BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja menurut Menteri Tenaga Kerja No.03/MEN/98 suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia harta atau benda.Sementara menurut OHSAS 18001:2007 kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya)
kejadian
kematian
atau
kejadian
yang
menyebabkan
kematian.Pengertian kecelakaan kerja menurut Frank Bird adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya.Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnyaada tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan
upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009). 2.1.2 Teori- teori Kecelakaan Kerja Beberapa teori yang terkait dalam kecelakaan kerja menurut Goetsch (2008) antara lain: 1.
Teori Swiss Cheese Pada teori ini, James Reason membagi penyebab kelalaian atau kesalahan
manusa menjadi 4 tingkatan: 1. Tindakan tidak aman (unsafe acts) 2. Pra-kondisi yang menyebabkan tindakan tidak aman (precondition for unsafe acts) 3. Pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision) 4. Pengaruh organisasi (organization influence)
Gambar 2.1.Swiss Cheese Dalam swiss cheese model, berbagai macam tipe kesalahan manusia ini merepresentasikan lubang pada sebuah keju. Jika keempat keju ini sama-sama mempunyai lubang, maka kecelakaan menjadi tak terhindarkan.
2.
Teori Domino Fakor penyebab kecelakaan ini ditemukan oleh H.W.Heinrich dengan teori
dominonya yang menggolongkan atas: 1.
Ancestery and sosial evironment : karakter negatif dari seseorang untuk berperilaku tidak aman, seperti ceroboh. Selain itu pengaruh lingkungan sosial juga dapat menyebabkan seseorang membuat kesalahan.
2.
Fault of person : karakter negatif yang menyebabkan kesalahan pada seseorang yang mejadi penyebab melakukan tindakan tidak aman.
3.
Unsafe act and/or mechanical or physical hazard : tindakan tidak aman seseorang.
4.
Accident : kejadian kecelakaan, seperti jatuh, terkena benda yang menghasilkan penyebab kecelakaan .
5.
Injury : cidera yang merupakan hasil dari kecelakan.
Gambar 2.2. Teori Domino
Penggunaan teori domino ini digunakan sebagai petunjuk pertama, satu domino yang dapat menghancurkan empat domino yang lain, kecuali pada titik tertentu sebuah domino diangkat untuk menghentikan rangkaian. Domino yang paling mudah dan paling efektif dihilangkan adalah domino yang tengah yang berlabel “ tindakan dan atau kondisi yang tidak aman”. 3.
Human Factor Theory Menurut Goetsch (2008) teori human faktor menyebutkan kecelakaan
karena kesalahan manusia.Teori ini dikembangkan oleh Ferel. Ada tiga faktor yang menyebabkan kesalahan manusia yaitu : overload, inappropriate respons, incompability dan inappropriate activites. 1.
Overload adalah ketidakseimbangan anatara beban kerja dengan kapasitas yang dimiliki pekerja dalam melakukan pekerjaan. Selain beban kerja individu, terdapat juga beban tambahan dari faktor lingkungan (contohnya kebisingan dan gangguan lainnya), faktor internal (contohnya masalah pribadi, stress emosional, rasa cemas, dan lain-lain), serta faktor situasi (misalnya tingkat risiko, instruksi yang tidak jelas, dan lain-lain).
2.
Respon yang tidak tepat adalah bagaimana seseorang menghadapi situasi yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Bila seseorang mendeteksi adanya bahaya namun tidak melakukan apa-apa untuk mencegahnya, maka itu berarti dia telah melakukan respon yang tidak tepat.
3.
Aktifitas yang tidak tepat adalah ketidaktahuan seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan namun orang tersebut belum terlatih untuk malakukan pekerjaan tersebut.
