PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.1 ANALISIS REGIONAL Kota Sei Rampah (yang menjadi wilayah perencanaan) terdiri dari 8 (delapan) desa yang merupakan bagian yang terpilih dari 17 (tujuh belas) desa yang terdapat di Kecamatan Sei Rampah. Kota Sei Rampah merupakan Ibukota Kecamatan Sei Rampah dan sekaligus juga Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan demikian maka fungsi dan peranan yang harus diemban oleh Kota Sei Rampah cukup besar. Selain harus mampu menjadi pusat pelayanan bagi wilayah kecamatan juga harus mampu melayani wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, bahkan wilayah yang ada disekitar kabupaten tersebut. Jika ditinjau dari hirarki pelayanan administratif pemerintahan, kedudukan Kota Sei Rampah posisinya berada dibawah Kecamatan Sei Rampah. Dan Kecamatan Sei Rampah itu sendiri berada di bawah administrasi Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Dan demikian seterusnya Kabupaten Serdang Bedagai merupakan bagian dari wilayah Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian maka perkembangan Kota Sei Rampah sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan yang ada disekitanya, terutama kegiatan yang memiliki skala pelayanan regional. Berdasarkan
letak
geografisnya
Kota
Sei
Rampah
sangat
strategis
dan
menguntungkan baik dalam lingkup lokal maupun regional. Hal ini tentunya akan memberikan dampak positif dan prospek yang baik bagi pengembangan, pengelolaan sektor ekonomi wilayah sehingga berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan Kota Sei Rampah dimasa yang akan datang. Kegiatan-kegiatan regional disekeliling Kota Sei Rampah yang dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan Kota Sei Rampah dapat diuraikan sebagai berikut : a. Berdasarkan jarak fisiknya Kota Sei Rampah relatif dekat dengan pusat kegiatan utama Kota Medan dan Kota Tebing Tinggi; b. Kota Sei Rampah dilalui oleh jalur jalan lintas nasional yang menghubungkan Kota Medan dengan kota lainnya di Pulau Sumatera hingga ke pulau Jawa;
Laporan Akhir
IV - 1
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
c. Kota Sei Rampah juga dilalui oleh jalur rel kereta api yang menghubungkan Medan – Tebing Tinggi dan kota lainnya di Sumatera Utara; d. Berada pada jalur Rencana pembukaan jalan Tol Medan – Tebing Tinggi; e. Rencana pembangunan Bandara Kuala Namo yang relatif dekat dengan Kota Sei Rampah; f.
Reatif dekat dengan rencana pelabuhan Tanjung Beringin;
g. Adanya rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di desa Paya Bagas Kecamatan Tebing Tinggi dan desa Dungun di Kecamatan Tanjung Beringin yang relatif dekat dengan Kota Sei Rampah h. Kota Sei Rampah dikelilingi oleh kawasan perkebunan yang cukup besar, baik swasta maupun nasional; Untuk lebih jelasnya mengenai kedudukan geografis Kota Sei Rampah dalam lingkup regional dapat dilihat pada Gambar 4.1. GAMBAR 4.1 LETAK DAN POSISI KOTA SEI RAMPAH DALAM LINGKUP REGIONAL
MEDAN BANDARA KUALA NAMU PELABUHAN TG. BERINGIN
KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) DUNGUN
LUBUK PAKAM SEI RAMPAH
RENCANA JALAN TOL MEDAN - TEBING TINGGI
KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) PAYA BAGAS
TEBING TINGGI
DOLOK MASIHUL
Laporan Akhir
IV - 2
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.2 ANALISIS KEBIJAKSANAAN Analisis kebijaksanaan
kebijaksanaan pembangunan
pembangunan Kabupaten
adalah
Serdang
untuk Bedagai
memahami dan
arahan
kebijaksanaan
pembangunan Provinsi Sumatera Utara yang diduga mempengaruhi perkembangan Kota Sei Rampah. Kota Sei Rampah memiliki beberapa fungsi dan peranan penting dikaitkan dengan kedudukannya dalam wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara. Fungsi dan peranan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : A. Kebijaksanaan Provinsi Sumatera Utara Mengingat Kabupaten Serdang Bedagai adalah kabupaten yang baru terbentuk, maka banyak kebijaksanaan provinsi yang belum mengakomodasi perkembangan dari Kabupaten Serdang Bedagai. Sebagai contoh dapat dilihat bahwa Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai, didalam RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018 hanya sebagai kota yang tidak memiliki jenjang/orde. Dengan ditetapkannya Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Serdang Bedagai maka secara otomatis kedudukan Kota Sei Rampah yang semula hanya sebagai kota non orde akan meningkat menjadi Pusat Pelayaan Sekunder, yaitu pusat yang melayani satu wilayah kabupaten. B. Kebijaksanaan Kabupaten Serdang Bedagai Berdasarkan RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2006 – 2016, Kota Sei Rampah merupakan kota dengan hirarki ke I dalam wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dengan fungsi sebagai :
Pusat pelayanan Wilayah Pengembangan A (WP – A) sekaligus sebagai pusat pemerintahan Kabupaten;
Pusat perekonomian, jasa, perdagangan bagi Wilayah Pengembangan A (WP – A) dan wilayah Kabupaten;
Pusat pendidikan, sampai dengan perguruan tinggi untuk lingkup Kabupaten;
Pusat Kesehatan, sampai dengan tingkat pelayanan tertinggi dalam bentuk Rumah Sakit Umum. Dari seluruh kajian terhadap kebijaksanaan pembangunan seperti yang telah
dikemukakan diatas, dapat ditarik beberapa implikasi penting terhadap perkembangan Kota Sei Rampah, sebagaimana diuraikan dalam Tabel IV.1 berikut :
Laporan Akhir
IV - 3
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 4
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.3 ANALISIS FISIK DASAR 4.3.1 Analisa Topografi dan Kemiringan Lereng Berdasarkan pengamatan di lapangan, keadaan topografi dan kemiringan lereng di wilayah perencanaan pada umumnya relatif datar dengan kemiringan antara 0 - 2% dan berada pada ketinggian antara 50 sampai dengan 100 meter dpl. Keadaan ini sangat potensial dan sekaligus juga manjadi kendala dalam pengembangan kawasan permukiman dan pengembangan perkotaan Secara tidak langsung keadaan topografi dan kemiringan lereng di Kota Sei Rampah akan mempengaruhi dalam perencanaan dan pengembangan kota itu sendiri. Dengan demikian maka dapat diuraikan beberapa potensi dan permasalahan maupun rekomendasi pengembangan yang berkaitan dengan keadaan topografi dan kemiringan lereng di Kota Sei Rampah, antara lain, yaitu : a. Permasalahan :
Lahan yang relatif datar rawan akan banjir dan genangan air;
Lahan yang relatif datar merupakan lahan yang produktif dan potensial sehingga menimbulkan biaya yang cukup besar dalam pembebasannya (sulit untuk dialih fungsikan menjadi lahan terbangun karena lebih menguntungkan untuk pertanian);
b. Potensi : Lahan yang relatif datar potensial untuk pengembangan kawasan perkotaan tanpa adanya persyarakat tertentu; c. Rekomendasi :
Perlu membuat sistem drainase yang baik untuk mencegah banjir dan genangan;
Pada daerah aliran air (sungai) dapat dimanfaatkan sebagai saluran drainase primer (Main Drain).
Pengembangan kawasan terbangun diprioritaskan pada lahan yang kurang produktif untuk menghemat biaya pembebasan lahan, seperti : lahan dengan fungsi kebun campuran, kawasan rawa-rawa dan kawasan lainnya yang tidak dimanfaatkan secara optimal.
Pengembangan kawasan perkotaan (permukiman, sarana dan prasarana kota) diprioritaskan pada kawasan sekitar pusat kota dengan memanfaatkan kawasan perkebunan yang sudah habis ijinnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Laporan Akhir
IV - 5
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 6
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.3.2 Hidrologi Kelerengan Kawasan Perkotaan Sei Rampah semakin menurun kearah Timur menuju Selat malaka akan tetapi jaringan drainase utama kota tetap menuju ke arah Selatan yaitu menuju ke arah Sungai Rampah. Pada saat ini peresapan air hujan di Wilayah Perencanaan belum menjadi masalah karena masih luasnya kawasan pertanian dan lahan non terbangun. Air meresap langsung ke dalam tanah. Tidak demikian halnya bila kota semakin berkembang dimana kawasan terbangun akan mendominasi fisik kota dan aliran "run-on" lebih besar dari aliran "run-off". Terlebih lagi Kawasan Perkotaan Sei Rampah relatif datar yang rawan akan banjir. Dengan adanya sungai Rampah yang membelah Kawasan Perkotaan Sei Rampah maka secara tak langsung keberadaannya juga dapat menjadi potensi dan sekaligus juga menjadi permasalahan bagi pengembangan Kawasan Perkotaan Sei Rampah. Beberapa potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan keadaan hidrologi antara lain yaitu : a. Permasalahan :
Kawasan perdagangan dan jasa (pasar dan pertokoan) di Sei Rampah Pekan berada dipinggiran sungai Rampah, jika tidak diantipasi maka sepanjang sempadan sungai dikhawatir akan berubah menjadi kawasan terbangun;
Sistem drainase perkotaan belum tertata dengan baik, sehingga masih ada kawasan di wilayah perkotaan yang rawan akan genangan air;
Masih ada kawasan di Wilayah Perencanaan yang merupakan daerah rawa-rawa yang sulit untuk dikembangkan;
Sungai dan anak sungai yang ada umumnya dimanfaatkan untuk irigasi persawahan, sehingga sulit untuk dialih fungsikan.
b. Potensi :
Sungai-sungai yang ada dapat dimanfaatkan sebagai saluran drainase utama kota (main drain);
Masih dimungkinkannya untuk pembuatan drainase kota secara baik;
c. Rekomendasi :
Kawasan disepanjang sempadan sungai sedapat mungkin dihindari sebagai kawasan budidaya perkotaan (pengembangan perumahan dan permukiman).
