63
5 PERFORMA RENANG IKAN (FISH SWIMMING PERFORMANCE)
5.1 Pendahuluan Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu ikan karang yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pengadaan ikan kerapu saat ini berasal dari dua sumber yaitu penangkapan di alam dan hasil budidaya. Pengadaan ikan kerapu yang berasal dari penangkapan ikan terkadang dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang ilegal seperti menggunakan racun sianida atau potas. Penggunaan racun tidak saja mengakibatkan kerusakan lingkungan dimana ikan tersebut berada, akan tetapi juga dapat membahayakan nelayan itu sendiri. Selain itu penangkapan ikan kerapu di alam juga dilakukan dengan menggunakan bubu, hanya saja ada juga bubu yang tidak ramah lingkungan seperti bubu tambun. Bubu ini dalam pengoperasiannya ditutupi/ditimbun dengan patahan atau terumbu karang, hal mana dikenal pula sebagai kegiatan yang destruktif. Pengetahuan tentang tingkah laku ikan sangat diperlukan dalam perikanan tangkap karena terkait dengan teknik dan metode penangkapan ikan. Metode penangkapan ikan tersebut akan menjadi dasar dalam pembuatan alat penangkapan ikan yang tepat dan efektif. Menurut Gunarso (1985), pengetahuan tingkah laku ikan dapat
memperbaiki
serta
merubah
alat
dan
metode
penangkapan
yang
memungkinkan untuk meningkatkan efesiensinya. Informasi penting mengenai tingkah laku ikan yang menunjang bidang penangkapan antara lain adalah distribusi ikan, ruaya-ruaya ikan, tingkah laku berkelompok (schooling behaviour), kebiasaan dan kecepatan renang, kebiasaan makan, pola penyelamatan diri ikan, serta berbagai pola tingkah laku ikan yang memungkinkan ikan dapat tertangkap (Gunarso 1985). Keragaan dan kecepatan renang ikan merupakan contoh faktor yang dapat diamati untuk mempelajari tingkah laku ikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hunt von Herbing et.al (2001) dalam Green and Fisher (2004) bahwa informasi kecepatan dan performa renang ikan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan upaya penangkapannya. Selain bermanfaat untuk upaya penangkapan ikan, informasi tentang keragaan dan kecepatan renang ikan juga dapat digunakan untuk memahami ekologi organisme itu sendiri, seperti misalnya jarak maksimum perpindahan organisme serta pengaruh kemampuan
64
berpindah terhadap dinamika populasi organisme itu sendiri (Armsworth, 2001). Ditambahkan pula oleh Leis and McCormick (2002) dalam Green and Fisher (2004), bahwa kecepatan dan tingkah laku renang ikan sering juga digunakan untuk memperkirakan kemampuan menyebar ikan tersebut dalam suatu ekosistem, menghindar dari predator (Rice at.al, 1987 dalam Green and Fisher, 2004) dan kebutuhan energi bagi ikan untuk melangsungkan metabolisme dalam tubuhnya (De Boeck et.al, 2006). Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian terhadap keragaan dan kecepatan renang ikan kerapu bebek agar upaya penangkapan ikan kerapu bebek lebih efektif serta menjamin kualitas ekologinya. Berbagai alat telah diciptakan untuk mengetahui pola dan tingkah laku ikan dalam air baik di habitat asli atau dalam kolam percobaan. Tingkah laku ikan di habitat asli maupun di dalam kolam percobaan mempunyai sifat yang dapat dikatakan sama (Gunarso 1985). Pemaparan tersebut di atas menjadi alasan untuk dilakukannya penelitian terhadap keragaan dan kecepatan renang ikan kerapu bebek agar upaya penangkapan ikan kerapu bebek lebih efektif serta menjamin kualitas ekologinya. 5.