~
TINJAUAN PUSTAKA
.1 Sumber Daya Ikan .1.1 Pemanfaatan berkelanjutan Pengertian "pemanfaatan berkelanjutan" sumber daya adalah pemanfaatan sumber aya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan manusia sekarang yang sekaligus tidak lengabaikan kebutuhan generasi yang akan datang terhadap sumber daya tersebut. Kata @ berkelanjutan"
dalam
memanfaatkan
sumber
daya
bera5dl
dari
bahasa
Inggris
::I: ~
sustainable" yang berarti meneruskan tanpa hentinya-hentinya atau terus menerus o -C' ehingga "sustainable" dapal diartikan sesuatu yang dapat dimanfaatkan secara terus
S'
3 enerus atau berkelanjutan (Munasinghe,
1993). Dalam bidang perikanan istilah
~ pemanfatan berkelanjutan" (sustainable utilization) muncul karena adanya isu global "tJ [II :ntang terbatasnya sumber daya perikanan di satu pihak dan kebutuhan akan sumber daya .-..
~ 'erikanan yang terus meningkat akibat semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia di ;:::;:
S. :lin pihak. Istilah sustainable management dalam pengelolaan sumber daya perikanan lebih "tJ
~ .iarahkan pada perikanan tangkap yang mengeksploitasi sumber daya perikanan di laul dan III
; . .i darat. Ide sustainable management di bidang perikanan relatif baru dibandingkan dengan :J [II
lidang lain yang sumber dayanya dapal diperbaharui dan tingkat eksploitasinya dapal diatur
cg
iengan jelas seperti kehutanan (Charles, 200 I) .
o
.:!.
Pemanfaatan berkeianjutan sumber daya perikanan erat hubungannya dengan konsep Jengembangan perikanan (jisheries development) dan pengelolaan perikanan (jisheries
'1anagemenr). Pada tahap awal ketika sumber daya perikanan belum tereksploitasi unexp/oited) atau baru saja tereksploitasi (lighlly exploited), pemanfaatan sumber daya 'ang dikenal pada tahap ini adalah pengembangan (development), yaitu mengupayakan ~ningkatan
eksploitasi sumber daya perikanan unluk mendapatkan keuntungan. Satu-
OJ,atunya pertimbangan dalam pengelolaan sumber daya perikanan pada tahap ini adalah
o ,rientasi ekonorni sernata yang diwujudkan dengan peningkatan produksi. Selanjutnya oleh o..., :arena adanya peningkatan eksploitasi terus menerus terhadap sumber daya tersebut,
» wndisi stok berubah statusnya menjadi tereksploitasi menengah (moderately exploited).
C') ,ehingga upaya pemanfaatan sllmber daya perikanan tidak hanya sektor ekonomi semata
C
;:::::; 'ang menjadi pertimbangan tetapi juga unsur sosial. Paradigma pemanfaatan sumber daya
C
...,
tu
C ::J
<
CD ...,
en
~rgeser
dari fisheries development yang mempertimbangkan ekonomi semata tetapi 16
enjadi ke arah fisheries management yang mempertimbangkan pemerataan distribusi ;untungan kepada pihak-pihak yang terlibat (Garcia et al., 1999). Bertambahnya penduduk dunia menyebabkan meningkatnya kebutuhan protein :wani sehingga hal ini juga meningkatkan level eksploitasi sumber daya perikanan yang ana akan menyebabkan tercapainya tingkat eksploitasi penuh (fully exploited)
pada
1mber daya perikanan. Pada tahap ini pemanfaatan sumber C:aya harus lebih hati-hati rrena tingkat eksploitasi sumber daya perikanan sudah seimbang dengan daya dukung @ Imber daya perikanan tersebut sehingga dikenal istilah pemanfaatan perikanan yang ::I: ~
..
:rkelanjutan (sustainable fisheries utilization). Pada tahap ini pertimbangan yang
~" gunakan dalam pemanfaatan sumber daya perikanan sudah bergeser ke arah pertimbangan III
3 ;:ologi. Munasinghe (1993) juga mengemukakan tentang konsep sustainahle devciopmenl ~ mg mempertimbangkan tiga (3) isu utama yaitu ekonomi (economic), sosial (social), dan
" Ilgkungan (environmeta/) (Gambar 2.1).
~
.. .. ::l til
Efisiensi Pertumbuhan Stabilitas
;:::;:
c:
2: Q.
- Pemerataan
o
0"
- Penilaian - Intemalisasi
3
0-
(\)
....C ::::l
;a-
o o
"0
Partisipasi
"0 C
::::l
Pemerataan Kemelaratan Konsultasi Budaya
Biod iversitas Sumber daya alam Polusi
OJ
o CO o
»
Gambar 2. I. H ubungan antar sektor ekonom i, sosial, dan Ii ngkungan da lam konsep sustainable development (Munasinghe, 1993). Dahuri (2002) juga mengemukakan bahwa komitmen internasional tentang
'Q. enciptaan perikanan yang berkelanjutan (sustllinahlejisher;es) berdimensi pada tiga (3) hal
g llitu aspek ekologi (environmentally friendly), ekonomi (economically sound), dan sosial ;:::;,,.ocially justified) waJaupun harus diakui bahwa pengintegrasian secara seimbang ketiga hal C OJ :rsebut adalah suatu hal yang tidak mudah dilakukan. Charles (2001) menambahkan bahwa 17
C :::J
<
.,CD CJ'J
;Iain unsur sosial dan ekonomi, perikanan berkelanjutan (sustainable fisheries) harus juga emperhatikan aspek ekologi, komunitas, dan institusi. Model pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkelanjutan (lestari) ini harus :gera diterapkan pada sumber daya yang statusnya sudah folly exploited. Jika hal ini labaikan, cepat atau lambat, sumber daya perikanan akan meiuadi lebih tangkap (over
:ploiled) dan bahkan turun drastis oleh karena tidak terkontrolnya tingkat cksploitasi yang elebihi daya dukung sumber daya perikanan tersebut. Selanjutnya punahnya (extinct) @ Imber daya perikanan tinggal menunggu waktu saja (Garcia et al., 1999). :::E:
~
Garcia et al. (1999) menamhahkan hahwa aktivitas perikanan tangkap cenderung
-
~. lengikuti aturan pengembangan umum (common development pattern), yaitu seiring Q)
~. ~ngan
ditemukannya sumber daya perikanan, pada awalnya, stok sumber daya terse but
~ dam kurun waktu tertentu dalam keadaan belum tereksploitasi sampai tereksploitasi "tJ
~
:dikit (lightly exploited). Kondisi ini bergerak ke arah berkembang (moderately exploited)
-
~ leh karena adanya teknologi penangkapan, infrastruktur. dan permintaan pasar yang
~ lenyebabkan
meningkatnya tingkat upaya penangkapan dan produksi. SeJanjutnya, terus
"tJ
~
leningkatnya permintaan pasar menyebabkan semakin banyaknya pihak-pihak yang ingin
Q)
2. ;rlibat dalam aktivitas perikanan tangkap pada sumber daya tersebut yang ditandai dengan
Q)
:::l
IXI
:makin
tg
lengembangkan infrastruktur, pengucuran kredit. pengadaan armada penangkapan, dan
o
terdorongnya
masyarakat
untuk
menginvestasikan
dananya
dalam
..::!.
Idustri pengolahan dan pemasaran menyebabkan tercapainya puncak produksi yaitu ondisi dimana sumber daya ~rbatasnya
tereksploitasi seeara penuh (fully exploited). Oleh karena
daya dukung sumber daya. produksi akan mengalami penurunan. dan
!Ianjutnya perJaikan dan penguatan sumber daya (Gam bar 2.2). Melihat kondisi beberapa sumber daya perikanan dunia yang semakin tertekan khir-akhir ini. badan dunia pemerhati masalah makanan dan pertanian yaitu FAO rupanya OJldar tentang pentingnya konsep "pemanfaatan berkelanjutan" dengan mengeluarkan code
o f conduct for responsible fisheries (CCRF) pada tahun 1995 yaitu cara-cara bagaimana o..., le1akukan kegiatan eksploitasi sumber daya perikanan yang bertanggung jawab
CO
» 'esponsible)
dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
berkelanjutan
(sustainablility)
...,
CO &..nonim. 200Ib) . (")
Pemanfaatan yang lestari adalah pemanfaatan sumber daya perikanan pada kondisi
C
;:::; ang berimbang, yaitu tingkat pemanfaatannya tidak melebihi kemampuan sumber daya
~
ntuk memperbaharui diri. Tingkat pemanfataan masing-masing sumbcr daya perikanan
Q)
C :::J
<
CD ..., CJ)
_0 "
r-+
'<
18
'beda tergantung pada ukuran besamya
masing~masing
sumber daya perikanan. Pauly
183) mengemukakan bahwa produksi ikan pada waktu t.;:rtentu dapat dijadikan indikator ~i
ukuran stok ikan pada saat itu sehingga pengelolaan stak ikan untuk periode berikutnya
pat ditentukan. Dengan bertambahnya tekanan pada stak ikan karena adanya aktivitas nangkapan, kansep pertumbuhan alami harus tetap dipertahankan yang artinya jumlah matian ikan akibat penangkapan dan kematian alami tidak baleh lebih besar dad proses @ nambahan stok ikan itu sendiri. Dengan kata lain bahwajumlah tangkapan tertinggi suatu ::I:
~
lis ikan (tangkapan maksimum lestari/MSY) ditambah dengan jumlah kematian alami lfl
tersebut tidak boleh melebihijumlah penambahan stok ikan tersebut.
~.
"0
S' 3 ;I;
- ngkat ~ )duksi ~ Ill)
Berkembang
(/I r+
;:::;:
c: ....
Belum berkembang
o
Waktu (tahun)
Gambar 2.2. Kecenderungan perikanan tangkap mengikuti aturan pengembangan umum (Garcia et aI., 1999). KemalOpuan sumber daya perikanan untuk memperbaharui diri mereka melalui rtumbuhan dan rekrutmen sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitamya dalam hal ngadaan sumber makanan. persaingan antar dan inter spesies, lingkungan yang sehat dan OJ suai. dan adanya predator. Jika aktivitas penangkapan dilakukan dengan tidak hati~hati
c8 daupun jumlahnya tidak melebihi daya dukung suatu sumber daya perikanan. maka o., tivitas penangkapan tersebut cepat atau lambat akan membahayakan kemampuan sumber » ya perikanan dalam memperbaharui diri (Pauly, 1983).
