ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ INSTITUT PENGAJIAN TINGGI AL-ZUHRI DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM AL-ZUHRI HADITS 1 MINGGU PERTAMA 27 Mar 2014 / 6.30 PTG – 9.30 MLM
PENGENALAN HADITS DHO’IF DAN MAUDHU’
HADITS MAQBUL DAN HADITS MARDUD • Pembagian hadits yang ditinjau dari aspek kualitas, dapat diklasifikasikan menjadi 2 katogari iaitu. 1. Hadits Maqbul - hadits yang dapat diterima sebagai hujjah datau dalil serta dapat dijadikan sebagai landasan hukum. 2. Hadits Mardud (tertolak) - hadits yang ditolak, yang tidak di terima yang tidak dapat dijadikan sebagai hujjah ataupun dalil oleh para ulama sebagai sumber rujukan hukum atas beberapa sebab.
HADITS MAQBUL DAN hadits MARDUD 1. Hadits Maqbul - Para ulama membagi hadits maqbul menjadi dua, hadits Shahih dan hadits Hasan. Kedua hadits ini mempunyai definisi dan kriteria sebagai berikut: A. Hadits Shahih - Hadits yang memiliki kriteria hadits maqbul. Adapun kriteria ataupun syarat hadits maqbul, adalah: a. Bersambungnya sanad (ittisol sanad), tiap perawi hendaknya mendengarkan hadits secara langsung dari perawi yang berada di atasnya, demikian seterusnya hingga sampai pada puncak sanad. b. Perawinya memiliki sifat adil (‘adalah) iaitu satu potensi yang dapat menjaga seseorang untuk dapat kontinyu dalam bertakwa dan mampu menjaga kewibawaan dan muru’ahnya (perilaku).
HADITS MAQBUL DAN HADITS MARDUD c.
Memiliki hafalan yang sempurna (dhobt), seorang perawi mampu meriwayatkan kembali hadits-hadits yang pernah ia hafal secara spontan tanpa ada perubahan dari apa yang pernah didengar. Dhobt dibagi dua, dhobt as-shodr dan dhobt al-kitab. Apabila seorang perawi dalam meriwayatkan hadits bertumpu pada hafalannya maka dinamakan dhobt asshodr, namun jika berpegang pada tulisan yang pernah ia tulis dalam lembaran-lembaran yang berusaha dijaga hingga tidak terjadi perubahan pada tulisan tersebut maka dinamakan dengan dhobt al-kitab. d. Tidak janggal (syadz), hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang tsiqah (terpercaya) tidak berlawanan substansinya dengan riwayat hadits yang lebih tsiqah. e. Tidak terdapat cacat (‘illat), iaitu satu penyakit yang tersembunyi dalam teks maupun sanad hadits yang dapat merusak kesempurnaan hadits.
HADITS MAQBUL DAN hadits MARDUD B. Hadits Hasan - Pengertiannya tidak jauh beda dengan hadits shahih. Dalam banyak sisinya terdapat kesamaan, hanya berbeda pada syarat yang ketiga (dhobt). Kualitas hafalan perawi hadits hasan, tidak sesempurna hafalan perawi hadits shahih atau sedikit berada di bawahnya. hadits hasan dapat dijadikan sebagai landasan hukum kerana masih termasuk hadits maqbul. hadits Hasan dibagi menjadi dua, iaitu: a. Hadits Hasan Li dzatihi : ia adalah hadits yang menjadi shahih atau hasan kerana syarat dan kriterianya terpenuhi secara tersendiri (internal) bukan kerana faktor lain. b. Hadits Hasan li ghoirihi adalah hadits Dhaif yang tidak parah kedho’ifannya dan diriwayatkan di jalan lain dengan kualitas sanad yang sederajat atau lebih tinggi.
HADITS MAQBUL DAN hadits MARDUD()ﻣﺮدود 2. Hadits Mardud (tertolak) - Hadits yang tidak memenuhi kriteria hadits maqbul (hasan ataupun shahih). Sekalipun dhaif(lemah) namun kualitas kedhaifan sebuah hadits terkadang bervariasi, ada yang ringan, sedang, dan ada pula yang tergolong parah. Dikeranakan kualitas hadits dhaif bertingkattingkat, maka para ulama berbeda pendapat dalam permasalahan, samada boleh tidaknya melakukan sebuah amalan ibadah dengan berdalil menggunakan hadits Dhaif. • HADITS DHAIF • Makna Dhaif dari sudut bahasa bererti lemah, lawan kepada kuat. • Makna dari sudut Istilahan, hadits Dhaif adalah sesebuah hadits yang tidak memenuhi syarat untuk diterima atau tidak mencapai taraf hadits Sahih dan Hasan, ia merupakan hadits yang gugur satu atau lebih syarat-syarat maqbul. • Dengan kata lain, suatu hadits yang terputus sanadnya atau diantara rawirawinya ada yang bercacat (illat).
