49
METODE PENELITIAN Paradigma Penelitian Lincoln dan Guba (1985) membedakan
paradigma
dalam ilmu
pengetahuan secara umum dalam dua kelompok, yaitu paradigma positivisme (positivist) dan alamiah (naturalist). Pengertian paradigma menurut Patton (1978) dalam Lincoln dan Guba (1985) ini adalah: Paradigm is a world view, a general perspective , a way of breaking down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigm tell them what is important, legitimate, and reasonable. Paradigm are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of long existential or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength and their weakness-their strength in that it makes action possible, their weakness in that the very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the paradigm. Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong (2007) menyebut paradigma sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Mulyana (2008) menyebut paradigma sebagai suatu ideologi dan praktik suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atas realitas, memiliki seperangkat kriteria yang sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan metode serupa. Paradigma yang digunakan dalam penelitian adalah paradigma kritis. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu sebagai kritik sosial dan penguatan sosial. Paradigma kritis sendiri merupakan paradigma yang tidak berkaitan dengan prinsip-prinsip umum, tidak membentuk sistem ide. Paradigma ini berusaha memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari irasionalisme. Dengan demikian fungsi paradigma ini adalah emansipatoris. Ciri paradigma ini adalah : (Ahyar & Lubis 2006) 1. Kritis terhadap masyarakat. Paradigma Kritis mempertanyakan sebab-sebab yang mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat. Struktur masyarakat yang rapuh ini harus diubah.
50
2. Paradigma kritis berpikir secara historis, artinya berpijak pada proses masyarakat yang historis. Dengan kata lain paradigma kritis berakar pada suatu situasi pemikiran dan situasi sosial tertentu, misalnya materialekonomis. 3. Paradigma kritis tidak menutup diri dari kemungkinan jatuhnya paradigma dalam suatu bentuk ideologis yang dimiliki oleh struktur dasar masyarakat. Inilah yang terjadi pada pemikiran filsafat modern. Menurut Madzhab Frankfurt, pemikiran tersebut telah berubah menjadi ideologi kaum kapitalis. Paradigma harus memiliki kekuatan, nilai dan kebebasan untuk mengkritik dirinya sendiri dan menghindari kemungkinan untuk menjadi ideologi. 4. Paradigma kritis tidak memisahkan paradigma dari praktek, pengetahuan dari tindakan, serta rasio paradigmatis dari rasio praktis. Perlu digarisbawahi bahwa rasio praktis tidak boleh dicampuradukkan dengan rasio instrumental yang hanya memperhitungkan alat atau sarana semata. Madzhab Frankfurt menunjukkan bahwa paradigma atau ilmu yang bebas nilai adalah palsu. Paradigma kritis harus selalu melayani transformasi praktis masyarakat. Paradigma kritis akan menghasilkan teori-teori kritis. Teori kritis mengarahkan pada dua taraf yang berkaitan secara dialektis. Pada taraf teori pengetahuan, teori kritis berusaha mengatasi saintisme atau positivisme. Pada taraf teori sosial, kritik dibidikkan ke arah berbagai bentuk penindasan idiologis yang melestarikan konfigurasi sosial masyarakat yang refresif (Hardiman 1990). Kedua taraf ini saling mengandaikan seperti yang dinyatakan Habermas (1971) dalam Hardiman (1990) “..suatu kritik radikal atas pengetahuan itu mungkin hanya sebagai teori sosial.” Teori kritis membawa misi emansipatoris untuk mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang rasional melalui refleksi diri. Adorno (1976) dalam Hardiman (1990) teori kritis diharapkan mampu sebagai pendobrak Herrschaft (dominasi total) kepada pendekatan emansipatoris. Dalam pandangan lain paradigma kritis digunakan dalam metodologi ilmiah dengan maksud membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses pengambilan kebijakan; adakah pembatasan-pembatasan dalam pengambilan kebijakan, siapa aktor yang berpengaruh dan mengendalikan forum, adakah anggota terkooptasi oleh kepentingan tertentu di luar organisasi, bahasa dan simbol-simbol apakah
51
yang biasa digunakan dalam proses pengambilan kebijakan. Bahasa dalam paradigma kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subyek tertentu, tema-tema tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya (Ardianto & Q-Anees 2007). Selanjutnya paradigma ini digunakan juga untuk mengkritisi rintanganrintangan,
tekanan-tekanan
dan
kontradiksi
yang
menghambat
proses
pengambilan kebijakan. Masyarakat, individu dan organisasi merupakan kehidupan dalam suatu dunia yang dikarakterisasi oleh suatu keadaan yang saling mempengaruhi antara kesadaran individu dan prinsip obyektivasi dalam dunia eksternal. Maksud dari paradigma ini adalah membebaskan manusia dari manipulasi teknokrat modern. Dalam kaitan ini teori kritis dijadikan sebagai pisau analisis dalam memecahkan kebuntuan relasi sosial dalam perspektif gender yang telah ditelikung oleh ideologi dominasi total budaya patriarki. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. Desain Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin (2003) dalam Salim (2006) penelitian kualitatif dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell 2003).
