ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ INSTITUT PENGAJIAN TINGGI AL-ZUHRI DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM AL-ZUHRI HADITS 1 MINGGU PERTAMA 17 Apr 2014 / 6.30 PTG – 9.30 MLM
KESAN-KESAN HADITS MAUDHU’ DAN DHO’IF TERHADAP UMAT ISLAM
PERKARA YANG PERLU DIAMBIL PERHATIAN • Apabila ulama hadits mengemukakan pendapat tentang sesuatu hadits itu sebagai dho'if atau maudhu’, pastinya mereka akan mengemukakan bersama hujah atau bukti bahawa hadits itu adalah dho'if atau maudhu’. • Begitu juga apabila mereka menyatakan tentang kelemahan atau kepalsuan sesuatu hadits, pastinya mereka akan memberikan juga bukti kukuh mengapa hadits itu diberikan gelaran dho'if atau maudhu’. • Pastinya tidak begitu mudah mereka memartabatkan sesebuah hadits itu dho'if atau maudhu’ bukan dengan mengagak-agak, berwewenang atau sebagainya. • Terdapat hadits dho'if atau maudhu’ yang membawa maksud bercanggah dengan nas al-Quran serta hadits shahih. • Terdapat juga hadits dho'if atau maudhu’ yang menyusahkan dan membebankan apabila diamalkan. • Ada juga yang membawa maksud yang pelik dan bertentangan dengan fakta juga logika akal.
PERKARA YANG PERLU DIAMBIL PERHATIAN • Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah mengatakan: “Hadits-hadits palsu itu telah memberi kemudharatan dalam pelbagai aspek seperti aqidah, ibadah, akhlak, pemikiran, sosial dan ia telah mencemarkan kesucian Islam dan kebersihannya. Dan usaha untuk membebaskan diri daripada hadits-hadits palsu ini sangat susah dan memerlukan kepada pembacaan yang berterusan dan peringatan yang tidak putus”. (Muqaddimah tahqiq, al-Mashnu Fi Marifat al-hadits al-Maudhu) • Menurut Syeikh Syuaib al-Arnaouth dalam Al-Adab Asy-Syar’iyyah, “Penggunaan hadits-hadits dho'if boleh membawa kepada sikap alghuluw(melampau) dalam agama dan membanyakkan ibadah yang menyusahkan dan ini telah menghilangkan gambaran sebenar tentang mudahnya Islam”.
CONTOH-CONTOH PENYEBARAN HADITS MAUDHU’ DAN DHO’IF
HADITS SIAPA MENGENAL DIRINYA, MENGENAL TUHANNYA • Contoh hadis yang menyentuh soal mengenali Allah SWT melalui mengenali diri sendiri yang selalu kita dengar dan kita sebut-sebutkan:
َ ف ﻧَـ ْﻔ َﺴﻪُ ﻓَـ َﻘ ْﺪ َﻋَﺮ َ َﻣ ْﻦ َﻋَﺮ ُف َرﺑـَّﻪ
Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka sungguh dia akan mengenal RabbNya • Syeikh Al-Albaniy dalam Adh-Dho'ifah (1/165) berkata, “Hadits ini tidak ada asalnya”. An-Nawawiy berkata, “Hadits ini tidak tsabit (tidak shahih)” [AlMaqashid (198) oleh As-Sakhowiy]. • As-Suyuthiy berkata, “Hadits ini tidak shahih” (Al-Qoul Asybah : 2/351) • Berdasarkan hadis ini, terdapat sesetengah golongan tasawuf yang menyeru manusia agar mengenali diri terlebih dahulu sebelum mengenal Allah SWT dan ini sudah pasti bertentangan dengan sunah Rasulullah saw yang mengajar manusia mengenali Allah SWT melaui sifat-Nya yang Maha Agung dan Maha Sempurna.
Keutamaan Menamatkan Al-Quran • Membaca Al-Qur’an dan menamatkannya merupakan keutamaan besar, apalagi setiap hurufnya dijanjikan ganjaran pahala oleh Allah swt. Keutamaan tersebut telah dijelaskan dalam beberapa hadits, tetapi bukan hadits ini :
ِ ِ ِ ِ ٍ َْﻒ ﻣﻠ ِ ﱠ َ ﻚ ﻟ أ ن ﱡﻮ ـ ﺘ ﺳ ﻪ ﻤ ﺘ ﺧ ﺪ ﻨ ﻋ ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ ﻰ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ﺻﻠ َ إذَا َﺧﺘَ َﻢ اﻟ َْﻌ ْﺒ ُﺪ اﻟْ ُﻘ ْﺮآ َن َ ْ
• Jika seorang hamba telah menamatkan Al Qur’an, maka akan bershalawat kepadanya 60,000 malaikat ketika ia menamatkannya”. [HR. Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus (1/1/112)]. • Hadits ini palsu disebabkan oleh rawi yang bernama Al-Hasan bin Ali bin Zakariyya, dan Abdullah bin Sam’an. Kedua orang ini adalah pendusta, biasa memalsukan hadits. Syeikh Al-Albaniy menyatakan kepalsuan hadits ini dalam Adh-Dho’ifah (2550).