CIRI-CIRI HADITS DHAIF • Pada dasarnya hadits Dhaif termasuk kategori hadits Mardud yang ditolak oleh para ulama sebagai sumber rujukan hukum atas beberapa sebab. Terdapat beberapa ciri-ciri untuk mengenal hadits Dhaif diantaranya: 1. Kelemahan kepada Perawi a. Dusta dan ia lebih dikenali dengan hadits Maudhu'. b. Tertuduh dusta dan dikenali dengan hadits Matruk. c. Fasik, banyak salah dan lemah dalam menghafaz. d. Banyak prasangka atau sangka buruk. e. Menyalahi riwayat orang yang lebih thiqah atau dipercayai. f. Tidak diketahui identitinya dan dikenali dengan hadits Mubham. g. Penganut Bid'ah dan dikira hadits Mardud. h. Tidak baik hafalannya dan dikira hadits Syaz dan Mukhtalith.
CIRI-CIRI HADITS DHAIF 2. Sanadnya Tidak Bersambung a. Jika sanad pertamanya digugurkan, ia disebut hadits Mu'allaq. b. Jika sanad terakhirnya, iaitu kalangan Sahabat digugurkan ia disebut hadits Mursal. c. Jika 2 sanad atau lebih digugurkan secara berturut-turut, ia disebut hadits Mu'dhal. d. Jika sanadnya tidak berturut-turut, ia disebut hadits Munqati'. 3. Matan atau kandungan haditsnya bermasaalah a. Hadits yang dianggap dhaif berdasarkan matannya, digelar hadits Mauquf dan hadits Maqtu‘ Secara keseluruhannya : Hadits Dhaif tidaklah dianggap sebagai rusak atau palsu keseluruhannya, Cuma dari sudut statusnya, sangat diragui sama ada ia sebuah hadits yang dapat diterima atau tidak.
CONTOH HADITS DHAIF • Hadits Dhaif boleh dibagi kepada 2 katogari : 1. Dhaif yang sangat lemah 2. Dhaif yang tidak terlalu lemah • Dalam dua tingkatan ini, terdapat dua macam keadaan yang menyebabkan sesuatu hadits itu lemah, iaitu: 1. Putus sanadnya 2. Tercacat seorang rawi atau beberapa rawinya. • YANG PUTUS SANADNYA • Hadits yang teranggap lemah karena putus (gugur, tidak tersebut) sanadnya itu ada 9 macam, dan masing-masing mempunyai nama tersendiri, seperti:
Klasifikasi Hadits Dhoif Berdasarkan Gugurnya Rawi Pada Sanad
JENIS HADITS YANG GUGUR RAWI PADA SANAD • hadits yang teranggap lemah karena putus (gugur, tidak tersebut) sanadnya itu ada 9 macam, dan masing-masing mempunyai nama tersendiri, seperti: 1. Al-Mu'allaq (yang digantungkan) ()اﻟﻣﻌﻠق 2. Al-Mu'dlal (tempat yang memberatkan)()اﻟﻣﻌﺿل 3. Al-Munqathi (yang terputus) ()اﻟﻣﻧﻘطﻊ 4. Al-Mudallas (yang disembunyikan cacatnya) ()اﻟﻣدﻟس 5. Al-Mursal ()اﻟﻣرﺳل 6. Al-Mursalul-Jali ()اﻟﻣرﺳل اﻟﺟﻠﻰ 7. Al-Mursalul-khafi ()اﻟﻣرﺳل اﻟﺧﻔﻰ 8. Al-Mu-annan ()اﻟﻣ َُؤ ّﻧن 9. Al-Mu'an'an (ﻧﻌن َ )اﻟﻣ َُﻌ
1. AL-MU'ALLAQ ( ) اﻟﻤﻌﻠﻖ
• Al-Mu'allaq artinya: yang digantungkan atau yang tergantung. • hadits yang dari permulaan sanadnya gugur seorang rawi atau lebih, dengan berturut-turut. Contoh : Berkata Abu 'Isa: Dan sesungguhnya telah diriwayatkan dari 'Aisyah, dari Nabi saw. beliau bersabda: "Barangsiapa shalat sesudah Maghrib, duapuluh raka'at, Allah akan mendirikan baginya sebuah rumah di surga” • Penjelasan Sanad hadits ini : Abu 'Isa (At-Tirmidzi) => ? => ? => ? => Aisyah ra => Rasulullah saw • Tirmidzi(279H) tidak bertemu dan tidak sezaman dengan Aisyah ra(57H) Antara kedua-duanya itu ada beberapa orang rawi lagi. Karena tidak disebut rawi-rawinya ini, maka dinamakan dia gugur, seolah-olah hadits itu tergantung. Karena itulah dinamakan Mu'allaq.