Kawasan di sepanjang sempadan sungai sebaiknya dibuat sebagai jalur hijau konservasi dan sekaligus sebagai saluran drainase utama kota (main drain);
Laporan Akhir
IV - 7
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Membuat sisem air buangan dan drainase kota yang baik dan benar untuk menghindari daerah genangan dan banjir;
Pada kawasan-kawasan yang tidak dimungkinkan untuk dibuatkan saluran drainasenya (karena lebih rendah dari permukaan sungai seperti daerah rawa-rawa dan palungan) sebaiknya dilakukan penimbunan (tentunya dengan persyaratan teknis yang berlaku) sehingga kawasan tesebut menjadi lahan yang potensial untuk pengembangan perkotaan ;
Pengembangan kawasan perkotaan sedapat mungkin menghindari kawasan kawasan yang cukup produktif seperti sawah irigasi teknis;
Untuk lebih jelasnya mengenai analisis keadaan hidrologi dapat dilihat pada Gambar 4.3. 4.3.3 Analisis Penggunaan Lahan Keadaan penggunaan lahan di Wilayah Perencanaan belum tertata dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari terkonsentrasinya semua kegiatan pada pusat kota (Pekan Sei Rampah) dan sepanjang jalan lintas nasional (linier). Sedangkan pada daerah pinggiran kota umumnya masih merupakan lahan kosong/kawasan non terbangun yang dimanfaatkan untuk kawasan pertanian dan perkebunan. Hal ini akan menyebabkan tingkat kepadatan baik penduduk maupun bangunan di pusat kota dan sepanjang jalan lintas nasional cukup tinggi. Saat ini kepadatan penduduk di Wilayah Perencanaan sudah mencapai 17 jiwa/ha. Jika tidak segera ditata maka dapat menyebabkan kekumuhan dan kesemrautan, terutama pada pusat-pusat kegiatan yang kepadatan bangunannya cukup tinggi. Secara ringkas beberapa permasalahan yang berkatan dengan pola penggunaan lahan di Wilayah Perencanaan dapat diuraikan sebagai berikut : a. Permasalahan :
Lahan di dalam Wilayah Perencanaan sebagian besar merupakan kawasan pertanian yang produktif sehingga sulit untuk dialih fungsikan (kawasan perkebunan swasta nasional dan sawah irigasi);
Masih bercampurnya semua kegiatan dalam satu kawasan, seperti
kawasan
permukiman yang bercampur dengan lokasi industri, kawasan pemerintahan bercampur dengan permukiman dan industri dan sebaginya;
Kemungkinan akan adanya alih fungsi lahan cukup besar;
Perkembangan kawasan perkotaan umumnya hanya berkembang pada jalan lintas nasional saja.
Laporan Akhir
IV - 8
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 9
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
b. Potensi :
Masih banyak lahan dalam Wilayah Perencanaan yang belum dimanfaatkan secara optimal (lahan kosong yang tidak dimanfaatkan atau lahan yang kurang produktif) yang dapat dikembangkan menjadi pengembangan kawasan perkotaan;
Luas wilayah non terbangun masih cukup luas (70%) sehingga lahan bagi pengembangan kawasan perkotaan masih cukup luas;
c. Rekomendasi :
Memanfaatkan semua lahan dalam wilayah perencanaan seoptimal mungkin sebagai daerah pengembangan kota (kawasan terbangun), terutama pada kawasan yang kurang produktif tetapi memenuhi persyaratan sebagai pengembangan perkotaan;
Pada kawasan pusat kota tetap dipertahankan fungsinya sebagai jasa dan perdagangan dan kawasan pusat pemerintahan, sedangkan untuk permukiman diarahkan keluar pusat kota;
Membatasi perkembangan fisik pada kawasan-kawasan tertentu seperti : sepanjang jalan arteri primer, sepanjang sungai dan sepanjang rel kereta api;
Menarik perkembangan fisik kearah luar pusat kota untuk membatasi perkembangan fisik pada pusat kota dengan mengembangkan sub-sub pusat kota;
Pengembangan kawasan perkotaan sedapat mungkin menghindari kawasan kawasan yang cukup produktif seperti sawah irigasi teknis dan perkebunan;
Untuk lebih jelasnya mengenai analisis keadaan penggunaan lahan pada Wilayah Perencanaan dapat dilihat pada Gambar 4.4. 4.3.4 Perkembangan Fisik Kota Perkembangan suatu kota/daerah pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu perubahan ukuran-ukuran kota terutama dalam pelayanan sarana dan prasarana kota. Perubahan ukuran-ukuran kota tersebut dicirikan oleh perubahan struktur ruang dan pola penggunaan lahannya. Perubahan tersebut adalah semua gejala perkembangan yang terjadi dengan sendirinya (alami) ataupun secara terencana, dimana dimanifestasikan dengan wujud fisik wilayah. Sesuai dengan fungsi dan peranan Kota Sei Rampah sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa serta pusat pelayanan umum maupun pusat permukiman, maka sudah barang tentu kawasan terbangun akan semakin bertambah sesuai dengan tuntutan kebutuhan kegiatan itu sendiri.
Laporan Akhir
IV - 10
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 11
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Secara visual, saat ini perkembangan fisik Kota Sei Rampah cenderung berkembang secara linier, yaitu memanjang mengikuti jaringan jalan utama. Hal ini perlu dicegah karena jalan utama tersebut merupakan jaringan jalan arteri primer yang sudah seharusnya tidak diperuntukkan
untuk
kegiatan
permukiman
dan
perdangangan.
Jika
tetap
ingin
mempertahankan kondisi yang demikian maka perlu dicari jalan alternatif atau jalan elak yang sering disebut dengan istilah jalan lingkar untuk mengalihkan arus lalu lintas jarak jauh agar tidak lagi melewati kawasan pusat kota. Berdasarkan stadia perkembangan fisik Kota Sei Rampah, kota ini awalnya merupakan pusat perdagangan bagi wilayah disekitarnya. Sungai Rampah yang ada sekarang ini dulunya merupakan jalur pelayaran perdagangan dari Bedagai ke Sungai Rampah. Pusat pertumbuhan utamanya di Desa Sei Rampah Pekan, yaitu dipersimpangan jalan lintas dengan jalan Bedagai dan persimpangan jalan Stasiun. Dan dari sini jugalah awal cikal bakal berdirinya kota Sei Rampah. Keadaan ini dapat dilihat dari adanya bangunanbangunan lama yang berada pada pusat kota. Seiring dengan majunya jaman, pertumbuhan dan perkembangan Kota Sei Rampah juga berkembang cukup pesat. Hal ini disebabkan kondisi geografisnya yang strategis berada pada jalur jalan lintas nasional, menyebabkan kota ini berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan kota lain disekitarnya. Akan tetapi pertumbuhan yang cepat tersebut justru terjadi pada jalan nasional yang pertumbuhannya juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga lama kelamaan perkembangan fisik ini akan menimbulkan masalah dikemudian hari jika tidak diantisipasi dari sekarang. Permasalahan yang sudah mulai terlihat saat ini akibat pertumbuhan fisik yang linier dan memusat pada pusat kota tersebut antara lain adalah kemacetan lalu lintas pada pusat kota dan kecelakaan lalu lintas pada jalan lintas nasional. Untuk itu maka perkembangan fisik kota sedapat mungkin dikembangkan kearah luar dari pusat kota, sehingga dapat mengurangi beban pada pusat kota. Arahan perkembangan fisik kota akan dititik beratkan pada lahan-lahan yang mempunyai potensi tinggi untuk mendukung kegiatan pusat kota sebagai pusat perdagangan dan jasa serta untuk pengembangan perumahan maupun sektor lainnya serta meningkatkan pengembangan prasarana dan sarana kota. Untuk lebih jelasnya arah dan perkembangan fisik Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.
Laporan Akhir
IV - 12
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 13
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 14
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.4 ANALISIS STRUKTUR RUANG Perencanaan struktur tata ruang kawasan perkotaan pada dasarnya disusun berdasarkan tiga pertimbangan, yaitu aktivitas, tahapan pengembangan, serta kondisi lingkungan. Aktivitas di sini berarti kegiatan penduduk di wilayah perencanaan dalam melakukan proses kehidupan sehari-hari, termasuk di dalamnya kondisi kependudukannya itu sendiri. Tahapan pengembangan di sini menyangkut seberapa kebutuhan dari penduduk setempat dan para pelaku pembangunan lainnya dalam mengembangkan wilayah perencanaan. Dalam hal ini pengembangan tersebut haruslah mempertimbangkan aspek yang ketiga yaitu lingkungan. Berdasarkan aspek lingkungan inilah dapat diketahui kendalakendala alami dan buatan (termasuk preservasi dan konservasi) yang harus diperhitungkan, sehingga rencana pengembangan yang dilakukan tetap memperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Struktur Tata Ruang Kota Sei Rampah diarahkan untuk memberikan pelayanan yang merata bagi seluruh bagian wilayah perencanaan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai fungsi wilayah perencanaan (Kota Sei Rampah) yang merupakan Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan demikian, struktur ruang yang direncanakan tetap terintegrasi dengan wilayah yang lebih luas baik secara spasial maupun secara fungsional. Rencana tata ruang kawasan ini diwujudkan dalam bentuk : •
Pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK) serta fungsi pengembangannya masing-masing dalam lingkup kota;
•
Hirarki atau tata jenjang dari masing-masing Bagian Wilayah Kota. Pembagian Bagian Wilayah Kota di sini merupakan langkah lebih rinci dari
penyusunan Struktur Tata Ruang Kota. Adapun prinsip dalam pembagian Bagian Wilayah Kota ini adalah : 1. Setiap Bagian Wilayah Kota merupakan satu kesatuan fungsional. Jadi satu BWK dapat dideliniasi berdasarkan adanya suatu kegiatan utama di suatu wilayah. Oleh karena itu seharusnya terdapat pusat-pusat BWK yang merupakan aglomerasi dari fasilitas-fasilitas pelayanan; 2. Suatu Bagian Wilayah Kota dapat pula dibentuk berdasarkan kesamaan karakteristik fisik dasar atau lingkungannya : seperti wilayah kawasan jasa dan perdagangan, kepadatan tinggi, permukiman, pertanian, sepanjang sungai dan sebagainya;
Laporan Akhir
IV - 15
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
3. Setiap Bagian Wilayah Kota dibatasi oleh pembatas–pembatas fisik yang mudah diidentifikasi seperti sungai, jalan, jalur hijau dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai pengendali perkembangan dan orientasi pergerakan penduduknya. Perwujudan dari ketiga prinsip tersebut di atas yang kemudian didasari pula dengan pertimbangan bahwa Wilayah Perencanaan merupakan pusat kegiatan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki potensi lahan cukup luas untuk dijadikan kawasan perkotaan, maka pendeliniasian Bagian Wilayah Kota yang ada di dalamnya akan didasarkan pada pertimbangan fungsi pengembangan Kota Sei Rampah dalam konteks Kabupaten Serdang Bedagai (termasuk struktur eksistingnya), serta kendala-kendala fisik dan struktur yang ingin dicapai di masa yang akan datang (akhir tahun perencanaan). Pembagian BWK di Kawasan Kota Sei Rampah dapat diuraikan sebagai berikut : 1. BWK Pusat Kota yang berpusat di Desa Sei Rampah, meliputi areal seluas 1.174 Ha. BWK Pusat Kota terdiri dari 2 Desa yaitu : Desa Sei Rampah dan Desa Firdaus; BWK Pusat Kota merupakan pusat pelayanan utama yang mempunyai jangkauan pelayanan tidak hanya terbatas pada Kecamatan Sei Rampah saja akan tetapi juga melayani Kabupaten Serdang Bedagai. Fungsi utama yang dikembangkan pada BWK Pusat Kota adalah : •
Pusat pemerintahan kabuapten
•
Pusat perdagangan dan jasa (central bisnis district).
•
Pusat pelayanan umum (pendidikan, kesehatan dan peribadatan).
•
Kawasan permukiman.