'Q.
Sustainable fisheries management erat kaitannya dengan aktivitas penangkapan
C') ng bertanggung jawab (responsible fisheries). Pengertian "pemanfataan berkelanjutan"
C
;::::;: Iak hanya kegiatan atau aktivitas perikanan yang lestari semata tetapi juga merupakan
~ .tivitas
Q)
C :::J
<
.,CD CJ)
perikanan yang memenuhi persyaratan-persyaratan responsible fisheries, yaitu 19
:nggunaan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan. Aktivitas perikanan dikatakan stari jika konsistensi kemampuan sumber daya perikanan untuk pulih kembali terpelihara :tiap saat tanpa mengabaikan stabilitas tangkapan sekarang. ['engan kata lain aktivitas :rikanan lestari adalah sangat memperhatikan keinginan untuk mengeksploitasi sumber lya perikanan sekaligus menjaga kelestariannya (Anonim. 2001 b). 1.2 Status pemaofaatao
@
Dwiponggo (1987), FAO (1994), dan Bintoro (1995) mengemukakan bahwa
;: :rdasarkan status pemanfaatan sumber daya perikanan dapat dibagi menjadi enam ;:I\"
..
~. :Iampok, yaitu: III
3
J• Unexploiled;
;:I\"
Stok sumber daya perikanan belum tereksploitasi (masih perawan). Aktivitas
"
penangkapan sangat dianjurkan untuk mcndapatkan keuntungan dari produksi.
~
.. .. ::l til
;:::;:
c:
2. Lightly exploited; Stok sumber daya baru terekspioitasi sedikit
«
25% MSY). Peningkatan jumlah
upaya penangkapan sangat dianjurkan karena tidak mengganggu kelestarian sumber daya. CPUE mungkin masih bias meningkat.
2:
3. Moderately exploited;
Q.
o
0"
3
Stak sumber daya sudah tereksploitasi setengah dari MSY. Peningkatan jumlah
0-
(\)
....C
upaya penangkapan masih dianjurkan tanpa mengganggu kelestarian sumber daya .
o o
CPUE mungkin mulai menurun.
::::l
;a-
"0 "0
4. Fully exploited;
C
::::l
Stak sumber daya sudah tereksploitasi mendekati nilai MSY. Peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat tidak dianjurkan walaupun hasil tangkapan masih bisa meningkat karena akan mengganggu kelestarian sumber daya. CPUE pasti turun.
OJ
o CO o
» CO :::l.
n C
.-+
5. Over exploited; Stak sumber daya sudah turun karena tereksploitasi melebihi nilai MSY. Upaya penangkapan harus diturunkan karena terganggunya kelestarian sumber daya.
6. Depleted. Stak sumber daya dari tahun ke tahun jumlahnya menurun drastis. Upaya penangkapan sangat dianjurkan untuk dihentikan karena kelestarian sumber daya sudah sangat terancam .
...,
C
Q)
C :::J
<
CD ..., CJ'J
20
,1.3 Model pemanfaatan berkelanjutan Beberapa peneliti telah melakukan kajian terhadap cara-cara pengelolaan perikanan 109 dapat memastikan sumber daya ikan dimanfaatkan secara berkelanjutan dan ~rtanggung
jawab. Dua orang peneliti, yaitu Bjordal (2002) dan Hall (2002) menggaris
Ilwahi pentingnya cara-cara teknis (technical measures) dalam aktivitas penangkapan ikan gar kelestarian sumber daya dapat terjaga. Bjordal (2002) lebih menekankan pada perlunya @ enerapan aturan-aturan teknis terhadap alat tangkap, dan Hall (2002) mengutamakan :I:
danya pembatasan aktivitas penangkapan pada daerah dan waktu-waktu tertentu (area and
III
" 'me restrictions). n
~
Pope (2002) mengatakan bahwa berhubung terbatasnya stok sumber daya ikan, tidak
~ danya kontrol pada tekanan penangkapan dapat menyebabkan terdorongnya usaha
~ enangkapan tersebut sampai tercapainya titik keseimbangan, yaitu setaranya pendapatan
~ otor dengan biaya operasi penangkapan yang dikeluarkan dan ko1apsnya sumber daya ::l
~ can. 8eberapa cara pengeJolaan yang dapat mengupayakan keberlanjutan sumber daya ikan .... c:
:; ntara lain adalah (I) kontrol terhadap tipe, area, dan waktu operasi a1at tangkap, (2) m
S' konomi 2:
dan sosial manajemen, dan (3) kontrol terhadap faktor input dan output dalam
::l
iii' erikanan, yaitu pembatasan jumlah alat tangkap dan hasH tangkapan pada waktu-waktu
Q.
::l
0"
g' :rtentu. Beddington dan Rettig (1983) juga menggaris bawahi pentingnya pengaturan
0-
g Jmlah alat tangkap yang be rope ras i dan jumlah
o
3
(\)
....C ::::l
to
ikan yang dieksploitasi. Charles (2002)
lenambahkan bahwa hak individu nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan harus
;a-
o o
"0
iatur agar lercapai pemanfaatan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
"0 C
::::l
King (1995) mengemukakan bahwa rencana pengelolaan sumber daya ikan yang erkelanjutan harus mengkaji empat hal. yaitu (I) kondisi sckarang tentang eksploitasi dan erkembangan sumber daya ikan. (2) tujuan dan kebijakan datam mengelola sumber daya (an, (3) strotegi pengelolaan untuk mencapai lujuan, dan (4) peraturan-peraturan yang
OJ apat diterapkan untuk
keberlanjutan sumber daya ikan. la menambahkan bahwa Peraturan
2 erikanan )'ang dapat diterapkan digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu kontrol o..., i1put, dan kontrol output. Kontrol input meliputi pembatasan terhadap jumlah, efisiensi, »an tipe alat tangkap, dan penerapan minimum alat tangkap. Kontrol output dapat (I)
(2)
mesh size
'Q. ilakukan melalui seleksi terhadap ikan perempuan yang sedang memijah dan pembatasan
g Jmlah hasH tangkapan.
.-+
C
Dua sisi yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya adalah
Q)
esejahteraan manusia seutuhnya (human well-being) dan kesejahteraan ekologi (ecological
C
21
:::J
<
CD ..., CJ'J
!ll-being). Tak terelakkan pendekatan secara menyeluruh diperlukan agar pemanfaatan mber daya dapat berkelanjutan (Anonim, 2003). Sabarnn (kom. pribadi, 2002) enambahkan bahwa hidup manusia dapat berlanjut jika pengelolaan ekosistemnya lestari. tltuk pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan diperlukan kerja sarna antar daerah. engan memperhatikan kedua unsur tersebut diatas (manusia dan ckolagi), opsi :ngelolaan perikanan yang dapat menjamin berlangsungnya pemanfaatan sumber daya @ an yang berkelanjutan dan bertanggungjawab adalah pengelolaan secara sinergis terhadap ::I: :osistem
dan perikanan atau lebih dikenal dengan ecosystem approach
[0
fisherie.~
(EAF)
~ .nonim, 2003). Agar implementasi EAF tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan ~.
'S. :ngelolaan, diperlukan beberapa informasi sebagai berikut: I»
(I) bentuk pengelolaan
~ )rikanan, (2) kondisi dan hambatan biologi dan lingkungan, (3) teknologi penangkapan,
: ) sosial dan ekonomi, (5) fungsi dan konsep institusi yang terlibat, (6) waktu yang
"
~ rsedia, (7) prinsip kehati-hatian, dan (8) karakteristik tiap daerah. :::l
(/I r+
S2. Penarikan Contob " Penarikan contoh atau sampling adalah cara untuk mengetahui ciri-ciri atau sifat dari ~
~. latu kelompok individu tanpa harus me1akukan identifikasi secara keseluruhan pada
I»
~ dividu anggota kelompok tersebut (Sparre dan Venema, 1999). Dasar yang dapat o
cg..,
gunakan untuk pengkajian ciri-ciri atau sifat dari stak sumber daya ikan adalah
-- rsedianya data yang sepenuhnya dapat mewakili stak tcrsebut, paling tidak pada saat stak Imber daya ikan tereksplaitasi dan didaratkan tanpa adanya kesalahan yang sistematis atau as. Hal ini tidaklah mungkin terjangkau mengingat terbatasnya sarana dan prasarana yang la. Namun demikian hal tersebut harus dijadikan sasaran dari program pcngumpulan data :rikanan walaupun hasilnya tidak dapat mencapai 100% sesuai dengan karakteristik stok Imber daya perikanan yang ada untuk mendapatkan data yang dapat dikatakan sepenuhnya ewakili populasi yang diteliti, mengetahui sumber-sumber bias. dan menemukan cara-
~ lra untuk memperbaiki biasnya data tersebut.
Sampling yang baik memerlukan biaya dan
cg
naga yang besar dan bersifat jangka panjang. Program sampling dirancang sedemikian
;
IPa sehingga didapatkan data yang diperlukan untuk pengkajian dan pengelolaan perikanan
.,
(Q 109 memenuhi standard sampling nasional maupun
internasional. Hal yang perlu
("'). perhatikan dalam sampling produksi ikan adalah daerah penyebaran stok dari suatu §: Iesies yang akan diteliti dan tabulasi semua kegiatan penangkapan dan atau pendaratan C
., Q)
C :::J
<
.,CD CJ)
22
an yang berlangsung di guatu perairan yang akan diteliti. Metode sampling yang biasa gunakan dalam perikanan ada tiga macam, yaitu:
1. Acak sederhana; Pengambilan data langsung dilakukan di lokasi penelitian berlangsung.
2. Acak berlapis; Tempat pendaratan dibagi dalam beberapa stratum yang masing-masing stratum ditarik contoh sampelnya.
@
3. Acak proporsional;
::I: III
Pengambilan contoh dibagi secara proporsional masing-masing stratum.
