4 Hal Kembali
Yang
Tak
Mungkin
Seorang gadis muda menunggu penerbangannya di ruang tunggu sebuah bandara yang super sibuk Karena harus menunggu berjam-jam, dia memutuskan membeli sebuah buku untuk menghabiskan waktunya. Dia juga membeli sebungkus kue Dia duduk di kursi bersandaran tangan, di ruang VIP bandara, untuk istirahat dan membaca dengan tenang Di sisi sandaran tangan di mana kue terletak, seorang lakilaki duduk di kursi sebelah, membuka majalah dan mulai membaca. Ketika ia mengambil kue pertama, laki-laki itu juga turut mengambil. Si gadis merasa gemas tapi tidak berkata apa-apa. Dia hanya berpikir: “Lancang benar! Bila saya nggak sabaran sudah kugebuk dia untuk kenekatannya!” Untuk setiap kue yang dia ambil, laki-laki itu turut mengambil satu. Ini sangatlah membuatnya marah namun si gadis tak ingin sampai timbul kegaduhan di ruang itu Ketika tinggal satu kue yang tersisa si gadis mulai berpikir: “Aha…bakal ngapain sekarang orang yang nggak sopan ini?” Lalu, laki-laki itu mengambil kue yang tersisa, membaginya dua, lalu memberikan yang separuh padanya. Benar-benar keterlaluan! Si gadis benar-benar marah besar sekarang! Dalam kemarahannya, dia mengakhiri bukunya, dikemasnya barangnya lalu bergegas ke tempat boarding Ketika sudah duduk di seat-nya, di dalam pesawat, dia merogoh tasnya untuk mengambil kacamata, dan….,
dia sontak terkejut, sebungkus kuenya masih ada di dalam tas, tak tersentuh, tak terbuka! Dia merasa sangat malu!! Dia sadar telah keliru… Dia lupa kalau kuenya masih tersimpan di dalam tas. Laki-laki tadi telah berbagi kue dengannya, tanpa merasa marah atau sengit …ketika si gadis amat marah, berpikir bahwa ia telah berbagi kue dengan laki-laki itu. Dan kini tidak ada lagi kesempatan untuk menerangkan kelalaiannya..,juga untuk meminta maaf Moril dari kisah ini… Ada 4 hal yang tak dapat kembali.. Batu… …setelah ia dilontarkan!! Kata… …setelah ia diucapkan! Kesempatan… …setelah ia hilang! Waktu… …setelah ia berlalu!
DIA MEMANG RAJA Hari ini peringatan Minggu Palem, saat Yesus disambut bagaikan Raja oleh banyak orang di Yerusalem dengan sorak-sorai dan lambaian daun palem (ayat 12-13). Apakah saat itu orang sungguh menyadari bahwa Yesus adalah Tuhan, Raja atas segenap semesta? Kita tak tahu pasti. Alkitab mencatat sambutan meriah itu diberikan karena Yesus baru saja membangkitkan orang mati (ayat 17). Mungkin mereka berharap melihat lebih banyak demonstrasi kuasa dari “Raja” ini. Di tengah riuh massa ada juga celetuk sekelompok Farisi yang terdengar frustrasi. “Lihat sendiri, kamu sama sekali tidak berhasil.” Apanya yang tidak berhasil? Menurut Yohanes, kelompok ini selalu berusaha mencari kesalahan Yesus, berusaha
menangkap dan membunuh-Nya (lihat pasal 7:32; 8:3-6, 13; 11:47, 57). Mereka tak ingin orang mengikuti, apalagi me-Raja-kan Yesus. Namun, usaha mereka selalu gagal. Merenungkan semua itu Yohanes menyadari bahwa Yesus, Sang Anak Allah, memegang kendali atas dunia. Ia mencatat bahwa Yesus bertindak menurut “saat-Nya” (lihat pasal 7:30; 8:20), bukan saat manusia. Ya, bukan manusia yang menjadikan Yesus berstatus Raja. Suka atau tidak, diakui atau tidak, Yesus adalah Tuhan, Raja yang patut disembah segenap semesta. Kedatangan dan penyambutan-Nya di Yerusalem telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya (Zakharia 9:9; Mazmur 118:26). Para murid ikut menggenapkan nubuat itu tanpa mereka sadari (ayat 16). Bahkan, celetukan orang Farisi “seluruh dunia datang mengikuti Dia” akan menjadi kenyataan (Filipi 2:9-11). Seberapa jauh pengenalan akan Yesus sebagai Sang Raja membuat perbedaan dalam hidup Anda dan saya? MANUSIA BOLEH BERENCANA DAN BERUSAHA, TETAPI TANPA PENUNDUKAN DIRI PADA SANG RAJA, SIA-SIALAH SEMUANYA. Source: http://www.renunganharian.net