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menguji coba mini flume tank untuk meneliti swimming performance ikan. 2) Mendeskripsikan swimming endurance yang meliputi keragaan renang serta kecepatan renang yang dimiliki ikan kerapu bebek yang diuji coba pada mini flume tank. 5.3 Metode Penelitian Pengamatan keragaan dan kecepatan renang ikan umumnya dilakukan di dalam tangki percobaan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Purbayanto (1999), Green and Fisher (2004), De Boeck et.al (2006), Fitzgibbon et.al (2007), dan Ide et.al (2007). Oleh karena itu, maka pengamatan keragaan dan kecepatan renang ikan kerapu bebek yang dilakukan dalam penelitian ini juga dilakukan di dalam tangki berisi air yaitu mini flume tank. Secara umum penelitian ini dilakukan dengan cara experimen di laboratorium. yang bertujuan untuk melihat sejauh mana nilai suatu variabel
65
berkaitan dengan nilai variabel lain seperti disajikan pada Gambar 33. Penelitian ini dilakukan dilaksanakan pada bulan Juni 2010 di Laboratorium Tingkah Laku Ikan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB
Gambar 37 Keterkaitan variabel penelitian Rangkaian kegiatan penelitian mencakup penyediaan ikan-ikan eksperimen, persiapan tangki pemeliharaan, dan pengukuran variabel-variabel kecepatan arus, frekuensi kebasan ekor (tail beat frequency), frequensi gerakan operculum. Selama uji coba ikan didalam flume tank dilakukan perekaman gerakan ikan dengan video camera. Pengukuran terhadap sejumlah variabel diperoleh nilai sustained speed dan pralonged speed ikan kerapu. Swimming mode ikan kerapu diketahui setelah melakukan image analisis dan pengukuran aspek rasio. Berikut adalah rincian bahan, alat dan metode-metode pengukuran yang diterapkan dalam penelitian ini.
66
5.4 Alat dan Bahan 5.4.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Mini flume tank dengan spesifikasi alat sebagaimana ditampilkan pada Tabel 5, Mini flume tank menggunakan sistem air mengalir. Desain mini flume tank disajikan pada Gambar 38.
Gambar 38 Desain mini flume tank Tabel 5 Spesifikasi teknis mini flume tank No
Spesifikasi
Keterangan
1
Volume tangki pengamatan
160 l
2
Luas bidang/jendela pengamatan
20 cm x 80 cm
3
Luas penampang jendela pengamatan
15 x 20 cm
4
Kecepatan arus air (water flow)
sampai dengan 83 cm/detik
5
Motor penggerak
motor listrik 3 phase, ½ Hp
(2) mesuring board dengan ketelitian 1 mm (3) timbangan elektronik dengan ketelitian 0,01gram
67
(4) temperature meter untuk mengukur suhu air (5) current meters untuk mengukur kecepatan arus (6) Jam digital (7) External web cam, (8) kamera foto digital (9) compact disc (10) Personal computer, Personal computer digunakan untuk merekam video penelitian, dan mendigitasi/mengolah hasil rekaman kamera digital berkecepatan tinggi. Untuk keperluan itu PC dilengkapi dengan program pengolahan video seperti
Windows Media Player, ACDSee 10 Photo
manager, dan Corel Draw. (11) alat tulis menulis 5.4.2 Bahan Bahan yang digunakan adalah ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Gambar 39). Ikan yang digunakan dalam penelitian ini didatangkan dari karamba jaring apung di Kepulauan Seribu. Setelah dibawa ke Laboratorium Tingkah Laku Ikan di FPIK IPB, ikan di pelihara terlebih dahulu di dalam tangki penampungan selama dua minggu. Tanki penampungan ikan berupa akuarium dengan ukuran 200 x 50 x 45 cm. Selama dalam pemeliharaan ikan diberi pakan pelet. Pemeliharaan ini dimaksudkan untuk mengadaptasikan ikan ke dalam lingkungan penelitian. Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 10 ekor dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Ikan kerapu bebek yang digunakan memiliki ukuran panjang badan (body length) 12 sd sebesar 13 cm Selain ikan bahan lain yang digunakan adalah air laut didapatkan dari fasilitas pengolahan air laut Sea World Ancol. Volume air laut yang dimasukkan dalam tangki pemeliharaan adalah sebanyak 300 l. Air cadangan sebanyak 1000 l, disimpan dan di aerasi di dalam tangki air berkapasitas 1 m3.