2. BWK Utara yang berpusat di Desa Sei Rejo, meliputi areal seluas 997 Ha. BWK Utara terdiri dari dua desa, yaitu Desa Sei Rejo dan Desa Pematang Pelintahan. BWK Utara merupakan Sub Pusat Kota untuk mendukung Pusat Kota pada kawasan bagian Utara kota. Fungsi utama yang dikembangkan pada BWK Utara adalah : •
Perdagangan dan jasa lokal;
•
Permukiman;
•
Ruang Terbuka Hijau Kota.
•
Pertanian dan perkebunan (lahan cadangan)
Laporan Akhir
IV - 16
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
3. BWK Selatan yang berpusat di Desa Pematang Ganjang, meliputi areal seluas 1.858 Ha. BWK Selatan terdiri dari dua desa, yaitu Desa Silau Rakyat dan Desa Pematang Ganjang. BWK Selatan merupakan Sub Pusat Kota untuk mendukung Pusat Kota pada kawasan bagian Selatan kota. Fungsi utama yang dikembangkan pada BWK Selatan tersebut adalah : •
Perdagangan dan jasa lokal;
•
Permukiman;
•
Kesehatan (rumah sakit khusus);
•
Ruang Terbuka Hijau Kota;
•
Pertanian dan perkebunan (lahan cadangan).
4. BWK Barat yang berpusat di Desa Firdaus Estate, meliputi areal seluas 1.329 Ha. BWK Barat terdiri dari dua desa, yaitu Desa Firdaus Estate dan Desa Cempedak Lobang. BWK Barat merupakan Sub Pusat Kota untuk mendukung Pusat Kota pada kawasan barat kota. Fungsi utama yang dikembangkan pada BWK Barat adalah : •
Kawasan Permukiman;
•
Perdagangan dan jasa lokal;
•
Pendidikan;
•
Fasilitas umum skala pelayanan BWK;
•
Pusat rekreasi kota;
•
Pertanian dan perkebunan (lahan cadangan).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.7.
4.5 ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI Kota Sei Rampah terletak di jalan Negara antara Kota Medan dangan Kota Tebing Tinggi dan merupakan Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan demikian maka Kota Sei Rampah akan berkembang sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan. Dorongan perkembangan ini diperkirakan pesat karena kota ini berada antara tarik menarik Ibukota Provinsi Sumatera Utara (Kota Medan) dengan Kota Tebing Tinggi yang juga terus berkembang. Disamping itu Kota Sei Rampah relatif dekat dengan selat malaka yang bisa dimanfaatkan sebagai angkutan laut dan jalan rel kereta api jurusan Medan – Tebing Tinggi dan rencana jalan bebas hambatan (toll) menghubungkan Kota Medan dan Kota Tebing Tinggi. Semua ini dapat dimanfaatkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Kota Sei Rampah, apabila semua prasarana transportasi tersebut dibangun secara terintegrasi.
Laporan Akhir
IV - 17
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 18
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Dasar perencanaan transportasi Kota Sei Rampah adalah mengusahakan dan mengeliminasi semua problem transportasi yang umum terjadi di kota besar seperti : kemacetan lalu lintas, kesulitan tempat parkir, angkutan umum yang kurang memadai, pejalan kaki yang terabaikan, kurang tersedianya ruang kegiatan untuk masyarakat kota, kerusakan lingkungan akibat sarana transportasi, kecelakaan, dan angkutan barang dalam kota yang tidak lancar. Sistem prasarana transportasi darat, jalan raya (jalan kota, jalan negara, jalan bebas hambatan) dan jalan kereta api perlu direncanakan dengan baik secara fungsi dan pengelolaan. Prasarana transportasi menuju pelabuahan laut ke arah Selat Malaka (Tanjung Beringin) dan menuju Bandara Kuala Namu yang akan dibangun, juga menjadi skop perencanaan transportasi Kota Sei Rampah. Tujuan perencanaan sistem transportasi Kota Sei Rampah yang akan dikembangkan antara lain :
Tetap mendukung aktivitas ekonomi wilayah kota ;
Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan ;
Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pergerakan orang dan barang (lancar, aman, nyaman, terjangkau) ;
Meningkatkan integrasi dan hubungan antar sistem dan antar moda transportasi (jalan raya, kereta api, laut dan udara) ;
Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas antar wilayah kota,
Meningkatkan mutu pergerakan orang dan barang pada prasarana transportasi yang sudah ada menjadi lebih baik. Berdasarkan kondisi transportasi saat ini dan untuk mencapai tujuan pengembangan
sistem transportasi yang akan dicapai maka, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan antara lain :
Perlu membuat suatu jalan elak atau jalan lingkar untuk mengalihkan kemacetan lalu lintas yang sering terjadi pada pusat kota. Jalan elak/jalan lingkar tersebut sedapat mungkin akan menghubungkan antar pusat BWK (sub Pusat Kota) sehingga setiap pusat BWk dapat terhubung dengan baik sekaligus dapat menarik perkembangan fisik kota ke arah laur pusat kota ;
Angkutan barang dan orang dalam kota yang tidak lancar, untuk itu perlu dibuatkan suatu sub terminal sebagai tempat pemberhentian dan sekaligus tempat menaikkan dan menurunkan orang dan barang;
Laporan Akhir
IV - 19
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Jalan-jalan yang dapat menghubungkan dengan pusat-pusat kegiatan regional seperti jalan yang dapat menghubungkan dengan Bandara Kuala Namu dan Pelabuhan Tanjung Beringain perlu ditingkatkan baik kondisi dan lebar jalannya maupun fungsinya;
Jaringan rel kereta api dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai angkutan massal baik orang maupun barang dengan melengkapi sarana dan prasarananya ;
Banyak kawasan-kawasan permukiman yang belum dilalui oleh angkutan umum, untuk itu perlu penambahan route/trayek angkutan umum dalam kota untuk melayani masyarakat dalam kota ;
Dengan adanya rencana jalan tol, maka perlu pembuatan jalan layang pada setiap persimpangan jalan lokal dengan jalan tol. Secara ringkas mengenai analisis sistem transportasi di Kota Sei Rampah dapat dilihat
pada Gambar 4.8.
4.6 ANALISIS KDB DAN KLB Penetapan besarnya KDB dan KLB di Kota Sei Rampah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor fisik, faktor teknis, faktor ekonomi, faktor sosial termasuk didalamnya budaya setempat dan faktor lokasi dan jangkauan pelayanan (termasuk aksesibilitas). Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Faktor Fisik Beberapa ahli berpendapat bahwa keadaan fisik sangat mempengaruhi penetapan besarnya luas dan ketinggian bangunan, hal ini sangat tergantung dari daya dukung fisik yang dimiliki oleh masing-masing lokasi/kawasan. Secara umum suatu kawasan diperbolehkan untuk semua kegiatan bila memenuhi persyaratan fisik : •
Termasuk dataran rendah atau topografi 0 -100 meter diatas permukaan laut;
•
Kemiringan < 15%;
Bila suatu kawasan atau wilayah mempunyai ketinggian di bawah 100 meter diatas permukaan laut dan kemiringan di bawah 15 % maka kawasan tersebut secara fisik dapat dilakukan pembangunan fisik tanpa adanya persyaratan tertentu, sedangkan kawasan yang mempunyai ketinggian diatas 100 meter diatas permukaan laut dan kemiringan di atas 15% maka dalam pelaksanaan pembangunan fisik memerlukan beberapa persyaratan fisik agar tidak terganggu keseimbangan lingkungan.
Laporan Akhir
IV - 20
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 21
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
2. Faktor Teknis Penetapan luasnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
dipengaruhi
oleh
faktor
teknis,
yaitu
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keselamatan, keamanan maupun kenyamanan. Beberapa faktor teknis yang perlu diperhatikan adalah : •
Jalur telekomunikasi, lokasi-lokasi yang berada disekitar bangunan telekomunikasi atau jalur komunikasi perlu adanya pembatasan ketinggian agar tidak mengganggu sinyal maupun kualitas informasi yang disampaikan;
•
Jalur listrik tegangan tinggi, lokasi-lokasi yang berada pada jalur tegangan tinggi pada radius tertentu perlu dibebaskan dari pembangunan fisik karena dampak radiasi yang ditimbulkan.
3. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi sangat berpengaruhi terhadap penetapan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maupun Koefisien Lantai Bangunan (KLB) hal ini didasarkan pada pertimbangan : •
Kesesuian dengan peraturan dan kebijakan pemerintah (RTRW, RPJP, RPJM dan kebijakan lainnya);
•
Lokasi dan aksesibilitas menjadi pertimbangan utama terkait dengan kemudahan pencapaian dan jangkauan pelayanan;
Cara paling mudah menetapkan KDB dan KLB berdasarkan faktor ekonomis adalah mengacu pada nilai lahan, semakin tinggi nilai lahannya maka semakin strategis lokasinya sehingga di kawasan tersebut terjadi optimalisasi lahan. Nilai lahan di tentukan oleh beberapa faktor, antara lain ; •
Kesesuian dengan peraturan/kebijakan pemerintah;
•
Aksesibilitas tinggi;
Tinggi rendahnya aksesibilitas sangat sangat tergantung dari keadaan prasarana dan sarana transportasi : •
Prasarana transportasi meliputi kelas jalan, kondisi jalan;
•
Sarana transportasi meliputi ketersediaan angkutan umum;
•
Kapasitas dan volume jalan(V/C);
Laporan Akhir
IV - 22
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Mengangcu pada kriteria diatas maka penetapan KDB dan KLB bagi kawasan yang peruntukannya untuk kegiatan ekonomi akan lebih besar dan tinggi dibandingkan kawasan lainnya yang peruntukannya bukan untuk kegiatan ekonomi. 4. Faktor Sosial Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap penetapan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maupun Koefisien Lantai Bangunan (KLB) hai ini didasarkan pada pertimbangan : •
Ada fungsi sosial (pelayanan Sosial);
•
Penyediaan space (ruang publik) sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi baik diruang terbuka maupun di ruang tertutup dengan pertimbangan budaya setempat;
•
Kenyamanan dan keamanan;
Disamping itu dalam penetapan KDB dan KLB perlu memperhatikan budaya setempat (adat-istiadat), dimana pada etnis/suku tertentu pada waktu-waktu tertentu adanya suatu kegiatan
yang
membutuhkan
ruang
interaksi
yang
memadai,
sehingga
perlu
diakomodasikan kegiatan-kegiatan. Karena adanya fungsi sosial, adanya ruang publik, kenyamanan dan keamanan serta memperhatikan tata nilai setempat maka secara umum penetapan KDB dan KLB-nya relatif lebih rendah dibandingkan kawasan yang mempunyai fungsi ekonomis. 5. Faktor Lokasi dan Jangkauan Pelayanan Faktor lokasi berpengaruh terhadap penetapan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Keofisien Lantai Bangunan (KLB), faktor lokasi yang ditinjau adalah kedekatan dengan jaringan jalan (berdasarkan kelas dan fungsi jalan) : •
Arteri Primer, menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang kedua;
•
Arteri Sekunder, menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua;
•
Kolektor Primer menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ke dua atau atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga;
•
Kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga;
Laporan Akhir
IV - 23
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
•
Lokal
Primer,
menghubungkan
kota
jenjang
kesatu
dengan
persil
atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga atau kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan persil atau menghubungkan kota dibawah jenjang ketiga dengan persil; •
Lokal Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan;
Berdasarkan fungsi masing-masing jalan baik jalan arteri (primer dan sekunder), kolektor (primer dan sekunder) maupun lokal (primer dan sekunder), maka dapat dilihat jangkauan pelayanannya sebagai berikut : •
Arteri biasanya peruntukan lahan di kanan-kiri jalan lebih didominasi kegiatan jasa dan perdagangan (seperti pasar induk, grosir, perkantoran, hotel, bengkel mobil dan lain-lain) dengan skala pelayanan regional (wilayah lain lintas administrasi kota/kabupaten) untuk arteri primer dan kota untuk arteri sekunder;
•
Kolektor biasanya peruntukan lahannya lebih di dominasi kegiatan jasa dan perdagangan dengan skala sub regional (dalam satu wilayah kabupaten) untuk kolektor primer dan bagian kota untuk kolektor sekunder;
•
Lokal biasanya peruntukan lahannya didominasi untuk pemukiman dengan skala pelayanan biasanya lokal;
Mengacu pada dominasi peruntukan lahan tersebut maka pengaturan KDB dan KLB yang dilakukan adalah sebagai berikut : •
Di jalan arteri KDB relatif kecil dibandingkan dengan kolektor tetapi KLB nya lebih tinggi;
•
Di jalan kolektor KDBnya lebih besar tetapi KLBnya lebih rendah di bandingkan dengan di arteri;
•
Di jalan lokal KDB dan KLB nya lebih rendah dibandingkan di jalan arteri maupun kolektor;
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.2.