;III'"
o
Untuk mendapatkan dugaan rata-rata yang tidak bias maka sam pel yang ditarik
'0 r+ III
~. lruS
merupakan "sampel acak" yaitu tiap-tiap ikan produksi mempunyai peluang yang
: lma untuk dijadikan sampel. Selama nilai dugaannya tidak "bias" secara sistematis "\J
~ lenyimpang daTi nilai yang sebenarnya, ni/ai dugaan tersebut tetap dapat dikatakan "tidak :::l .
!!l. las" (Sparre dan Venema, 1999). ;::;:
r::: r+
~ .3 Biologi lun
::I-
2: a.
o 0" 3 0-
lD
:J
~.
Parameter biologi ikan secara umum yang seharusnya diidentifikasi dalam suatu
III
~ enelitian adalah ciri-ciri ikan, baik bentuk maupun ukurannya. pola penyebaran, pola
~ I akan, jen is kelam in, kond isi gonad, morta Ii tas, dan hubu ngan panjang dan berat i kan. .::!..
2"
.3.1 Deskripsi
;q'
o
"8'C
Whitehead (1985) yang diacu Lelono (1997) menyatakan bahwa klasifikasi
~
:J
lksonomi ik.an tembang (Sardinellafimhriala Valcncienns. 1847) adalah: hylum
: Chordata
Jas
: Pisces
ub klas
: Tcleostci
OJ )rdo
o (Q ub ordo
: Clupciformcs : Clupeoidei
Q 'amili
: Clupeidae
» ub famili
: Clupeinae
~ ) enus
: Sardinella
(Q
g pecies C
: Sardinellafimbriatu
Beberapa nama latin Jain ikan tembang adalah Spralel/ajimbriala, Clupeajimbriata,
ru an Harengulajimbrjata (Whitehead, 1985; yang diacu Lelono, 1997). Famili Clupeidae C ::J
<
..,
CD
(J)
23
~. . "~
• 0.
',-
.'
~mpunyai
enam genus, yaitu Sardinel/a, Harengula, C/upea, Sardina, Sprallus, dan
')istone rna. Bentuk umum badan ikan fum iii CI upeidae ada dua, yaitu (1 ) gi Iik vlindricaT) seperti Sardinella lemuru dan Amblygaster sirm, dan (2) pipih (compressed)
perti Sardinella fimbriata, Sardinella gibbosa, Sardinella brachysoma, Sardinella ?Ianura. dan Sardinella albella (Lelono, 1997). Nama daerah ikan tern bang di pantai utara
wa adalah tanjan, juwi, sesek, mursiah, dan ciro (Lelono, 1997). @ 3.1 Morfologi ;:
Ciri-ciri rnorfologis ikan tern bang adalah bcntuk tubuh fusiform-compressed, awal
"
~. °ip dorsal terletak sebelurn mid point tubuh, sirip anal kccil dan tcrlctak jauh di bagian
....
~ :Iakang sirip dorsal, sirip dada terletak di bagian bawah sirip dorsal, jumlah gill raker ~ tgian bawah antara 60-81, bagian dorsal berwama biru kehijauan, dan bagian ventral "'tJ
OJ
.-.
:JWama keperakan (Lelono
el al., 1998) (Gam bar
2.3). Mereka menambahkan bahwa
..
~ 19ian perut ikan ternbang tersebut adalah tajam berwama keperakan, sirip ekor
~ Imocer/wl, jumlah total scutes antara 30-33, sirip anal terletak jauh di belakang sirip
~ mggung, jumlah tulang rawan pada sirip perut adalah tujuh (7) sirip perut terletak di
2. 19ian
2:
bawah (anterior) dari sirip punggung (dorsal fin), dan tipe sisiknya t.yc/oid.
Cl
a.
~ ~rbandingan panjang badan stan dar dengan tinggi badan adalah berkisar 3,4 : I.
0"
~ ibandingkan dengan lemuru, ukuran tinggi badan ikan tembang adalah lebih besar. ..,
o 3
--
Sartimbul et al. (1997) melaporkan bahwa hubungan panjang-berat ikan tembang di ~Iat
Madura umurnnya memiliki niJai b kurang dari tiga (3) yang mana berarti bahwa pola
:rtumbuhannya adalah allometrik negatif. Ini berarti bahwa pertambahan beratnya kurang lfi pangkat tiga-nya panjang ikan. Rendahnya nilai b ikan tembang di Selat Madura lungkin disebabkan oleh kurangnya
pengkayaan
lingkungannya
karena adanya
!ncemaran-pencemaran di sekitar perairan pantai Selat Madura sehingga bahan makanan i perairan tersebut menjadi berkurang yang menyebabkan kurang suburnya perairan dan
g' Jrusnya ikan tembang di Selat Madura.
Mereka menambahkan bahwa perbandingan ikan
'8 :mbang jantan dan betina di Selat Madura yang bclum matang gonad adalah I : 0,84 dan ;
109
sudah matang gonad adalah 0,74 : 1. Penyimpangan dalam rasio perbandingan jenis
CO ::!lamin ikan jantan dan betina ikan tembang di Selat Madura dari 1 : 1 tidak otomatis
...,
(") . :rarti bahwa perbedaan terse but disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan penangkapan
S. ilda kedua jenis kelamin ikan tembang tersebut karena mungkin juga disebabkan oleh ~ :rbedanya Jaju kematian alamiah jantan dan betina. Q)
C ::::J
<
CD ..., CJ)
,-+
'<
24
Sirip punggung
@ :z::
III
Ship perut
"
n
"[ III
~.
-
3c.m
.
Gam bar 2.3 Morfoiogi ikan tern bang (S. ji mhriala Val enc ie nn es I ~·l7) (Lelono ct 01.. 1998) :J til
~
Sartimbul et al. (1997) juga mengemukakan bahwa persentase tertinggi ikan
~
em bang yang matang telur kategori TKO III adalah pada bulan Desember (90%). Ini berarti
....
I:
~ lerkiraall musim memijah ikan tembang di Selat Madura Lerjadi
2:
a.
o 0" 3 C'"
(I)
:J
2" ;u"
pada bulan Januari-
~ ~ebruari, yaitu satu bulan setelah persentase tertinggi ikan yang matang gonad te~iadi. Jarak DJ
~
o
~
lntara waktu pemijahan dengan rekrutmen adalah lima s31'npai cnam bulan sehingga liperkirakan pada umur lima sampai enam bulan ikan-ikan tembang memasuki
da~rah
merniliki ukuran panjang pcrtama kali tertangkap (length al first captllre
o
)enangkapan dan
o
Le) dengan jaring purse seine sebesar 15,4 em. Dugaan laju penangkapan (F) adalah 0,51.
"0 "0
s:::
:J
ni berarti bahwa perikanan tembang di Selat Madura masih berada pada kondisi seimbang ieeara bio\ogi. Kondisi ini mungkin disebabkan o[ch tidak besarnya tekanan pcnangkapan
N'
5'
erhadap sumber daya ikan tern bang karcna nclayan di Selat Madura Icbih suka menangkap
'0
!l'
enis-jenis ikan pelagis lainnya yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi seperti OJ:akalang (Kal.~ulI'onu... pe/umis). kcmbung (Ru.Yfrelliger .\'(1) layang (Decaplerus "1), Icmuru
o CO :Sardinella lemuru), dan tongkol (Euthynnus allerera/us dan E. afJinis).
Q
Ukuran panjang ikan tembang dewasa di perairan India antara 8-18 em, di perairan
~ !)hiliPina
7-14 em, dan di perairan Indo Pasifik 1\-12 em (Rosa dan Laevastu, 1959). Di
::U elat Madura, panjang ikan tembang yang tertangkap berkisar antara 14 - 20,5
g Jkuran panjang pertama matang gonad 16,3 em (betina) C 1998). Q) Jetina, C :::J
<
CD ...,
en
Lelono
cl
COl
dengan
dan 15,5 cm Gantan) (Lelono et a1.
al. (1998) menarnbahkan bahwa ikan tern bang, baik jantan mitupun
pada tingkat matang gonad (TKO) I dan " masih dianggap belum matang. Ikan 25
t
mbang tersebut baru dapat dikatakan matang secara kelamin jika TKGnya meneapai III m IV. Secara umum ikan tembang di Selat Madura terdiri empat tingkatan, yaitu dara, :masakan, memijah. dan bersalin. Mereka juga menemukan bahwa nilai panjang aksimum
(LOCI) dan laju kecepatan pertumbuhan (k) ikan tembang di Selat Madura
asing-masing sebesar 21,1 em dan 1,6. Merta (1992) mengemukakan bahwa TKG ikan muru di Selat Bali secara rinei tcrbagi mcnjadi 7 (lujuh) kclompok yaitu: (I) tingkat I
= immalure), (2) tingkat II-a (dara bcrkcmbang "" developing virgin), (3) tingkat II-b stirahat salin = spent re.\'ling), (4) tingkat 111 (pcmasakan = maturing). (5) tingkat IV ::I: ~ IUnting = mature), (6) tingkat V (mijah = running), dan (7) tingkat VI (salin = spent).
@jara
2.
Pet et af. (1997a) melaporkan bahwa ganado somatic index (GSI) ikan tembang
"C
S'
3 mg didaratkan di Probolinggo meningkat dari tingkat rendah di bulan April ke tingkat ~
!lggi di bulan Agustus sampai bulan November. Proporsi tingginya dewasa lahap III terjadi
"tJ
~ ida bulan Oesember dimana musim bertelurnya adalah pada bulan Desember sampai
~ muari dengan kelompok baru mulai berkembang pada bulan Januari. Pet
el
;:::;:
al. (1997a)
S. lenambahk.in bahwa kelompok umur ikan tembang di Selat Madura terdiri dari tidak lebih "tJ
g, lri tiga kelompok umur. Perbandingan laki-laki dengan perempuan sampai dengan panjang
III
;. 7 em adalah 1 : 1 dan lebih banyak perempuan dibanding laki-Iaki untuk panjang diatas 17 :J
III
n. Parameter biologi lainnya untuk ikan tembang di Selat Madura (didaratkan di
cg
robolinggo) dapat dilihat pada Tabel 2.1 .
o
.:!.
