5 ANALISIS PRIORITAS DAN STRATEGI LAYANAN TRANSPORTASI PERIKANAN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA AMBON 5.1 Pendahuluan
Pelabuhan perikanan Nusantara (PPN) Ambon berada di Kota Ambon ibukota Provinsi Maluku. Provinsi Maluku memiliki perairan
laut seluas
666.139,85 km², dengan jumlah pulau sebanyak 1.340 buah. Luas wilayah provinsi ini 90 % terdiri dari laut sehingga laut memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakatnya (PPN Ambon 2008b). Potensi perikanan tangkap Indonesia yang bisa dimanfaatkan 26,3% berada pada wilayah perairan Provinsi Maluku dan sekitarnya. Penyebaran potensi tersebut berada pada 3 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yaitu WPP Laut Banda, WPP Laut Arafura serta WPP Laut Seram dan Teluk Tomini, yang secara kumulatif mengandung potensi sumberdaya ikan sebesar 1,640 juta ton/tahun sementara tingkat pemanfaatannya pada tahun 2006 baru mencapai 42% (Diskanlut Provinsi Maluku 2008) sehingga masih terbuka peluang yang besar untuk pemanfaatannya. Terdapat dua Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Provinsi Maluku yakni PPN Ambon dan PPN Tual; empat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yakni PPI Namlea, PPI Haria, PPI Piru, dan PPI Dobo. PPN Ambon memiliki peranan strategis dalam menunjang kegiatan perikanan tangkap di Provinsi Maluku karena kebanyakan kapal-kapal perikanan yang beraktivitas di Laut Banda, Laut Seram dan terutama sekali Laut Arafura berpangkalan di PPN Ambon. PPN Ambon yang berada di titik sentral dari tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) tersebut peranannya harus lebih dioptimalkan melalui peningkatan kapasitas layanan pelabuhan agar dapat memfasilitasi perkembangan usaha penangkapan ikan/industri perikanan pada ketiga WPP tersebut serta memberikan pelayanan sesuai dengan standar prosedur manajemen operasional (good operation and management practice) dan dapat menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat perikanan (one-stop shopping fishing port). Di samping itu posisi PPN Ambon di ibukota provinsi memberikan keuntungan tersendiri dalam menunjang operasionalnya karena didukung infrastruktur yang memadai seperti jalan, telekomunikasi, listrik, jaringan
84
transportasi. PPN Ambon sebagian besar melayani kapal perikanan skala besar (industri) di atas 30 GT sedangkan untuk kapal perikanan skala kecil di bawah 30 GT kebanyakan berada pada teluk Ambon maupun di luar Teluk Ambon atau mempunyai pangkalan tersendiri.
5.1.1 Rumusan masalah Masalah transportasi perikanan tangkap meliputi pengurusan ijin pelayaran, tambat labuh kapal, bongkar muat ikan hasil tangkapan, pemasaran, pengisian dan persiapan kebutuhan melaut pada pelabuhan perikanan Nusantara Ambon. Masalah dalam konteks penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana spesifikasi kinerja sistem layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon? (2) Mengidentifikasi faktorfaktor apa yang dapat tangkap di
mempengaruhi sistem layanan transportasi perikanan
PPN Ambon? (3) Bagaimana strategi mengoptimumkan sistem
layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon?
5.1.2 Tujuan penelitian (1) M.enetapkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan, serta diperkirakan akan berpengaruh terhadap pelayanan sistem transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon. (2) Menentukan prioritas dan strategi peningkatan layanan sistem transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon.
5.1.3 Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1). Kinerja layanan dipengaruhi oleh luas lahan pelabuhan, ukuran kapal, pengalaman SDM, dan perizinan. (2). Untuk meningkatkan layanan sistem transportasi di PPN Ambon diperlukan strategi penertiban dan kemudahan perizinan.