Laporan Akhir
IV - 24
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
TABEL IV.2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PENETAPAN KDB DAN KLB DI KOTA SEI RAMPAH No
Faktor
Kriteria • Topografi < 100 meter; • Kemiringan < 15%;
1
Fisik
• Topografi 100 - 500 meter;
KDB
KLB
Layak dilakukan pembanguan tanpa ada persyaratan tertentu Ada persyaratan tertentu
Layak dilakukan pembangunan tanpa ada persyaratan tertentu Ada persyaratan tertentu
Tidak ada pembatasan (kecuali jalur listrik tegangan tinggi)
Ada pembatasan ketinggian jalur listrik tegangan tinggi
• Tergantung pelayanan
Maksimal sesuai dengan yang dijinkan
• Kemiringan 15 - 40%; • Jalur telekomunikasi; 2
Teknis
• Jalur listrik tegangan tinggi; • Lokasi investasi;
3
Ekonomi
• Orientasi provit; • Orientasi aksesibilitas; • Orientasi lokasi; • Fungsi sosial;
4
Sosial
• Ruang publik; • Nyaman dan aman; • Tata nilai setempat; Arteri primer Dominasi kegiatan jasa dan perdagangan skala regional (antar kota/kabupaten) Arteri sekunder Dominasi kegiatan jasa dan perdagangan skala regional (skala kota)
5
Lokasi
Kolektor primer Dominasi kegiatan jasa dan perdagaan skala regional (dalam satu kabupaten) Kolektor sekunder Dominasi kegiatan jasa dan perdagangan skala regional (skala bagian kota) Lokal primer Dominasi permukiman Lokal sekunder Dominasi permukiman
skala
• Maksimal sesuai dengan yang dijinkan Pembatasan untuk menjaga tersedianya ruang publik, fungsi sosial, aman, nyaman, tata nilai setempat
Pembatasan untuk menjaga tersedianya ruang publik, fungsi sosial, aman, nyaman, tata nilai setempat.
Pembatasan guna pemberian ruang untuk perkir, ruang publik, kegiatan pendukung lainnya Pembatasan guna pemberian ruang untuk perkir, ruang publik, kegiatan pendukung lainnya Lebih besar dibandingkan di kanankiri jalan arteri
Maksimal sesuai dengan yang di ijinkan
Lebih besar dibandingkan di kanankiri jalan arteri
Lebih rendah di bandingkan jalan arteri
Lebih rendah dibandingkan arteri dan kolektor karena ada fungsi sosial Lebih rendah dibandingkan arteri dan kolektor karena ada fungsi sosial
Lebih rendah dibandingkan arteri dan kolektor kerena ada fungsi sosial Lebih rendah dibandingkan arteri dan kolektor kerena ada fungsi sosial
Maksimal sesuai dengan yang di ijinkan
Lebih rendah dibandingkan jalan arteri
Sumber : Hasil Analisis
Laporan Akhir
IV - 25
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditetapkan besarnya KDB dan KLB di Kota Sei Rampah dengan beberapa persyaratan, yaitu : •
Berdasarkan kondisi fisik (topografi dan kemiringan lahan) maka seluruh wilayah kota Sei Rampah berada pada ketinggian 50 – 100 meter diatas permukaan laut dan kemiringan dibawah
15%.
Dengan
demikian
maka
seluruh
wilayah
perencanaan
dapat
dikembangkan tanpa adanya persyaratan tertentu; •
Penilaian aspek sosial dalam penetapan besarnya KDB dan KLB Kota Sei Rampah lebih didasarkan pada upaya penyediaan ruang publik sebagai tempat interaksi sosial, secara umum standar ruang publik idealnya 20% dari luas kawasan dan minimal setidaktidaknya 10 % dari luas kawasan.
•
Kawasan Pemukiman lebih dominan membutuhkan ketenangan dan kenyamanan sehingga faktor sosial lebih dominan, sehingga persediaan ruang publik sangat dibutuhkan sebagai tempat interaksi masyarakat, olah raga maupun rekreasi, sehingga besarnya KDB maksimal 60%.
•
Kawasan Pemerintahan yaitu kawasan tempat pemerintahan menyusun kebijakan, program, proyek pembangunan bersama dengan Stakeholder lainnya serta sebagai salah satu tempat memberikan pelayanan pada masyarakat baik kepentingan sosial maupun ekonomi. Kawasan Pemerintahan membutuhkan ketenangan dan kenyamanan seperti halnya kawasan permukiman sehingga KDB maksimal adalah sebesar 60%.
•
Kawasan Perdagangan dan Jasa adalah tempat melakukan transaksi antara pembeli dan penjual maupun transakasi antara distributor dengan pembeli maupun penjual, orientasinya profit (pertimbangan ekonomi) lebih dominan. Pertimbangan keamanan dan kenyamanan calon pembeli paling utama sehingga ketersediaan lahan parkir yang memadai dan aksesibilitas yang tinggi menjadi salah satu persyaratan bagi kawasan perdagangan dan jasa. Semakin tinggi aksesibilitasnya ada kecenderungan semakin mengecil KDB-nya dan semakin meningkat KLB-nya (perkembangan secara vertikal). KDB minimal 40% dijalan Arteri dan KDB maksiamal 80% dijalan lokal. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan KDB dan KLB di Kota Sei Rampah dapat
dilihat pada Tabel IV.3 dan Tabel IV.4 serta Gambar 4.9.
Laporan Akhir
IV - 26
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
TABEL IV.3 PENETAPAN BESARAN KDB TIAP KAWASAN DI KOTA SEI RAMPAH No
Kawasan
Arahan KDB dari luas Terbangun
Keterangan
1
Permukiman
• Permukiman padat 60% dari luas kawasan terbangun • Permukiman sedang 40% - 50% • Permukiman rendah 20% (daerah konservasi)
Penetapan luas kaveling permukiman didasarkan pada luas kawasan terbangun
2
Perdagangan dan Jasa
Besarnya KDB 40% bila terletak di :
Diprioritaskan untuk kegiatan jasa dan perdagangan dengan skala pelayanan regional atau kota
• Jalan arteri Berdasarkan KDB 60% bila terletak di : • Jalan kolektor
Diprioritaskan untuk kegiatan jasa perdagangan dengan skala pelayanan BWK
Besarnya KDB 80% bila terletak di :
Diprioritaskan untuk kegiatan jasa perdagangan dengan skala pelayanan lokal dan lingkungan
• Jalan lokal 3
Kawasan Industri
KDB sebesar 60% bila berlokasi dekat jalan : • Jalan arteri dan Kolektor
Untuk mengurangi besarnya pergerakan di jalan arteri yang berfungsi sebagai jalan menerus
KDB sebesar 70% bila berlokasi dekat : • Jalan Lokal 4
Kawasan Pemerintahan
KDB sebeasr 40% bila berlokasi di jalan arteri dan Kolektor KDB sebesar 60% bila berlokasi selain di jalan utama
Sumber : Hasil Analisis
TABEL IV.4 ARAHAN KLB TIAP KAWASAN DI KOTA SEI RAMPAH No 1
Arahan KDB Permukiman
2
Jasa Perdagangan
3
4
Kawasan Industri
Kawasan Pemerintahan
KDB Permukiman padat 60% Permukiman sedang 40-50% Pemukiman rendah 20% (daerah konservasi) Besarnya KDB 40% bila terletak di : • Jalan Arteri Besarnya KDB 60% bila terletak di : • Jalan Kolektor Besarnya KDB 80% bila terletak di : • Jalan lokal KDB sebesar 60% bila berlokasi dekat jalan : • Jalan arteri dan kolektor KDB sebesar 70% bila berlokasi dekat : • Jalan Lokal • Jalan Lingkungan KDB sebesar 40% bila berlokasi di jalan arteri dan kolektor KDB sebesar 60% bila berlokasi selain di jalan Lokal
KLB 1.2 – 1.8 0.4 – 1.0 0.2 -0.4
Ketinggian 2-3 lantai 1-2 lantai 1-2 lantai
0.8 – 1.2
2-3 lantai
1.2-1.8
2-3 lantai
0.8 – 1.6
1 – 2 lantai
1.2 – 1.8
2-3 lantai
0.7 - 1.4
1-2 lantai
0.8 – 1.2
2-3 lantai
0.6 – 1.2
1-2 lantai
Keterangan
Sumber : Hasil Analisis
Laporan Akhir
IV - 27
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 28
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.7 ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA Di dalam sub bab ini, kajian sumber daya manusia difokuskan pada proyeksi jumlah penduduk
sampai
akhir
tahun
perencanaan
yaitu
Tahun
2016,
kendala
dalam
pengembangan serta potensi sumber daya manusia yang dapat dikembangkan. 4.7.1 Perkembangan Penduduk Penduduk sebagai subyek dan sekaligus obyek perencanaan merupakan bagian dari faktor sosial yang selalu berubah. Salah satu aspek penting yang harus diketahui adalah perkembangan jumlah penduduk. Perkembangan jumlah penduduk Kota Sei Rampah menunjukkan trend meningkat dari tahun ke tahun. Dari data yang terkumpul selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu pada periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2005, laju pertumbuhan penduduk rata-rata tercatat sebesar 0,35% pertahun. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Kota Sei Rampah tercatat sebanyak 40.860 jiwa dan meningkat menjadi 41.569 jiwa pada tahun 2005. Jika ditinjau dari laju pertumbuhan penduduk perdesa, maka Desa Pematang Ganjang merupakan desa yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang paling tinggi yaitu sebesar 1,91 % pertahun. Apabila ditelaah lebih rinci, maka pada umumnya semua desa menunjukkan laju pertumbuhan penduduk yang relatif meningkat, akan tetapi ada dua desa yang mengalami pertumbuhan minus, yaitu Desa Firdaus Estate yang mengalami penurunan jumlah penduduk sebesar 1,58% dan Desa Sei Rampah sebesar minus 1,02%. 4.7.2 Proyeksi Penduduk Pada wilayah yang sedang berkembang, jumlah penduduk terus berubah dan cenderung berkembang dari waktu ke waktu. Sesungguhnya perkembangan yang dimaksud mencakup pengertian yang luas, baik kuantitatif maupun kualitatif. Secara kualitatif, proyeksi penduduk ke masa depan berarti meramalkan mutu penduduk dimasa mendatang. Masalah ini merupakan masalah yang tidak bisa diukur secara eksak. Walaupun demikian masih ada cara pendekatan lain melalui beberapa sarana sosial yang merupakan pertanda peningkatan mutu penduduk. Secara kuantitatif perkembangan penduduk di masa mendatang dapat diramalkan jumlahnya. Melalui data penduduk masa lampau sampai tahun terakhir dan analisis kependudukan yang sesuai untuk itu, perkembangan dan proyeksi penduduk dimasa yang akan datang dapat diperkirakan. Analisis penduduk untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk dimasa depan terdiri dari berbagai metoda.
