55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman kelapa sawit pada PT. Minang Agro dengan kondisi lingkungannya antara lain, yaitu: topografi datar dengan kemiringan 0 – 4% pada ketinggian 2 – 10 m dpl dan tipe iklim (curah hujan berkisar antara 3.500 – 4.500 mm/tahun, temperatur udara berkisar antara 25 – o
30 C, intensitas cahaya berkisar antara 75 – 90% dan kelembaban 60 –
85%) serta jenis tanah organosol (tanah gambut) sekitar 70% dan sisanya merupakan tanah regosol dengan pH antara 4,70–5,48, sedangkan kriteria kelas lahan untuk tanaman kelapa sawit menurut Lembaga Penelitian Perkebunan (2000) dapat di lihat pada tabel 3, sehingga dari data tersebut maka kesesuaian lahan PT. Minang Agro termasuk lahan rata – rata kelas S1 (baik), hanya saja pada curah hujan pada PT. Minang Agro yang terlalu tinggi tetapi dapat diatasi dengan pembuatan saluran drainase dan pH yang rendah dapat diatasi dengan pengapuran untuk menetralkan pH tanahnya. 4.2. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan di PT. Minang Agro dalam melaksanakan Pengalaman kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dimulai dari persiapan lahan sampai pengolahan. Untuk menghasilkan kualitas dan kuantintas kelapa sawit yang baik perlu diperhatikan teknik budidaya yang meliputi pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pengolahan yang baik dan benar sehingga target yang ditentukan perusahaan tercapai.
56
4.2.1. Persiapan Lahan A. Pembukaan lahan (Land Clearing) Pembukaan lahan baru (Land clearing) merupakan tahapan awal usaha perkebunan. Keberhasilan pekerjaan ini sangat penting untuk menunjang pekerjaan selanjutnya. Pada dasarnya kegiatan land clearing tergantung pada keadaan vegetasi dan topografi lahan yang akan dibuka. Metode yang digunakan pada land clearing yaitu Metode mekanis dengan arah Utara – Selatan. Alat yang digunakan adalah alat berat seperti tractor, buldozer, excavator dan lain-lain. Tahapan kerja Land clearing dengan metode mekanis:
Imas
Pancang rumpuk
Stacking/ rumpukan
a. Imas Kegiatan menebas semak, perdu dan memotong kayu yang berdiameter <10 cm semepet mungkin ke tanah menggunakan parang/kampak.
b. Pancang rumpuk Setelah lahan dilakukan pengimasan, maka selanjutnya lahan di pancang rumpuk yang akan dijadikan sebagai dasar barisan tumpukan kayu yang telah ditumbang. Hal ini biasannya dilakukan pada metode mekanis agar rumpukan yang dikerjakan alat berat menjadi barisan yang teratur, arah barisan UtaraSelatan. Cara kerja pancang rumpuk adalah sebagai berikut: -
Tentukan arah utara selatan dengan menggunakan kompas
-
Tancapkan pancang induk disudut selatan
57
-
Ukur jarak rumpukan timur - barat dengan lebar 15,10 meter lalu tancap pancang sampai batas blok.
-
Setelah pancang rumpuk pinggir selesai maka pindah ke tengah dan lakukan pemancangan selanjutnya dengan cara kerja sama seperti pancang pinggir
-
Setelah itu lakukan mengisian pancang anak/isi dengan jarak kirakira 10 meter sampai ke tepi blok sebelah timur
-
Kemudian isi semua pancang anak ke bagian utara sampai ke timur dan sampai batas blok bagian utara
Gambar 8. Kegiatan Pancang rumpuk c. Stacking / perumpukan Kegiatan yang dilakukan pada pembukaan lahan dengan metode mekanik dengan cara Stacking. Stacking merupakan kegiatan merumpuk batang kelapa sawit dan tumbuhan lainnya menggunakan alat berat ( excavator) dengan arah barisan Utara – Selatan. Rumpukan batang dimulai dari pinggir parit berjarak 1 titik tanam sesuai SPH yang diinginkan, pada pasar tengah tidak ada rumpukan. Dengan cara ini diantara rumpukan akan terdapat dua barisan titik tanam yang dapat langsung dikerjakan pancang tanam, tanam LCC dan tanam kelapa sawit.
58
Lebar rumpukan batang ± 4.0 m, jarak antar rumpukan dengan planting point sekitar 2.0 m. Cara kerja perumpukan/stacking adalah sebagai berikut: - Mahasiswa diberi penjelasan oleh mandor 1 dan assisten afdeling tentang kegiatan stacking dengan alat berat (Excafator). - Stacking di mulai dari pinggir luar barisan rumpuk pada arah utara - selatan dan sebaliknya. - Kemudian pohon di dorong atau di rebahkan dengan alat berat (excafator) - Lalu rumpun pokok di bongkar, dan di rumpuk pada jalur rumpukan yang telah di pancang dengan jarak antar barisan rumpuk 15,10 m dan dalam barisan ± 20 m serta pancang rumpuk pada awal, tengah dan akhir barisan di pasang bendera pada bagian atasnya. - Selanjutnya melakukan Stacking sampai selesai.
Gambar 9. Stacking dengan excavator B. Pancang tanam Pola tanam yang dianjurkan adalah pola segitiga sama sisi dimana jarak antar tanaman kelapa sawit sama antara tanaman yang satu dengan yang lainnya, dengan demikian diharapkan setiap tanaman mendapatkan air, unsur hara dan sinar matahari yang sama. Jarak antar tanaman kelap sawit akan
59
menentukan kerapatan tanaman, yang selanjutnya akan menentukan jumlah populasi tanaman per hektar. Pemilihan kerapatan tanaman per hektar tergantung dari asal tanaman atau sifat tanaman, kesuburan tanah, topografi lahan dan iklim daerah tersebut. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak dalam barisan 8,70 m sedangkan jarak antar barisan 7,54 m dengan SPH 152. Jenis pancang yang digunakan yaitu: Pancang utama, Pancang induk dan Pancang isi. Dimana Pancang utama dengan tinggi 3 meter yang merupakan pancang yang ditempatkan ditepi utara dan selatan blok dengan jarak 3,54 m dari tepi jalan transpot dan Pancang induk dengan tinggi 2,5 meter yang merupakan pancang yang ditempatkan disepanjang garis utama, baik garis utama yang sejajar dengan jalan transpor maupun garis utama yang sejajar dengan jalan koleksi, serta Pancang isi dengan tinggi 1,5 meter merupakan pancang yang ditempatkan pada titik-titik yang akan ditanami kelapa sawit didalam blok, berjarak sama antara pangcang satu dengan pancang lain yaitu selebar 8,70 m. Cara kerja pancang tanam adalah sebagai berikut: - Pekerja dan mahasiswa mendengar pengaranhan dari mandor dan asisten afdeling untuk melakukan pemancangan tanaman. - Tancapkan pancang induk sepanjang tepi utara dan tepi selatan dengan jarak 7, 54 meter. - Tarik hancak yang terbuat dari kawat seling dari utara-selatan yang mempunyai 2 jenis warna pita tanda titik tanam (biru dan putih) dengan jarak 8,70 meter. - Tancapkan pancang isi pada setiap pita tanda titik tanam yang dihancak dari pinggir utara sampai selatan ataupun sebaliknya.
60
- Lakukan pemancangan selanjutnya sampai selesai pada blok tersebut.
Gambar 10. Kegiatan pancang tanam
4.2.2. Persiapan Bahan Tanam Bahan tanam merupakan factor yang terpenting dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Bahan tanam yang digunakan harus benar – benar diperhatikan karena jika tidak baik maka akan berpengaruh terhadap produksi nantinya. Persiapan bahan tanam meliputi pemesanan kecambah, persiapan tempat pembibitan , pengisian dan penyusunan tempat polybag, penanaman kecambah, pemeliharaan bibit dan pembongkaran bibit siap tanam. Berhubung pada PT. Minang Agro pembibitan telah lewat umur (38 bulan), maka kegiatan yang dilakukan hanya saja pemeliharaan dan kegiatan pembongkaran bibit/putar pangkas untuk di tanam, tetapi kegiatan persiapan bahan tanam lainnya hanya diskusi mengenai pembibitan.