68
Gambar 39 Benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) Klasifikasi kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Valenciennes, 1828 dalam Froese and Pauly, 2000): Kingdom: Animalia Phylum: Chordata Class: Actinopterygii Ordo: Perciformes Family: Serranidae Genus: Cromileptes Species: Cromileptes altivelis 5.5 Jenis dan Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari: 1) swimming endurance 2) tail beat frekuensi 2) penentuan pola renang ikan dan 2) kecepatan renang ikan kerapu bebek. Semua aktifitas pengambilan data ini selain dilkukan dengan pengukuran dan pencatatan langsung, juga dilakukan melalui kuantifikasi hasil rekaman video. Film yang dihasilkan dari percobaan akan memberikan data kuantifikasi hasil pengamatan, namun untuk memperoleh data tersebut sebelumnya dilakukan pengolahan atau pengeditan film terlebih dahulu. Oleh sebab itu digunakan program komputer yang dapat memutar video seperti WMP dan mengolah video seperti ACD See 10. Untuk mendigitasi gambar dari foto kebentuk gambar digunakan program Corel DRAW X4.
69
5.5.1 Pengukuran swimming endurance (ketahanan renang) Ketahanan renang adalah kemampuan lamanya
ikan berenang pada
kecepatan tertentu. Secara umum ketahanan renang berbanding terbalik dengan kecepatan renang, bila kecepatan renang meningkat maka ketahanan renangnya akan menurun. Ketahanan renang ikan pada kecepatan tertentu berbeda atara spesies dan juga antara ukuran yang berbeda pada spesies yang sama. Penentuan swimming endurance ikan didasarkan pada lama waktu ikan dapat bertahan pada kecepatan arus tertentu.. Kemampuan ikan untuk bertahan dihitung mulai dari kecepatan tertentu arus air diberlakukan hingga ikan tidak lagi mampu bertahan pada kecepatan arus tersebut. Beberapa jenis aktivitas dan tingkah laku renang ikan dalam hubungannya dengan kecepatan renang ikan antara lain sustained speed, prolonged speed dan burst speed. Untuk mendapatkan sustained speed dengan relatif lebih cepat adalah dengan memberlakukan kecepatan arus yang pertama dipakai adalah pada V2. Bila ikan mampu bertahan lebih dari 200 menit maka digunakan arus dua tingkat lebih tinggi yaitu ke V4 dan bila ikan tidak mampu bertahan pada kecepatan V2 maka kecepatan diturunkan satu tingkat yaitu ke arus V1. Hal yang sama juga diberlakukan pada V4 dan kecepatan selanjutnya., bila ikan dapat bertahan maka arus selanjutnya digunakan 2 tingkat diatasnya, sebaliknya bila tidak dilakukan satu tingkat dibawahnya. seterusnya hingga didapatkan sustained speed. Setiap penggantian kecepatan arus, ikan diberi kesempatan untuk istirahat (recovery) minimal 24 jam. Penetapan batas waktu pengukuran selama 200 menit didasarkan pada definisi sustained speed, yaitu ikan berenang tanpa kelelahan lebih dari 200 menit. Ikan dapat dikatakan kelelahan (fatigh) pada saat percobaan apabila ikan sudah tidak mampu berenang melawan/mengimbangi kecepatan arus di dalam flume tank. Persamaan-persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Hubungan antara frekuensi kebasan dengan laju renang ikan dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear sederhana yaitu : ......................................................................6) Hubungan antara frekuensi kebasan ekor dengan laju spesifik ikan dengan persamaan :
70
........................................................................7) keterangan:
a, b
adalah konstanta regresi
f
adalah frekuensi kebasan ekor (Hz)
Hubungan antara swimming endurance dengan laju spesifik dianalisis dengan penggunakan persamaan : ...................................................................8) Keterangan : E
= swimming endurance (menit)
L/s = laju spesifik (perpindahan panjang tubuh per detik) Ikan akan mampu bergerak dengan laju tertentu, bila dapat mengatasi drag yang ditimbulkan antara media dengan tubuhnya. untuk mengetahui hal ini, maka dihitung indeks efisiensi dorongan sirip ekor yang dikenal dengan aspek ratio (Ar). Nilai ini menujukkan apakah drag per unit angkat atau dorong yang dihasilkan efisien. Nilai Ar yang tinggi menunjukkan efisiensi dorong yang tinggi. Persamaan ini secara matematis dikemukakan oleh Videler (1939) : ………………………………………………9) Keterangan : h adalah tinggi span dikuadratkan (mm2); A adalah luassirip ekor (mm2). Persamaan tersebut dapat dijelaskan leh Gambar 40 .
