BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Landasan pacu (runway) Bandar Udara Internasional Kualanamu (IATA: KNO, ICAO: WIMM) adalah sebuah bandar udara internasional yang melayani kota Medan dan sekitarnya. Bandara ini terletak 39 km dari kota Medan. Bandara ini adalah bandara terbesar kedua di Indonesia setelahBandar Udara Internasional SoekarnoHatta. Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pembangunan bandara ini merupakan bagian dari MP3EI, untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatera dan sekitarnya. Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. Adapun data dalam perhitungan panjang runway bandar udara internasional Kualanamu adalah sebagai berikut: a) Spesifikasi bandar udara Internasional Kualanamu: 1) Landas pacu (runway)
: dimensi = 3750 x 60 m2
2) Elevasi (min)
: + 4 m dpl
3) Elevasi
: RWY 05=6,960 meter (22, 834
feet) AMSL; RWY 23=6,095 meter (19,996 feet) AMSL 4) Reference temperatur
: 31,8º C
5) Angin (wind)
: BL-BD (5-10 knots) IV -1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6) Koordinate
: 03°38’32”N 098°53’07”E
b) Data pesawat (airplane characteristic data) 1) Jenis pesawat (models)
: A330-300 (Airbus)
2) Jenis mesin (series engine)
: GE CF6-80E1
3) Maximum Takeoff Weight (MTOW) : 212 000 Kg 4) Estimated Operational Empty Weight (OEW) : 119 831 Kg 5) Maximum Zero Fuel Weight (MZFW) : 16400 Kg
4.2. Analisis panjang runway berdasarkan metoda ICAO a) Takeoff Runway Availlable (TORA) Perhitungan Takeoff Runway Availlable (TORA) menggunakan metoda ICAO Aerodrome Design Manual Part 1. Berdasarkan ICAO, perhitungan panjang runway untuk pesawat dengan MTOW lebih besar dari 60000 pounds (27200 Kg) digunakan manual yang dikeluarkan oleh pabrikasi pesawat masing-masing. Analisa panjang runway untuk jenis pesawat A330300 menggunakan grafik manual yang dikeluarkan oleh pabrik pesawatnya sendiri dengan menggunakan data untuk Maximum Takeoff Weight (MTOW) 212000 Kg. Panjang landasan pacu (runway Availlable) yang diperoleh dilakukan koreksi akibat pengaruh dari keadaan lokal lokasi bandara sebagai berikut:
IV -2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a.
Ketinggian permukaan laut (correction for elevation) Fe = 1 + 0.07 Fe = 1 + 0.07 = 1,001
b.
Temperatur (correction for temperature) Ft = 1 + 0.01 x [ T – (15-0.0065 x h)] Ft = 1 + 0.01 x [ 31,8 – (15-0.0065 x 4,0)] = 1,6994
c.
Koreksi kemiringan landasan (correction for gradient) Elevasi runway max = 5,42 m (lampiran height plan runway) Elevasi runway min = 4,0 m (lampiran height plan runway)
= = 0,0378 Fg = 1 + 0.1 x G = 1 + 0.1 x 0,0378 = 1,0415 Panjang runway setelah dilakukan koreksi (ARFL) ARFL = 2.255 x Fe x Ft x Fg = 2.255 x 1,001 x 1,6994 x 1,0415 IV -3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
= 3995,17 m
≈
3995 m.
Grafik takeoff weight limitation untuk jenis pesawat A330 dengan mesin yang berbeda, panjang runway masing-masingnya dapat ditentukan dengan cara yang sama. Berikut ini adalah daftar takeoff runway Availlable (Tabel 5.1) pesawat A330 dengan berbagai tipe mesin. Tabel 4.1 Panjang runway pesawat A330 dengan berbagai tipe mesin Tipe mesin
PW 4000
RR TRENT 700
2702
2720
Takeoff weight limitation (m)
GECF680E1 2651
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis mesin pesawat yang digunakan mempengaruhi kebutuhan takeoff runway Availlable.
b.
