Analisis pendapatan pedagang bakso dilakukan dengan cara menghitung selisih antara penerimaan usaha bakso dengan biaya-biaya usaha bakso yang dikeluarkan. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan keragaan usaha yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal maupun pedagang bakso keliling. Usaha ini dianalisis dengan cara mengidentifikasi penggunaan input beserta biayanya hingga output atau besar penerimaan yang dihasilkan oleh masing-masing pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling. Kemudian analisis dilanjutkan dengan menghitung tingkat pendapatan masing-masing pedagang baik pedagang bakso mangkal maupun pedagang bakso keliling serta menghitung efisiensi pendapatan pedagang bakso yang diperoleh dari hasil analisis perbandingan penerimaan dan biaya (R/C Rasio). Sedangkan untuk menganalisis hipotesa yang telah disebutkan pada pendugaan hipotesa maka di uji dengan menggunakan Mann-Whithney. 6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling pada umumnya sama, hanya terdapat sedikit perbedaan dari segi perbandingan penggunaan bahan pengisi dan bumbu. Pedagang bakso sapi yang mangkal menggunakan perbandingan tepung sebagai bahan pengisi lebih sedikit, yaitu antara 10 hingga 25 persen perkilogram daging sapi yang digunakan, sedangkan pedagang bakso sapi keliling relatif lebih banyak yaitu mencapai 20-50 persen perkilogram daging sapi yang digunakan. Penggunaan bumbu dan garam relatif hampir sama tergantung selera dan keinginan pedagang pembuat bakso. Setiap pedagang memperoleh bahan bahan baku sendiri-sendiri. Bahan baku tersebut dapat diperoleh pedagang di pasar bogor, pasar anyar dan pasar warung jambu. Penanganan semua bahan baku dilakukan ketika pemilik sudah tiba dari pasar, maka semua bahan diolah oleh para pekerja. Tujuan akhir produsen (pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling) yaitu memperoleh pendapatan dari hasil produksi usaha bakso yang dilakukannya. Analisis pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha dengan biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan bertujuan untuk melihat pendapatan yang didapatkan usaha bakso sapi yang sedang berjalan, dalam hal ini analisis pendapatan usaha bakso sapi menunjukkan struktur biaya
yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usaha bakso sapi. Penghitungan analisis pendapatan ini dilakukan selama satu periode usaha perbulan dan perhari. 6.2. Analisis Pendapatan 6.2.1. Analisis Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal Secara umum pendapatan dari kegiatan pedagang bakso mangkal ini diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (dalam jangka waktu tertentu). Penerimaan pedagang bakso diperoleh dari perkalian antara jumlah yang dijual dengan harga per porsi bakso (mangkok), dengan demikian besar kecilnya nilai penerimaan usaha bakso sangat ditentukan oleh harga jual dan jumlah produksi bakso yang dihasilkan oleh pedagang bakso mangkal. Analisis rata-rata pendapatan pedagang bakso mangkal dapat dilihat pada lampiran 4. 6.2.1.1. Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal Penerimaan usaha adalah perkalian antara total produk yang dihasilkan dengan harga pasar yang berlaku (Soekartawi, 1986). Faktor penentu besarnya penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dan harga dari produk yang dihasilkan tersebut. Jika dilihat secara umum rata-rata penerimaan pedagang bakso mangkal sebesar Rp 56.160.000 perbulan, akan tetapi peneliti membuat pengelompokan penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso tersebut, yakni pedagang bakso mangkal yang memiliki penerimaan di bawah 25 juta (skala mikro), penerimaan pedagang bakso mangkal yang memiliki penerimaan sebesar 25 juta sampai 100 juta (skala kecil) dan penerimaan pedagang bakso mangkal di atas 100 juta (skala menengah). Adapun pengelompokannya dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal Per Bulan di Kota Bogor Pada Tahun 2009