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyabab Kecelakaan Kerja Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja.Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia.Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan.Untuk menentukan sebab dari kecelakaan tersebut maka dilakukanlah analisis kecelakaan. Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokan menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak, dan perangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan (manual), menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian karena terjatuh, baik ditempat tinggi maupun ditempat datar (Suma’mur, 2009). Dalam proses terjadinya kecelakaan terkait empat unsur produksi yaitu people, equipment, material, enviromental (PEME) yang saling berinteraksi dan sama-sama menghasilkan produk atau jasa. Kecelakaan dapat juga dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan atau suhu yang melampaui batas. Disamping itu, kecelakaan dapat bersumber dari
manusia itu sendiri yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material (Ramli,2010). Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor diantaranya: 1. Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu, udara, kelembapan, cepat rambat udara, radiasi, tekanan udara dan lain-lain. 2. Faktor kimia yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda-benda padat lainya. 3. Faktor biologi yaitu baik dari golongan hewan ataupun tumbuh-tumbuhan. 4. Faktor ergonomis seperti cara kerja, sikap kerja, konstruksi mesin 5. Faktor mental-psikologis yaitu susunan kerja, hubungan antara pekerja dengan pengusaha, pemeliharaan kerja dan sebagainya (Suardi, 2005). 2.1.4
Klasifikasi Kecelakaan Kerja
A. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan: 1) Terjatuh 2) Tertimpa benda 3) Tertumbuk atau terkena benda-benda 4) Terjepit oleh benda 5) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan 6) Pengaruh suhu tinggi 7) Terkena arus listrik 8) Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi
B. Klasifikasi menurut penyebab : 1)
Mesin,
misalnya
mesin
pembangkit
tenaga
listrik,
mesin
penggergajian kayu, dan sebagainya. 2) Alat angkut, alat angkut darat, udara dan air. 3) Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya. 4) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zatzat kimia, dan sebagainya. 5) Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah tanah). 6) Penyebab lain yang belum masuk tersebut diatas. C. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan : 1) Patah tulang 2) Dislokasi (keseleo) 3) Regang otot (urat) 4) Memar dan luka dalam yang lain 5) Amputasi 6) Luka di permukaan 7) Geger dan remuk 8) Luka bakar 9) Keracunan-keracunan mendadak 10) Pengaruh radiasi
D. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : 1) Kepala 2) Leher 3) Badan 4) Anggota atas 5) Anggota bawah 6) Banyak tempat 7) Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut (Suma’mur, 1987). 2.1.5 Kerugian Oleh Karena Kecelakaan Tiap Kecelakaan merupakan suatu kerugian, yang antara lain tergambar dari pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya kecelakaan bukan semata-mata beban perusahaan melainkan juga beban masyarakat dan negara secara keseluruhan.Biaya langsung ialah biaya PPPK, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, biaya upah selama pekerja tidak mampu bekerja, kompensasi cacat dan biaya kerusakan bahan, perlengkapan dan peralatan (Suma’mur,2009). Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi.Biaya ini meliputi terhentinya operasi perusahaan, oleh karena pekerja lainya menolong korban atau berhenti bekerja.Biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang ditimpa kecelakaan dan sedang sakit serta berada dalam perawatan dengan orang baru yang belum bisa bekerja pada tempat kerja tersebut.
Kecelakaan kerja sering kali disertai terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan juga kematian.Dengan kejadian luka atau kelainan maka pekerja dapat menjadi sakit. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah kerugian besar bagi pekerja
dan
juga
keluarganya
serta
perusahaan
tempat
ia
bekerja
(Suma’mur,2009). 2.1.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan disuatu perusahaan diketahui dengan melakukan analisis disetiap kecelakaan yang terjadi.Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting dilakukan identifikasi yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan perusahaan serta assessment besarnya risiko kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) pencegahan ditujukan kepada: 1.
Lingkungan Lingkungan harus memenuhi syarat lingkungan kerja yang aman serta
menunjukan persyaratan keselamatan, tata ruang yang baik, kondisi gedung dan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan.Syarat-syarat lingkungan kerja meliputi hygiene umum, sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan dan penerangan di tempat kerja, dan pengaturan suhu ruangan di tempat kerja. 2.