Tabel 2.1. Parameter biologi ikan tembang di Setat Madura yang didaratkan di Probolinggo (Pet et at., 1997a; dan Lelono et ai., 1998). Parameter Pertumbuhan intrinsik (k) Panjang maksimum (La:.) Panjang umur I tahun (L'I) (lJ Panjang umur 2 tahun (L 2) Panjang umur 3 tahun (L)
o o...,
» ...,
Nilai Pet e/ at. (1997a) Lelono et af. (1998) I,D 1,6 20,0 em 21,1 em 12.5 em 17,0 em 19,0 em 15,Ocm 16,0 em 10 -20 em 2,8 1,6 1,2 0,000004659 3,122
-
15,5cm 16,3 em 14 -20,5 em
0,00001479 2,777
tu
C ::J
<
CD ...,
en
26
Gabche dan Hockey (1995) setuju dengan pendapat Pauly bahwa estimasi nilai M lllngkin akan bias untuk jenis ikan pelagis yang sangat suka bergerombol (.Khoo/ing elagic fish) terutama ikan yang termasuk tamili clupeidea seperti Sardinella maderemis,
ehingga akan sesuai untuk mengalikan 0,8 terhadap estimasi nilai M yang dihasilkan, iabche dan Hockey (1995) menambahkan bahwa dengan menggunakan rumlls Beverton an Holt (1956) dan Pauly (1980) dugann nilal Z dan M ikan S, l1Iaderensi.o; di perairan ~pas
pantai Kirbi Kamerun berturut.turut adalah 0,84 dan 0,74 dan dugaan nilai mortalitas
@ enangkapan (F) ikan tersebut sebesar 0,12, :I:
III
,,-
~.
'0
.3.3 Metode identifikasi 8eberapa metode yang dapat dipakai sebagai aeuan untuk identifikasi kondisi ikan
it 3
~
ntara lain adalah:
"C
ttl ::::s
.... ;::;:
(1) Kunci identifikasi ikan menurut Whithead (1985). Ditjen Perikanan (1975). dan Species Identification Sheet dari FAO (1984) untuk panduan data tentang
ciri~eiri
I/)
c: ....
"C
al
;
::::s III ::::s
ttl
o o
(Q
~
visual ikan; (2) Metode Dayaratne (1986) untuk menentu kan t ingkat kematangan gonad; Metode ini menyebutkan bahwa kondisi gonad ikan paling tidak terdiri dari 4 (em pat) kelompok yaitu: a) Tingkat I (dara
=
immature), b) Tingkat II (pemasakan
=maturing), c) Tingkat III (mijah = running), dan d) Tingkat IV (salin = spent). (3) Persamaan pertumbuhan von BertalantTy untuk menentukan panjang atau berat ikan pada umur t tahun, panjang atau berat maksimum, dan hubungan antara panjang dan berat ikan (Sparre dan Venema, 1999) yaitu:
L, = Loo {I -
e --!tr/·/o) }
'0
N'
S'
'0 p::l
CD :::l
W,
§,
C :::l
=
Woo
:a...
=
a L" a
roo"
;::t:
:if c .-+ C
OJ
(4) Rumus empiris Pauly (1980) untuk menentukan dugaan nilai mortalitas alami (M)
0
(Q
berdasarkan data tentang panjang ikan maksimum (Loo), laju pertumbuhan ikan (k),
S'
c
0 ...,
dan suhu permukaan perairan (T). Rumus tersebut adalah:
C
.-+
c' c :::l
i:
ac
3 C 0 ;:r c
» ...,
In M = • 0,152 - 0,279 In La.l + 0,6543 In k + 0,463 I" T
(Q
()
Rumus empiris Pauly mengasumsikan bahwa: (I) Jenis ikan yang berukuran keeil
C
mempunyai tingkat M yang tinggi; (2) Spesies ikan yang mempunyai tingkat
r-+
...,
C
Q)
C ::J
<
CD ...,
CJ) , r-+
'<
pertumbuhan yang cepat nilai M juga tinggi; dan (3) Semakin tinggi suhu permukaan suatu perairan semakin tinggi pula nilai M ikan di perairan tersebut. Dia 27
menambahkan bahwa untuk jenis ikan yang suka bergerombol. dugaan nilai mort81itas alaminya dikalikan dengan angka 0,8. Sehingga rllmlls empiris Pauly tersebut untuk estimasi nilai M menjadi :
M
= 0,8 e (- 0,152 - 0,2791" L
(5) Metode Beverton dan Holt (1956) untuk rncngcstirnasi n il::Ii mortalitas total (Z) berdasarkan data tentang panjang rnaksirnurn ikan (L,"), laju pertumbuhan ikan (k), dan panjang terkecil ikan sampel (L), dan rata-rata panjang ikan sampel (L "). Persamaannya adalah:
k(Loo- L")
Z=-=--'---~
(L"-L')
~ limana:
;; ,/ ~ "'
;
~
S.
= umur ikan dalam tahun; 0
~V
;" ,
2: Q.
o
0"
3
0-
(\)
....C ::::l
~.
= panjang ikan (cm) pada saat umur t tahun; = panjang ikan maksimum yang mungkin tercapai (cm); = konstanta kecepatan pertumbuhan/tahun;
r
:::l ,
gr vf o(
to
..::!,. r
= umur hipotetis ikan saat panjang 0 cm. = berat ikan (gr); = panjang total ikan (cm); = konstanta tetap (faktor kondisi) = konstanta bentuk pertumbuhan ikan (isometrikJallometrik); = mortalitas alami; = laju pertumbuhan; dan = suhu permukaan perairan (0C).
;a-
o o
"0
Metode-metode terse but telah digunakan oleh para peneliti terdahulu untuk
"0 C
nengetahui parameter biologi ikan tembang. Scpcrti yang telah dilaporkan oleh Whithead
::::l
1985) bahwa ikan tembang adalah termasuk famili Clupeidea dengan subfamili Clupeinae. \Jama lain ikan tembang adalah Spra1ella fimbria1a, Clupea fimbriaJa, dan Harengula
'imbriaJa. Pet et al. (1997a) mengemukakan bahwa ikal1-ikan famili Clupeidae mempunyai
OJ ~ebiasaan
2
suka bergerom bo I (school ;nK fish). m ikropagus. dan m enyaring part ike I-parti ke I
nakanan dengan menggunakan insangnya. Selanjutnya Longhurst dan Pauly (1987). Csirke
...,
0 : 1988) dan Pet et al. (1997a) menambahkan bahwa stok ikan-ikan famili Clupeidae sangat » lipengaruhi oleh kondisi alam. Hal ini disebabkan adanya hubungan Iangsung an tara stok
'Q. kan dengan
g
Iingkungan karena umumnya ikan-ikan tersebut mempunyai makanan pokok
:ooplankton dan phytoplankton dan kepadatan ikan-ikan tersebut sangat dipengaruhi oleh
;:::::; ldanya up-welling dalam suatu perairan. Raja (1969 dan 1973), Csirke (1984), dan Pet et al.
e
Q) ~ 1997a) mengemukakan bahwa curah hujan dan predator dapat mempengaruhi rekrutmen.
C :::J
<
CD ..., CJ'J
28
.4 Dinamika Populasi
Dinamika populasi adalah bagian dad biologi perikanan yang mempelajari erubahan yang terjadi dalam populasi seperti tentang mortalitas, rekruitmen. dan ertumbuhan (Lelono, 1997). Penelitian tentang dinamika populasi pada umumnya bersifat uantitatif sehingga ketepatan data yang digunakan untuk penelitian sangat berpengaruh alam menglJasilkan suatu kesimplilan. Sebagai misal data tentang produksi dan jumlah @ paya penangkapan (e.fforl) adalah sangat mencntukan ketepatan dalam menduga ukuran ::I:
opulasi atau stok ikan dan menganalisis potensi Icslari suatu sumber daya ikan.
~
Pendugaan stok ikan merupakan salah satu komponen penting dalam mengelola
(')
'SIII Jmber ~.
daya perikanan. Rothchild (1986) yang diacu Sartimbul et al.
(1997)
lengemukakan bahwa dua kelompok besar metode pendugaan stok ikan adalah: (a)
:. Jandard fisheries model (me liputi mode I hoi istik. model ana Iitik. dan model stok dan 'tI
~ enambahan baru); dan (b) non standardJisherie.\· model yaitu model ekonomi. :::l
~
Metode yang paling banyak digunakan dalam pendugaan stok ikan adalah model
....
S. roduksi (holistik) dan model analitik (Sparre dan Venema.. 1999). Garcia dan Reste (1981) 'tI
~ ang diacu Sartimbul el al. (1997) menambahkan bahwa pengkajian suatu slok ikan dapat
;. lenggunakan tiga metode sekaligus yaitu model holistik, analitik. dan pendekatan. :::l
OJ
Kegiatan penangkapan ikan di laut baik secara periodik maupun tempor•. 1 akan
cg
lemberikan tekanan pada stok ikan tersebllt. Semakin tinggi intensitas penangkapan ikan
o
,:!,.
::makin berat tekanan yang dialami suatu sumber daya ikan. Dengan kata lain intensitas enangkapan mempunyai pengaruh langsung terhadap jumlah stok ikan. Tanpa adanya engaturan yang jelas aktivitas suatu penangkapan ikan, stok ikan tersebut akan turun rastis. Bahkan intensitas penangkapan yang terlalu tinggi yang menghasilkan tangkapan ang besar akan mengakibatkan penurunan drastis (depleted) sumber daya ikan. Namun emikian, stok ikan yang telah turun dapat dipulihkan kembali jika dalam kurun waktu OJ:rtentu tidak ter:iadi penangkapan terhadap ikan tersebut.
o Glilland (1969) dan Pau ly (1980) menam bahkan bahwa ukuran stok ikan dapat o., lcmpengaruhi pertumbuhan ikan. Jika stok ikan kecil pertumbuhan stok ikan juga keci!.