Uraian
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
7 5 3 15
47 33 20 100
< 25 Juta (skala mikro) 25 Juta – 100 Juta (skala kecil) > 100 Juta (skala menengah) Total
Berdasarkan Tabel 11 tersebut pedagang bakso mangkal memiliki jumlah perbedaan yang bervariasi antara pedagang yang satu dengan yang lainnya. dari segi karakteristik pribadi responden pedagang bakso juga mempengaruhinya, seperti umur pelaku usaha mangkal yang menggeluti usaha ini. Jika umur pelaku usaha semakin tua maka penerimaan yang didapatkannya juga semakin banyak, hal ini dikarenakan sudah lamanya pedagang bakso tersebut menjual bakso secara mengkal. Selain itu juga harga yang ditawarkan oleh pedagang mangkal ini juga memiliki perbedaan serta jumlah yang terjual setiap harinya juga bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal < 25 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun 2009 No
1 2 3 4 5 6 7
Responden Pedagang Mangkal 1 Mangkal 2 Mangkal 6 Mangkal 7 Mangkal 9 Mangkal 13 Mangkal 14
Jumlah Terjual/hari (mangkok)
Harga Per Porsi (Rp) 46 40 65 80 45 65 55
5.000 5.000 8.000 9.000 8.000 9.000 7.000
Jumlah (Rp) 6.900.000 6.000.000 15.600.000 21.600.000 10.800.000 18.000.000 12.000.000
Pedagang bakso mangkal yang mendapatkan penerimaan di bawah 25 juta ini kebanyakan memiliki umur usaha yang masih belum lama, dari umur usaha satu hingga lima tahun, sehingga jumlah yang di produksi perharinya juga masih sedikit dan jumlah porsi yang terjual juga masih di bawah 100 porsi perhari, selain itu juga harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso mangkal juga berkisar dari Rp 5.000 hingga Rp 9.000 per porsinya. Sedangkan untuk pedagang bakso yang memiliki penerimaan 25 juta sampai 100 juta perbulannya dapat di lihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal 25 Juta – 100 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun 2009. No
1 2 3 4 5
Responden Pedagang Mangkal 4 Mangkal 5 Mangkal 10 Mangkal 12 Mangkal 15
Jumlah Terjual/hari (mangkok) 100 70 80 250 135
Harga Per Porsi (Rp)
Jumlah (Rp)
9.000 12.000 12.000 12.000 10.000
27.000.000 25.200.000 28.800.000 90.000.000 40.000.000
Berdasarkan Tabel 13 pedagang bakso mangkal yang mendapatkan penerimaan sebesar 25 juta sampai 100 juta rupiah lebih sedikit dibanding dengan yang dibawah 25 juta. Hal tersebut juga terkait dengan lamanya usaha yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal tersebut dan harga yang ditawarkannya juga. Semakin lama usaha yang digelutinya berlangsung semakin banyak penerimaan yang didapatkannya, seperti yang didapatkan oleh ketiga pedagang bakso yang ada pada Tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal di atas 100 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun 2009. No
1 2 3
Responden Pedagang Mangkal 3 Mangkal 8 Mangkal 11
Jumlah Terjual/hari (mangkok) 450 400 500
Harga Per Porsi (Rp) 13.000 12.000 12.000
Jumlah (Rp) 216.000.000 144.000.000 180.000.000
6.2.2.2. Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal Untuk analisis pendapatan,
pengeluaran untuk usaha
bakso
ini