Memandang Wanita Cantik • Memiliki pandangan yang tajam dan penglihatan yang jernih merupakan nikmat yang besar dari Allah swt. Sehingga terkadang seseorang menempuh berbagai cara untuk memperoleh penglihatan yang tajam dan mungkin juga ada juga yang beramal dengan hadits ini;
ِ اﻟﻨﱠﻈَﺮ إِﻟﻰ وﺟ ِﻪ اﻟﻤﺮأ َِة اﻟﺤﺴﻨ ِان ﻓ ِ ﻀﺮِة ﻳ ِﺰﻳ َﺪ ﺼ ِﺮ اﻟﺒ ﻲ ﺨ اﻟ و ﺎء ْ ْ َ َ ُ َ َْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ََ ْ
• “Memandang wajah wanita cantik dan yang hijau-hijau menambah ketajaman penglihatan”. [HR. Abu Nu’aim dalam Hilyah Al-Auliya’ (3/201-202), dan AdDailamiy dalam Musnad Al-Firdaus (4/106)] • Hadits ini maudhu’ (palsu), karena dalamnya ada rawi yang dho’if, dan tidak ditemukan ada seorang ahli hadits yang menyebutkan biografinya. Rawi itu ialah Ibrahim bin Habib bin Sallam Al-Makkiy. Karenanya, Adz-Dzahabiy berkata, “Hadits batil”. Ibnul Qoyyim dalam Al-Manar Al-Munif berkata, “Hadits ini dan semisalnya adalah buatan orang-orang zindiq (munafiq)” [AdhDho’ifah (133)]
Berdzikir Setiap Saat • Berdzikir setiap saat merupakan perkara yang dianjurkan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits-hadits shohih, bahkan dalam hadits-hadits dho’if, seperti hadits ini:
ِ أَ ْﻛﺜِﺮوا ِ ﺐ إِﻟَﻰ ِ ٍ ِ ﱠ ﺎﻟﻰ َوَﻻ أَﻧْ َﺠﻰ ﻟِ َﻌ ْﺒ ٍﺪ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ َﺳﻴﱢﺌَ ٍﺔ ﻌ ـ ﺗ اﷲ َﺣ أ ﻞ ﻤ ﻋ ﺲ ﻴ ﻟ ﻪ ﻧ ﺈ ﻓ ﺎل ﺣ ﻞ ﻛ ﻰ ﻠ ﻋ اﷲ ﺮ ﻛ ذ َ َ ْ َ ُ ﱡ َ ﱢ َ َ ُ ُْ َ ٌَ َ ْ َ َ َ َ ِ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴﺎ و ْاﻵ ِﺧﺮِة ِﻣﻦ ِذ ْﻛ ِﺮ اﷲ ﺗَـ َﻌﺎﻟَﻰ ْ َ َ َ
• “Perbanyaklah dzikir kepada Allah dalam segala kondisi, karena tak ada suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah SWT , dan lebih menyelamatkan seorang hamba dari segala kejelekan di dunia, dan akhirat dibandingkan dzikir kepada Allah“. [HR. Adh-Dhiya' Al-Maqdisiy dalam Al-Mukhtaroh (7/112/1)] • Hadits ini palsu, karena Abu Abdir Rahman Asy-Syamiy. Dia adalah seorang pendusta seperti yang dinyatakan oleh Al-Azdiy ra. Ada penguat bagi hadits ini dari riwayat Al-Baihaqiy, tetapi jalan ini juga palsu, karena ada rawinya bernama Marwan bin Salim Al-Ghifariy Al-Jazariy; dia adalah pendusta. Rincian hadits palsunya di dalam Adh-Dho’ifah (2617)
Perbanyak Dzikir Sampai Dianggap Gila • Di antara kebiasaan orang-orang sufi, mereka berdzikir dengan cara melampaui batas syariat Islam, iaitu berdzikir dengan bilangan yang memberatkan diri seperti berdzikir sebanyak 70 ribu kali, 100 ribu kali. Padahal, maksimal dari Nabi saw sebanyak 100 kali dalam dzikir-dzikir tertentu, bukan pada semua jenis dzikir. • Mereka membebani diri seperti ini, karena mendengar hadits berikut:
ِ أَ ْﻛﺜِﺮوا ِﻣﻦ ِذ ْﻛ ِﺮ اﷲ َﺣﱴ ﻳَـ ُﻘ ْﻮﻟُْﻮا َْﳎﻨُـ ْﻮ ٌن ْ ُْ
• “Perbanyaklah dzikir sehingga orang-orang berkata, engkau gila”. [HR. Ahmad (3/68), Al-Hakim (1/499), dan Ibnu Asakir (6/29/2)] • Hadits ini lemah karena diriwayatkan oleh Darraj Abu Samhi. Dia lemah riwayatnya yang berasal dari Abul Haitsam. Didho’ifkan oleh Syeikh Al-Albaniy dalam Adh-Dho’ifah (no. 517) (2/9).