61
Pada PT. Minang Agro pengadaan bahan tanam berasal dari kecambah yang dipasan yang telah mendapatkan pengesahan dari Departeman Pertanian R.I.
Sumber benih kelapa sawit tersebut yaitu: PT. Socfindo dan BSM
Palembang. Areal pembibitan berada dekat dengan perumahan karyawan atau barak. Tujuan pemilihan lokasi pembibitan ini adalah karena dekat dengan sumber air, topografi relatif datar, dekat dengan areal penanaman dan mudah dalam pengawasan. Pada PT. Minang agro dilakukan sistem pembibitan dua tahap yaitu: pembibitan awal (Pre nursery) dan pembibitan utama (Main nursery). Kegiatan yang dilakukan pada persiapan bahan tanam ini yaitu putar pangkas atau pembongkaran bibit untuk bahan tanam. Putar pangkas merupakan kegiatan membongkaran bibit kelapa sawit untuk dilakukan penanaman. Kegiatan ini dengan memangkas atau memotong pelepah dan memotong akar bibit tanaman kelapa sawit, lalu dibawak dengan menggunakanangkong ke tepi jalan untuk dimuatkan ke trasportasi. Bibit untuk bahan tanam ini telah lewat umur (38 bulan), hal ini disebabkan karena keterlambatan dalam melakukan penanaman, permasalahan pada bibit lewat umur ini antara lain bibit menjadi miring/bengkok, menyulitkan kegiatan putar pangkas/pembongkaran, menyulitkan bongkar muat ke traspor, menyulitkan pelangsiran bibit dan penanaman. Adapun cara kerja dari kegiatan putar pangkas ini yaitu, sebagai berikut: -
Mahasiswa dan pekerja mendengarkan intruksi untuk melakukan kegiatan putar pangkas.
-
Pekerja menyiapkan alat yang digunakan dalam keadaan tajam dan baik.
62
-
Melakukan pemangkasan/pemotongan pelepah sampai gundul dengan menggunakan parang atau arit.
-
Memotong akar bibit pada bagian bawah yang menembus polybag.
-
Bibit yang telah di bongkar dibawak ke tepi jalan dengan menggunakan angkong dengan target 40 bibit/hk.
-
Lakukan pembongkaran bibit selanjutnya sampai target tercapai. Penanganan bibit lewat umur ini yaitu pada bibit lebih dari 16 bulan
pelepah dikepres setinggi 150 cm dari pangkal batang atau daunnya dibuang 1/3 bagian, hal ini berfungsi untuk transpirasi dan resiko bibit kering dilapangan, mengurangi
resiko
tanaman
roboh,
mempermudah
pengangkutan
dan
mempermudah penanaman. 4.2.3. Penanaman tanaman pokok Kegiatan penanaman kelapa sawit sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar kebutuhan air yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit terpenuhi. Sebelum penanaman dilakukan terlebih dahulu pemancangan.
Pemancangan
dilakukan setelah pembukaan lahan selesai, setelah itu bibit kelapa sawit yang ada dipinggir blok di langsir ke titik tanam, kemudian membuat lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, Pada saat bibit ditanam terlebih dahulu polybag dilepaskan dari bibit dan dimasukkan ke dalam lubang tanam, setelah itu lubang ditutup dengan tanah galian tadi. Target penanaman ini sebanyak 20 tanaman/HK atau 7,6 HK pada SPH 152. Langkah – langkah yang dilakukan sebelum penanaman dan saat tanam: -
Melangsir bibit dari pinggir barisan sampai ke titik tanam
-
Membuat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm pada titik tanam.
63
-
Sobek polybag dan lepaskan dari bibit lalu masukkan ke dalam lubang tanam sampai leher akar terbenam.
-
Luruskan posisi bibit didalam lubang tanam pada barisan.
-
Tutup lubang dengan tanah bekas galian dan apabila kurang ambil tanah dipinggirnya.
-
Tancapkan pancang disamping tanaman lalu polybag diletekkan dipancang tersebut.
Gambar 11. Kegiatan penanaman tanaman kelapa sawit 4.2.4. Pemeliharaan Tanaman A. Penyiangan Penyiangan adalah pengendalian gulma yang senantiasa mengganggu tanaman pokok. Penyiangan ini dilakukan karena gulma dapat merugikan tanaman dalam hal persaingan tempat, unsur hara, sinar mata hari dan tidak kalahnya gulma ini mengeluarkan racun yang dapat membahayakan tanaman pokok dan juga dapat sebagai inang hama ataupun penyakit. Kegiatan penyiangan ini meliputi pekerjaan circle weeding (CW) dan weeding gawang (WG).
64
a. Circle weeding (CW) Circel weeding adalah kegiatan membersihkan gulma disekitar tanaman kelapa sawit yang berbentuk piringan dengan diameter sesuai tajuk tanaman. Kegiatan circle weeding perlu dilakukan karena kegiatan ini nantinya dapat membantu dalam hal dalam hal pembudidayaan kelapa sawit selanjutnya, sebagai contoh dapat membantu kegiatan pemupukan, mengurangi kelembaban dan menghindari persaingan antara tanaman pokok dengan gulma serta membantu dalam kegiatan panen, dimana saat panen dilihat apabila brondolan telah ada yang jatuh pada piringan tersebut. Circle weeding pada TBM 0 dilakukan secara manual (CWM) menggunakan parang babat, garuk, cangkul dengan jari-jari 1,5 - 2 m atau selebar tajuk terluar tanaman pokok. Selanjutnya setelah TBM umur > 1 tahun sampai seterusnya dapat dilakukan secara manual dan chemis menggunakan herbisida dengan menyemprot piringan dengan jarijari 1.5 m – 2.0 m.. Untuk manual TBM interval 3 x 1 tahun dengan prestasi kerja 3 HK/ Ha dan secara khemis pada TBM interval 3 x 1 tahun dengan prestasi kerja 0,4 HK/Ha.
Langkah kerja yang dilakukan Circle Weeding Manual
(CWM) yaitu: -
Siapkan alat yang digunakan dalam keadaan tajam
-
Memotong gulma bagian terluar piringan yang sesuai dengan ukuran lebar tajuk tanaman terluar
-
Membabat semua gulma dengan parang atau sabit sampai kandas tampak tanah
-
Membuang gulma dan kacangan yang merambat ke pokok
-
Membuang semua kotoran, batang/ranting kayu pada piringan
65
Gambar 12 . Kegiatan Circle Weeding Manual (CWM) pada TBM b. weeding gawang (WG) weeding gawang adalah kegiatan membersihkan gulma yang ada pada gawangan tanaman kelapa sawit. Kegiatan weeding gawang ini dilakukan dengan cara manual dan khemis. 1. weeding gawang Manual (WGM) Kegiatan Weeding Gawang Manual (WGM) ini dengan cara membabat gulma yang ada pada gawangan sampai batas mata kaki, kecuali alang-alang karena alang-alang dikendalikan dengan cara cemis, serta ada juga gulma yang tidak boleh dibabat tetapi dibongkar rumpunnya seperti gulma sprobulus, karena gulma ini jika dibabat pertumbuhahnya cepat, Weeding Gawang Manual dilakukan 3 x 1 tahun dengan norma 3,5 hk/ha. Langkah kerja yang dilakukan Weeding Gawang Manual (WGM) yaitu: -
Siapkan alat yang digunakan dalam keadaan tajam
-
Pembagian
ancak setiap pekerja melakukan pembabatan 1,5
baris/orang atau 3 baris 2 orang -
Semua gulma yang ada kecuali alang-alang dibabat sampai ketinggian 10 cm dari permukaan tanah atau sekandas mungkin.