digolongkan menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yan dikeluarkan pedagang selama kegiatan produksi berlangsung sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah, jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan. Pendapatan merupakan hasil dari pengurangan penerimaan dengan pengeluaran biaya perbulan, adapun pengeluaran dan total pendapatan yang diperoleh pedagang bakso mangkal per bulannya adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal Skala Mikro Pada Tahun 2009 Pengeluaran Pendapatan No Responden Pedagang 1 Mangkal 1 5.845.767 1.054.233 2 Mangkal 2 4.407.433 1.592.567 3 Mangkal 6 6.874.350 8.725.650 4 Mangkal 7 15.600.183 5.999.817 5 Mangkal 9 9.473.517 1.326.483 6 Mangkal 13 15.213.017 2.786.983 7 Mangkal 14 9.399.100 2.600.900 Berdasarkan pengeluaran yang terdapat pada pedagang bakso mangkal tersebut memiliki perbedaan antara pedagang bakso yang satu dengan yang lainnya hal tersebut dikarenakan lama berusaha yang berbeda. Untuk pendapatan yang didapatkan juga memiliki perbedaan dikarenakan jumlah produksi yang dimiliki oleh pedagang berpengaruh terhadap pendapatan yang dimilikinya, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 16. Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal Skala Kecil Pada Tahun 2009 No 1 2 3 4 5
Responden Pedagang Mangkal 4 Mangkal 5 Mangkal 10 Mangkal 12 Mangkal 15
Pengeluaran 23.180.217 22.007.100 22.834.117 41.449.317 28.291.183
Pendapatan 3.819.783 3.192.900 5.965.883 48.550.683 12.208.817
Pada Tabel 16 juga memiliki perberdaan dengan tabel 15, pedagang bakso mangkal yang memiliki pendapatan 5 juta hingga 50 juta memiliki jumlah produksi yang semakin banyak serta harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso ini juga berbeda dengan pedagang yang mendapatkan pendapatan dibawah 5 juta. Selanjutnya pendapatan yang paling tinggi terdapat pada tabel 17. Hal tersebut adalah harga yang ditawarkan tinggi serta pedagang bakso ini juga sudah memiliki brand tersendiri dan sudah banyak orang yang mengetahui nama pedagang bakso ini, yakni pedagang bakso Bantolo, Seuseupan serta Boboho. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. No 1 2 3
Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal Skala Menengah Pada Tahun 2009
Responden Pedagang Mangkal 3 Mangkal 8 Mangkal 11
Pengeluaran
Pendapatan
163.971.483 80.510.800 72.621.417
52.028.517 80.510.300 107.378.983
6.2.2. Analisis Pendapatan Pedagang Bakso Keliling Penerimaan, pengeluaran dan pendapatan yang di dapatkan oleh pedagang bakso keliling memiliki perbedaan dengan perdagang bakso mangkal, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Keliling Pada Pedagang Bakso Keliling Pada Tahun 2009 No
Responden Pedagang
Penerimaan (Rp)
Pengeluaran (Rp)
1
Keliling 1
17.400.000
14.567.100
2
Keliling 2
7.500.000
4.216.517
3
Keliling 3
6.700.000
5.808.517
4
Keliling 4
5.400.000
3.378.517
5
Keliling 5
5.040.000
4.090.017
6
Keliling 6
9.450.000
8.496.767
7
Keliling 7
7.800.000
6.285.600
8
Keliling 8
6.000.000
5.185.017
9
Keliling 9
7.560.000
6.725.600
10
Keliling 10
4.500.000
3.844.016
11
Keliling 11
10.500.000
7.598.016
12
Keliling 12
9.600.000
8.423.766
13
Keliling 13
5.200.000
4.24.517
14
Keliling 14
9.000.000
7.052.100
15
Keliling 15
6.300.000
6.167.100
Pendapatan (Rp) 2832900 3283483 941483 2021483 949983 953233 1514400 814983 834400 655983 2901983 1176233 1003483 1947900 132900
Pedagang bakso keliling tidak memiliki banyak perbedaan dalam hal pendapatan yang didapatkannya sehingga penerimaan, pengeluaran yang
didapatkan oleh pedagang bakso keliling tersebut dirata-ratakan dan dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 19.
Rata-rata Biaya Variabel dan Biaya Tetap Pedagang Bakso Keliling Per hari dan Per bulan Pada Tahun 2009.