Mewaspadai Ucapan Pada masa kekuasaan Tsar Nicolas I di kekaisaran Rusia, pecah sebuah pemberontakan yang dipimpin seorang bernama Kondraty Ryleyev. Namun, pemberontakan itu berhasil ditumpas. Ryleyev, sang pemimpin ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Namun saat tali sudah diikatkan di lehernya dan eksekusi dilaksanakan, tiba-tiba tali gantungan itu putus. Di masa itu, kejadian luar biasa seperti itu biasanya dianggap sebagai bukti bahwa terhukum tidak bersalah dan Tsar mengampuninya. Namun, Ryleyev yang lega dan merasa di atas angin pun menggunakan kesempatan itu untuk tetap mengkritik, “Lihat, di pemerintahan ini sama sekali tidak ada yang betul. Bahkan, membuat talipun tidak becus!”
Seorang pembawa pesan yang melihat peristiwa putusnya tali ini kemudian melaporkan pada Tsar. Sang penguasa Rusia itu bertanya, “Lalu, apa yang Ryleyev katakan?” Ketika pembawa pesan itu menceritakan komentar Ryleyev di atas, Tsar pun menjawab, “Kalau begitu, mari kita buktikan bahwa ucapannya tidak benar.” Ryleyev pun menjalani hukuman gantung kedua kalinya dan kali ini tali gantungannya tidak putus. Bukan hukuman yang membinasakannya, tapi ucapannya sendiri. Lidah itu seperti kekang kuda, kemudi sebuah kapal, yang hanya benda kecil tapi bisa mengendalikan Benda raksasa. Lidah dapat menjadi seperti api kecil di tengah hutan, bahkan lebih buas dari segala hewan liar. Apa yang kita ucapkan sangat sering menentukan arah hidup kita. Apa saja yang kita ucapkan pada orang lain dan pada diri sendiri sangat berpengaruh terhadap kejadian-kajdian yang akan kita alami kemudian. Apa yang kita ucapkan seringkali menentukan apa yang kemudian kita terima. ” … tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah, ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.” ( Yakobus 3 : 2 )
Ironi tentang Salib Ironi dari penyaliban Yesus adalah bahwa sesuatu yang sangat hina seperti salib yang sangat menjijikkan, sehingga orang menolak Manusia terbaik yang pernah hidup itu — sesungguhnya Dia merupakan satu-satunya harapan kita untuk diselamatkan dari ketidakberdayaan rohani. Itulah yang dikatakan di dalam Alkitab. Dan itulah yang ditegaskan oleh Kristus ketika Dia bangkit dari kematian dengan penuh kemenangan. Salib bukanlah suatu kesalahan. Salib juga bukan malapetaka yang tiba-tiba menimpa kehidupan yang damai. Ironi tentang salib itu adalah salib merupakan contoh terbaik tentang kasih Allah dan dalam kematian, Kristus juga menunjukkan bagaimana seharusnya kita hidup. Kematian Kristus Menunjukkan Kasih Allah Kebenaran terbesar dari ayat Alkitab yang paling populer dan disukai adalah bahwa salib merupakan bukti kasih Allah.