1. AL-MU'ALLAQ ( ) اﻟﻤﻌﻠﻖ
• Setiap hadits Mu'allaq, dihukumkan lemah, oleh sebab yang demikian, pada dasarnya, hadits tersebut tidak boleh dipakai. • Di dalam kitab Bukhari terdapat 1341 hadits Mu'allaq. Dalam Shahih Muslim juga terdapat sedikit. hadits-hadits Mu'allaq yang ada dalam kedua-dua kitab ini, terbagi kepada tiga macam: A. Ada yang Mu'allaq dengan shighat jazm, iaitu dengan lafazh yang menetapkan, seperti: • ( ) َﻗﺎ َلartinya: ia telah berkata. • ( ) أَ َﻣ َرartinya: ia telah memerintah. • ( ) َﻓ َﻌ َلartinya: ia telah mengerjakan. • ( ) َذ َﻛ َرartinya: ia telah menyebut B. Ada yang Mu'allaq, tetapi di lain tempat ia Maushul, yakni bersanad terus, tidak putus.
1. AL-MU'ALLAQ ( ) اﻟﻤﻌﻠﻖ
C. Ada yang Mu'allaq dengan shighat Tamridh yang tidak menunjukkan kepada ketentuan, seperti : • ( ُروى َ ) ﯾartinya: diriwayatkan. • ( ) ﯾُﺣْ َﻛﻰartinya: diceritakan. • ( ) ﯾُذ َﻛ ُرartinya: disebut. • ( ﻼن ٍ ُ ) ُذ ِﻛ َر ﻋن ﻓartinya: telah disebut dari si fulan. • ( ) ُﺣ ِﻛ َﻲartinya: telah diceritakan. • Maka yang bersambung sanadnya di lain bab atau tempat, dan yang memakai shighat jazm, adalah sah riwayatnya. • Adapun yang bershighat Tamridh seperti diatas ini, hukumnya lemah yang tidak sangat, karena ia tersebut dalam dua kitab yang sudah diakui keshahannya oleh rata-rata ulama Islam.
2. AL-MU'-DLAL ()اﻟﻤﻌﻀﻞ • Mu'dlal artinya: tempat memberatkan atau tempat melemahkan. • Menurut makna istilah ialah hadits yang di tengah sanadnya gugur dua rawi atau lebih dengan berturut-turut". • Contoh : (Berkata Asy-Syafi’i) : Telah mengkhabarkan kepada kami, Sa'id bin Salim, dari Ibnu Juraij, bahwa adalah Nabi saw. apabila melihat Baitullah, beliau mengangkat kedua tangannya Syafi'i = > Sa'id bin Salim = > Ibnu Juraij => ? ? => Rasulullah saw • Ibnu Juraij tersebut, tidak sezaman dengan Nabi, bahkan masanya itu di bawah Tabi’in; dia disebut Tabi’ut-Tabi’in, iaitu pengikut Tabi’in. Jadi diantara dia dengan Rasulullah saw ada dua orang perantara, iaitu Tabi’in dan Sahabat. Dikarenakan kedua-dua orang ini tidak disebut di dalam sanad itu, maka riwayat di atas dikatakan Mu’dlal. • hadits Mu'dlal itu hukumnya lemah, yakni tidak boleh dipakai untuk menetapkan sesuatu hukum atau kejadian.
3. AL-MUN‘QATHI’ ()اﻟﻤﻨﻘﻄﻊ • Munqathi' artinya: yang terputus. • Makna Munqathi' dari sudut istilahan bermaksud, satu hadits yang di tengahtengah sanadnya, gugur seorang rawi atau beberapa rawi, tetapi tidak berturut-turut.” Contoh gugur seorang rawi : Berkata Ahmad bin Syu'aib: Telah mengkhabarkan kepada kami. Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami. Abu 'Awanah, telah menceritakan kepada kami, Hisyam bin 'Urwah, dari Fatimah binti Mundzir, dari Ummi Salamah, ummil-Mu'minin, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw.: "Tidak menjadikan haram dari penyusuan, melainkan apa-apa yang sampai di pencernaan dari susu, dan adalah (teranggap hal ini) sebelum (anak) berhenti (dari minum susu)". (al-Muhalla 10:20) • Penjelasan Sanad hadits ini: • Ahmad bin Syu'aib = > Qutaibah bin Sa'id = > Abu 'Awanah = > Hisyam bin 'Urwah = > Fatimah binti Mundzir = > Ummu Salamah = > Rasul saw….