5.1.4 Kerangka pikir Kinerja layanan transportasi perikanan tangkap ditelusuri melalui survei di PPN Ambon. Tahap awal, perlu dilakukan penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi layanan transportasi tersebut. Kemudian faktor-faktor tersebut diklasifikasikan
85
sebagai variable-variabel yang menentukan sebagai kriteria layanan. Variabelvariabel tersebut dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yaitu prasarana, sarana, dan operasional. Ke tiga aspek tersebut lalu disusun dalam bentuk bagan hierarki. Setelah ditetapkan aspek dan variable-variabelnya maka dapatlah dirumuskan strategi yang akan ditempuh. Secara grafis kerangka pikir disajikan pada Gambar 33.
Masalah: 1. ). Bagaimana spesifikasi kinerja sistem layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon. (2). Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sistem layanan transportasi perikanan tangkap di Ambon (3). Bagaimana strategi mengoptimumkan sistem layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon
Layanan transportsi perikanan tangkap di PPN Ambon
Faktor-faktor yang mempengaruhi layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon
Penentuan faktor-faktor yang paling berpengaruh
Prasarana
Sarana
Operasional
AHP Strategi peningkatan layanan
SWOT Strategi terpilih
Gambar 33 Kerangka pikir 5.2 Metodologi Penelitian
5.2.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon. Kegiatan penelitian dimulai dengan survei awal pada bulan Februari- Juni 2011 dan dilanjutkan pada bulan Agustus-Desember 2011.
86
5.2.2 Pengumpulan data Data sekunder berupa data statistik perikanan dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik Kota Ambon, Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, Dinas Perikanan Kota Ambon, Dinas Perikanan Provinsi Maluku, dan PPN Ambon. Data primer diperoleh melalui indepths intervieuws terhadap pimpinan-pimpinan instansi terkait dan pengisian kuesioner oleh 19 responden dari pihak-pihak yang berkepentingan dipilih secara purposive dari stakeholders: user, operator, regulator, scientist terhadap layanan pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon.
5.2.3 Metode analisis Metode analisis yang digunakan dalam survei penelitian ini adalah Analitical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan salah satu alat, berupa proses dalam
sistem pendukung keputusan (decision support system) untuk
pengambilan keputusan yang multi kriteria melalui analisis perbandingan (Saaty dan Vargas 1994) dan SWOT (Rangkuti 2001) Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 34. Kinerja suatu perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Ke dua faktor tersebut dapat dipertimbangkan sebagai formula atau perencanan strategis dalam mencapai tujuan dari suatu perusahaan ataupun bisnis yang dikenal sebagai analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats).
87
Gambar 34 Bagan hierarki tingkat layanan Mengacu pada tujuan pengoptimuman pelayanan transportasi perikanan tangkap, maka dapat dirumuskan sasaran-sasaran yang akan dicapai, yang lebih jauh lagi dapat dijabarkan ke dalam kriteria-kriteria (Tabel 17), dan dari kriteriakriteria yang terbentuk dapat dijabarkan menjadi sub kriteria-sub kriteria (Tabel 18). Kriteria dan Sub kriteria yang telah ditentukan, diusahakan dapat dinilai dengan variabel yang kuantitatif, sehingga objektifitas penilaian variabel dapat diperhatikan, dan harus merupakan suatu variabel yang dapat mewakili variabelvariabel yang memungkinkan terealisasinya pada pelayanan transportasi perikanan tangkap yang optimum. Data variabel dari setiap kriteria sedapat mungkin mudah untuk dikumpulkan, dan dapat diperbaharui sesuai kondisi di setiap wilayah dengan selalu mempertimbangkan tolok ukur dan parameter dari kriteria tersebut, sedangkan parameter penilaian dapat dilihat pada Tabel 19
88
Tabel 17 Penyusunan kriteria Goal: tingkat pelayanan optimum Kriteria
Prasarana
Tujuan
Objektif
Mampu menyediakan fasilitas pelengkap sebelum aktivitas pelabuhan perikanan dilaksanakan.
Menyediakan fasilitas dermaga kapal pengangkut ikan, faslitas pergudangan, Lapangan penumpukan, dan fasilitas pendukung pelayanan lainnya yang memadai.
Mampu menyediakan peralatan sebagai pendukung aktifitas pelabuhan perikanan.
Menyediakan fasilitas yang mendukung prasarana (seperti: alat perangkutan, alat bongkar muat, dan peralatan lainnya).