Landing Distance Availlable (LDA) Kebutuhan Landing Distance Availlable (LDA) jenis pesawat A330 untuk semua jenis mesin adalah 2500 m, dengan panjang runway bandar udara internasional Kualanamu 3750 m. .
c.
Runway End Safety Area (RESA) Bandar udara Internasional Kualanamu memiliki RESA dikedua runway
existingnya dengan dimensi yang berbeda. Pada runway 05 memiliki RESA dengan dimensi 180 m x 120 m, sedangkan untuk runway 23 dengan dimensi 180 m x 120 m. Berdasarkan ICAO annex 14 dimensi RESA pada runway 05 dan runway 23 yang mensyaratkan panjang minimum 90 m ujung runway strip dan lebar minimum dua kali lebar runway sudah memenuhi ketentuan. IV -4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
d. Clear way Menurut ICAO annex 14, panjang maksimum clearway adalah setengah jarak panjang area lepas landas yang ada. Pada clearway terdapat penambahan lebar kearah lateral sekurang-kurangnya 75 m disetiap sisinya dari garis sumbu perpanjangan runway. Berdasarkan rekomendasi ICAO tersebut, maka dimensi clearway pada bandar udara internasional Kualanamu pada runway 05 (300 m x 150 m) dan runway 23 (300 m x 150 m) sudah memenuhi ketentuan.
e.
Stopway Stopway atau overrun (inggris) di bandar udara internasional Kualanamu
mempunya ukuran 60 m x 60 m. Dimensi panjang overrun sudah memenuhi ketentuan ICAO yaitu 60 m untuk kode angka 4. Pada tugas akhir ini tidak diperoleh kemiringan overrun secara detail.
f.
Analisa angin Pada tugas akhir ini tidak diperoleh data angin secara detail dari station
BMKG Medan. Data yang diperoleh hanya berupa data angin rata-rata dari BMKG Medan dimana angin perpermukaanan datang dari arah barat laut dan barat daya dengan kecepatan angin rata-rata (5-10 knots). Panjang runway bandar udara 3750 m, maka Sesuai dengan persyaratan ICAO, Aerodrome Reference Field Length (ARFL) >1500 m, pesawat dapat landing atau takeoff pada 95% dari waktu dengan komponen cross wind tidak melebihi 20 knots. Dengan kecepatan angin perpermukaanan 10 knots, panjang runway sudah memenuhi ketentuan IV -5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ICAO. Arah azimuth landasan existing bandar udara juga sesuai dengan arah angin.
4.3.
Landasan hubung (taxiway) Bandar udara Internasional Kualanamu memiliki dua landasan hubung
(taxiway), dengan masing-masing dimensinya yaitu, taxiway A (3750 x 30 m) dan taxiway B (2000 x 30 m). Berikut adalah analisis taxiway utama bandar udara internasional Kualanamu. a.
Analisis karakteristik taxiway 1) Panjang taxiway
: 3750 m
2) Lebar taxiway
: 30 m
3) Lebar shoulder
: 15 m
4) Lebar taxiway plus shoulder
: 45 m
5) Lebar taxiway strip
: 3990 m x 300 m
Referensi kode huruf dan kode angka bandar udara dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini: Tabel 4.2 Aerodrome reference code Code element I
Code element II
Code
Aerodrome reference
Code
Wing span
Outer main gear
number
field length (m)
letter
(m)
wheel span (m)
1
< 800
A
< 15
< 4.5
2
800 – 1200
B
15 - < 24
4.5 - < 6
IV -6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
1200 – 1800
C
24 - < 36
6-<9
4
>1800
D
36 - < 52
9 - < 14
E
52 - < 65
9 - < 14
F
65 - < 80
14 - < 16
(sumber:ICAO, 1999)
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, maka bandar udara internasional Kualanamu yang memiliki ARFL > 1800 (3750 m) digolongkan kedalam kode nomor 4, sedangkan berdasarkan karakteristik pesawat maksimum yang dilayani yaitu A 330-300 dengan wing span 60,304 m (197 ft 10 in) (lampiran), maka bandar udara digolongkan kedalam kode huruf E. Lebar taxiway minimum yang disyaratkan ICAO untuk bandar udara kode huruf E yaitu 23 m (Tabel 3.6). Lebar landas hubung dan bahunya (Width of the taxiway and shoulder) berdasarkan ICAO (Tabel 3.8) untuk bandar udara dengan kode huruf E yaitu 44 m, sedangkan lebar taxiway strip (Wstrip) yaitu 80 m.