3. AL-MUN‘QATHI’ ()اﻟﻤﻨﻘﻄﻊ • Ahmad bin Syu'aib = > Qutaibah bin Sa'id = > Abu 'Awanah = > Hisyam bin 'Urwah = > Fatimah binti Mundzir => ? = > Ummu Salamah = > Rasul saw…. • Fathimah tidak mendengar hadits tersebut dari Ummu Salamah. • Waktu Ummu Salamah meninggal, Fathimah ketika itu masih kecil dan tidak bertemu dengannya. Jelas diantara Fathimah dan Ummu Salamah, ada seorang rawi yang gugur. Maka itu, hadits ini dinamakan Munqathi'. • hadits Munqathi' dihukumkan lemah dan ia tidak layak dipakai atau dijadikan hujjah sebagai sumber hukum. • Di antara ulama ada yang menamakan setiap hadits atau riwayat yang tidak bersambung sanadnya dengan hadits Munqathi. • Maka menurut pendapat ini, dalam sebutan "Munqathi" ini termasuk haditshadits: Mu'allaq, Mu'dlal yang telah lalu dan juga Mu'an'an, Muannan, Mudallas dan Mursal yang akan datang berikut ini.
4. AL-MUDALLAS ()اﻟﻤﺪﻟﺲ • Mudallas menurut bahasa artinya yang ditutup atau yang disamarkan. • hadits Mudallas ini ada dua macam: A. Mudallas Isnad B. Mudallas Syuyukh A. Mudallas Isnad • Mudallas Isnad adalah satu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari seorang yang ia bertemu atau sezaman dengannya, tetapi ia tidak mendengar hadits yang diriwayatkannya itu daripadanya, sedang ia meraguragukan, seolah-olah ia mendengar hadits itu daripadanya. • Contoh : Diriwayatkan oleh an-Nu'man bin Rasyid, dari Zuhri, dari 'Urwah, dari 'Aisyah, bahwa Rasulullah saw. tidak pernah sekali-kali memukul seorang perempuan, dan tidak juga seorang pelayan, melainkan jika ia berjihad dijalan Allah. (‘Ilalul-hadits 1:324)
4. AL-MUDALLAS ()اﻟﻤﺪﻟﺲ • Penjelasan sanad riwayat hadits ini: • An-Nu'man = > az-Zuhri <=> ? <=> ‘Urwah = > Aisyah = > Rasul saw…. • Melihat susunan sanad, dapat dikatakan, bahwa az-Zuhri mendengar riwayat itu dari 'Urwah dan memang lazimnya az-Zuhri meriwayatkan daripadanya. • Namun anggapan ini keliru, karena Imam Abu Hatim berkata: “Az-Zuhri tidak pernah mendengar hadits ini dari 'Urwah . Dan ini berarti, antara az-Zuhri dan 'Urwah ada seorang yang tidak disebut oleh az-Zuhri. • Karena az-Zuhri dan 'Urwah , keduanya hidup semasa dan saling bertemu, namun az-Zuhri tidak mendengarkan riwayat ini dari 'Urwah, tetapi ia mendengar dari rawi lain, maka tersamarlah sanadnya, sehingga orang menyangka az-Zuhri mendengar dari 'Urwah. Boleh jadi az-Zuhri yang menyamarkannya. • Riwayat ini dinamakan Mudallas, akan tetapi karena samarnya terjadi pada menyandarkan hadits (Isnad), maka dinamakan Mudallas Isnad.
4. AL-MUDALLAS ()اﻟﻤﺪﻟﺲ • Orang yang menyamarkan, iaitu seperti az-Zuhri, disebut Mudallis. • Perbuatan menyamarkan itu dalam Ilmu hadits dinamakan : Tadlis. • Hadits atau riwayat Mudallas dianggap sebagai lemah yang tidak boleh digunakan sebagai hujjah begitu juga Mudallas Syuyukh seperti dibawa ini. B. Mudallas Syuyukh • Syuyukh adalah jamak dari perkataan syeikh. Syeikh disini dimaksudkan dengan guru atau rawi. Mudallas Syuyukh ialah tadlis tentang rawi-rawi. Dalam ilmu hadits dimaksudkan seperti ini: Sebuah hadits yang didalam sanadnya, si perawi menyebutkan nama syeikh yang ia dengarkan hadits daripadanya dengan “sifat” yang tidak terkenal. “Sifat” di sini dimaksudkan dengan; nama, gelaran, pekerjaan, qabilah atau negeri yang disifatkan kepada seorang syeikh, dengan tujuan supaya hal keadaan yang sebenarnya tidak diketahui orang.
5. AL-MURSAL ()اﻟﻤﺮﺳﻞ • Al-Mursal artinya yang dilepaskan atau yang dilangsungkan. • Al-Mursal menurut ilmu hadits adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh seorang Tabi'in langsung dari Nabi saw dengan tidak menyebut nama orang yang menceritakan kepadanya. Jelasnya, dalam sanad itu, Tabi'in tidak menyebutkan nama orang yang mengkhabarkan hadits itu kepadanya, tetapi langsung menyebutkan Nabi saw saja. • Contohnya - Dari Malik dari 'Abdillah bin Abi Bakr bin Hazm, bahwa dalam surat yang Rasulullah saw tulis kepada 'Amr bin Hazm(tersebut) : "Bahwa tidak menyentuh al-Quran melainkan orang yang bersih". • Penjelasan susunan Sanad rawi-rawi hadits ini: Malik = > 'Abdullah bin Abi Bakr => ? = > Rasulullah saw…. • Abdullah bin Abi Bakr ini seorang Tabi'in, yang tidak bertemu dengan Nabi saw dan pastinya ada nama sahabat yang tidak disebut maka yang begini dinamakan Mursal.
