30 Jam Naik Truk (Otokol), ekspedisi Kelimutu !! eps2-tamat Sejauh usaha kami untuk bermimpi, sejauh pula perjalanan itu di depan mata kami. Ende masih terlalu sangat jauh. Sambil mencoba melatih kelenturan badan, kutekukan kaki, kepala, pundak hingga bisa menemukan posisi nyaman berbentuk huruf S melengkung. Yah, nyaman lah setidaknya untuk 2 jam kemudian. Menjelang malam, udara menusuk dingin dan ku masih berusaha membayangkan indahnya danau kelimutu di sana.
Aaah, kalo gini jadi ngebayangin lagi betapa enaknya kalo tidur di kasur sendiri. Walaupun rumah papa paulus dulu minim listrik, tapi ranjang kami begitu nyaman. Bukan begitu kaka edi ^^, ditambah kelambu renda-renda bewarna pink dan ada gambar lope-lopenya..iyeeks*model ranjang manggarai kebanyakan ya gini, harus ada kelambu dan terkesan co cweet kaka.
Heem, berangkat dari ruteng di batas petang, akhirnya truk kami sampai di arena makan malam sekitar pukul 7 malam, ini masih di tanggal 25 Agustus 2011. Nama daerahnya Waelengga, Manggarai Timur. Yeei, tak terasa otokol kami telah menempuh perjalanan melintasi 3 kabupaten : Manggarai Barat ke Manggarai (Ruteng), sekarang berada di ujung Manggarai Timur. Yes, kurang dua kabupaten lagi di depan mata kita akan sampai di Ende.
Makan malam dengan nasi padang adalah pilihan mantap untuk perut yang telah sangat lama digoyang mesra oleh otokol. Yang paling berkesan sebenarnya adalah kamar mandi rumah makan ini, sangat sosial sekali, sampai baknya itu tanpa sekat antar bilik, jadi bisa saja ciduk (gayung bahasa alaynya) terbawa arus ke tetangga yang juga sedang babaran.
Kurang lebih satu setengah jam, kita segera di panggil oleh otokol untuk menempatkan posisi pantat kita di kayu alasnya. Yak, satu, dua, tiga hap !, kavling pantat itu penting, sekali lagi sangat penting disini.
Bisa jadi pantat anda tak akan dapat lapak yang pas untuk merebahkan badan. Nah ini dia, model efektif dan ideal untuk posisi tidur yang baik dan benar di otokol. Kaki teman taruhlah disamping muka anda, itu akan sangat efektif jika.jika anda rindu akan kempong masa kecil dulu @_@.
Yang tidak dapat tempat di alas kayu, bisa duduk di paling ujung truk, kondisi ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang siap masuk angin melalui punggunnya. Salut buat teman-teman yang tahan tidur dgn posisi ini. Wahai para sundel bolong man, kalian hebat.
Hah, aku masih tidak habis pikir dengan orang ini, bisa-bisanya niko lebih memilih tidur gelayutan di atas ranjang tarzannya. Bagi saya yang begadikan (gak tahu bhs indonesianya), telalu riskan mencoba tidur dengan gaya ini. +_+
Oke, kita siaap berangkaat, lihatlah muka sumringah kami ini. Sip, penumpang dari Waelengga siap berangkat menuju Ende, sebuah tempat perasingan Soekarno dulu.
Hari akhirnya sudah berganti, saat ini tanggal 26 Agustus 2011. Satu hari sudah kita lewatkan di truk ya..hoho, mendaratlah kita di rumahnya teman mega di ENDE, sekitar pukul dua malam. Heem, praktis langsung Sahur. pdhl aku memilih tdk puasa, gak tahan mual di jalan trs.
Lihat muka-muka di atas, benar seperti korban gagal pembantaian pe-ka-i..muka sudah pasrah dan bagai hewan tanpa tulang belakang. Yang sahur ya sahur yang tidur ya tidur. Sahur-sahuuurrr !!
Kebanyakan lalu milih pingsan di kasur, sedang amal dan mega dilarikan ke ruang khusus karena tingkat muntah mereka sudah akut. Aku dan rita gak bisa tidur, sudah puas tadi di otokol. Dan satu hal lagi, di ende ini aku untuk pertama kalinya melihat video klip Adele yang judulnya someone like you di tv. Sungguh, kalo dengar lagu itu, bukannya menjadi romantis tapi malah tersiksa ingat memori otokol di Ende ini.
