27
4 METODE PENELITIAN 4.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian. Terdapat empat paradigma utama yang bersaing dalam ilmu pengetahuan dengan berbagai asumsi-asumsi yang mendasarinya, yaitu positivisme, post-positivisme, teori kritis dan konstruktivisme (Lincoln dan Guba dalam Salim 2001). Tujuan dari penelitian ini adalah ingin menganalisis suatu program pemberdayaan perempuan khususnya program pemberdayaan perempuan kepala keluarga dan komunikasi partisipatif yang berlangsung di dalamnya. Oleh karena itu maka paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis yang digunakan dikaitkan dengan beberapa pertimbangan, misalkan secara ontologis (sifat realita), aliran ini menyatakan bahwa realitas sosial adalah wujud bentukan (construction) individu-individu subyek yang terlibat dalam penelitian yaitu terutama tineliti dan peneliti, bersifat subyektif dan majemuk. “subyektif” di sini berarti “melihat dari sudut pandang tineliti sebagai subyek penelitian.” Realitas sosial bersifat subyektif, maka secara epistemologi (hubungan antara peneliti dan tineliti) terjadi interaksi sosial yang dinamis, informal, dan akrab. Hubungan antara peneliti dan tineliti dirumuskan sebagai hubungan “subyek-subyek.” bukan hubungan “subyek-obyek” seperti pada penelitian kuantitatif. Dalam arti bahwa antara peneliti dan tineliti memiliki kedudukan sebagai orang yang sama-sama belajar memaknai realitas sosial yang diteliti bahkan kadang peneliti bisa menjadi orang yang diteliti. Secara metodologis, proses penelitiannya bersifat induktif yang berorientasi pada pengembangan pola dan teori untuk mendapatkan pemahaman yang bersifat kontekstual atas suatu kejadian atau gejala sosial (Creswell 2002).
4.2 Desain Penelitian Paradigma konstruktivis merupakan bagian dari pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran, kelompok atau interaksi tertentu. Penelitian ini merupakan sebuah proses investigasi dimana peneliti secara bertahap berusaha memahami fenomena sosial dengan membedakan, membandingkan, meniru, mengkatalogkan dan mengelompokkan obyek studi (Miles dan Huberman 1992). Pendekatan kualitatif bersifat “emic” artinya memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya,” bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan “sebagaimana
28
adanya” yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh sumber data (Sugiyono 2008). Penelitian kualitatif adalah meneliti subyek penelitian atau informan dalam lingkungan hidup kesehariannya. Peneliti kualitatif sedapat mungkin berinteraksi secara langsung dan mengenal secara dekat dunia kehidupan informan, mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan secara apa adanya. Istilah kualitatif menunjuk pada proses dan makna yang tidak diuji atau diukur secara ketat dari segi kuantitas, jumlah, intensitas atau frekuensi, penekanan diberikan pada sifat konstruksi sosial dari realitas dan mencari jawaban bagaimana pengalaman sosial dibentuk dan diberi makna (Denzin dan Lincoln dalam Salim 2001). Untuk mengungkap dan menemukan proses dari suatu fenomena dinamika komunikasi partisipatif dalam program pemberdayaan pada perempuan kepala keluarga dan keberhasilan program yang dilihat dari tingkat keberdayaan perempuan kepala keluarga, komunikasi dan interaksi, presentasi diri mereka dalam kegiatan kemasyarakatan juga perilaku keseharian serta pengalaman hidupnya, maka peneliti mengkategorikan penelitian ini sebagai penelitian kualitatif (perspektif subyektif). Dengan kata lain, hal ini dapat dijelaskan dengan pendekatan konstruksi sosial. Konstruksi sosial melihat realitas sebagai sesuatu yang dibentuk secara sosial. Dalam hal ini konstruksi sosial menekankan bahwa bagaimana realitas keadaan dan pengalaman tentang sesuatu diketahui dan diinterpretasikan melalui aktivitas sosial (Abdullah 2006). Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami situasi sosial, peristiwa, peran, makna yang dipersepsikan kelompok/individu atau interaksi tertentu. Pada umumnya pendekatan ini merupakan sebuah proses investigasi di mana peneliti secara bertahap berusaha memahami makna dari presentasi diri dan impression management yang ditampilkan (verbal dan non-verbal) dalam interaksi dan komunikasi perempuan kepala keluarga dengan mengkaji hal-hal yang membedakan, lalu membandingkan, dan kemudian mengelompokkan obyek kajian penelitian (Creswell 2002). Selanjutnya peneliti juga memasuki dunia informan dan melakukan interaksi dan berkomunikasi secara terus-menerus, mencari sudut pandang atau persepsi dari informan itu sendiri. Jika Lindof menyebutkan bahwa penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi, dengan “paradigma interpretif”, Mulyana menyebutkan “perspektif subyektif” (Mulyana 2003). Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus, yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam (Arikunto 2007). Sebuah definisi yang lebih tegas dan bersifat teknis sehingga sangat membantu tentang studi kasus diberikan Yin (2002) yang menyebutkan bahwa studi kasus adalah inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan. Lebih terinci studi kasus mengisyaratkan keunggulan-keunggulan berikut:
29
1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas lagi. 2. Studi kasus memberikan kesempatan-kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif dapat ditemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang (mungkin) tidak diharapkan/diduga sebelumnya. 3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dayah Tanoh Kecamatan Mutiara Timur Kebupaten Pidie Provinsi Aceh. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan alasan bahwa desa ini merupakan salah satu desa yang mendapat Program PEKKA di wilayah Aceh dan dekat dengan tempat tinggal, ini diharapkan dapat mengurangi hambatan ekonomis dan budaya dengan subyek penelitian. Pengambilan dan pengumpulan data serta penyempurnaan panduan wawancara dilaksanakan sejak April sampai dengan Mei 2012, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan penyusunan hasil penelitian pada bulan Desember 2012 sampai dengan bulan April 2013. Berinteraksi dengan masyarakat Desa Dayah Tanoh terutama dengan perempuan kepala keluarga selama satu bulan lebih, rasanya tidak cukup untuk mengungkapkan dan memahami seluruh gejala dan situasi yang terjadi serta dialami oleh perempuan kepala keluarga di Desa Dayah Tanoh. Selama melakukan penelitian, peneliti tidak pernah menginap di rumah informan karena pada saat itu peneliti sedang dalam keadaan mengandung enam bulan, sehingga pengambilan data dilakukan dengan datang pukul 08.00 WIB dan pulang pukul 05.00 WIB. Peneliti menginap di desa lain yang tidak terlalu jauh dengan lokasi penelitian dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit dengan kendaraan bermotor. Penelitian yang dilaksanakan selama satu bulan lebih menjadikan keakraban dengan masyarakat Desa Dayah Tanoh khususnya perempuan kepala keluarga, sehingga dapat menambah kepercayaan tineliti sehingga keterangan (data dan informasi) yang diberikan oleh tineliti adalah benar dan jujur.
4.4 Penentuan Subyek Penelitian Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian. Informan dalam penelitian kualitatif bukan disebut sampel statistik yang harus mewakili kondisi populasi untuk kepentingan generalisasi populasi, melainkan subyek penelitian yang dipilih sesuai pertimbangan dan tujuan penelitian yaitu
30
mengembangkan konsep/teori (Sugiyono 2008). Informan dipilih secara sengaja yaitu dipilih sesuai pertimbangan dan tujuan tertentu. Penentuan informan dilakukan dengan teknik bola salju (snowball sampling) yaitu suatu metode sampling nonprobability yang sering digunakan dalam penelitian di lapangan di mana masing-masing orang yang diwawancara memberikan informasi tentang siapa saja yang memungkinkan untuk diwawancara. Selanjutnya, dengan pertimbangan dan tujuan tertentu sesuai kebutuhan penelitian, sampai didapatkan informasi yang memadai tentang informan. Kunjungan ke Desa Dayah Tanoh pertama kali dilakukan pada tanggal 5 April dan berjumpa dengan Ibu NT sebagai bendahara kelompok, karena hanya nomor telepon beliau sebagai contact person yang didapat dari kantor Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Pidie. Pada tahap awal ini melakukan perkenalan dan diskusi tentang Desa Dayah Tanoh dan perempuan kepala keluarga. Kemudian Ibu NT menemani bertemu dengan kepala desa serta berjalan-jalan menyusuri jalan di desa untuk beradaptasi dan mengenal Desa Dayah Tanoh secara fisik. Setelah mendapatkan izin dari kepala desa, pendekatanpun dilakukan dengan cara berbincang-bincang dengan tokoh masyarakat dan ibu-ibu perempuan kepala keluarga, shalat di meunasah, belanja dan mengobrol di warung-warung yang ada di desa. Proses adaptasi dan pengenalan dilakukan guna mengetahui gambaran umum Desa Dayah Tanoh dan persiapan mental secara pribadi untuk melakukan penelitian selanjutnya. Hasil proses adaptasi dan pengamatan didapatkan beberapa gambaran umum