5. AL-MURSAL ()اﻟﻤﺮﺳﻞ • Sungguhpun ada ulama berpendapat bahwa hadits Mursal ini boleh dijadikan dalil Agama, tetapi kebanyakan ahli ilmu hadits berpendirian bahawa hadits Mursal tidak boleh dipakai. • Tidak dapat dipastikan siapa yang digugurkan itu, apakah sahabat atau Tabi'in. Oleh karena itu, maka selayaknyalah hadits Mursal dianggap lemah • Tabi'in yang melangsungkan suatu hadits atau riwayat, disebut Mursil. • Perbuatan melangsungkan itu, dalam istilah dikatakan Irsal. 6. Al-Mursalul-Jali ()اﻟﻣرﺳل اﻟﺟﻠﻰ • Mursal di sini bermaksud, yang terputus. Jali artinya yang terang, yang nyata. • Mursal Jali bermaksud yang putus dengan nyata-nyata. • Mursal Jali dalam ilmu hadits bermaksud, suatu hadits yang diriwayatkan seorang rawi dari seorang syeikh, tetapi syeikh ini tidak sezaman dengannya.
5. AL-MURSALUL JALI ()اﻟﻤﺮﺳﻞ اﻟﺠﻠﻰ • Contoh : Abu Dawud berkata: Telah menceritakan kepada kami, Musaddad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Husyaim, dari Dawud bin 'Amr, dari Abdullah bin Abi Zakariya, dari Abid-Darda’, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw.: "Sesungguhnya kamu akan dipanggil pada hari Qiamat dengan nama-nama kamu dan dengan nama-nama bapak kamu. Oleh karena itu, perbaguslah nama-nama kamu". • Penjelasan susunan sanad rawi-rawi hadits ini: Abu Dawud = > Musaddad = > Husyaim = > Dawud bin 'Amr = > Abdullah bin Abi Zakariya => ? <= > Abud-Darda’= > Rasulullah saw…. • Sanad ini dikatakan putus, karena Abdullah (117H) dan Abud-Darda’(32H) tidak sezaman. Kata Abu Zur'ah: “Abdullah ini tidak bertemu dengan seorang pun dari sahabat” dan pastinya diantara Abdullah dan Abud-Darda’, ada seorang rawi yang tidak disebut. Oleh sebab terputus sanadnya dengan jelas maka ia dinamakan dengan Mursal Jali dan hadits ini dianggap Dhaif.
7. AL-MURSALUL KHAFI ()اﻟﻤﺮﺳﻞ اﻟﺨﻔﻰ • Al-Mursal di sini bermaksud yang terputus. Khafi artinya yang tersembunyi, yang tidak terang, yang gelap. • Mursal Khafi bermaksud putus yang tersembunyi atau putus yang tidak terang. • Dalam ilmu isnad, ia dimaksudkan kepada sesebuah hadits : a. Yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari seorang syeikh yang sezaman dengannya dan bertemu. Tetapi ia tidak menerima hadits itu daripadanya. b. Yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari seorang syeikh yang sezaman dengannya, tetapi ia belum pernah bertemu dengannya. c. Yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari seorang syeikh yang sezaman dan bertemu dengannya, tetapi ia tidak pernah menerima satu pun hadits daripadanya. d. Hadits atau riwayat Mursal Khafi dianggap lemah dan tidak boleh digunakan.
8. AL-MU-ANNAN ()اﻟ ُﻤ َﺆﻧّﻦ
• Mu-annan artinya yang berhuruf " " أَ ﱠنatau " " إِ ﱠن.