CO
» !ertumbuhan stok ikan bertambah besar sesuai dengan pertambahan stok sampai pada titik
'Q, aksimum (") C
~rbatasnya
r--+-
dan pertumbuhan akan menurun dengan bertambahnya stok ikan karena daya dukung alam seperti jumlah makanan dan ruang tempat ikan hidup.
Beberapa rumus metode holistik yang dapat digunakan untuk mengkaji stok sumber
~ mya ikan tertentu seperti yang dikemukakan oleh Sparre dan Venema (1999) adalah:
Q)
C :::J
<
.,CD
en ,"
r--+-
'<
29
I. MSY= M,~ Bv
(Gulland,
2. MSY=Z.~ B
(Cadima, 1977);
3. YIf = a + b.f
(Schaefer, 1954);
Y
=aj+bj
f MSy
=-%2b''dan
4. Ln (Y1j) = c + d.f YIf = e c+df
@ :z::
1971)~
(Fox, 1970)
Dl
"
n
fMSY
"[
= - ,Ya.; dan
Dl
3 imana:
~ 1SY
= produksi lestari maksimum;
M
" :'v ro
= biomas awal;
Z
= produksi;
f
= upaya penangkapan lestari.
a. h,
~ ~
a.
o 0" 3 C'"
(I)
:J
2"
III
::J
ro
C,
= upaya penangkapan; dan d = konstanta
.5 Migrasi
::+
2:
= mortalitas alami; = total mortal itas;
Migrasi adalah pergerakan biota dari satu tempat ke tempat lainnya yang enghasilkan pemisahan dua habitat atau lebih, terjadi dengan periode yang teratur, dan
~ tlelibatkan proporsi populasi yang cukup besar (Northcote. 1978; 1984; dan Wootton,
o
~ 990).
;u"
Keuntungan yang dapat diperoleh hewan yang melakukan migrasi adalah
'enghindaran terhadap kompetisi (intra dan inter spesies), maksimalisasi penggunaan
o
"0
o
"0
umber daya, peningkatan daya tahan, dan seleksi alamiah, Kerugian yang dialami oleh
s:::
:J
liota migrator adalah peningkatan rasio mortalitas, terserapnya energi, dan mengurangi laya reproduksi dan pertumbuhan (Cowx, 1994).
N'
5'
'0
!l'
:.5.1 Pola migrasi ikan
OJ
c8
Berdasarkan arah pergerakan, Wootton (1990) membagi migrasi ikan dalam dua :elompok yaitu migrasi horisontal dan migrasi vertikal. Laevastu dan Hayes (1981)
Qnembagi migrasi menjadi tiga kelompok, yaitu migrasi jarak jauh, musiman, dan jangka » ,endek. Migrasi vertikal biasanya terjadi karena untuk mencari makanan dan berlangsung
'Q .. ingkat (harian) seperti yang terjadi pada jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti ikan tembang
g S. fimbria/a). Migrasi horizontal biasanya berlangsung lebih lama dengan penyebab yang
...... ,eragam. C
Q) C :::J
<
CD ...,
en '<
......
30
.5.1.1 Migrasi horisontal
Beberapa spesies ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting, seperti ikan-ikan :nis salmon, tuna, cod, herring dan plaice, menunjukkan tingkah laku bermigrasi orizontal dengan jarak yang cukup jauh. Ikan-ikan peIagis kedI umumnya bennigrasi orizontal
jarak
ceanodromous,
pendek.
Beberapa
potamodromous,
jenis
pola
diadro fl/O us.
migrasi
horizontal
anadromous,
ikan
adalah
catadromous,
dan
@ mPhidromouv (Tabel 2.2). ::I:
~
Tabel2.2. Jenis-jenis migrasi horizontal dan pola pergerakan ikan.
.. n
'0' No Jenis Migrasi Pola Pergerakan III Berlangsung seluruhnya di perairan Oceanodromous 3 1. laut Potamodromous Berlangsung seluruhnya di perairan 2. darat (fresh water.\'). Berlangsung diantara perairan laut dan Diadromous :::l 3. en darat ;:::;: c: 4. Bertelur di perairan darat. tetapi hidup Anadromous dan berkembang di laut Bertelur dan kawin di laut, tetapi 5. Catadromous berkembang dan hidup di perairan darat 6. Amphidromous Berlangsung diantara perairan Iaut dan tempi pergerakannya tidak darat berhubungan [angsung dengan reproduksi lumber: Wootton (1990).
.. ..
2: Q.
o
0"
3
0-
(\)
....C ::::l
;a-
o o
Jenis Ikan Tuna, herring, cod, ikan pe\agis kecil Ikan-ikan air tawar di sungai -
-
Salmon, dan Clupeidae Belut Amerika dan Eropa (American
and European eels)
-
Skala pergerakan ikan ketika bermigrasi dapat berlangsung dari jarak yang pendek
"0 "0 C
puluhan meter) sampai jarak yang sangat jallh (ratusan bahkan ribllan ki lometer) (Wootton.
::::l
990). Ikan-ikanjenis tuna adalahjenis ikan yang sangat aktif bermigrasi (highly migratory
pedes) dengan jarak migrasi yang sangat jauh yaitu menyeberangi lautan dan melintasi ,amudra (Anonim 1994). Laevastu dan Hayes (1981) juga mengemukakan bahwa co lCrgerakan tuna dalam bermigrasi dikategorikan sebagai migrasi jarak jauh (long distance
o nigration). Sebagai contoh, ikan southern bluefin luna bergerak dari tempat bertelumya di o...., ;amudra Hindia sebelah selatan Indonesia menuju perairan sebelah selatan Australia pada
CO
» ;8at umur dua tahun. Pada saat umur tiga tahun pergerakan mereka sudah mencapai perairan CO \ebelah selatan Australia. Pada saat umur empat tahun mereka brada di perairan Tasmania
:::l.
n
Ian tahun berikutnya mereka mencapai perairan lepas pantai tcnggara Australia. Hebatnya,
C
;::::;\ebagian dari mereka ada yang terus bergerak ke arah timur (Stequert dan Marsac, 1989; C . dan Haward; 1994). ...., Jergm Q)
C :::J
<
CD ....,
_.
CJ'J
1"'+
'<
31
Ben-Yami (1980) menambahkan bahwa cakalang melakukan migrasi ketika erumur dua (2) tahun dari area bertelurnya menuju Samudra Pasitik bagian selatan. elanjutnya pada umur empat tahun mereka kcmbali bcrgerak ke daerah equator untuk ertelur. Bergin dan Haward (1994) mengilustrasikan bahwa ikan yellowjin tuna juga elakukan migrasi jarak jauh menjelajah lautan dan samudra, yaitu dari lepas pantai ebelah barat Sumatra menuju bagian barat Samudra Pasitik lewat lep
~
'erasal dari Samudra Pasifik.
; -.
~.
Peri ode pergerakannya mungkin ditentukan oleh siklus atau waktu hidup (life spans) S' 3 .ari ikan terse but. Kegunaan potensial dari model migrasi ikan mengasumsikan bahwa
'0
~ .eseimbangan antara keuntungan dan ongkos kesegaran (fitness benefits and costs) ikan
" ,ada
~
Jokasi tertentu berubah seeara dramatis pada tingkat yang berbeda dalam
~ :ehidupannya. Tiga tipe habitat ikan yang dikenal dalam bermigrasi adalah (J) eoeok untuk
;:::;:
S. eproduksi; (2) cocok untuk makan; dan (3) cocok untuk tinggaJ (refoge) daJam satu periode
"~ ;etika kondisi biotik atau abiotik tidak nyaman (Gambal 2.4).
III :::l
iii' :::l
OJ
:.5.1.2 Migrasi vertikal
g
Beberapa spesies menunjukkan kebiasaan melakukan migrasi vertikal. Pergerakan
,:!,.
larian zooplankton bergerak ke permukaan untuk mencari makanan pada siang hari dan
o
)ergerak ke lapisan perairan bagian bawah persis di atas dasar perairan pada waktu sore dan Itau malam hari (Helfman, 1986; Wootton; 1990). Migrasi jenis ini merupakan conloh ;ederhana pergerakan dari dan ke tempat mencari makan ke dan dari tempat berdiam diri lengan arah pergerakan vertikal. Nakam ura (1969) mengem ukakan bahwa ikan j enis tuna ielain bermigrasi secara horisontal juga secara vertikal karena pergerakan tuna tersebutjuga lipengaruhi oleh orientasi makanan dan atau perbedaan suhu perairan. la menambahkan
~ )ahWa pergerakan vertikal
harian ikan tuna termotivasi oleh pergerakan ikan pelagis keeil
cg ;ebagai makanannya dan atau adanya perbedaan suhu antara perairan permukaan dan
., >ertengahan. Pada musim dingin, migrasi vertikal ikan jenis tuna bisa lebih dalam lagi
;g
mtuk mencari perairan yang bertemperatur lebih hangat.
~.
(')
C .....+
C ., Q)
C :::J
<
.,CD CJ)
.....+
'<
32
HABITAT TEMPAT TINGGAL (J uven il-dewas
1 Migrasi ke tempat bertelur
Migrasi ke tempat makan
Migrasi ke tempat tinggal
1
HABITAT TEMPAT MAKAN Migrasi ke tempat makan
I
I Juvenil t,
!
I
Oewasa
L,
I
( Migrasi ke tempat makan
T
I Muda-dewasa L,
(
Migrasi ke tempat berte1ur
Migrasi ke tempat bertelur
1 HABITAT TEMPAT BERTELUR (Dewasa)
Gambar 2.4. Pola umum migrasi di antara tiga habitat daSfl.r yang dimanfaatkan ikan yang bermigrasi (Wootton, 1990). Beberapa spesies ikan peJagis keeil menunjukkan bermigrasi vertikai pada sebagian lesar masa hidupnya. Ikan-ikan jenis herring, dan sardin berdiam diri dekat dasar perairan lada siang hari tetapi kemudian bergerak ke permukaan perairan ketika matahari mulai ~nggelam.