52
Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Metodologi penelitian yang dipakai adalah multimetodologi, sehingga sebenarnya tidak ada metodologi yang khusus. Para periset kualitatif dapat menggunakan semiotika, narasi, isi, diskursus, arsip, analisis fonemik, bahkan statistik. Di sisi yang lain, para periset kualitatif juga menggunakan pendekatan, metode dan teknik-teknik etnometodologi, fenemologi, hermeunitika, feminisme, rhizomatic, dekonstruksionisme, etnografi, wawancara, psikoanalisis, studi budaya, penelitian survai, dan pengamatan (participant observation) (Salim 2006). Pandangan lain menyatakan tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami situasi sosial, peristiwa, peran, kelompok atau interaksi tertentu. Penelitian ini merupakan sebuah proses investigasi dimana peneliti secara bertahap
berusaha
memahami
fenomena
sosial
dengan
membedakan,
membandingkan, meniru mengkatalogkan dan mengelompokkan obyek studi (Miles & Haberman 1992). Penggunaan dan arti metode penelitian kualitatif yang berbeda-beda ini menyulitkan diperolehnya kesepakatan di antara para peneliti mengenai definisi yang mendasar atasnya. Selanjutnya, Salim (2006) menyatakan bila suatu definisi harus dibuat bagi pendekatan kebudayaan, maka penelitian kualitatif adalah suatu bidang
antardisiplin,
lintasdisiplin,
bahkan
kadang-kadang
kawasan
kontradisiplin. Di sisi lain, penelitian kualitatif juga melintasi ilmu pengetahuan humaniora, sosial dan fisika. Hal tersebut berarti penelitian kualitatif memiliki fokus terhadap banyak paradigma. Para praktisinya sangat peka terhadap nilai pendekatan multimetode. Mereka memiliki komitmen terhadap sudut pandang naturalistik dan pemahaman interpretatif atas pengalaman manusia. Pada saat yang sama, bidang ini bersifat politis dan dibentuk oleh beragam etika dan posisi politik. Penelitian ini didesain sebagai penelitian kualitatif sedangkan locus penelitian adalah perempuan. Berikut ini ciri-ciri dasar metodologi penelitian yang bersperspektif perempuan (Handayani & Sugiarti 2008).