A
h
Gambar 40 Tinggi span (h) dan luas sirip ekor (A)
71
5.5.3 Pengukuran tail beat frekuensi Pengukuran tail beat frekuensi dilakukan menurut prosedur kerja sebagai berikut: Pertama, ikan diambil dari akuarium pemeliharaan dengan menggunakan serok dan dipindahkan ke dalam flume tank. Setelah dipindahkan ke dalam flumetank, ikan dibiarkan selama 15 menit dan diberi kecepatan sebesar 0,5 BL/s untuk orientasi dan membiasakan ikan terhadap arus. Dalam anjurannya Beamish (1981) yang menyatakan bahwa untuk orientasi dan menghilangkan pengaruh penanganan ikan dari alam ke tempat penelitian, diperlukan waktu paling sedikit satu jam sebelum ikan diperlakukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini ikan uji telah diaklimatisasi terlebih dahulu ditangki pemeliharaan berkapasitas 300 l selama 2 minggu. Selesai perlakuan orientasi, kecepatan arus mulai ditingkatkan dengan mengatur frekuensi inverter. Kecepatan arus ditingkatkan sampai dengan kecepatan yang telah ditetapkan (V1 hingga V10). Tail beat ikan uji pada setiap tingkatan kecepatan arus dihitung melalui analisa hasil rekaman video berkecepatan tinggi (210f/s). Video ini akan terbaca oleh pemutar video (Windows Media Player) dengan durasi 7 kali lebih panjang, karena mempunyai kemampuan membaca 30 frame/detik. Perekaman video ini dilakukan bersamaan
pada saat pengukuran
swimming endurance. Perekaman dengan video berkecepatan tinggi ini dilakukan setiap interval waktu 10 menit dengan lama perekaman selama 5 sampai dengan 10 detik tiap kalinya. Hasil penghitungan tail beat dari setiap rekaman ini menghasilkan satu data frekuensi tail beat (TB/s). Data dari setiap perlakuan kecepatan kemudian di rata-ratakan. Prosedur yang sama dilakukan untuk kecepatan arus yang lain, yaitu V2 hingga V10. Data yang telah didapat kemudian disusun kedalam bentuk tabel.
Data
tersebut berfungsi sebagai hasil pengamatan dan bahan analisis peneliti. Dari tabel tersebut diperoleh hubungan antara frekuensi tail beat dengan nilai kecepatan renang yang diujikan.
72
5.5.4 Penentuan pola gerak ikan kerapu bebek Pola gerak renang dapat ditentukan dengan pengamatan langsung di lapangan maupun di laboratorium. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan menggunakan mini flume tank hasil konstruksi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan video camera recorder agar diperoleh hasil pengamatan yang lebih akurat. Pola renang ikan dapat dilihat dengan mengamati hasil rekaman pergerakan ikan dari arah dorsal dan sisi samping yang dilakukan secara bersamaan. Pengamamatan ini dilakukan pada beberapa tingkat kecepatan. Perekaman pola gerak ikan pada saat ikan berenang dengan kecepatan konstan atau sama dengan kecepatan flume tank. Langkah selanjutnya adalah mentransfer hasil rekaman video ke PC untuk di analisa secara digital. Penentuan mode renang ikan, dilakukan dengan mendigitasi gerak tubuh dan sirip ikan uji hasil rekaman video yang kemudian dibandingkan dengan pola gerak menurut Lindsey (1978) hasil penyempurnaan pengelompokkan gerakan ikan yang dirilis oleh Breder (1926). 5.5.5 Penentuan burst speed Untuk mendapatkan kecepatan lompatan (burst speed) dilakukan dengan menganalisa hasil rekaman video yang diambil dengan kecepatan 210 frame/detik, kira-kira tujuh kali dari kecepatan normal (biasanya 27 sd 30 frame/s). Melalui video tersebut diambil satu scene (potongan film) yang menunjukkan satu gerakan burst speed kemudian dihitung durasi scene tersebut (tsc) dan jarak tempuh ikan (s) dengan menghitung jumlah grid/garis skala yang dilaluinya. Jarak grid pada flume tank adalah 2 cm.