• " " أَ ﱠنdan " " إِ ﱠنartinya Sesungguhnya, bahwa atau bahwasanya. • Mu-annan dalam ilmu hadits bermaksud sebuah hadits yang dalam sanadnya ada menggunakan huruf " " أَ ﱠنatau " " إِ ﱠن. • Contohnya:
ِ ﻋ ِﻦ اﺑ ِﻦ، ﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ ﻋ َﻘﻴﻞ، ﺚ ِ • ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻋﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ٍ ﱠ ِ ﱠ , َ أَ ﱠن َﻋﺎﺋِ َﺸﺔ، َﺧﺒَـَﺮِﱐ ُﻋْﺮَوةُ ﺑْ ُﻦ اﻟﱡﺰﺑَـ ِْﲑ أ ، ﺎب ﻬ ﺷ ﻴ ﻠ اﻟ ﲏ ﺛ ﺪ ﺣ ، ﻪ َ ُ ْ ْ َْ َ ْ َ ٌْ ُ َ َ َ ِ ِ ِ ِ َي إِﻻ و ُﳘﺎ ﻳ ِﺪﻳﻨ ﱠ ﱠ ﱠ ﱠ ِ َ ..ﱢﻳﻦ ﺪ اﻟ ﺎن ﻮ ـ ﺑ أ ﻞ ﻘ َﻋ أ ﱂ : " ﺖ ﻟ ﺎ ﻗ , ﻢ ﻠ ﺳ و ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ ﻪ ﻠ اﻟ ﻰ ﻠ ﺻ ﱠﱯ ﻨ اﻟ ج و ز , ﺎ ﻬ ـ ﻨ ﻋ ﻪ ﻠ اﻟ ﻲ ﺿ َ َ َ ْ َ َ ََ َْ ُ َ َر َ ُ َْ َ َ ْ َ ﱢ َ َ َ ْ ْ ْ ََ ﱠ َ
• Telah menceritakan kepada kami, Abdullah telah menceritakan kepada saya, alLaits, telah menceritakan kepada saya 'Uqail, dari Ibnu Syihab, telah mengkhabarkan kepadaku, 'Urwah bin Zubair, bahwa 'Aisyah ra, isteri Nabi saw, pernah berkata: "Aku tidak tahu (hal) kedua ibu-bapakku, melainkan keduaduanya beragama dengan agama Islam…".
8. AL-MU-ANNAN ()اﻟ ُﻤ َﺆﻧّﻦ
1. Dalam sanad, jika seorang rawi mudallis menggunakan lafazh " "أَ ﱠنatau ""إِ ﱠن, itu tidak menunjukkan bahwa ia bertemu atau menerima dari rawi yang ia sebutkan, lafazh itu boleh membawa beberapa makna, umpamanya, "A" berkata bahwa "B" pernah mengkhabarkan hal keadaannya bermaksud: a. "A" mendengar sendiri dari "B" dengan tidak berperantaraan, b. "A" tidak mendengar sendiri dari "B", tetapi dari orang lain yang tidak mau disebutnya karena beberapa sebab. c. Karena kesamaran ini, maka hadits Mu-annan teranggap masuk hadits Dha'if. 2. Kelemahan Mu-annan ini boleh terhapus, jika terdapat syarat seperti ini: (a) Rawi-rawinya orang jujur, (b) Bukan mudallis, (c) Ada keterangan yang menunjukkan bahwa seorang rawi dengan seorang rawi bertemu, (d) Kalau rawi-rawinya mudallis yang terpercaya, hendaklah ada jalan lain yang mengatakan bahwa betul-betul ia menerima atau mendengar dari syeikhnya.
8. AL-MU-ANNAN ()اﻟ ُﻤ َﺆﻧّﻦ 1. Dalam contoh sanad riwayat di atas, ‘Urwah mengkhabarkan kepada Ibnu Syihab (Zuhri), bahwa Aisyah berkata…. • Ini dinamakan Mu-annan, karena adanya perkataan “bahwa” yang mana boleh jadi 'Urwah mendengar sendiri dan boleh jadi dengan memakai perantaraan orang lain. • Tetapi menurut tarikh mereka, adalah 'Urwah sezaman dengan 'Aisyah dan bertemu dengannya, bahkan 'Aisyah ini emak saudara bagi 'Urwah. • Besar kemungkinan "Urwah mendengar dari 'Aisyah." • Oleh karena ini dan karena dalam sanadnya tidak ada rawi yang lemah, maka terpakailah riwayat Bukhari yang tersebut diatas tadi.
9. AL-MU’AN’AN ()اﻟ ُﻤ َﻌﻨ َﻌﻦ
• Mu‘an‘an bermaksud sanad hadits yang berisikan berhuruf “” َﻋ ْﻦ. • “ ” َﻋ ْﻦartinya dari atau daripada. Menurut istilah ia bermaksud Satu hadits yang jalannya di-isnadkan dengan kata-kata “” َﻋ ْﻦ. • Sanad hadits Mu'an'an ini, ada yang shahih dan yang lemah. • Contoh Mu'an‘an yang shahih.