Mengusap Kedua Kelopak Mata dengan Kedua Ibu Jari • Amalan yang tidak berdasar, iaitu mengusap kedua kelopak mata dengan kedua ibu jari, hanya berdasarkan hadits palsu yang dinisbahkan kepada Nabi Khidir. • Dikatakan bahawa Nabi Khidir as berkata, “Barangsiapa yang mengucapkan selamat datang kekasihku dan penyejuk mataku, Muhammad bin Abdullah saw, kemudian ia mencium kedua ibu jarinya, dan meletakkannya pada kedua matanya, ِ أَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ﻣﺤ ﱠﻤ ًﺪ رﺳﻮ ُلMaka ia tidak ketika ia mendengar muadzdzin berkata, اﷲ ُْ َ َ ُ sakit mata selamanya” [HR. Abul Abbas Ahmad bin Abu Bakr Ar-Raddad AlYamaniy dalam Mujibat Ar-Rahmah wa ‘Aza’im Al-Maghfirah dengan sanad yang terdapat di dalamnya beberapa orang majhul (tidak dikenal), disamping terputus sanadnya. Syeikh Al-Albaniy melemahkan hadits ini dalam Adh-dho'ifah (1/173) dari riwayat Ad-Dailamy dan Syeikh Masyhur Alu Salman dalam AlQoul Al-Mubin ]
Keutamaan Memakai Sorban Ketika Solat • Tak ada satu hadits pun yang menjelaskan keutamaan tertentu memakai sorban saat solat, kecuali haditsnya lemah atau palsu, seperti hadits berikut:
ِ َرْﻛﻌﺘ ﺎن ﺑِ ِﻌ َﻤ َﺎﻣ ٍﺔ َﺧ ْﻴـ ٌﺮ ِﻣ ْﻦ َﺳ ْﺒ ِﻌ ْﻴ َﻦ َرْﻛ َﻌﺔً ﺑِ َﻼ ِﻋ َﻤ َﺎﻣ ٍﺔ ََ
• “Solat dua raka’at dengan memakai sorban lebih baik dibandingkan solat 70 raka’at, tanpa sorban” (HR Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus sebagaimana yang disebutkan oleh As-Suyuthiy dalam Al-Jami’ Ash-Shoghir) • Hadits ini maudhu’ (palsu), sebagaimana yang dijelaskan oleh Syeikh AlAlbaniy dalam Adh-Dho’ifah (128), “Hadits ini palsu”. Selanjutnya, beliau juga komentari ulang hadits ini dalam Adh-Dho’ifah (5699).
Sujud Menyentuh Tanah • Seorang ketika sujud dalam solat, boleh ia memakai alas. Menyentuhkan telapak tangan, dahi, dan anggota sujud lainnya ke tanah, ini tak ada keutamaan tertentu baginya. Adapun hadits berikut:
ِ ﺎﺷﺮ ﺑِ َﻜ ﱠﻔﻴ ِ إِذَا ﺳﺠ َﺪ أَﺣ ُﺪ ُﻛﻢ ﻓَـﻠْﻴﺒ ض َﻋ َﺴﻰ اﷲُ أَ ْن ﻳَـ ُﻔ ﱠ َ ﻚ َﻋ ْﻨﻪُ اﻟْﻐُ ﱠﻞ ﻳَـ ْﻮَم اﻟْ ِﻘﻴَ َﺎﻣ ِﺔ ر اﻷ ﻪ ْ َ ْ ْ ْ َُ ْ َ َ َ
• “Jika seorang diantara kalian bersujud, maka hendaknya ia menyentuhkan kedua telapak tangannya ke tanah, semoga Allah melepaskan belenggu darinya pada hari kiamat”. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Ausath (6/58)] • Hadits ini adalah dho’if (lemah), tidak boleh dijadikan hujjah, karena di dalamnya ada rawi bermasalah iaitu Ubaid bin Muhammad, seorang rawi yang memiliki hadits-hadits munkar [Al-Majma’ (2/311/no.2764)]. Dikeranakannya, Syeikh Al-Albaniy menggolongkan hadits ini lemah dalam Adh-Dho’ifah (2624)
Berdzikir dengan Tasbih • Nabi saw lazimnya berdzikir dengan jari-jemarinya.
ِ َ ض َر اﻷ ﻪ ﺘ ﺘ ﺒ ـ ﻧ أ ﺎ ﻣ و ض َر اﻷ ﻪ ْ ْ ْ َ ْأَﻓ ُ ْ ُ ََْ َ َ ُ ْ ﻀ َﻞ َﻣﺎ ﻳُ ْﺴ َﺠ ُﺪ َﻋﻠَْﻴ
ﻧِ ْﻌ َﻢ اﻟْ ُﻤ َﺬ ﱢﻛ ُﺮ اﻟ ﱡﺴْﺒ َﺤﺔُ َوإِ ﱠن
• “Sebaik-baik pengingat adalah alat tasbih. Sesungguhnya sesuatu yang paling afdhol untuk ditempati bersujud adalah tanah dan sesuatu yang ditumbuhkan oleh tanah”. [HR Ad-Dailamiy dalam al-Mukhtashar (4/98)] • Hadits ini adalah hadits yang palsu sebagaimana yang dinyatakan oleh Syeikh Al-Albaniy dalam Adh-Dho’ifah (83), karena adanya rawi-rawi yang majhul. Selain itu hadits ini secara makna adalah batil, sebab tasbih tidak ada di zaman Nabi saw.
