FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA KLUMPANG KEBUN KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2015 Oleh : Frida Lina Tarigan
========================================================== Abstrak Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) yaitu suatu metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim menggunakan lidi wotten yang telah dicelupkan ke dalam asam asetat/asam cuka 3-5% dengan mata telanjang. Daerah yang tidak normal akan berubah warna menjadi putih (acetowhite) dengan batas yang tegas dan mengindikasi bahwa serviks mungkin memiliki lesi pra kanker. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat di Desa Klumpang Kebun, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang Tahun 2015. Jenis penelitian ini menggunakan rancangan analitik dengan desain cross sectional pada tingkat kemaknaan 95% (0,05) dan sampel sebanyak 98 wanita usia subur. Hasil penelitian diperoleh bahwa : (1) mayoritas wanita usia subur dengan tingkat pendidikan kategori menengah ke atas sebanyak 71 responden (72,5%), (2) mayoritas responden dengan pengetahuan kategori kurang sebanyak 50 responden (53,5%), (3) mayoritas responden dengan sikap negatif sebanyak 64 responden (65,3%), (4) mayoritas responden dengan akses informasi kategori tidak dimanfaatkan sebanyak 77 responden (78,6%), (5) mayoritas responden dengan peran kader kesehatan kategori baik sebanyak 73 responden (74,5%), (6) mayoritas responden dengan penyuluhan kesehatan kategori baik sebanyak 77 responden (78,6%) dan (7) mayoritas responden dengan dukungan keluarga
kategori tidak mendukung sebanyak 54 responden ((55,1%). Hasil analisa bivariat diperoleh (1) ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pemeriksaan IVA dengan nilai p=0,000 (p < 0,05), (2) ada hubungan antara pengetahuan dan pemeriksaan IVA dengan nilai p=0,020 (p < 0,05), (3) ada hubungan antara sikap dan pemeriksaan IVA dengan nilai p=0,000 (p < 0,05), (4) ada hubungan antara akses informasi dan pemeriksaan IVA dengan nilai p=0,000 (p < 0,05), (5) ada hubungan antara peran kader kesehatan dengan nilai p=0,014 (p < 0,05), (6) ada hubungan antara penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan IVA dengan nilai p=0,036 (p < 0,05), (7) ada hubungan antara dukungan keluarga dan pemeriksaan IVA dengan nilai p=0,046 (p < 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa wanita usia subur di Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang perlu melakukan perubahan khususnya sikap terhadap pemeriksaan IVA agar terhindar dari bahaya kanker serviks. Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Akses Informasi, Peran Kader Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, Dukungan Keluarga, Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Pendahuluan IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2013). Penyelenggaraan skrining kanker serviks dengan tes pap smear adalah sesuatu yang
aman dan murah dan telah dipakai bertahuntahun lamanya untuk mendeteksi kelainankelainan yang terjadi pada sel-sel rahim. Test ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papinicolou, sehingga dinamakan Tes Pap Smear, walaupun diketahui pemeriksaan tes pap smear juga mempunyai keterbatasan, antara lain sensitivitasnya yang rendah di berbagai center (Wijayanti, 2011). Pada tahun 2014 jumlah pasien kanker yang berkunjung ke Rumah Sakit di Indonesia mencapai 6.511 dengan proporsi pasien kanker serviks yang rawat jalan adalah 16,47% dan rawat inap adalah10,9%, selain itu lebih dari 70% kasus kanker serviks datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut (Kemenkes RI, 2014). Penyelenggaraan tes pap smear secara nasional sangat sulit dilaksanakan di Indonesia. Hal ini disebabkan terkendala, antara lain luasnya wilayah dan juga kurangnya sumber daya manusia sebagai pelaku skrining, khususnya kurangnya tenaga ahli patologi anatomik/sistologi dan stafnya, teknisi sitologi/skriner (Febri, 2010). Hipotesa Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan wanita usia subur dan pemeriksaan inspeksi asam aset (IVA) di Desa Kelumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. 2. Ada hubungan antara tingkat pengetahaun wanita usia subur dan pemeriksaan inspeksi asam aset (IVA) di Desa Kelumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. 3. Ada hubungan antara sikap wanita usia subur dan pemeriksaan inspeksi asam aset (IVA) di Desa Kelumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