Tak lama, setelah sahur kita menempatkan posisi lentur di otokol. Akhirnyaaa akan segera sampai di tempat tujuan !. Danau Kelimuti tiga warna, danau bersemayamnya arwah leluhur. Hohoho, senang dalam hati. Sekitar pagi pukul 7 lebih, sampailah kami di parkiran danau kelimutu. walau harus jalan kaki, muka mendadak sumringah, udara segar menyambut hidung kami.
Dan ini diaaaaa..si Danau manise itu. Danau Kelimutu yang terkenal di penjuru dunia. Betapa tidak, selama di pendakian tadi kami sangat sulit mendapati orang lokal. Semuanya bule yang berkunjung, yaaa.memang jika dipikir wisata di tanah timor lumayan mahal bagi bolang lokal.
Danau Kelimutu sangat tinggi kedudukannya bagi kepercayaan Ende. Masyarakat percaya bahwa arwah orang meninggal akan datang ke Kelimutu. MaE atau jiwanya akan tinggal di danau ini selamanya. Setiap arwah akan melewati gerbang Parekonde dan masuk ke salah satu kawah tergantung usia dan perbuatannya. Sekarang warna danau kelimutu berubah menjadi satu warna hijau. Berita itu ada di metro tv (cek gugle),
Sejujurnya, dalam cerita yang aku tulis ini, kedudukan Danau Kelimutu hanyalah sebagai pameo semata. Haha, ceritanya hanya sekilas saja. Benar saja dia kalah casting dengan otokol yang selama 30 jam menemani kami.
Ya, memang sangaaat indah danau ini, terlalu indah, sampai orang Flores asli seperti pak sekdes servas dan dion juga mengagumi keindahannya. Bagaimana tidak, ternyata mereka baru pertama juga ke Danau ini. Aeeee.papa sekdes sangat terkesan dengan danau ini (pdhl rumah beliau kan juga di tepi danau +_+). Bahkan kedua supir otokol dengan beraninya meninggalkan truk kami itu tanpa takut pencurian, alasannya karena mereka juga “belum” pernah ke kelimutu. haha. Pak sekdes di sana sini, mencatat sesuatu..jaaaan..menghayati pekerjaannya sebagai sekretaris betul papa malaikat ini, mencatat ini itu. Kali ini aku mengaku kalah…hanya bisa melamun menatap danau itu cukup, wah !. perjalanan yang kami tempuh, terbayar syudah dengan keindahan ini. Bingung mau gimana ungkapin keindahannya teriak, ketawa, menangis, narsis foto ?..atau nyemplung sekalian saking bingungnya..hahaha Sekitar jam 11 siangan, kita sudah berada di bawah lagi untuk membeli syal-syal suku ende. Aku rasa tak hanya motif ende saja, aku bisa menemukan motif syal motif belu, timor bahkan sumba disini.
Selain terkesan dengan syal, aku juga terkesan dengan bahasa Ende, terdengar sangat seksi dengan qolqolah yang waah. Walaupun orang Manggarai bahasa Ende terbilang kasar bagi mereka, tapi aku kok tersekima ya -,-.
Wes.wes.wes belanja syal buat syarat wisata sudah. Sekarang kembali ke tokoh utama cerita yang dinanti.nanti…aeee, paling semangat aku menceritakan otokol aduhai ini. Maaf.maaf danau, kamu memang sangat berkesan, tapi otokol tetap di hati kami juga. Lain waktu, aku kavling cerita khusus untukmu, wahai danau. Hahaha….nah, kali ini bang paolo ngrapiin sayap-sayap pelindung otokol, ciaaduuk !,
Perjalanan meninggalkan danau kelimutu, gak usah dijelasin emang bentar banget kita di danau ini, yaah, mau gimana lagi..sekarang satu masalah besar di depan mata, setelah sampai di danau kelimutu. Bagaimana CARA PULANGnyaaaaa..buseeet, tiba-tiba mual mendadak ketika kita harus menempuh 15 jam lebih lagi perjalanan dengan otokol romantis ini..wess rasah kakean cingcong, gek micek. Siji loro telu. Tiiit ! (tebak-tebak berhadiah: coba anda uraikan simpul-simpul kaki kami ini, sesuai dalam foto).