Bersedihlah Ketika Membaca Al-Qur’an • Ketika membaca Al-Qur’an memang kita dianjurkan untuk bersedih sebagai hasil renungan dan tadabbur makna-makna ayat sebagaimana yang dijelaskan dalam sunnah. Sekalipun sebagian makna hadits di bawah ini benar, namun ia bukan hujjah dalam hal ini, karena kelemahan hadits ini.
ِا ٍ ِ ِ ِ ﱠ ْﺤ ْﺰ ِن ﻟ ﺎ ﺑ ل ﺰ ـ ﻧ ﻪ ﻧ ﺈ ﻓ ن ﺰ ﺤ ﺑ ن آ ﺮ ﻘ ْ ﻟ ا ا و ؤ ﺮ ـ ﻗ َ ْ َ ُ َ َ ُ ُْ ْ ْ َ َ ُ ُ
• “Bacalah Al-Qur’an dengan perasaan sedih, karena dia turun dengan kesedihan”. [HR. Al-Khollal dalam Al-Amr Bil Ma’ruf (20/2) dan Abu Sa’id Al-A’robiy dalam Mu’jam-nya (124/1)]. • Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Uwain bin Amr Al-Qoisiy, dia adalah seorang yang mungkarul hadits lagi majhul menurut Al-Bukhari. Selain itu juga ada rawi yang bernama Ismail bin Saif, dia adalah seorang yang biasa mencuri hadits, dan meriwatkan hadits yang lemah dari orang-orang yang tsiqoh. Tak heran jika Al-Albaniy menyatakan hadits ini dho’if jiddan (lemah sekali) dalam kitabnya Adh-Dho’ifah (2523)
Siapa yang Adzan, itu yang Iqamat • “Barangsiapa yang adzan, maka dialah yang iqamat”. [HR. Abud Dawud (514), At-Tirmidziy (199), dan lainnya] • Hadits ini lemah karena berasal dari Abdurrahman bin Ziyad Al-Afriqiy. Dia lemah hafalannya. Sebab itu Al-Albaniy melemahkannya dalam Adh-dho'ifah (no. 35) dan Al-Irwa’ (237). • Syeikh Al-Albaniy berkata dalam Adh-dho'ifah (1/110), “Di antara dampak negatif hadits ini, dia merupakan sebab timbul perselisihan di antara orang-orang yang mahu solat, sebagaimana hal itu sering terjadi. Iaitu ketika tukang adzan terlambat masuk masjid karena ada udzur, sebagian orang yang hadir ingin mengiqamati solat, maka tak ada seorang pun di antara mereka kecuali ia menghalanginya seraya berhujjah dengan hadits ini. Orang miskin ini tidaklah tahu kalau haditsnya lemah, tidak boleh mengasalkannya kepada Nabi saw, terlebih lagi melarang orang bersegera menuju ketaatan kepada Allah swt, iaitu mengiqamati solat”.
Perselisihan umatku adalah suatu rahmat • Ada juga hadis palsu yang menggalakkan permusuhan dan berselisihan. Malah ia menggagap ia sebagai suatu rahmat yang harus dikejar oleh ummat Islam.
ٌف أُﱠﻣ ِ ْﱵ َر ْﲪَﺔ ُ َاﺧﺘِﻼ ْ
Perselisihan umatku adalah suatu rahmat. • Tidak ada asalnya. Para pakar hadits telah berusaha untuk mendapatkan sanadnya, tetapi mereka tidak mendapatkannya, sehingga al-Hafizh asSuyuthi berkata dalam al-Jami’ ash-Shaghir: “Barangkali saja hadits ini dikeluarkan dalam sebagian kitab ulama yang belum sampai kepada kita!” Syeikh al-Albani berkata, “Menurutku ini sangat jauh sekali, karena konsekuensinya bahwa ada sebagian hadits rasulullah saw yang luput dari umat islam. Hal ini tidak layak diyakini seorang muslim”
Tuntutlah Ilmu ke Negeri China • Diantara hadits dho’if yang masyhur yang sering digunakan dalam mendorong manusia untuk menuntut ilmu walau dibumi mana saja..
اﻃﻠﺒﻮا اﻟﻌﻠﻢ وﻟﻮ ﺑﺎﻟﺼﻴﻦ
Tuntutlah Ilmu walaupun sehingga ke Negeri China.” • [HR. Ibnu Addi dalam Al-Kamil (207/2), Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbihan (2/106), Al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (9/364), Al-Baihaqiy dalam AlMadkhol (241/324), Ibnu Abdil Barr dalam Al-Jami’ (1/7-8), dan lainnya, semuanya dari jalur Al-Hasan bin ‘Athiyah, ia berkata, Abu ‘Atikah Thorif bin Sulaiman telah menceritakan kami dari Anas secara marfu’]. • Ini adalah hadits dho'if jiddan (lemah sekali), bahkan sebagian ahli hadits menghukuminya sebagai hadits batil, tidak ada asalnya. Ibnul Jauziy berkata dalam Al-Maudhu’at (1/215) berkata, ‘’Ibnu Hibban berkata, hadits ini batil, tidak ada asalnya’’. Oleh karena ini, Syeikh Al-Albaniy menilai hadits ini sebagai hadits batil dan lemah dalam Adh-dho'ifah (416).
