BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare A.1. Definisi Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari),9 dari pengertian lain, diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak.5 Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita.2 A.2. Etiologi Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.5 a. Faktor infeksi Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain: 1) Infeksi oleh bakteri: Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik seperti pseudomonas. 2) Infeksi basil (disentri), 3) Infeksi virus rotavirus, 4) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides), 5) Infeksi jamur (Candida albicans), 6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan
http://www.digilib.unimus.ac.id
6
radang, dan 7) Keracunan makanan. b. Faktor malabsorpsi Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. c. Faktor makanan Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita. d. Faktor psikologis Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar. A.3. Jenis Diare Berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu: a. Diare akut Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
http://www.digilib.unimus.ac.id
7
b. Disentri Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa. c. Diare kronik Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.9 d. Diare dengan masalah lain Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya. A.4. Gejala Diare Gejala-gejala diare adalah sebagai berikut: a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah,suhu badannya pun meninggi, b. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah, c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu, d. Lecet pada anus, e. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang, f. Muntah sebelum dan sesudah diare, g. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan h. Dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidarsi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah
http://www.digilib.unimus.ac.id
8
merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.5 A.5. Epidemiologi Penyakit Diare Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut: a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.5 b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare Faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita. c. Faktor lingkungan dan perilaku Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.5 http://www.digilib.unimus.ac.id
9
A.6. Upaya Pencegahan Diare Upaya pencegahan diare meliputi: memberikan ASI, memperbaiki makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban, membuang tinja bayi dengan benar dan memberikan imunisasi campak karena pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare yang lebih berat.8 B. Kaitan Antara Beberapa Faktor Dengan Kejadian Diare B.1 Teori Perilaku Domain atau ranah utama perilaku manusia adalah: kognitif, afektif (emosi) dan konasi, yang dalam bentuk operasionalnya oleh bloom dibagi menjadi ranah pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktek ( practice).10 B.1. 1 Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan akibat proses penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran. pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pengetahuan tentang kesehatan mungkin penting sebelum suatu tindakan kesehatan pribadi terjadi, tetapi tindakan kesehatan yang diharapkan mungkin tidak terjadi apabila seseorang mendapatkan isyarat yang kuat untuk memotivasi bertindak atas dasar pengetahuan yang dimilkinya. Pengetahuan merupakan kemampuan responden untuk mengetahui dan memahami tentang tatalaksana diare rumah yang didapatkan dari sejumlah pertanyaan mengenai pengertian diare, tandatanda diare, penyebab diare, diare, cara pencegahan, upaya pengobatan dirumah, pemberian cairan dan makanan pada anak yang menderita. Pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman
http://www.digilib.unimus.ac.id
10
yang didapat. Pengetahun ibu tentang diare yang tepat dapat mengurangi atau mengatasi terjadinya diare pada anak usia 0-3 tahun, dimana ibu mengetahui gejala dan tanda diare maka dengan baik pula ibu dapat melakukan penanganan diare. Begitu juga sebaliknya.7 Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum–hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan–perhitungan hasil penelitian, http://www.digilib.unimus.ac.id
11
dapat menggunakan prinsip–prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen–komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti
dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi– formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan–rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau peilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian– penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada.10 B.1.2 Sikap (Attitude) Sikap adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Tingkatan sikap berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut. 1. Menerima (receiving) http://www.digilib.unimus.ac.id
12
Bahwa orang atau objek mau menerima stimulus yang diberikan (objek) 2. Menanggapi (responding) Dapat diartikan bahwa memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3. Menghargai (valuing) Dapat diartikan bahwa subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus,dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak mempengaruhi atau menganjurkan lain untuk merespon. 4. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang tealah mengambil sikap berdasarkan keyakinanya, dia harus berani mengambil resiko bila orang lain mencemoohkan atau adanya resiko lainnya.10 B.1.3 Tindakan Atau Praktik (Practice) Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni: 1. Praktik terpimpin (guided response) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. 2. Praktik secara mekanisme (mechanism)
http://www.digilib.unimus.ac.id
13
Apabila subjek atau seseorang tealah melakuakan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. 3. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.10 Menurut preced-proceed (1991) Bahwa perilaku itu sendiri ditemukan atau terbentuk dari 3 faktor yakni : a.
faktor predisposisi (presdisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya
b.
faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujudnya dalam lingkungan fisik, tersedianya atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya
c.