4. Ada hubungan antara akses informasi dan pemeriksaan inspeksi asam aset (IVA) di Desa Kelumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. 5. Ada hubungan antara peran kader kesehatan pemeriksaan inspeksi asam aset (IVA) di Desa Kelumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. 6. Ada hubungan antara penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan inspeksi asam aset (IVA) di Desa Kelumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. 7. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan pemeriksaan inspeksi asam aset (IVA) di Desa Kelumpang Wanita Usia Subur Di Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. Metode Penelitian Jenis desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional, yang dilengkapi dengan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk memperoleh penjelasan yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan IVA. Populasi penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang berada di Desa Kelumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 sebanyak 1.636 orang dan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Hasil Penelitian Hasil Analisa Univariat 1. Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Mayoritas yang tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat
sebanyak 77 responden (78,6%) sedangkan yang melakukan pemeriksaan diperoleh 21 responden (21,4%). 2. Tingkat Pendidikan Mayoritas dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 80 responden (81,6%) sedangkan tingkat pendidikan tinggi diperoleh 18 responden (18,4%) 3. Pengetahuan Pengetahuan mayoritas dengan pengetahuan kurang sebanyak 50 responden (51%) sedangkan dengan pengetahuan baik diperoleh 48 responden (49%). 4. Sikap Mayoritas dengan sikap negatif sebanyak 64 responden (65,3%) sedangkan dengan sikap positif diperoleh 34 responden (34,7%). 5. Akses Informasi Mayoritas dengan tidak dimanfaatkan sebanyak 77 responden (78,6%) dan tidak dimanfaatkan diperoleh 21 responden (21,4%). 6. Gambaran frekuensi ANC pada ibu hamil Mayoritas dengan peran kader kesehatan yang baik sebanyak 73 responden (74,5%) sedangkan yang kurang diperoleh 25 responden (25,5%) 7. Penyuluhan Kesehatan Mayoritas dengan kategori baik sebanyak 77 responden (78,6%) sedangkan penyuluhan kesehatan dengan kategori kurang diperoleh 21 responden (21,4%).. 8. Gambaran kejadian anemia pada ibu hamil Mayoritas dengan tidak mendukung sebanyak 54 responden (54,1%) sedangkan yang mendukung diperoleh 44 responden (44,9%)
Hasil Analisa Bivariat 1. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Hasil uji statitisk diperoleh diperoleh nilai p = 0,000 ( p < 0,05) yang berarti ada hubungan tingkat pendidikan wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Nilai OR diperoleh 15,778 yang menunjukkan bahwa wanita usia subur yang memiliki pendidikan rendah memiliki kecenderungan 15,778 kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Kemudian nilai batas bawah diperoleh 4,75 dan nilai batas atas 52,41 yang berarti bahwa wanita usia subur setidaknya memiliki kecenderungan 4,75 kali tidak melakukan pemeriksaan visual asam Wanita Usia Subur Di Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak asetat dan kemungkinan besar 52,41 kali tidak melakukan pemeriksaan visual asam asetat. 2. Hubungan pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil Hasil uji statitisk diperoleh nilai p = 0,020 ( p < 0,05) yang berarti ada hubungan pengetahuan wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Nilai OR diperoleh 3,333 yang menunjukkan bahwa wanita usia subur yang memiliki pengetahuan kurang memiliki kecenderungan 3,333kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Kemudian dari nilai batas bawah dan batas atas diporoleh 1,168 yang menunjukkan setidaknya kecenderungan 1.168 kali wanita usia subur tidak melakukan inspeksi visual asam aseta dan kemungkingan besar 9,514 kali wanita usia subur yang tidak melakukan inspeksi visual asam asetat. 