Langkah selanjutnya adalah menghitung
burst speed dengan
menjumlahkan kecepatan arus flume tank (vf) dengan kecepatan lompatan ikan pada video (vv), sehingga: Burst speed = vf + vv ………………………………..10) Kecepatan lompatan ikan pada video adalah jarak tempuh ikan dibagi dengan waktu tempuh/durasi scene (tsc). Waktu tempuh nyata (sebenarnya) sama dengan waktu tempuh pada video (tsc) dibagi dengan 7, sehingga kecepatan ikan yang tampak pada video mengikuti persamaan berikut:
73
vv = s/tsc x 7 ................................................................11) Tujuh (7) merupakan angka faktor kali, karena seperti telah dijelaskan bahwa hasil perekaman video yang dilakukan dengan kecepatan 7 kali lebih cepat akan menjadi kali lebih lambat saat ditayangkan. Berdasarkan pada keadaan tersebut maka persamaan kecepatan burst speed tersebut diatas dapat diuraikan menjadi sebagai berikut: Kecepatan lompatan ikan (burst speed) dari hasil analisa video dapat digunakan persamaan berikut: Burst speed = vf + (s/tsc x 7) ……………………………12) Guna dapat memvisualisasikan gerakan burst speed ikan dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah dengan memotong-motong (defract) scene video tersebut menjadi frame-frame foto dan diberi nomor sesuai urutannya, misalnya f1, f2, f3...sampai fn). Foto-foto yang dihasilkan akan menunjukkan perbedaan gerakan yang sangat kecil antara yang satu dengan urutan berikutnya. Oleh karenanya tidak semua foto perlu digunakan, tetapi dipilih foto-foto dengan interval tertentu (If), sehingga dapat menunjukkan perbedaan gerakan yang cukup signifikan. Foto-foto tersebut kemudian di salin ke halaman baru pada software Corel Draw dalam satu tumpukan utuh. Melalui penggunaan software ini selanjutnya dibuat gambar frame tubuh ikan dari setiap foto. Gambar frame ikan dari setiap foto kemudian di overlay satu sama lain dengan tetap mempertahankan posisi masingmasing gambar ikan terhadap bingkai foto. Hasil overlay ini sudah menunjukkan bentuk dan arah pergerakan ikan. Pergerakan maju ikan pada hasil ini baru menunjuukkan perubahan jarak pada video. Untuk perubahan jarak
yang
sesungguhnya, antara setiap gambar masih harus ditambah dengan jarak maju sejauh jarak yang ditempuh ikan dengan kecepatan arus flume tank dan dengan waktu tempuhnya sama dengan periode waktu dari satu frame sampai frame berikutnya. Dimana: Si = vif x ((tfi-tf1)/7) ……………………………….13)
74
5.6 Hasil dan Pembahasan 5.6.1 Pengolahan film Program ACDSee dan WMP mampu membaca dan memutar video dengan masing-masing kecepatan 29 dan 30 frame perdetik. Window Media Player digunakan untuk menghitung tail beat. Sedangkan ACD See digunakan untuk mendigitasi video. Program ACDSee mempunyai fasilitas untuk memecah (mendefrag) video menjadi potongan frame yang berurutan. ACDSee mampu membaca 29 frame perdetik, oleh karenanya jarak pergerakan setiap frame adalah 1/29 detik, atau 0,034483 detik. Bila satu scene video direkam selama 1 detik dengan kecepatan 210/frame, maka bila di baca dengan ACDSee maka durasinya akan menjadi (1s x 210f/s) : 29 f/s = 7,241379 detik. Artinya 7,241379 kali lebih lama dari durasi sebenarnya, atau perbedaan gerak setiap frame hasil pembacaan ACDSee setara dengan 0,004762 detik. 5.6.2 Kecepatan renang ikan Kecepatan renang dan ukuran tubuh sangat penting dalam mendeterminasi tingkah laku pergerakannya (Drucker dan Jensen1996, diacu dalam Purbayanto, 2010). Untuk membandingkan kecepatan renang ikan yang berbeda ukuran maka kecepatan renang dinyatakan dalam panjang tubuh detik (body length/second, BL/det). Kecepatan dengan satuan demikian disebut kecepatan renang relatif. Hubungan antara frekuensi tail beat dengan kecepatan relatif disajikan pada Gambar 41. Hasil pemplotan data frekuensi dan kecepatan relatif mengelompok dan saling bersesuaian sehingga dapat ditarik garis regresi linier dengan persamaan V=13,25X -18,919. Fakta ini menjelaskan bahwa semakin tinggi kecepatan renangnya maka makin tinggi pula frekuensi tail beat. .