BERAMAL UNTUK DUNIAMU ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ ﱠ َ َ ت َﻏ ًﺪا ﻮ ﲤ ﻚ ﻧ ﺄ ﻛ ﻚ ﺗ ﺮ ﺧ ﻵ ﻞ ﻤ اﻋ و , ا ﺪ َﺑ أ ﺶ ﻴ ﻌ ﺗ ﻚ ﻧ ﺄ ﻛ ﺎك ﻴ ـ ﻧ ﺪ ﻟ ﻞ ﻤ ﻋ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ً َ ُ ْ َ َ َ َْ ُ ْ َ ْ ا
Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup akan selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok. • Ini bukanlah perkataan Nabi saw walaupun masyhur di lisan kebanyakan muballigh di zaman ini. Mereka menyangka bahwa ini adalah hadits Nabi saw. Sangkaan seperti ini tidaklah muncul dari mereka, kecuali karena kebodohan mereka tentang hadits. Di samping itu, mereka hanya “mencuri dengar” dari kebanyakan manusia, tanpa melihat sisi keabsahannya. • Hadits ini diriwayatkan dua sahabat. Namun kedua hadits tersebut lemah, karena di dalamnya terdapat inqitho’(keterputusan) antara rawi dari sahabat dengan sahabat Abdullah bin Amer. Satunya lagi, Cuma disebutkan oleh AlQurthubiy, tanpa sanad. Oleh karena itu, Syeikh Al-Albaniy mendho’ifkan (melemahkan) hadits ini dalam Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah (no. 8)
Surat Yasin Hatinya Al-Qur’an • Banyak hadits-hadits yang tersebar di kalangan masyarakat menjelaskan keutamaan-keutamaan sebagian surat-surat al-Qur’an. Namun kebanyakan di antara hadits berkenaannya lemah, bahkan palsu.
ﻣﻦ ﻗﺮأﻫﺎ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﻗﺮأ اﻟﻘﺮآن ﻋﺸﺮ ﻣﺮات, ( وإن ﻗﻠﺐ اﻟﻘﺮآن )ﻳﺲ,إن ﻟﻜﻞ ﺷﻲء ﻗﻠﺒﺎ
• Sesungguhnya segala sesuatu memiliki hati, sedang hatinya al-Qur’an adalah Surat Yasin. Barang siapa yang membacanya, maka seakan-akan ia telah membaca al-Qur’an sebanyak 10 kali. [HR. At-Tirmidziy dalam As-Sunan (4/46), dan Ad-Darimiy dalam Sunan-nya (2/456)] • Hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu), karena dalam sanadnya terdapat dua rawi hadits yang tertuduh dusta, iaitu: Harun Abu Muhammad, dan Muqotil bin Sulaiman. Karenanya, Ahli Hadits zaman ini, iaitu Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy menggolongkannya sebagai hadits palsu dalam kitabnya As-Silsilah Adh-Dho’ifah (no.169).
Perkara halal yang paling dibenci…. • Talaq adalah solusi terakhir ketika terjadi pertikaian yang parah antara suamiistri setelah melalui proses yang panjang berupa nasihat, dan usaha perbaikan lainnya. Jadi talaq adalah perkara yang halal yang tidak dibenci oleh Allah, jika dilakukan pada tempatnya. Adapun hadits yang menjelaskan bahwa talaq adalah perkara yang dibenci dalam segala hal, maka haditsnya dho’if sebagaimana perinciannya berikut ini:
ِ ﺾ اﻟْﺤ َﻼ ِل إِﻟَﻰ اﷲ َﻋ ﱠﺰَو َﺟ ﱠﻞ اﻟﻄﱠَﻼ ُق َ ُ َأَﺑْـﻐ
• “Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah -Azza wa Jalla- adalah talaq“. [HR. Abu Dawud (2178) dan Ibnu Majah (2018)] • Hadits ini adalah hadits yang mudhtharib(goncang) sanadnya sebagaimana yang anda boleh lihat penjelasannya dalam Al-Irwa’ (2040) karya Syeikh AlAlbaniy.
DO’A KELUAR TANDAS • Sebuah hadits yang menyebutkan do’a keluar tandas. Do’a ini banyak disebarkan dan dimasyurkan di sekolah Tadika. Ternyata haditsnya lemah sebagaimana dalam penjelasan berikut ini:
ِ ِ ِ ﱠ ﱠ َ ﱢﻲ ْاﻷَ َذى َو َﻋﺎﻓَﺎﻧِ ْﻲ ﻨ ﻋ ﺐ ﻫ ذ أ ي ﺬ ﻟ ا ﻪ ﻠ ْﺤ ْﻤ ُﺪ ﻟ ْ َ اﻟ َ َ َ َ ْ
• “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dariku gangguan (kotoran) ini, dan telah menyehatkan aku” [HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (301)] • Hadits ini adalah hadits yang dho’if, karena dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Ismail bin Muslim Al-Makkiy. Dia adalah seorang yang lemah haditsnya sebagaimana yang dinyatakan oleh Al-Hafizh dalam At-Taqrib. Hadits ini memiliki syahid dari riwayat Ibnu Sunniy dalam Amal Al-Yaum wal Lailah (29). Namun hadits ini juga lemah, karena ada seorang yang majhul dalam sanadnya, iaitu Al-Faidh. Hadits ini dilemahkan oleh Syeikh Al-Albaniy dalam Al-Irwa’ (53).