Uraian Biaya Variabel: − Bahan Baku • Daging Sapi • Tepung Tapioka/Aci + Bumbu − Bahan Pelengkap • Mie • Bihun • Sayur Toge • Sawi • Minyak Goreng • Bawang Goreng Jadi • Seledri • kecap manis • Saos • Cuka • Garam • Penyedap Rasa • Sambel − Pembungkus • Plastik + Karet − Biaya Gas − Biaya Transportasi Total Biaya Variabel Biaya Tetap: − Sewa Tempat − Listrik,air,keamanan dan kebersihan − Biaya Tenaga Kerja − Biaya Penyusutan • Gerobak • Kompor • Dangdang • Centong • Tabung Gas • Ember Total Biaya Tetap Jumlah Total Biaya
Satuan
Kg Paket
Jumlah Harga Perhari Perbulan
2.4 54.819 131.600 3.947.000
Kg Kg Kg Kg Kg Bungkus Kg Bungkus Bungkus Botol Kg Kg Kg
1,52 5.000 1,07 7.000 1,45 4.000 1,4 4.000 0,17 10.000 0,7 5.000 0,16 8.000 1,1 3.000 2,45 2.000 1,3 1.000 0,32 2000 0,09 20.000 0,26 16.000
Paket Tabung Rupiah
1.800 0,48 13.000 2.800
Rp Rp
0 0
554.000
7.600 7.500 5.800 5.600 1.750 3.500 1.350 3.300 4.900 1.300 650 1.800 4.200
227.000 224.000 174.000 168.000 51.667 104.000 40.000 99.000 147.000 38.200 19.000 53.000 124.000
1.800 54.000 6.250 187.000 2.800 84.000 209.850 6.294.866 0 0
0 0 20.000
Orang Rp Rp Rp Rp Rp Rp
18.450
2.800 125 50 25 25 45
2.800 83.333 125 3.750 50 1.167 25 778 25 433 45 1.350 3.700 110.811 213.600 6.405.678
Pada Tabel 19 dapat dilihat rata-rata biaya total variabel yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling sebanyak Rp 209.850 per hari dan untuk per bulannya sebanyak Rp 6.294.866. Hal ini disebabkan karena dalam produksi biaya yang dikeluarkan untuk biaya variabel ini sesuai dengan jumlah atau kapasitas yang diproduksi. Biaya bahan baku yang digunakan oleh pedagang bakso keliling per hari sebesar Rp 131.600, dengan rincian harga perkilogram daging sapi yang digunakan oleh pedagang bakso adalah dari Rp 45.000 hingga Rp 50.000 dan ratarata para pedagang bakso membeli daging tersebut sebanyak 1,5 kilogram hingga 2,5 kilogram per hari. Biaya bahan baku lainnya yang digunakan adalah tepung tapioka atau aci dan bumbu untuk pengolahan bahan baku yang digunakan pedagang bakso keliling
per hari sebesar Rp 18.450 dan per bulannya Rp
554.000. tepung serta bumbu untuk pengolahan bahan baku tersebut digunakan sesuai dengan keiinginan pelaku usaha bakso. Perbandingan yang seharusnya digunakan dalam mengolah bakso mulai dari 0,2 gram banding satu kilogram daging. Tetapi bagi pelaku usaha bakso keliling jika hal tersebut dilakukan maka mereka tidak dapat menjual produk mereka dengan harga murah. Sehingga kebanyakan mereka memakai perbandingan dengan 0,25 gram hingga setengah kilogram tepung banding satu kilogram daging. Biaya bahan pelengkap yang digunakan sehari oleh pedagang bakso keliling bervariasi, biaya rata-rata per hari untuk mie adalah sebesar Rp 7.600 dimana setiap pedagang bervariasi menggunakan jumlah mie setiap harinya. Pedagang bakso keliling biasanya mengggunakan mie kiloan, yang dibeli langsung ke pasar tradisional terdekat dengan pemukiman pedagang. Jumlah mie yang digunakan sehari sebanyak satu kilogram hingga dua kilogram perhari, dimana harga rata-rata per kilogram mie sebesar Rp 5.000. Biaya rata-rata untuk bihun yang dikeluarkan per hari sebesar Rp 7.500, jumlah yang digunakan oleh pedagang per harinya berkisar setengah hingga dua kilogram per hari dengan harga bihun per kilogram sebesar Rp 8.000. Bahan pelengkap lainnya yang digunakan sehari-hari adalah sayuran, sayuran yang digunakan oleh pedagang bakso keliling terdiri dari sayur toge dan sawi. Biaya rata-rata yang dikeluarkan per hari untuk sayur toge adalah sebesar Rp 5.800 dan biasanya para pelaku usaha ini menggunakan toge per harinya