75
Gambar 41 Hubungan antara frekuensi tail beat dengan kecepatan renang relatif ikan kerapu bebek Jarak dan kecepatan renang ikan sangat tergantung kepada frekuensi (Hz) tail beat. Tail beat pada ikan bisa dianalogikan sebagai langkah manusia. semakin cepat frekuensi langkahnya semakin cepat pula gerak majunya. Demikian pula dengan frekuensi tail beat ikan. Makin cepat frekuensi tail beat-nya maka makin cepat pula gerak maju dari ikan. Merujuk pada skala axis pada gambar tersebut di atas, tampak bahwa sebetulnya laju renang ikan kerapu bebek relatif kecil (<60cm/detik). Hal ini menjelaskan semakin menambah penjelasan bahwa ikan kerapu bukanlah tipe ikan penjelajah (beruaya jauh) tetapi adalah ikan yang cenderung mempunyai daerah teritorial. Ikan kerapu dalam mendapatkan makanannya lebih cendrung dengan cara menunggu untuk menyergap mangsanya. Pada Gambar 42 disajikan perbedaan tail beat frekuensi ikan dengan ukuran BL yang berbeda. Melalui gambar tersebut dapat dilihat bahwa ikan dengan ukuran yang lebih kecil melakukan tail beat yang lebih banyak dari pada ikan yang lebih besar pada kecepatan renang yang sama (39 cm/s). Pada gambar yang sama tampak ikan berukuran 12,5 cm mempunyai frekuensi tail beat yang cenderung menurun. Diduga hal tersebut disebabkan karena kondisi fisiknya yang tidak sesehat ikan lainnya, sehingga individu tersebut lebih cepat lelah. Faktor lain yang dapat menyebabkan perbedaan ketahanan renang ikan tersebut karena faktor keturunan/gen. Walaupun ikan uji termasuk dalam kelompok
76
umur yang sama, bisa saja berasal dari induk yang berbeda, mengingat ikan uji berasal dari hasil budidaya.