Satu halk lagi yang paling menyiksa, udara kota ende begitu sangaaat jahat !! sumpah, panasnya gak bisa ditandingin lagi, apalagi kota ini terletak di pinggir pantai. Wes, iki sesi sempurna kesekian dari perjalanan ini.,
Wes lengkap sudah penderitaan kami, setelah kedinginan di danau kelimutu, kini meleleh di ende..haaaaahsiaah, aku rodo emosi nulis penderitaan kami ini di kota ende, cari makan saja buseet mahal minta ampun. Makan soto madura di ende, esteh, dan mineral aku habiskan dengan 28.000 rupiah, wesss iki buat makan di jogja aku dapat steak yg paling enak (cen nyesek kurs jawa kalo dibandingin kurs flores) =_+
Selesai makan, kita langsung meninggalkan kota ende, sungguh sebenarnya indah banget kota ini (kalo di foto), tapi sayang, sekarang giliran aku yang duduk di bak belakang, jd riskan kalo kepo fotofoto.
Sempat berhenti di Bajawa yang supeeer dingin, airnya dingin banget, sumpah karena perjalanan ini aku jadi tahu kalo ada beberapa kulkas di daerah kering bernama flores. Malamnya kita sampai di Aimere, sekitar pukul setengah delapan malam makan bakso solo…(wes jowo meneh),
Perut sudah terisi, sekarang tinggal berpamitan pada flores timur..kita siap untuk tidur panjang kami menuju ke Labuan Bajo..ciiisssss, foto dulu, sebelum berangkat ^^.
Saking lelahnya, coba anda lihat bentuk kami disini. Ini pose terakhir, pose penghabisan !!
Aku di dalam foto itu pake kaos ungu-kuning, lihat betapa melengkungnya poseku. Bisa-bisnya tidur dengan badan membentuk huruf U. sumpahan, kalo lihat foto ini kok yaa miris ya…membayangkan saja tidak berani, apalagi melakukan reka ulang…emoh !!
Yang dibangku belakang pun tak kalah tragisnya, muka-muka di atas pasrah, pasti itu punggungnya dingin banget kena angin malam. Pak sekdes pun menggunakan anduk sebagai hijab penangkal dingin. Pak sekdes menggantikan posisi amal, jadi amal duduk di samping pak kusir di dalam. Amal sudah rekor muntah belasan kali, kasihan betul –”. Kemudian, pak sekdes dan dion pasti akan menceritakan legenda perjalanan kami ini pada papa-mama kami di rumah nantinya, lalu membayangkan ekspresi mama-mama ketika mendengar pak sekdes bercerita (imajinasi ceritanya),. “ampuuuuuunn (teriakan khas mama siska), aeee setan tujuh anak-anak itu”, kata mama siska. “e nana e, nana e..kasihan betul mereka (ekspresi mama mia dengan sedikit menangis)” “aeeee, daaarat taa anak-anak itu”, kata mama pedo dengan sedikit marah. Aku mengetik akhir cerita ini dengan iringan lagu patamo nara, lagu berbahasa manggarai yang sangat selalu berhasil membuatku ingat akan mama-mamaku di pedalaman Nunang sana. Perjalanan yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup kami. Lalu sampailah badan kami di rumah bapak martinus sekitar jam 4 subuh tanggal 27 Agustus 2011. Rumah dalam keadaan kosong, karena seluruh anggota keluarga pak Martinus mudik ke Kupang. Dengan sempoyongan dan badan bagai tanpa sendi dan tenaga, kami turun dan segera menuju peraduan paling nyaman, bantal dan kasur !!. Rasa syukur kami ucapkan pada Tuhan yang telah memberi keselamatan petualangan orang-orang gila ini,.hah, tak sabar ke pulau komodo esok hari !!
Suatu saat di masa depan, kisah ini bisa kami ceritakan dengan bangga kepada anak-cucu kami. “iki cerito nggo anak putu, mbah mu tau kentir numpak trek telongpuluh jam luweh, edaan !”.
Ya, suatu saat di masa depan, aku pasti akan seperti abang dalam foto diatas itu. Duduk termenung dan memandang lemah kenangan kami di atas otokol. Tatapannya begitu kosong dan melamuni setiap jengkal kejadian di atas otokol ini. Semoga persahabatan selamanya, walaupun yakin ketika di jawa kami akan terpisah karena kesibukan masing-masing. Semoga kisah ini akan mengabadi di hati kita, selamanya.
Kuakhiri sketsaku kali ini dengan berucap. Terimakasih Ya Allah, atas warna yang Kau berikan pada hidup kami. Fuji Riang Prastowo, sketsa 77. (25-27 Agustus 2011). Tamat.