Tabel 4.3 Jarak as taxiway dengan as runway Code number Code letter A
Instrument runway (m)
Non-instrumen runway (m)
1
2
3
4
1
2
3
4
82,5
82,5
-
-
37,5
47,5
-
-
IV -7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
B
87
87
-
-
42
52
-
-
C
-
-
168
-
-
-
93
D
-
-
176
176
-
-
101
101
E
-
-
-
182,5
-
-
-
107,5
F
-
-
-
190
-
-
-
115
(sumber:ICAO, 1999)
Berdasarkan ICAO, 1999 jarak minimum antara as taxiway dengan as runway (instrumen runway) untuk bandar udara dengan kode huruf E dan kode angka 4 adalah 182,5 m. Perbandingan karakteristik taxiway bandar udara Kualanamu dengan persyaratan ICAO dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut: Tabel 4.4. Perbandingan taxiway eksisting bandar udara Kualanamu dengan ICAO Bandara Internasional
ICAO 1999
Kualanamu (m)
(m)
Lebar taxiway
30
23
Lebar taxiway + shoulder
45
44
W strip
195
80
Karakteristik taxiway
Pada tikungan taxiway, jari-jari kurvanya harus cukup halus untuk berbelok pesawat. Jari-jari taxiway yang perlu diperhatikan antara lain jari-jari belokan (R) taxiway dan jari-jari fillet (F). Jari-jari belokan (R) taxiway yaitu jarak dari titik pusat lingkaran sampai ke center line tikungan pada suatu belokan taxiway. Jari-jari fillet (F) yaitu jarak dari pusat lingkaran ke ujung terluar tikungan taxiway. Jari-jari belokan (R) dan jari-jari fillet (F) bandar udara IV -8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
internasional Kualanamu dan kebutuhan tikungan taxiway pesawat A330-300 dapat dilihat pada gambar 5.4 dan 5.5 berikut:
IV -9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30,48 (100ft)
4,78(15,68ft)
22,86(75,0ft)
6,04 (19,8ft)
R=38,25(125,5ft)
5,39 (17,7ft) )
45,72 (150ft)
(Sumber, A330 Airplane characteristic)
Gambar 4.3. (900) Turn-runway to taxiway
IV -10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.4. Tikungan taxiway bandar udara internasional Kualanamu Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa bandar udara internasional Kualanamu memiliki dimensi jari-jari belokan yang cukup lebar sehingga memberikan pelayanan yang baik dan halus bagi keleluasaan tikungan terhadap pesawat yang beroperasi terutama pesawat kritis yang ditinjau yaitu A330. Pesawat A330-300 memberikan standar tikungan minimal dengan radius belokan (R) 38,25 m, sementara tikungan taxiway pada bandar udara Internasional Kualanamu cukup besar yaitu dengan radius (R) 60 m. Jari-jari fillet taxiway bandara (F) 35 m juga cukup untuk melayani pesawat A330 yang hanya membutuhkan jari-jari Fillet (F) minimal 30,48 m. Perbandingan tikungan taxiway dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut: Tabel 4.5 Perbandingan kebutuhan tikungan taxiway Tikungan taxiway
Fillet radius (F)
Radius of taxiway turn (R)
Kualanamu
35 m
60 m
A330-300
30,48 m
38,25 m
ICAO
25,5 m
45 m IV -11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Analisis kemiringan perpermukaanan perkerasan taxiway Kemiringan perpermukaanan taxiway
yang akan dianalisis
yaitu
kemiringan transversal dan longitudinal.