faktor pendorong atau penguat (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,
yang
merupakan
kelompok
referensi
dari
perilaku
masyarakat. B.2 Pengukuran Perilaku Kesehatan pengukuran tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis penelitianya, kauntitatif atau kualitatif. a. penelitian kuantitatif Penelitian kuantitatif pada umumnya akan mencari jawaban atas fenomena yang menyangkut beberapa banyak, beberapa sering, beberapa lama, dan sebagainya, maka http://www.digilib.unimus.ac.id
14
biasanya menggunakan metode wawancara dan angket (self administered). 1. Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan menggunakan instrument (alat pengukur/pengumpul data) kuesioner. wawancara tertutup adalah suatu wawancara dimana jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah tersedia alam opsi jawaban, responden tinggal memilih jawaban mana yang dianggap mereka paling benar atau paling tepat. Sedangkan waancara terbuka, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka, dimana responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau pengetahuan responden sendiri 2. Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket
juga
dalam
bentuk
tertutup
atau
terbuka.
Intrumen/alat ukurnya seperti wawancara, hanya jawaban responden disampaikan lewat tulisan. Metode pengukuran melalui angket ini sering disebut “self administered” atau metode mengisi sendiri. b. Penelitian kualitatif Pada umumnya penelitian kualitataif benrtujuan untuk menjawab bagaimana suatu fenomena itu sendiri, atau mengapa terjadi. Metode pengukuran pengetahuan dalam metode penelitian kualitatif ini antara lain: 1.
Wawancara mendalam: Mengukur variabel pengetahuan dengan mengunakan metode wawancara mendalam, adalah peneliti mengajukan suatu
pertanyaan
memancing
sebagai
jawaban
yang
pembuka,
yang
akhirnya
sebanyak-banyaknya
dari
responden. Jawaban responden akan diikuti pertanyaan http://www.digilib.unimus.ac.id
15
yang lain, terus menerus, sehingga diperoleh informasi atau jawaban responden sebanyak-banyaknya dan sejelasjelasnya. 2. Diskusi kelompok terfokus (DKT) Diskusi
kelompok
terfokus
atau
“focus
group
discussion” dalam mengaji informasi dari beberapa orang responden sekaligus dalam kelompok. Peneliti pengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang akan memperoleh jawaban yang berbeda-beda dari semua responden dalam kelompok tersebut. Jumlah kelompok dalam diskusi kelompok terfokus seyogianya tidak terlalu banyak, tetapi juga terlalu sedikit, antara 6-10 orang. 10 B.3. Indikator Indikator–indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi: 1. Pengetahuan tentang sakit dan peyakit yang meliputi: a. Penyebab penyakit, b. Gejala atau tanda–tanda penyakit, c. Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan, d. Bagaimana cara penularannya, dan e. Bagaimana cara pencegahannya. 2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: a. Jenis–jenis makanan yang bergizi, b. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya, c. Pentingnya olahraga bagi kesehatan, d. Penyakit–penyakit atau bahaya merokok, minum–minuman keras, narkoba dan sebagainya, dan
http://www.digilib.unimus.ac.id
16
e. Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi kesehatan dan sebagainya. 3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan a. Manfaat air bersih, b. Cara–cara
pembuangan
limbah
yang
sehat,
termasuk
pembuangan kotoran yang sehat dan sampah, c. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat, dan d. Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya.11 C. Pola Asuh C.1. Pola Asuh Ibu Pola asuh orang tua adalah suatu upaya yang mewujudkan pada penentuan lingkungan fisik, sosial ekternal, dan internal suasana psikologis, nilai-nilai moral dan kontrol perilaku.12 Dalam rangka pengasuhan terhadap anaknya orang tua berupaya mengarahkan, membimbing dalam rangka memberikan pemenuhan kebutuhan biologis, psikologis sosial dan spiritual kepada anaknya. C.2. Upaya Pemenuhan Kesehatan di masa balita Upaya pemenuhan kesehatan (biologis) di masa balita adalah adanya rasa aman untuk terhindar dari penyakit.13 1. Awal pemberian makanan pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi mulai bertahap dibiasakan dengan makanan orang dewasa. pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi, sebab perilaku (cara) pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatkan resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.14 http://www.digilib.unimus.ac.id
17