sebesar satu hingga dua kilogram per hari dengan harga per kilogram Rp 4000. Sayur sawi yang digunakan per hari juga berkisar antara satu hingga dua kilogram per hari dengan harga per kilogram Rp 3.000 dan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pedagang setiap harinya sebesar Rp 5.600. Bahan pelengkap lain yang digunakan adalah seledri, biaya rata-rata per hari untuk seledri sebesar Rp 1.350. Dimana para pedagang biasanya membeli seledri mulai dari harga Rp 500 hingga Rp 2.000 perhari. Karena kapasitas produksi pada penjualan bakso keliling sedikit maka jumlah seledri yang digunakan juga tidak banyak, sehingga membeli dengan harga Rp 500 hingga Rp 2.000 per hari sudah mencukupi untuk kebutuhan pedagang per harinya. Bahan pelengkap yang digunakan juga adalah bawang goreng jadi yang dibeli langsung dari pasar dengan biaya rata-rata sebesar Rp 3.500 per hari. Para pedagang menggunakan bawang goreng jadi yang dibeli langsung di pasar dengan alasan untuk lebih praktis dalam penyajiannya serta tidak membutuhkan waktu untuk mengolah atau menggoreng lagi jika membeli bawang mentah, dan dari segi kualitas dan penampilan juga bawang goreng jadi yang dibeli dipasar lebih kriuk disbanding dengan buatan mereka sendiri. Minyak goreng yang digunakan perharinya oleh pelaku usaha bakso tidak membutuhkan banyak, sehingga biaya rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 1.700 perhari. Biaya rata-rata yang dibutuhkan pedagang bakso untuk kecap manis per hari sebesar Rp 3.300 dengan menggunakan kecap yang dibeli di pasar tradisional, dan pelaku usaha tersebut tidak menghiraukan merek yang digunakan dalam penjualannya. Para pedagang bakso memilih kecap yang murah dan seringnya dikemas dalam botolan. Sama seperti saos yang digunakan setiap harinya dibeli di pasar tradisional dengan tanpa memperhatikan merek atau kualitas yang digunakan dan biaya rata-rata yang dikeluarkan per hari oleh pedagang bakso keliling sebesar Rp 4.900. Biaya rata-rata cuka yang digunakan per hari sebesar Rp 1.300 dan biaya rata-rata garam yang digunakan per hari sebesar Rp 650, dan penyedap rasa yang digunakan bervariasi dengan biaya rata- rata sebesar Rp 1.800. Kebutuhan sambel yang digunakan sehari-hari sebesar Rp 4.200 per hari. Biaya rata-rata untuk pembungkus per hari yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling adalah sebesar Rp 1.800, dengan rincian plastik dan karet
yang digunakan per harinya. Kebutuhan pembungkus tidak diperlukan banyak dikarenakan pedagang bakso keliling tidak membutuhkan banyak pembungkus, biasanya para konsumen langsung membawa mangkok sendiri atau makan langsung di tempat. Biaya rata-rata gas yang digunakan per hari sebesar Rp 6.250, dan biaya rata-rata transportasi sebesar Rp 2.800. pelaku usaha bakso biasanya belanja dekat dengan pemukiman mereka, sehingga sebagian pelaku usaha tidak mengeluarkan biaya transportasi. Sehingga rata-rata jumlah total biaya variabel dalam usaha bakso keliling sebesar Rp 209.850 per hari dan jika dikalikan dengan jumlah satu periode yaitu perbulan maka rata-rata jumlah total biaya variabel sebesar Rp 6.294.850. Biaya tetap yang digunakan per bulannya adalah terkait dengan biaya penyusutan. Biaya penyusutan alat seperti gerobak biaya rata-rata yang dikeluarkan per bulannya adalah sebesar Rp 83.500, hal ini dengan perhitungan bahwa satu buah gerobak dibeli dengan harga Rp 2.500.000 kemudian nilai sisa yang dimiliki sebesar Rp 500.000 dengan asumsi ketahanan gerobak selama dua tahun kemudian dibagi 12 bulan. Selanjutnya penyusutan rata-rata biaya kompor sebesar Rp 3.750 perbulan, biaya rata-rata penyusutan dangdang Rp 1.167 perbulan, biaya rata-rata penyusutan centong sebesar Rp 778 perbulan, biaya ratarata ember Rp 1.350 perbulan. Dan dalam biaya tetap lainnya yang digunakan oleh pedagang bakso keliling terdapat satu pedagang yang menggunakan seorang tenaga kerja yang dibayar Rp 300.000 perbulan, sehingga dari jumlah tersebut maka biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja sebesar Rp 20.000 perbulan. Total biaya rata-rata untuk biaya tetap pedagang bakso keliling sebesar Rp 110.811 perbulan. Hal ini dikarenakan tidak adanya biaya tetap lain yang harus dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling, seperti penyewaan tempat sebagaimana yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal, serta pembayaran biaya listrik, air, keamanan dan kebersihan. Perbedaan dalam biaya tetap yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling dengan pedagang bakso mangkal adalah dalam biaya sewa tempat usaha, biaya listrik, air, keamanan dan kebersihan serta biaya tenaga kerja yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut. Biaya rata-rata sewa tempat oleh pedagang mangkal per bulannya sebesar Rp 858.900 sedangkan bagi pedagang