Bertaqwa di Masa Tua • Bertaqwa kepada Allah bukan hanya di masa tua.
ِ إِذَا أَﺗَﻰ َﻋﻠَﻰ اﻟْﻌ ْﺒ ِﺪ أَرﺑـﻌﻮ َن ﺳﻨَﺔً ﻳ ﺠ َ ﺐ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ أَ ْن ﻳَ َﺨ ُﺎف اﷲَ ﺗَـ َﻌﺎﻟَﻰ َوﻳَ ْﺤ َﺬ َرﻩ ُ َ َ ْ ُ َْ َ
• “Jika telah datang (lewat) 40 tahun pada diri seorang hamba, maka wajib baginya untuk takut dan khawatir kepada Allah swt”. [HR. Ad-Dailamiy dalam Al-Firdaus (1/89)] • Hadits ini palsu, karena ada rawi dalam sanadnya yang bernama Ahmad bin Nashr bin Abdillah yang dikenal dengan Adz-Dari’. Dia adalah seorang pemalsu hadits, pendusta, dan dajjal. Karenanya, Al-Albaniy Al-Atsariy menyatakannya palsu dalam Adh-Dho’ifah (2200)
Minum Sisa Minuman Saudara Tanda Tawadhu’ ِﺎﱃ رﻓ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ﺖ ﻟَ ُﻪ ﻌ ﻌ ـ ﺗ اﷲ ﻪ ﺟ و ﺎء ﻐ ﺘ اﺑ ﻪ ﻴ َﺧ أ ر ﺆ ﺳ ﻦ ﻣ ب ﺮ ﺷ ﻦ ﻣ و ﻪ ﻴ َﺧ أ ر ﺆ ﺳ ﻦ ﻣ ﻞ ﺟ ﺮ اﻟ ب ﺮ ﺸ ﻳ ن أ ﻊ اﺿ ﱠﻮ ـ ﺘ اﻟ ﻦ ﻣ ِ َ ْ ﱠ ُ َ َ ْ َ ُ ََ ْ َ َ َ ْ ْ ُْ ْ َ َ ْ ََ ْ ُْ ْ ُ ُ َ َْ َ ِﺳﺒـﻌﻮ َن درﺟﺔً وُِﳏﻴﺖ ﻋْﻨﻪ ﺳﺒـﻌﻮ َن ﺧ ِﻄﻴﺌﺔً وُﻛﺘ ًﺐ ﻟَﻪُ َﺳْﺒـﻌُ ْﻮ َن َد َر َﺟﺔ َ َ َْ َ ْ ُ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ
“Di antara bentuk ketawadhu’an, seorang mau meminum sisa minuman saudaranya. Barangsiapa yang meminum sisa minum saudaranya, karena mencari wajah Allah SWT, maka akan diangkat derajatnya sebanyak 70 derajat, dan akan dihapuskan 70 kesalahan darinya, serta dituliskan baginya 70 derajat.” [HR Ad-Daruqutniy sebagaimana dalam Al-Maudhu'at (3/40) karya Ibnul Juaziy] • Hadits ini adalah hadits yang palsu karena ada seorang rawi yang bernama Nuh bin Abi Maryam, dia adalah seorang yang tertuduh dusta. Selain itu hadits ini semakin lemah karena Ibnu Juraij (seorang rawi dalam hadits ini) adalah seorang yang mudallis, sedangkan ia meriwayatkannya secara mu’an’anah (menggunakan lafadz dari). Demikian penjelasan Syeikh Al-Albaniy secara ringkas dalam kitabnya Adh-Dho’ifah (79).
Kisah Nabi Idris bersama Malaikat Maut
• Disana ada sebuah kisah palsu yang dinisbahkan secara dusta kepada Nabi Idris as. Saking masyhurnya kisah ini, banyak penulis, dan majalah: “Sesungguhnya Nabi Idris -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dulu berteman dengan Malaikat Maut. Lalu ia pun meminta kepadanya agar diperlihatkan surga dan neraka. Maka idris pun naik (ke langit), lalu Malaikat Maut memperlihatkan neraka kepadanya. Lalu Idris kaget sehingga hampir pinsang. Maka Malaikat Maut mengelilingkan sayapnya pada Idris seraya berkata, “Bukankah engkau telah melihatnya?” Idris berkata, “Ya, sama sekali aku belum pernah melihatnya seperti hari ini”. Kemudian, Malaikat Maut membawanya sampai ia memperlihatkan surga kepada Nabi Idris seraya masuk ke dalamnya. Malaikat Maut berkata, “Pergilah, sesungguhnya engkau telah melihatnya”. “Kemana?”, tanya Idris. “Ke tempatmu semula”, jawab Malaikat Maut. “Tidak ! Demi Allah, aku tak akan keluar setelah aku memasukinya”, tukas Idris. Lalu dikatakanlah kepada Malaikat Maut, “Bukankah engkau yang telah memasukkannya? Sesungguhnya seorang yang telah memasukinya tidak boleh keluar darinya“. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Mu’jam Al-Ausath (2/177/1/7406)] • Hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu), karena dalam sanadnya terdapat rawi yang tertuduh dusta, iaitu Ibrahim bin Abdullah bin Khalid Al-Mishshishiy. Sebab itu, hadits ini dicantumkan oleh Syeikh Al-Albaniy dalam kumpulan hadits-hadits palsu di dalam kitabnyaAdh-Dho’ifah (339).