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16) Pesan yang serupa berbunyi, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita.” (1 Yohanes 3:16) Sebagian orang mencari kasih Allah di alam. Namun, mereka belum tentu puas bila mencarinya di sana, karena pesan yang disampaikan oleh alam ini terkadang saling berlawanan. Kadang kala alam menyatakan kepada kita bahwa kasih Allah itu begitu indah. Cahaya mentari yang hangat, rintikrintik hujan, bunga yang bermekaran di padang, dan induk lembu yang sangat memerhatikan anak-anaknya, seolah-olah hendak berkata, “Allah itu kasih.” Namun di waktu yang lain, pesan alam menunjukkan kebalikannya. Terik matahari dan musim kemarau membuat tanah menjadi tandus dan tidak subur. Angin topan yang ganas tiba-tiba menderu di langit yang gelap. Anak-anak kelinci dibantai oleh kucing yang berburu pada malam hari atau serigala yang sedang mencari mangsa. Letusan gunung berapi menyapu seluruh desa, menewaskan ratusan orang, dan membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Tidak. Kasih Allah tidak selalu dapat dilihat lewat alam. Kasih Allah juga belum tentu terlihat jelas lewat sejarah. Keluargakeluarga imigran asal Vietnam atau Korea yang mengungsi ke Amerika akan berkata bahwa jika mereka bisa sampai ke Amerika Serikat, itu membuktikan bahwa Allah mengasihi mereka. Namun, apabila Anda berbicara dengan seorang ibu muda beranak tiga yang ditinggal mati oleh suaminya yang dibunuh oleh para pembajak pesawat, ia akan mencibir bila Anda mengatakan bahwa Allah yang penuh kasih itu mengendalikan segala peristiwa. Banyak orang Yahudi yang hidup di bawah bayang-bayang ketakutan pada masa kepemimpinan Auschwitz atau Dachau juga akan menolak pemikiran yang mengatakan bahwa kasih Allah itu ditunjukkan lewat sejarah. Oleh karena itu, ketika orang Kristen berbicara tentang kasih Allah, mereka harus menunjukkan bukti lain. Menurut Alkitab, bukti itu adalah salib. Karena Yesus Kristus adalah Anak Allah, maka kematian-Nya merupakan pernyataan yang luar biasa tentang kasih Allah. Allah telah menunjukkan kasih-Nya bagi kita — dengan harga yang mahal. Dalam pribadi Yesus Kristus, Allah menjadi anggota keluarga manusia. Dia menjalani kehidupan-Nya tanpa dosa. Selanjutnya meski tidak berdosa, Dia harus mengalami kematian yang mengerikan demi keselamatan kita. Menembus kegelapan di Kalvari, hari yang sangat penting itu menunjukkan kasih Allah yang menakjubkan. Renungkan sejenak tentang penderitaan Kristus, dan ingatlah bahwa sesungguhnya kitalah yang harus menanggungnya. Tunjukkanlah rasa hormat, tatkala Dia bergumul di hadapan Allah Bapa di taman Getsemani, hingga peluh-Nya seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Rasakan ketakutan-Nya, tatkala Dia ditangkap seperti seorang penjahat,
didera oleh cambuk orang Romawi, dianiaya, diolok-olok, dan diejek dengan dipakaikannya mahkota duri. Menangislah untuk-Nya, tatkala Dia terhuyung-huyung membawa balok kayu yang berat. Dia dipaksa membawa kayu tersebut hingga ke tempat penghukuman-Nya. Rasakanlah kengerian yang terjadi, tatkala prajurit Romawi memaku tangan dan kaki-Nya, serta dengan kasar menegakkan salib itu pada tempatnya. Dengarkan bagaimana Dia, tatkala tergantung di atas kayu salib, berdoa bagi musuh-musuh-Nya, berbicara dengan penuh kasih kepada ibu-Nya, dan menjanjikan keselamatan bagi penjahat di samping-Nya yang mau bertobat. Berdiam dirilah, tatkala Anda melihat langit menjadi gelap pada siang itu, dan perhatikanlah tiga jam kegelapan pada hari yang menakutkan itu. Dengarkan seruan-Nya, ketika Dia merasa ditinggalkan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Ingatlah bahwa di atas kayu salib, Yesus