Mampu meningkatkan kinerja (operasionalisasi) pelabuhan perikanan.
Mampu mengenarate operasional pelayanan pelabuhan yang menyebabkan pergerakan lalu-lintas perikanan menjadi lebih baik.
Sarana Tingkat operasional
Tabel 18 Penyusunan sub kriteria Sub kriteria
Tolok ukur Jarak Antar Pelabuhan
Jarak diukur berdasarkan jarak geografis antara pelabuhan dengan objek yang akan diangkut, yang sifatnya berbanding terbalik dengan pergerakan objek tersebut. Artinya semakin jauh jaraknya, semakin kecil pula objek yang akan diangkut mengingat bertambahnya jarak akan menimbulkan pertambahan tenaga, waktu, dan juga biaya pergerakan.
Letak Pelabuhan
Kondisi perairan yang labil, artinya mudah sekali mengalami pendangkalan atau sering mengalami erosi, sehingga menanggung konsekuensi cost yang tinggi untuk perawatannya.
Akses ke Pelabuhan
Kondisi jalan untuk mencapai pelabuhan yang kurang memadai akan menghambat pergerakan perangkutan ikan menuju pelabuhan.
Fasilitas dasar
Penyediaan prasarana untuk penyimpanan sementara, pengepakan, penimbunan barang, bongkar muat ikan dari dan ke kapal, serta keamanan, antara lain berupa: dermaga, revetment, jalan, pagar kompleks, drainase terbuka, drainase tertutup, trestle/ jetty, groin, dan lahan.
Fasilitas fungsional
Penyediaan prasarana yang mana secara fungsional dapat memudahkan dalam pengurusan dan kelancaran operasional di pelabuhan perikanan.
Fasilitas pendukung
Penyediaan prasarana untuk mendukung kesejahteraan SDM pengelola pelabuhan perikanan dan keamanannya, antara lain berupa: Rumah dinas, pos jaga, kios iptek, pos pelayanan dermaga.
Ukuran
Kemampuan kapal dalam mendukung aktivitas perangkutan perikanan yang berkaitan dengan muatan.
Motor
Kemampuan kapal dalam mendukung aktivitas perangkutan perikanan, yang berkaitan dengan kecepatan kapal.
Alat tangkap
Kemampuan peralatan dalam memperoleh hasil tangkapan, seperti: jenis peralatan, jenis tangkapan, kuantitas tangkapan, daerah penangkapan.
Pendidikan
Penyediaan SDM yang berpendidikan akan lebih mudah dalam menjalankan prosedur.
Pengalaman
Penyediaan SDM yang berpengalaman akan lebih tepat dalam pengambilan keputusan.
Unit Usaha
- Membantu meningkatkan pendapatan masyarakat - Membantu pengelolaan pada sektor industri baik industri olahan ikan maupun jasa perangkutan. - Meningkatkan hasil produk domestik - Meningkatkan teknologi penunjang seperti : Listrik, fasilitas komunikasi, dll) - Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Aksesibilitas
Fasilitas
Kapal
Sumber Daya Manusia
Fungsi
Parameter
89
Prosedur
Penjaminan Mutu
- Mampu menjaga kualitas hasil perikanan. - Mampu merealisasi sesuai waktu yang ditentukan.
Perijinan
Membantu kemudahan dalam melakukan aktivitas debarkasi dan embarkasi.
Lalu lintas
Jumlah kunjungan kapal merupakan fungsi dari arus kedatangan dan arus keberangkatan. Semakin besar kunjungan kapal yang terjadi pada suatu pelabuhan, memberikan indikasi bahwa pergerakan lalu-lintas yang meningkat.
Tabel 19 Parameter penilaian 15 kriteria dari level 3 Penilaian No
Skala Perbandingan
Sub Ktriteria
Parameter Penilaian
Satuan
Keterangan
Kinerja Tertinggi
1
Jarak Antar Pelabuhan
Total penumpang terlayani dari & ke wilayah lain
orang
Semakin dekat jarak antar pelabuhan perikanan, semakin memungkinkan aktivitas transportasi dilakukan. Semakin besar aktivitas transportasi dilakukan, maka semakin besar kapasitas produk hasil perikanan tangkap yang dapat terangkut. Jadi semakin banyak jumlah muatan ikan yang terangkut antar wilayah., dapat memberikan gambaran bahwa semakin pendek jarak antar pelabuhan.