53
1. Bukan mementingkan metode riset, tetapi bagaimana hasil riset digunakan untuk bisa menjawab berbagai kondisi hidup perempuan yang merugi akibat gender. 2. Dapat memahami pengalaman perempuan dengan meneliti persepsinya tentang pengalaman pribadi. 3. Kecenderungan sering menggunakan metode penelitian kualitatif seperti diskusi kelompok terfokus, wawancara mendalam, partisipasi observasi, dan lain-lain. 4. Dalam mengadakan riset tidak secara kaku berpegang pada metode tertentu, tetapi dibenarkan untuk menyesuaikan metodenya sejalan dengan proses yang berkembang dalam mengadakan riset. 5. Analisis riset memakai konsep-konsep dari berbagai aliran feminisme yang telah berkembang seperti; hubungan kekuasaan, marjinalisasi, subordinasi, opresi, dan lain-lain. 6. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam riset berperspektif perempuan tidak berbeda dengan riset sosial pada umumnya. 7. Menganggap bahwa kecenderungan untuk membedakan obyek ilmiah dan individual subyektif dalam suatu penelitian kuantitatif dan kualitatif adalah kurang tepat karena dasar penilaiannya bersumber pada pengalaman maskulin tentang dunia realitas. Untuk memperkuat data-data kualitatif, penelitian ini juga didukung dengan data-data kuantitatif. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Penelitian partisipasi (pra research) dilakukan mulai bulan April-Mei 2010 intervensi lanjutan penggalian data bulan Mei 2010-Maret 2011. Data dan Instrumen Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan primer. Data primer maupun sekunder diambil dari informan-informan yang dianggap memiliki kapabilitas terhadap informasi yang diperlukan dalam penelitian. Adapun informan tersebut adalah:
54
1. Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan perangkat kerja yang meliputi: a. Anggota BKM b. Sekretaris BKM c. Unit Pelaksana Keuangan (UPK) 2. Aktivis penggerak kegiatan PNPM Mandiri yang terdiri kelompok swadaya masyarakat (KSM) dan relawan. 3. Masyarakat umum yang dikategorikan sebagai berikut: a. Masyarakat pemanfaat program pinjaman bergulir. b. Masyarakat dari rumah tangga miskin. c. Masyarakat berpengaruh atau tokoh agama (opinion leader). d. Masyarakat dari kalangan menengah ke atas. e. Simpul komunikasi yang terdiri pemimpin formal atau nonformal komunitas (dusun/blok/RT) 4. Aparat kelurahan. 5. Fasilitator kelurahan. 6. Koordinator Kabupaten (Korkab). Adapun instrumen yang digunakan untuk melakukan penggalian atau memperoleh data adalah sebagai berikut: 1. Pengamatan atau observasi Pengamatan terhadap struktur fisik, perbedaan-perbedaan sosial, sikap, tindakan-tindakan
dan
simbol-simbol
maupun
dalam
kebersamaan
memberikan informasi yang penting untuk menyusun pertanyaan yang terfokus. 2. Wawancara semi terstruktur Pada wawancara semi terstruktur ini, yang dipakai adalah pertanyaan yang terbuka. Isu-isu relevan yang tidak diharapkan, hendaknya diikuti lagi oleh pertanyaan lanjutan untuk menggali lebih banyak informasi. Subyek yang diwawancarai adalah kelompok yang terpilih dan kelompok campuran. Dalam wawancara, peneliti tidak hanya menggali data secara formal tetapi juga menggunakan teknik investigasi sebagai data pembanding. Ini dilakukan karena paradigma penelitian yang merupakan paradigma kritis. Alasan
55
penggunaan data investigasi karena diduga sumber informasi cenderung memberikan jawaban-jawaban yang normatif pada saat dilakukan wawancara secara formal. 3. Studi literatur Studi literatur merupakan bagian penelusuran data sekunder. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan mempelajari dan menggali dokumen-dokumen tertulis yang memiliki hubungan dengan tema penelitian. Secara umum gambaran data dan instrumen dapat dipetakan dalam Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Data, sumber informasi dan instrumen Sumber Informasi Lurah Kenanga atau staf
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Fasilitator kelurahan Anggota BKM Sekretaris BKM Manajer UPK Masyarakat dari keluarga penghasilan menengah ke atas. Masyarakat dari rumah tangga miskin (RTM). Masyarakat berpengaruh atau tokoh agama (opinion leader) KSM (Pemanfaat program) Relawan Simpul-simpul komunikasi Anggota BKM Sekretaris BKM Manajer UPK Masyarakat dari keluarga penghasilan menengah ke atas. Masyarakat dari rumah tangga miskin (RTM). Masyarakat berpengaruh atau tokoh agama (opinion leader) KSM (Pemanfaat program) Relawan Simpul-simpul komunikasi Anggota BKM Sekretaris BKM Manajer UPK Masyarakat dari rumah tangga miskin. KSM (Pemanfaat program) Relawan
Data Gambaran umum obyek penelitian
• Model komunikasi tingkat basis kegiatan PNPM Mandiri. • Aplikasi model komunikasi sekuensial dalam komunikasi tingkat basis. • Model komunikasi dalam aspek gender. • Komunikasi kegiatan pinjaman bergulir.