Selanjutnya ketika mal am hari ikan-ikan terse but berada di tengah perairan
,ekat permukaan dan naik kembali ke permukaan menjeiang pagi hari sebelum akhimya lJJ ~rada
g
di dekat dasar perairan kembali pada siang hari (Jones, 1968; Wootton, 1990). Oi
)anau Babine (AS) pada musim panas (summer) ketika suhu airnya terstratifikasi, juvenil
o..., ockeye salmon secara jelas melakukan migrasi vertikal. Pada siang hari, ikan-ikan tersebut » Ierdiam diri di lapisan dingin hypolimnion pada kedalaman 30-40 m dan pada sore hari
CQ 11ereka
g
bergerak ke lapisan hangat epilimnivn (suhu sekitar )6_18° C) bagian at
ilenembus lapisan temlOklin untuk meneari makan selama sekitar dua jam kemudian ikan-
C K:an tersebut turun ke lapisan termoklin bagian atas. Oleh karen a intensitas cahaya
ru
eningkat pada siang hari mereka bergerak kembali turun ke lapisan hypolimnion yang 33
rsuhu sekitar 4_60 C. Pola migrasi ini tidak berlangsung ketika tidak ada stratifikasi suhu rairan bersamaan datangnya musin gugur (autumn). Fungsi dari migrasi vertikal bagi m-ikan yang melakukannya secara umum ada tiga yaitu: (I) untuk mencari makan ilingga pola pergerakan mengikuti mangsanya; (2) untuk menghindari ikan-ikan predator; ~
n (3) untuk menghemat energi dengan berm igras i ke tempat yang lebih dingin suhunya telah mereka makan kenyang.
@ 5.2 Metode penentuan pola migrasi ikan ::I:
Secara umum pola migrasi ikan dapat digambarkan dengan eara: (I) Pemberian
III
;:I\"
!2. da (marking dan tagging); dan (2) Identifikasi habitat ikan, yang meliputi tempat
"So
~ ~mijah,
bertelur, mencari makan, dan berdiam diri (bermain). Metode pertama
~ maksudkan untuk mengetahui pola migrasi jenis ikan tertentu melalui identifikasi pola
;g rgerakan individu ikan tersebut yang diberi tanda. Adapun dengan metode kedua,
..e= ..
pola
~ igrasi populasi ikan dapat diketahui dengan eara mengetahui pola pergerakan habitat ikan til
~
; 2: Q.
o
0"
3
0-
(\)
....C ::::l
eara biologi yaitu dimana mereka memijah, bertelur, mencari makan, dan bermain ketika ;wasa.
:l
~. S.2.1 Pemberian
g'
tanda
Pemberian tanda pada ikan untuk mengetahui pola pergerakannya dapat dilakukan
to
g ;ngan dua cara, yaitu marking dan tagging. Marking adalah metode pemberian tanda pada an agar ikan tersebut dapat diidentitikasi baik sebagai individu maupun sebagai anggota
;a-
o o
"0
~pulasi.
"0
Marking dapat dilakukan secara artifisial atau natural (Laird dan Brian, 1978).
C
::::l
entifikasi migrasi ikan dengan metode tagging pada prinsipnya hampir sarna fungsinya mgan marking. Keuntungan dari metode tagging ini adalah ilean dapat diberi nomor secara :rseri/urut sehingga identifikasi ikan dapat dengan mudah dilakukan. Disamping itu, ikan
109 telah diberi tanda dengan metode lagging jika ditemukan oleh siapa saja dapat dengan
OJ udah
dilaporkan ke pihak yang berwenang karena adanya data pada tanda tersebut.
2 mggunaan
metode marking dan lagging untuk mengidentifikasi pola migrasi ikan
Qsesuaikan dengan jarak dan waktu yang ditempuh ikan dalam bermigrasi. Marking lebih » ~cok digunakan unluk ikan-ikan yang bcrmigrasi dCllgan jarak dan waktu yang rclatif
'Q, mdek. Untuk ikan-ikan yang bermigrasi jarak jauh dengan waktu yang relatif lebih lama
g asanya menggunakan metode tagging untuk identifikasi po/a migrasinya. Seperti yang
C laporkan Q) C :::J
<
.,CD CJ'J
oleh Uktolseja (1987) dan Purwasmita (1993) bahwa metode tagxing tclah
gunakan untuk identifikasi pola migrasi ikan caka1ang (Karsuwonus peLamis). Uktolseja 34
987) menggambarkan bahwa ikan cakalang yang diberi tanda dengan tagging dan dilepas perairan Sulawesi Utara dan Pasifik tengah tertangkap kembali di perairan Sorong dan Ing diberi tanda dengan cara tagging dan dilepas di perairan Sorong temyata dapat rtangkap kembali di Samudra Pasifik bagian barat. Purwasmita (1993) mengilustrasikan lhwa ikan cakalang yang tertangkap di perairan Sorong adalah ikan cakalang yang diberi nda dengan tagging dan diJepas di perairan Papua New Guinea. Metode tagging juga telah digunakan untuk identifikasi pola migrasi ikan mackerel
@ :comber scombrus) di sebelah utara bagian timur perairan Samudra Atlantik (Uriarte dan :::E: ~
Llcio, 2001). Survey dilakukan di daerah pantai Basque Country di selatan pojok bagian
-
~. :nur Teluk Biscay terhadap 10.000 ikan mackerel dengan dua cara yaitu external tagging Q)
3 /.500 ikan) dan
internal tagging (2.500 ikan). Pada kedua penandaan tersebut sudah
~ rmuat data dimana harus dikirim kembali data terse but jika ikan mackerel yang bertanda "tJ
~
rsebut tertangkap dengan menyebutkan lokasi penangkapannya (recapture location). Stok
~
:80 mackerel di perairan tersebut, dengan menggunakan metode tagging, dapat dibagi
~ .enjadi "tJ
~
tiga macam stok mackerel yaitu: stok Laut Utara, stok bagian barat. dan stok
igian selatan. Stok Laut Utara dan stok bag ian barat mempunyai spwaning areas yang
Q)
=. :rbeda. Stok mackerel Laut Utara pergerakannya hanya terbatas di daerah pusat dan bagian
Q)
~ tara Laut Utara, sementara itu stok bagian bamt mendiami pantai bagian barat Eropa dari tg [)jok selatan bagian timur teluk Biscay ke pantai Norwegia dan sebelah utara Laut Utara . o
..::!.
.5.2.2 Identifikasi habitat ikan Metode ini hanya dapat menggambarkan kemungkinan pola migrasi populasi ikan ~ara
hiologi. Pola pergerakan individu ikan dalam metode ini tidak dapat digambarkan
~ara
rinei karena tidak. dilakukan penandaan pada individu ikan. Secara teori, pergerakan
Dpulasi ikan dapat diduga dengan mengetahui tempat-tcmpat dimana populasi ikan ;rsebut bertelur, berkembang, mencari makan, dan memijah.
OJ
Metode ini tclah ditcrapkan untuk mcndctcksi pcrgerakan ikan baik yang sifatnya o CO arian maupun tahunan. Wootton (1990) mcngemukakan bahwa dengan mengetahui o., ~mpat-temp;Jt dimana ikan berdiam diri. mencari makan, dan bermain. pola pergerakan
~ Ivenile
grunts (Haemulidae) di Karibia yang bcrsilnt harian dan sockcye salmon
~.?ncorhynchu.\" nerka) di pantai dan lepas pantai Kanada selama k.urun waktu dua tahun C apat digambarkan. r-+
C ., Q)
C :::J
<
.,CD CJ)
r-+
'<
35
.5.3 Pola migrasi ikan tembang di Selat Madura Sampai saat ini data tentang pola pergerakan ikan tern bang di Selat Madura sulit iperoleh karena terbatasnya jumlah penelitian ikan tern bang yang dilakukan. Narnun emikian Pet el al. (1997b) telah melaporkan bahwa stok ikan tembang di Selat Madura iduga berasai dari Laut Jawa. Selat Makassar, atau Laut Flores. Sartimbul el al. (1997) anya mampu melaporkan bahwa sumber daya ikan tembang terkonsentrasi di perairan ~belah
utara Paiton, Matekan. dan Binor. Kondisi Selat Madura di bagian barat adalah
@ eruh karena adanya polusi dari pabrik-pabrik di sekitar Sidoarjo. Surabaya, dan dan Gresik
x
~ ang membuang limbah ke Selat Madura. Di perairan sehelah timur keadaan perairannya
n
"§:
. ~mih karena dipengaruhi oleh massa air dari Selat Bali dan Laut Jawa bagian Tirnur.
II)
~.
erdasarkan data tersebut di alas, pola migrasi ikan tembang di Selat Madura dapat
~ iprediksi bennula dari Laut Jawa bagian timur, Selat Makassar, dan Laut Flores masuk kc
"
~ erairan Selat Madura bagian timur sampai sebelah utara Pasuruan dan Probolinggo
~ emudian herdiam, memijah, dan berkembang di sekitar perairan tersebut sampai mereka
;:+
S. ~rtangkap oleh nelayan. Jika mereka bisa survive, pergerakan mereka akan kernbali ke
"~ erairan Selat Madura sebelah timur untuk maslik ke Selat Bali atau Laut Jawa sebelah
II)
~. mur. Ikan tembang diduga tidak pemah melintasi perairan Selat Madura bag;an barat :::l [»
arena perairan tersebut keruh, berpolusi, sempit. dangkal, dan merupakan perlintasan
cg
elayaran antara Surabaya dan Kamal (Madura). Migrasi vertikal, secara teoritis. sebagai
o
.::!.
,an pelagis kecil ikan tembang bergerak mengikuti pola gerak plankton scbagai lakanannya, yaitu bersifat harian .