Jumlah terbanyak
L
2
Letak Pelabuhan
Total jarak tempuh dengan wilayah lain
km
Semakin pendek total jarak untuk menempuh perjalanan dari suatu pelabuhan ke wilayah lain, maka semakin memungkinkan muatan hasil perikanan tangkap menggunakan jasa angkutan melalui pelabuhan tersebut, yang tentu saja akan meningkatkan mobilitas pelabuhan.
Jarak terpendek
L
3
Akses ke Pelabuhan
Panjang jalan aspal dan perkerasan
km
Semakin panjang jalan aspal dan atau perkerasan di wilayah pelabuhan dan sekitarnya, akan membantu kelancaran akses menuju/ dari pelabuhan. Sehingga akan meningkatkan arus lalu lintas di
Jalan terpanjang
L
pelabuhan.
90
4
Fasilitas Dasar
Luas lahan
M2
Semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh suatu pelabuhan perikanan, maka akan memungkinkan penggunaan lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai support pelayanan oleh user dan pengelola, sebagai contoh lahan yang dipergunakan untuk dermaga, jalan drainase, dan sebagainya.
Lahan terluas
L
5
Fasilitas Fungsiona l
Kelengkapan pendukung operasional
Unit
Semakin lengkap pendukung fungsional (bangunan, alat bantu bongkar muat, alat komunikasi, alat pengaman, dan sebagainya) di kawasan pelabuhan, maka akan membantu meningkatkan mutu pelayanan.
Alat terlengkap
L
6
Fasilitas Penunjang
Kelengkapan unit pendukung
Unit
Semakin lengkap unit pendukung (rumah dinas, pos pelayanan dermaga, dan sebagainya) di pelabuhan perikanan, akan lebih memberikan keamanan dan kenyamanan.
lengkap
L
7
Ukuran Kapal
Daya angkut
M3 atau ton
Semakin besar daya angkut sebuah kapal perikanan (mesin, ukuran), maka menjadikan hasil tangkapan lebih banyak dan berkualitas.
Terbesar dan tercepat
L
8
Motor
Kemampuan
HP
Semakin kuat daya dorong, akan mempunyai kecepatan tinggi, sehingga memberikan efisiensi waktu berlayar.
Tercepat
9
Alat Tangkap
Teknologi
-
Semakin tinggi teknologi yang dimiliki oleh kapal perikanan, semakin banyak hasil tangkapan dan berkualitas.
Inovasi
L
10
Pendidika n
Strata
SMA, Semakin tinggi tingkat D3, S1, pendidikan seseorang, maka S2, semakin mudah dalam mengaplikasikan dan melaksanakan suatu pekerjaan.
Tertinggi
L
11
Pengalam an
Masa kerja
Tahun, bulan
Semakin lama seseorang menekuni bidang profesinya, maka akan lebih professional
91
dalam tanggung jawab pekerjaan. 12
Unit Usaha
Jumlah unit usaha
unit
Meningkatnya jumlah unit usaha yang terdapat di suatu wilayah (industri perikanan, jasa perangkutan, dan lainnya), menunjukkan bahwa semakin banyak produk perikanan yang dihasilkan. Hal ini berarti semakin banyak pula hasil yang dapat dijual, yang tentu saja akan berakibat pada peningkatan pendapatan suatu wilayah. Meningkatnya pendapatan akan memicu adanya mobilitas yang semakin meningkat.
Jumlah tertinggi
L
13
Penjamina n mutu
Kelengkapan di setiap unit kerja
unit
Semakin jelas standarisasi (spesifikasi, SOP, aturan dan kebijakan) pelaksanaan aktifitas di pelabuhan, maka sistem akan semakin teratur dan terarah.