bakso keliling tidak perlu mengeluarkan biaya sewa tempat per bulannya karena pedagang bakso keliling menggunakan gerobak dorong untuk menjajakan hasil jualannya, dan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pedagang bakso mangkal untuk listrik, air, keamanan dan kebersihan sebesar Rp 240.700 perbulannya dan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk tenaga kerja sebesar Rp 5.443.350 per bulannya.. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian biaya yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling pada lampiran 5. Perbandingan Pedagang Bakso Mangkal Dengan Pedagang Bakso Keliling Penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso kemudian dirataratakan dengan melihat rata-rata pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling. Hasil penjualan bakso sapi sebagai hasil produksi dari total jumlah yang terjual selama satu periode dengan asumsi waktu analisis adalah 30 hari dalam satu bulan. Penghitungan penerimaan yang diperoleh pedagang yang dianalisis adalah penerimaan pedagang bakso mangkal dan penerimaan pedagang bakso keliling. Adapun hasil analisis yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 20 sebagai berikut: Tabel 20. Rata-rata Penerimaan Pedagang Bakso di Kota Bogor Pada tahun 2009. Pedagang Pedagang Mangkal Skala Mikro Pedagang Mangkal Skala Kecil Pedagang Mangkal Skala Menengah Pedagang Keliling
Penerimaan per Hari (Rp) 432.857 2.344.000 6.000.000 263.000
Penerimaan per Bulan (Rp) 12.985.714 70.333.333 180.000.000 7.870.000
Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa penerimaan yang diperoleh pedagang bakso mangkal lebih besar dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Hal tersebut karena jumlah produksi dari masing-masing pedagang berbeda. Jumlah produksi yang dihasilkan serta harga yang ditawarkan oleh pedagang juga mempengaruhi penerimaan yang diperoleh oleh pedagang. Penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal skala mikro setiap harinya sebanyak Rp 12.985.714 hal ini dikarenakan lama usaha yang digeluti oleh pedagang bakso masih relatif lebih awal dibandingkan dengan pedagang bakso mangkal skala kecil. Adapun penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal skala
kecil per bulannya adalah sebesar Rp 70.333.333 sedangkan pedagang mangkal skala menengah mendapatkan lebih besar penerimaannya yakni sebesar Rp 180.000.000. Pedagang bakso mangkal skala menengah ini sudah memiliki nama yang cukup terkenal kemana-mana, sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk mencoba produk tersebut, seperti boboho dan seseupan merupakan bakso yang sangat terkenal di Bogor. Selain antusias dari konsumen yang ingin mengunjungi tempat tersebut juga dikarenakan letak berjualannya juga sangat strategis, dekat dengan pusat keramaian dan akses ke tempat tersebut juga mudah. Selain itu pedagang skala menengah ini juga memiliki ke khasan yang dimiliki dalam produk dan kualitas serta tempat lokasi berjualan yang nyaman bagi pengunjung. Sementara bagi pelaku pedagang bakso yang skala mikro dan kecil jarang yang memiliki keunikan dalam hal produk yang ditawarkan. Rata-rata penerimaan yang didapatkan pedagang bakso keliling setiap hari sebanyak Rp 263.000 dan per bulannya sebesar Rp 7.870.000. Harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso mangkal lebih mahal dibandingkan pedagang bakso keliling. Harga per porsi yang ditawarkan pedagang bakso mangkal sebesar Rp 6.000 hingga Rp 12.000 sedangkan harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso keliling lebih murah yakni sebesar Rp 5.000 hingga Rp 8.000 per porsi. Kapasitas yang dihasilkan dalam produksi dan jumlah penjualan per harinya juga lebih banyak pedagang bakso mangkal sehingga jumlah penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal cenderung lebih banyak dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Perbedaan pendapatan antara pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling adalah dari jumlah penerimaan yang didapatkan oleh pelaku usaha bakso. Modal harian yang digunakan oleh pedagang bakso mangkal maupun pedagang bakso keliling juga berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh masing-masing pedagang. Modal harian yang digunakan berbeda, hal ini dikarenakan pengalaman dalam berusaha, kebijakan dari pedagang serta pola pengeluaran para pedagang yang berbeda setiap harinya. Pedagang mangkal memiliki modal hariannya lebih besar daripada pedagang bakso keliling, sehingga memungkinkan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Semakin besar modal yang digunakan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh (Wahyudin,
1993). Tetapi dengan modal yang besar belum tentu memperoleh pendapatan yang besar pula, dan ada yang modalnya kecil memperoleh keuntungan yang lebih besar. Harga yang ditawarkan oleh pelaku usaha tersebut juga memiliki perbedaan. Pedagang bakso mangkal menawarkan harga kepada konsumen mulai dari harga per mangkok Rp 6.000 hingga Rp 12.000 per porsi. Sedangkan pedagang bakso keliling menawarkan harga per mangkok lebih murah dibanding dengan pedagang bakso mangkal. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 5.000 per mangkok hingga Rp.8.000. Harga kapasitas yang diproduksi juga berbeda sehingga memiliki perbedaan jumlah yang terjual dalam satu hari tersebut juga berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Rata-rata Penerimaan, Total Biaya, dan Pendapatan Bersih Pedagang Bakso di Kota Bogor Pada Tahun 2009. Uraian Penerimaan Jumlah Total Biaya Pendapatan Bersih R/C Rasio
Pedagang Keliling (rupiah/bulan) 7.870.000 6.405.678 1.464.322 1,23
Pedagang Bakso Mangkal (Skala) Mikro Kecil Menengah 12.985.714 9.544.766 3.440.948
70.333.333 27.552.386 42.780.947 1,66
180.000.000 105.701.233 74.298.767
Selain dilihat dari nilai pendapatannya, usaha ini juga dapat dilihat efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode analisis yaitu satu bulan yakni R/C rasionya. Bila dilihat dari keuntungan usaha tersebut, usaha tersebut untung jika dilakukan yaitu nilai R/C lebih besar dari satu. R/C rasio pedagang bakso mangkal lebih besar dari pedagang bakso sapi keliling, dengan rata-rata R/C rasio pedagang bakso mangkal sebesar 1,66 dan pedagang bakso sapi keliling sebesar 1,23. Artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan pedagang bakso mangkal akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 1,66 dan setiap satu rupiah yang dikeluarkan pedagang bakso sapi keliling akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 1,23. Dapat disimpulkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Rata-rata usaha pedagang bakso mangkal mencapai R/C rasio sebesar 1,66 dan rata-rata usaha pedagang bakso keliling mencapai R/C rasio sebesar 1,23. Dengan nilai rasio usaha bakso sebesar 1,66 dan 1,23 termasuk kedalam usaha yang memberikan tingkat keuntungan usaha yang tinggi. Menurut Sihite (1998)