•6 Teknologi Penangkapan lkan Penangkapan ikan adalah aktivitas yang saral dengan teknologi, kondisinya berat an sangat bcrcsiko bagi ncluyan. Scbagian hcsar tcknologi pcnangkuran ikan adal.lh sungat ipengaruhi oleh faktor dari luar. misalnya permintaan pasar, sehingga perkernbangan
g' ~knOIOgi
dalam pcrikanan adalah sulit dikontrol. EICktivitas biaya da/um leknologi
CO enangkapan telah menjadi perhatian sejak lama bagi industri perikanan untuk mendapatkan
o
..., .an tangkapan yang lebih besar jumlahnya dalam kondisi yang lebih aman dan rendah
~ iaya,
menangkap ikan pada fishing ground yang lebih jauh. dan menghasilkan prodllk
~. ang lebih baik kualitasnya dengan harga yang Icbih tinggi (Garcia et al., 1999). Sehingga
C paya untuk mendapalkan teknologi pcnangkapan yang Icbih baik, elcktiC dan elisicn akan .-+
...,
C :rus berlangsung mengingat bahwa pennintaan pasar terhadap ikan akan terus meningkat Q)
C :J
<
CO ...,
en
36
~jalan
dengan terus terdongkraknya kebutuhan protein hewani oleh manusia yang dari
Lhun ke tahun terus bertambahjumlahnya. Cunningham e/ af. (1985) melaporkan bahwa introduksi beberapa teknologi enangkapan telah menaikkan produksi sekaliglls meningkatkan keuntungan industri erikanan. Penggunaan slern Irawling, purse seine, hydraulic power hlocks, dan echo ounder telah meningkatkan total produksi dan CPUE. Di Indonesia. penggunaan "rumpon"
@ ntuk alat tangkap pole and line di Sorong telah meningkatkan produksi total dan CPUE ::I:
Uktolseja, 1989; McElroy. J989; McElroy dan Uktolseja. 1992). Namun demikian. adanya
~ end ala terbatasnya daya dukung sumber daya untuk m('mperbaharui diri mereka setelah (')
"SIII ~reksploitasi
secara berlebihan menyebabkan
tidak jelasnya dan
kontradiksinya
2. umbangsih perkembangan teknoJogi penangkapan. Walaupun diakui bahwa meningkatnya :: roduksi total pada awal 1980-an disebabkan oleh penggunaan alat-alat mekanis dan
"
~ lektronik pada teknologi penangkapan ikan, di lain pihak, meningkatnya efisiensi teknologi :::l
~
....
idak seJaJu diikuti dengan meningkatnya produktivitas. Bahkan penggunaan teknologi
S. anjut telah menurunkan rasio tangkapan dan produktivitas (Cunningham
el al. 1985).
"~ ,andasan dari pemyataan terse but adalah bahwa adopsi teknologi penangkapan baru oleh
III
;. \etayan yang menghasilkan lebih baiknya produktivitas dan koefisien daya tangkap :::l
g' catchabiljJy coefficient) akan mendorong aktivitas penangkapan. Kondisi ini menyebabkan IC
g rmada
penangkapan baru tertarik untuk bergabung dalam eksploitasi sumber daya ikan
~rsebut
dan mengadopsi teknologi penangkapan baru tersebut. Semakin banyak armada
lenangkapan baru bergabung dalam aktivitas penangkapan, semakin berat tekanan lenangkapan terhadap sumber daya perikanan. Sementara itu sumber daya perikanan l1empunyai keterbatasan dalam memperbaharui diri. Oleh karena ito kemampuan daya angkap atau peningkatan upaya penangkapan hanya akan meningkatkan produksi sampai l1encapa i batas tertentu, ya itu n ila i MSy, tetap i ta hap sc lanj lttnyu produ kI iv ilas aka n III ru n (D'.arcna pcningkatan upaya pcnangkapan lidak diimbangi olch mcningkulnya produksi yang
c8 lisebabkan menurunnya jumlah slok ikan (Naamin, 1984).
Cunningham
el
al. (1985) dan
o., Nithmarsh (1990) menarnakan fenomena tersebul dcngan istilah "pedang bermata ganda" .
):> douhle edge sword). Ini berarti bahwa perkembangan teknologi penangkapan akan
'Q, l1enin gkatka 1 kemampuan daya tangkap dan produktivitas pada tingkat upaya penangkapan
g ertentu, namun sebaliknya, perkembangan teknologi penangkapan juga akan menurunkan ;::::;:'.edua-duanya setelah upaya penangkapan melewati suatu titik yang menghasilkan MSY.
ruC
Efek perkembangan teknoiogi penangkapan terhadap CPUE kurang lebih sarna
- Iengan pengaruhnya terhadap kemampuan daya tangkap dan produktivitas. Pada mulanya. C 37 :::J
<
.,CD CJ)
ltroduksi teknologi penangkapan baru akan meningkatkan CPUE, Peningkatan CPUE ini kan terus berlangsung sampai mencapai titik maksimum dari CPUE. Setelah CPUE lencapai maksimum, aplikasi teknologi baru justru akan menurunkan CPUE karena ecepatan pertarnbahan upaya penangkapan lebih tinggi dari pertambahan produksi total. Pada kondisi sekarang, peran teknologi penangkapan tidaklah dapat diahaikan begitu aja. Keadaan surnber daya perikanan yang semakin tenekan oleh karena terus @ leningkatnya aktivitas penangkapan yang dipicu oleh bertambahnya permintaan protein () ewani oleh manusia yang terus bertarnbah jumlahnya mau tidak mau pengelolaan sumber :I:
~ aya perikanan harus juga memikirkan kebutuhan generasi berikutnya tanpa rnengabaikan n
"§: ebutuhan sekarang terhadap sumher daya perikanan tersebut. Dengan kata lain pengelolaan III
3 umber daya perikanan harus berkelanjutan yang ditunjang dengan penggunaan teknologi ~
enangkapan yang ramah iingkungan sehingga aktivitas penangkapan dapat dipenanggung
"C
~ lwabkan untuk menjamin keberlanjutan sumber daya perikanan tersebut.
~
Monintja (1999) mengemukakan bahwa kri teri a teknologi penangkapan ikan yang
;::;:
S. ikatakan ramah 1ingkungan adalah: (I) se lekti vitas alat tangkap ti nggi; (2) t idak destru kt if "C
~ 1:rhadap habitat; (3) tidak rnembahayakan operator; (4) ikan tangkapan bermutu baik; (5)
III
~. 'roduk tidak membahayakan konsumen; (6) minimum di.~card dan by-catch; (7) tidak
:J
aJ
o
nerusak keanekaragarnan surnber daya hayati; (8) tidak menangkap proJected species; dan
g9) diterima seeara sosial. Adapun kriteria aktivitas penangkapan ikan yang berkelanjutan dalah: (I) menerapkan teknologi penangkapan ramah lingkungan; (2) jumlah tangkapan idak melebihi kuota: (3) menguntungkan; (4) rendah investasinya; (5) penggunaan bahan !akar rninyak rendah; dan (6) mcmcnuhi perundang-undangan yang berlaku. Penangkapan ikan tembang di Jawa Timur dari tahun 1992 sampai 2002 didominasi N'
!Ieh purse seine, payang. dan jaring insang hanyut (Anonirn, 1993-2003). Pada tahun 1998
S'
'0
Jan 1999 lebih dari 50% produksi ikan tern bang Jawa Timur tertangkap oleh purse seine,
p::l
OJ \lat tangkap lain selain ketiga alat langkap tersebul di alas dimana ikan tembang juga ikut
.... S'
C' c
C
:::l
i:
ac
3 c C o ;:r
o ~rtangkap adalah jaring insang letap, dogol, dan bagan tancap, . o..., Metode umum yang dlgunakan untuk menentukan ukuran
(Q
kapal penangkap ikan
» Idalah formula yang dikemukakan oleh Nomura dan Yamazaki (1977), yaitu:
...,
(Q
GT '" L x B x D x C x 0.353
() limana Gl adalah tonase kapaJ, L adalah panjang kapal, B adaJah lehar kapal, D adalah C ;::::; Ialam kapal, dan C adalah konstanta sebesar 0,55.
...,
C
Q)
C ::J
<
CD ...,
CJ) . r-+
'<
38
7 Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan di Jawa Timur secara geografis dibagi menjadi lima area, !itu (1) perairan sebelah utara Jawa Timur mulai dari ujung barat Jawa Timur sampai iung bamt Pulau Madura; (2) perairan sebelah utara Pulau Madura; (3) Selat Madura; (4) elat Bali; dan (5) perairan sebelah selatan Jawa Timur (Pet dan Damanhuri, 1990). Selat ladura adalah perairan semi tertutup yang dibatasi oleh Pulau Madura di sebelah utara, ulau Jawa di sebelah selatan dan barat, dan pulau-pulau kecil seperti Pulau Sapudi di @ :belah timur. Luas Selat Madura diperkirakan 01°15' x 25' atau sekitar 2.700 km 2 • :z:: ~
erairan bagian barat adalah dangkal dan keruh karena dipengaruhi oleh banyaknya saluran
~. .... embuangan industri-industri di daerah Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik yang mengarah ke III 3 aerah tersebut. Perairan bagian tim ur kondis inya agak da lam dan j em ih karena d ipengaru hi ~ leh aliran air yang berasal dari Selat Bali dan Laut Jawa bagian timur. "C
~
Daerah penangkapan ikan ternbang di Selat Madura umumnya terkonsentrasi di
~ aerah tengah dan timur Selat Madura. Darmawan (1992) dan Sartimbul el al. (1997) ;::;:
S. lembagi daerah penangkapan ikan tembang di Selat Madura menjadi 8 sub daerah "C
~
enangkapan yaitu (I) Utara Pasuruan; (2) Karang Kokop dan Selebar; (3) Janggan atall
III
2:
a.
o 0" 3 C'"
(I)
:J
~. ::J
larat GiIi; (4) Utara Gili; (5) Madura; (6) Gending; (7) Karang Cina dan Pajarakan; dan (8)
OJ
'aiton, Binor, dan Matekan yang mana semua daerah penangkapan tersebut lokasinya
cg
erada di sebelah utara Pasuruan dan Probolinggo. Penamaan daerah penangkapan tersebut
o
~
udah dilakukan secara turun-temurun. Sartimbul
2"
;u"
o
el
al. (1997) menambahkan bahwa
:myata ikan-ikan tern bang di Selat Madura banyak terkonscntrasi di sebelah utara
"0
o
"0
s:::
'robolinggo Timur yaitu daerah penangkapan 8 (Paiton, Binor, dan
:J
Matekan).