Mesin dan Peralatan Mesin dan peralatan
kerja
harus
didasarkan perencanaan
yang
baik.Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman
(guarding) pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak.Efektif atau tidaknya pagar atau tutup pengaman terlihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai dengan mesin atau alat serta perkakas yang memberikan keselamatan bagi pekerja. 3.
Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi
bagi pekerja alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kaca mata, sarung tangan, harus cocok ukurannya sehingga nyaman dalam penggunaannya. 4.
Faktor manusia Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia harus memperhatikan
tentang betapa pentingnya peraturan kerja, mempertimbangkan batas kemampuan dan keterampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang mengurangi konsentrasi pekerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, serta menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental (Suma’mur, 2009). 2.2 Risiko 2.2.1 Definisi Risiko Setiap aktivitas mengandung risiko untuk berhasil atau gagal.Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian.Semakin besar potensi terjadinya suatu kejadian dan semakin besar dampak yang ditimbulkannya, maka kejadian tersebut dinilai mengandung risiko tinggi.Risiko mengambarkan besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan serta besarnya keparahan yang dapat diakibatkannya.Besarnya risiko
ditentukan oleh berbagai faktor, seperti besarnya paparan, lokasi, pengguna, kuantiti serta kerentanan unsur yang terlibat (Ramli,2010). Risiko kecelakaan kerja adalah perpaduan antar kemungkinan terjadinya kecelakaan(probabilitas) dan akibat (konsekuensi, keparahan).Baik kemungkinan maupun akibat dapat dinyatakan dan dibuat kategori kualitatif atau kuantitatif. 2.2.2 Jenis-Jenis Risiko Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi suatu organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat, lingkup, skala dan jenis kegiatannya antara lain: 1.
Risiko Keuangan Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai risiko finansial yang berkaitan dengan aspek keuangan.Ada berbagai risiko finansial seperti piutang macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain.Risiko keuangan harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami kerugian.
2.
Risiko Pasar Risiko pasar dapat terjadi pada perusahaan yang produknya dikonsumsi oleh masyarakat luas. Dalam Undang-undang No. 8 tahun 1986 tentang Perlindungan Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau produk.
3.
Risiko alam Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan bisa terjadi setiap saat tanpa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya.Bencana alam dapat berupa longsor, banjir, tsunami dan letusan gunung berapi.
4.
Risiko operasional Risiko dapat berupa dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan bagaimana cara mengelola perusahaan dengan baik dan benar. Yang termasuk kedalam risiko operasional antara lain: a.
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam proses produksi. Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil, kurang pengetahuan semberono, atau lalai dapat menimbulkan resiko yang serius terhadap keselamatan. b.
Teknologi
Aspek teknologi disamping bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas juga mengandung berbagai risiko.Penggunaan mesin modern misalnya dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan pengurangan tenaga kerja.Teknologi juga bersifat dinamis dan juga terus berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap perkembangan teknologi akan mengalami kemunduran dan tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik. c.
Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Risiko keselamatan dan kesehatan kerja adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material dan lingkungan kerja. Umumnya risiko keselamatan dan kesehatan kerja dikonotasikan sebagai hal yang negatif seperti:
5.
1.
Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan aset perusahaan
2.
Kebakaran dan peledakan
3.
Penyakit akibat kerja
4.
Kerusakan sarana produksi
5.
Gangguan operasi
Risiko Keamanan Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem manajemen keamanan dengan pendekatan manajemen risiko.Manajemen keamanan dimulai dengan melakukan semua potensi risiko keamanan yang ada dalam kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah pencegahan dan pengamanannya.
6.
Risiko sosial Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan sosial dimana perusahaan beroperasi.Aspek sosial budaya seperi tingkat kesejahteraan, latar belakang budaya, dan pendidikan dapat menimbulkan risiko baik yang positif maupun yang negatif (Ramli,2010).