Lengkap
L
14
Perijinan
Kelengkapan ijin
Jenis
Ketaatan dan kedisiplinan dalam menjalankan kegiatan usaha perikanan tangkap sesuai dengan aturan jenis perizinan (Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Kapal Perikanan (SIPI dan SIKPI), yang harus dimiliki oleh Perorangan, Koperasi dan Perusahaan perikanan swasta, nasional, dan internasional.
Lengkap
L
15
Lalulintas
Prosentase pertumbuhan lalu lintas hasil perikanan pertahun
%
Pertumbuhan lalu lintas hasil perikanan di pelabuhan menunjukkan adanya peningkatan/ penurunan kinerja di pelabuhan. Semakin tinggi prosentase pertumbuhan yang dimiliki oleh suatu pelabuhan, semakin besar lalu lintas hasil perikanan yang terjadi. Agar lalu lintas hasil perikanan tersebut diatas dapat terlayani dengan baik, maka diperlukan sistem pengaturan yang tepat.
Prosentase tertinggi
L
92
5.2.3.1 Menentukan prioritas dari sistem layanan Penentuan prioritas pilihan responden dalam pengoptimuman pelayanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon dengan model analytical hierarchy process (AHP). Data-data sebagai dukungan terhadap perhitungan diambil dari hasil pengisian kuesioner dari 19 orang responden , dan wawancara
dengan
langkah proses perhitungan sebagai berikut: 1) Perhitungan rata-rata geometrik Nilai perbandingan atar kriteria level (1) dari Tujuan No
TUJUAN
No
1
Prasarana
2
Sarana
3
Tingkat Operasional
975313579
Jumlah
Nilai Terpilih
2) Perhitungan bobot prioritas BOBOT PRIORITAS LEVEL (1) PENGOPTIMUMAN Prasarana PELAYANAN Prasarana Sarana Tingkat Operasional
Sarana
Tingkat Operasional
JUMLAH
3) Perhitungan Consistency ratio (Cr) LEVEL
KRITERIA / SUB KRITERIA
1
Prasarana
1
Sarana
1
Tingkat Operasional
2
Aksesibilitas
2
Fasilitas
2
Kapal
2
Sumber Daya Manusia(SDM)
2
Fungsi
2
Prosedur
3
Jarak antar pelabuhan
3
Letak pelabuhan
3
Akses ke pelabuhan
3
Fasilitas Dasar
3
Fasilitas Fungsional
Max
CI
RI
CR
93
3
Fasilitas pendukung
3
Jenis kapal
3
Alat Tangkap
3
Pendidikan
3
Pengalaman
3
Unit Usaha
3
Penjaminan mutu
3
Perijinan
3
Lalu lintas
4) Perhitungan bobot kinerja NO
KRITERIA
Kode Kriteria
P.Lokal
P.Global
1 2 3 4
Dari hasil pembobotan yang telah diolah lebih lanjut, akan diperoleh nilai prioritas. Penentuan prioritas dimulai dari level hirarki terbesar sampai level hirarki terkecil. Prioritas tertinggi untuk kriteria pada setiap level yang sama ditentukan oleh nilai prioritas tertinggi. Maka bagi kriteria yang memiliki nilai prioritas tertinggi adalah merupakan komponen yang pertama harus diperhatikan dalam rencana pengoptimuman pelayanan. 5.3 Hasil dan Pembahasan Perkembangan armada kapal perikanan yang berada di PPN Ambon selama tujuh tahun terakhir menunjukkan jumlah yang terus meningkat. Kecenderungan peningkatan ini diprediksi akan terus berlangsung pada masa yang akan datang, seiring dengan semakin kondusifnya kondisi keamanan di Maluku. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga memberikan pengaruh langsung terhadap efisiensi operasional penangkapan ikan, khususnya bagi kapal ukuran di atas 30 GT yang beroperasi di perairan Laut Banda, Laut Arafura, dan Laut Seram akan mengalihkan pelabuhan pangkalannya ke PPN Ambon.