66
Gambar 13. Kegiatan Weeding Gawang Manual (WGM) pada TBM 2. Weeding Gawang Chemis (WGC) Pengendalian gulma secara chemis pada gawangan ini dilakukan 2 – 3 minggu setelah pembabatan, dengan adanya pembabatan terlebih dahulu maka gulma yang ada digawangan tidak terlalu bongkor sehingga dalam pelaksanaan penyemprotan
herbisida
ini
tidak
membahayakan
pekerja
dan
tidak
menyebabkan tersemprotnya daun kelapa sawit. Pembagian herbisida untuk pekerja langsung dibagikan oleh pekerja khusus yang ditunjuk langsung oleh mandor terhadap pekerja yang dipercayainya, dengan kosentrasi 75 cc/knapsack sprayer, Weeding Gawang Chmisl dilakukan 3 x 1 tahun dengan norma 1,35 hk/ha. Langkah kerja yang dilakukan Weeding Gawang Chemis (WGC) yaitu: -
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-
Pekerja weeding gawang chemis (WGC) ini di bagi 2 kelompok oleh Mandor yaitu 1 bagian primax + Metaprima (gulma lunak) dan 1 lagi primaxon + Metaprima (gulma keras)
67
-
Satu orang pekerja membuat takaran dan membawa obat kepinggir blok serta membagikannya ke semua knapsack sprayer pekerja dengan kosentrasi 75 cc/knapsack sprayer
-
Pembagian ancak tiap pekerja untuk melakukan penyemprot
-
Pekerja yang telah dibagi ancak mulai menyemprot dengan target 228 pokok (1,5 ha) sebanyak 18 knapsack sprayer.
Gambar 14 . Kegiatan Weeding Gawang Chemis (WGC)pada TM 1 B. Kastrasi kastrasi yaitu kegiatan pembuangan bunga jantan dan bunga betina, dengan tujuan untuk memicu pertumbuhan vegetatif, sehingga batang tanaman kelapa sawit ini akan lebih cepat besar dan produksi yang didapat jauh lebih tinggi dari pada tanaman yang tidak dilakukan kastrasi. Pembuangan bunga jantan dan bunga betina dilakukan pada umur 18 bulan, setelah umur 30 bulan pembuangan bunga jantan distopkan, sedangkan bunga betina tetap dibuang dan pada umur 36 bulan kastrasi distopkan semua, karena tanaman kelapa sawit sudah masuk ke masa TM 1, Kegiatan kastra ini dilakukan 1 bulan sekali dengan norma 0,75 HK/ha. Langkah kerja yang dilakukan pada kastrasi yaitu:
68
- Menyimak penjelasan mandor lapang untuk melakukan kegiatan kastrasi - Siapkan alat yang digunakan untuk kastrasi - Pembagian ancak pekerja dengan norma 0,75 hk/ha - Melakukan kastrasi dengan membuang bunga jantan dan bunga betina pada masa TBM - Bunga jantan dan bunga betina yang dikastrasi dibawak dan diletakkan ke TPH dengan menggunakan angkong - Melakukan kastrasi pada pokok seterusnya sampai mencapai target atau sampai habis jam kerja
C. Pemupukan Pemupukan merupakan suatu kegiatan penambahan
unsur hara yang
ada dalam tanah bagi tanaman, dengan tujuan untuk mendapatkan produksi yang tinggi, pemupukan ini dilakukan 3 kali setahun, karena pemberian pupuk ini pada lahan gambut, sedangkan pada lahan mineral hanya 2 kali setahun. Dosis pemupukan ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, produksi, hasil percobaan, kondisi visual tanaman, dan hasil analisa hara daun serta tanah. Pemberian pupuk ini dilakukan sistem 5 T yaitu: tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat penempatan dan tepat cara. Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk dipiringan
pokok,
dimana pupuk urea ditabur 50 - 100 cm dari pangkal pokok dan pupuk lainnya ditabur >100 cm kearah pinggir piringan, dosis yang digunakan pada tanaman menghasilkan yaitu, Urea 1,25 kg/pokok, Rock phospat 0,75 kg/pokok, KCL 1,25 kg/pokok,
Dolomit
0,5
kg/pokok,
Zincop
0,075
kg/pokok.
Untuk
mempermudahkan penabur pupuk dan ketepatan dosis maka dibuat alat tabur
69
dari bekas botol herbisida yang dibersihkan lalu dipotong sesuai sama rata sesuai jenis masing-masing jenis dan dosis pupuk sehingga pekerja lebih muda menakar pupuk yang diaplikasinya. Langkah kerja yang dilakukan pada pemupukan yaitu: - siapkan alat dan bahan yang digunakan. - timbang masing-masing dosis jenis pupuk untuk takaran pengaplikasian ke pokok. - pembagian tugas 1 orang tukang buka karung pupuk dan selebihnya melakuakan pemupukan. - pembagian kelompok pemupuk dari 5 jenis pupuk terhadap pekerja, maka 5 kelompok juga tenaga kerjanya yang anatara lain ialah kelompok pupuk urea, rock phosfhat, KCL, dolomit dan zinkcop. - pembagian jenis takaran pupuk yang sesuai dengan dosisnya masing-masing - mendengarkan intruksi tata cara pengaplikasian pupuk yang sesuai dengan jenis dan dosis pupuk. - melakukan pemupukan dengan cara menaburkan pupuk disekeling tanaman pokok. - kemudian lakukan pemupukan sampai selesai.
70
Gambar 15. Pembagian masing – masing jenis pupuk D. Pemangkasan (Prunning) Prunning
adalah
pekerjaan
pemotongan
pelepah
yang
jumlahnya
berlebihan, mati dan rusak atau sekle, dengan tujuan untuk menjaga tajuk tanaman
yang
sehat,
mempertahankan
luas
daun
optimal
sehingga
memaksimalkan konversi sinarmatahari, hara dan air menjadi bagian vegetatif dan generatif dan untuk memudahkan panen. Pemotongan pelepah (pruning) yang berlebihan menyebabkan over prunning. Hal ini mengakibatkan timbulnya bungan jantan (♂), berkurangnya jumlah dan berat total TBS yang dihasilkan, untuk menjaga jumlah pelepah standar pelaksanaan prunning harus dilakukan sesuai dengan batasan yang telah ditentukan. Pedoman yang dilakukan pada kegiatan pruning ini yaitu tandan buah terbawah dengan songgo 2 atau 3 menurut umurnya, untuk pokok yang tidak mempunyai tandan buah maka jumlah pelepah per pokok atau spiral yang digunakan sebagai pedoman. Adapun jumlah pelepah yang harus dipertahankan tergantung umur tanaman. Untuk tanaman umur 4 – 7 tahun jumlah pelepah yang optimal sekitar 48 – 56 pelepah (6-7 spiral pelepah) dan untuk tanaman
71
dengan umur 8 – 14 tahun jumlah pelepah yang harus dipertahankan sekitar 40 – 48 pelepah (5-6 spiral pelepah) sedangkan pada umur >15 tahun jumlah pelepah yang dipertahankan minimum 32 pelepah (4 spiral pelepah). Kegiatan pruning ini dilakukan 1 kali setahun dengan norma 3 HK/ha. Langkah kerja yang dilakukan Prunning yaitu: -
Mandor membagikan ancak atau blok yang akan dikerjakan oleh pekerja.
-
Pekerja mempersiapkan alat yang digunakan dalam keadaan tajam.
-
Pemotongan pelepah dengan menggunakan egrek atau dodos disesuaikan dengan tinggi tanaman, pelepah yang dipertahankan adalah 48 – 56 pelepah atau pada songgo 3 untuk umur 4 – 7 tahun.
-
Pemotongan dilakukan semepet mungkin atau rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda.
-
Pelepah (daun) yang telah dipotong disusun rapi pada gawang mati.
-
Lakukan pruning selanjutnya sampai target selesai.
Gambar 16. Kegiatan prunning pada TM 3
72
E. Hama Penyakit Tanaman (HPT) a. Deteksi Sebelum melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman terlebih dahulu dilakukan penditeksian terhadap hama dan penyakit tanaman kelapa sawit, sehingga dari data hasil diteksi maka baru bisa melaksanakan pengendalian hama dan penyakit tanaman kelapa sawit, untuk melakukan diteksi hama dan penyakit tanaman terlebih dahulu mengetahui luas areal blok, jumlah baris/blok dan jumlah pokok/baris, dengan mengetahui hal tersebut maka bisa menentukan jumlah baris sampel dan kelang baris sampel serta pokok sampel yang akan di diteksi. Pada hama ulat api dan ulat kantong 1 pokok sampel mewakili 1 ha dan hama lain seta penyakit setiap 1 baris sampel yang diamati 25 pokok sampel, seperti hama rayap apabila terdapat serangan maka pokok yang terserang rayap diberi tanda kain berwarna merah dan di ujung barisnya diberi tanda kain merah juga untuk memudahkan pengendalian oleh Tim PHP. Untuk diteksi hama ulat api dan ulat kantong pada pokok sampel yang akan diamati dengan mata 5 sehingga 1 pokok sampel ini ada 7 pokok tanaman dengan catatan apabila pokok sampel yang diamati tidak terdapat serangan hama ulat api dan ulat kantong. Diteksi hama dan penyakit tanaman kelapa sawit dilakukan setiap 1 bulan sekali. Langkah kerja yang dilakukan deteksi hama dan penyakit yaitu: -
Mengetahui luas blok, jumlah baris/blok dan jumlah pokok/blok
-
Jenis-jenis hama dan penyakit yang di diteksi, antara lain: Ulat api, Ulat kantong, Rayap, Tikus, Kumbang tanduk, pucuk), Bandrot (Busuk tandan) dan ganoderma.