1) Kemiringan tranversal (tranverse slope) Bandar udara Kualanamu tergolong dalam kode huruf E, sehingga berdasarkan Tabel 3.7 kemiringan tranversal yang diijinkan adalah 1,5 %. Berikut dilakukan analisis beberapa titik dari gambar height plan pada taxiway utama (Twy A) dengan persamaan :
½ lebar taxiway = 15 m
2) Kemiringan longitudinal (longitudinal slope) Kemiringan longitudinal yang diijinkan untuk bandar udara dengan kode huruf E juga 1,5%. Perubahan kemiringan memanjang (longitudinal slope changes) harus diberi daerah transisi dengan tingkat perubahan tidak melebihi 1% per 30 m untuk kode huruf C, D, E, dan F.
4.4. a.
Area parkir Pesawat (Apron) Analisis ukuran apron existing Dimensi dari apron existing bandar udara internasinal Kualanamu adalah
205m x 216m dengan luas apron 200.000 m2. Jarak sisi terluar apron dengan centerline runway yaitu 345 m. Kapasitas apron (parkir pesawat) setelah IV -12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dialihkan dari bandar udara Polonia Medan menjadi bandar udara internasional Kualanamu dalam perencanaannya dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut:
Sumber: PT Angkasa Pura II KNO
Gambar 4.5 Kapasitas parkir pesawat tahun 2013
IV -13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berbagai jenis pesawat yang beroperasi dibandar udara Kualanamu cukup beragam disamping pesawat kecil seperti B 737 terdapat pula pesawat berbadan lebar seperti B747 – 400, B 777, dan A300. Berikut ini adalah data pergerakan/penerbangan pesawat tahun 2009-2013:
Tabel 5.8 Data pergerakan Penumpang dan Pesawat (domestic/ Internasional) pesawat tahun 2009-2013
IV -14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
No. 1
2
TAHUN
URAIAN 2009
%
2010
%
2011
%
2012
%
2013
%
Internasional
10,672
2.77%
12,193
14.25%
14,934
22.48%
15,426
3.29%
17,170
11.31%
Domestik
39,611
-6.95%
44,994
13.87%
46,918
4.24%
50,544
7.99%
53,291
5.07%
Jumlah
50,283
-4.99%
57,187
13.73%
61,753
7.98%
65,970
6.83%
70,461
6.81%
Internasional
932,994
-0.10%
1,136,211
21.78%
1,419,229
24.91%
1,552,968
9.42%
1,712,440
10.27%
Domestik
3,840,146
2.93%
4,967,810
29.37%
5,606,312
12.85%
6,310,989
12.57%
6,577,205
4.22%
Sub Jumlah
4,773,140
2.32%
6,104,021
27.88%
7,025,541
15.10%
7,863,957
11.93%
8,289,645
5.41%
0.00%
572
0.00%
9,763
1606.82%
946
90.31%
3,354
254.55%
PESAWAT
PENUMPANG
Transit Int’l
3
Transit Domestik
183,201
20.53%
84,982
53.61%
134,803
58.63%
127,011
-5.78%
65,706
-48.27%
Jumlah
4,956,341
2.90%
6,189,575
24.88%
7,170,107
15.84%
7,991,914
11.46%
8,358,705
4.59%
3,672,458
22.98%
2,339,061
36.31%
5,257,337
124.76%
4,666,159
11.24%
5,174,434
10.89%
Domestik
31,164,759 -8.35% 33,462,117
7.37%
42,001,125
25.52%
38,128,175 -9.22% 39,099,072
2.55%
Jumlah
34,837,217 10.15% 35,801,178
2.77%
47,258,462
32.00%
42,794,334 -9.45% 44,273,506
3.46%
KARGO (KG ) Internasional
(Sumber: PT Angkasa Pura II KNO) IV- 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan data penerbangan yang diperoleh dari PT.Angkasa Pura II tersebut kemudian pesawat yang dianalisa, dikelompokkan berdasarkan wingspan sesuai dengan penempatan pesawat parkir pada apron bandara dan juga untuk mempermudah analisis. Jumlah pesawat kemudian dari 2009-2013 ditotal. Data pergerakan pesawat tahun 2009-2013 sesuai dengan pengelompokan wingspan pesawat parkir. Jumlah penumpang untuk tahun 2009 adalah : 8,358,705 orang, sehingga diperolehjumlah penggunaan pesawat oleh penumpang. Hasil penggunaan pesawat oleh penumpang dapat dilihat pada : Tabel 4.7 pesawat dan penumpang Penumpang