Gambar 42 Tail beat frequensi (Hz) ikan kerapu bebek ukuran BL 12,3 - 13 cm
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 43 Sebaran frekuensi tail beat ikan pada frekuensi berbeda Gambar 43 (a, b, c dan d) disajikan grafik sebaran tail beat masing-masing individu ikan pada frekuensi motor yang berbeda. Tampak pada gambar bahwa
77
makin tinggi frekuensi motor
maka makin tinggi pula frekuensi tail beat-nya,
sebaliknya ketahanan renangnya juga semakin berkurang. Hasil uji terhadap ketahanan renang (E) juvenile ikan kerapu bebek diperagakan dalam bentuk kurva pada Gambar 44 di bawah ini. Hubungan ketahanan renang (dalam detik)) dengan kecepatan renang relatif (U dalam BL/detik). Hubungan kedua variabel ini dapat dijelaskan dengan persamaan: E= 4 x 106 x U-6.951 ……………………………….…14) Merujuk kepada Gambar 44 tersebut dapat diketahui bahwa makin tinggi kecepatan renang ikan maka makin rendah ketahanan renangnya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin cepat ikan berenang maka semakin cepat pula energi ikan habis, sehingga ikan semakin cepat mengalami kelelahan. Dengan memetakan waktu ketahanan renang (E dalam detik) dalam skala logaritma terhadap kecepatan renang relative (Vdalam BL/detik), sehingga hubungan ketahanan renang dan kecepatan renang relatif yang dapat dijelaskan dengan persamaan linier sebagai berikut : logE=6,6319-6,9509logV ……………………………15) Dari persamaan tersebut dapat diperkirakan kecepatan prolong maksimum dicapai ikan pada kecepatan renang relatif sebesar 2,31 BL/detik (29,2cm/detik). Dengan memperkirakan durasi kecepatan renang lompatan ikan kerapu bebek tidak lebih dari 10 detik, maka kecepatan burst speed dicapai pada saat kecepatan renang sebesar 6,4 BL/detik (80,8 cm/detik)
78
Gambar 44 Hubungan kecepatan renang relatif (BL/detik) dengan waktu ketahanan renang (detik) ikan kerapu bebek
Gambar 45 Hubungan kecepatan renang (BL/detik) dengan log ketahanan renang
79
5.6.3 Pola renang Indera penglihatan manusia memiliki keterbatasan dalam kemampuan menangkap bayangan benda yang bergerak cepat, hal ini menyebabkan keterbatasan manusia dalam memahami atau mempelajari pola gerak biota yang bergerak cepat. Pengamatan pola renang langsung secara visual dapat dilakukan pada kecepatan renang yang lambat, tetapi pada gerakan yang cepat sulit diketahui. Kemampuan menangkap bayangan pada mata manusia setara dengan kecepatan video camera standar yaitu 25 sd 30 frame/detik. Penggunaan teknologi kamera berkecepatan tinggi di perlukan dalam membantu mengatasi hambatan tersebut.
Pada penelitian
ini digunakan kamera digital yang mampu merekam video dengan kecepatan 210 frames/detik. Hasil fragmentasi dari scene film yang menunjukkan 1 periode tail beat, didapatkan pola renang ikan kerapu bebek seperti disajikan berikut.
Gambar 46 Pola gerak ikan kerapu bebek termasuk subcarangiform (searah jarum jam mulai dari sudut kanan bawah). Berdasarkan gambar-gambar yang didapatkan tersebut, maka pola renang dari ikan kerapu bebek yang diamati menurut Lindsey (1978) termasuk kelompok Subcarangiform, dimana amplitudo gerak gelombangnya lebih kecil ke arah depan dan hanya membesar pada bagian belakang, atau 1/3 bagian dari badan. Ujung hidung tidak bergerak lurus dengan arah pergerakan, tetapi bergerak oskilasi (oscilation) dengan amplitudo yang tidak terlalu besar, seperti terlihat pada gambar di atas. Pada gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa pada saat melakukan renang dengan kecepatan yang rendah, ikan kerapu bebek selain menggunakan sirip ekor juga menggunakan sirip dadanya saat berenang.
80
Gambar 47 Pola gerak Burst speed ikan kerapu bebek (searah jarum jam mulai dari sudut kanan bawah). Pada Gambar 47, disajikan pola gerak burst speed ikan kerapu bebek, yaitu gerak renang kilat/lompatan. Melalui gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada pola ini ikan hanya menggunakan satu kali kibasan sirip ekor dan selanjutnya meluncur. Tampak disini ikan tidak menggunakan sirip dadanya untuk berenang.
Gambar 48 Laju pergerakan ikan kerapu Bebek (BL = 13 cm) pada kecepatan renang 26 cm/detik (ukuran ikan non skala terhadap notasi).
Pada Gambar 48 disajikan pola gerak renang ikan dengan kecepatan renang 26 cm/detik. Tampak pada gambar bahwa setiap satu periode tail beat individu ikan ini mampu bergerak sejauh setengah panjang badannya (BL).