3. Hubungan Sikap Wanita Usia Subur Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 ( p < 0,05) yang berarti ada hubungan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Nilai OR diperoleh 22,87 yang menunjukkan bahwa wanita usia subur yang memiliki sikap negatif memiliki kecenderungan 22,87 kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Kemudian dari nilaibatas bawah diperoleh 5,987 kali dan batas atas diperoleh 87,40 yang menunjukkan bahwa wanita usia subur memiliki kecenderungan setidaknya 5,987 kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dan kemungkinan besar 87,40 kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visualasam asetat. 4. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 ( p < 0,05) yang berarti ada hubungan akses informasi dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Nilai OR diperoleh 29,58 yang menunjukkan bahwa wanita usia subur yang tidak memafaatkan akses informasi memiliki kecenderungan 29,58 kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Kemudian dari nilai batas bawah diperoleh 8,381 dan nilai batas atas diperoleh 104,4 yang menunjukkan bahwa wanita usia subur memiliki kecenderungan setikdanya 8,381 kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dan kemungkinan besar 104,4 kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. 5. Hubungan Peran Kader Kesehatan Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,014 ( p < 0,05) yang berarti ada hubungan peran kader kesehatan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Nilai OR
diperoleh 9,057 yang menunjukkan bahwa peran kader kesehatan yang kurang memiliki kecenderungan 9,057 kali wanita usia subur tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Kemudian dari nilai batas diperoleh 1,148 dan nilai batas atas diperoleh 71,44 yang menunjukkan bahwa wanita usia subur memiliki kecenderungan 1,148 kali wanita usia subur tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dan kemungkinan besar 71,44 kali wanita usia subur tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat 6. Hubungan Penyuluhan Kesehatan Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Pada Wanita Usia Subur Di Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,036 ( p < 0,05) yang berarti ada hubungan penyuluhan kesehatan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Nilai OR diperoleh 7,018 yang menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan yang kurang memiliki kecenderungan 7,018 kali wanita usia subur tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Kemudian dari nilai batas bawah diperoleh 0,884 dan nilai batas bawah diperoleh 55,72 yang menunjukkan bahwa wanita usia subur memiliki kecenderungan setidaknya 7,018 kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dan kemungkinan besar 55,72 kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visualasam asetat. 7. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,014 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan penyuluhan kesehatan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Nilai OR diperoleh 3,369 yang menunjukkan bahwa wanita usia subur yang tidak memperoleh dukungan keluarga memiliki kecenderungan
3,369 kali tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Analisa Multivariat Penelitian ini memiliki empat model dimana variabel sikap dengan nilai p = 0,000 sehingga dapat dikatakan pula bahwa faktor yang paling dominan dalam penelitian ini adalah sikap wanita usia subur. Pembahasan Berdasarkan perhitungan analisis statistik, maka dalam pembahasan ini dijelaskan mengenai hasil analisis sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Hasil penelitian menunjukkan nilai p = 0,000 ( p < 0,05) yang berarti ada hubungan tingkat pendidikan wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Hasil penelitian sesuai dengan yang dikemukakan Achmad Munib yang menyatakan bahwa proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat sehingga dapat mempengaruhi dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal dalam hal ini mempengaruhi keikutsertaan wanita dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Soemirat (2002) menjelaskan bahwa cara pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun tidak formal untuk memberi pengertian dan mengubah perilaku. Pendidikan mempunyai efek yang signifikan terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang. Semakin tinggi pendidikannya diharapkan seseorang dapat memiliki wawasan pemikiran yang lebih luas, walaupun faktor eksternal lain tetap memberikan pengaruh (Najoan Warouw, 2005).