Type Tahun
Pesawat Penerbangan
2009
2010
2011
2012
Kargo Normal
Transite
Domestik
39,611
3,840,146
183,201
31,164,759
Internasional
10,672
932,994
-
3,672,458
Jumlah
50,283
477,3140
183,201
34,837,217
Domestik
44,994
4,967,810
84,982
33,462,117
Internasional
12,193
1,136,211
572
2,339,061
Jumlah
57,187
6,104,021
85,554
35,801,178
Domestik
46,784
5,606,312
134,803
42,001,125
Internasional
14,934
1,419,229
9,763
5,257,337
Jumlah
61,718
7,025,541
144,566
47,258,462
Domestik
50,522
6,310,989
127,011
38,128,175 IV- 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2013
Internasional
15,426
1,552,968
946
4,666,159
Jumlah
65,948
7,863,957
127,957
42,794,334
Domestik
53,291
6,577,205
65,706
39,099,072
Internasional
17,170
1,712,440
3,354
5,174,434
Jumlah
70,461
8,289,645
69,060
44,273,506
Analiasa dilakukan berdasarkan jumlah penumpang dari tahun 2009 sampai 2013. Kenaikan persentase setiap tahun dijelaskan pada: Tabel 4.8 Presentase kenaikan pesawat dan penumpang
Tahun
Pesawat
Penumpang
Kenaikan (%)
Normal
Kenaikan (%)
Transite
Kenaikan (%)
2009
50,283
10.65
477,3140
25.32
183,201
4.30
2010
57,187
13.73
6,104,021
27.88
85,554
- 5.30
2011
61,718
7.92
7,025,541
15.01
144,566
6.89
2012
65,948
6.85
7,863,957
11.94
127,957
-11.48
2013
70,461
6.84
8,289,645
5.42
69,060
-46.02
9.20
5,952,095
17.12
122.067.6
-10.33
Rata - rata
Tabel 4.9 Grafik Presentase kenaikan pesawat dan penumpang IV- 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80,000
9,000,000
70,000
8,000,000 7,000,000
60,000
6,000,000
50,000
5,000,000 40,000 4,000,000 30,000
3,000,000
20,000
2,000,000
10,000 0 PESAWAT
1,000,000 2009
2010
50,283
PENUMPANG 4,773,140
2011
2012
2013
57,187
61,718
65,948
70,461
6,104,021
7,025,541
7,863,957
8,289,645
0
b. Analisis dimensi apron untuk umur fungsional 10 tahun Dari data lalu lintas pesawat udara diatas didapat perencanaan penggunaan kapasitas apron untuk 10 tahun kedepan, dengan asumsi pertumbuhan sebesar 5 % tiap tahun. Tahun
Pesawat
0
2013
70,461
1
2014
73,985
2
2015
77,503
3
2016
81,030
4
2017
84,553
5
2018
88,076
6
2019
91,599
7
2020
95,122
Keterangan
IV- 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
2021
98,645
19
2022
102,168
10
2023
105,692
Tabel 4.10.Peningkatan Pergerakkan Pesawat asumsi 5%
Analisis dimensi apron untuk umur fungsional 10 tahun 120,000
100,000
80,000 70,461
60,000
73,985
77,503
81,030
84,553
88,076
91,599
95,122
98,645
102,168
105,692
40,000
20,000
0 1
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
Tabel 4.11. Grafik Peningkatan Pergerakkan Pesawat asumsi 5%
Dengan jumlah parking stand existing yang ada di di bandar udara Internasional Kualanamu sejumlah 33 ditambah dengan 3 parking stand di apron kargo maka jumlah keseluruhan sebanyak 36 parking stand. Dengan kondisi existing apron
IV- 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pada tahun 2013 maka jumlah parking stand yang ada sudah terpakai seluruhnya untuk melayani jumlah pergerakkan pesawat. Dengan asumsipertumbuhan pergerakkkan pesawat sebesar 5 % setiap tahun maka dibutuhkan adanya penambahan parking stand. Penambahan jumlah parking stand dapat dihitung denga rumus : a
jumlah pergerakkan pesawat udara
70,461
tahun 2013 b
jumlah parking stand tahun 2013
c
jumlah pergerakkan pesawat udara