• • •
Internalisasi kegiatan PNPM Mandiri. Citra kegiatan PNPM Mandiri Internalisasi Berdasarkan Keragaman Karakteristik
• Gambaran kegiatan pinjaman bergulir • Aksesibilitas perempuan terhadap pinjaman bergulir • Peran perempuan dalam kelembagaan UPK • Tanggung jawab perempuan dalam pelaksanaan pinjaman bergulir • Pembangunan kontrol sosial kegiatan pinjaman bergulir
Instrumen • Penggalian Dokumen monogram kelurahan Kenanga • Wawancara mendalam • Penelitian partisipatif • Wawancara mendalam
• Penelitian partisipatif • Wawancara mendalam
• Penelitian partisipatif • Wawancara mendalam
56
Analisis Data Analisis kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar peubah yang sedang diteliti. Tujuannya agar peneliti mendapatkan makna hubungan antar peubah sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar peubah sangat penting karena dalam analisis kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisis kuantitatif. Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Prosedur analisis data kualitatif dibagi dalam beberapa langkah, yaitu: (Bungin 2003). 1. Mengorganisasi data: cara ini dilakukan dengan membaca berulang kali data yang ada sehingga dapat menemukan data yang sesuai dengan penelitian dan membuang data yang tidak sesuai; 2. Membuat kategori, menentukan tema, dan pola: langkah kedua ialah menentukan kategori yang merupakan proses yang cukup rumit karena harus mengelompokkan data yang ada ke dalam suatu kategori dengan tema masingmasing sehingga pola keteraturan data menjadi terlihat secara jelas; 3. Mencari eksplanasi alternatif data: proses berikutnya ialah peneliti memberikan keterangan yang masuk akal data yang ada dan peneliti harus mampu menerangkan data tersebut didasarkan pada hubungan logika makna yang terkandung dalam data tersebut; 4. Menulis laporan: penulisan laporan merupakan bagian analisis kualitatif yang tidak terpisahkan. Dalam laporan ini peneliti harus mampu menuliskan kata, frasa dan kalimat serta pengertian secara tepat yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan data dan hasil analisisnya. Hipotesis Pengarah Pola pembangunan dewasa ini mengisyaratkan perlunya peran serta masyarakat. Hal ini menunjukkan partisipasi merupakan kata kunci penting keberhasilan pembangunan. Diyakini dengan pola komunikasi partisipatif ini akan lebih memudahkan internalisasi pembangunan di masyarakat termasuk di
57
dalamnya akan menciptakan akses, peran, pemanfaatan dan kontrol dari sisi gender yang berkeadilan. Perwujudan dari konsep ini adalah kegiatan PNPM Mandiri. Salah satu lokasi kegiatan PNPM Mandiri adalah Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Di Kelurahan Kenanga sendiri, kegiatan PNPM sudah berlangsung kurang lebih lima tahun. Tentunya dengan keadaan ini kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga telah mencapai titik ideal dalam pemberdayan masyarakat. Berdasarkan pada pemaparan di atas dapat ditarik hipotesis pengarah sebagai berikut: 1. Kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga menggunakan pola komunikasi program dengan pola komunikasi partisipatif. 2. Internalisasi kegiatan sudah mengarah kepada pencitraan dan aktivasi yang tepat. 3. Secara isu gender, dalam kegiatan pinjaman bergulir telah terbangun keadilan gender.