Spirot (Busuk
73
-
Melaksanakan diteksi pada Blok 4 yang luasannya 21,2 ha, dengan jumlah baris 140 dan rata-rata 1 baris 21 pokok, jadi dengan luas areal 21,2 ha sama dengan 21 pokok sampel, setiap 1 pokok sampel mewakili 1 ha, 1 baris sampel diambil 3 pokok sampel untuk hama ulat kantong dan ulat api, maka untuk jumlah baris sampelnya adalah: (140–5) : (21–1)= 135 : 20
= 6, 75 baris sampel. Jadi untuk baris
sampelnya adalah 7 baris sampel dengan kelang = (140-5) : (7-1)= 22,5 baris/baris sampel. -
Dan amati hama lainnya setiap baris sampel mempunyai 25 pokok sampel.
-
Masuk ke baris sampel pertama pada barisan ke 3 awal
-
Kemudian amati hama dan penyakit pada pokok sampel pertama pada urutan ke 3, lalu pokok sampel ke dua pada pokok urutan ke 7 {rumus= (jumlah pokok/blok-5) (jumlah pokok sampel/baris-1)}
b. Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit adalah bebasnya tanaman dari gangguan hama maupun penyakit. Ulat kantong merupakan hama yang menyerang daun kelapa sawit baik pada tanaman TBM maupun TM. Serangan ulat kantong menyebabkan daun tidak utuh, rusak dan berlobang – lobang. Kerusakan akibat hama ini dapat menimbulkan penyusutan produksi sampai 40 %. Untuk mengendalikan ulat kantong ini bisa dilakukan dengan cara manual atau dengan cara kimia. Pada tanaman TBM biasanya dilakukan dengan cara manual dan jika serangan berat maka bisa dilakukan kedua cara tersebut. Sedangkan pada TM biasanya
74
pengendalian ulat kantong dengan menggunakan bahan kimia yaitu dengan cara menginfus lewat akar atau dengan cara injeksi batang. Pada realisasi dilapangan ulat kantong yang banyak menyerang tanaman sawit ini ialah jenis Mahasena corbetti dengan pengendaliannya yaitu cara manual dengan mengutip ulat kantong dan dimasukkan ke dalam karung yang kemudian dimusnakan dengan cara dibakar. setiap tanaman hasil deteksi yang terserang hama ulat kantong ini, maka dilakukan pengendalian dengan pengutipan atau penyemprotan. Langkah kerja yang dilakukan pengendalian hama dan penyakit yaitu: - Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan. - Melakukan pengutipan ulat kantong pada pelepah. - Ulat yang dikutip dimasukkan kedalam karung goni. - Untuk mengutip ulat yang menyerang pada pelepah bagian yang tinggi. pelepahnya harus dirundukkan dengan menggunakan galah yang diberi penggerek yang terbuat dari besi. - Ulat
yang
tercecer/terjatuh
ditanah
bawah
pohon
harus
dikutip
semaksimal mungkin agar tidak menyerang kembali. - Lakukan pengutipan sampai pokok tersebut bersih dari ulat kantong. - Selanjutnya mengutip ulat kantong pada pokok berikutnya sampai jam kerja habis.
75
Gambar 17. Kegiatan pengutipan ulat kantong pada TBM 3 F. Panen Panen merupakan kegiatan puncak dari kegiatan budidaya kelapa sawit yang dilakukan, karena pada dasarnya tujuan pembudidayaan
kelapa sawit
adalah untuk diambil buahnya yang lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Kriteria matang panen pada PT. Minang Agro yaitu telah terdapat buah yang membrondol minimal 2 brondol/kg untuk berat tandan > 10 kg dan 1 brondol/kg untuk berat tandak <10 kg serta buah yang dipanen berat tandannya > 5 kg. Sebelum
melakukan
panen
seorang
mandor
melakukan
tinjaun
kelapangan untuk menentukan taksasi produksi, dimana hal ini bertujuan untuk menentukan atau mengetahui jumlah produksi TBS yang akan di panen pada suatu areal/Blok tertentu. Kegiatan ini biasanya dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen dan juga untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja panen. Dengan demikian maka sensus buah ini sangat penting dilakukan untuk memperkirakan hasil produksi kelapa sawit dan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam suatu areal, sehingga pada waktu pelaksanaan panen selesai dan datadata buah dari PKS tiba, maka dapat mencocokkan hasil taksasinya dengan
76
kenyataan dilapangan
dari hasil buah yang didapat pada blok bersangkutan,
hasil pencocokan ini terkadang ada perbedaan tetapi tidak terlalu jauh atau meleset dari hasil taksasi yang dilakukan, tolerasi perbedaan ramalan taksasi dengan realisasi dilapangan digolongkan baik apabila kecil dari 10%, sensus buah matang dilakukan 1 minggu sekali ataun 1 hari sebelum panen. Langkah kerja yang dilakukan pengendalian hama dan penyakit yaitu: -
Siapkan alat dan bahan yang digunakan
-
Pembagian gawang sampel dimana setiap 5 gawang terdapat 1 gawang sampel.
-
Melakukan penyensusan buah dari awal/masuk gawang sampai akhir/keluar gawang dengan kreteria yang disensus yaitu: buah merah alami membrondol dan buah hitam membrondol.
-
Catat semua hasil dari sensus buah dan menyerahkan hasil sensus ke Assisten Afdeling.
Gambar 18. Kegiatan sensus buah matang Panen merupakan kegiatan menurunkan buah dari pokok dengan menggunakan dodos pada pokok yang masih bawah dan pada pokok yang tinggi
77
digunakan egrek, kemudian dibawak ke TPH, brondolan yang jatuh pada piringan maupun dibatang diambil dan dimasukkan kedalam karung lalu dibawak ke TPH juga, dengan adanya brondolan maka target buah yang di panen apabila tidak mencapai target (95 janjang/hk dengan BJR 12 kg), maka bisa ditutupi dengan hasil brondolan yang didapat dan apabila target panen terpenuhi maka brondolan yang didapat menjadi premi sang pemanen dengan ketetapan perusahaan Rp 3000/karung brondolan. Setelah buah dibawak ke TPH maka dilakukan pembuangan cangkem mia dengan tujuan untuk menghindari penyerapan minyak kelapa sawit pada pengolahan nantinya. Panen dilakukan dengan rotasi panen 5/7 hari dan basis 1.200 Kg/95 janjang/HK dalam BJR 12 Kg. Langkah kerja yang dilakukan panen yaitu: - Pemanen dibagi ancak lalu membawa perlengkapannya berjalan di pasar pikul sambil memperhatikan buah kelapa sawit yang masak ( telah ada buah yang membrondol). - Memotong
pelepah
songgo
dua
sehingga
hanya
terdapat
pelepah
penyanggga buah saja, pemotongan pelepah harus mepet kebatang dengan kemiringan 450. - Memotong tandan buah yang telah matang dengan menggunakan dodos untuk tanaman yang masih bawah, sedangkan untuk tanaman yang tinggi digunakan egrek. - Mengeluarkan semua brondolan yang tersangkut dipangkal pelepah dan mengumpulkan brondol yang jatuh ke permukaan tanah. - Mengumpulkan tandan buah ke tepi piringan di pasar pikul. - Membuang pelepah yang telah di potong kegawang mati.
78
- Masukkan brondolan ke dalam karung, lalu masukkan tandan buah dan brondolan ke dalam angkong dan dibawak ke TPH - Membuang cangkem mia janjang buah dengan menggunakan kampak. - Menyusun janjang buah ke TPH dan brondol dikarungi dipinggir TPH. - Memberi nomor setiap TPH dan Jumlah janjang yang ada di TPH pada pelepah yang digores dengan batu.
a
b
c
Gambar 19. Alat panen (a. dodos, b.egrek, c. kampak)
79
Gambar 20. Kegiatan penen buah kelapa sawit
4.3. Pengolahan Hasil Tanaman kelapa sawit Pengolahan hasil merupakan suatu rangkain proses penanganan bahan baku dari pabrik sampai produk siap untuk dipasarkan. Pada PT. Minang Agro, produk utama yang dihasilkan PKS dari TBS adalah Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Karnel (PK), kapasitas PKS PT. Minang Agro sebesar 25 ton/jam. Proses pengolahan minyak kelapa sawit dapat diuraikan secara jelas berdasarkan stasiun beserta dengan fungsi-fungsinya setiap stasiun yaitu, sebagai berikut: 4.3.1. Stasiun Loading Ramp Loading ramp merupakan tempat penampungan buah sementara yang datang dari kebun. Lantai Loading ramp ini dilengkapi kisi-kisi yang berfungsi untuk meloloskan kotoran yang ikut bersama TBS dan brondalan. Loading ramp ini berukuran panjang 30 m dan lebar 6 m dengan kemiringan 30 0 yang berguna
80
untuk memudahkan buah jatuh ke FFB Conveyor yang akan didistribusikan ke lori serta
mempunyai 10 pintu keluaran yang digerakkan secara sistem hydrolic,
kapasitas loading ramp sebanyak 60 – 65 ton. Prosedur kerja loading ramp yaitu sebagai berikut: -
Turunkan buah dari truk ke loading ramp
-
Tarik handle hydrolic untuk membuka pintu loading ramp untuk memasukkan TBS ke Fruit Fresh Bunch Conveyor (FFBC)
-
Distribusikan TBS menggunakan alat Fruit Fresh Bunch Conveyor (FFBC) ke lori
-
Pada pertengahan alat FFBC ini TBS dipotong dengan alat bunch crussher
-
Posisikan lori kosong tepat dibawah pintu FFBC dan buka pintu FFBC.
-
Tuangkan TBS ke dalam lori secara perlahan hingga lori terisi penuh dengan kapasitas lori 2,5 - 3 ton.
-
Dorong handel hydrolic untuk menutup pintu loading ramp.
-
Tarik lori yang telah berisi TBS menuju Sterillizer dengan menggunakan capstand.
81
Gambar 21. Loading ramp 4.3.2. Stasiun Sterillizer Perebusan (Sterilizer) dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 80-90 menit atau tergantung besarnya tekanan uap
dengan tujuan yaitu:
Mematikan kegiatan enzim yang merupakan katalisator dalam pembentukan ALB, mempermudah buah lepas dari tandan dan inti dari cangkang, melunakkan daging
buah
sehingga
memudahkan
proses
pemerasan,
mengkoagulasi
(mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan minyak. Sterilizer berbentuk selinder dengan kapasitas 10 lori dan dalam 1 lori dapat memuat 2,5 - 3 ton, jadi untuk 1 sterilizer berkapasitas 30 ton, pada PT. Minang Agro, sterilizer yang digunakan sebanyak 3 buah.
Prosedur kerja sterillizer yaitu sebagai berikut: Buka pintu masuk dan keluar rebusan :
-
Ambil kunci pintu rebusan lalu pasang ke gear pintu rebusan, kemudian putar kunci perlan sampai pintu terbuka. -
Pasang jembatan cantilever tepat pada posisinya.
-
Masukkan lori kedalam rebusan : Lilitkan slling di bolar dan kaitkan slling ke body lori paling belakang serta hidupkan capstan untuk menarik 12 lori, 10 lori masuk ke sterillizer dan 2 lori sebagai pendorong, setelah 10 lori masuk kedalam rebusan kemudian tarik 2 lori pendorong ke belakang.
-
Geser Trolley inlet ke arah yang lain.
-
Tutup pintu rebusan dan pastikan kerapatan pintu diatas 80%
-
Lakukan deaerasi :(Inlet buka, Exhaus tutup, dan Condensat buka )
82
-
Mulai merebus puncak pertama, selama 7-10 menit dan tekanan mencapai 1,5 kg/m² ( Inlet steam buka, Exhaus tutup, dan Condensat tutup)
-
Buang condensat sampai tekanan menjadi 0 kg/m² :( Inlet tutup, Exhaus buka,Condensat buka )
-
Perebusan puncak kedua, selama 10 - 12 menit dan tekanan mencapai 2,5 kg/m² ( Inlet buka, Exhaus tutup, Condensat tutup)
-
Buang condensat sampai tekanan menjadi kg/m² (Inlet tutup, Exhaus buka, dan Condensat buka )
-
Perebusan puncak ketiga, selama 45 menit dan tekanan 2,8-3 kg/m² (Inlet buka, Exhaus tutup, Condensat tutup)
-
Lakukan penahanan selama ±45 menit :( Inlet steam buka, Exhaus tutup, Condensat tutup)
-
Buang condensat, selama ±5 menit ( Inlet steam tutup, Exhaus buka,Condensat buka)
-
Buka pintu rebusan
-
Tarik lori yang telah direbus dengan menggunakan capstand untuk dikeluar dari sterillizer.
83
Gambar 22. Sterillizer 4.3.3. Stasiun Thressing Stasiun thressing merupakan proses perontokan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga menbanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan berondolan lepas dari tandannya. Berondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh
screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara tandan kosong yang keluar dari bagian belakang pemipil ditampung oleh elevator dan masuk kedalam bak truk untuk diaplikasikan ke lapangan sebagai pengganti pupuk pada tanaman kelapa sawit.
Prosedur kerja thresing yaitu sebagai berikut: -
Angkat lori yang berisi buah yang telah direbus dari sterillizer dengan menggunakan hoisthing crane, kemudian dihantarkan dan ditumpahkan ke dalam autopeeder.
-
Atur umpan/peeding masuk ke dalam thresher pada autopeeder jangan sampai melebihi beban.
-
Buah dilepaskan/dirontokkan dari janjang dengan menggunakan thresher dengan kecepatan putar ± 22 rpm
-
Setelah buah dirontokkan dan keluar dari kisi-kisi threser masuk ke conveyor unthereser untuk di salurkan ke fruit elevator.
-
Buah yang masuk ke fruit elevarot didistribusikan ke stasiun press dan digester
-
Pada janjang kosong di threser di salurkan ke empty bunch coveyor.
84
Ada beberapa tahap yang dilaksanakan dalam proses perontokan ini yaitu: a. Hoisthing crane Alat ini berfungsi untuk mengangkat lori buah yang telah direbus dari stasiun sterillizer, dengan cara mengangkat dan menuang lori ke autopeeder untuk dirontok brondolan dari janjang pada threser serta menurunjan dan meletakkannya ke rel jalur lori kosong yang berada paling tepi luar.
Gambar 23. Hoisthing crane b. Thresher Alat ini berfungsi untuk merontok brondolan dari janjang yang berputar pada sumbuhnya dengan kecepatan 22 rpm dan dinding bercelah dengan jarak 4-5 cm, brondolan yang lepas dari janjangnya akan keluar pada sisi-sisi dinding threser dan di tampung pada conveyor undthreser, sedangkan janjang kosong akan keluar dari ujung thresing dan dihantarkan melalui empty bunch conveyor kemudian jatuh ke bak truk untuk diaplikasikan ke lapangan.
85
Gambar 24. Thressing
c. Fruit elevator Fruit elevator berfungsi untuk membawa brondolan hasil dari prontokan pada threser yang dihantarkan melalui conveyor ke stasiun digester dan press untuk di lumat dan di press. 4.3.4. Stasiun Digester dan Press Stasiun ini terdiri dari: a. Digester Digester merupakan sebuah tabung selinder yang mempunyai dinding yang dilengkapi dengan pisau pengaduk yang berputar melalui sumbu dan digerakkan oleh elektro motor. Dari putaran pisau-pisau pengaduk tersebut dapat menghancurkan daging buah yang ditimbulkan oleh gesekan antara pisau dengan dinding digester. Digester ini befungsi untuk melumatkan brondolan dan dan sekaligus melepaskan daging buah dari biji, digester ini berkapasitas 5 ton. b. Press
86
Press merupakan alat yang digunakan untuk memeras brondolan yang sudah dilumatkan dan mengambil minyak sebanyak-banyaknya dari daging buah, sistem pengepresan memakai sistem ulir (screw press) dengan mengapit brondolan yang sudah dilumatkan antara dua ulir-ulir yang mempunyai putaran berlawanan dan dikendalikan secara otomatis dengan sistem hydrolik, hasil akhir dari press ini adalah crude oil (minyak kasar), fibre (serat) dan nut (biji), alat press ini berkapasitas 10 ton/jam Prosedur kerja stasiun digester dan press yaitu sebagai berikut: -
Brondolan yang didistribusikan dari stasiun thresing dimasukkan kedalam digester yang berfungsi sebagai alat untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari nut. Digister merupakan sebuah tangki vertikal yang bagian dalamnya dilengkapi dengan pisau – pisau pencacah yang berputar sumbu dan digerakkan oleh motor listrik untuk melumatkan buah.
-
lalu setelah buah dilumatkan pada digester buah tersebut dimasukkan kedalam screw press yang bertujuan untuk meremas daging buah yang sudah dilumat sebelumnya sehingga akan didapat minyak kasar dan ampas (nut dan fibre)
-
lalu minyak yang sudah diremas akan mengalir ke talang minyak (oil gutter), yang bertujuan untuk mengalirkan minyak ke dalam sand trap tank yang pada alat ini berfungsi sebagai mengendapkan pasir – pasir dan partikel - partikel lainnya yang masih terbawa dengan minyak kasar tersebut.
-
lalu setelah itu minyak yang sudah dipisahkan dari pasir-pasir dan partilkel – partikel berat lainnya maka dialirkan lagi kedalam vibrating
87
screen yang berfungsi untuk memisahkan kotoran dari minyak kasar yakni berupa ampas yang terikut oleh minyak kasar. -
lalu setelah itu minyak yang sudah dipisahkan dari kotoran maka dialirkan ke crude oil tank yang berfungsi untuk menampung minyak kasar dari vibrating screen yang nantinya akan dipompakan ke crude oil tank (COT).
-
Dan ampas (nut & fibre) setelah diolah di screw press masuk kedalam creaker breaker conveyor yang berfungsi sebagai pengantar nut dan fibre ke stasiun kernel.
A
B
Gambar 25. a. Digester, b. Press c. Sandtrap tank dan Vibrating Stelah brondolan di press yang sudah dilumat ditampung pada sandtrap
tank yang berfungsi untuk menampung minyak hasil dari pengepresan dan memisahkan pasir dari kandungan minyak kotor, setelah itu dialiri ke vibrating yang berfungsi sebagai penyaring minyak dengan serat-serat dan pecahan cangkang.
88
a
b Gambar 26. a. Sandtrap tank, b. Vibrating
4.3.5. Stasiun Pemurnian (clarification) Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujun untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran – kotoran seperti padatan, lumpur, dan air secara bertahap melalui stasiun dan menghasilkan minyak sawit mentah (CPO).
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil
pengempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampung munyak kasar (crude oil tank) (COT) dipanaskan hingga mencapai temperatur 90–950C. Suhu dinaikkan untuk menaikkan berat jenis antara minyak dan air serta sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan Minyak kasar hasil pemerasan mengandung kotoran berupa partikel dari tempurung dan serabut serta 40 – 45 % air.
Setelah pengendapan di COT
diklarifikasi secara bertahap untuk menghasilkan crude palm oil (CPO).
CPO
dapat ditampung dengan tangki penampungan dan siap dipasarkan atau diolah lebuh lanjut minjadi minyak sawit murni (Processed Palm Oil, PPO).
89
Prosedur kerja pada stasiun clarification adalah sebagai berikut: -
Setelah minyak kasar dipisahkan dari kotoran, minyak di tampung pada crude oil tang (COT) yang berfungsi sebagai penampung minyak kasar dari stasiun press, yang dipompa ke continiou clarifier tank (CCT)
-
kemudian di CCT dilakukan pengendapan dan pemisahan sludge dengan oil berdasarkan berat jenisnya, oil (minyak) ditransfer ke wet oil tank dan sludge (lumpur) ditransferkan ke sludge tank
-
pada wet oil tank terjadi juga pemisahan antara minyak dan lumpur yang terbawak dari CCT, dimana minyak di salurkan ke purifier dan lumpur ke sludge drain tank.
-
Setelah minyak disalurkan ke purifier, pada purifier terjadi penyaringan dengan gaya sentrifugal yang bertujuan memisahkan clean oil (minyak murni) dari kandungan kotoran.
-
Kemudian dari purifier disalurkan ke vacum dryer untuk dilakukan pengurangan kadar air yang masih terdapat minyak murni dengan cara penguapan hampa udara (vakum)
-
kemudian minyak dikirim ke Stroage Tank yang merupakan tangki CPO sementara sebelum dipasarkan dan juga dilakukan pemanasan dengan uap pada suhu 55o C.
-
Sedangkan sludge diolah kembali pada Sludge Tank dan dipisahkan antara lupur dan kandungan minyak yang terikut, yang kemudian disalurkan ke vibrating sludge.
-
Pada vibrating sludge terjadi penyaringan (sludge dengan oil), dan disalurkan ke dowble sand cyclone.
90
-
Kemudian pada dowble sand cyclone disalurkan ke buffer tank dan disalurkan ke sludge seperator.
-
Pada sludge seperator, lumpur/limbah disalurkan ke kolam limbah dan kandungan minyak yang terkutip disalurkan ke ligh phase dan ditampung pada COT untuk di proses ulang.
Stasiun pemurnian ini terdiri dari: A. Crude Oil Tank (COT) COT berfungsi untuk menampung minyak dari vibrating pada stasiun Press.
Gambar 27. Crude Oil Tank (COT) B. Countinous Clarifier Tank (CCT) CCT berfungsi memisahkan antara minyak murni (oil) dengan lumpur (sludge) dengan proses pengendapan dan pemanasan pada suhu yang dipertahankan 90-95oC dengan menggunakan alat skimmer dan di aduk menggunakan stirrer dengan putaran 4,5-5 rpm, sehingga minyak dan sludge dapat terpisah dan kadar ALB tidak tinggi. Proses kerja dari tangki pemurnian minyak ini yaitu berdasarkan berat jenis minyak murni (oil) dengan lumpur
91
(sludge), oil memiliki berat jenis lebih kecil dari lumpur sehingga minyak akan over flow (meluap) dan dan dialiri ke wet oil tank dan sludge berada pada lapisan bagian bawah akan dialirkan ke sludge tank, CCT ini berkapasitas 60 ton.
Gambar 28. Countinous Clarifier Tank (CCT) C. Pengolahan Oil Setelah dipisahkan Oil (minyak) dari sludge (lumpur), maka minyak diolah lagi menjadi minyak murni dengan alat-alat sebagai berikut: a. Wet Oil Tank Wet oil tank berfungsi menampung sementara oil pemisahan hasil pemisahan dari CCT,
minyak ini belum bersih karena mengandung kadar air
yang tinggi dan sedikit campuran lumpur yang berasal dari CCT, dari wet oil tang ini akan dialiri ke purifier, wet oil tank ini berkapasitas 20 ton. b. Purifier Purifier merupakan alat penyaring yang bekerja dengan gaya sentrifugal yang bertujuan untuk memisahkan antara oil dari kandungan kotoran yang terdapat dalam oil.
92
Gambar 29. Purifier c. Vacum dryer Vacum
dryer
merupakan
sebuah
tabung
silinder
yang
berfungsi
menghilangkan kadar air yang terdapat pada minyak murni dengan cara penguapan hampa udara (vacum) sehingga kadar air maksimal 0,2%. d. Stroge Tank Stroge tank merupakan tangki penampung minyak kelapa sawit CPO , tangki ini dilakukan pemanasan dengan suhu 55oC. Pemanasan ini bertujuan untuk mencegah penggumpalan minyak dan kenaikan kadar Fee Fatty Acid (FFA), stroge tank ini berkapasitas 2000 ton dan 500 ton.