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺖ اﻟﻨ ْـ َ ﺖ َر ُﺳ ُ ﻳَـ ُﻘ، ﱡﻌ َﻤﺎ َن ﺑْ َﻦ ﺑَ ِﺸﻴ ٍﺮ َ َ ﻗ، َﻋ ْﻦ َﻋ ِﺎﻣ ٍﺮ، ُ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َزَﻛ ِﺮﻳﱠﺎء، َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ ﻧُـ َﻌ ْﻴ ٍﻢ ُ َﺳ ِﻤ ْﻌ: ﻮل ُ َﺳ ِﻤ ْﻌ: ﺎل ِ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَﻴ ﱠ ِ ﺎت َﻻ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻤ َﻬﺎ َﻛﺜِ ٌﻴﺮ ِﻣ َﻦ اﻟﻨ ..ﱠﺎس ﻟ ا و ﻦ ﻴ ـ ﺑ ل ﻼ ْﺤ ﻟ ا : " ﻮل ﻘ ـ ﻳ ، ﻢ ﻠ ﺳ و ﻪ ُ ُ ﱢ َ ُ ٌ َوﺑَـ ْﻴـﻨَـ ُﻬ َﻤﺎ ُﻣ َﺸﺒﱠـ َﻬ، ْﺤ َﺮ ُام ﺑَـﻴﱢ ٌﻦ َ َ ٌَ َ َ َ َ ََ ْ
• Telah menceritakan kepada kami, Abu Nu'aim, telah menceritakan kepada kami, Zakariya, dari 'Amir, ia berkata: Aku telah mendengar Nu'man bin Basyir berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw., bersabda: "Barang yang halal itu sudah terang, dan yang harampun sudah nyata, tetapi antara kedua-duanya ada beberapa barang yang samar-samar yang tidak diketahui kebanyakan orang..".
9. AL-MU’AN’AN ()اﻟ ُﻤ َﻌﻨ َﻌﻦ
• Dalam sanad hadits tersebut, Zakariya berkata "dari Amir". Dikarenakan Zakariya tergolong mudallis, maka sanadnya itu disebut Mu’an'an. Selayaknya riwayat Zakariya ini tidak dapat diterima dikarenakan, riwayat seorang mudallis dianggap lemah. • Akan tetapi mengenai Zakariya ini, Imam Ibnu Hajar berkata: Aku dapati dia dalam kitab Bukhari, Muslim dan lainnya, riwayatnya dari Asy-Sya'bi ('Amir), semua "mu'an'an", kemudian aku dapati dalam kitab "Fawa-id Ibni AbilHaitsam", dari jalan Yazid bin Harun, dari Zakariya (ia berkata): Telah menceritakan kepada kami, Asy-Sya'bi ('Amir)…Dengan ini, amanlah ia daripada tadlis". • Ringkasnya, kalau Zakariya berkata dari 'Amir, berarti ia mendengar daripada 'Amir dengan tidak memakai perantara. • Dari semua keterangan yang tersebut, terpakailah Mu'an'an Zakariya yang diriwayatkan Bukhari itu.
Klasifikasi Hadits Dhoif Berdasarkan Kecacatan Perawinya
Klasifikasi Hadits Dhoif Berdasarkan Kecacatan Perawinya 1. Hadits Maudhu’() َﻣوﺿُوع: secara bahasa berarti menyimpan, mengada-ngada atau membuat-buat. Menurut makna istilah adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu disandarkan kepada rasul saw, baik hal itu disengajakan maupun tidak. Ia juga disebut sebagai hadits palsu. 2. Hadits Matruk() َﻣ ْﺗر ُْوك: menurut bahasa artinya dibuang, yang ditinggalkan. Menurut makna istilah adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan. 3. Hadits Munkar() ُﻣ ْﻧ َﻛر: menurut bahasa adalah isim maf’ul dari kata al-inkaar, lawan dari kata al-iqraar(sepakat). Menurut makna istilah adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak kelengahannya atau jelas kefasikannya atau lemah ketsiqahannya. Jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua hadits lemah yang berlawanan, misal yang satu lemah sanadnya, sedang yang satunya lagi lebih lemah sanadnya, maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits Ma’ruf & yang lebih lemah dinamakan hadits Munkar.
Klasifikasi Hadits Dhoif Berdasarkan Kecacatan Perawinya ﱠ ﱠ ﱢ 4. Hadits Mu’allal()ﻣﻌﻠﱠﻞ: Secara bahasa mu’allal ﻞ ٌ ﻋﻠﻞ ﻳﻌﻠ ُﻞ ﺗﻌﻠﻴﻼ ﻓﻬﻮ ﻣﻌﻠberasal dari akar kata ‘illah (ٌ )ﻋﻠّﺔyang diartikan penyakit. Seolah-olah hadits ini terdapat
penyakit yang membuat tidak sehat dan tidak kuat. Menurut makna istilah adalah, hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi, yang kondusif, berakibat cacatnya hadits itu, namun dari sisi lahiriyahnya cacat tersebut tidak tampak karena sudah memenuhi syarat-syarat hadits maqbul. Hadits ini yang pada lahirnya tampak shahih namun setelah diadakan suatu penelitian & penyelidikan ternyata ada cacatnya. 5. Hadits Mudraj()ﻣ ُْد َرج: Secara bahasa berarti yang termasuk, tercampur, atau yang dicampurkan. Ia adalah sebuah hadits yang asal sanadnya berubah atau matannya tercampur dengan sesuatu yang bukan bagiannya tanpa ada pemisah. Menurut istilah Ilmu Hadits, mudraj adalah seorang rawi menyisipkan pernyataannya sendiri kedalam satu matan hadits yang diriwayatkannya tanpa memisahkan antara matan hadits dan ucapan rawi tersebut sehingga oleh rawi dibawahnya dikira bagian dari matan hadits Nabi.