menyatakan R/C rasio < 1,00 tergolong tingkat R/C rasio yang rendah dan tidak menguntungkan, R/C rasio 1,00 – 1,21 tergolong tingkat R/C rasio yang sedang sehingga usaha tersebut masih layak untuk dijalankan, R/C rasio > 1,21 tergolong tingkat R/C rasio yang tinggi sehingga usaha yang dijalankan tersebut sangat menguntungkan. Dengan nilai R/C rasio sebesar 1,66 pada pedagang bakso mangkal menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu rupiah modal usaha yang digunakan akan menghasilkan keuntungan 66 persen. Sedangkan nilai R/C rasio pedagang bakso keliling sebesar 1,23 menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu rupiah modal usaha yang digunakan akan menghasilkan keuntungan 23 persen. Skala usaha yang dijalankan pedagang bakso akan mempengaruhi besarnya penerimaan dan besarnya biaya usaha, sehingga akan menyebabkan adanya perbedaan R/C rasio usaha pada pedagang bakso yang dilaksanakan. Pengelompokan perbedaan R/C rasio tersebut dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Pengelompokan Pedagang Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat R/C Rasio yang Diperoleh Pada Tahun 2009. Tingkat R/C Rasio Rendah < 1,00 Sedang 1,00 – 1,21 Tinggi > 1,21 Jumlah
Pedagang Mangkal 0 5 10 15
Persentase (%) 0 33,3 66,7 100,0
Pedagang Keliling 0 8 7 15
Persentase (%) 0 53,3 46,7 100,0
Persentase pedagang yang memiliki kriteria tingkat R/C rasio rendah pada pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling sebanyak nol persen. Pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling memiliki R/C rasio memiliki R/C rasio lebih dari satu atau termasuk ke dalam kriteria tingkat R/C sedang dan tinggi. Untuk R/C rasio sedang bagi pedagang bakso mangkal berkisar sebesar 33,3 persen dan R/C rasio tinggi sebanyak 66,7 persen. Pedagang bakso keliling yang memiliki kriteria R/C rasio sedang sebesar 53,3 persen dan kriteria R/C rasio tinggi sebanyak 46,7 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kedua usaha bakso tersebut para pedagang bakso mendapatkan keuntungan sebesar R/C rasio masing-masing yang didapatkan oleh pedagang.
Pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling memiliki kegiatan dan peran yang berbeda dalam penjualan maupun pelayanannya kepada konsumen yang membeli sehingga pendapatan yang dimiliki oleh masing-masing pedagang juga memiliki perbedaan. Pengaruh modal harian terhadap pendapatan dalam kegiatan perdagangan pada umumnya, merupakan suatu hal yang mudah dipahami, karena semakin besar modal yang digunakan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh (Wahyudin, 1993). Dari hasil analisis yang didapatkan bahwa pedagang bakso mangkal menggambarkan bahwa pedagang bakso mangkal memperoleh pendapatan lebih besar daripada pedagang bakso keliling sehingga efisiensinya juga mengikuti. Dari perbandingan itu tampak ada kecenderungan bahwa keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal lebih besar dan berbeda dengan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso keliling. Maka peneliti melakukan analisis perbandingan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling dengan membandingkan dari R/C rasio yang didapatkan. Untuk menilai perbedaan antara R/C rasio yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling dilakukan analisis perbandingan R/C rasio dengan membandingkan R/C rasio yang didapatkan oleh masing-masing pedagang dengan uji Mann-Whithney. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-Whithney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat R/C rasio pedagang bakso mangkal dengan nilai
dengan pedagang bakso keliling. Nilai tersebut ditunjukkan .
.(
)
sebesar 0,56 yang lebih kecil dari α 5 %
(1.645). rata-rata R/C rasio pedagang bakso mangkal sebesar 1.66 dan rata-rata R/C rasio pedagang keliling sebesar 1,23. Dengan uji tersebut menunjukkan pedagang bakso mangkal mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada pedagang bakso keliling. Maka dari hipotesis yang telah di sebutkan sebelumnya maka dinyatakan tolak H0 pada taraf nyata α. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Software SPSS V.15 diperoleh hasil:
Ranks Pedagang R/C Rasio
Mean Rank
N
Mangkal
Sum of Ranks
15
18.57
278.50
Keliling
15
12.43
186.50
Total
30
Test Statistics(b) R/C Rasio Mann-Whitney U Wilcoxon W Z
66.500 186.500 -1.910
Asymp. Sig. (2-tailed)
.056
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.056(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Pedagang Gambar 2. Kutipan Hasil Olahan Data Dengan Software SPSS V.15.