menanggung segala kengerian neraka, bagi Anda dan saya. Allah adalah Bapa-Nya. Sebelumnya, dalam kekekalan Dia berada bersama-sama dengan Bapa-Nya dalam hubungan yang sangat erat yang tak dapat kita mengerti. Namun oleh Bapa, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21) Kematian Kristus Menunjukkan Bagaimana Seharusnya Kita Hidup Salib tidak hanya merupakan bukti terbesar dari kasih Allah, tetapi juga memberi kita sebuah prinsip rohani tentang kehidupan. Kasih yang memimpin Yesus Kristus pada tindakan pengorbanan diri yang tiada bandingnya ini merupakan teladan bagi kita. Kita harus mengasihi sebagaimana Dia juga mengasihi, dan hidup sebagaimana Dia hidup. Sebenarnya Tuhan hendak menyinggung tentang salib pada suatu malam sebelum penyaliban, tatkala Dia berkata kepada para murid-Nya, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yohanes 13:34). Kasih Kalvari menjadi standar bagi kasih kita. Yesus Kristus juga hendak berbicara tentang kematian di atas kayu salib tatkala Dia berkata: “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku.” (Yohanes 12:24-26) Inilah hukum penuaian: sebuah benih harus mati agar dapat menghasilkan sebuah tanaman. Yesus Kristus adalah “biji” yang harus mati. Kematian-Nya menghasilkan kehidupan rohani bagi semua yang percaya kepada-Nya. Kita adalah buah dari penderitaan dan kematian-Nya. Akan tetapi hukum kematian yang membawa kehidupan ini tidak hanya berakhir pada salib Kristus. Yesus menyatakan bahwa hukum itu juga berlaku bagi para pengikut-Nya. Kita harus menempuh jalan salib, yaitu mematikan segala keinginan kita yang egois, apabila kita mau menghasilkan
buah sesuai dengan kehendak Allah (Efesus 2:8-10). Rasul Paulus melihat prinsip ini dalam kematian Kristus. Berulangkali ia mengatakan bahwa dirinya telah disalibkan bersama-sama dengan Kristus, mati terhadap dirinya sendiri, dan berjalan dalam jalan Kalvari. Dengan keyakinan penuh ia menuliskan, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” (Galatia 6:14) Bagi Paulus, salib merupakan sumber ilham dan kepercayaan, sehingga ia dapat menulis bahwa segala sistem dalam dunia ini hanyalah sesuatu yang sia-sia dan fana. Dunia tak memiliki sesuatu pun yang mampu menarik hati Paulus. Apabila kita hidup menurut hukum penuaian, kita akan menghasilkan buah dalam pelayanan kita kepada Kristus. Untuk dapat mengikuti teladan-Nya, terlebih dahulu kita harus mati terhadap diri sendiri. Tatkala kita melakukannya, kita akan mampu berkata seperti Paulus, “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:19-20). Inilah ironi dari salib, yaitu bahwa salib tidak hanya membawa kehidupan Allah kepada kita, tetapi juga membawa kehidupan kita kepada Allah.
Optimis Vs Pesimis Filipi 4:8Jadi, akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Seorang yang pesimis akan melihat gelas yang setengahnya berisi air sebagai gelas setengah kosong, sedangkan seorang yang optimis memandangnya sebagai gelas setengah penuh. Seorang kreatif yang optimis akan memandangnya sebagai sebuah vas bunga mawar, dan seorang pragmatis yang optimis menganggapnya sebagai pelepas dahaga. Pertimbangkanlah keuntungan-keuntungan yang diperoleh karena memilih rute yang optimistis seperti yang digambarkan dalam cerita ini: Dua katak terjatuh ke dalam semangkuk krim. Yang satu berjiwa optimis; tetapi yang lain memandang itu dengan sedih.