94
5.3.1 Rona PPN Ambon PPN Ambon terletak di Kota Ambon yang merupakan ibukota Provinsi Maluku. Perairan Provinsi Maluku memiliki peran penting dan strategis bagi kegiatan perikanan laut nasional, karena 26,3% potensi perikanan tangkap Indonesia yang bisa dimanfaatkan berada pada wilayah perairan ini dan sekitarnya. Berada di titik sentral dari 3 (tiga) Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), yaitu: Laut Banda, Laut Arafura, Laut Seram,dan Teluk Tomini. Kapalkapal perikanan yang beraktivitas di tiga WPP di atas terutama Laut Arafura kebanyakan berpangkalan di PPN Ambon. Perkembangan armada kapal perikanan yang berada di PPN Ambon selama tujuh tahun terakhir menunjukkan jumlah yang terus meningkat (Gambar 35).
Gambar 35 Grafik kinerja PPN tahun 2000-2008
5.3.2 Prioritas layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon Dari hasil pembobotan yang telah diolah lebih lanjut, diperoleh nilai prioritas. Penentuan prioritas dimulai dari level hierarki terbesar sampai level hirarki terkecil. Prioritas tertinggi untuk kriteria pada setiap level yang sama ditentukan oleh nilai prioritas tertinggi. Maka bagi kriteria yang memiliki nilai
95
prioritas tertinggi adalah merupakan komponen yang pertama harus diperhatikan sebagai masukan bagi optimalisasi layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon. Hasilnya adalah sebagai berikut (Gambar 36 sampai Gambar 45). Goal:
Gambar 36 Eigen vector Kriteria Goal
λ max 3.074128525 CI 0.037064 CR 0.063904 ** maka konsisten karena CI < 0.1
Level 1 Prasarana, Sarana, Tingkat Operasional
Gambar 37 Eigen vector Kriteria Level 1, Prasarana λ max 2 CI 0 CR 0 CR 0 ** maka konsisten karena CI < 0.1
96
Gambar 38 Eigen vector Kriteria Level 1, Sarana λ max 2 CI 0 CR 0 ** maka konsisten karena CI < 0.1
Gambar 39 Eigen vector Kriteria Level 1, Tingkat Operasional λ max 1.875019 CI 0.12498124 CR 0 **tidak konsisten karena CI > 0.1
97
Level 2 Aksesibilitas, Fasilitas, Kapal, Sumber Daya Manusia, Fungsi, Prosedur
Gambar 40 Eigen vector Kriteria Level 2, Aksesibilitas λ max
3.656122963
CI 0.328061 CR 0.565623 **tidak konsisten karena CI > 0.1
Gambar 41 Eigen vector Kriteria Level 2, Fasilitas λ max 3.118136218 CI 0.059068 CR 0.101842 ** maka konsisten karena Ci<0.1
Gambar 42 Eigen vector Kriteria Level 2, Kapal λ max 3.658845068 CI 0.329423 CR 0.56797 **tidak konsisten karena CI > 0.1
98
Gambar 43 Eigen vector Kriteria Level 2, Sumber Daya Manusia λ max 1.875019 CI -0.12498124 CR 0 ** maka konsisten karena Ci<0.1
Gambar 44 Eigen vector Kriteria Level 2, Fungsi λ max 1.99985 CI -0.00014999 CR 0 ** maka konsisten karena Ci<0.1
99
Gambar 45 Eigen vector Kriteria Level 2, Prosedur λ max 1.8 CI -0.19999999 CR 0 ** maka konsisten karena Ci<0.1
Dengan mempertimbangkan seluruh variabel dan parameter dari layanan transportasi perikanan tangkap, skala prioritas berdasarkan pilihan responden (expert, operator, user dan scietiest) dilihat berdasarkan eigene vector terhadap Goal,yaitu tingkat pelayanan optimum, maka prasarana menduduki prioritas pertama diikuti oleh sarana lalu tingkat operasional. Sementara terhadap level 1 prasarana, sarana,dan tingkat operasional, maka prioritas pilihan responden sebagai pendukung optimalisasi layanan
masing-masing adalah aksesibilitas,