Hubungan Pengetahuan Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Hasil analisa data diperoleh nilai p = 0,020 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan pengetahuan wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” penginderaan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan tentang metode IVA sebagai deteksi dini kanker serviks penting untuk dimiliki oleh setiap wanita usia subur agar memiliki kemauan dan kesadaran untuk melakukan tes IV. Disisi lain bahwa pengetahuan yang perlu diketahui pada wanita usia subur terkait dengan kanker servikss adalah kebiasaan hidup yang kurang baik dapat menyebabkan terjangkitnya kanker servikss seperti kebiasaan merokok, kurangnya asupan vitamin c dan vitamin e serta kurangnya asupan asam folat. Kemudian untuk mencegah muncul kanker serviks, maka wanita usia subur perlu melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat ke Puskesmas atau rumah sakit. Pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku individu. Makin tinggi pengetahuan seseorang makin tinggi pula kesadarannya untuk berperan serta dalam suatu kegiatan. Pengetahuan responden adalah sebagai salah satu faktor yang mempermudah terhadap terjadinya perubahan perilaku khususnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ke Puskesmas, kerumah sakit ataupun ke klinik kesehatan. Hal ini berarti bahwa wanita usia subur diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik terhadap cara-cara
dalam pemeliharaan kesehatan deteksi dini kanker serviks.
seperti
Hubungan Sikap Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Hasil analisa diperoleh nilai p-value 0,002 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Febriana (2011) dimana diperoleh nilai α=0,000 (X²=13,139). Menurut Soebroto (2010) bahwa paritas > 3 tahun dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan, seperti meningkatkan risiko terjadinya kematian janin didalam kandungan dan pendarahan sebelum dan setelah melahirkan, lebih sering dijumpai pada wanita hamil yang anemia dan hal ini dapat berakibat fatal, sebab wanita hamil yang anemia tidak dapat mentoleransi kehilangan darah. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Arisman (2010) yang menyatakan bahwa paritas > 3 merupakan faktor terjadinya anemia. Hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu. Kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia (Wahyudin, 2010). Herlina (2011) mengemukakan bahwa paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal, namun hasil penelitian ditemukan 6 responden dengan paritas 2-3 mengalami anemia. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ibu hamil dengan paritas 23 yang mengalami anemia disebabkan faktor ketidakpatuhan meminum tablet Fe. Walaupun paritas 2-3 merupakan paritas aman dari kejadian anemia, namun apabila tidak diringi dengan kepatuhan meminum tablet Fe, maka ibu hamil dapat mengalami anemia.
Faktor Jarak Kehamilan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Hasil analisa data diperoleh nilai p =0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Sikap merupakan faktor penting dalam tingkah laku seseorang. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan gambaran corak tingkah laku orang tersebut. Dengan mengetahui sikap seseorang akan dapat menduga bagaimana respon atau tindakan yang akan diambil terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapi. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai dan bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan. Sikap yang harus ditunjukkan pada wanita usia subur berkenaan dengan kanker serviks tersebut dengan merespon dalam suatu tindakan melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Sikap tersebut terdiri dari berbagai tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargaidan bertanggungjawab. Tidak cukup hanya dengan pengetahuan saja yang harus dikuasai oleh wanita usia subur, namun lebih dari itu, menerima suatu kondisi harus direspon dengan rasa tanggungjawab untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan terutama dengan alat reproduksi khususnya yang berhubungan dengan lesi serviks. Dengan respon yang disertai tanggungjawab yang tinggi terhadap suatu kondisi yang terkait dengan pencegahan kanker serviks merupakan suatu sikap yang mendukung suatu gerakan untuk melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat agar kanker serviks dapat terdeteksi sedini mungkin sehingga dapat mengambil langkah-langkah pengobatan.