2.3 Bahaya 2.3.1 Definisi Bahaya Bahaya menurut Soehatman Ramli adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainya.Karena hadirnya bahaya maka diperlukan pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan. Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Bahaya sering diartikan sebagai faktor kondisi fisik, faktor organisasional, kurang pelatihan atau cara kerja yang tidak aman. Semuanya bukan bahaya,tetapi faktor yang memberikan kontribusi terjadinya kecelakaan dan keparahan dari kejadian. Kondisi dan cara kerja yang tidak aman, kurang pelatihan atau kelelahan bukan bahaya tetapi merupakan kegagalan dalam pengawasan atau faktor kondisi yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan. Contohnya seseorang tidak memakai topi keselamatan bukan merupakan bahaya.Bahayanya adalah dari benda yang terjatuh dari ketinggian dan kemudian menimpa kepala (Ramli,2010). 2.3.2 Jenis-jenis Bahaya Menurut Ramli (2010), jenis-jenis bahaya diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Bahaya mekanis Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang bergerak dengan gaya mekanika baik digerakan ataupun secara manual. Bagian gerak mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor,
memotong,
menimpa,
menjepit,
menekan
dan
bentuk
gerakan
lainnya.Gerakan mekanis dapat menimbulkan cidera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, dan terpotong. 2. Bahaya listrik Sumber bahaya yang berasal dari energi listrik.Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat.Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik. 3. Bahaya Kimiawi Jenis bahaya bersumber dari senyawa atau unsur kimia.Bahan kimia mengandung
berbagai
potensi
bahaya
sesuai
dengan
sifat
dan
kandungannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain: a) Keracunan bahan kimia yang bersifat beracun b) Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam kuat c) Kebakaran dan ledakan d) Polusi dan pencemaran lingkungan 4. Bahaya Fisik Bahaya fisik berasal dari faktor-faktor fisik seperti: a) Bising b) Tekanan c) Getaran d) Suhu panas dan dingin
e) Cahaya atau penerangan f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah 5. Bahaya biologis Dari berbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat dilingkungan kerja atau berasal dari aktifitas kerja.Potensi bahaya ini ditemukan pada industri makanan, farmasi, pertanian, pertambangan, minyak dan gas bumi. 6. Bahaya Ergonomi Bahaya yang disebabkan karena desain kerja, penataan tempat kerja yang tidak nyaman bagi pekerja sehingga dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja. 7. Bahaya Psikologis Bahaya yang disebabkan karena jam kerja yang panjang, shift kerja yang tidak menentu, hubungan antar pekerja yang kurang baik. Hal ini juga dapat ditimbulkan karena faktor stress berupa pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, serta mengabaikan kehidupan sosial (Ramli,2010). 2.4 Manajemen Risiko Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Menurut AS/NZS 4360 tentang Standar Manajemen Risiko langkah-langkahnya sebagai berikut.: 1. Menentukan Konteks 2. Identifikasi Risiko
3. Penilaian Risiko a) Analisa risiko b) Evaluasi risiko 4. Pengendalian Risiko 5. Komunikasi dan Konsultasi 6. Pemantauan dan Tinjau Ulang
Gambar 2.3 Proses Manajemen Risiko 1.
Konteks Manajemen Risiko Manajemen risiko sangat luas dan dapat diaplikasikan untuk berbagai
kegiatan atau keperluan. Penetapan konteks ini meliputi: a. Konteks Startegis Setiap organisasi pasti memiliki visi dan misi yang menjiwai dan menjadi landasan perusahaan.Dalam upaya mencapai visi dan misi
terdapat berbagai risiko berupa peluang dan hambatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Konteks ini akan menjelaskan lebih rinci berbagai ancaman yang terkait dengan organisasi atau perusahaan. b. Konteks Manajemen Risiko Setelah mendapatkan gambaran jelas mengenai konteks strategis dan organisasional, dilanjutkan dengan merumuskan konteks yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.Setiap organisasi atau perusahaan memiliki masalah kesehatan dan keselamatan kerja berbeda sehingga risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang di hadapi juga berbeda. c. Kriteria risiko Penetapan kriteria risiko sangat penting dan menjadi landasan dalam mengelola risiko.Kriteria risiko digambarkan dalam bentuk kombinasi antara kemungkinan dan keparahan yang ditimbulkannya, baik secara kualitatif dan kuantitatif. 2.