Disamping ASI, bayi diberikan makanan lain berupa makanan makanan padat atau setengah cair termsuk susu. Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan disamping ASI kepada bayi mulai usia 4 bulan untuk mencapai kecukupan gizi.15 Pada bayi berumur 4-6 bulan,makanan pendamping ASI diberikan untuk memperkenalkan rasa, juga memperkenalkan makanan yang lebih padat sesuai kemampuan pencernaan bayi.makanan
pendamping
ASI
yang
cukup
kualitas
dan
kuantitasnya merupakan dasar pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak selanjutnya.16 2. Pemberian ASI Bayi sampai umur 0-6 bulan pertama harus diberikan ASI secara penuh, artinya bahwa bayi hanya diberikan ASI saja. Dalam periode ini bayi belum diberikan cairan tambahan termasuk sari buah atau susu buatan. Selama periode ini (6 bulan pertama), resiko bayi menderita diare lebih besar dibandingkan bayi–bayi yang diberi ASI saja. Setelah usia 4 atau 6 bulan, bayi selain mendapatkan ASI harus mendapatkan tambahan. Bahkan, air susu yang dikandung oleh ibu yang bergizi buruk sekalipun masih mengandung protei dalam batas normal, hanya saja jumlahnya kurang. Ibu–ibu yang lebih miskin (yang anak–anaknya menderita khawshoirkor) harus dianjurkan bayinya selama mungkin yang akan mencegah kehamilan berikutnya dan dipihak lain si ibu akan tetap sehat. Menyusui berharga bagi si anak, betapapun jumlah itu mungkin sedikit.17 3. Pemakaian botol susu steril Bila ibu tidak dapat memberikan ASI pada bayinya karena alasan medis maka bayi terpaksa mendapatkan makanan pengganti http://www.digilib.unimus.ac.id
18
ASI. Makanan pengganti ASI yang pertama adalah susu sapi atau susu formula. cara pembuatan susu harus tepat dan bersih. Takaran susunya bertambah sesuai dengan bertambahnya sesuai dengan bertambahnya umur. Jika cara pembuatan susunya salah dan kurang bersih, bayi menjadi kurus dan mencret. Cara sederhana sterilisasi botol susu memakai panci tertutup. Botol dan dot susunya dibersihkan dan dipanaskan agar bebas dari kuman penyakit.18 4. Kebersihan perseorangan Kita harus membiasakan cara hidup sehat sehari hari yaitu kuku yang panjang sebaiknya dipotong dan selau bersih terutama bagi anak–anak. Perilaku bersih yang paling penting adalah mencuci tangan. Mencuci tangan yang baik artinya membersihkan seluruh bagian tangan dengan sabun menggunakan sabun dan air yang cukup. Kegiatan yang berhubungan dengan kebersihan perseorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan, mengubah beberapa kebiasan tertentu (mencuci tangan dengan sabun) dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan sabun terutama setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan, menyuapi makanan anak, atau sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.13 5. ASI esklusif ASI ekslusif adalah perilaku dimana kepada bayi sampai umur 6 bulan hanya diberikan air susu ibu saja tanpa makanan dan atau minuman lain kecuali sirup obat. ASI mengandung asam amino esensial yang penting untuk meningkatkan jumlah sel otak bayi (berkaitan dengan kecerdasan bayi) terutama sampai usia 6 bulan. ASI juga mengandung zat antibodi sehingga menghindarkan bayi dari alergi dan diare, selain itu juga ASI mengandung zat kekebalan, melindungi bayi dari penyakit infeksi.14 http://www.digilib.unimus.ac.id
19
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI memberikan zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal dari kehidupannya.1 6. Umur penyapihan Penyapihan adalah cara supaya bayi secara bertahap terbiasa dengan makanan orang dewasa. Makanan selain susu harus ditambahkan, tetapi sebaiknya air susu ibu (ASI) sebagai makanan sehari–hari. Tindakan yang jelek sebelum umur 4 sampai 6 bulan pertama akan menyebabkan diare.1 C. Kerangka Teori Etiologi penyakit diare a. b. c. d.
Faktor infeksi Faktor makanan Faktor malabsorbsi Faktor psikologis
Faktor pengetahuan a. b. c. d. e. f.
Pengertian diare Etiologi Jenis Gejala diare Epidemiologi Pencegahan diare
Diare Batita
Faktor pola asuh a.
b. c. d. e. f.
Awal pemberian makanan pendamping ASI Pemberian ASI Penggunaan botol susu steril Kebersihan perseorangan ASI esklusif Umur penyapihan
http://www.digilib.unimus.ac.id
20
D. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Pengetahuan Ibu Tentang Diare
Variabel Terikat Kejadian diare pada batita
Pemakaian Botol Susu Steril
E. Hipotesis 1. Ada hubungan faktor pengetahuan ibu tentang diare yang berhubungan dengan kejadian diare studi pada batita di wilayah puskesmas Wedung 1 2. Ada hubungan faktor pemakaian botol susu steril yang berhubungan dengan kejadian diare studi pada batita di wilayah puskesmas Wedung 1
http://www.digilib.unimus.ac.id
21