Laporan Akhir
IV - 29
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Dari berbagai metoda untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang, beberapa metoda dapat digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk Kota Sei Rampah hingga akhir tahun perencanaan. Metoda perkiraan perbandingan tidak dapat digunakan karena kurang tepat hasil perkiraannya, sedangkan metoda Kurva Gompertz menuntut satu seri data yang memadai banyaknya (sekitar 50 tahun) yang tidak dapat dipenuhi. Metoda yang dapat digunakan adalah metoda teknik grafik, regresi linier dan bunga berganda. Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk Kota Sei Rampah dalam kurun waktu lima tahun terakhir, serta melihat kondisi perkembangan Kota Sei Rampah pada saat sekarang maka, dalam memproyeksikan jumlah penduduk di Kota Sei Rampah sampai dengan akhir tahun perencanaan, penggunaan metoda bunga berganda adalah metoda yang dianggap paling tepat. Alasan lain penggunaan Metoda ini didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu : a. Kota Sei Rampah sebagai salah satu kawasan andalan bagi Kabupaten Serdang Bedagai akan semakin terus berkembang pada masa mendatang; b. Jumlah penduduk Kota Sei Rampah merupakan yang terbesar ke dua jumlah penduduknya di Kabupaten Serdang Bedagai setelah kota Perbaungan; c. Lebih baik memperkirakan jumlah penduduk lebih tinggi (proyeksi
optimis). Bila
perkiraan lebih kecil dan ternyata jumlah penduduk tumbuh lebih cepat akan menyulitkan dalam perencanaan selanjutnya. Selain itu penyediaan fasilitas dan utilitas pelayanan menjadi bermasalah nantinya. d. Jumlah penduduk usia muda (sampai dengan 24 tahun) lebih besar dari pada penduduk usia dewasa dan tua, sehingga pertumbuhan penduduk sepuluh tahun mendatang akan tetap seperti sekarang ini. e. Batas ambang atas pertambahan penduduk belum akan terlampaui sampai akhir tahun perencanaan. Oleh karena itu metoda Bunga Berganda masih relevan untuk digunakan. f.
Data masa lampau yang tersedia (kurang lebih 5 tahun) mendukung metoda Bunga berganda dalam perhitungan proyeksi jumlah penduduk Kota Sei Rampah (10 tahun ke depan). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka metoda Bunga Berganda
digunakan untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk Kota Sei Rampah hingga akhir tahun perencanaan. Perhitungan dengan menggunakan metoda ini dapat dilakukan dengan 3 (tiga) alternatif, yaitu :
Laporan Akhir
IV - 30
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
•
Alternatif I : memproyeksikan jumlah penduduk Kota Sei Rampah dengan cara memproyeksikan jumlah penduduk untuk setiap desa dengan menggunakan laju pertumbuhan penduduk kota 0,35% pertahun.
•
Alternatif
II : memproyeksikan
menggunakan laju pertumbuhan
jumlah
penduduk
untuk
setiap desa dengan
penduduk desa yang bersangkutan. Hasilnya
dijumlahkan secara keseluruhan sehingga diperoleh proyeksi total jumlah penduduk Kota Sei Rampah. Cara ini tidak dapat dilakukan karena ada dua desa yang mengalami pertumbuhan minus, sehingga jika diproyeksikan maka jumlah penduduknya malah akan berkurang. •
Alternatif
III : memproyeksikan
jumlah
penduduk
untuk
setiap desa dengan
menggunakan laju pertumbuhan penduduk rata-rata jumlah total desa, sebesar 0,49% pertahun. Hasilnya dijumlahkan secara keseluruhan sehingga diperoleh proyeksi total jumlah penduduk Kota Sei Rampah. Dari ketiga alternatif tersebut maka dapat ditentukan hasil perhitungan alternatif mana yang akan digunakan selanjutnya. Berdasarkan beberapa alasan, maka dipilih hasil perhitungan alternatif III. Alasan yang mendasarinya adalah : - Perhitungan dengan menggunakan alternatif I dianggap tidak ada mobilitas penduduk antar desa di dalam Kota Sei Rampah, sehingga pertumbuhan jumlah penduduk hanya didasari pada lajunya saja. - Perhitungan dengan menggunakan alternatif II tidak dapat digunakan karena ada desa yang
mengalami pertumbuhan minus. Bagi desa yang pertumbuhannya minus maka
semakin lama jumlah penduduknya semakin kecil/berkurang, sedangkan bagi desa yang memiliki pertumbuhan terbesar akan semakin besar. Situasi seperti ini kurang sesuai mengingat bahwa makin kecil suatu daerah makin terbuka sifatnya, atau dengan kata lain mobilitas penduduk dalam bentuk perpindahan tempat antar desa sangat mungkin terjadi. -
Perhitungan alternatif III dengan cara memperkirakan lebih dahulu jumlah penduduk desa baru kemudian didistribusikan kesetiap wilayah kota akan lebih tepat. Melalui cara ini kelemahan mobilitas penduduk yang terjadi di dalam wilayah kota dapat ditanggulangi.
- Perhitungan alternatif III menghasilkan jumlah penduduk lebih tinggi. Hal ini dinilai cukup tepat mengingat penduduk Kota Sei Rampah merupakan tebesar kedua di Kabupaten Deli Serdang. Hasil proyeksi tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.5 dan Tabel IV.6
Laporan Akhir
IV - 31
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 32
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.7.3 Permasalahan Sumber Daya Manusia Permasalahan sumber daya manusia yang dihadapi oleh Kota Sei Rampah saat ini antara lain adalah :
Laju pertumbuhan penduduk kota relatif rendah, yaitu hanya sekitar 0,35% pertahun
Sebaran/distribusi penduduk tidak merata, dimana konsentrasi penduduk umumnya terpusat di pusat kota saja, yaitu di Desa Sei Rampah dan Desa Firdaus saja;
Kepadatan penduduk pada pusat kota (Desa Sei Rampah dan Firdaus sudah mencapai 18 Jiwa/Ha) relatif tinggi bila dibandingkan dengan desa-desa lainnya (yang hanya 8 Jiwa/Ha);
Masih ada beberapa desa yang mengalami laju pertumbuhan minus, seperti Desa Firdaus Estate dan Desa Sei Rampah;
4.8 ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS KOTA Bab ini akan membahas mengenai perkiraan kebutuhan fasilitas sosial ekonomi di Kota Sei Rampah. Dengan ditetapkannya Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai maka secara otomatis fasilitas umum yang ada saat ini akan meningkat pelayanannya, yaitu dari pelayanan tingkat kecamatan menjadi pelayanan tingkat kabupaten. Dengan demikian maka banyak fasilitas umum yang saat ini dianggap sudah mencukupi berdasarkan jumlah penduduk pendukungnya akan tetapi berdasarkan skala pelayanannya masih perlu penambahan. Adapun jenis fasilitas yang akan ditinjau meliputi perumahan, jenis fasilitas dari kelompok pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan serta fasilitas olah raga dan ruang terbuka. 4.8.1 Perumahan Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah penduduk Kota Sei Rampah pada tahun 2016 berjumlah sebanyak 43.884 jiwa. Jika rata-rata dalam satu rumah tangga terdiri dari 5 (lima) jiwa, maka pada tahun 2016 di Kota Sei Rampah membutuhkan rumah sebanyak 8.777 unit rumah, (dengan asumsi bahwa 1 KK membutuhkan 1 rumah). Dari pengamatan dilapangan masih banyak terdapat rumah semi permanen dan kayu. Dilihat dari penyebarannya, konsentrasi permukiman umumnya cenderung mengikuti jaringan jalan utama (linier) dan cenderung
mengelompok
pada
kantong-kantong
permukiman.
Dimasa
mendatang,
diperlukan penambahan rumah dan pengaturan lokasi fasilitas perumahan. Selain itu perlu disediakan tanah matang dengan harga terjangkau untuk penggunaan permukiman. Program yang dilaksanakan dapat disesuaikan dengan usaha pengembangan Kota Sei Rampah dengan cara penyebaran fasilitas-fasilitas ke seluruh wilayah kota.