Hubungan Akses Informasi Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Hasil analisis data diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan akses informasi dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Akses informasi pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perubahan perilaku kesehatan seseorang khususnya pelaksanaan deteksi dini kanker serviks dan faktor ini disebut faktor pendukung. Melalui media cetak ataupun media elektronik dapat diperoleh informasi masalah kesehatan yang disajikan dalam bentuk artikel, berita, diskusi, penyampaian pendapat dan sebagainya. Media massa mempunyai kemampuan yang kuat untuk membentuk opini publik, kemudian opini publik dapat mempengaruhi pengambilan keputusan untuk merubah perilaku kesehatan seseorang. Bila wanita usia subur mengetahui bahayanya kanker serviks melalui media informasi, maka hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan tindakan untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Faktor Pengetahuan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Hasil analisa diperoleh nilai p-value 0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Noverstiti (2012) menggunakan uji Continuity Correctiona didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III. Menurut Ammirudin (2010) bahwa pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus mengurangi cadangan zat besi. Jarak kehamilan yang
berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagai kasih sayang dari orangtuanya. Akses informasi dan fasilitas kesehatan pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya pelaksanaan deteksi dini kanker serviks, faktor ini disebut faktor pendukung. Akses informasi mengenai kesehatan reproduksi terutama kesehatan reproduksi wanita dapat diperoleh dari majalah, leaflet, poster, televisi, buku kesehatan dan lainnya. Rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan khususnya Puskesmas disebabkan oleh faktor jarak tempat Puskemas yang terlalu jauh dengan tempat tinggal masyarakat, tarif yang tinggi, pelayanan yang kurang memuaskan. Hubungan Peran Kader Kesehatan Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Hasil analisis data diperoleh nilai p = 0,014 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan peran kader kesehatan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk menangani masalah kesehatan, baik perseorangan maupun masyarakat, serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat pelayanan kesehatan dasar. Kader mempunyai peran mengontrol kesehatan bayi dan balita serta kesehatan ibu. Selain itu, kader kesehatan juga mempuyai tugas untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai masalah kesehatan yang terjadi. Namun sebaliknya bila peran kader kesehatan kurang memberikan promosi kesehatan tentang kanker serviks dan pentingnya deteksi dini kanker serviks dengan IVA maka dapat mempengeruhi keinginan masyarakat khususnya wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan kanker serviks. Hal ini dapat terjadi bila besar kader
kesehatan tidak mencatat siapa saja wanita yang sudah melakukan deteksi dini kanker servik serta tidak mengingatkan wanita yang belum melakukan deteksi dini untuk segera melakukannya. Peran kader yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula pada seseorang atau masyarakat. Hubungan Penyuluhan Kesehatan Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Hasil analisis data diperoleh nilai p = 0,036 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan penyuluhan kesehatan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya atau kegiatan yang ditujukan agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bila sakit, dan sebagainya. Bahkan penyuluhan kesehatan juga dapat merubah perilaku kesehatan, karena kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari ataupun disikapi melainkan juga harus dikerjakan atau dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Materi penyuluhan berisi tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, prognosis, bahaya dan pencegahan yang tepat. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Hasil analisis data diperoleh nilai p = 0,024 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan pemeriksaan
inspeksi visual asam asetat. Soekidjo Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat pula mempengaruhi perilaku seseorang, terutama dalam memutuskan sesuatu untuk kelangsungan hidupnya. Teori Lawrence Green yang menyatakan bahwa sikap dan dukungan anggota keluarga merupakan faktor penguat untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Faktor Yang Dominan Berhubungan Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Dari hasil analisa data diperoleh tingkat pendidikan, sikap, peran kader kesehatan dan dukungan keluarga yang palin dominan berhubungan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dengan nilai p < 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui dalam penelitian ini bahwa dengan tingkat pendidikan yang baik serta memiliki sikap yang positif kemudian dengan peran kader kesehatan yang baik serta di dukung oleh keluarga maka wanita usia subur dapat melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. 2. Ada hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. 3. Ada hubungan sikap dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. 4. Ada hubungan akses informasi dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. 5. Ada hubungan peran kader kesehatan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat.