Klasifikasi Hadits Dhoif Berdasarkan Kecacatan Perawinya
6. Hadits Maqlub() َﻣ ْﻘﻠُ ْوب: Secara bahasa berarti membalikkan sesuatu dari bentuk yang semestinya. Menurut makna istilah adalah hadits yang terjadi mukhalafah iaitu “mengganti salah satu kata dari kata-kata yang terdapat pada sanad atau matan sebuah hadits, dengan cara mendahulukan kata yang seharusnya diakhirkan, mengakhirkan kata yang seharusnya didahulukan, atau dengan cara yang semisalnya. 7. Hadits Mudhtharrib()ﻣُﺿْ َط ِرب: Berasal dari kata dasar “dharaba”(memukul) boleh juga diartikan sebagai “ombak” atau “goncang”. Kegoncangan suatu hadits karena terjadi kontra antara satu hadits dengan hadits yang lain, berkualitas sama dan tidak dapat dipecahkan secara ilmiah. Menurut makna istilah adalah suatu hadits yang matannya atau sanadnya diperselisihkan serta tidak dapat dikompromikan atau diputuskan mana yang kuat”. Dan seluruh riwayat tersebut sama kuatnya dari semua sisi, yang tidak memungkinkan untuk mentarjih (memilih yang paling kuat) salah satunya dari yang lain.
Klasifikasi Hadits Dhoif Berdasarkan Kecacatan Perawinya 8. Hadits Muharraf()ﻣ َُﺣرﱠ ف: berasal dari kata ta’rif yang berarti berubah. Menurut makna istilah adalah hadits yang mukhalafahnya (menyalahi hadits riwayat orang lain) terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk tulisannya. 9. Hadits Mushahhaf(ُﺻﺣﱠ ف - ﺻﺤﻒ َ )ﻣ: merupakan dari kata ﺗﺼﺤﻴﻒ- ﻳﺼﺤﻒ ّ ّ berarti salah membaca, mengeja, atau mengucapkan. Menurut makna istilah adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah. 10. Hadits Mubham() ُﻣ ْﺑ َﮭم: mempunyai arti tersembunyi. Menurut makna istilah adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat rawi yang tidak dijelaskan namanya. Hukum periwayatannya: tidak diterima sehinggalah perawi yang meriwayatkan daripadanya menyatakan namanya atau namanya diketahui, melalui jalan yang lain yang menyebutkan dengan jelas namanya.
Klasifikasi Hadits Dhoif Berdasarkan Kecacatan Perawinya 11. Hadits Syadz() َﺷﺎذ: Dari segi bahasa diartikan ganjil tidak sama dengan yang majority atau tersendiri dari jama’ah ramai. Menurut makna istilah adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang maqbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih, lantaran mempunyai kelebihan kedlabitan atau banyaknya sanad atau lain sebagainya, dari segi pentarjihan. 12. Hadits Mukhtalith()ﻣُﺧ َﺗﻠِط: artinya: yang rusak akalnya atau fikirannya atau hafalannya. Menurut makna istilah adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-kitabnya. apabila ada hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang hafalannya telah buruk karena berusia lanjut atau karena adanya sebab yang lain, maka hadits yang diriwayatkannya tersebut harus ditolak. tetapi hadits-hadits yang diriwayatkannya sebelum keadaan yang membuatnya jadi pelupa, tetap dapat diterima.
Klasifikasi Hadits Dhoif Berdasarkan Gugurnya Rawi 1. Hadits Mauquf() َﻣ ْوﻗُ ْوف: berasal dari kata waqf yang berarti berhenti. Seakan-akan perawi menghentikan sebuah hadits pada shahabat. Menurut makna istilah adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja, baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan & baik sanadnya bersambung atau terputus. ُ ) َﻣ ْﻘ: artinya yang diputuskan atau yang terputus. Menurut 2. Hadits Maqthu’(ط ْوع makna istilah adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi’in serta di mauqufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak. **Perbedaan antara Hadits Maqthu’ dan Munqathi’ adalah bahwasannya alMaqthu’ adalah bagian dari sifat matan, sedangkan al-Munqathi’ bagian dari sifat sanad. Hadits yang Maqthu’ itu merupakan perkataan tabi’in atau orang yang di bawahnya, dan bisa jadi sanadnya bersambung sampai kepadanya. Sedangkan Munqathi’ sanadnya tidak bersambung dan tidak ada kaitannya dengan matan.