Laporan Akhir
IV - 33
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Perkiraan
kebutuhan
perumahan
untuk
masa
yang
akan
datang
harus
mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu jumlah penduduk, pekerjaan penduduk, jumlah rumah pada saat ini, dan perkiraan pertumbuhan di masa yang akan datang. Dari jumlah proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2016 dan berpedoman pada standar atau pedoman perencanaan lingkungan permukiman kota yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, yaitu idealnya satu rumah dihuni oleh 5 jiwa, maka dapat disusun perkiraan jumlah kebutuhan rumah di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016. Jumlah kebutuhan rumah tersebut masih harus dikurangi dengan jumlah rumah yang ada, sehingga dapat diperkirakan jumlah kebutuhan rumah riil. Kebutuhan rumah riil di dasarkan pada perhitungan dengan standar ideal, sedangkan untuk menghitung jumlah sebenarnya perlu dengan suatu penelitian yang lebih detail dan jumlah rumah yang dibutuhkan dibagi dalam klasifikasi kecil, sedang dan besar dengan standar sebagai berikut : •
Rumah besar 10 % dengan luas persil 400 - 500 m2
•
Rumah sedang 30 % dengan luas persil 200 - 400 m2
•
Rumah kecil 60 % dengan luas persil 100 - 200 m2. Berdasarkan standart tersebut maka perkiraan akan kebutuhan rumah di Kota Sei
Rampah digunakan luasan persil yang paling besar. Dengan demikian maka sampai dengan tahun 2016 kebutuhan rumah di Kota Sei Rampah diperkirakan mencapai sekitar 8.777 unit dengan luas lahan yang dibutuhkan sekitar 225 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL IV.7 PERKIRAAN KEBUTUHAN RUMAH DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2016
No
Jenis
Luas
Rumah
Lahan 2
(M )
Tahun 2011 Jumlah (unit)
Luas 2
(M )
Tahun 2016 Jumlah
Luas
(unit)
(M2)
1
Kecil
200
5.138
1.027.560
5.266
1.053.240
2
Sedang
400
2.569
1.027.560
2.633
1.053.240
3
Besar
500
856
428.150
878
438.850
8.563
2.483.270
8.777
2.545.330
Jumlah Sumber : Hasil Analisis
Laporan Akhir
IV - 34
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.8.2 Fasilitas Pendidikan Secara umum fasilitas pendidikan Kota Sei Rampah berhubungan dengan perkembangan penduduk usia sekolah. Penyediaan fasilitas pendidikan didasarkan pada alokasi pembangunan gedung sekolah dari pemerintah di suatu lokasi. Fasilitas pendidikan di Kota Sei Rampah terdiri dari pendidikan pra sekolah (TK), pendidikan dasar (SD), pendidikan lanjutan (SLTP dan SLTA) dan pendidikan kejuruan (SMK). Kondisi dari masingmasing tingkat pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut : A. Sekolah Taman Kanak-Kanak (STK) Sekolah TK merupakan jenjang pendidikan paling rendah. Tujuannya adalah untuk mencerdaskan masyarakat sejak usia dini. Dengan demikian maka perencanaanya harus memenuhi beberapa ketentuan, antara lain :
Lokasinya mudah dicapai dari setiap lingkungan, atau berada ditengah-tengah kelompok keluarga ditambah dengan adanya taman untuk bermain;
Dapat dicapai oleh murid selama kurang dari 15 menit berjalan kaki;
Jauh dari pusat keramaian seperti pertokoan, perkantoran dan perindustrian;
Radius pencapaian sekitar 500 M’.
Luas tanah yang dibutuhakan sekitar 1.200 M2.
Jumlah penduduk pendukung adalah 1.000 jiwa penduduk;
Jumlah fasilitas pendidikan Sekolah TK saat ini yang ada di Kota Sei Rampah ada sekitar 8 unit. Jika dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk Kota Sei Rampah pada tahun 2016 yang berjumlah sekitar 43.884 jiwa, maka idealnya di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 membutuhkan sekitar 44 unit TK. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah TK saat ini maka fasilitas ini masih kurang sekitar 36 unit. B. Sekolah Dasar (SD) Sekolah Dasar diselenggarakan guna melayani pendidikan bagi anak-anak yang berusia 6 – 12 tahun. Lokasi sebuah SD sebaiknya adalah tidak menyeberang jalan lingkungan dan masih tetap berada ditengah-tengah kelompok keluarga + Taman serta radius pencapaian sekitar 1.000 M’. Luas lahan yang dibutuhkan adalah 0,36 ha. Berdasarkan standar yang digunakan, bahwa setiap 1.600 jiwa penduduk membutuhkan 1 unit SD, maka idealnya di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 membutuhkan sekitar 27 unit SD. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah SD yang ada saat ini sekitar 25 unit, maka di Kota Sei Rampah masih memerlukan SD sebanyak 2 unit lagi.
Laporan Akhir
IV - 35
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
C. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang diselenggarakan untuk melayani pendidikan bagi anak-anak lulusan SD, dimana 3 SD dilayani oleh sebuah SLTP yang dipakai pagi sore. Sebaiknya lokasinya mudah dicapai dari segala bagian desa/wilayah, dapat dicapai oleh murid selama kurang dari 30 menit berjalan kaki serta jauh dari pusat keramaian walaupun tidak harus di pusat-pusat lingkungan. Luas lahan yang dibutuhkan untuk satu SLTP adalah 0,6 ha. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan, bahwa setiap 4.800 jiwa penduduk membutuhkan 1 unit SLTP, maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 9 unit SLTP. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah SLTP yang ada saat ini sekitar 4 unit, maka di Kota Sei Rampah masih memerlukan SLTP sebanyak 5 unit lagi. D. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA/SMU) Untuk SLTA/SMU yang merupakan jenjang pendidikan umum tertinggi yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Nasional diselenggarakan untuk menampung lulusan SLTP yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, lokasi sebaiknya mudah dicapai dari segala arah, dapat dicapai oleh murid selama kurang dari 45 menit berjalan kaki serta jauh dari pusat keramaian. Luas lahan yang dibutuhkan untuk satu SLTA adalah 0,6 ha. Berdasarkan buku Standar Perencanaan Kawasan Perumahan Kota,
bahwa setiap
4.800 jiwa penduduk membutuhkan 1 unit SLTA/SMU, maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 9 unit SLTA/SMU. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah SLTA/SMU yang ada saat ini sekitar 7 unit, maka di Kota Sei Rampah masih memerlukan SLTA/SMU sebanyak 2 unit. Lihat Tabel IV.8. TABEL IV.8 PERKIRAAN KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2016 JENIS NO
MINIMUM
LUAS TANAH
TAHUN 2011
TAHUN 2016
SARANA
PENDUDUK
PER UNIT
JUMLAH
LUAS
JUMLAH
LUAS
PENDIDIKAN
PENDUKUNG
(M2)
(Unit)
(M2)
(Unit)
(M2)
1.
Taman Kanak-Kanak
1,000
1,200
43
51,600
44
52,800
2.
Sekolah Dasar
1,600
3,600
27
97,200
27
97,200
3.
SLTP/ Sederajat
4,800
6,000
9
54,000
9
54,000
4.
SMU / Sederjat
4,800
6,000
9
54,000
9
54,000
5.
Perpustakan
30,000
6,000
1
6,000
1
6,000
-
-
89
262,800
90
264,000
TOTAL KEBUTUHAN Sumber : Hasil Analisis
Laporan Akhir
IV - 36
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.8.3 Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan merupakan fasilitas yang harus ada karena mempunyai fungsi untuk mengendalikan perkembangan/pertumbuhan penduduk, selain sebagai fasilitas untuk mewujudkan kesehatan masyarakat. Jenis fasilitas kesehatan yang dibahas dalam bab ini adalah balai pengobatan, pos yandu, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter dan apotik. Selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut : A. Balai Pengobatan (BP) Fungsi utama Balai Pengobatan/poliklinik adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan. Titik beratnya terletak pada penyembuhan (Currative) tanpa perawatan; berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi (Preventive). Lokasinya haruslah terletak di tengah-tengah lingkungan keluarga (Neighbourhood) dimana radius pencapaiannya tidak boleh lebih dari 1.000 M’. Berdasarkan buku Standar Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, bahwa setiap 3.000 jiwa penduduk (± 1 RW) membutuhkan 1 unit Balai Pengobatan, maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 15 unit Balai Pengobatan. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah balai pengobatan yang saat ini belum ada maka fasilitas ini perlu diprioritaskan pembangunannya. B. Pos Yandu Penyelenggaraannya bertujuan untuk memberikan pelayanan medis bagi anak-anak dan ibu-ibu. Wilayah kerjanya ialah 100 balita (120 KK/480 jiwa), yang disesuaikan dengan ketersediaan petugas dan kondisi fisik daerah. Berdasarkan krietria tersebut maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 91 unit posyandu. C. Puskesmas Puskesmas disediakan untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat, yang meliputi pelayanan
kuratif
(penyembuhan),
preventif
(pencegahan
penyakit),
promotif
(peningkatan kualitas kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Lokasi idealnya terletak di pusat lingkungan dan dekat dengan pelayanan pemerintahan. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 30.000 penduduk (1 kecamatan). Berdasarkan standar tersebut, maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 1 unit Puskesmas. Jika kebutuhan tersebut dibandingkan dengan jumlah Puskesmas yang ada saat ini sekitar 2 unit, maka kebutuhan tersebut sudah terpenuhi.
Laporan Akhir
IV - 37
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
D. Puskesmas Pembantu Sampai saat ini di kawasan studi sudah terdapat puskesmas pembantu sebanyak 2 unit yang dapat melayani masyarakat. Keberadaan puskesmas pembantu penting untuk melayani penduduknya di bidang kesehatan selain Puskesmas yang telah ada. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 10.000 penduduk (1 desa). Berdasarkan standar tersebut, maka idealnya di Kota Sei Rampah pada tahun 2016 membutuhkan sekitar 9 unit Puskesmas. E. Rumah Sakit Kebutuhan akan rumah sakit umum pada umumnya adalah apabila telah memiliki jumlah penduduk pendukung minimal 120.000 orang. Sedangkan jumlah penduduk Kota Sei Rampah pada tahun 2016 sekitar 43.884 jiwa. Dengan demikian maka pada dasarnya di Kota Sei Rampah sebenarnya belum membutuhkan rumah sakit, apalagi saat ini di Kota Sei Rampah sudah ada rumah sakit. Akan tetapi mengingat fungsinya sebagai Ibukota Kabupaten, bahwa untuk setiap kabupaten harus memiliki satu unit Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) maka di Kota Sei Rampah harus ada Rumah Sakit minimal type C. F. Tempat Praktek Dokter Tempat praktek dokter ini merupakan fasilitas yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan masyarakat. Praktek dokter ini salah satunya berfungsi untuk memberikan pertolongan atau pengobatan ringan dan tidak menginap. Saat ini jumlah praktek dokter di Kota Sei Rampah dinilai belum mencukupi. Idealnya menurut buku standar bahwa setiap 5.000 penduduk membutuhkan satu tempat praktek dokter, maka di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 minimal harus memiliki sekitar 9 unit tempat praktek dokter. G. Apotik Apotik merupakan bagian dari fasilitas kesehatan yang berfungsi sebagai tempat untuk memberikan pelayanan dan penyediaan obat-obatan. Berdasarkan buku standar bahwa 1 apotik dapat melayani sekitar 10.000 penduduk, maka di Kota Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 idealnya harus memiliki sekitar 4 unit Apotik. Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan fasilitas kesehatan di Kota Sei Rampah sampai dengan akhir tahun perencanaan dapat dilihat pada Tabel IV.9.
Laporan Akhir
IV - 38
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
TABEL IV.9 PERKIRAAN KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2016 JENIS SARANA KESEHATAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
MINIMUM PENDUDUK PENDUKUNG
LUAS TANAH PER UNIT 2 (M )
3.000 480 5.000 10.000 10.000 5.000 30.000 120.000
300 1 350 1.600 500 650 2.400
Balai Pengobatan Pos Yandu Praktek Dokter* Apotik BKIA dan Rumah Bersalin Puskesmas Pembantu Puskesmas Rumah Sakit TOTAL KEBUTUHAN
TAHUN 2011 JUMLAH LUAS 2 (Unit) (M ) 14 89 9 4 4 9 1 1 131
TAHUN 2016 JUMLAH LUAS 2 (Unit) (M )
4.200 9 1.400 6.400 4.500 650 2.400 19.559
15 91 9 4 4 9 1 1 134
4.500 9 1.400 6.400 4.500 650 2.400 19.859
Sumber ; Hasil Analisis
4.8.4 Fasilitas Peribadatan Fasilitas peribadatan dalam penyediaannya baik itu berupa jenis, macam, dan besaran sangat tergantung pada kondisi setempat. Kondisi tersebut adalah berupa data struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin, jenis agama/kepercayaan yang dianut, dan cara atau pola melaksanakan agama/kepercayaannya. Adapun jenis fasilitas peribadatan yang dikaji adalah musholla, mesjid dan gereja. Untuk musholla yang diselenggarakan dengan fungsi shalat berjamaah, saat ini dinilai sudah mencukupi, karena idealnya menurut buku Standar Perencanaan Kawasan Perumahan Kota jumlah yang harus tersedia adalah 17 unit, sedangkan saat ini di Kota Sei Rampah sudah terdapat sekitar 41 unit, sehingga tidak perlu penambahan lagi. Untuk mesjid yang ada di Kota Sei Rampah saat ini jumlahnya dinilai sudah cukup dan sudah menyebar di seluruh kawasan studi. Untuk gereja sebagai tempat peribadatan umat kristiani sampai saat ini sudah terdapat sekitar 7 unit. Bila dibandingkan dengan standar maka fasilitas ini sudah mencukupi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.10 TABEL IV.10 JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS PERIBADATAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006-2016
NO
JENIS SARANA PERIBADATAN
1. Mesjid Kota 2. Mesjid Kecamatan 3. Mesjid Kelurahan 4. Langgar/Mushola 5 Gereja TOTAL KEBUTUHAN
MINIMUM PENDUDUK PENDUKUNG
LUAS TANAH PER UNIT (M2)
Kota Kecamatan Desa/Kelurahan 2,500 30,000
6,000 4,000 1,750 300 1,200
TAHUN 2011 JUMLAH LUAS (Unit) (M2) 1 1 8 17 1 17
6,000 4,000 14,000 5,100 1,200 5,100
TAHUN 2016 JUMLAH LUAS (Unit) (M2) 1 1 8 18 1 18
6,000 4,000 14,000 5,400 1,200 5,400
Sumber : Hasil Analisis
Laporan Akhir
IV - 39
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.8.5 Fasilitas Olahraga dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Fasilitas olahraga dan ruang terbuka ini dapat berfungsi sebagai taman, tempat main anak-anak (play group) dan lapangan olah raga yang juga akan memberikan kesegaran pada kota (cahaya dan udara segar), dan netralisasi polusi udara sebagai paru-paru kota. Oleh karena fungsinya yang sangat penting, maka sarana-sarana ini harus benar-benar dijaga baik dalam besaran maupun kondisinya. Fasilitas olah raga dan ruang terbuka ini terdiri dari taman, ruang tebuka dan lapangan olah raga : A. Taman Untuk 250 Penduduk Setiap 250 penduduk dibutuhkan minimal 1 (satu) taman dan sekaligus tempat bermain anak-anak dengan sekurang-kurangnya 250 M2 atau dengan standar : 1 M2/penduduk. Lokasi taman diusahakan di tengah-tengah kelompok perumahan dengan jarak pencapaian radius 200 M. Berdasarkan standar tersebut maka idealnya di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 minimal harus memiliki taman sekitar 176 unit. B. Ruang Terbuka Ruang terbuka yang dimaksud adalah berupa taman untuk 2.500 penduduk. Ruang terbuka ini sebaiknya merupakan taman yang dapat digunakan untuk aktivitas-aktivitas olah raga seperti volley, badminton dan sebagainya. Luas area yang diperlukan untuk taman ini adalah 1.250 M2 atau dengan standar : 0,5 M2/penduduk. Lokasinya berada di pusat kegiatan RW
dengan radius pencapaian sekitar 500 M. Berdasarkan standar
tersebut maka idealnya di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 minimal harus memiliki ruang terbuka sekitar 18 unit. C. Lapangan Olah Raga Sarana ini sangat diperlukan untuk kelompok 30.000 penduduk (satu kecamatan) yang dapat melayani aktivitas-aktivitas kelompok di area terbuka, misalnya : pertandingan olah raga, apel dan lain-lain. Sebaiknya berbentuk taman yang dilengkapi dengan lapangan olah raga/sepak bola sehingga berfungsi serba guna dan harus tetap terbuka. Untuk peneduh dapat ditanami pohon-pohon disekelilingnya. Lokasi ini tidak harus di pusat lingkungan tetapi sebaiknya digabung dengan sekolah sehingga bermanfaat untuk murid-murid sekaligus berfungsi sebagai peredam gaduh (Buffer). Berdasarkan standar tersebut maka idealnya di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 minimal harus memiliki lapangan olah raga sekitar 1 unit. Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan fasilitas olah raga di Kota Sei Rampah sampai dengan akhir tahun perencanaan dapat dilihat pada Tabel IV.11.
Laporan Akhir
IV - 40
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
TABEL IV.11 JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS OLAH RAGA DAN RUANG TERBUKA DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006-2016
NO
JENIS
MINIMUM
LUAS TANAH
SARANA
PENDUDUK
PER UNIT
RUANG TERBUKA 1.
Taman
2.
Ruang Terbuka
3.
Lapangan Olah Raga TOTAL KEBUTUHAN
PENDUKUNG
2
(M )
TAHUN 2011 JUMLAH (Unit)
LUAS 2
(M )
TAHUN 2016 JUMLAH
LUAS
(Unit)
(M )
2
250
250
171
42.816
176
43.884
2.500
1.250
17
21.408
18
21.942
30000
24.000
1 190
34.253 98.477
1 195
35.107 100.933
Sumber : Hasil Analisis
4.8.6 Fasilitas perdagangan dan Jasa Fasilitas perdagangan dan jasa untuk melayani kebutuhan penduduk adalah warung, toko, pasar, bank dan lain-lain. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Warung berfungsi untuk melayani kebutuhan sehari-hari penduduk di tiap-tiap desa dan menyediakan barang eceran. Jumlah penduduk pendukung untuk fasilitas ini adalah 250 jiwa.
2.
Toko, merupakan fasilitas perdagangan yang melayani kebutuhan sehari-hari penduduk dengan skala lingkungan. Penduduk pendukung untuk fasilitas ini adalah 1.000 jiwa.
3.
Pasar, melayani kebutuhan pokok penduduk, yaitu sandang dan pangan, dengan skala kecamatan.
4.
Pusat Perbelanjaan, yang memiliki skala pelayanan Kota dan Kecamatan.
5.
Bank, berfungsi melayani kebutuhan jasa keuangan dengan skala pelayanan Kota.
6.
Pasar induk, melayani kebutuhan pokok penduduk untuk tingkat kabupaten maupun daerah lainnya dengan penduduk pendukung 100.000 jiwa. Berdasarkan kriteria-kriteria diatas dan dibandingkan dengan kondisi fasilitas
perdagangan dan jasa yang ada saat ini di Kota Sei Rampah, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya fasilitas perdagangan dan jasa yang ada saat ini sudah memenuhi. Yang perlu ditingkatkan adalah skala pelayanannya seperti dari pasar yang buka seminggu sekali menjadi pasar setiap hari, dari toko eceran menjadi toko grosir, pertokoan menjadi swalayan dan sebagainya. Selain peningkatan pelayanannya juga perlu penyediaan prasarana pendukungnya, seperti tempat parkir, jalur pejalan kaki, air bersih, drainase dan sistem persampahannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.12.
Laporan Akhir
IV - 41
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
TABEL IV.12 PERKIRAAN JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS PERDAGANGAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006-2016 JENIS NO
MINIMUM
LUAS TANAH
SARANA
PENDUDUK
PER UNIT
JUMLAH
LUAS
JUMLAH
LUAS
NIAGA
PENDUKUNG
(M2)
(Unit)
(M2)
(Unit)
(M2)
1.
Warung
2.
Pertokoan Kecil
3.
Pasar Kecamatan
4.
Pusat Perbelanjaan
TAHUN 2011
TAHUN 2016
250
100
171
17.100
176
17.600
1.000
1.200
43
51.600
44
52.800
30.000
13.500
1
13.500
1
13.500
120.000
36.000
-
-
-
-
215
82.200
221
83.900
TOTAL KEBUTUHAN Sumber : Hasil Analisis
4.8.7 Fasilitas Pemerintahan Jenis fasilitas pemerintahan yang ada saat ini di Kota Sei Rampah adalah fasilitas pemerintahan tingkat kecamatan dan desa. Dengan ditetapkannya Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai maka fasilitas pemerintahan yang ada harus setingkat kabupaten seperti : 1. Kantor Bupati, DPRD dan kantor Dinas/Badan lainnya yang ada dilingkungan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai; 2. Kantor kecamatan, yaitu Kecamatan Sei Rampah; 3. Kantor Kepala Desa. Jumlah kantor tersebut berdasarkan pada jumlah desa yang masuk kedalam wilayah perencanaan Kota Sei Rampah yaitu sekitar 8 desa; 4. Minimal untuk tingkat kecamatan harus ada Polsek dan koramil, sedangkan untuk tingkat kabupaten harus ada Polres dan militer. 4.9 ANALISIS DAYA TAMPUNG RUANG Analisis daya tampung ruang adalah perkiraan kebutuhan ruang/lahan yang dibutuhkan untuk menampung perkembangan fisik Kota Sei Rampah sampai dengan sepuluh tahun kedepan, yaitu sampai dengan tahun 2016. Pada dasarnya luas lahan yang dibutuhkan untuk menampung perkembangan fisik suatu kota tidak dapat dihitung secara pasti, akan tetapi dapat diperkirakan dengan menggunakan beberapa asumsi dan melihat karakteristik dari kota tersebut. Berdasarkan perkiraan kebutuhan fasilitas kota yang harus ada di Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016, dapat dilihat berapa luas lahan yang dibutuhkan untuk menyediakan fasilitas kota seperti perumahan, pendidikan, kesehatan,
Laporan Akhir
IV - 42
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
peribadatan, perdagangan dan jasa, ruang terbuka hijau kota dan fasilitas pemerintahan, yang dihitung berdasarkan hasil proyeksi penduduk. Berdasarkan hasil proyeksi tersebut maka luas lahan yang harus disediakan untuk menampung fasilitas umum kota dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Luas lahan yang dibutuhkan untuk menampung kawasan perumahan berdasarkan hasil proyeksi adalah sebesar 2.545.330 M2 atau sekitar 255 Ha. (lihat kembali tabel IV.7); 2. Luas lahan yang dibutuhkan untuk menampung fasilitas pendidikan berdasarkan hasil proyeksi adalah sebesar 264.000 M2 atau sekitar 26,4 Ha. (lihat kembali tabel IV.8); 3. Luas lahan yang dibutuhkan untuk menampung fasilitas kesehatan berdasarkan hasil proyeksi adalah sebesar 19.859 M2 atau sekitar 2 Ha. (lihat kembali tabel IV.9); 4. Luas lahan yang dibutuhkan untuk menampung fasilitas peribadatan berdasarkan hasil proyeksi adalah sebesar 5.400 M2 atau sekitar 0,5 Ha. (lihat kembali tabel IV.10); 5. Luas lahan yang dibutuhkan untuk menampung fasilitas olah raga berdasarkan hasil proyeksi adalah sebesar 100.933 M2 atau sekitar 10 Ha. (lihat kembali tabel IV.11); 6. Luas lahan yang dibutuhkan untuk menampung kawasan jasa dan perdagangan berdasarkan hasil proyeksi adalah sebesar 83.900 M2 atau sekitar 8,39 Ha. (lihat kembali tabel IV.12 diatas); 7. Luas lahan yang dibutuhkan untuk menampung kawasan pemerintahan, luasannya sangat tergantung dari kebijaksanaan pemerintah daerah. Namun berdasarkan rencana pemanfaatan ruang bahwa rencana kawasan pemerintahan direncanakan berada dalam satu kawasan, yaitu di Desa Firdaus, tepatnya diperbatasan antara Kecamatan Sei Rampah dengan Kecamatan Teluk Mengkudu (sekitar lapangan Firdaus). Luas lahan yang diperkirakan untuk menampung kawasan pemerintahan tersebut adalah 20 Ha. 8. Luas lahan yang dibutuhkan untuk menampung jaringan jalan yang direncanakan adalah minimal 20% dari luas wilayah perencanaan (5.358 Ha), yaitu : 1.072 Ha; 9. Luas lahan yang dibutuhkan untuk kawasan hijau kota (RTH) dan konservasi adalah minimal 30% dari luas wilayah perencanaan (5.358 Ha), yaitu : 1.607 Ha; Berdasarkan kebutuhan ruang tersebut maka jumlah total ruang/lahan yang dibutuhkan untuk menampung perkembangan Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 adalah sebesar : 3.001 Ha. Jika dibandingkan dengan luas wilayah perencanaan seluas 5.358 Ha maka sampai dengan 10 tahun kedepan Kota Sei Rampah masih dapat menampung perkembangan fisik kota yang ada.
Laporan Akhir
IV - 43
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa ruang Kota Sei Rampah masih dapat menampung perkembangan fisik kota sampai dengan akhir tahun perencanaan adalah : •
Perkembangan jumlah penduduk relatif rendah tiap tahunnya, yaitu hanya sekitar 0,35% pertahun sehingga perkembangan kota tidak sebesar yang diperkirakan;
•
Sebaran/distribusi penduduk tidak merata, dimana konsentrasi penduduk umumnya terpusat di pusat kota saja, yaitu di Desa Sei Rampah dan Desa Firdaus, sedangkan diluar pusat kota masih merupakan kawasan perkebunan yang masih dapat dikembangkan untuk kegiatan kota;
•
Kepadatan penduduk masih relatif rendah yaitu : 8 jiwa/Ha;
•
Pada kawasan pusat kota sebagai pusat kegiatan utama seperti Desa Firdaus Estate dan Desa Sei Rampah, justru mengalami laju pertumbuhan minus. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak penduduk yang tinggal di Kota Sei Rampah pada saat-saat tertentu akan pergi keluar wilayah Kota Sei Rampah;
•
Penduduk yang bekerja di Kota Sei Rampah banyak tinggal di luar Kota Sei Rampah;
•
Wilayah Kota Sei Rampah umumnya relatif datar sehingga seluruh wilayah perencanaan dapat dikembangkan sebagai kawasan perkotaan;
•
Luas lahan non terbangun masih cukup luas bila dibandingkan dengan lahan terbangun, sehingga lahan yang tersedia untuk menampung perkembangan fisik kota masih cukup luas.
4.10 ANALISIS KONDISI UTILITAS KOTA 4.10.1 Sumber Daya Listrik Tuntutan akan pelayanan listrik dalam kegiatan sehari-hari semakin dirasa penting. Tuntutan kebutuhan tersebut bagi Kota Sei Rampah telah mulai dapat dipenuhi. Akan tetapi sejalan dengan upaya pengembangan Kota Sei Rampah di masa mendatang yang menyangkut di segala bidang, maka permintaan pelayanan listrik juga akan meningkat. Hal tersebut menuntut upaya peningkatan pelayanan baik dari segi penyebaran maupun kapasitas produksi pembangkitnya.
Laporan Akhir
IV - 44
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
4.10.2 Telepon Ditinjau dari segi fungsinya, ketersediaan fasilitas telepon di Kota Sei Rampah sudah dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Walau saat ini fasilitas telepon yang ada lebih dominan digunakan oleh perkantoran dan usaha, tetapi masyarakat pun sudah mulai banyak yang memanfaatkan fasilitas telepon. Untuk kedepannya perlu adanya peningkatan pelayanan jaringan telepon terutama untuk telepon seluler sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik tidak hanya di pusat kota tetapi hingga ke pelosok kota dan daerah sekitarnya. 4.10.3 Air Bersih Kebutuhan air bersih untuk Kota Sei Rampah saat ini sudah dipenuhi oleh PDAM Tirta Deli Cabang Lubuk Pakam. Akan tetapi pelayanannya masih sangat terbatas. Dengan adanya perkembangan Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Kabupaten maka kebutuhan akan air bersih dimasa mendatang akan semakin meningkat pula. Dengan demikian maka pengelolaan air bersih saat ini perlu ditingkatkan lagi. Atau dengan kata lain PDAM yang ada saat ini sudah saatnya diambil alih oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai (menjadi perusahaan daerah) ataupun jika masih ditangani oleh pihak swasta maka perlu dibuat kerja sama operasionalnya. Dengan demikian maka kebutuhan akan air bersih di Kota Sei Rampah pada masa yang akan datang dapat dilayani 4.10.4 Saluran Air Buangan dan Drainase Saluran air buangan mempunyai arti yang sangat penting bagi pembangunan wilayah dan kota. Saluran yang kurang baik dapat mengakibatkan genangan, banjir, erosi dan sebagainya. Air yang termasuk dalam golongan air buangan adalah : •
Pembuangan air limbah yang berasal dari rumah tangga.
•
Pembuangan air yang berasal dari kegiatan perkotaan terutama perdagangan dan jasa di pusat-pusat perkotaan.
•
Air yang berasal dari kegiatan industri.
•
Air hujan . Dengan demikian faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran
air buangan antara lain adalah : •
Jumlah penduduk
•
Tata cara hidup penduduk
•
Iklim dan Topografi
•
Daya resap tanah
Laporan Akhir
IV - 45
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Ketersediaan jaringan drainase bagi pemukiman perkotaan merupakan salah satu faktor dalam upaya mencapai keserasian, keasrian dan kenyamanan lingkungan. Ketidakteraturan
dan
ketidaktersediaan
jaringan
drainase
cenderung
menciptakan
lingkungan yang kurang sehat. Jaringan drainase yang ada di Kota Sei Rampah dipandang sebagai suatu masalah yang penting, mengingat daerah ini memiliki curah hujan cukup tinggi serta daerahnya yang relatif datar maka banyak daerah-daerah pada kota ini yang sering mengalami genagan. Jaringan drainase yang ada saat ini terutama terdapat di sekitar jalan utama saja. Perkembangan Kota Sei Rampah menjadikan saluran drainase yang baik semakin penting peranannya, dengan demikian diperlukan upaya peningkatan kontruksi dan pola saluran. Jaringan tersebut tidak hanya untuk saluran air hujan saja, tetapi juga untuk saluran-saluran buangan dari setiap bangunan terutama dari kawasan-kawasan pemukiman, dengan kata lain saluran air buangan yang bersatu dengan saluran drainase. 4.10.5 Sistem Pembuangan Sampah Secara umum cara pembuangan sampah dapat digolongkan menjadi dua. Pertama, pembuangan secara individual, yaitu masyarakat membuang sampahnya sendiri-sendiri dengan metode dan cara yang tersendiri. Kedua, membuang secara kolektif yang dikelola oleh pemerintah setempat atau diserahkan kepada swasta. Cara pembuangan sampah di Kota Sei Rampah diarahkan secara kolektif atau pengelolaan dengan menyediakan tempat sampah umum yang akan dibuang bersama pada lokasi yang ditentukan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan pada tahap akhir pembuangan sampah secara individual sudah tidak efisien lagi. Untuk menunjang sistem pembuangan sampah secara kolektif, perlu direncanakan sistem pengumpulan sampah. Sistem pengumpulan sampah yang diusulkan adalah sistem pembuangan terbuka atau Open Dumping, dengan lokasi pembuangan akhir yang jauh letaknya dari permukiman penduduk. Syarat-syarat lokasi pembuangan sampah yang baik adalah : a) Terletak di daerah yang relatif rendah dan jauh dari daerah dengan aktivitas tinggi. Hal ini untuk menghindari atau memperkecil polusi udara, polusi air, dan polusi tanah serta untuk menghindari cairan yang berasal dari sampah ke daerah lain bila terjadi hujan atau banjir. b) Jauh dari daerah permukiman dan jauh dari keramaian kota. Hal ini untuk menjaga timbulnya masalah, seperti menyebarnya hama penyakit, menurunkan tingkat estetika atau keindahan lingkungan, menyebarnya bau sampah, pencemaran air tanah dan lain sebagainya.
Laporan Akhir
IV - 46
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
c) Jauh dari sumber air/saluran air bersih/sungai. Hal ini untuk mencegah terjadinya pencemaran air akibat sampah. d) Lokasi pembuangan tidak menghambat aliran air kota/tidak menutupi sistem saluran drainase kota, sehingga tidak terjadi penyumbatan yang mengakibatkan banjir. Sampah seringkali menjadi masalah selama sistem pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik. Sampah yang dihasilkan berkaitan dengan aktivitas manusia sehari-hari. Ditinjau dari jenis sistem pengelolaan sampah, secara garis besar terdiri dari sistem komunal, yaitu pengelolaan sampah secara berkelompok dengan menyediakan alat angkutan dan tempat-tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Sistem lainnya adalah dengan pengelolaan sendirisendiri/perorangan, biasanya dengan menyediakan sendiri tempat pembuangan sampah disekitar rumah, dengan sistem dumping (dibuang kedalam lubang tanah dan setelah penuh ditimbun kembali). Kedua sistem tersebut memiliki karakteristik tertentu, misalnya untuk kawasan padat penduduk/bangunan sistem dumping relatif sulit untuk diterapkan karena memerlukan tempat/lahan yang relatif luas serta mengganggu lingkungan sekitar (bau, kotor). Pengelolaan sampah di Kota Sei Rampah terdiri dari sistem pengelolaan secara komunal dan perorangan, tetapi pada pelaksanaannya sebagian penduduk masih memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan akhir sampahnya. Agar kebiasaan tersebut tidak berlanjut, maka upaya pengelolaan sampah yang lebih baik harus dilakukan untuk masa yang akan datang.
Laporan Akhir
IV - 47