Sekitar Masaalah Wudhu’ dan Solat • Berwudhu’ disertai dengan mengusap tengkuk merupakan hadits palsu.
اﻟﺮﻗَـﺒَ ِﺔ أ ََﻣﺎ ٌن ِﻣ َﻦ اﻟْﻐِ ﱢﻞ َ َﻣ ْﺴ ُﺢ
“Mengusap tengkuk merupakan pelindung dari penyakit dengki”. • An-Nawawiy berkata dalam Al-Majmu’ (1/45), “Ini adalah hadits palsu..” • Syeikh Al-Albaniy berkata, “Hadits ini palsu”. [Adh-Dho’ifah (1/167)]
ﻣﻦ ﺗﻜﻠﻢ ﺑﻜﻼم اﻟﺪﻧﻴﺎ ﰲ اﳌﺴﺠﺪ ﻓﻘﺪ اﺣﺒﻂ اﷲ ﻋﻤﻠﻪ أرﺑﻌﲔ ﺳﻨﺔ
Sesiapa yang bercakap mengenai urusan dunia di masjid, maka sia-sialah amalannya selama empat puluh tahun.
ﻣﻦ ﻗﺎ م ﻟﻴﻠﱵ اﻟﻌﻴﺪﻳﻦ ﳏﺘﺴﺒﺎ ﷲ ﱂ ﳝﺖ ﻗﻠﺒﻪ ﻳﻮ م ﲤﻮت
Barang siapa menyamarakkan malam dua hari raya hanya semata-mata mengharap ridha Allah, maka hatinya tidak akan mati di hari ketika manusia mati. • Hadis ini sangat dho’if. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dengan sanad dari Buqayah bin alWalid, dari Tsur bin Yazid dari Khalid bin Ma’dan, dari Abu Umamlah r.a, sanad riwayat ini dho’if dikarenakan Buqayah dikenal sebagai orang yang suka mencampur adukkan perawi, dengan demikian yang dinyatakan al-Hafizh al-Iraqi dalam Tahrij al-Ihya-nya.
CONTOH KAJIAN HADITS DHO’IF
CONTOH KAJIAN HADITS DHO'IF : SOLAT HAJAT • Antara hadis-hadis lemah yang menjadi hujjah dan alasan kepada mereka yang melakukan solat hajat ialah:
ِ أَو إِ َﱃ أَﺣ ٍﺪ، ًاﷲ ﺣﺎﺟﺔ ِ ﻣﻦ َﻛﺎﻧَﺖ ﻟَﻪ إِ َﱃ:اﷲ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ِ ﺎل رﺳﻮ ُل ِ ، آد َم ﲏ ﺑ ﻦ ﻣ َ َ• ﻗ ْ َ َْ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﱠﱯ ﻨ اﻟ ﻰ ﻠ ﻋ ﻞ ﺼ ﻴ ﻟ و اﷲ ﻰ ﻠ ﻋ ﻦ ﺜ ﻴ ﻟ ا ﰒ ، ﲔ ـ ﺘ ﻌ ﻛ ر ﻞ ﺼ ﻴ ﻟ ﰒ ، ء ﻮ ﺿ ﻮ ﻟ ا ﻦ ﺴ ﺿﺎﱡ َوﻟْﻴُ ْﺤ ْ ْ ُﱠ ُﱠ َ َ ْ ْ َ ﻓَـ ْﻠﻴَﺘَـ َﻮ َ َُ َﱢ َ ُ ْ ََ َ ُ ُِ ْ َ ِ ُ َ ﱢ ﱢ َ ِ ِ اَ ْﳊﻤ ُﺪ،ب اﻟْﻌﺮ ِش اﻟْﻌ ِﻈﻴ ِﻢ ِ ﺳﺒﺤﺎ َن، اﳊﻠِﻴﻢ اﻟْ َﻜ ِﺮْﱘ ﱠ ﱠ ب ر اﷲ اﷲ ﻻ ا ﻪ ﻟ ا ﻻ : ﻞ ﻘ ـ ﻴ ﻟ ﰒ ، ﻢ ْ ُﱠ َ ﷲ َر ﱢ ﱢ َ ُ ُ ْ َ ِ ْ َ ْ َ َ ِ ِ َ ْ ُ ِ ِ ِ ُ ْ َ ُ ِ َِ ِ ْ َ َِ َو َﺳﻠ أ،ﲔ اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ َ ﻻ، َواﻟ ﱠﺴﻼََﻣﺔَ ﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ إِ ٍْﰒ، َواﻟْﻐَﻨْﻴ َﻤﺔَ ﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ ﺑِﱟﺮ، ﻚ َ َو َﻋَﺰاﺋ ِﻢ َﻣ ْﻐﻔَﺮﺗ، ﻚ َ ﻚ ُﻣ ْﻮﺟﺒَﺎت َر ْﲪَﺘ َ َُﺳﺄَﻟ ْ َ ْ ِ ِ ِ ِ ِِﻀﻴﺘَـﻬﺎ ﻳﺎ أَرﺣﻢ اﻟﱠﺮ ﱠ ﱠ ﱠ ﲔ ﲪ ﻗ ﻻ ا ﺎ ﺿ ر ﻚ ﻟ ﻲ ﻫ ﺔ ﺎﺟ ﺣ ﻻ و ، ﻪ ﺘ ﺟ ﺮ ـ ﻓ ﻻ ا Ƣ ŷ ﻻ و ، ﻪ ﺗ ﺮ ﻔ ﻏ ﻻ č َ È َ َ َ ُ َْ َ ﺗَ َﺪ ْع ِ ْﱄ َذﻧْـﺒًﺎ ا َ ْ َ َ ْ َ َ َْ َ ً َ َ َ ً َ َ َ َ ُ َ ْ ََ
• “Dari Abdullah bin Abi Auf, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: Barangsiapa yang mempunyai hajat kepada Allah atau kepada salah seorang dari Hani Adam (manusia), maka hendakIah ia berwuduk serta menyempurnakan (membaguskan) wuduknya, kemudian soIat hajat dua rakaat. Setelah selesai solat hajat hendaklah ia menyanjung Allah dan berselawat kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian membaca do’a hajat…”.