Identifikasi Risiko Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua kemungkinan bahaya
atau risiko yang mungkin terjadi di lingkungan kegiatan dan bagaimana dampak atau keparahan yang terjadi. 3.
Penilaian Risiko (Risk Assessment) Penilaian risiko menutut adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu
risiko dan menetapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau di tolak. Penilaian risiko (risk assessment) mencakup dua tahap proses yaitu menganalisa
risiko (risk analysis) dan mengevaluasi risiko (risk evaluation). Kedua tahap ini sangat penting karena akan menentukan langkah strategi pengendalian risiko (Ramli,2010). Penilaian risiko atau risk assessment adalah proses evaluasi hazard untuk dapat menentukan tingkatan tindakan yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko sehingga pada tingkat yang diterima. Ketika evaluasi risiko harus dilakukan terhadap hazard seseorang harus mempertimbangkan dua hal sekaligus, likelihood dan consequences kejadian yang terjadi. Menurut Siahaan (2007) likelihood didefinisikan sebagai kesempatan akan terjadinya sesuatu benar-benar terjadi, sedangkan consequences adalah ukuran kedahsyatan atau kekejaman yang diderita jika terjadi kecelakaan yang dapat dibedakan pula dalam akibat terhadap manusia, masyarakat, lingkungan atau peralatan produksi lain. Salah satu cara untuk penilaian risiko adalah dengan menggunakan metode HIRA (hazard identification and risk assessment). 4.
Pengendalian risiko Semua risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai harus dikendalikan,
khususnya jika risiko tersebut dinilai memiliki dampak signifikan atau tidak dapat diterima (Ramli,2009). 5.
Komunikasi dan Konsultasi Langkah berikutnya adalah mengkomunikasikan risiko atau bahaya kepada
semua pihak yang berkepentingan dengan kegiatan organisasi atau perusahaan. 6.
Pemantauan dan Tinjauan Ulang.
Dari hasil pemantauan diperoleh berbagai masukan mengenai penerapan manajemen risiko. Selanjutnya manajemen melakukan tinjauan ulang untuk menentukan apakah proses manajemen
risiko telah sesuai dan menentukan
langkah-langkah perbaikan (Ramli,2009). 2.5Metode HIRA (Hazard Identification and Risk Assessment) Berdasarkan jurnal yang dipublikasikan oleh Flinder University, langkahlangkah metode HIRA meliputi: 1. Klasifikasi aktivitas kerja (Step Of Work) 2. Identifikasi potensi bahaya (Hazard) 3. Identifikasi efek potensi bahaya (Hazard Effect) 4. Penilaian risiko dibagi menjadi dua yaitu: C = consequency (keparahan) dan L = likelihood (kemungkinan) Untuk melihat besarnya kemungkinan terjadinya risiko kecelakaan kerja sebagai berikut: Tabel 2.1 Menilai Kemungkinan Risiko (L) Level
Rangking Risk Faktor by Likelihood
Very Likely
Hampir pasti terjadi/kemungkinan terjadi setiap hari
Likely
Sering terjadi / kemungkinan terjadi setiap mingguan
Possible
Mungkin terjadi sewaktu-waktu/ kemungkinan terjadi setiap bulanan
Unlikely
Bisa terjadi, tetapi jarang/ kemungkinan terjadi setiap satu tahunan
Highly Unlikely
Hanya terjadi pada kondisi sangat khusus/kemungkinan terjadi lebih dari satu tahunan Sumber Flinders University
Untuk melihat besarnya keparahan risiko kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.2 Menilai Keparahan Risiko (C) Level Fatality Mayor Injury Minor Injury First Aid Negligible
Rangking Risk Faktor by Concequency Menyebabkan kematian atau kecacatan permanen Luka-luka / cacat Luka-luka / mengakibatkan hari kerja hilang Bantuan Pertama Perawatan Medis Memerlukan perawatan ringan (First Aid)
Sumber Flinders University
5. Evaluasi Risiko Dari hasil penelitian risiko kemudian dilakukan evaluasi risiko dengan ketentuan: Level of Risk = Concequency X Likelihood