Gambar 30. Storage Tank
93
D. Pengolahan Sludge Setelah sludge (lumpur) dipisahkan dari Oil (minyak), maka lumpur diolah lagi dengan alat-alat sebagai berikut: a. Sludge Tank Sludge tank sludge yang beradaberfungsi untuk menampung sludge oil sementara dari CCT, sludge tank ini berkapasitas 40 ton. b. Vibrating sludge Vibrating sludge berfungsi untuk menyaring sludge dari kandungan minyak sehingga sludge akan di salurkan ke sand cyclune. c. Sand Cyclone Sand cyclone merupakan alat untuk menyaring atau memisahkan kandungan pasir yang terikut pada sludge, yang kemudian sludge di salurkan ke buffer tang. d. Buffer Tank Buffer Tank berfungsi menampung sementara sludge yang sudah disaring melalui sand cyclone, buffer tank ini berkapasitas 6 ton. e. Sludge centrifudge Sludge centrifudge berfungsi untuk mengutip sebagian minyak yang masih yang terkandung dalam sludge dan dialirkan ke crude oil tank. Alat ini bekerja dengan prinsip gaya sentrifugal, dimana akibat gaya tersebut maka minyak yang lebih ringan akan mengumpul ke bagian tengah putaran dan sludge yang lebih berta terbuang ke bagian luar.
94
Gambar 31. Sludge centrifudge 4.3.6. Stasiun Kernel Stasiun kernel merupakan stasiun pemisahan antara pibre dan nut serta dilanjutkan pemisahan kernel dari shell atau cangkangnya, sehingga diperoleh kernel produksi yang kualitas standar kadar air (moisture) max 7%, kotoran (dirt) max 7% serta cangkang yang digunakan untuk bahan bakar Boiler sebagai sumber tenaga uap. Prosedur kerja stasiun kernel adalah sebagai berikut: -
Setelah minyak dipisahkan dengan nut dan fibre pada screw press maka nut dan fibre di masukkan ke dalam creaker breaker conveyor yang berfungsi sebagai pengantar nut dan fibre ke defericarper, defericarper berfungsi untuk meisahkan antara fibre dan nut
-
Kemudian bahan-bahan yang berat yang berada pada defericarfer masuk ke polishing drum yang berfungsi untuk memisahkan serabut yang masih ada serta bahan-bahan berat lainnya seperti batu dengan cara manual.
95
-
Setelah itu nut yang sudah terpisah dari serabut dan batu masuk ke conveyor yang berfungsi sebagai pengantar nut ke destoner sitem yang mana destoner system berfungsi sebagai pemisah antara nut dan bahan – bahan berat seperti batu yang masih terbawa oleh nut.
-
Setelah nut dikirim ke nut silo yang dihantar dengan menggunakan elevator, dan adapun fungsi dari nut silo adalah untuk penampung sementara nut.
-
Setelah nut berada di nut silo nut di masukkan kedalam ripple mill yang berfungsi sebagai pemecah nut untuk dapat dipisahkan antara cangkang dan kernel.
-
Setelah itu cangkang dan kernel masuk kedalam craket mixture conveyor yang bertujuan untuk mengantarkan cangkang dan kernel ke craket mixture seperating column yang selanjutnya diantarkan ke LTDS I dan LTDS II yang mana berfungsi sebagai pemisah antara cangkang dan kernel dengan cara penghisapan cangkang oleh fan LTDS.
-
Karena tidak semua cangkang dihisap oleh fan LTDS maka setelah di LTDS di masukkan ke conveyor yang bertujuan untuk menghantarkan sisa cangkang dan kernel ke bak claybath, yang mana claybath bertujuan untuk memisahkan antara cangkang dan kernel dengan system basah yakni dengan cara memasukkan kedalam claybath campuran air dan abu janjang yang bertujuan untuk menaikkan pH dan juga dicampurkan dengan calsium carbonat yang bertujuan untuk menaikkan berat jenis. Yang mana disini terjadi cangkang berada dibawah dan kernel berada di permukaan air karena kernel berat jenisnya lebih rendah daripada cangkang.
96
-
Cangkang yang keluar dari claybath langsung masuk ke conveyor yang menuju ke LTDS yang berfungsi untuk membuang cangkang melalui fan LTDS.
-
Sedangkan kernel yang keluar dari claybath masuk kedalam conveyor yang menuju ke elevator yang menuju ke kernel silo dry, yang mana kernel silo dry berfungsi untuk mengurangi kadar air pada kernel silo dry.
-
Kernel yang berasal dari kernel silo dry dimasukkan kedalam conveyor yang menuju ke canter yang berfungsi sebagai penyimpan sementara dan mengeringkan karnel yang belum kering dengan baik pada karnel silo
-
Setelah itu kernel didorong langsung ke karnel storage yang berfungsi sebagai penampung/gudang kernel untuk dipasarkan nantinya.
Alat – alat dan fungsinya pada stasiun karnel antara lain, yaitu: A. Cake Breaker Conveyor Creaker breaker conveyor yang berfungsi sebagai pengantar nut dan fibre ke defericarper. B. Defericarper Defericarper berfungsi untuk meisahkan antara fibre dan nut dengan hisapan angin dari blower, sehingga fibre masuk ke fibre cyclone. C. Nut Polishing Drum Nut polishing drum berfungsi untuk memisahkan serabut yang masih ada serta bahan-bahan berat lainnya seperti batu dengan cara manual. Alat ini berupa drum horizontal yang berputar dengan porosnya dengan kecepatan 17 rpm.
97
Gambar 32. Nut polishing drum D. Nut Silo fungsi dari nut silo adalah untuk penampung sementara nut dari polishing drum. E. Ripple Mill Ripple mill berfungsi sebagai pemecah nut untuk dapat dipisahkan antara cangkang dan kernel. F. Craket Mixture Conveyor Craket mixture conveyor bertujuan untuk mengantarkan cangkang dan kernel ke craket mixture seperating column yang selanjutnya diantarkan ke LTDS. G. Craket Mixture Seperating Column Craket Mixture Seperating Column bertujuan untuk menghantarkan sisa cangkang dan kernel ke bak claybath.
98
H. Claybath Claybath merupakan berfungsi memisahkan kernel dan cangkang dengan campuran air dan tanah liat. I. Kernel Silo Kernel Silo merupakan tempat penampung sementara kernel dari claybath dan juga dilakukan pemanasan dengan suhu 75-80oC. J. Heater Heater merupakan alat lanjutan dari kernel silo yang berfungsi pengeringan kernel hingga kadar air 6 – 8 %. K. Kernel bulking silo Kernel bulking silo merupakan tempat/gudang penyimpanan kernel sebelum dimusukkan kedalam mobil untuk dipasarkan. Tempat penyimpanan kernel ini mempunyai 2 ruangan, yang masing – masing ruangan mempunyai kapasitas 100 ton, jadi total kapasitas kernel bulking silo ini sebanyak 200 ton.
Gambar 33. Kernel bulking silo
99
4.4. Manajemen Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Manajemen adalah suatu proses kegiatan usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerja sama dengan orang lain. Manajemen yang digunakan oleh PT. Minang Agro terdiri dari sistem planning, organizing, actuating dan controlling. Dalam kenyataannya fungsi – fungsi tersebut akan sangat menentukan
keberhasilan
suatu
perkebunan
yang
sedang
menjalankan
usahanya. Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit ditentukan oleh kemampuan pengusaha dalam mengelola atau melaksanakan manajemen sumberdaya manusia, di samping itu juga keberhasilan suatu usaha perkebunan juga ditentukan oleh faktor lingkungan (iklim, tanah dan topografi), bahan tanam, tindakan kultur teknis dan faktor – faktor pendukung lainnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah untuk mengelurkan biaya serendah mungkin dan mengusahakan benifit setinggi– tinggi mungkin secara berkesinambungan dalam waktu yang wajar. 4.4.1. Organisasi Perusahaan Struktur organisasi merupakan hubungan kerja sama antara orang-orang yang terdapat dalam satu badan atau organisasi untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Organisasi dalam suatu badan usaha sangat dibutuhkan karena pada organisasi tersebut terhimpun semua sumberdaya yang akan digunakan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Organisasi harus dibina sedemikian rupa agar dalam sumberdaya yang dimiliki dapat mencapai tujuan bersama. Dalam organisisi ini mencakup unsur manusia yang akan berperan sesuai dengan tugasnya masing-masing, yang akan bertanggung jawab, kepada siapa, siapa yang mengawasi, dan bagai manapun
100
hubungan antar kelompok diatur sehingga semua pekerjaan berjalan dengan efektif. Sistem organisasi pada PT. Minang Agro dipimpin oleh seorang Estate Manejer yang membawahi KTU, Kepala Personalia, Kepala Humas, Ka-bag PAM dan Assisten Kepala. A. Estate Manejer
Menyusun rencana kerja dan anggaran untuk kegiatan-kegiatan di kebun yang menjadi wilayah tanggung jawabnya.