6.
7.
8.
9.
Ada hubungan penyuluhan kesehatan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas wanita usia subur tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) sebanyak 77 responden (78,6%) dari 98 responden yang diteliti. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dalam penelitian ini adalah variabel tingkat pendidikan, sikap, peran kader kesehatan dan variabel dukungan keluarga
Saran Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti memberikan beberapa saran yang diberikan kepada : 1. Wanita Usia Subur a) Wanita usia subur dapat memanfaatkan pengetahuan yang telah diperoleh tersebut untuk mengapliasikan kedalam suatu tindakan yaitu melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat sehingga dapat terhindar dari bahaya kanker serviks. b) Wanita usia subur dapat merubah sikapnya ke arah yang positif tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat sehingga kanker serviks dapat dicegah lebih dini. c) Wanita usia subur dapat memanfaatkan sebaik mungkin akses informasi yang ada. 2. Kader dan Petugas Penyuluhan Kesehatan a) Kader kesehatan dapat memberikan motivasi kuat kepada wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat, karena
3.
4.
peran kader kesehatan yang baik namun masyarakat tidak memanfaatkan peran tersebut, maka hasilnya akan sia-sia saja. b) Petugas penyuluhan kesehatan dapat memberikan motivasi dan pengertian kepada wanita usia subur agar melakukan pemeriksaan inspkesi visual asam asetat sedini mungkin sehingga dapat di deteksi sedini mungkin terhadap kanker serviks. Penyuluhan kesehatan mencakup tentang penyakit kanker serviks, bahaya dari kanker serviks dan pentingnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks serta memberikan motivasi yang kuat. c) Penyuluhan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kunjungan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks Keluarga Keluarga khususnya suami dapat mendukung anggota keluarganya (wanita usia subur) untuk melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat sedini mungkin sehingga terhindar dari bahaya kanker serviks terlebih ada pepatah mengatakan bahwa lebih baik sedia payung sebelum hujan datang atau dengan kata lain lebih baik mencegah daripada mengobati kanker serviks. Peneliti Selanjutnya Agar diperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian ini, peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain yang berhubungan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat serta dapat menambah jumlah sampel.
Daftar Pustaka Arikunto, S . 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Dianda Dasen, W, Ed. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Emilia, dkk, Ed. 2014. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta : Med Press. Hidayat, A, A. 2010. Metodologi Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Kumalasari, I, Andhyantoro, I et Febri. 2010. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta : Salemba Medika. Mahfoedz, I. 2011. Metodologi Penelitian bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Notoatmodjo, S.2010. Kesehatan Masyarakat ilmu dan Seni. Jakara : Rineka Cipta. __________, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Ranggiasanka, A. 2010. Waspada Kanker Pada Pria dan Wanita.Yogyakarta : siklus. Rasjidi, I. 2009. Deteksi Dini Dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto. Riwidikdo, H. 2011. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Saryono, 2010. Metodologi Kesehatan. Yogyakarta Cendekia.
Penelitian : Mitra
Sugiyono, 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suparyanto, R. 2011. Wanita Usia Subur Dan Kanker Payudara. http://etd.eprints.detikhealth.ac.id/12573 / 1/02. Diakses 25 Oktober 2012. Susanti, Aris, 2011. Faktor-FaktorYang Berhubungan Dengan Rendahnya Kunjungan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera Kecamatan Semarang Timur Tahun 2010. Semarang : Skripsi. Universitas Negeri Semarang . Wijaya Delia. 2013. Wanita Usia Subur Dan Kanker Payudara http://etd.eprints. detikhealth.ac.id/12573/1/02. Diakses 25 April 2015 Wiyono, S. 2014. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Untuk Deteksi Dini Lesi Prakanker Serviks. Semarang : Tesis. FK UNDIP.