kapal dan fungsi. Kemudian prioritas pilihan layanan terhadap Level 2, yaitu aksesibilitas, fasilitas, kapal, sumber daya manusia, fungsi, prosedur masingmasing adalah unit usaha dan perizinan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan pengaruh luas lahan dan pengalaman SDM ditolak, sedangkan hipotesis yang menyatakan pengaruh ukuran kapal dan perizinan diterima. 5.3.3 Strategi layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan dan pengembangan PPN Ambon, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategis dengan interpretatif kualitatif. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 19 dan Tabel 20 berikut:
100
Tabel 20 Analisis faktor strategis eksternal BOBOT Rata-rata
KETERANGAN
RATING Rata-rata
SCORE Rata-rata
OPPORTUNITIES (O) PELUANG :
1. Program peningkatan produksi Perikanan 2. Sumberdaya ikan masih tersedia 3. Permintaan Ekspor masih meningkat 4. Akses PPN untuk berbagai (Tempat dan Jenis komoditi) lokasi fishing ground 5. Kota Ambon merupakan lokasi mina politan (Klaster pengembangan industry perikanan) 6. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui unit Usaha 7. Pengaruh jumlah unit usaha terhadap peningkatan pendapatan wilayah
0.07 0.066 0.063
2.9 2.9 2.7
0.233 0.222 0.202
0.052
2.6
0.16
0.056
3
0.204
0.06
2.9
0.203
0.061
2.9
0.206
0.076 0.059 0.11
2.8 2.8 3.8
0.213 0.181 0.422
0.121
3
0.366
0.065 0.069 1
2.2 3
0.145 0.208 2.964
THREATHS (T) ANCAMAN :
1. Adanya PPN Pesaing 2. Kondisi pelabuhan (pendangkalan, erosi) 3. Kelengkapan izin yang dimiliki 4. Rencana pemerintah membangun Outer fishing Ports 5. Kerusuhan atau konflik 6. Pembangunan pelabuhan milik swasta (contoh : di TOTAL
Tual)
Tabel 21 Analisis faktor strategis internal KETERANGAN
BOBOT Rata-rata
RATING Rata-rata
SCORE Rata-rata
STRENGTHS (S)
KEKUATAN : 1. Kelengkapan fasilitas PPN yang sudah memadai 2. Kelengkapan penjaminan mutu sudah tersedia 3. Luas lahan memadai 4. Kinerja operasional PPN yang memadai 5. Akses ke Lahan Industri
0.121 0.121 0.111 0.12 0.126
3.6 3.2 3.4 3.6 4
0.364 0.317 0.311 0.36 0.424
0.121 0.113
3.2 3.4
0.326 0.317
0.125
3.2
0.33
0.111 0.131 1
3.4 3.4
0.318 0.374 3.447
WEAKNESSES (W) KELEMAHAN :
1. Kesejahteraan SDM masih kurang 2. Kapal pengangkut ikan masih kurang 3. KUnit penangkapan (kapal penangkap ikan, alat tangkap, nelayan) 4. Kuantitas dan kualitas SDM masih kurang 5. Supply air, bahan bakar minyak, es masih kurang TOTAL
Ke dua tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa strategi peningkatan produksi dan kelengkapan izin merupakan strategi yang dinyatakan penting. Hal ini sesuai dengan rumusan hipotesis, sehingga hipotesis tersebut di terima. Di samping itu tercatat pula bahwa akses ke lahan industry merupakan hal yang dinilai penting, demikian pula supply bahan-bahan untuk melaut. Secara grafis dapat dilihat pada Gambar 46.
101
Gambar 46 Grafik sebaran strategi peningkatan layanan
5.5 KESIMPULAN DAN SARAN Dengan mempertimbangkan seluruh variabel dan parameter dari layanan transportasi perikanan tangkap, maka secara global berdasarkan eigene vector skala prioritas yang terpilih Prasarana dan secara spesifik adalah unit usaha dan perizinan. Berdasarkan analisis internal dan eksternal pada PPN Ambon, maka strategi yang dianggap mendukung optimalisasi layanan sehingga perlu diupayakan adalah: Program peningkatan produksi dan kelengkapan izin yang dimiliki.untuk internal. Sementara strategi untuk eksternal adalah akses ke lahan industri dan supply air, bahan bakar minyak, es .