Memastikan kegiatan pelaksanaan program budidaya tanaman yang mencakup; perawatan, panen, pengendalian hama penyakit tanaman perkebunan sesuai peraturan dan prosedur perusahaan.
Memastikan proses panen kelapa sawit secara optimal agar tercapai kuantitas dan kualitas produksi.
Memastikan hasil panen kebun mencapai produktivitas yang optimum sesuai kualitas, biaya dan waktu yang ditentukan, termasuk menjaga kinerja kebun sesuai target yang ditetapkan dan memastikan hasil panen yang dapat terkirim dan sampai ke pabrik.
Merekomendasikan pembelian permintaan barang / jasa.
Memastikan pelaksanaan monitoring terhadap performansi (SDM, budget, kegiatan dan target).
Menciptakan iklim kerja yang kondusif agar terciptanya industri yang harmonis.
101
B. Head Asistent (asisten Kepala)
Melaksanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (Panen), secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktivitas maksimal.
Memastikan
hasil
kerja
yang
optimal,
berkualitas
dan
mampu
menghindarkan kerja berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktivitas kegiatan/pekerjaan serta melaporkan hasilnya keatas.
Melakukan evaluasi dan analisis kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.
C. Assistant Afdeling
Assistant afdeling bertanggung jawab pada divisinya masing-masing sepeti persiapan lahan, pembibitan kelapa sawit, weeding, berantas lalang, pemupukan, deteksi dan pengendalian hama dan penyakit, panen, serta pengumpulan hasil dan pengangkutan / pengiriman produk ke PKS.
Assistant afdeling juga berwenang dalam hal memberi persetujuan atas buku mandor yang ada diunit kerjanya, mengatur pemakaian biaya affeling sesuai
anggaran
yang telah disetujui
oleh
manajement,
mengeluarkan surat teguran, surat peringatan I, II, dan III kepada bawahan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
102
D. Mandor I
Mandor I bertanggung jawab mengawasi hasil pengawasan panen yang dilaksanakan mandor panen dan mengawasi hasil pengawasan mandor harian dalam pelaksanaan pekerjaan di kebun.
Mengawasi transportasi TBS ke PKS. Memberikan laporan kepada Assitant afdeling.
E. Kerani Afdeling
Kerani Afdeling bertanggung jawab menangani aktivitas administrasi di Afdeling seperti permintaan material, pendapatan dan surat menyurat.
Kerani Afdeling memberikan laporan kepada Assitant divisi.
F. Mandor Lapang
Menerima intruksi dari Asisten Afdeling.
Memeriksa dan mengawasi kerja karyawan.
Melaporkan masalah yang dijumpai dilapangan kepada Mandor 1.
Mill Manager
Menyusun rencana kerja dan anggaran untuk kegitan –kegiatan dipabrik.
Memastikan kegiatan pengawasan pemakaian
sarana produksi seperti
standar perusahaan.
Memastikan seluruh proses pengelolaan pabrik dengan melakukan koordinasi
pada
menanggulangi
departemen kendala
terkait
operasional
untuk serta
mengidentifiksi peluang
inovasi
dan dan
improvement di pabrik untuk meningkatkan efesiensi dan produktivitas.
103
4.4.2. Perencanaan (Planing) Perencanaan yang dilakukan untuk menjalankan kegiataan di perusahaan perkebunan meliputi: perencanaan mengenai kebutuhan biaya saprodi, biaya tenaga kerja, biaya lain-lain, biaya tak terduga dan semua itu disususn oleh Direksi dan diturunkan kepada pihak kebun dalam hal ini Estate Manager. Dasar dalam penentuan biaya tersebut khususnya untuk biaya alat, bahan, tenaga kerja yang digunakan dalam tiap tahunnya berdasarkan kepada literatur tertentu yang dibedakan berdasarkan umur tanaman. Rencana yang disusun oleh direksi tersebut berupa Rencana Anggaran Tahunan (RAT) dan pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi yang dijalankan oleh pihak kebun. Berdasarkan RAT maka pihak kebun menyusun kembali atau memprogramkan anggaran yang telah ada sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan dan kebutuhan yang direncanakan pihak kebun tidak boleh melampaui dari anggaran yang disusun oleh pihak direksi. Dalam pelaksanaan penyusunan biaya anggaran di kebun dilakukan oleh masing – masing afdeling berbentuk Rencana Anggaran Bulanan (RAB). Rencana tersebut diajukan kepada pihak pimpinan untuk disahkan dan diintruksikan untuk dilaksanakan. Ketepatan dalam penyusunan perencanaan ini merupakan faktor yang penting dalam kelancaran program yang dijalankan. 4.4.3. Pelaksanaan (actuating) Kegiatan – kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan pada rencana kerja anggaran biaya yang telah disusun sebelumnya.
Namun dalam
pelaksanaan ini tidak mutlak harus sama dengan apa yang telah disusun dalam jadwal dan dalam anggaran, artinya dalam pelaksanaan perencanaan bersifat fleksibel dan dapat berubah tergantung keadaan di lapangan dan dipengaruhi
104
oleh beberapa faktor yang mungkin pada saat pelaksanaan pekerjaan tertentu, namun perubahan – perubahan yang terjadi tidak terlalu jauh dari rencana yang disusun. Pelaksanaan kegiatan kerja yang telah dilakukan dimasing – masing afdeling mempunyai suatu pertanggungjawaban kerja yang diajukan kepada pimpinan berupa laporan bulanan dan laporan tahunan. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan atau rencana yang telah disusun tergantung pada asisten dan stafnya dalam menggerakkan atau memotivasi pekerjanya. Di PT. Minang Agro untuk memotivasi para pekerjanya dilakukan dengan pemberian gaji dan premi atau bonus yang sesuai, pemberian tunjangan, fasilitas – fasilitas berupa poliklinik, tempat ibadah, perumahan dan sarana olah raga. Bagi para pekerja yang berprestasi maka diajukan agar naik jabatannya. 4.4.4. Pengawasan dan Evaluasi Pengawasan merupakan suatu pekerjaan yang harus dilakukan pada suatu pekerjaan yang dilakukan banyak orang. Bagaimanapun bagusnya rencana yang telah dibuat, begitu pula motivasi yang diberikan., tetapi tanpa adanya pengawasan yang dilakukan maka pekerjaan itu tidak berjalan dengan maksimal. Di PT. Minang Agro pengawasan dari tingkat teratas sampai pada tingkat bawah. Pada tingkat kebun pengawasan dilakukan oleh Estate Manager yang dibantu oleh Askep dan pada tiingkat afdeling pengawasan dilakukan oleh Asisten yang dibantu oleh mandor 1 dan mandor lapangan. Setiap pelaksanaan kegiatan dilaporkan setiap harinya dalam bentuk laporan harian dan laporan ini akan tergambar apakah perencanaan yang telah direalisasikan
sesuai yang telah direncanaan sebelumnya. Disamping laporan
secara tertulis diatas biasanya pengawasan dilakukan dengan diadakan
105
kunjungan langsung pada lokasi yang memang perlu untuk diperhatikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh Estate Manager dengan sebelumnya tidak membuat jadwal khusus untuk mengunjugi suatu lokasi, hal ini bertujuan agar apabila lokasi yang dilihat terjadwal maka karyawan atau staf yang berada pada lokasi tersebut akan giat bekerja karena lokasinya akan dikunjungi, jadi kunjungan lokasi oleh Estate Manager dilakukan secara mendadak. Dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja di lapangan setiap triwulan pimpinan afdeling akan dikumpulkan untuk dilihat apa saja yang menjadi hambatan atau kendala dalam pelaksanaan kerja dilokasinya, dan tidak tutup kemungkinan pimpinan afdeling tersebut dapat dipanggil sewaktu – waktu apabila ada sesuatu mendadak perlu dibenahi.