tentang kondisi fisik dan non fisik Desa Dayah Tanoh. Kondisi fisik di antaranya kondisi desa, jalan, meunasah, dan balai desa. Kondisi non fisik meliputi aktivitas perempuan kepala keluarga, interaksi sesama anggota, bahasa yang digunakan oleh masyarakat serta rutinitas penduduk Desa Dayah Tanoh secara umum dan sebagainya. Gambaran umum Desa Dayah Tanoh selengkapnya diuraikan pada Bab Gambaran Umum Wilayah Penelitian. Setelah melakukan adaptasi di lokasi penelitian, selanjutnya pertemuan dan diskusi dengan Pendamping Lapang (PL) di rumah bendahara di Desa Dayah Tanoh untuk mengetahui nama-nama anggota kelompok PEKKA guna penentuan namanama informan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Informan penelitian adalah perempuan kepala keluarga dan seseorang atau lembaga yang mendukung data penelitian. Seseorang dan lembaga tersebut adalah Kepala Desa (geuchik) (Bapak MYH), tuha peut (tokoh masyarakat) (Bapak Ib), tokoh agama (Ibu Um), istri kepala desa (Ibu Rm), mantan PL (Bapak MD), PL (Ibu FJ), ketua kelompok (Ibu AA) dan tujuh orang perempuan kepala keluarga yang menjadi subyek kasus berdasarkan sebab menjadi kepala keluarga dan jenis pekerjaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.
31
1. 2. 3.
4.
5.
Tabel 1 Distribusi perempuan kepala keluarga berdasarkan jenis pekerjaan Jenis pekerjaan Kategori Perempuan Sektor formal Sektor informal Tidak bekerja Kepala Keluarga (orang) (orang) (orang) Perempuan yang 0 7 2 ditinggal/ cerai hidup Perempuan yang 0 5 3 suaminya meninggal Perempuan yang 1 1 0 membujang/ tidak menikah Perempuan bersuami 0 2 0 tapi suaminya tidak dapat jadi kepala rumahtangga Perempuan bersuami 0 1 0 tapi tidak mendapat nafkah lahir bathin lebih dari setahun (karena berpergian) Jumlah 1 16 5
Setelah diperoleh informasi mengenai distribusi anggota kelompok berdasarkan jenis pekerjaan dan sebab menjadi kepala keluarga, peneliti memilih masing-masing satu orang dari tiap kriteria sehingga jumlah subyek kasus yang terpilih dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang (Tabel 2).
No.
Nama inisial
1
Hmm
2
NC
3 4 5
Am NT BR
6
Rh
7
Sb
Tabel 2 Profil subyek kasus Sebab jadi Umur Pekerjaan Pendidikan Jumlah pekka (tahun) tanggungan (org) Cerai 54 Buruhtani Tidak 7 hidup sekolah Suami 51 Dagang SMP 5 meninggal Lajang 36 Buruhtani SMA 1 Lajang 45 PNS S1 1 Suami 50 Dagang SD 4 sakit Suami 55 Buruhtani SMP 5 pergi Suami 62 Tidak Tidak 0 meninggal bekerja sekolah
32
Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan-informan terpilih tersebut. Selain wawancara mendalam, juga dilakukan wawancara kelompok dengan anggota kelompok untuk memperoleh informasi mengenai profil dan tipologi perempuan kepala keluarga di daerah penelitian. Selanjutnya untuk menguji apakah data yang telah dikumpulkan adalah benar (valid) maka dilakukan triangulasi. Triangulasi dilakukan melalui wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap memahami topik penelitian. Besarnya jumlah informan dalam penelitian didasarkan pada pernyataan Powell dalam Ihsaniyati (2010) bahwa tidak ada formula paling benar yang memberikan pedoman mengenai besarnya informan (subyek penelitian). Kedalaman dan kekayaan data merupakan hal yang dianggap paling penting karena pemahaman terhadap masalah yang diteliti merupakan tujuan utama penelitian kualitatif. Terdapat lima kriteria untuk pemilihan key informan atau informan yang dijadikan sumber pengambilan data di antaranya: 1) Subyek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi informasi, yang menghayati secara sungguh-sungguh sebagai akibat dari keterlibatan yang cukup lama dengan lingkungan atau kegiatan yang bersangkutan. Biasanya ditandai oleh kemampuan dalam memberikan informasi tentang sesuatu yang ditanyakan. 2) Subyek yang masih terlibat secara aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian penelitian. 3) Subyek yang mempunyai cukup waktu atau kesempatan untuk diwawancara. 4) Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dipersiapkan terlebih dahulu. 5) Subyek yang sebelumnya tergolong cukup asing dengan penelitian sehingga lebih mudah menggali informasi (Bungin 2007). Hasil penelitian ini tidak digeneralisasikan ke populasi karena penentuan informan tidak dilakukan secara acak (random). Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. Hasil penelitian dapat ditransferkan atau diterapkan ke situasi sosial (tempat) lain apabila situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti (Sugiyono 2008).