33 105,695
tahun 2023 (asumsi 5% pertahun) RUMUS x
(
)
( X
)
= 49,50 = 49 parking stand
Dari perhitungan diatas jumlah parking stand pada tahun 2023 sebanyak 49 parking stand. Dengan demikian perlu adanya penambahan sebanyak 16 parking stand untuk dapat mengakomodir pergerakan pesawat udara sebanyak 105,695.
4. 5. a.
Pembahasan Landasan pacu (runway) Perhitungan panjang runway memakai suatu standar yang di sebut ARFL
(Aerodrome Reference Field Length). Menurut ICAO, ARFL adalah runway
IV- 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas pada maximum sertifikated take off weight, elevasi permukaan laut, kondisi standar atmosfer, keadaan tanpa angin bertiup, runway tanpa kemiringan. Setiap pesawat mempunyai ARFL berbedabeda yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.
Analisa panjang runway jenis pesawat A330-300 yang dikeluarkan oleh pabrik pesawatnya dengan menggunakan data Maximum Takeoff weight (MTOW) 212.000 Kg. Berdasarkan MTOW dan airport pressure altitude (elevasi) diperoleh ukuran panjang landasan pacu (runway length) sebesar 7400 feet (2255 m). Panjang tersebut harus dipenuhi dengan melakukan koreksi akibat pengaruh kondisi lokal lokasi bandar udara diantaranya terhadap ketinggian permukaan laut, temperatur dan kemiringan landasan. Diketahui panjang runway bandar udara Kualanamu yaitu 3750 m.
Berdasarkan karakteristik pesawat maximum yang dilayani yaitu A330300 dengan wingspan 60,304 m, maka bandar udara digolongkan kedalam kode huruf E. Menurut ICAO annex 14, lebar runway minimum untuk bandar udara dengan kode huruf E yaitu 45 m. Bandar udara Kualanamu memiliki ukuran lebar runway 60 m, sehingga sudah memenuhi ketentuan ICAO. Panjang dasar landasan ditentukan dengan kondisi asumsi di bandar udara sebagai berikut :
IV- 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Elevasi/ketinggian bandara pada muka air laut rata-rata 2. Temperatur bandara ditentukan pada suhu standar 15°C (59°F) 3. Landas pacu rata searah longitudinal 4. Tidak ada angin yang bertiup di landas pacu 5. Pesawat dimuati dengan kapasitas penuh 6. Tidak ada angin yang mempengaruhi selama penerbangan ke tujuan 7. Temperatur standar selama penerbangan Panjang aktual landas pacu ditentukan dari panjang dasar landasan dan angkaangka koreksi ketinggian, temperatur dan koreksi terhadap gradien. Koreksi terhadap Ketinggian Semakin tinggi suatu tempat akan menyebabkan kerapatan udara menjadi semakin rendah, hal ini akan mengakibatkan pesawat memerlukan jarak yang lebih panjang untuk tinggal landas. Panjang dasar landasan (basic runway length) merupakan suatu kebutuhan dasar yang diperlukan oleh masing-masing pesawat dalam melakukan manuver lepas landas (penerbangan/take-off) atau pendaratan (landing). Setiap pesawat memiliki panjang dasar landasan sendiri terkait dengan kemampuan
masing-masing
pesawat
dalam
melakukan
manuver
penerbangan/pendaratan. Panjang dasar landasan ditentukan oleh industri pesawat terbang, meskipun demikian bagi perencana bandara perlu mengetahui konsep penentuan panjang dasar landasan suatu pesawat. Panjang dasar landasan suatu pesawat ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini :
1. Pendaratan Normal (normal landing case), 2. Lepas Landas Normal (normal take-off case), IV- 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Lepas Landasr dengan Gangguan Mesin (Engine Failure take-off case).
b. Perhitungan PCN Pada Runway •
Dalam penyelenggaraan operasi bandara salah satu faktor penting adalah keamanan
dan
keselamatan
penerbangan
sebagaimana
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan yang menjelaskan bahwa keamanan penerbangan diwujudkan dari penyelenggaraan penerbangan yang bebas dari gangguan dan/atau tidakan yang melawan hukum •
Guna menunjang kelancaran dan keamanan dalam penyelenggaraan penerbangan, maka fasilitas suatu bandara harus senantiasa dalam kondisi baik dan siap pakai serta memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk itu semua fasilitas yang ada harus secara teratur dilakukan pemeriksaan, perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.
•
Dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang aman dan lancar di bandara bandara tersebut, perlu dilakukan penelitian/kajian yang mendalam terhadap kemampuan daya dukung fasilitas dimaksud dengan menggunakan peralatan Heavy Weight Deflectometer (HWD), sehingga diperoleh kepastian dan keyakinan terhadap kemampuannya untuk operasional pesawat yang lebih besar
•
Maksud dari pelaksanaan Pengukuran PCN Bandar Udara Internasional Kualanamu yang merupakan Bagian dari Pekerjaan Pengukuran PCN 1 Bandara (KNIA)
adalah untuk melakukan analisis dan evaluasi
kemampuan teknis fasilitas landasan melalui penelitian daya dukung
IV- 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
fasilitas landasan dengan menggunakan peralatan
Heavy Weight
Deflectometer (HWD). •
Perencanaan bertujuan
Pengukuran
agar
PCN
mendapatkan
Bandara kepastian
Internasional dan
Kualanamu
keyakinan
terhadap
kemampuan dan performance fasilitas landasan dalam mendukung beroperasinya pesawat terbang yang lebih besar melalui kajian nilai Pavement Clasification Number (PCN) •
Ruang lingkup pekerjaan pengukuran PCN ini meliputi pengujian fasilitas landasan yang meliputi fasilitas:
•
Runway.
•
Taxiway.
•
Apron.
•
Untuk bandara Kualanamu pengujian hanya dilakukan pada Runway dan Fillet exit Taxiway.
RUNWAY Lapisan perkerasan
Tebal (mm)
Bahan
Surface course(mm)
540
Asphaltic concrete
Base course(mm)
400
Granular material
Subgrade
1000
Tanah dasar
Tebal total (mm)
1940 mm
IV- 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
IV- 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
IV- 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
S
Sistem PCN (Pavement Classification Number) digunakan bersama-sama dengan ACN (Aircraft Classification Number). PCN adalah nilai untuk permukaan landasannya (runway, apron dan taxiway) sedangkan ACN adalah nilai yang dimiliki oleh sebuah pesawat tertentu dengan konfigurasi tertentu pula. Sistem ACN/PCN ini berlaku untuk pesawat dengan All-up Mass lebih dari 12500 lbs atau 5700 kg. Aturannya cukup sederhana, pesawat yang boleh melewati sebuah pavement harus memiliki nilai ACN yang lebih kecil atau sama dengan PCN. ACN < PCN
IV- 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
IV- 29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c.
Landasan hubung (taxiway) Bandar udara Internasional Kualanamu memiliki dua landasan hubung
(parallel taxiway), pembahasan ditujukan terhadap taxiway utama (taxiway A) dengan dimensi 3750 m x 30 m. Dan taxiway B dengan dimesi 2000 m x 30 m. Berdasarkan hasil analisis taxiway, dapat dilakukan perbandingan ukuran taxiway bandar udara Kualanamu dengan ketentuan ICAO.
Tabel 4.12. Perbandingan taxiway eksisting bandar udara Kualanamu dengan ICAO Bandar udara
ICAO 1999
Kualanamu (m)
(m)
Lebar taxiway
30
23
Lebar taxiway + shoulder
45
44
3990 x 300
80
Karakteristik taxiway
W strip
Kondisi existing taxiway bandar udara Kualanamu berdasarkan tabel diatas sudah memenuhi ketentuan yang dikeluarkan ICAO. Analisis kemiringan taxiway sebagian besar sudah memenuhi ketentuan ICAO, namun ada beberapa titik yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pesawat A330-300 memberikan standar tikungan minimal dengan radius belokan (R) 38,25 m, sementara tikungan taxiway pada Bandar udara Kualanamu cukup besar yaitu dengan radius (R) 60 m. Jari-jari fillet taxiway bandara (F) 35 m juga cukup untuk melayani pesawat A330 yang hanya membutuhkan jari-jari Fillet (F) minimal 30,48 m.
IV- 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan hasil analisis bandara udara internasional Kualanamu memiliki dimensi jari-jari belokan yang cukup lebar sehingga memberikan pelayanan yang baik dan halus bagi keleluasaan tikungan terhadap pesawat yang beroperasi terutama pesawat kritis yang ditinjau yaitu A330.
d. Area parkir Pesawat Udara (Apron) Dimensi dari apron existing bandar udara internasinal Kualanamu adalah 315m x 210m dengan luas apron 20.000 m2. Analisis apron dilakukan untuk mengetahui kelayakan kapasitas parkir pesawat untuk waktu 10 tahun kedepan.
4. 6. Analisa Permasalahan Dengan asumsi pertumbuhan pergerakkan pesawat sebesar 5 % per tahun, maka pergerakkan pesawat udara meningkat dari tahun 2013 sampai 2023 sebesar 105.461. sehingga parking stand pada tahun 2013 sebanyak 33 + 3 parking stand di area apron kargo. Berdasarkan hitungan dijelaskan bahwa pada tahun 2023 dibutuhkan penambahan parking stand sebanyak 16.
4. 7. Penyelesaian Permasalahan a. Alternatif 1 Tidak melakukan penambahan kapasitas parking stand atau perluasan apron, hal ini dapat dilakukan dengan cara : 1. Pemanfaatan waktu operasi Bandar udara yang masih tersedia (lowong) biasanya pada saat malam hari setelah jam 00.00 wib; 2. Menekankan kepada pihak maskapai (Airlines) untuk membuat dan mematuhi jadwal penerbangan (delay); IV- 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Tidak menjadikan Bandar udara Kualanamu sebagai Home Base (penempatan pesawat untuk menginap).
b. Alternatif 2 Melakukan perluasan apron (penambahan kapasitas parking stand) sesuai dengan kebutuhan pergerakkan pesawat pada tahun 2023 sebanyak 16 parking stand dengan konsekuensi : 1. Penambahan biaya Investasi yang cukup besar; 2. Pengerjaan apron akan memakan waktu lama; 3. Saat pengerjaan penambahan kapasitas apron maka akan menggangu operasional bandar udara Kualanamu.
IV- 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/