Tabel 2.3 Matriks Penilaian Risiko Likelihood (kemungkinan)
(Keparahan)
Consequency
Skala Very likely
Likely
Possible
Unlikely
Highly unlikely
Fatality
Extreme
High
High
High
Medium
Major injury
High
High
High
Medium
Medium
Minor injury
High
Medium Medium
Medium
Medium
First aid
Medium
Medium Medium
Low
Low
Negligible
Medium
Medium Low
Low
Low
Sumber Flinders University
Keterangan
:
Low LOW
: Tidak perlu tindakan khusus/ hanya berupa pemantauan saja
Medium
: Pengendalian sesuai dan perlu dilakukan :Pengendaliannya mulai dari upaya menurunkan risiko hingga
High
tindakan praktis yang mungkin dilakukan Extreme
: Perlu dilakukan perbaikan waktu itu juga
6. Hirarki Pengendalian Risiko Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan kerja dapat dilihat dalam tabel hirarki pengendalian risiko. Tabel 2.4 Hirarki Pengendalian Risiko Hirarki Pengendalian Risiko Eliminasi Melenyapkan / mengilangkan bahaya Subtitusi Menggantikan proses berbahaya dengan yang tidak berbahaya Isolasi Memisahkan atau mengisolasi hazard dari orang Pengendalian Secara Metode untuk mengurangi risiko dengan Teknis mendesain peralatan agar risiko dapat dikurangi. Pengendalian Pemecahan masalah dengan administrasi biasanya Administrasi meliputi modifikasi likelihood Penggunaan APD Penggunaan pelindung diri sebaiknya dipertimbangkan jika semua metode lain sudah tidak praktis Sumber Flinder University
2.6
Angkat dan Angkut Kegiatan mengangkut dan mengangkat banyak terdapat dalam lingkungan
pabrik-pabrik, pelabuhan-pelabuhan, perhubungan darat, pertanian, perkebunan, kehutanan dan sektor kegiatan ekonomi lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan. 2. Kondisi lingkungan kerja yang licin, kasar, naik atau turun. 3. Keterampilan bekerja. 4. Peralatan kerja beserta keamanannya. Cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi dua prinsip kinetik yaitu: 1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan. 2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan. Untuk menerapkan kedua prinsip itu setiap kegiatan mengangkat dan mengangkut harus dilakukan sebagai berikut: 1. Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan statik pada jari harus dihindarkan. 2. Lengan harus berada sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi yang lurus.
Fleksi
pada
lengan
untuk
mengangkut
dan
mengangkat
menyebabkan ketegangan otot statik yang melemahkan. 3. Punggung harus diluruskan. 4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan gerakan. Dengan mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh tulang belakang diluruskan.
5. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu kaki ditempatkan ke arah jurusan gerakan yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong tubuh pada gerakan pertama. 6. Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, gaya untuk gerakan dan perimbangan. 7. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat gravitasi tubuh (Suma’mur,1989). Untuk mencegah timbulnya kecelakaan disarankan, agar beban yang akan diangkat dan selanjutnya diangkut menurut keadaan meraka yang melakukan pekerjaan sebagai berikut: Tabel 2.5 Beban angkatan menurut keadaan tenaga kerja sebagai pedoman atas dasar perhitungn 5/7 kg per kg berat badan
Hanya mengangkat sekali-kali Terus – menerus
Dewasa Laki-laki (kg) 40 15 - 18
Perempuan (kg) 15 10
Tenaga kerja muda Laki-laki Perempuan (kg) (kg) 15 10-12 10 – 15 6–9
2.7 Kerangka Pikir
RISK ASSESSMENT Pengkajian Stevedoring, Cargoding, dan Delivery
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko
Likelihood( Kemungkinan)
Consequency( Keparahan)
Penilaian Risiko Likelihood X Consequency
Gambar 2.4. Kerangka Pikir