“Aku akan tenggelam, dan kau juga!” Maka dengan jeritan putus asa yang terakhir, si katak pesimis menutup mata dan berkata, “Selamat tinggal.” Katak yang berjiwa optimis berseru riang. Katanya, “Sulit untuk keluar, namun aku tak akan mundur! Aku akan berenang sampai kekuatanku habis. Karena setelah mencoba, aku akan mati dengan puas.” Dengan penuh keberanian si katak optimis berenang sampai seolah-olah ia sedang mengocok krim. Akhirnya, di atas lapisan mentega dia berhenti dan ia pun melompat ke luar dengan gembira. Apakah pesan moral yang dikandung dalam cerita ini? Mudah! Jika tidak dapat keluar — tetaplah berenang! Sejumlah orang mengeluh karena TUHAN menaruhkan duri di sekeliling mawar, sementara yang lain memuji karena TUHAN meletakkan mawar di tengah-tengah duri.
DOA SIAPAKAH BERKUASA?
YANG
LEBIH
Karena badai, sebuah kapal tenggelam di lautan luas. Yang selamat hanyalah dua laki-laki yang berhasil berenang ke sebuah pulau terpencil. Di sana mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat, kecuali berdoa. Namun untuk mengetahui doa siapa yang lebih manjur, mereka memutuskan membagi pulau tersebut menjadi dua bagian. Kemudian mereka pun berpisah untuk menempati daerah masing-masing.Pertama mereka berdoa untuk makanan. Paginya, orang pertama mendapati sebuah pohon dengan buah-buahnya yang bergelantungan. Sementara orang yang kedua tidak menemukan apa-apa. Seminggu berlalu. Orang pertama merasa kesepian sehingga ia berdoa memohon seorang istri. Tanpa diduga, keesokan harinya ada kapal karam. Hanya seorang wanita yang berhasil selamat dan sampai ke bagian pulau yang ditempati orang pertama. Segera setelah itu,
si orang pertama berdoa minta rumah, pakaian dan lebih banyak lagi makanan. Dan, ajaib! Segalanya terkabul dengan segera. Ironisnya,tetap tidak terjadi apa-apa bagi orang kedua. Akhirnya, orang pertama berdoa meminta sebuah kapal agar ia dan istrinya bisa meninggalkan pulau tersebut. Lagi, esok harinya ia menemukan sebuah kapal terdampar di bagian pulau yang ditempatinya. Buru-buru ia dan istrinya naik ke kapal hendak meninggalkan orang kedua. Ia merasa bahwa orang kedua tidak layak menerima berkat Allah karena tidak satu pun doanya dikabulkan Allah. Ketika si orang pertama hendak meninggalkan pulau, tiba-tiba terdengar suara bergemuruh dari surga: “Mengapa kamu hendak meninggalkan temanmu sendirian di pulau?” “Berkat ini hanya untukku,” jawabnya. “Semua doanya tidak ada yang terkabul. Berarti ia memang tak pantas menerima apa-apa.” “Kamu salah,” suara itu menjawab. “Ia telah berdoa untuk satu hal dan Aku hanya mengabulkan doanya. Jika bukan karena dia, kamu tidak akan menerima semua berkat ini.” “Katakan,” serunya pada suara itu, “Apa yang ia doakan sehingga aku harus mempedulikannya.” “Ia memohon kepada-Ku agar semua doamu dikabulkan.”
Biarkan Tuhan Menilaimu Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi, tetaplah berbuat baik. Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois.
Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya. Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi teruskanlah kesuksesanmu itu. Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka. Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.
Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia. Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang. Tetapi, teruslah berbuat baik. Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik. Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang jujur dan Dia sanggup melihat ketulusan hatimu. Mother Theresa.
10 Kepribadian yang disukai Beberapa kepribadian yang disukai baik pria ataupun wanita: 1. Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular.
Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri. 2. Beda dgn rendah diri yg merupakan kelemahan, kerendahhatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.
3. Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yg setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat. 4. Orang yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan drpd keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dsb. 5. Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain. 6. Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya. 7. Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang
lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik. 8. Kebesaran jiwa dapat dilihat dr kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan. 9. Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya. 10. Empati adalah sifat yg sangat mengagumkan. Orang yg berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.
Kasih Yang Paling Besar Suatu pagi yang sunyi di Korea, di suatu desa kecil, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh sengseng. Itu adalah rumah yatim piatu di mana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang. Tiba-tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng
tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring di atas puing-puing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan dan seseorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan. Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah. Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama. Perawat yang bisa berbicara bahasa Korea mulai memanggil namanama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu. Kemudian beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada grup itu dan perawat menerjemahkan, “Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk gadis kecil ini?” Anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon, “Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk teman kalian, karena jika tidak ia akan meninggal !” Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah. Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. “Tenang saja,” kata perawat itu, “Tidak akan sakit kok.” Lalu dokter mulai memasukan jarum, ia mulai menangis. “Apakah sakit?” tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. “Aku telah menyakiti bocah ini!” kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya. Setelah beberapa lama, proses
transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. “Apakah sakit?” Bocah itu menjawab, “Tidak, tidak sakit.” “Lalu kenapa kamu menangis?”,tanya dokter itu. “Karena aku sangat takut untuk meninggal” jawab bocah itu. Dokter itu tercengang, “Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal ?” Dengan air mata di pipinya, bocah itu menjawab, “Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku !” Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, “Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu ?” Sambil menangis ia berkata, “Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya!”
Kekuatan Sebuah Pujian (Pujian adalah bunyi yang paling indah dari segala jenis bunyian) Ada dua gadis bekerja pada sebuah perusahaan yang sama. Nona Wang dan Chang. Keduanya memiliki karakter yang berbeda dan karenanya tak dapat sharing atau bertukar pikiran bersama. Walaupun keduanya tidak saling membenci, namun mereka bukanlah sahabat karib dan tak saling mengagumi cara kerja serta sifat masing-masing.
Suatu hari, nona Chang meminta teman kerja yang lain, Pak Chou, untuk menegur nona Wang agar ia memperbaiki serta mengontrol dorongan emosinya. Sebab kalau tidak demikian, tak akan ada orang yang mau berteman dengannya. Demikian alasan nona Chang. Pak Chou menyetujui permintaan nona Chang itu. Setelah beberapa hari, nona Chang berpapasan dengan nona Wang. Nona Wang dengan penuh ramah dan sopan menegur nona Chang. Sejak itu nona Chang melihat adanya perubahan besar dalam diri nona Wang, yang kelihatannya seakan-akan telah berubah menjadi seorang peribadi baru, seorang peribadi yang menyenangkan dan disukai banyak orang. Nona Chang lalu bertemu Pak Chou untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya, serta menanyakan resep yang dipakai Pak Chou menasihati nona Wang. Pak Chou menjawab: ‘Saya hanya berkata kepada nona Wang: Saat ini ada banyak orang yang memuji dan mengagumimu. Terutama nona Chang secara istimewa mengatakan bahwa engkau sangat lemah lembut, tahu mengontrol emosi, serta disukai banyak orang]’. Nona Chang tertegun akan kehebatan Pak Chou yang telah mengubah peribadi nona Wang itu. ——— Kita lebih mudah menilai dan mengukum dari pada memuji dan mengagumi. Namun menilai serta mengadili orang lain sering menghantar orang kepada ketidak-puasan. Jadilah pencipta damai dengan cara memuji dan mengagumi keberadaan orang lain.