4.5 Data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data skunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari subyek kasus dan informan. Data primer diperoleh dengan menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu: pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, dan wawancara kelompok. Metode tersebut digunakan untuk memenuhi bahan penelitian kualitatif. Masing-masing metode digunakan sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan penelitian. Data yang diperoleh dari masing-masing metode dianalisis berdasarkan penggunaan data tersebut.
33
Tabel 3 Matriks jenis data, sumber dan metode pengumpulan data No. Jenis Data Sumber Metode 1. Situasi dan kondisi keluarga Observasi perempuan kepala keluarga 2. Kondisi usaha produktif perempuan Perempuan kepala Observasi, kepala keluarga keluarga wawancara 3. Kegiatan pemberdayaan perempuan PL , Perempuan kepala Wawancara kepala keluarga keluarga mendalam 4. Profil dan identitas perempuan PL , perempuan kepala Wawancara kepala keluarga keluarga mendalam dan wawancara kelompok 5. Peranan-peranan PLdalam program PL , perempuan kepala Wawancara pemberdayaan keluarga mendalam 6. Karakteristik individu dan kondisi Perempuan kepala Wawancara lingkungan sosial perempuan kepala keluarga mendalam keluarga 7. Dukungan kelembagaan/ norma dan Perempuan kepala Wawancara bahasa keluarga mendalam 8. Perilaku komunikasi partisipatif Perempuan kepala Wawancara perempuan kepala keluarga dalam keluarga mendalam program pemberdayaan 9. Penilaian terhadap keberhasilan Perempuan kepala Wawancara program pemberdayaan keluarga mendalam dan (keberdayaan) wawancara kelompok 10. Kedudukan perempuan kepala Aparat desa, tokoh Wawancara keluarga dalam komunitas masyarakat, tokoh mendalam agama 11. Potensi Desa Dayah Tanoh, laporan Kantor desa, kantor Studi program pemberdayaan perempuan kecamatan serta center dokumentasi kepala keluarga (PEKKA) PEKKA
Pertama, pengamatan berperan serta terhadap perempuan kepala keluarga untuk memahami kehidupan sehari-hari dan makna dari tindakan mereka. Terdapat dua alasan metodologis menggunakan teknik pengumpulan data berperan serta (Moleong 2008) yaitu: (1) pengamatan memungkinkan melihat, merasakan dan memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan gejala sosial di dalamnya sebagaimana tineliti melihat, merasakan dan memaknainya, dan (2) pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama dengan tineliti. Salah satu rumah anggota (Ibu NT sebagai bendahara) dipilih sebagai tempat istirahat dan melakukan diskusi dalam penelitian. Pilihan didasarkan pada informasi yang luas dan dipercaya serta dapat menghubungkan dengan orang-orang yang diperlukan dalam rangkaian
34
penelitian. Informan yang juga berprofesi sebagai guru dapat mengetahui dan menguasai informasi di Desa Dayah Tanoh dan relasi yang luas di luar desa, sehingga tidak saja informasi tentang warga di desanya saja tetapi informasi di luar desa juga bisa diperoleh. Waktu satu bulan lebih di daerah penelitian merupakan rentang waktu yang cukup singkat untuk mampu mengungkap secara mendalam pendapat para perempuan kepala keluarga. Peneliti sangat terbantu oleh informan kunci yaitu Ibu NT, beliau sebagai ketua pengajian, bendahara kelompok PEKKA dan guru di salah satu sekolah dasar agama di Kecamatan Mutiara Timur. Beliau menguasai informasi di Desa Dayah Tanoh secara umum. Melalui beliau dipertemukan dan diperkenalkan kepada tokoh masayarakat dan tokoh agama yang memiliki kapasitas dan dapat memberikan referensi untuk melengkapi data penelitian. Kedua, metode wawancara mendalam digunakan dalam penelitian. Wawancara mendalam adalah komunikasi antara peneliti dengan subyek kasus atau informan untuk memperoleh informasi melalui tatap muka berulang kali di lokasi penelitian. Wawancara ini bersifat fleksibel dengan susunan panduan wawancara yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lokasi penelitian. Wawancara mendalam ditujukan kepada perempuan kepala keluarga, kepala desa, tokoh agama dan masyarakat, serta PL . Informasi yang ingin diperoleh adalah peran pendamping, perangkat desa, tokoh masyarakat serta partisipasi melalui komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga dalam program PEKKA. Sebelum wawancara dengan seluruh informan, pendekatan ke informan dilakukan dengan mendatangi rumah informan, memperkenalkan diri dan melakukan perbincangan ringan seputar keluarga. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Aceh dan menggunakan panduan wawancara yang dilakuakan dengan santai dan tidak bersifat introgasi. Teknik wawancara dilakukan secara tidak terstruktur di mana wawancara bersifat lepas dan informal dengan informan, namun terlebih dahulu disusun pokok-pokok pertanyaan. Hal itu dilakukan agar informan tidak bosan dan suasana tidak menjadi kaku. Alat bantu rekam audio dan kamera digital digunakan setelah mendapat izin dari informan. Alat rekam digunakan untuk merekam wawancara yang kemudian dimasukkan ke dalam catatan lapangan. Wawancara dilakukan sesuai dengan kesepakatan dengan informan meliputi waktu dan tempat wawancara. Tempat wawancara dilakukan di rumah informan sesuai dengan kesepakatan. Wawancara dilakukan pada pagi, siang dan sore hari tergantung pada waktu luang yang dimiliki informan. Wawancara pada siang hari tidak menjadi masalah karena jarak rumah informan satu dengan informan lainnya sangat berdekatan. Kegiatan wawancara dengan semua informan dilakukan di rumah mereka masing-masing. Dalam satu hari wawancara dengan informan maksimal dilakukan sebanyak tiga kali dengan informan yang berbeda. Ketiga, wawancara kelompok adalah suatu kegiatan diskusi kelompok dengan anggota kelompok yang ditujukan untuk menggali informasi tentang kegiatan program pemberdayaan (PEKKA) tersebut di lokasi penelitian. Diskusi kelompok tersebut meliputi kegiatan tukar pendapat atau curah pendapat untuk mendapatkan informasi lebih mendalam dari para peserta secara subyektif baik berdasarkan
35
pengalaman, pemahaman, maupun pengetahuan peserta mengenai topik-topik yang berhubungan dengan karakteristik individu perempuan kepala keluarga, peran pendamping dan penerapan komunikasi partisipatif dalam PEKKA serta keberdayaan mereka setelah adanya program pemberdayaan ini. Teknik pengamatan dilakukan untuk melengkapi data dan informasi yang tidak dapat diperoleh dari teknik wawancara. Diskusi kelompok dilakukan pada akhir pengumpulan data yaitu pada tanggal 8 Mei 2012 pukul 14.30 sampai dengan selesai di Center PEKKA. Diskusi kelompok tersebut dilakukan untuk mengklarifikasi data dan informasi penelitian yang telah diperoleh dari wawancara dengan subyek penelitian dan informan. Diskusi kelompok dihadiri oleh anggota kelompok perempuan kepala keluarga. Sebagai pendukung penyimpanan data dari ketiga metode yang dipakai maka dibuat catatan harian, rekaman wawancara dan foto-foto. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen antara lain: dokumen-dokumen yang terdapat di balai Desa Dayah Tanoh, kantor Kecamatan Mutiara Timur, dan Center PEKKA Kabupaten Pidie. 4.6 Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sejak pengumpulan data dimulai dari sebelum data benar-benar terkumpul sampai dengan penulisan laporan penelitian. Menurut Miles dan Huberman (1992), tahaptahap analisis data meliputi: 1) Reduksi data intinya mengurangi atau membuang data yang tidak penting (tidak relevan) yang ada pada catatan harian dan transkrip wawancara, sehingga data yang terpilih dapat diproses ke langkah selanjutnya. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berupa simbol, statement, kejadian, dan lainnya. Oleh karena data masih mentah, jumlahnya sangat banyak dan bersifat non‐kuantitatif (sangat deskriptif) sehingga tidak dapat digunakan secara langsung untuk analisis. Oleh karena itu, data perlu diorganisir kedalam format yang memungkinkan untuk dianalisis. Reduksi data mencakup kegiatan berikut ini: a. Organisasi data, meliputi: menentukan kategori, konsep, tema dan pola Data dari wawancara ditulis lengkap dan dikelompokkan menurut informan (anggota dan bukan anggota program). Informan ditandai dengan inisial (Hmm, NC, NT, Am, BR, Rh, dan seterusnya). Dengan cara ini, peneliti dapat mengidentifikasi informasi sesuai pemberi informasi (informan). Transkrip hasil wawancara kemudian dianalisis dan key points dapat ditandai untuk memudahkan coding dan pengklasifikasian. Adapun data dari observasi dan arsip berupa catatan (field note), prosesnya tidak berbeda jauh dengan data hasil wawancara. Field note selama observasi dapat diorganisir ke dalam form dengan judul tertentu, yaitu: tanggal, jam, peristiwa, partisipan, deskripsi peristiwa, dimana terjadinya, bagaimana terjadi, apa yang dikatakan, serta opini dan perasaan peneliti. Sementara itu, data dari analisis catatan organisasi (arsip) dapat diorganisir ke dalam format tertentu untuk mendukung data dari observasi dan wawancara. Langkah selanjutnya adalah pengelompokan narasi
36
(deskripsi) yang telah diorganisir kedalam tema, dengan menggunakan code. Pengelompokan tema koheren dengan tujuan penelitian dan keyakinan yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan fenomena penelitian. b. Coding Data Data yang diperoleh dari langkah di atas, kemudian dikelompokkan ke dalam tema tertentu dan diberi kode untuk melihat kesamaan pola temuan. Jadi, coding dilakukan sesuai dengan kerangka teoritis yang dikembangkan sebelumnya, sehingga memungkinkan peneliti untuk mengkaitkan data dengan masalah penelitian. 2) Penyajian data yaitu menyajikan data dalam berbagai bentuk seperti cuplikan percakapan, narasi, deskripsi situasi sosial, catatan harian dan foto dengan tujuan untuk memudahkan dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Data kualitatif disajikan dalam bentuk narasi, bukan dalam bentuk angka. Data penelitian disajikan dalam bentuk narasi yang dilengkapi dengan kutipan-kutipan pernyataan narasumber dan fotofoto. Dokumen yang sangat pribadi sifatnya adalah catatan harian. Dalam catatan harian tersebut, ada banyak catatan tentang peristiwa dan keadaan dari hal-hal yang langsung menyangkut kepribadian penulis, umumnya pengakuan tentang masalah-masalah pribadi, antara lain pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan serta interpretasi tentang kejadian-kejadian serta situasi lingkungan di daerah penelitian. 3) Interpretasi data yaitu memberikan penafsiran/interpretasi atas data yang ada dalam penelitian. Hasil interpretasi kemudian dikaitkan dengan teori yang ada sehingga interpretrasi tidak bersifat bias tetapi dapat dijelaskan oleh teori tersebut. 4) Pengambilan kesimpulan dan verifikasi yaitu menyimpulkan dan mengecek ulang data-data yang telah direduksi dan disajikan (Creswell 2002). Ketiga kegiatan analisis (reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan) yang dilakukan ini merupakan proses siklus dan interaktif. Ketiga tahapan tersebut berlangsung secara simultan (Gambar 3).
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data verifikasi
Gambar 3 Proses analisis data penelitian
Simpulan
37
4.7 Kredibilitas dan Dependabilitas (Reliabilitas) Penelitian Uji kredibilitas atau dalam penelitian kuantitatif disebut validitas dilakukan untuk menguji apakah data umum penelitian yang telah dikumpulkan adalah benar (valid). Menguji kredibilitas penelitian kualitatif digunakan triangulasi. Triangulasi meliputi triangulasi sumber, teknik pengumpulan data dan waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis menghasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan sumber-sumber data tersebut. Member check dilakukan dengan diskusi kelompok informan. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik yang digunakan dapat berupa wawancara atau pengamatan. Reliabilitas pada penelitian kualitatif, disebut dependabilitas. Suatu penelitian dikatakan dependable apabila dapat mengulang/mereplikasi proses penelitian tersebut (Sugiyono 2008). Uji dependalibilitas dilakukan dengan mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian.