupan sehari-hari mas a kini. To raj a Melo merupakan yayasan yang bergerak untuk meningkatkan keseiahteraan petani dan perajin Toraia. "Sebab itu semua kain ditenun di Toraia," tukas Nina. Kain yang cUpa~i merupakan karya perajin daerah Sa'dan, Toraja Utara. Seusai peragaan busana, lebih banyak lagi keindahan kain Sulawesi diperlihatkan. Bekerja sarna dengan Museum Tekstil dan BNI, Toraja Melo menggelar pameran kain-kain kuno dan baru dari empat daerah gudang tenun di Sulawesi Barat dan Selatan, yakni Toraja, Mamasa, Kalumpang (M,i'Jnuju), dan Rongkong. Dalam pameran yang bertajuk Untannun Kameloan (berarti 'menenun kebaikan') yang berlangsung hingga 30 September itu pengunjungdiperkenalkan pada ragam hias yang tidak ada di daerah lain. Salah satunya adalah motif geometris yang dominan pada ten un ikat. Motif ini mencerminkan delapan kepala pemerintahan (utu Karua). Motif-motiftenun ikat kemudian makin berkembang setelah perang dunia 11. Pada masa itu muncul motifkerbau. "Saya rasa motif itu muncul karena pesanan turis," kata Judi Achjadi, wanita berdarah Kanada yang banyak meneliti dan menulis tentang kain-kain Indonesia.
9vleza :MI. angga J{a aman :
~-:::-
(
Bahan
•
dan regenerasi
Wanita yang bersama Keiko Kusakabe didaulat menulis buku tentang kain-kain yang dipamerkan itu menjelaskan bahwa kekhasan tenun juga mencirikan daerah asal. Daerah yang berada di selatan hanya membuat tenun. Adapun tenun ikat merupakan keahlian daerah yang berada di utara, yakni Kalurnpang dan Rongkong. Tenun ikat merupakan tenun yang diberi motif dengan cara mengikatnya dan mencelupkan ke bahan pewarna. Warna yang digunakan berkembang dari masa ke masa. Semula masyarakat keempat daerah tersebut hanya mengenal empat wama yakni putih, merah, kuning, dan hitam. Pada masa berikutnya mulai digunakan warna biru. Keiko yang mengamati ten un Sulawesi dan menjelajah daerah-daerah tersebut sejak 1997 menjelaskan metode pewarnaan pun beranjak. "Dulu mereka memakai campuran lumpur tapi sekarang tidak lagi," katanya. Sayangnya kelestarian keindahan ragam hias tenun terancarn. Judi mengatakan, hanya tersisa 4 perajin yang menguasai ragam hias tua. Tidak hanya itu, bahan baku benang pun sullt didapat. Kendala inLpun diakui Wakil Bupati Toraja Utara Frederik Buntang Rombelayuk yang juga hadir di pameran. "Dulu di Toraja ada tanaman bontek, seperti kapas halus. Lalu ada juga yang namanya pondenale. Tapi sekarang sudah jarang ada. Benang sekarang banyak beli di Surabaya," tuturnya. Buntang mengakui masih sulit menyelesaikan kendala ini. Meski begitu, pemerintah daerah setempat terus berusaha menumbuhkan kecintaan masyarakat akan kain adati, salah satunya dengan peraturan mengenakan tenun serninggu sekali bagi pegawai pemda. Judi mengatakan pasokan bahan baku dan pasar merupakan hal yang sarna pentingnya bagi keberlangsungan tenun ini. Tanpa adanya pasar, para generasi muda desa tidak tertarik meneruskan tradisi tefilm. (M-3) •
•
• ?vte ia • Tangga[ •• :J{a[aman : Jr/< .
•
•
Tenun ikat dengan motif khas daerah Rongkong dan Kalumpang yang muncul setelah Perang Dunia II.
Salah satu contoh tenun dengan teknik pewarnaan . menggunakan lumpur.
:Me ia
• •
'Iangga( Jra(aman
Dulu di Toraja ada tanamarr bontek, seperti kapas hal us. Lalu ada juga yang namanya pondenale. Tapi sekarang sudah jarang ada. Benang sekarang banyak beli di Surabaya." Frederik Buntang Rombelayuk Wakil Bupati Toraja Utara
Tenun ikat asal Kalumpang dengan motif Ulu Karua di bagian tengah.
Koleksi NinnaJusuf
Motif k fb,lU YU1i mUflwl kaf n I' fmlnt,lat1tuf I
•