)ibandingkan dengan daerah penangkapan lain di Selat Madura, utamanya perairan sebelah N'
Jarat yang bcrbatasan laogsung dengan pantai Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik. daerah
5'
'0
tenangkapan 8 rnempunyai kesuburan dan kcpndalan ikan yang jauh lcbih baik. IInl ini
!l'
ro lisebabkan <'Ieh banyaknya sumber polusi di perairan scbclah barat dan keadaan pantai
o laerah
penangkapan 8 yang masih banyak ditumbuhi hutan bakau (mangrove) yang
cg Ilemanjang ke timur sampai pantai Situbondo. Keadaan inilah yang diduga mcnycbabkan ); erkonsentro.lSinya sumber daya ikan tcmbang di dacrah penangkapan 8.
to ., () \ 8 Koodisi Perikaoan Tembang Terkini C
......
Dari j umlah kese luru han nelayan d i Selat Madura yan g terse bar d i 10 daerah
~ ~abupatenlkota yang telah diuraikan
pad a bab sebelumnya, yang berhubungan erat dengan
Q) lenangkapan ikan tembang adalah mereka yang berada di tujuh daerah kabupatenlkota,
C :::J
<
.,CD
en '<
......
39
aitu Sampang, Pamekasan, Sumenep. Pasunlan, Probolinggo. Kota Pasuruan, dan Kota robolinggo dengan jumlah 46.083 orang. Ini rnenlpakan 21.46% nelayan yang ada di Jawa imur. Kecuali purse seine, sebagian besar a1at tangkap yang ciigunakan para nelayan di elat Madura tersebut rnasih bersifat tradisional yang rnengandalkan tenaga manual dalam engoperasiannya. Keadaan ini rnenyebabkan peran sosial dan ekonomi nelayan dalam paya pengelolaan perikanan tern bang di Se1at Madura adalah tak terelakkan. Pada dasamya. dari segi biologi, yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sumber @ aya perikanan di suatu wilayah adalah mernbatasi jurnlah eksploitasi sumber daya :::E:
~
erikanan tcrsebut agar tidak melebihi nilai MSY (maksimum tangkapan lestari). Dari segi
o
-
-C. konomi, ekspioitasi sumber daya perikanan pada titik MSY ini tidak menghasilkan Q)
~.
euntungan yang maksimum. Oleh karena itu apabila target pengelolaan suatu sumber daya
~ erikanan adaJah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum maka besamya upaya "tI
~
enangkapan harus dibatasi pada suatu titik yang menghasilkan keuntungan maksimum,
~ aitu maksimum tangkapan lestari seeara ekonomi (maximum economic yield/MEY).
~
Konsekuensi Jogis dari adanya pembatasan upaya penangkapan pada suatu titik yang
"tI
~
lenghasilkan nilai MEYadaJah terkuranginyajumlah unit-unit penangkapan yang ada baik
Q)
~.
2:
:J
Q.
o
0'
[JJ
ang semU
cg
lerupakan realitas yang sangat sulit diterapkan pada seluruh perikanan tradisional yang
o
3
,u jumlah ulJit alat tangkap, hari tangkap, maupun berupa pergiliran aktivitas penangkapan
~
anyak menampung tenaga kerja termasuk perikanan tembang di Selat Madura. Di lain ihak, taopa a·janya pengaturao jumlah upaya penangkapan, aktivitas eksploitasi sumber aya perikanan akan tidak banyak mcrnbcrikan kcuntungan bagi pclaku. Panayolou (1982) lengemukakan bahwa pcmbatasan upaya penangkapan yang hanya sampai pada titik yang
-g :::l
lenghasilkan nilai MEYadalah tujuan yang lebih sesliai dalam pengeJolaan suatu sumber
c:
is:::l
aya perikmlan. Hal ini mcnghasilkan kClInlllngan yang m
..,;a;:;:
if
o
a-c: r+
a: o c:
o
:::l
C o .... c:
3 o is
0' ;:r
OJ
lasih terbukanya pilihan pengelolaan sumbcr daya walaupun tanpa adanya data yang clIkup
o ~ntang ekologi 1ingkungan, dan mengurangi resiko hilangnya jenis ikan tersebut.
e.g
Panayotou (1982) menambahkan bahwa pengembangan perikanan bertujuan pada
; leningkatnya produksi dengan cara menambah jumlah tenaga kerja dan modal,
., eningkatan teknotogi penangkapan, dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja. Sebaliknya.
(Q
("'). alam upaya mernpertahankan kelestarian surnber daya peri kanan, pengelolaan perikanan C
;:::::; lensyaratkan adanya penekanan atau bahkan pengurangan pada upaya penangkapan yang
~ ada akhimya akan terjadi pengendalian atau bahkan pengurangan jumlah nelayan dan atau
~ Iat C ::J
<
CD ., (J) . r-+
'<
tangkap. Oleh karen a pengembangan dan pengelolaan perikanan pada dasamya 40
lelibatkan dan berdampak pada nelayan, perlu kiranya
diperhati~~an
dan ditelaah distribusi
endapatan dan keuntungan nelayan, dan hubungan antar kelompok nelayan. Pengelolaan Jmber daya perikanan selanjutnya perlu memperhatikan unsur-unsur sosial dan ekonomi elayan. Ini menyebabkan bergesemya nilai upaya penangkapan yang diperbolehkan dari ang menghasilkan MEY menjadi agak ke kanan yaitu pada nilai upaya penangkapan yang lenghasilkan maksimum tangkapan lestari secara sosial (maximum social yieft/IMSc Y). @ .9 Pemilihan Alat Tangkap ;:
Berdasarkan data yang telah dikemukakan terdahulu, ada 6 (enam) jenis alat tangkap
,;-
-
~.
ang aktif menagkap ikan tern bang di Selat Madura yaitu purse seine, payang, jaring insang
; anyut (drift gil/ne/), jaring in sang tetap (fIXed gillnet), bagan tancap, dan dogo!. Alat ~
mgkap yang dapat menangkap ikan tembang lebih dari 10 % total tangkapan ikan tembang
~ i Selat Madura hanya 4 (empat) jenis yaitu purse seine, payang, jaring insang hanyut. dan
...... ~
-
~
~ rlemperhatikan musim penangkapan, kondisi biologi sumber daya, teknologi penangkapan,
;:+
~. an kondisi sosial ekonomi sumber daya maka perlu diadakan pemilihan jenis alat tangkap.
III
~ lIetode yang dapat digunakan untuk pcmilihan jcnis alat tangkap tcrsebut adalah metode uji
o
tg amah lingkungan dan uji keberlanjutan yang dikemllkakan oleh Monintja (1999). metode .., -- Iroses hirarki analitis (analytic hierarchy process
=
AHP) yang dikemukakan oleh Saaty
,ada akhir tahun I970-an (Saaty. 1993). dan metode linear programming (LP) dengan paket .omputer L1t...jDO (linear interactive disc:rele oplimizer) scperti yang dikemukakan olch ;iswanto (I (93). Nachrowi dan Usman (2004) dan Haluan elal. (2004). AHP adalah suatu model pengambilan kcputusan yang mempllnyai peralatan utama lierark i fu ngsiona I dcngan input utama pcrsepsi man lIsia scbaga i bahan ana lis is (Permad i, 992). Prinsip
~ lierarki
ke~ja
AHP adalah mcmbuat bagian-bagian yang sederhana dalam suatu
dari persolaan yang lidak Icrslruklllr. strategis. dan dinamik (Marimin. 2004).
eg Walaupun tidak
begitu berakar dalam penggunaan teori. pada prakteknya AHP dapat
...., ligunakan di berbagai bidang Hmu dalam memecahkan problem yang sangat komplck dan
~,esar (Leung el al.,
1998). Penggunaan AHP ini telah banyak diaplikasikan oleh para
~' K!neliti, diantaranya adalah Tomboelu elal. (2000). Sugiarti (2000). Vargas (1990), Zahedi C 1986), dan Leung el 01. (1998).
r-+
~
Langkah-Iangkah
yang harus dilakukan dalam
menggunakan
AHP
untuk
Q)
nemecahkan suatu problem yang dikemukakan oleh Zahedi (1986), Leung et ol. ~ 1998),
C
41
:::J
<
CD ...., CJ)
r-+
'<
uryadi dan Ramdhani (1998), dan Tomboelu et al. (2000) adalah: (I) identifikasi masalah an solusi yang diinginkan; (2) menentukan hierarki keputusan dengan menjabarkan roblem keputusan menjadi elemen-elemen keputusan yang berhubungan sebagai cabang ang mengandung seluruh tujuan di bagian atas dan altematif di bagian bawah dengan eberapa level kriteria dan subkriteria diantaranya; (3) mengumpulkan input data dengan ara membuat perbandingan berpasangan dari elemen-elemen keputusan; (4) mcnentukan @ ilai ciri (eigen value) dan vektor eiri (eigen vector), menguji konsistensinya dan () lenentukan urutan-urutan keputusan-keputusan altematif. ::I:
~
Linear Programming (LP) adalah program komputer modellinier yang sangat cocok
(')
"S ntuk
mendapatkan eara terbaik dalam mengalokasikan sllmber daya yang terbatas pada
III
3 egiatan-kegiatan yang saling berkompetisi (Naehrowi dan Usman, 2004). Hadley (1962) :: ang diaeu Haluan eJ af. (2004) menyatakan bahwa LP adalah merupakan benlUk pcnyajian
"
~ ederhana m.!ngenai hubungan antara maksud yang ingin dicapai (variabel bebas) dengan
~ eterbatasan sumber daya yang ada (variabel tak bebas). Nachrowi dan Usman (2004)
;:::;:
S. lenambahkan bahwa perhitungan yang dilakukan dengan LP akan memberi hasil yang
"~ esuai dengan yang diharapkan jika tidak terjadi sesuatu hal yang ekstrim. Siswanto (1993)
III
;. lengembangkun model LP menjadi goal programming dengan tiga unsur utama bahan ::J
dan kendala fungsiona1. Model goal oOJ nalisis adalah variabel keputusan, fungs; tujuan, . cg 'rogramminr ini lebih luwes diterapkan di berbagai macam kasus manajemen.
,:!,.
OJ
0 CO 0 .,
»
CO
~.
(")
C r-+-
C ., Q)
C :::J
<
.,CD CJ)
r-+-
'<
42