CONTOH KAJIAN HADITS DHO'IF : SOLAT HAJAT • Menurut ulama hadits, hadits di atas ini lemah(dho'if ). Dikeluarkan oleh Imam Tirmizi, Imam Hakim dan yang lainnya. Kelemahan hadits tersebut disebabkan oleh Faaid bin Abdullahrahman Abu al-Waruqa, dari Abdullah bin Abi Aufa secara marfu'. Didapati sanad hadits ini sangat lemah kerana terdapat kelemahan terhadap Faaid bin Abdurrahman oleh sejumlah besar Muhadditsin. • Menurut Imam al-Bukhari (dan para Muhadditsin lainnya) bahawa: “Semua para rawi yang telah aku jelaskan tentang hadis solat hajat padanya mungkarul hadis, maka tidak boleh diterima riwayatnya”. (Mizanul I’tidal, Jld. 1. Hlm. 6) • Berkata Abdullah bin Ahmad dari bapanya (Imam Ahmad rahimahullah), bahawa hadis ini termasuk “Mungkarul hadis” ﻣﻨﻜﺮ اﳊﺪﻳﺚatau orang yang ditinggalkan (tidak boleh dipakai) hadisnya.
CONTOH KAJIAN HADITS DHO'IF : SOLAT HAJAT • Berkata Imam Ibnu Ma'in: Dho'if dan bukan orang yang tsiqah. • Berkata Imam Abu Daud: Tidak berguna(bermakna lemah/perawi lemah). • Berkata Imam Nasa’i: Perawi yang tidak tsiqah • Berkata Imam Abu Hatim: Hadis-hadis dari Ibn Abi Aufa batil (Faaid bin Abdurrahman meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Abi Aufa), maka hadisnya batil. • Berkata Imam al-Hakim: Faaid bin Abdurrahman meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Abi Aufa dan hadis-hadisnya adalah maudu’ (palsu). • Berkata Ibn Hibban: Mungkarul hadits (hadits mungkar). • Berkata Imam Bukhari: Mungkarul hadits • Dengan keterangan ini, jelaslah bahawa hadis tentang solat hajat sangat lemah kerana telah lemahkan oleh ramai ulama hadis, malah menurut sebahagian besar ahli hadis (ulama hadis/muhaddis) ia adalah hadis palsu, mungkar atau matruk (ditinggalkan).
CONTOH HADITS DHO'IF : KEISTIMEWAAN RAMADHAN
ِ أَﱠو ُل َﺷﻬ ِﺮ رﻣﻀﺎ َن ر ْﲪﺔٌ وأَوﺳﻄُﻪ ﻣ ْﻐ ِﻔﺮةٌ و آﺧ ُﺮﻩُ ِﻋْﺘ ٌﻖ ِﻣ َﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ََ ْ
Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya keampunan dan akhirnya ialah pembebasan dari Neraka • Hadits ini sanadnya Dho'if, karena lemahnya Ali bin Zaid • Berkata Ibnu Sa’ad: "Di dalamnya ada kelemahan dan jangan berhujjah dengannya." • Berkata Imam Ahmad bin Hanbal: "Tidak kuat" • Berkata Ibnu Ma’in: "Dho'if" • Berkata Ibnu Abi khaitsamah: "Lemah di segala penjuru" • Berkata Ibnu Khuzaimah: "Jangan berhujjah dengan hadits ini, kerana buruk hafalannya" • Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunya, Al-Khatib dan Ibn 'Asakir. Kata Al-Albani: Haditsnya sangat Dho'if.
PERBINCANGAN • Apakah Implikasi terhadap Agama Islam dengan kehadiran Hadits-Hadits Maudhu’ dan Dho’if • Bincangkan dan berikan 5 kesan Negatif dan 5 kesan positif (jika ada).